BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Jepang tercatat mulai ada sejak zaman Jodai, di mana saat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan Jepang tercatat mulai ada sejak zaman Jodai, di mana saat itu sastra terdiri atas dua bentuk yaitu tulisan dan lisan. Pada zaman modern ini pun sastra tetap terdiri atas dua bentuk, namun yang lebih umum dipakai adalah tulisan. Walaupun begitu, bukan berarti bentuk lisan sudah hilang sama sekali. Salah satu contoh bentuk sastra lisan adalah pembacaan cerpen Clara karya Seno Gumira Ajidarma di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta oleh Adi Kurdi dan Ratna Riantiarno pada tanggal 10 Juli Sejak zaman Jodai sampai sekarang, kesusastraan Jepang telah berkembang sangat jauh. Karya-karya yang dulunya hanya berupa penceritaan mengenai dewa-dewa dan mitologi-mitologi telah berubah dan berkembang menjadi karya sastra yang berupa cerita mengenai keadaan manusia yang penuh gejolak dan dapat mempengaruhi emosi pembaca. Karya sastra yang dulunya hanya dianggap sebagai salah satu sarana hiburan dalam bentuk bacaan, sekarang telah berubah menjadi bacaan yang memuat pesan-pesan atau bahkan sindiransindiran dan kritik terhadap keadaan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Berbagai pengarang kenamaan pun muncul ke permukaan, antara lain Ryu Murakami, Natsuo Kirino, Haruki Murakami, Kenzaburo Oe, dan lain-lain. Karya-karya mereka cenderung menyinggung mengenai kebobrokan nilai-nilai 1 Universitas Kristen Maranatha

2 hidup yang dianut manusia pada zaman sekarang ini 1. Contohnya adalah Kenzaburo Oe dalam novelnya Man en Gannen no Futtoboru di mana novel ini berkisah mengenai konflik batin yang dialami oleh dua kakak beradik yang tidak terlepas dari persoalan duniawi seperti seks, kekerasan, rasa bersalah, juga moralitas dan heroisme. Contoh yang lain yaitu Natsuo Kirino melalui novel Out yang berkisah tentang broken family yang diakibatkan memburuknya keadaan ekonomi di Jepang. Namun di antara semua pengarang itu, yang paling fenomenal adalah Ryu Murakami. Ryu Murakami lahir di Sasebo, di mana terdapat pangkalan angkatan laut Amerika Serikat. Dia tinggal di sana sampai masa SMA-nya. Setelah lulus, dia pindah ke Tokyo dan tinggal di Fussa, dekat dengan markas tentara Amerika Serikat. Novel pertamanya, Kagirinaku Tomei ni chikai Blue ditulis ketika dia kuliah di Universitas Seni Musashino. Banyak kritikus yang menganggap karyanya ini sebagai gaya baru penulisan suatu karya sastra. Novel ini juga mengundang banyak pro dan kontra dari para kritikus, namun begitu novel ini berhasil memenangkan penghargaan pendatang baru sastra pada tahun Pada tahun yang sama, novel ini juga memenangkan Akutagawa Prize dan menjadi best seller. Pada tahun 1980, Ryu Murakami menulis Coin Locker Babies yang kontroversial. Selain sebagai penulis novel, Ryu Murakami juga dikenal sebagai sutradara film. Beberapa filmnya bahkan diangkat langsung dari novel Oktober Universitas Kristen Maranatha

3 karangannya sendiri, seperti Kagirinaku Tomei ni chikai Blue, Raffless Hotel, dan 69. Ryu Murakami juga bermain sebagai drummer dari grup band rock Coelacanth dan menjadi pembawa acara TV. Sebagian besar karya Ryu Murakami berisi tentang sindiran dan kritik akan kebobrokan nilai-nilai moral dan budaya yang terjadi di Jepang, terutama pada kaum muda. Contohnya dalam karyanya Kagirinaku Tomei ni chikai Blue yang mengisahkan tentang kehidupan remaja di Jepang usia 17-an yang diselimuti dengan seks bebas, narkoba, dan musik keras. Contoh lain adalah Coin Locker Babies yang menceritakan mengenai nasib bayi-bayi yang dibuang oleh ibunya dan menjadi anak-anak panti asuhan. 2 Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai kaum baby boomer 3 yang terdapat dalam novel karangan Ryu Murakami yang berjudul 69. Baby boomer adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang lahir pada masa setelah Perang Dunia II. Kaum Baby Boomer ini tumbuh dan berkembang di masa ketika televisi dan media massa lainnya berkembang secara pesat sehingga mereka memperoleh berbagai informasi dari dalam dan luar negeri secara cepat dan mendetail. Oleh karena itu kaum ini mengenal pola pemikiran budaya barat seperti kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan lain-lain. 4 Kaum Baby Boomer juga tumbuh dan berkembang pada masa penuh gejolak ketika terjadi berbagai peristiwa penting di dunia, seperti pembunuhan atas John F. Kennedy, Martin Luther King.Jr., perang Vietnam, seks bebas, pergerakan feminisme, pergerakan Hak Asasi Manusia, dan lain-lain. Akibat hal September dalam bahasa Jepang disebut リカちゃん 4 Gordon, Andrew A Modern History of Japan. New York: Oxford University Press 3 Universitas Kristen Maranatha

4 ini mereka cenderung bersikap suka bereksperimen, berpikiran bebas, dan berjiwa sosialis. Dalam novel 69, tokoh utamanya yang bernama Kensuke Yazaki adalah seorang baby boomer. Dia dengan tegas menentang perang Vietnam dan bahkan sampai berani membentak gurunya karena dia menganggap gurunya itu mendukung perang Vietnam. Selain itu ia juga merupakan otak dari gerakan barikade sekolah 5, yaitu gerakan untuk menyegel sekolah dan mencorat-coret dinding, lantai, dan jendela sekolah dengan berbagai tulisan kasar sebagai wujud kebebasan berpendapat mereka yang dipengaruhi budaya barat. Mereka menganggap ketika itu pemerintahan Jepang hanyalah budak-budak dari kaum kapitalis. Di sisi lain sebenarnya Yazaki adalah orang yang romantis. Selain untuk menentang golongan kapitalis, alasan lain ia melakukan barikade sekolah adalah karena temannya yang bernama Kazuko Matsui menyatakan bahwa ia suka dengan orang yang melakukan barikade sekolah. Yazaki yang menyukai Matsui langsung tergerak hatinya, dan untuk menarik perhatian Matsui, ia mengajak teman-temannya untuk melakukan barikade sekolah. Tokoh lain dalam 69 adalah Tadashii Yamada yang dipanggil Adama. Ia adalah teman baik Yazaki. Awalnya Adama tergolong sebagai murid pintar yang tidak banyak ulah dan sedikit ketinggalan zaman. Sejak ia berteman dengan Yazaki, ia mulai tertarik akan Rimbaud, Lenin, Mao Tse Tung, Che Guevara, Karl 5 disebut バリケード封鎖 dalam bahasa Jepang 4 Universitas Kristen Maranatha

5 Marx, dan tokoh-tokoh sosialis lainnya. Pola pikirnya yang mulanya ketinggalan zaman dengan cepat berrevolusi dan bahkan melebihi Yazaki. Secara garis besar novel 69 menceritakan tentang golongan baby boomer yang umumnya beranggapan bahwa mereka mampu mengubah dunia sebelum dunia mengubah mereka. Hal ini tercermin dari rencana besar Yazaki dan Adama dalam melaksanakan sesuatu yang belum pernah ada di sekolah manapun sebelumnya, yaitu sebuah festival. Dalam festival ini akan terdapat pemutaran film, konser musik, pembacaan puisi, pementasan drama, penyebaran pamflet anti-kapitalis, dan hal-hal menarik lainnya. Akhirnya kesemuanya ini akan terwujud dalam sebuah acara yang bernama Morning Erection Festival. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengangkat tema Baby Boomer sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah politik dan pendidikan di Jepang (dalam novel 69 terutama di bidang pendidikan). Di masa itu, pemuda-pemuda yang tadinya bersikap seperti robot berubah sehingga memiliki pikiran terbuka serta kebebasan dan kemudian bergerak untuk melawan pemerintahan Pembatasan Masalah Penelitian ini akan membahas golongan baby boomer sebagai suatu fenomena akibat pengaruh baik dari dalam negeri (Jepang) maupun luar negeri (negara-negara barat). Fenomena tersebut akan ditinjau melalui analisis karakter, 5 Universitas Kristen Maranatha

6 fakta-fakta yang terjadi di Jepang maupun luar negeri sekitar tahun 1960-an. Secara garis besar penelitian akan dibagi menjadi empat aspek, yaitu : a. Baby Boomer yang terjadi di Jepang b. Baby Boomer yang terjadi di negara-negara barat c. Baby Boomer yang ada dalam novel 69 dan tindakan yang mencerminkan hal Baby Boomer d. Komparasi Baby Boomer yang terjadi di Jepang, negara-negara barat dan novel Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apakah fenomena baby boomer yang terjadi dalam novel 69 serta mengetahui apakah fenomena itu memiliki hubungan dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sosiologi sastra dalam menelaah novel 69. Secara singkat metode/pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. 6 Universitas Kristen Maranatha

7 Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Wilayah sosiologi sastra menurut Rene Wellek dan dan Austin Warren mencakup tiga aspek. Pertama, sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang. Kedua, sosiologi karya sastra, yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra. Yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya. Ketiga, sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. Umar Junus mengemukakan, bahwa yang menjadi pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah karya sastra dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Ia juga menyangkut penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra. Termasuk pula penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap sebuah karya sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya. Selain itu juga berkaitan dengan pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra, misalnya pendekatan Taine yang berhubungan dengan bangsa, dan pendekatan Marxis yang berhubungan dengan pertentangan kelas. Demikian pula obyek karya sastra adalah realitas kehidupan, meskipun dalam menangkap realitas tersebut sastrawan tidak mengambilnya secara acak. Sastrawan memilih dan menyusun bahan-bahan itu dengan berpedoman pada asas dan tujuan tertentu. Henry James mengatakan, bahwa sastrawan menganalisis 7 Universitas Kristen Maranatha

8 "data" kehidupan sosial, memahaminya dan mencoba menentukan tanda yang esensial untuk dipindahkan ke dalam karya sastra. Apabila realitas itu adalah sebuah peristiwa sejarah, maka karya sastra dapat mencoba menerjemahkan peristiwa itu dalam bahasa imajiner dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan pengarang. Kecuali itu, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan tanggapannya mengenai peristiwa sejarah dan ketiga seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali peristiwa sejarah dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang. Hubungan dialektik antara karya sastra dan realitas sosial budaya memperkuat anggapan bahwa sastra merupakan salah satu institusi sosial. Sastra tidak hanya mendapat pengaruh dari realitas sosial tetapi juga dapat mempengaruhi realitas sosial. Memang benar, sastra mengambil sebagian besar karakternya dari bahasa, namun bentuk dan isi novel lebih banyak berasal dari fenomena sosial daripada dari seni lain, terkecuali film. Novel seringkali merupakan ikatan dengan momentum tertentu dalam peristiwa sejarah masyarakat. Michel Zerraffa mengatakan, bahwa karya sastra merupakan analisis estetis dan sintesis sebuah realitas tertentu dan novelis senantiasa melakukan analisis dan sintesis sebelum memulai menulis. 8 Universitas Kristen Maranatha

9 1.5. Organisasi Penulisan Dalam penelitian ini, penulis membagi organisasi penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang berisi gambaran umum mengenai Baby Boomer dan novel 69 (termasuk sinopsisnya). Bagian ini juga memuat tentang pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian. Bab II Baby Boomer berisi tentang penjelasan mengenai Baby Boomer, sejarah daripada Baby Boomer, serta contoh Baby Boomer yang terjadi di negaranegara Barat dan di Jepang. Bab III Baby Boomer dalam novel 69 memuat tentang fenomena Baby Boomer dalam novel 69 dan pengaruhnya terhadap tokoh-tokoh novel tersebut. Dalam bab ini juga dibahas mengenai komparasi Baby Boomer yang ada dalam novel dan dunia nyata untuk mengetahui hubungan antara kejadian-kejadian tersebut Bab IV Kesimpulan akan menjabarkan kesimpulan apa yang didapat dari penelitian Baby Boomer berdasarkan novel Universitas Kristen Maranatha