BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah survey bersifat deskriptif untuk
|
|
- Yulia Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah survey bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai kadar fenol pada air minum dalam kemasan botol plastik serta perilaku pedagang dalam memasarkan/menjual di kecamatan Medan Baru. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Medan Baru,alasan menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah, belum ada yang melakukan penelitian mengenai analisis kadar fenol pada AMDK botol plastik serta perilaku pedagang dalam menjual AMDK botol plastik Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan dibulan Maret 2017 April Objek Penelitian Objek penelitian adalah Air Minum Dalam Kemasan botol plastik yang beredar di kota Medan sebanyak 10 sampel AMDK. Sampel AMDK diambil secara purposive sampling yaitu AMDK yang paling diminati konsumen dan juga yang paling banyak dijual oleh pedagang adalah AMDK dengan merek dagang AQUA dan juga sampel dibagi menjadi beberapa bagian pemeriksaan laboraturium dengan kriteria sebagai berikut : 43
2 1. Dalam ruangan (Tidak terpapar Matahari) yang diletakkan : a. Dalam lemari pendingin. b. Dijajakan di steling. 2. Luar Ruangan (Terpapar Matahari) yang diletakkan: a. Terpapar Langsung. b.terpapar secara tidak langsung. c. AMDK yang ditawarkan langsung ke pembeli. 3. Kedaluwarsa produk pada tahun yang sama. 3.4 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel responden digunakan untuk mengukur perilaku dari tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang dalam menjual AMDK Populasi Seluruh pedagang yang menjual AMDK dikota Medan Sampel Sampel adalah pedagang yang menjual AMDK botol plastik di kecamatan Medan Baru. Besar pengambilan sampel untuk pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang AMDK ditentukan menggunakan Rumus Lameshow karena besar populasi tidak diketahui,dengan perhitungan sebagai berikut : n = Z 2 1- α/2 P (1-P) d 2 n = ,5 0,5 0,1 2 = 96,04 ~ 96 Ket :
3 n = jumlah sampel minimal Z = 1,96 derajat kemaknaan p = Maksimal estimasi (0,5) d = Presisi atau ketepatan absolut (0,1) 3.5 Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara survei dan observasi langsung ke tempat penjualan 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan pengumpulan informasi berupa catatan atau data-data yang relevan dengan penelitian ini. 3.6 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel 1. Variabel Independen Variabel yang dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan atau penyebab terjadinya variabel dari (dependen), dalam penelitian ini yang menjadi variabel Independen adalah perilaku pedagang dalam menjual AMDK. 2. Variabel Dependen Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adnya variabel Independen, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kadar fenol pada AMDK.
4 3.6.2 Defenisi Operasional 1. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) botol plastik adalah air minum kemasan yang telah diolah sebelumnya dan dapat langsung diminum dari wadahnya langsung. 2. Sampel AMDK adalah AMDK botol plastik yang akan diperiksa kandungan fenolnya di laboraturium. 3. Pemeriksaan laboraturium adalah pemeriksaan yang dilakukan dilaboraturium untuk menentukan kualitas air minum melalui pengujian kadar fenol dalam air minum dilaboraturium PTKI Menteng, Medan. 4. Kadar fenol air minum adalah jumlah fenol yang terdapat dalam air minum kemasan botol plastik yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboraturium a. Memenuhi syarat bila kadar fenol yang didapat dari hasil pemeriksaan laboraturium, kurang atau dibawah batas yang telah ditentukan. b. Tidak memenuhi syarat bila kadar fenol yang didapat dari hasil pemeriksaan laboraturium, melebihi atau diatas batas yang ditentukan. 5. Perilaku pedagang adalah kebiasaan dari pedagang yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. 6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang tentang plastik sebagai wadah pengemas AMDK botol plastik. 7. Sikap adalah pendapat atau respon yang masih tertutup dari responden tentang plastik sebagai wadah AMDK botol plastik. 8. Tindakan adalah perbuatan nyata responden tentang bagaimana pedagang menjualkan AMDK botol plastik.
5 9. Keduluwarsa adalah batas waktu penggunaan suatu produk yang telah ditetapkan. 3.7 Metode Pengukuran Metode pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui tingkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan adalah berdasarkan jumlah nilai yang didapat dari responden melalui pengisian kuesioner. Aspek pengukuran yang digunakan adalah skala likert dan guttman Pengetahuan Pengetahuan responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 15 dengan total skor 30. Adapun ketentuan pemberian skor yaitu: jika responden menjawab a diberi skor = 2, jika menjawab b diberi skor = 1, dan jika menjawab c diberi skor = 0. Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut : 1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 22,5. 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 13,5 sampai 22,5. 3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 13,5.
6 Sikap Pengukuran sikap responden dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan dengan alternatif jawaban setuju dan tidak setuju. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20. Adapun ketentuan pemberian skor yaitu: jika responden menjawab setuju diberi skor = 2 dan jika menjawab tidak setuju diberi skor = 0, khusus untuk soal nomor 1 dan 4 apabila menjawab tidak setuju diberi skor = 2 dan setuju diberi skor = 0. Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat sikap responden dikategorikan sebagai berikut : 1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 sampai Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari Tindakan Tindakan responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20. Adapun ketentuan pemberian skor adalah bila responden menjawab Ya maka diberi skor = 2 jika menjawab Tidak maka diberi skor = 0 Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat sikap responden dikategorikan sebagai berikut :
7 1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 sampai Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari Metode Pengukuran Fenol Semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada ph 7,9 ± 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna merah kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm atau 500 nm Prosedur Pengukuran Fenol Pengujian kadar fenol dalam air dan air limbah antara 0,005 mg/l sampai dengan 0,1 mg/l dengan tahapan sebagai berikut: 1) Ukur 500 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas piala 1000 ml. 2) Tambahkan 12 ml larutan NH4OH 0,5 N dan atur ph menjadi 7,9 ± 0,1 dengan penambahan larutan penyangga fosfat. 3) Pindahkan larutan ke dalam corong pemisah tambahkan 3 ml larutan aminoantipirin sambil diaduk. 4) Tambahkan 3 ml larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan selama 3 menit sampai timbul warna kuning jernih.
8 5) Ekstraksi dengan 25,0 ml kloroform dan kocok corong pemisah paling sedikit 10 kali, diamkan sampai lapisan kloroform terpisah. 6) Keluarkan lapisan kloroform melalui kertas saring yang telah dilapisi dengan 5 gram natrium sulfat anhidrat. 7) Masukkan ke dalam cuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm Perhitungan Kadar fenol Hitung kadar fenol dalam contoh uji dengan menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan garis regresinya dan perhatikan hal-hal berikut: a) Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan antara dua pengukuran duplo adalah 12%. b) Apabila hasil perhitungan kadar fenol lebih besar atau sama dengan 0,1 mg/l dan lebih kecil atau sama dengan 0,2 mg/l. Ulangi pengujian dengan pengenceran contoh uji. Perhitungan Relative Percent Different (RPD) dengan pengertian: A: adalah Kadar contoh uji yang di spike (mg/l); B: adalah Kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/l); C: adalah Kadar standar yang diperoleh (target value) (mg/l) dengan,
9 dengan pengertian: Y: adalah volume standar yang ditambahkan (ml) Z: adalah kadar standar fenol yang ditambahkan V: adalah volume akhir (ml). 3.9 Analisis data Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di laboratorium pada sampel AMDK botol plastik disajikan dalam bentuk tabel dan hasilnya dibandingkan dengan KEPMENKES RI no. 907/MENKES/SK/VII tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum dan Peraturan BPOM No. HK tahun 2007.Data hasil kuesioner tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang AMDK akan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dinarasikan.
10 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Baru memiliki luas wilayah 5,41 Km² Kecamatan Medan Baru adalah salah satu daerah hunian dan permukiman di Kota Medan dan juga memiliki 6 kelurahan yakni : 1. Kelurahan Titi Rantai 2. Kelurahan Padang Bulan 3. Kelurahan Merdeka 4. Kelurahan Darat 5. Kelurahan Babura 6. Kelurahan Petisah Hulu Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Medan Baru adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah 4.2 Hasil Penelitian Hasil Uji Kadar Fenol Pada AMDK Botol Plastik Hasil analisa kadar fenol pada AMDK botol plastik menggunakan metode analisa spektofotometri UV-Vis yang diperoleh dari Laboratorium PTKI Menteng Medan, dengan hasil uji pada tabel berikut : 52
11 Tabel 4.1 Hasil Uji Laboraturiu m Kadar Fenol Pada AMDK Botol Plastik PARAMETER NO Keterangan SUHU Nilai ( O C) Hasil (µg/l) (µg/l) (µg/l) (µg/l) Rujukan 1 Dingin ,66 10,50 Tidak 0,16 Memenuhi 1) 0,023 terdeteksi Syarat mg/cm 2 2 Dingin ,85 11,60 Tidak 0,25 Memenuhi 2) 0,1 10 terdeteksi Syarat µg/l 3 Terpapar Tidak 264 Tidak 3) 0,3-40 Langsung 1 terdeteksi Memenuhi µg/l Syarat 4 Terpapar Tidak 232 Tidak 4) Langsung 2 terdeteksi Memenuhi µg/l Syarat 5 Terpapar Tidak 252 Tidak Secara Tidak terdeteksi Memenuhi langsung 1 Syarat 6 Terpapar Tidak 264 Tidak Secara Tidak terdeteksi Memenuhi langsung 2 Syarat 7 Pembeli Tidak 143 Tidak terdeteksi Memenuhi Syarat 8 Pembeli Tidak 151 Tidak terdeteksi Memenuhi Syarat 9 Tidak Tidak 103 Tidak Terpapar 1 terdeteksi Memenuhi Syarat 10 Tidak Tidak 99 Tidak Terpapar 2 terdeteksi Memenuhi Syarat Ket : 1 : Fenol dari botol plastik 2 : 2-Chlorophenol 3 : Dichlorophenol 4 : Trochlorophenol Dingin : Sampel dalam lemari pendingin Terpapar langung : Sampel terpapar langsung matahari Terpapar Secara Tidak langsung: Sampel tidak terpapar secara langsung Pembeli : Sampel yang ditawarkan langsung Tidak Terpapar : Tidak terpapar matahari Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat kadar fenol dari botol plastik pada AMDK yang terkena matahari memliki kadar fenol yang lebih tinggi dan
12 melebihi nilai rujukan menurut peraturan BPOM No. HK tahun 2007 dibandingkan dengan AMDK yang dingin, dan untuk hasil fenol pada parameter nomor 3, dan 4 sebagai hasil sampingan dari proses desinfektan air minum masih memenuhi syarat Kepmenkes No.907 Tahun 2002 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum. Parameter nomor 2 untuk 2- Chlorophenol tidak terdeteksi dikarenakan alat yang digunakan kurang sensitif dalam mengukur Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama berdagang. Tabel 4.2 Distribusi Umur Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Kelompok Umur n Persentase (%) Tahun 10 10, Tahun 26 27, Tahun 28 29, Tahun Tahun 4 4, Tahun 4 4,2 Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan kelompok umur pedagang AMDK botol plastik di kecamatan Medan baru tahun 2017 yaitu banyak pada kisaran tahun sebanyak 28 orang (29,2%), tahun sebanyak 26 orang (27,1%), dan terkecil tahun sebanyak 4 orang (4,2%) dan 65 tahun s ebanyak 4 orang (4,2%).
13 Tabel 4.3 Distribusi Jenis Kelamin Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (Orang) (%) 1. Pria 51 53,1 2 Wanita 45 46,9 Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin pedagang AMDK botol plastik di kecamatan Medan baru tahun 2017 yaitu pria sebanyak 51 orang (53,1%) dan wanita sebanyak 45 orang (46,9%). Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pendidikan Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (Orang) (%) 1. SD 18 18,8 2. SMP 43 44,8 3. SMA 27 28,1 4. Diploma 4 4,2 5. Sarjana 4 4,2 Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan pedagang penjual AMDK botol plastik di kecamatan Medan baru tahun 2017 yaitu paling banyak berpendidikan SMP sebesar 43 orang (44,8%) diikuti tamatan SMA sebesar 27 orang (28,1%) kemudian tamatan perguruan tinggi sebesar 4 orang (4,2 %) dan diploma sebesar 4 orang (4,2 %). Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Lama Berdagang Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Lama Berdagang Jumlah Persentase (Orang) (%) 1. 1 Tahun 12 12, Tahun 35 36, Tahun Jumlah
14 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan karakteristik lama berdagang pedagang AMDK botol plastik di kecamatan Medan baru tahun 2017 yaitu paling banyak 5 Tahun sebanyak 49 orang (51%) kemudian lama berdagang 2-4 tahun sebanyak 35 orang (36,5%) dan lama berdagang 1 tahun sebanyak 12 orang (12,5%) Pengetahuan Pedagang AMDK Botol Plastik Untuk mengetahui pengetahuan pedagang AMDK tentang bahaya kemasan botol plastik AMDK di Kecamatan Medan Baru tahun 2017, peneliti mengajukan 15 pertanyaan kepada pedagang AMDK, dan untuk jawaban benar diberi skor 2, sedangkan untuk jawaban salah diberi skor 1 dan tidak tahu diberi skor 0. Adapun pertanyaan yang diajukan kepada pedagang AMDK adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 Baik Sedang Buruk NO Pengetahuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. Plastik dapat digunakan sebagai 68 70, , ,5 kemasan makanan dan minuman 2. Pengetahuan mengenai kemasan plastik pada AMDK 19 19, , ,4 3. Keamanan penggunaan plastik sebagai bahan pengemas AMDK yang anda jual 45 46, , ,9 4. Pemahaman bagaimana minum yang baik air 15 15, , ,9 5. Pengetahuan mengenai proses pembuatan botol plastik dan zat tambahan kimia seperti pewarna, pelentur, penstabil untuk 19 19, , ,9 membentuk botol tersebut dan bisa lepas keminuman yang dikemasnya
15 Lanjutan Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 NO Pengetahuan Bai k Seda ng Buruk Jumlah % Jumlah % Jumlah % 6. Plastik sebagai bahan kemasan dapat menimbulkan bahaya 28 29, , ,5 kesehatan 7. Jenis kemasan plastik pengemas AMDK botol yang anda ketahui 19 19, , ,5 dan dalam bentuk apa ditunjukkan dalam kemasan 8. Peletakan lambang segitiga jenis plastik yang digunakan 36 37, , ,7 sebagai bahan pengemas AMDK pada botol minuman 9. Fungsi dari lambang segitiga jenis plasatik 42 43, , ,7 10. Zat kimia dari plastik kemasan dapat larut kedalam air minum yang dikemasnya dan bagaimana , ,8 caranya 11. Pemicu lepasnya zat plastik pada kemasan AMDK , ,3 12. Pernahkah anda mendapatkan/ mencari informasi mengenai bahwa plastik dapat terlepas dari kemasannya sebagai pengemas dan terlarut kedalam air minum yang dikemasnya 13. Cara mengurangi bahaya plastik sebagai kemasan minuman 14. Pengetahuan tentang tanda peringatan pada kotak AMDK dan kemasan AMDK meniliki fungsi 15. Perbedaan efek menyimpan AMDK terhindar dari sinar matahari dengan terpapar sinar matahari 21 21, , , , , , , , , , ,9 Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 4.6 dalam tingkat pengetahuan pedagang penjual AMDK dalam keamanan kemasan botol plastik di Kecamatan
16 Medan Baru tahun 2017 diperoleh, pengetahuan pedagang dalam menjawab berada di tingkat sedang dari tabel dapat dilihat bahwa pedagang lebih dari separuh mengetahui bahwa plastik dapat digunakan untuk kemasan makanan dan minuman sebesar 70,8%, pengetahuan tentang keamanan penggunaan plastik sebagai bahan pengemas AMDK pedagang baik sebesar 46,9%, pengetahuan pedagang baik untuk fungsi dari segitiga daur ulang botol sebesar 43,8%, Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pedagang penjual AMDK botol plastik mengenai keamanan kemasan botol plastik di kecamatan Medan Baru tahun 2017 adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Distribusi Tingkat pengetahuan Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Pengetahuan Jumlah Persentase (Orang) (%) 1. Baik 18 18,8 2. Sedang 46 47,9 3. Buruk 32 33,3 Jumlah Dari tabel 4.7 diperoleh bahwa tingkat penegetahuan pedagang paling banyak berada di sedang sebanyak 40 orang (47,9%) kemudian buruk sebanyak 32 orang (33,3%) Sikap Pedagang AMDK Botol Plastik Untuk mengetahui sikap pedagang penjual AMDK mengenai kemasan botol plastik di kecamatan Medan Baru tahun 2017, peneliti mengajukan 10 pertanyaan kepada pedagang AMDK. Adapun pertanyaan yang diajukan kepada pedagang AMDK adalah sebagai berikut :
17 Tabel 4.8 No. Distribusi Sikap Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 Setuju Tidak Setuju Sikap Jumlah (%) Jumlah (%) 1. Plastik aman untuk semua jenis minuman asalkan tidak terkena panas berlebihan 2. Produk kemasan plastik memeliki kelebihan yang praktis, murah, dan fleksibel tetapi kurang baik bila terkena panas 3. AMDK tidak membahayakan kesehatan dalam bentuk kondisi penyimpanan apapun 4 Apabila kaca digunakan sebagai kemasan AMDK akan lebih baik daripada menggunakan plastik untuk menghindari lepasnya senyawa yang berbahaya 5. Bila botol plastik mengandung bahan kimia berbahaya sebaiknya tidak digunakan 6. Senyawa plastik yang lepas di botol minuman dapat menyebabkan kanker bila dipicu panas oleh karena itu sebaiknya menghindari penggunaannya dalam kondisi panas. 7. Kemasan yang terpapar matahari tidak apabila dapat terpapar merusak kualitas matahari air sebaliknya membuat AMDK lebih baik lagi 8. Kebiasaan buruk meletakkan AMDK di terik matahari dapat meyebabkan migrasi plastik 36 37, , , , , , , , , , , , , , , ,8
18 Lanjutan Tabel 4.8 Distribusi Sikap Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 No. Sikap Setuju Tidak Setuju Jumlah (%) Jumlah (%) 9. Meletakkan AMDK ditempat yang sejuk tidak terkena matahari adalah 37 38, ,5 hal yang baik untuk mencegah migrasi plastik. 10. AMDK yang tidak tidak sesuai dengan anjuran penyimpanan dapat 45 46, ,1 merusak AMDK dan kemungkinan migrasi plastik besar Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 4.8 dalam sikap pedagang penjual AMDK di Kecamatan Medan Baru tahun 2017 diperoleh, sikap pedagang yang tergolong dalam kategori sedang menunjukkan pedagang setuju plastik memeliki kelebihan yang praktis, murah, dan fleksibel tetapi kurang baik bila terkena panas sebesar 71,9%, bila botol plastik mengandung bahan kimia berbahaya sebaiknya tidak digunakan, senyawa plastik yang lepas di botol minuman dapat menyebabkan kanker bila dipicu panas oleh karena itu sebaiknya menghindari penggunaannya dalam kondisi panas sebesar 52,1%. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sikap pedagang penjual AMDK botol plastik mengenai keamanan kemasan botol plastik di kecamatan Medan Baru tahun 2017 adalah sebagai berikut :
19 Tabel 4.9 Distribusi Sikap Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Sikap Jumlah Persentase (Orang) (%) 1. Baik 10 10,4 2. Sedang 44 45,8 3. Buruk 42 43,8 Jumlah Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa sikap pedagang penjual AMDK mengenai keamanan kemasan dikecamatan Medan Baru tahun 2017 paling banyak berada di sedang sebanyak 44 orang (45,8%) kemudian buruk sebanyak 42 orang (43,8%) Tindakan Pedagang AMDK Botol Plastik. Untuk mengetahui tindakan pedagang penjual AMDK mengenai keamanan kemasan botol plastik di kecamatan Medan Baru tahun 2017, peneliti mengajukan 10 pertanyaan kepada pedagang AMDK. Adapun pertanyaan yang diajukan kepada pedagang AMDK adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 No. Distribusi Tindakan Pedagang Penjual AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 Ya Tidak Tindakan Jumlah (%) Jumlah (%) 1. Pada saat berdagang apakah anda menata dagangan anda agar tidak terpapar matahari langsung 2. Apakah anda akan segera memindahkan barang dagangan anda apabila terpapar sinar matahari langsung 3. Apakah anda juga menjual AMDK yang dingin (menjual yang ada dalam kulkas) 4. Apakah anda pernah membaca petunjuk pada kemasan AMDK yang menerangkan tentang menjauhkan produk agar tidak terpapar dari matahari dan tempat yang sejuk 53 55, , , , , , , ,9
20 Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Tindakan Pedagang Penjual AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 Ya Tidak No. Tindakan Jumlah (%) Jumlah (%) 5. Apakah setelah membaca petunjuk penyimpanan pada kemasan, anda 45 46, ,1 melakukannya 6. Apakah selama tahapan penyimpanan barang dagangan AMDK milik anda, anda telah 35 36, ,5 menyimpannya di tempat yang sejuk dan tidak terpapar matahari 7. Apakah anda pernah mencari informasi mengenai plastik sebagai bahan kemasan dapat melepaskan zat kimia berbahaya pada makanan ataupun minuman yang terkena paparan matahari 8. Apakah selama berjualan tindakan 56 58, ,7 meletakkan dagangan terpapar matahari dapat membuat AMDK tidak dalam kondisi yang baik. 9. Apakah anda,memeriksa AMDK yang anda jual aman melalui kondisi fisik kemasan seperti keduluwarsa, 63 65, ,4 segel, warna air, bentuk fisik kemasan yang masih layak (tidak penyok,bocor,bersih,dll) 10. Apakah anda menjual AMDK 32 33, ,7 dengan menerap sistem FIFO Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 4.10 dalam tindakan pedagang penjual AMDK dalam keamanan kemasan botol plastik di Kecamatan Medan Baru tahun 2017 diperoleh, tindakan awal pedagang menyusun dagangannya agar tidak terpapar sudah baik sebesar 55,2%, sebesar 53,1% pedagang membaca petunjuk penyimpan, tindakan pedagang juga baik dalam memeriksa kualitas fisik AMDK yang akan dijual sebesar 65,6%, dan tindakan pedagang masih kurang dalam mnerapkan sistem FIFO sebesar 32%.
21 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan pedagang penjual AMDK botol plastik mengenai keamanan kemasan botol plastik di kecamatan Medan Baru tahun 2017 adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Distribusi Tindakan Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Tahun No. Tindakan Jumlah Persentase (Orang) (%) 1. Baik 16 16,7 2. Sedang 30 31,3 3. Buruk 50 52,1 Jumlah Dari tabel 4.11 diperoleh bahwa tindakan pedagang penjual AMDK mengenai keamanan kemasan dikecamatan Medan Baru tahun 2017 paling banyak berada di buruk sebanyak 50 orang (52,1%) kemudian sedang sebanyak 30 orang (31,3%). 4.3 Tabulasi Silang Tabulasi silang dilakukan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, pengetahuan dengan sikap responden, pengetahuan dengan tindakan responden, dan sikap dengan tindakan responden untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku pedagang AMDK dalam keamanan kemasan botol plastik Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Responden Dengan Pengetahuan Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 No. Kategori Pengetahuan Tingkat Jumlah Pendidikan Baik Sedang Buruk n (%) n (%) n (%) n (%) 1. SD 4 22, , SMP 6 13, , , SMA 6 22, , , Diploma Sarjana
22 Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah tamatan SMP, yaitu sebanyak 43 orang. Dari 43 orang responden tersebut kurang dari 6 orang (13,9 %) responden memiliki pengetahuan yang baik, 23 orang (53,5 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan kurang dari 14 orang (32,6 %) memiliki pengetahuan yang buruk. Responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 27 orang, dari 27 orang responden tersebut kurang dari 6 orang (22,2 %) responden memiliki pengetahuan yang baik, kurang dari 11 orang (40,7 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan kurang dari 10 orang (37,1 %) memiliki pengetahuan yang buruk. Responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang, dari 18 orang responden tersebut terdapat kurang 4 orang (22,2%) responden memiliki pengetahuan yang baik, 9 orang (50 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan kurang dari 5 orang (27,8 %) memiliki pengetahuan yang buruk. Responden dengan tingkat pendidikan diploma sebanyak 4 orang, dari 4 orang responden tersebut kurang dari 1 orang (25 %) responden memiliki pengetahuan yang baik, 2 orang (50 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan kurang dari 1 orang (25 %) memiliki pengetahuan yang buruk. Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 4 orang, dari 4 orang responden tersebut kurang dari 1 orang (25%) responden memiliki pengetahuan yang baik, kurang dari 1 orang (25 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan separuh bagian 2 orang (50 %) memiliki pengetahuan yang buruk Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap
23 Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017 Kategori Sikap No. Pengetahuan Baik Sedang Buruk Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 1. Baik 4 22,2 4 22, , Sedang 9 19, , , Buruk 3 9, , , Tabel 4.13 Tabel menunjukkan bahwa lebih banyak yang bersikap buruk dibandingkan bersikap baik walaupun pengetahuannya baik. Tabel juga menunjukkan bahwa 18 responden berpengetahuan baik dari 18 orang bersikap baik kurang dari 4 orang (22,2%), bersikap sedang kurang dari 4 orang (22,2%), dan bersikap buruk 10 orang (55,6%). Responden berpengetahuan sedang berjumlah 46 orang dimana kurang dari 9 orang (19,6%) bersikap baik, bersikap sedang kurang dari 17 orang (36,9%), bersikap buruk kurang dari 20 (43,5%). Responden berpengetahuan buruk berjumlah 32 orang dimana terdapat kurang dari 3 orang (9,4%) bersikap baik, bersikap sedang kurang dari 14 orang (43,8 %), bersikap buruk kurang dari 15 (46,9 %) Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan Tabel 4.14 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun Kategori Tindakan No. Pengetahuan Jumlah Baik Sedang Buruk n (%) n (%) n (%) n (%) 1. Baik 4 22,2 6 33,3 8 44, Sedang 8 17, , , Buruk , , Tabel 4.14 di atas menunjukkan tindakan responden lebih banyak pada kategori buruk dibandingkan yang baik walaupun pengetahuannya baik. Tabel menunjukkan bahwa 18 responden berpengetahuan baik dari 18 orang terdapat
24 yang bertindakan baik kurang dari 4 orang (22,2%), bertindakan sedang kurang dari 6 orang (33,3%), dan bertindakan buruk kurang dari 8 orang (44,4%). Responden berpengetahuan sedang berjumlah 46 orang dimana kurang dari 8 orang (17,4%) bertindakan baik, bertindakan sedang kurang dari 13 orang (28,3%), bersikap buruk 25 orang (54,3%). Responden berpengetahuan buruk berjumlah 32 orang dimana kurang dari 4 orang (13%) bertindakan baik, bertindakan sedang kurang dari 11 orang (34,4%), bertindakan buruk 17 orang (53,1%) Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan Pedagang AMDK di Kecamatan Medan Baru Tahun Kategori Tindakan No. Sikap Baik Sedang Buruk Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 1. Baik 3 18,8 5 31, Sedang , , Buruk 6 13, , , Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa lebih banyak yang bertindakan buruk dibandingkan dengan bertindakan baik walaupun sikapnya sudah baik. Tabel menunjukkan bahwa dari 16 responden bersikap baik, sebanyak kurang dari 3 orang (18,8%) bertindakan baik, sebanyak kurang dari 5 orang (31,2%) bertindakan sedang, dan 8 orang (50%) bertindakan buruk. Responden yang bersikap sedang terdapat 35 orang dengan kurang dari 7 orang (20%) bertindakan baik, kurang dari 9 orang (25,7%) bertindakan sedang, dan 19 orang (54,3%) bertindakan buruk. Responden yang bersikap buruk terdapat 45 orang dengan kurang dari 6 orang (13,3%) bertindakan baik, kurang dari 16 orang (35,6%) bertindakan sedang, dan 23 orang (51,1%) bertindakan buruk.
25 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Uji Kadar Fenol Pada AMDK Botol Plastik Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium menunjukkan AMDK yang terpapar matahari memiliki kadar fenol lebih 1000 µg/l yang mana bila dikonversikan dalam bentuk satuan mg maka kadar fenol pada AMDK sebesar 1 mg yang telah melebihi ambang batas migrasi 0,023 mg/cm 2 dalam peraturan BPOM No. HK tahun 2007, hal ini dipengaruhi oleh panas matahari yang menyebabkan suhu meningkat sehingga senyawa monomer plastik yang tidak stabil terlepas kedalam air minum yang dikemas oleh botol plastik pada AMDK. Hasil uji fenol untuk hasil sampingan dari desinfektan 2- chlorophenol, 2,4,6 trochlorophenol masih dalam ambang batas sesuai dengan Kepmenkes RI no. 907/MENKES/VII/2002. Menurut Sulchan dan Endang (2007) semakin tinggi suhu makanan dan minuman yang diwadahi oleh wadah plastik semakin banyak monomer plastik yang tercampur kemakanan dan minuman sehingga setiap kita mengkonsumsi makanan maupun minuman tersebut kita secara tak sadar mengkonsumsi zat-zat yang termigrasi itu. Semakin lama produk disimpan, batas maksimum komponenkomponen yang bermigrasi semakin terlampaui. Karena alasan tersebut keterangan batas ambang waktu kadaluwarsa bagi produk yang dikemas plastik perlu diberitahukan secara jelas kepada konsumen. Fenol mudah diserap melalui inhalasi, sistem pencernaan dan paparan dermal, yang menghasilkan toksisitas sistemik. Penyerapan fenol cepat 67
26 didistribusikan ke seluruh tubuh. Rute utama dari ekskresi fenol adalah dalam bentuk urin (PHE,2016). Fenol yang masuk kedalam tubuh memberikan pengaruh yang buruk, karena fenol merupakan racun proptoplasmic (sel-sel darah) atau bersifat racun terhadap sel-sel lainnya. Keracunan sistemik dari fenol mula-mula merangsang dan menimbulkan depresi (penekanan) terhadap sistem syaraf pusat, hilangnya tonus, penyempitan pembuluh syaraf dan terhentinya pernafasan. Fenol mempengaruhi juga terhadap sirkulasi jantung (Adiwisatra, 1992). 5.2 Karakterisktik Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 orang responden didapati distribusi kelompok umur yang cukup sama pada tiap kelompok umur, pedagang paling banyak berumur tahun sebanyak 28 orang, kemudian pada umur tahun sebanyak 26 orang, dan tahun sebanyak 24 orang, pada kisaran umur ini biasanya rasa ingin tahu sesorang mulai berkurang. Pada kisaran umur 36 tahun keatas dapat diasumsikan orang cenderung malas untuk mencari informasi terkini dan cenderung lebih menerima informasi dari pada mencari sendiri. Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuannya bila diasumsikan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula ilmu pengetahuannya. Dapat dilihat bahwa responden paling banyak pada pendidikan terakhir yang dijalani adalah SMP sebesar 44,8%, SMA sebesar 28,1% dan perguruan tinggi sebesar 4,2 %.
27 Hasil penelitian menunjukkan 51% pedagang telah berjualan 5 tahun hal ini dapat diasumsikan bahwa pedagang yang menjual AMDK botol plastik dalam hal ini dapat diasumsikan semakin lama seorang pedagang berjualan AMDK pengetahuannya tentang memaparkan AMDK botol plastik pada sinar matahari akan lebih baik karena lamanya pengalaman berdagang namun hasil penelitian menunjukkan tindakan pedagang pada kategori buruk sebesar 52,1%. 5.3 Pengetahuan Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 responden pedagang AMDK tentang keamanan kemasan botol plastik di Kecamatan Medan Baru didapati bahwa pengetahuan pedagang AMDK tergolong dalam kategori sedang 47,9%. Banyaknya responden yang berada pada kategori sedang ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mengenai plastik sebagai kemasan masih kurang baik. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 70,8% pedagang mengetahui bahwa plastik dapat digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman sebanyak 46,9%, pedagang setuju bahwa plastik aman digunakan sebagai kemasan makanan, tetapi sebesar 58,3% pedagang tidak mengetahui plastik sebagai kemasan dapat menimbulkan efek kesehatan. Pedagang juga tidak mengetahui apa pemicu lepasnya zat plastik pada kemasan AMDK sebesar 44,8% hal ini dapat
28 diketahui dari pertanyaan selanjutnya mengenai alasan tidak tahunya pedagang dalam pertanyaan pernahkah anda mencari/mendapat informasi senyawa plastik yang dapat lepas terlepas kedalam air minum yang dikemasnya sebanyak 51% menjawab tidak pernah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40,6% responden menjawab mengenai fungsi tanda peringatan bahwa tanda peringatan merupakan prosedur pabrik yang harus dimiliki. Sebanyak 60,4% menjawab bahwa AMDK yang terhindar dari matahari dengan yang terpapar matahari tidak dapat menimbulkan efek kesehatan. Fungsi pengetahuan dalam Maulana (2009), setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pengetahuan pedagang yang tergolong dalam kategori sedang menunjukkan bahwa pengetahuan yang masih kurang baik diwujudkan dengan perilaku mereka meletakkan AMDK terpapar matahari sehingga memicu terjadinya migrasi monomer plastik karena ketidaktahuaan. Hasil tabulasi silang antara pendidikan dan pengetahuan, menunjukkan bahwa pada tingkat penddikan perguruan tinggi memiliki persentase yang lebih baik dibandingkan dengan tingkatan SMP dan SMA hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010) tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
29 5.4 Sikap Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 96 responden, diperoleh sikap pedagang AMDK botol plastik tergolong sedang sebesar 45,8% dan 43,8% selisih dari perolehan sikap sedang dan buruk responden sangat kecil, sehingga ini mengartikan bahwa sikap pedagang penjual AMDK terbagi menjadi 2 bagian yakni masih kurang baik dan buruk. Hasil yang didapat menunjukkan sebanyak 67 orang (69,8%) tidak setuju bahwa migrasi plastik ke air minum didapat dari matahari, sebanyak 59 orang (61,5%) menjawab tidak setuju untuk meletakkan AMDK ditempat yang sejuk untuk mencegah migrasi plastik ke air minum, sebanyak 51 orang (53,1%) tidak setuju bahwa salah satu penyebab faktor migrasi plastik adalah suhu. Dari hasil yang didapat responden tahu bahwa plastik mengandung senyawa berbahaya 72,9% dan dapat plastik menyebabkan kanker sebanyak 52,1%. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa responden bersikap cukup baik untuk bahaya yang ditimbulkan plastik sedangkan untuk sikap untuk mencegah migrasi plastik masih kurang. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
30 diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo,2010). 5.5 Tindakan Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 96 responden, diperoleh tindakan pedagang AMDK botol plastik dalam keamanan kemasan yaitu (Tabel 4.10) tergolong buruk 52,1%. Dapat dilihat bahwa mereka menata dagangan mereka agar tidak terpapar matahahari 55,2% tetapi bila dilihat dalam hal ini berlaku pada pagi dan pada siang hari ketika posisi matahari berubah mereka cenderung tidak merubah tempat menata dagangan mereka sebanyak 62,5%. Tindakan pedagang penjual AMDK ini dilakukan karena kurangnya pengetahuan mereka terhadap bahaya botol plastik bila terpapar matahari. Hal ini dapat dijelaskan sebanyak 51% responden menjawab tidak pernah mencari informasi seputar plastik sebagai bahan kemasan dapat melepaskan beberapa senyawa zat kimia berbahaya pada makanan ataupun minuman apabila terpapar matahari. Tindakan pedagang yang buruk dapat juga di latar belakangi oleh kebiasaan yang telah lama mereka biasakan untuk memaparkan AMDK terhadap terik matahari ini dapat kita lihat bahwa banyak respondeng yang telah berdagang 5 tahun, hal ini bisa saja juga disebabkan pengetahuan pedagang yang masih kurang baik sehingga pedagang sulit untuk memutuskan tindakan yang telah dilakukannya sudah benar atau tidak. Pedagang memiliki alasan tersendiri meletakkan AMDK yang dijual terpapar matahari dengan beralasan agar dapat dilihat oleh pembeli dengan
31 menyusunnya ditempat yang mudah terlihat dan tidak berupaya untuk mengatur dagangannya agar tidak terpapar matahari namun pembeli dapat sekaligus mengetahui pedagang juga menjual AMDK. Tindakan pedagang buruk karena masih kurang cukupnya pengetahuan mengenai migrasi monomer plastik yang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu, kurangnya informasi juga menjadi salah satu faktor tindakan pedagang tergolong dalam kategori buruk, dalam hal ini penyuluhan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan pedagang shingga dapat menentukan tindakan yang akan dilakukannya. Kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang menggunakan bahan baku polivinil khlorida dan kopolimer akrilonitril perlu disimpan di tempat yang bebas dari panas matahari, untuk mencegah lepasnya monomer-monomer plastik. Di dalam perdagangan sering kita melihat para penjual meletakkan AMDK di bawah terik matahari. Hal ini perlu dihindarkan karena semakin tinggi suhu semakin tinggi peluang terjadinya migrasi zat-zat plastik ke dalam bahan yang dikemas (Sulchan dan Endang,2007). Menurut Notoadmodjo (2010), secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Dalam penerapannya sikap terkadang tidak sejalan dengan tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Sikap pedagang dari hasil penelitian termasuk dalam kategori yang sedang namun dalam hal tindakan tidak diikuti dengan tindakan hal yang baik pula.
32 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis kadar fenol pada AMDK botol plastik menunjukkan kadar fenol diatas 1000 µg/l pada AMDK yang terpapar matahari yang telah melebihi dari ambang batas yang ditetapkan dan untuk AMDK yang berada pada pendingin berada pada nilai 10 µg/l µg/l. 2. Pengetahuan pedagang tergolong dalam kategori sedang sebesar 47,9 %, sikap pedagang tergolong dalam kategori sedang 45,8 %, tindakan tergolong dalam kategori buruk sebesar 52,1 % dari jumlah seluruh responden sebanyak 96 orang. 3. Kebanyakan responden tidak mengetahui bahwa botol plastik yang digunakan sebagai bahan pengemas AMDK dapat terjadi migrasi monomer plastik ke air minum apabila terpapar matahari dan terjadi peningkatan suhu. 4. Kurangnya informasi menjadi penyebab faktor para pedagang memaparkan AMDK botol plastik dibawah terik matahari yang menyebabkan kenaikan suhu pada air minum. 74
33 6.2 Saran 1. Diharapkan bagi para pedagang agar lebih memperhatikan petunjuk penyimpanan AMDK, untuk menjaga kualitas air minum yang akan dijual pada konsumen. 2. Bagi para konsumen lebih teliti dalam membeli AMDK botol plastik dan lebih disarankan membeli dengan memperhatikan fisik kemasan dan keduluwarsa produk dan juga disarankan untuk membeli dalam AMDK yang dijual dalam kulkas sehingga kemungkinan migrasi plastik dapat dihindari. 3. Dilakukannya penyuluhan dari instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, BPOM, dan instansi lainnya agar para pedagang mendapat informasi yang berguna untuknya sehingga diharapkan dapat merubah perilakunya agar lebih baik untuk selanjutnya. 75
Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan pengujiannya di laksanakan di Labaoratorium Kimia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.
30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di desa Hulawa kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Dengan hasil observasi bahwa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,
Lebih terperinciAir dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
52 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT PENYIMPANAN ATAU PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN Nomor : A.KARAKTERISTIK RESPONDEN
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciGambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).
Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium
118 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen
Lebih terperinciLampiran 1. Angket Penelitian
Lampiran 1. Angket Penelitian GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015 No. Responden :. I.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi
BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciGambar 6. Kerangka penelitian
III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar Sentral Kota Gorontalo. Dari keseluruhan penjual
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau.
Lebih terperinci4. Menurut anda jenis es batu apa yang baik digunakan?
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEDAGANG MINUMAN DALAM MEMILIH JENIS ES BATU DI PASAR TRADISIONAL SENTRAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer
LAMPIRAN 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik 1.2 Pencarian tanaman Genjer 1.3 Persiapan dan Aklimatisasi Genjer 1.4 Merangkai unit akuaponik dan mengatur debit aliran 1.5 Pengambilan
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a
Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional D a f t a r i s i Daftar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,
22 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada 7 Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo,
Lebih terperinciZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011
Standar Nasional Indonesia ICS 13.060.50 Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober
24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Peralatan dan Bahan yang Digunakan 3.1.1. Peralatan Peralatan digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium kaca ukuran 70x55x40 cm; perangkat analisis COD dari HACH, USA;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah
Lebih terperinciUdara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer
Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari
Lebih terperinciBAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah pelanggan PDAM di Kota Gorontalo, sedangkan untuk pemeriksaan cemaran logam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini bertempat di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas
Lebih terperinciUNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH
UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Gambar 1. Gambar Depot Air Minum Isi Ulang Gambar.Gambar Depot Air Minum Isi Ulang Teknik Reverse Osmosis Gambar 3. Gambar air minum reverse osmosis dalam kemasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa kandungan bahan pengawet nitrit dan yang terdapat di dalam
Lebih terperinciUdara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom
Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar
Lebih terperinciLampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum
Lampiran Lampiran I. Rancangan Percobaan Sampel 2 macam Laaitan standar formaldehid Persiapan sampel dengan berbagai variasi suhu (50,6O,7O,8O,9O,dan 100 V Penentuan waktu kestabilan warna y V Penentuan
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap uji pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre test and post test control group design
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium
Lebih terperinciSikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Mammografi Sikap Terhadap Mammografi Wanita 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah
Lebih terperinciBALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012
BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 FUNGSI KEMASAN WADAH PERLINDUNGAN FISIK PERLINDUNGAN BARRIER KOMUNIKASI KEAMANAN KENYAMANAN Identifikasi dan informasi produk Isi Ukuran Keamanan
Lebih terperinciBAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari
Lebih terperinci