PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 113 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN (ADVISORY CIRCULAR PART 69-03) TENTANG LISENSI, RATING, PELATIHAN DAN KECAKAPAN PERSONEL PEMANDU KOMUNIKASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. b. bahwa dalam Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 69 (Civil Aviation Safety Regulation Part 69) sebagaimaina diubah dalam peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2016 Tentang Lisensi, Rating, Pelatihan Dan Kecakapan Personel Navigasi Penerbangan, diatur ketentuan lebih lanjut mengenai personel navigasi penerbangan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang perlu menetapkan Pedoman Teknis Operasional Bagian (Advisory Circular Part 69-03) Tentang Lisensi, Rating, Pelatihan dan Kecakapan Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan, dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tetang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5); Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembairan Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 176);

2 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service Provider) sebagaimana diubah terakhir dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 38 Tahun 2014; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 1 Tahun 2014 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 69 (Civil Aviation Safety Regulation Part 69) Tentang Lisensi, Rating, Pelatihan Dan Kecakapan Personel Navigasi Penerbangan sebagaimana diubah terakhir dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2016; 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah terakhir dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN (ADVISORY CIRCULAR PART 69-03) TENTANG LISENSI, RATING, PELATIHAN DAN KECAKAPAN PERSONEL PEMANDU KOMUNIKASI PENERBANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Administrator adalah personel Direktorat Jenderal yang ditetapkan oleh Direktur yang bertugas untuk memeriksa kelengkapan administrasi permohonan penerbitan/ penggantian/perubahan identitas/validasi lisensi, menyelenggarakan ujian, memproses hasil ujian dan membuat laporan hasil ujian lisensi. 2. Advanced Training adalah pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang dirancang untuk men3dapkan personel untuk memberikan pelayanan komunikasi penerbsingan dengan menggunakan prosedur atau peralatan lebih maju / mutakhir. 3. Aeronautical station adalah unit pelayanan yang dibentuk untuk memberikan pelayanan informasi penerbangan dan pelayanan kesiagaan pada suatu rusing udara yang tidak dikendalikan (uncontrolled airspace).

3 4. Basic Training adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan memberikan pengeteihuan dan keterampilan dasar sesuai dengan disiplin ilmu yang ingin dicapai dalam bidang pelayanan komunikasi penerbangan. 5. Aeronautical Communication (AGO) Checker adalah personel pemandu komunikasi penerbangan yang ditunjuk dan diberi wewenang oleh Direktur atas nama Direktur Jenderal untuk memeriksa kelengkapan administrasi permohonan penerbitan /perpanjangan rating, melaksanakan pengujian rating, memproses hasil ujian dan membuat laporan hasil ujian rating kepada Direktur Jenderal. 6. Continuation training adalah pendidikan dan pelatihan untuk personel pemandu komunikasi penerbangan yang bertujuan untuk menyegarkan pengetahuan dan ketrampilan dasar personel dan ditujukan terutama untuk personel yang telah bertugas sebagai personel pemandu komunikasi penerbangan sekurang-kurangnya setiap 5 tahun. 7. Developmental training adalah pendidikan dan pelatihan dirancang untuk menjdapkan personel untuk menduduki posisi tertentu pada suatu unit penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan 8. Direktorat Navigasi Penerbangan adalah Direktorat yang membidangi navigasi penerbangan. 9. Direktur adalah Direktur Navigasi Penerbangan. 10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 11. Endorser adalah personel Direktorat Jenderal yang ditetapkan oleh Direktur sebagai penguji ujian validasi lisensi personel Pemandu komunikasi penerbangan yang diterbitkan oleh negara lain. 12. Examiner adalah personel dari Direktorat Jenderal yang ditetapkan oleh Direktur sebagsii penguji ujian lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan 13. Kompetensi adalah suatu gabungan antara keterampilan, kepandaian/pengetahuan dan sikap yang disyaratkan untuk melakukan suatu tugas sesuai dengan standar yang telah di tetapkan. 14. Lembaga pelatihan adalah penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang disetujui oleh Direktur Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4 15. Lisensi adalah surat ijin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekeijaan di bidangnya dalam jangka waktu tertentu. 16. On The Job Training Instructor (OJTI) adalah personel navigasi penerbangan yang memiliki lisensi dan rating yang sesuai serta ditunjuk oleh pimpinan unit setempat untuk melakukan pembinaan terhadap kegiatan on the job training yang dilakukan oleh peserta pelatihan kompetensi atau personel baru yang akan mengambil rating. 17. Pelatihan yang disetujui adalah pelatihan dengan kurikulum khusus yang diselenggarakan oleh organisasi pelatihan yang telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 18. Penerimaan Negara Bukan Pajaik, yang selanjutnya disebut PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. 19. Pengessihan/validasi lisensi adalah tindakan yang dilakukan oleh Direktur sebagai suatu altematif atas penerbitan lisensinya sendiri dalam menerima suatu lisensi yang diterbitkein oleh negara anggota ICAO lainnya sebagai kesetaraan dengan lisensinya. 20. Rating adalah batassin kewenangan seseorang pemegang lisensi pada suatu bidang pekeijaan sesuai dengan lisensi yang dimiliki. 21. Remotely AFIS Centre (RAG) adalah unit yang memberikan pelayanan AFIS terhadap satu atau lebih bandara pada lokasi yang berbeda dengan lokasi unit tersebut berada. 22. Sertifikat Kesehatan adalah tanda bukti terpenuhinya persyaratan kesehatan personel pemandu komunikasi penerbangan yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh Direktur Jenderal melalui Kepala Balai Kesehatan Penerbangan. 23. Sertifikat Kompetensi adalah tanda bukti seseorang telah memenuhi persyaratan pengetahuan, keahlian dan kualifikasi dibidangnya yang dikeluarkan oleh lembaga pelatihan yang telah mendapatkan persetujuan. 24. Ujian Teori adalah pengujian lisensi yang dilakukan secara tertulis dan/atau oral 25. Ujian Praktik adalah pengujian lisensi yang dilakukan dengan penilaian kompetensi yang menuntut personel mendemontrasikan kemahiran kompetensi dsdam bentuk unjuk kerja.

5 BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Personel pemandu komunikasi penerbangan untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya harus memiliki lisensi dan rating yang berlaku. (2) Tugas dan kewenangan bagi pemegang lisensi dan/atau rating sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangsin. BAB III LISENSI PERSONEL PEMANDU KOMUNIKASI PENERBANGAN Pasal 3 Lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan diterbitkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 4 Lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 meliputi : a. lisensi pemandu komunikasi penerbangan bidang pekeijaan aeronautical communication and flight services; b. lisensi pemandu komunikasi penerbangan bidang pekeijaan aeronautical radio operator, Pasal 5 Persyaratan penerbitan lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan adalah : a. memenuhi kriteria usia; b. menunjukkan tingkat pengetahuan yang sesuai; 0. memenuhi ketentuan pelaksanaan pelatihan keija lapangan (on the Job Training); d. memenuhi kriteria kesehatan; e. memiliki kemampuan berbahasa Inggris; dan f. memenuhi persyaratan administrasi dan lulus ujian.

6 Pasal 6 (1) Kriteria usia pemohon lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf (a) sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun. (2) Usia pemegang lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan adalah 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 65 (enam puluh lima) tahun. Pasal 7 Tingkat pengetahuan pemohon lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf b, sekurang-kurangnya sebagai berikut: a. pengetahuan umum mengenai pelayanan lalu lintas penerbangan yang diberikan didalam ruang udara Indonesia, prinsip-prinsip penerbangan, prinsip-prinsip operasi dan fungsi pesawat udara, powerplan dan sistem, kineija pesawat udara terkait dengan operasi pemandu komunikasi penerbangan. b. pengetahuan mengenai kineija manusia (human performance) yaitu termasuk prinsip - prinsip manajemen ancaman dan kesalahan (threat and error management); c. pengetahuan mengenai meteorologi yaitu meteorologi penerbangan, penggunaam dan pem^aman terhadap dokumentasi dan informasi meteorologi, asal dan karakteristik fenomena cuaca yang mempengaruhi operasi dan keselamatan penerbangan dan keselamatan, altimetiy; d. pengetahuan mengenai navigasi penerbangan yaitu prinsip - prinsip navigasi penerbangan, prinsip, batasan dan akurasi sistem navigasi dan alat bantu visual; e. pengetahuan mengenai prosedur operasional pelayanan komunikasi penerbangan meliputi prosedur radiotelephony, phraseology dan jaringan komunikasi; f. pengetahuan mengenai hukum penerbangan yaitu peraturan dan regulasi yang relevan dengan pelayanan komunikasi penerbangan; dan g. pengetahuan mengenai peralatan pelayanan komunikasi penerbangan yaitu prinsip-prinsip, penggunaan dan keterbatasan peralatan yang digunakan dalam pelayanan komunikasi penerbangan. Pasal 8 Pelatihan keija lapangan (on the job training) sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf c dengan jangka waktu minimal 2 (dua) bulan di bawah pengawasan personel pemandu komunikasi penerbangan yang memiliki kualifikasi yang sesuai.

7 Pasal 9 (1) Persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf d dibuktikan dengan sertifikat kesehatan kelas 3 yang masih berlaku. (2) Sertifikat kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) berlaku sejak diterbitkannya sertifikat kesehatan dengan jangka waktu sesuai ketentuan didalsim Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 67 (Civil Aviation Safety Regulation Part 67) - Standar Kesehatan. (3) Masa berlaku sertifikat kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (3) dapat diperpanjang 45 (empat puluh lima) hari. Pasal 10 (1) Kemampuan berbahasa Inggris sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf e dibuktikan dengan sertifikat ICAO Language Proficiency yang diterbitkan lembaga pelatihan sekurang-kurangnya operasional level (level 4). (2) Personel pemandu komunikasi penerbangan yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris sebagaimana dimaksud ayat (1) harus di evaluasi dalam jangka waktu sebagai berikut: a. Operational level (level 4) harus di evalusi minimal setiap 3 (tiga) tahun sekali; b. Extended level (level 5) harus di evalusi minimal setiap 6 (enam) tahun sekali; c. Expert level (level 6) tidak dilakukan evaluasi. Pasal 11 Permohonan untuk penerbitan lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan diajukan secara tertulis oleh perorangan, lembaga pendidikan dan/atau pelatihan, dan badan hukum kepada Direktur. Pasal 12 (1) Untuk dapat memperoleh lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan, pemohon harus memenuhi persyaratan administrasi dan lulus ujian penerbitan lisensi. (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. surat permohonan lisensi yang diajukan kepada Direktur, sebagaimana tercantum dalam lampiran I peraturan ini. b. mengisi dan melampirkan Formulir permohonan lisensi sebagaimana terlampir pada lampiran II peraturan ini;

8 c. pas foto terbaru sebanyak 2 (dua) lembar ukuran 2x3 cm dengan latar belakang warna merah dan baju berwama putih; d. salinan (copy) Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk warga Negara Indonesia atau Paspor untuk warga negara asing; e. sehat jasmani yang dibuktikan dengan sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang berlaku; f. salinan (copy) sertifikat kompetensi atau ijazah personel pemandu komunikasi penerbangan; g. salinan (copy) sertifikat ICAO Languange Proficiency minimal Level 4; h. salinan (copy) bukti pembayaran PNBP penerbitan lisensi sesuai peraturan perundangan. Pasal 13 (1) Sertifikat kompetensi personel pemandu komunikasi penerbangan terdiri dari: a. Sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI); b. Sertifikat kompetensi Enroute Flight Information (EFI); c. Sertifikat kompetensi Basic Aeronautical Fixed (BAF); d. Sertifikat kompetensi Advance Aeronautical Fixed (AAF); e. Sertifikat kompetensi Aeronautical Radio Operator (ARO). (2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pased 12 ayat (2) huruf f, sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI); atau b. Sertifikat kompetensi Aeronautical Radio Operator (ARO); atau a Sertifikat kompetensi Basic Aeronautical Fixed (BAF). (3) Setiap penambahan dan/atau peningkatan kompetensi pada personel pemandu komunikasi penerbangan hsirus melalui tahapan assesment yang dilakukan Direktur Jenderal. Pasal 14 (1) Administrator dan Exguniner yang ditunjuk oleh Direktur untuk melakukan pengujian lisensi paling lama 10 (sepuluh) hari keija setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 diterima secara lengkap dan dinyatakan memenuhi persyaratan. (2) Apabila permohonan dinyatakan tidak lengkap, Direktur menyampaikan surat penolakan disertai alasannya kepada pemohon paling lambat 5 (lima) hari keija.

9 (3) Pemohon yang permohonannya ditolak dapat mengajukan klarifikasi disertai dengan bukti paling lambat 10 (sepuluh) hari keija setelah penerbitan surat penolakan. (4) Terhadap surat klarifikasi yang disampaikan pemohon, Direktur melakukan evaluasi atas kelengkapan bukti yang diajukan (5) Apabila basil evaluasi atas kelengkapan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan memenuhi persyaratan, Direktur menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan permohonan paling lambat 5 (lima) hari keija, pemohon selanjutnya dapat mengikuti ujian lisensi (6) Apabila hasil evgduasi atas kelengkapan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan tidak memenuhi persyaratan, Direktur menyampaikan surat pemberitahuan penolakan permohonan paling lambat 5 (lima) hari keija, pemohon dapat mengajukan permohonan penerbitan lisensi kembali. Pasal 15 (1) Ujian penerbitan lisensi sebagaimsina dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) meliputi kegiatan: a. pembekalan materi; b. pelaksanaan ujian teori; 1) ujian dilaksanakan selama 120 menit; 2) evaluasi hasil ujian teori. c. pelaksanaan ujian praktik d. pengumuman hasil ujian teori dan praktik (2) Hasil ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diumumkan paling lama 5 (lima) hari keija setelah pelaksanaan ujian teori dan praktik. (3) Batasan nilai minimal kelulusan yaitu 70 (tujuh puluh). (4) Peserta yang dinyatakan tidak lulus dapat mengikuti 1 (satu) kali ujian ulang (re-check). (5) Apabila setelah dilakukan ujian ulang (re-check) peserta tetap dinyatakan tidak lulus, maka peserta yang bersangkutan hams mengajukan permohonan bam.

10 Pasal 16 Pembekalan materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a, meliputi: a. ketentuan mengenai lisensi dan rating, termasuk kewenangan dan kewajiban pemegang lisensi dan rating; b. peraturan di bidang pelayanan komunikasi penerbangan; c. perkembangan pelayanan komunikasi penerbangan di wilayah regional maupun internasional. Passil 17 (1) Direktur menerbitkan buku lisensi kepada pemohon yang dinyatakan lulus ujian paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pengumuman basil ujian. (2) Direktur menerbitkan surat penolakan penerbitan lisensi. kepada pemohon yang dinyatakan tidak lulus ujian lisensi paling lambat 7 (tujuh) hari keija. (3) Pemohon yang dinyatakan tidak lulus ujian lisensi dapat mengajukan permohonan kembali sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari keija setelah diterbitkanya surat penolakan. Pasal 18 (1) Tahapan asessment sebagaimana dimaksud pasal 13 ayat (3) meliputi : a. pemenuhan persysiratan administrasi; b. lulus ujian peneunbahan atau peningkatan kompetensi. (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) hunif a terdiri dairi: a. Surat permohonan penambahan atau peningkatan kompetensi yang diajukan kepada Direktur, sebagaimana tercantum dalam lampiran III peraturan ini. b. Buku lisensi asli; c. Salinan (copy) sertifikat kompetensi yang terdiri dari: 1) Sertifikat kompetensi Enroute Flight Information (EFI)\ 2) Sertifikat kompetensi Advanced Aeronautical Fixed (AAF). (3) Salinan (copy) sertifikat kompetensi Advanced Aeronautical Fixed (AAF) yang dimaksud dalam ayat 2 ( dua ) huruf c sekurang - Imrangnya meliputi: a. Aeronautical Telecomunication Network (ATN); b. ATS Message Handling System (AMHS). 10

11 (3) Ujian penambahan atau peningkatan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Ujian teori dilaksanakan selama 120 menit dengan batasan minimal kelulusan yaitu 70 (tujuh puluh); b. ujian praktik dilaksanakan selama 30 menit dengan batasan minimal kelulusan yaitu 70 (tujuh puluh); c. peserta yang dinyatakan tidak lulus dapat mengikuti 1 (satu) kali.ujian ulang {re-check); d. apabila setelah dilakukan ujian ulang (re-check) peserta tetap dinyatakan tidak lulus, maka peserta yang bersangkutan hams mengajukan permohonan bam. Pasal 19 (1) Direktur mengesahkan penambahan atau peningkatan kompetensi pada buku lisensi pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan penambahan atau peningkatan kompetensi dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dan lulus ujian. (2) Direktur akan menerbitkan surat penolakan pengesahan penambahan atau peningkatan kompetensi pada buku lisensi pemohon yang dinyatakan tidak lulus ujian paling lambat 7 (tujuh) hari kerja. Pasal 20 (1) Terhadap lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan yang hilang dan / atau msak, maka pemohon mengajukan permohonan penggantian buku lisensi kepada Direktur. (2) Permohonan untuk penggantian buku lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh perseorangan atau badan hukum. (3) Permohonan penggantian buku lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan persyaratan sebagai berikut: a. surat permohonan penggantian Lisensi sebagaimana tercantum dalam lampiran IV peraturan ini; b. surat keterangan kehilangan dari kepolisisin (apabila hilang); c. pas foto terbam 2 lembar ukuran 2 x 3 cm dengan latar belakang wama merah dan baju berwarna putih; d. salinan (copy) kartu tanda penduduk (KTP) untuk warga negara Indonesia atau passport untuk warga negara asing; e. lisensi yang msak (apabila msak) atau salinan (copy) lisensi (apabila hilang); 11

12 f. salinan (copy) sertifikat kompetensi atau ijazah; dan g. salinan (copy) bukti pembayaran biaya penerbitan lisensi sesuai peraturan perundangan. Pasal 21 (1) Direktur akan menerbitkan buku lisensi baru kepada pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan penggantian buku lisensi dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan oleh administrator. (2) Direktur akan menerbitkan surat penolakan penggantian buku lisensi kepada pemohon yang dinyatakan tidak lengkap dan memenuhi persyaratan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja. Pasal 22 (1) Terhadap perubahan identitas buku lisensi pada pemegang lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan, Pemohon mengajukan permohonan perubahan identitas buku lisensi kepada Direktur. (2) Perubahan identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain : a. perubahan nama; b. perubahan alamat tempat tinggal atau tempat kerja. (3) Permohonan untuk perubahan identitas buku lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh perorangan atau badan hukum. (4) Permohonan perubahan identitas buku lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilsikukan dengan mengajukan persyaratan sebagai berikut: a. Surat permohonan perubahan identitas buku lisensi sebagaimsina tercantum dalam lampiran IV peraturan ini; b. Surat tanda bukti perubahan nama; dan/ atau 0. Surat tanda bukti perubahan alamat tempat tinggal atau bekeija selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak kepindahan; d. Salinan (copy) kartu tanda penduduk (KTP) untuk warga negara Indonesia atau passport untuk warga negara asing; e. Buku lisensi asli; f. Salinan (copy) bukti pembayaran biaya PNBP penerbitan lisensi sesuai peraturan perundangan. 12

13 Pasal 23 (1) Direktur menerbitkan perubahan identitas buku lisensi baru kepada pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari keija setelah permohonan perubahan identitas buku lisensi dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan oleh administrator. (2) Direktur menerbitkan surat penolakan penggantian lisensi kepada pemohon yang dinyatakan tidak lengkap dan memenuhi persyaratan paling lambat 7 (tujuh) hari keija. BAB IV RATING PERSONEL PEMANDU KOMUNIKASI PENERBANGAN Pasal 24 Pemegang lisensi Pemandu komunikasi penerbangan yang melaksanakan tugas dan kewenangannya diwajibkan memiliki rating. Pasal 25 (1) Rating sebagaimana dimaksud dedam Pasal 24 disahkan oleh checker pemandu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker). (2) Rating personel komunikasi penerbangan bidang aeronautical communication and flight services dan bidang aeronautical radio operator berlaku selama 6 (enam) bulan; (3) Permohonan perpanjangan rating personel pemandu komunikasi penerbangan diajukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulsin sebelum masa berlaku rating habis. (4) Rating personel pemandu komunikasi penerbangan dinyatakan berlaku apabila: a. sertifikat kesehatan kelas 3 masih berlaku; dsin b. sertifikat ICAO Language Proficiency minimal operational level (level 4) masih berlaku. Pasal 26 Rating personel pemandu komunikasi penerbangsin sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 antara lain : a. bidang keija aeronautical communication and flight services terdiri dari: 1. Aerodrome Flight Information (AFI) Rating; 2. Basic Aeronautical Fixed (BAF) Rating; 13

14 3. Enroute Flight Information (EFI) Rating; 4. Advance Aeronautical Fixed (AAF) Rating; b. bidang keija aeronautical radio operator terdiri dari Aeronautical Radio Operator (ARC) Rating; Pasal 27 Pemegang Rating sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 memiliki kewenangan sebagai berikut: a. Aerodrome Flight Information (AFI) Rating: Melayani dan/atau mengawasi pemberian Air Traffic Advisory, Flight Information dan Alerting Service terhadap pesawat terbang dan/atau helikopter yang melakukan penerbangan di bandar udara berstatus AFIS ( Aerodrome Flight Information Service); b. Basic Aeronautical Fixed (BAF) Rating: Mempunyai kewenangan melaksanakan pelayanan pengoperasian distribusi data / informasi penerbangan baik voice maupun data menggunakan perangkat komunikasi Aeronautical Fixed Service (AFS) dan pemrosesan data penerbangan Flight Data Processing dalam pelayanan aeronautika tetap. c. Enroute Flight Information (EFI) Rating: Melayani dan / atau mengawasi pemberian Air Traffic Advisory, Flight Information dan Alerting Service baik voice maupun data (Controller Pilot Data Link Communication / CPDLQ terhadap pesawat udara yang melakukan penerbangan jelajah (Enroute) domestik maupun intemasional diluar Controlled Airspace sesuai dengan wilayah pelayanannya. d. Advanced Aeronautical Fixed (AAF) Rating: Mempunyai kewenangan melaksanakan pelayanan sistem administrasi dan pengawasan operasional terhadap data / informasi penerbangan menggunakan perangkat komunikasi Aeronautical Fixed Service (AFS) pada tingkat lanjut. e. Aeronautical Radio Operator (ARC) Rating: Memberikan pelayanan komunikasi dua arah pada stasiun radio penerbangan (aeronautical station) untuk memberikan pelayanan informasi penerbaingan dan meteorologi terhadap aircraft station pada aerodrome dibawah AFIS termasuk heliport yang terdiri dari surface heliport dan helideck, Pasal 28 Setiap pemegang lisensi personel pemadu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud diam Pasal 24 dapat memiliki lebih dari 1 (satu) rating. 14

15 Pasal 29 Persyaratan pemohon rating personel pemandu komunikasi penerbangan sebagai berikut: a. menunjukkan tingkat pengetahuan yang sesuai; b. memenuhi persyaratan administrasi; dan c. lulus ujian Pasal 30 Tingkat Pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf a meliputi: a. Enroute Flight Information (EFI) Rating sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan sebagai berikut: 1. Peraturan, prosedur dan sumber informasi yang digunakan dalam pelayanan komunikasi penerbangan; 2. Ruang udara, klasifikasi dan pelayanannya; 3. Fenomena cuaca dan efeknya bagi penerbangan; 4. Fasilitas navigasi dan karakteristiknya; 5. Radiotelephony phraseology and operating procedures 6. Route Chart and Map; 7. Rencana gawat darurat dan rencana pencarian dan pertolongan; 8. Keirakteristik dan arus lalu lintas pada penerbangan jelajgih (enroute); 9. Flight Planning; 10. Publikasi Informasi Aeronautika terpadu. b. Aerodrome Flight Information (AFI) Rating sekuraingkurangnya memiliki pengetahuan sebagai berikut: 1. Peraturan, prosedur dan sumber informasi yang digunakan dalam pelayanan komunikasi penerbangan; 2. Ruang udara, klasifikasi dan pelayanannya; 3. Fenomena cuaca dan efeknya bagi penerbangan; 4. Fasilitas navigasi dan karsikteristiknya; 5. Pelayanan Komunikasi Penerbangan pada Bandar udara; 6. Radiotelephony phraseology and operating procedures; 7. Route Chart, Map, Aerodrome layout, local terrain and prominent landmark; 8. Flight Planning; 9. Rencana gawat darurat dan rencana pencarian dan pertolongan; 10. Publikasi Informasi Aeronautika terpadu. c. Basic Aeronautical Fixed (BAF) Rating sekurang - kurangnya memiliki pengetsihuan sebagai berikut: 1. Peraturan, prosedur dan sumber informasi yang digunakan d^am pelayanan komimikasi penerbaingan; 2. Ruang udara, klasifikasi dan pelayanannya; 3. Radiotelephony phraseology and operating procedures; 4. Route Chart and Map; 5. Rencana gawat darurat dan rencana pencarian dan pertolongan; 15

16 6. Flight Planning; 7. ATS messages; 8. Publikasi Informasi Aeronautika terpadu; 9. Meteorological messages; 10. Flight data processing; 11.AFTiV (Aeronautical Fixed Telecommunication Network) basic. d. Advanced Aeronautical Fixed (AAF) Rating sekurang - kurangnya memiliki pengetahuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dan ditambah pengetahuan sebagai berikut: 1. Computer system; 2. Network routing and switching; 3. AMHS (ATS message Handling System); 4. Data link communication; 5. Aeronautical Telecomunication Network (ATN). e. Aeronautical Radio Operator (ARC) Rating sekurang - kurangnya memiliki pengetahuan sebagai berikut: 1. Peraturan, prosedur dan sumber informasi yang digunakan dalsim pelayanan komunikasi penerbangan; 2. Ruang udara, klasifikasi dan pelayanannya; 3. Fenomena cuaca dan efeknya bagi penerbangan; 4. Fasilitas navigasi dan karakteristiknya; 5. Radiotelephony phraseology and operating procedures; 6. Route Chart, Map, Aerodrome layout, Terain and prominent landmark; 7. Flight Planning; 8. Rencsina gawat darurat dan rencana pencarian dan pertolongan; 9. Publikasi Informasi Aeronautika terpadu. Pasal 31 (1) Permohonan untuk penerbitan/perpanjangan rating personel pemandu komunikasi penerbangan diajukan secara tertulis oleh pimpinan penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan atau perorangan kepada Direktur. (2) Direktur menugaskan personel Checker pemandu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker/ACO Checker) yang telah ditunjuk untuk melaksanakan prosedur penerbitan/perpanjangan rating. Pasal 32 Prosedur Penerbitan / perpsinjangan rating sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 meliputi: a. Evaluasi pemenuhsin persyaratan administrasi; b. pelaksanaan ujian rating; dan c. pengumuman hasil ujian rating. 16

17 Pasal 33 (1) Persyaratan administrasi penerbitan rating personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 huruf a, meliputi: a. formulir permohonan penerbitan rating sebagaimana tercantum dalam lampiran V peraturan ini; b. buku lisensi (asli) personel pemandu komunikasi penerbangan; c. sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang masih berlaku; d. sertifikat ICAO Language Proficiency minimal operational level (level 4) yang masih berlaku; e. sertifikat kompetensi atau ijazah dari lembaga pelatihan; f. surat rekomendasi dari OJTI sesuai dengan rating yang dimohonkan. (2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk pemohon Aerodrome Flight Information (AFI) Rating, memiliki Sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI) b. Untuk pemohon Enroute Flight Information (EFT) Rating, memiliki Sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI) dan Sertifikat kompetensi Enroute Flight Information (EFI); c. Untuk pemohon Basic Aeronautical Fixed (BAF) Rating, memiliki Sertifikat kompetensi Basic Aeronautical Fixed (BAF); d. Untuk pemohon Advanced Aeronautical Fixed (AAF) Rating, memiliki Sertifikat kompetensi Basic Aeronautical Fixed (BAF) dan Advance Aeronautical Fixed (AAF); e. Untuk pemohon Aeronautical Radio Operator (ARO) rating, memiliki Sertifikat kompetensi Aeronautical Radio Operator atau sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI). (3) Surat rekomendasi dari OJTI sesuai dengan rating yang dimohonkan sebagaimana dimaksiid pada ayat (1) huruf f dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk pemohon Aerodrome Flight Information (AFI) Rating, pemohon telah memberikan Air Traffic Advisory, Flight Information dan Alerting Service terhadap pesawat terbang dan/ atau helikopter yang melaikukan penerbangan di bandar udara berstatus APIS (Aerodrome Flight Information Service) sekurang-kurangnya selama 1 (satu) bulan dibawah pengawasan OJTI di lokasi kerja pemohon. 17

18 b. Untuk pemohon Basic Aeronautical Fixed (BAF)y Pemohon telah memberikan pelayanan komunikasi tetap baik voice maupun data menggunakan media AFTN dasar maupun SSB (Single Side Band) sekurang-kurangnya selama 1 (satu) bulan dibawah pengawasan OJTI di lokasi keija pemohon. c. Untuk pemohon Enroute Flight Information (EFI) Rating, pemohon telah memberikan pelayanan Air Traffic Advisory, Flight Information dan Alerting Service terhadap pesawat udara yang melakukan penerbangan di Enroute Flight Information Zone sekurang-kurangnya selama 180 jam dan/atau 3 (tiga) bulan dibawah pengawasan OJTI di lokasi keija pemohon. d. Untuk pemohon Advanced Aeronautical Fixed (AAF), Pemohon telah memberikan pelayanan fungsi System Supervisor dan System Administration pelayanan komunikasi tetap dalam Aeronautical Telecommunication Network (ATN) menggunakan media jaringan komunikasi tingkat lanjut sekurang-kurangnya selama 2 (dua) bulan dibawah pengawasan OJTI di lokasi kerja pemohon. e. Untuk pemohon Aeronautical Radio Operator (ARC) Rating, pemohon telah memberikan pelayanan Air- Ground Communication, Flight Information dan Alerting Service pada Aeronautical Station sekurang-kurangnya selama 2 bulan dibawah pengawasan OJTI di lokasi keija pemohon. Pasal 34 Persyaratan administrasi perpanjangan rating personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 huruf a, meliputi: a. formulir permohonan perpanjangan rating sebagaimana tercantum dalam lampiran VI peraturan ini. b. buku lisensi (asli) personel pemandu komunikasi penerbangan; c. sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang berlaku; dan d. sertifikat ICAO Language Proficiency minimal operational level (level 4) yang berlaku. Pasal 35 (1) Checker pemandu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker/ACO Checker) melaksanakan ujian teori dan praktek paling lambat 5 (lima) hari keija setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 diterima secara lengkap dan dinyatakan memenuhi persyaratan. (2) Apabila permohonan dinyatakan tidak lengkap, Checker pemandu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker/ACO Checker) menyampaikan surat penolakan kepada pemohon paling lama 5 (lima) hari keija dan melaporkan kepada Direktur. 18

19 (3) Pemohon yang permohonannya ditolak dapat mengajukan klarifikasi disertai dengan bukti paling lambat 5 (lima) hari keija setelah siirat penolakan diterima. (4) Apabila hasil evaluasi atas kelengkapan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan memenuhi persyaratan, selanjutnya Checker pemandu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker/ACO Checker) melaksansikan ujian rating paling lama 5 (lima) hari keija. (5) Apabila hasil evaluasi atas kelengkapan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan tidak memenuhi persyaratan, Checker pemandu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker/ACO Checker) melaporkan kepada Direktur dan selanjutnya Direktur menyampaikan surat pemberitahuan penolakan permohonan paling lambat 5 (lima) hari keija, pemohon dapat nlengajukan permohonan penerbitan atau perpanjangan rating kembali. Pasal 36 (1) Pelaksanaan ujian rating sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 huruf b meliputi: a. Pembekalan materi; b. Pelaksanaan ujian rating; 1) Ujian teori; 2) Ujian praktik; 3) Evaluasi hasil ujian teori dan praktik. c. Pengumuman hasil ujian. (2) Hasil ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diumumkan paling lama 5 (lima) hari kerja. (3) Batasan nilai minimal kelulusan yaitu lebih besar sama dengan 70 (tujuh puluh) persen. (4) Peserta ysmg dinyatakan tidak lulus dapat mengikuti ujian ulang (re-check) paling banyak 1 (satu) kali. (5) Apabila setelah dilakukan ujian ulang (re-check) peserta tetap tidak dapat memperoleh nilai minimsd kelulusan, maka peserta yang bersangkutan hams mengajukan permohonan bam. 19

20 Pasal 37 Pembekalan materi dan ujian teori sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a dan b meliputi: a. pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 sesuai rating yang dimohonkan; b. Standar Operating Procedure (SOP) pelayanan komunikasi penerbangan serta jaringan komunikasi penerbangan pada unit dimana pemohon mengajukan rating; c. Letter of Agreement antar adjacent unit terkait pada lokasi keija pemohon; serta d. Peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan komunikasi penerbamgan Pasal 38 Ujian praktik sebagaimana dimaksud pada pasal 36 ayat (1) huruf b angka 2 dilaksanakan untuk menjamin pemohon memiliki kemampuain, pengambilan keputusan {judgement) dan performance yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan komunikasi penerbaingan yang aiman, teratur dan cepat. Pasal 39 Pemohon yang dinyatakan lulus ujian teori dan praktik diberikan rating sesuad dengan yang dimohonkan paling lambat 5 (lima) hari keija. Pasal 40 Checker pemaindu komunikasi penerbangan (Aeronautical Communication Checker/ACO Checker) melaporkan pelaksanaan penerbitan atau perpainjaingan ujian rating kepada Direktur melailui pimpinan penyelenggara pelayanan navigasi penerbangain paling laimbat 10 (sepuluh) ban setelah pengumuman hasil ujian. Pasal 41 Dalam hal permohonan ditolak, Direktur menyampaikan surat penolakan beserta alasannya kepada Pemohon. Pasal 42 (1) Rating personel pemandu komunikasi penerbangan dinyatakan tidak berlaku atau invalid apabila tidak melaksanakein kewenangannya sesuai rating selama 6 (enam) bulan. 20

21 (2) Untuk mengaktifkan kembali rating sebagaimana dimaksud ayat (1), personel pemandu komunikasi penerbangan dapat mengaji^an permohonan rating kembali dengan memenuhi ketentuan yang tercantum dalam pasal 32 dan 33. (3) Untuk personel pemandu komunikasi penerbangan yang ratingnya dinyatakan tidak berlaku atau invalid dikarenakan mengikuti pendidikan kompetensi maka persyaratan pelayanan dibawah pengawasan OJTI sebagaimana dimaksud pasal 33 ayat (3) dapat dilaksanakan berdasarkan pertimbangan OJTI dan atas persetujuan Direktur. BAB V VALIDASI LISENSI DAN/ATAU RATING Pasal 43 (1) Lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan yang diterbitkan oleh negara lain dinyatakan sah dan berlaku di wilayah Indonesia setelah mendapatkan validasi dari Direktur Jenderal. (2) Validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan dalam bentuk Surat Validasi Direktur Jenderal. Pasal 44 (1) Permohonan untuk validasi lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan diajukan secara tertulis oleh perseorangan atau badan hukum kepada Direktur. (2) Proses validasi lisensi oleh Direktur dilakukan setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. persyaratan administrasi; b. lulus ujian; c. pemeriksaan kesesuaian sertifikat kompetensi /sertifikat kelulusan personel dengan persyaratan pengetahuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai lisensi, rating, pelatihan dan kecakapan personel navigasi penerbangan. Pasal 45 Persyaratan administrasi untuk validasi lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a, meliputi: a. surat permohonan validasi lisensi sebagaimana tercantum dalam lampiran VI peraturan ini; 21

22 b. surat keterangan bukti kewenangan dari negara lain (Letter of Authorization/LOFA) atau salinan (copy) dokumen lisensi yang telah dilegalisir oleh perwakilan negara yang mengeluarkan dokumen lisensi; c. surat ijin bekerja di Indonesia dari instansi berwenang bagi warga negeira asing (WNA); d. surat keterangan dari perusahaan/instsinsi Indonesia tempat pemohon bekeija; e. salinan (copy) Paspor atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku; f. sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang berlaku; g. sertifikat ICAO Language Proficiency minimal operational level (level 4 (empat)) yang masih berlaku; dan h. salinan (copy) bukti pembayaran biaya penerbitan lisensi sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 46 (1) Administrator dan Endorser yang ditunjuk Direktur melaksanakan ujian teori paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diterima secara lengkap dan dinyatakan memenuhi persyaratain. (2) Apabila Permohonan dinyatakan tidak lengkap, Direktur menyampaikan Surat penolakan disertai alasannya kepada pemohon paling lama 10 (sepuluh) hari kerja. (3) Pemohon yang permohonanya ditolak dapat mengajukan klarifikasi disertai dengan bukti paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah penerbitan surat penolakan. (4) Terhadap surat klarifikasi yang disampaikan pemohon, Direktur melakukan evaluasi atas kelengkapein bukti yang diajukan. (5) Apabila hasil evaluasi atas kelengkapan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan memenuhi persyaratan, Direktur menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan permohonan paling lambat 5 (lima) hari kerja, pemohon selanjutnya dapat mengikuti ujian lisensi kembali. Pasal 47 (1) Pelaksanaan ujian untuk validasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (2) huruf b meliputi: a. Ujian teori dilaksanakan selama 120 menit dengan batasan minimal kelulusan yaitu 70 (tujuh puluh); b. Ujian Praktek dilaksanakan selama 30 menit dengan batasan minimal kelulusan yaitu 70 (tujuh puluh); c. pengumuman hasil ujian teori dan praktik. 22

23 (2) Hasil ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b diumumkan paling lambat 5 (lima) hari keija. (3) Peserta yang dinyatakan tidak lulus hams mengikuti ujian ulang (re-check) paling banyak 1 (satu) kali. (4) Apabila setelah dilakukan ujian ulang (re-check) peserta tetap tidak dapat memperoleh nilai minimal kelulusan, maka peserta yang bersangkutan hams mengajukan permohonan baru. Pasal 48 Penolakan validasi lisensi disampaikan kepada pemohon paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan dinyatakan tidak lulus ujian validasi. Pasal 49 Peserta yang dinyatakan lulus ujian validasi sebagaimana dimaksud pada pasal 44 ayat (2) diberikan surat validasi (endorsement) lisensi berlaku 1 (satu) tahun sesuai yang sebagaimana tercantum dalam lampiran VII peraturan ini. BAB VI BUKU DAN KARTU LISENSI Pasal 50 (1) Lisensi Personel pemandu komunikasi penerbangan diterbitkan dalam bentuk Buku Lisensi dan Kartu Lisensi. (2) Isi Buku Lisensi Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan sekurang-kurangnya meliputi: a. Buku lisensi personel navigasi penerbangan bemkuran 12,5 cm X 9 cm dengan dasar sampul berwarna merah; b. Bahasa y^g digunakan dalam buku lisensi adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; c. Pada setiap halaman buku lisensi terdapat lambang Gamda Pancasila dan bertuliskan "Republik Indonesia" sebagai latar belakang; d. Isi buku lisensi Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan sekurang-kurangnya meliputi: 1) Nama Negara (cetak tebal)/ Name of State (in bold typed); 2) Judul lisensi (cetak lebih tebal) / Title of Licence (in very bold typed); 3) Nomor seri lisensi (Serial number of the licence); 4) Nama lengkap pemegang lisensi (humf roman); 5) Tanggal lahir (Date of Birth); 23

24 6) Alamat tempat tinggal atau keija pemegang lisensi (Address of Holdery; 7) Kebangsaan pemegang lisensi (Nationality of Holder); 8) Tanda tangan pemegang lisensi (Signature of Holder); 9) Otoritas dan ketentusin lisensi tersebut diterbitkan; 10) Sertifikasi tentang masa berlaku dan hak pemegang lisensi untuk melaksanakan kewenangannya sesuai dengan lisensi; 11) Tanda tangan pejabat yang menerbitkan lisensi dan tanggal penerbitan; 12) Segel atau stempel pengesahan (Seal or Stamp of Licencing Authority); 13) Jenis Ratings Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan; 14) Catatan (Remarks), termasuk pengesahan Language Proficiency; 15) Rincian lain (Any other details). (3) Isi Kartu Lisensi Personel Pemandu Komvmikasi Penerbangan sekurang-kurangnya memuat: a. Kartu lisensi Personel Pemandu Komunikasi penerbangan berukuran 5,5 cm x 8,5 cm (potrait); b. Kartu lisensi Personel Pemandu Komunikasi terbuat dan bahan yang tahan air dan taihan lama; c. Bagisin depan kartu lisensi sekurang-kurangnya memuat: 1) lambang Burung Garuda di sudut kiri atas; 2) lambang Logo Kementerian Perhubungan di sudut kanan atas; 3) jenis lisensi; 4) foto berwama ukuran 2x3 dengan latar belakang sesuai yang tertera dalam buku lisensi; 5) nama pemegang lisensi; 6) nomor seri lisensi; 7) barcode. d. Bagian belakang kartu lisensi sekurang-kurangnya memuat: 1) dasar hukum penerbitan lisensi; 2) tanda tangan dan nama pejabat yang berwenang menerbitkgin lisensi; 3) jenis rating yang dimiliki. (4) Contoh bentuk buku lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan sebagaimana tercantum dalam lampiran VIII peraturan ini. 24

25 BAB VII PELATIHAN DAN KECAKAPAN Pasal 51 (1) Personel pemandu komunikasi penerbangan hams mengikuti pelatihan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal atau lembaga pelatihan yang ditetapkan oleh ICAO. (2) Pelatihan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Basic training; b. Advanced training; c. Continuation training; d. Developmental training, (3) Personel pemandu komunikasi penerbangan yang mengikuti pelatihan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan luar negeri selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal untuk mendapatkan pengesahan, permohonan pengesahan sertifikat pelatihan sebagaimana tercantum pada lampiran IX peraturan ini. Pasal 52 (1) Basic Training sebagaimana dimaksud pada pasal 51 ayat (2) humf a, meliputi : a. Aerodrome Flight Information training; b. Basic Aeronautical Fixed training; 0. Flight Data Processing training; d. Bnroute Flight Information training; e. Advanced Aeronautical Fixed training; f Aeronautical Radio Operator training; g. ICAO Language Proficiency. (2) Advanced Training sebagaimana dimaksud pada pasal 51 ayat (2) huruf b, meliputi : a. ATS Automation training; b. Tesun Resources Management course; c. Air Traffic Services Resources Management Training; d. Aeronautical Network design Training; e. Diklat lain yang terkait dengan pelayanan komunikasi penerbangan. (3) Continuation Training sebagaimana dimaksud pada pasal 51 ayat (2) humf c, meliputi : a. Bnroute Flight Information refreshing training; b. Aerodrome Flight Information refreshing training; c. Aeronautical radio Operator refreshing training; 25

26 d. Basic Aeronautical Fixed refreshing training; e. Advanced Aeronautical Fixed refreshing training. (4) Developmental Training sebagaimana dimaksud pada pasal 51 ayat (2) huruf d, meliputi: a. Aeronautical Communication Supervisor training; b. Aeronautical Communication Checker training; c. On The Job Training (OJT) Instructor course; d. General Instructor training; e. PANS OPS training f. ATS Safety Management and Investigation training; g. Leadership and Talent Management Training; h. Aviation Management course; i. Safety Oversight Manager training; BAB VIII PEMBATASAN WAKTU WAKTU BEKERJA DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN PERSONIL OPERASIONAL DAN SUPERVISOR Pasa 53 (1) Pemegang lisensi dan rating personel pemandu komunikasi penerbangan dalam menjalankan pelayanan komunikasi penerbangan sesuai kewenangan yang dimilikinya harus memenuhi ketentuan jumlah jam keija. (2) Jumlah jam keija sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai berikut: a. jumlah jam kerja dalam 1 (satu) minggu tidak lebih dari 40 (empat puluh) jam; b. jumlah jam kerja dalam satu hari tidak lebih dan 8 (delapan) jam. (3) Jumlah minimum kebutuhan personel komunikasi peerbangan pada unit AFIS yang mencakup personel operasional dan supervisor ditetapkan dengan ketentuan : a. Unit AFIS yang memberikan pelayanan kurang dari 7 (tujuh) hari dalam seminggu, minimal memiliki 2 (dua) personel; b. Unit AFIS dengan jam operasi maksimal 8 (delapan) jam dalam 1 hari dan memberikan pelayanan selama 7 (tujuh) hari dalam seminggu, minimal memiliki 3 (tiga) personel; c. Unit AFIS dengan jam operasi lebih dari 8 jam dalam 1 hari dan yang memberikan pelayanan selama 7 (tujuh) hari dalam seminggu, minimal memiliki 4 (empat) personel. 26

27 (4) Ju^ah kebutuhan personel komunikasi perbangan pada unit APIS yang dijadikan sebagai Remotely APIS Centre (RAG) dihitung dengan mempertimbangkan jumlah kebutuhan pada unit APIS yang dikelolanya dimana minimum terdapat sebanyak 4 (empat) personel. (5) Unit APIS yang pelayanannya diberikan oleh Remotely AFIS Centre (RAC) tidak harus menyediakan personel komunikasi penerbangan. BAB IX KEWAJIBAN PEMEGANG LISENSI DAN RATING PEMANDU KOMUNIKASI PENERBANGAN Pasal 54 (1) Pemegang lisensi dan rating Pemandu komunikasi penerbangan dalam melaksanakan tugas wajib : a. mematuhi atau memenuhi peraturan keselamatan penerbangan; b. melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dibidangnya, atau lisensi dan/atau rating yang dimiliki; c. mempertahankan dan meningkatkan kecakapan serta kompetensi yang dimiliki; d. mengikuti pengujian kesehatan secara berkada sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; e. membawa kartu lisensi sewaktu bekeija dan dapat menunjukan buku lisensi kepada Inspektur atau petugas yang ditunjuk oleh Direktur jika diminta; f. memiliki buku catatan pribadi (personal log book) untuk mencatat kegiatan pelayanan komunikasi penerbangan serta pendidikan dan pelatihan yang diikuti. (2) Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan serta kompetensi yang dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi: a. melaksanakan pelayanan komunikasi penerbangan sesuai dengan rating yang dimilikinya untuk sekurangkurangnya : 1) 30 jam dalam waktu 3 (tiga) bulan untuk Enroute flight Information rating dan aerodrome flight Information, Basic Aeronautical Fixed, Advanced Aeronautical Fixed rating; 2) 20 jam dalam waktu 3 (tiga) bulan untuk Aeronautical Radio Operator rating; b. mengikuti pelatihan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48; 0. mengikuti pelatihan penyegaran {Continuation Training) sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2 meliputi pelatihan teori dan pr^tik, harus diikuti sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. 27

28 (3) Buku catatan pribadi (personal log book) sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf f berisi sekurang-kurangnya: a. catatan pelayanan, merupakan catatan yang harus diisi oleh personal pemandu komunikasi penerbangan dalam setiap pelaksanaan tugas, yang meliputi: 1) waktu dan lama bertugas; 2) unitkeija; 3) posisi keija; 4) tipe rating. b. catatan pelatihan meliputi; 1) jenis pelatihan; 2) lembaga Pelatihan; 3) jangka waktu pelatihan. (4) Format buku catatan pribadi (personal log book) tercantum dalam lampiran X peraturan ini. BABX SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 55 (1) Pemegang Lisensi dan/atau Rating pemandu komunikasi penerbangan yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan; b. pembekuan lisensi dan/atau rating; c. pencabutan lisensi dan/atau rating; d. denda administrasi. (2) Jenis pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. personel pemandu komunikasi penerbangan yang tidak melaksanakan pekeijaan sesuai dengan ketentuan di bidang lisensi dan rating yang dimilikinya; b. personel pemandu komunikasi penerbangan yang dengan sengaja tidak mempertahankan dan meningkatkan kecakapan serta kompetensi yang dimilikinya; c. personel pemandu komunikasi penerbangan yang tidak melaksanakan pengujian kesehatan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. personel pemandu komunikasi penerbangan yang tidak mematuhi atau memenuhi peraturan keselamatan penerbangan; e. personel pemandu komunikasi penerbangan yang tidak membawa kartu lisensi sewaktu bekeija dan tidak dapat menunjukkan kepada inspektur atau petugas yang ditunjuk Direktur jika diminta; 28

29 f. personal pemandu komunikasi penerbangan yang tidak memiliki Personal log book dan tidak sesuai dengan kondisi terkini. (3) Pengenaan denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan mengenai denda administxatif. BAB XI PENGAWASAN Pasal 56 (1) Direktur melakukan Pengawasan terhadap Pelaksanaan peraturan ini. (2) Dalam hal terjadi kondisi tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan ini, Penyelenggara Pelayanan harus melaporkan dengan disertai justifikasi guna mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 57 (1) Lisensi dan Rating personel komunikasi penerbangan yang telah diterbitkan dinyatakan masih berlaku dan harus menyesuaikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan ini paling lambat 3 (tiga) tahun. (2) Personel Komunikasi Penerbangan yang telah memiliki lisensi dan rating sebelum peraturan ini ditetapkan maka lisensi dan rating yang dimiliki dinyatakan masih berlaku. (3) Bagi personel yang telah menyelesaikan pendidikan program diploma sebelum peraturan ini berlaku dapat menggunakan ijazah sebagai pengganti sertifikat kompetensi dengan ketentuan sebagai berikut: a. Ijazah Diploma I Basic ATS disetarakan dengan sertifikat kompetensi Basic Aeronautical Fixed (BAF), Aeronautical Flight Information (AFI) dan Aeronautical Radio Operator (ARC); b. Ijazah Diploma 11 Pengatur Komunikasi Penerbangan disetarakan dengan sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI) Basic Aeronautical Fixed (BAF), Enroute Flight Information (EFI) dan Aeronautical Radio Operator (ARO); 0. Ijazah Diploma III Komunikasi Penerbangan disetarakan dengan sertifikat kompetensi Aerodrome Flight Information (AFI) Basic Aeronautical Fixed (BAF), Enroute Flight Information (EFI), Advanced Aeronautical Fixed (AAF) dan Aeronautical Radio Operator (ARO). 29

30 BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 58 Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/171/VII/1997 tentang Sertifikat Kecakapan Dan Rating Pemandu Komunikasi Penerbangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 58 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 18 April 2017 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; v, 2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Kepala Badan di Imgkungan Kementerian Perhubungan; 3. Para Direktur di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara; 4. Para Kepala Otoritas Bandar Udara; 5. Para Kepala Bandar Udara di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara; 6. Kepala Balai Besar Kalibrasi Penerbangan; 7. Kepala Balai Teknik Penerbangan; 8. Direktur Utama Perum LPPNPI. ili^^j^e^ai dengan aslinya ^GIAN HUKUM :ndah/^urnama sari / (IV/a) \ip}]^m

31 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : 18 April 2017 SURAT PERMOHONAN PENERBITAN LISENSI Nomor Sifat Lampiran Perihal 1 (satu) berkas Permohonan Penerbitan Lisensi Kepada Yth. Direktur Navigasi Penerbangan di JAKARTA Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini: a. Nama Lengkap b. Pangkat / Golongan / J abatan c. N.I.P atau yang sejenis d. Tempat dan Tanggal Lahir e. Kebangsaan f. g- h. i. Jenis kelamin Alamat Tempat Tinggal Alamat Unit Kerja Masa Keija Pendidikan Terakhir mengajukan permohonan untuk penerbitan lisensi personel pemandu komunikasi penerbangan. Sebagai pertimbangan, bersama ini dilampirkan : a. Formulir permohonan lisensi; b. Pas foto terbaru 2 (dua) lembar ukuran 2x3 cm dengan latar belakang warna merah dan baju berwarna putih; c. salinan [copy] Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk warga Negara Indonesia atau Paspor untuk warga negara asing; d. sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang berlaku; e. salinan [copy) sertifikat kompetensi atau ijazah personel pemandu komunikasi penerbangan; f. salinan [copy) sertifikat ICAO Languange Proficiency minimal Level 4; g. salinan {copy) bukti pembayaran PNBP penerbitan lisensi. Demikian disampaikan dan terima kasih. Pemohon/ Pimpinan Unit Kerja DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd sesuai dengan aslinya ' i$ala BAGIAN HUKUM nirektoral JENOERAL \. * I PERHUBVlt4GMiW^ \\ Pah purnama sari '"^ina / (IV/a) Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc 31

32 Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : 18 April 2017 FORMULIR PERMOHONAN PENERBITAN LISENSI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NAVIGASI PENERBANGAN Gedung Kaiya, lantai 23, Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Indonesia Phone : (62-21) , Fax : (62 21) Website ; www. dephub.go.id I. INFORMASI PERMOHONAN A. Nama: B, No. Identitas C. Tanggal Lahir D. Tempat Lahir E. Alamat: F. Kebangsaan ( ) Indonesia 1 1 lainnva ; G. Apakah anda bisa berbahasa Inggris? ( ) Ya ( ) Tidak H. Tinggi I. Berat J. Rambut K. MaU L. Jenis Kelamin M. Apakah anda pernah memiliki lisensi sebelumnya? ( ) Ya ( ) Tidak N. Jika Ya, Apakah lisensi anda dicabut atau dibekukan? t 1 Ya ftanpmll ( ) Tidak No. Lisensi: Tanggal dikeluarkan 0, Apakah anda memiliki sertifikat kesehatan minimal Kelas 3 (liga) 7 ( )Ya ( ) Tidak Tanggal dikeluarkan Nama Penguji P. Apakah anda memiliki sertifikat ICAO Languange Prollciency? t lya / ( 1 Tidak Tanggal dikeluarkan Nama Penguji Q. Apakah anda terlibat pelanggaran peraturan yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang, marijuana, dan obat anti depresi atau obat stimulant, atau pengoperasian kendaraan bermotor dengan pengaruh alcohol? ( )Ya ( ) Tidak R. Tanggal Jatuh hukuman n. LATAR BELAKANG FENOIDIKAN ( ) Dipl.l Tahun: Jurusan: l^emhaga diklat; f ) Dipl 7 Tahun:.Jurusan; I.embaga diklat: ( ) r»ip1.3 Tahun-.Innisan- l.pmhapn riivlaf ( ) Dipl 4 Tahun: Juru.«ian: I.emhapa diklat: ( ) SI Tahun:.lurusan: lx>mhaga diklat: ( ) S'J Tahun: Jurusan: I^emhaga diklat: ( ) Tahun:.Jurusan: l.^mhaf;a diklat: ( ) { ) Tlpe Sertifikat Kompetensi : Lembaga Penyelenggara Diklat Tanggal Bnroule Flight Information (EFI) Aerodrome Flight Information (AFI) I ) Aeronautical Radio Operator (ARC) { ) Basic Aeronautical Fixed (BAFJ ( ) Advance Aeronautical Fixed (AAFJ m. APAKAH ANDA PERNAH OAGAL UJIAN SEBELUMNYA, DAL AM KURUN WAKTU 30 HAR17 I ) YA ( ) TIDAK IV. PERNYATAAN SERTIFIKASI Saya menjamin bahwa apa yang saya tuuskan dalam form Inl adalah benar Tanda tangan Tanggal DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd sesuai dengan aslinya '^A-BAGIAN HUKUM Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc U II V. DAH PURNAMA SARI Pem^ina / (IV/ a) ^l'^~ GDI 32

33 Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : 18 April 2017 SURAT PERMOHONAN PENAMBAHAN/PENINGKATAN KOMPETENSI Nomor Sifat Lampiran Perihal 1 (satu) berkas Permohonan Penambahan Kompetensi Kepada Yth. Direktur Navigasi Penerbangan di JAKARTA Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini ; a. Nama Lengkap b. Pangkat / Golongan / J abatan c. N.I.P atau yang sejenis d. Tempat dan Tanggal Lahir e. Kebangsaan f. g- h. i, Jenis kelamin Alamat Tempat Tinggal Alamat Unit Kerja Masa Kerja Pendidikan Terakhir j- mengajukan permohonan untuk penambahan/peningkatan kompetensi personel pemandu komunikasi penerbangan. Sebagai pertimbangan, bersama ini dilampirkan : a. Formulir permohonan lisensi* b. Buku Lisensi Personel Pemandu Komunikasi c. Salinan [copy] Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku; d. Sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang masih berlaku; e. Salinan (copy) sertifikat kompetensi yang sudah dilegalisir; f. Salinan (copy) bukti pembayaran PNBP penerbitan lisensi. Demikian disampaikan dan terima kasih. Pemohon/ Pimpinan Unit Kerja DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc man se^ai: dengan aslinya KEPALAu^AGIAN HUKUM ' yd NmH-PURNAMA SARI f Peihbina / (IV/a) N1P:T

34 Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : 18 April 2017 SXJRAT PERMOHONAN PENGGANTIAN/PERUBAHAN IDENTITAS BUKU LISENSI Nomor Sifat Lampiran Perihal 1 (Satu) berkas Permohonan Penggantian Atau Perubahan Identitas Buku Lisensi Kepada Yth. Direktur Navigasi Penerbangan di JAKARTA Dengan horraat, yang bertanda tangan di bawah ini: a. Nama Lengkap b. Pangkat / Golongan / Jabatan c. N.I.P atau yang sejenis d. Tempat dan Tanggal Lahir Kebangsaan e. f. g- h. J Jenis kelamin Alamat Tempat Tinggal Alamat Unit Kerja Masa Kerja Pendidikan Umum Terakhir mengajukan permohonan untuk penggantian/perubahan identits buku lisensi Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan. Sebagai pertimbangan, bersama ini dilampirkan : a. Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian (penggantian); b. Pas foto terbaru 2 lembar dengan ukuran 2x3 cm dengan latar belakang warna merah dan baju berwama putih (penggantian); 0. Salinan (copy) Kartu Tanda Penduduk (penggantian/perubahsin identitas); d. Surat tanda bukti perubahan nama (perubahan identitas); e. Surat tanda bukti perubahan alamat tempat tinggal atau bekerja per tanggal selambatlambatnya 30 hari kerja sejak kepindahan (perubahan identitas); f. Buku lisensi asli (perubahan identitas); g. Buku lisensi yang rusak atau salinan lisensi (penggantian); h. Salinan Sertifikat Kompetensi (penggantian); 1. Salinan (copy) bukti pembayaran biaya PNBP penerbitan lisensi (penggantian/ perubahan identitas). Demikian disampaikan dan terima kasih. Pemohon/ Pimpinan Unit Kerja DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc dengan aslinya 'kepali^agian HUKUM TOAH b6rnama sari JPembina / (IV/a) NlP;

35 Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : 18 April 2017 SURAT PERMOHONAN PENERBITAN/PBRPANJANGAN RATING Nomor Sifat Lampiran Perihal 1 (Satu) berkas Permohonan Penerbitan/ Perpanjangan Rating Yth. Kepada Direktur Navigai Penerbangan C.q Checker Pemandu Komunikasi Penerbangan di Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini a. Nama Lengkap b. Pangkat / Golongan / J abatan c. N.I.P atau yang sejenis d. Tempat dan Tanggal Lahir e. Kebangsaan f. g- h. Jenis kelamin Alamat Tempat Tinggal Alamat Unit Kerja Masa Keija Pendidikan Umum Terakhir mengajukan permohonan untuk penerbitan rating. Sebagai pertimbangan, bersama ini dilampirkan : a. Buku lisensi (asli) pemandu komunikasi penerbangan; (penerbitan/perpanjangan) b. Sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang masih berlaku; (penerbitan/perpanjangan) c. Sertifikat ICAO Language Proficiency level 4; ((penerbitan/perpanjangan) d. Sertifikat kompetensi atau ijazah dari lembaga pelatihan; (penerbitan) e. Surat rekomendasi dari OJTI sesuai dengan rating yang dimohonkan. (penerbitan) Demikian disampaikan dan terima kasih. Pemohon/ Pimpinan Unit Kerja DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc ^^fesuai dengan aslinya kepalk'bagian HUKUM ENDAH.PURNAMA SARI _ ima / (IV/a) 1W8C)

36 Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : 18 April 2017 FORMULIR PERMOHONAN PENERBITAN/PERPANJANGAN RATING KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NAVIGASI PENERBANGAN Gedung Karya, lantai 23, Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Indonesia Phone : (62-21) , Fax : (62 21) Website : www. dephub.go.id -I'mgQimASl PERMOHONAN- D A. Nama: B. No, Identitas C. Tanggal Lahir. Tempat Lahir E. Alamat: F. Jabatan: G. Kebangsaan ( ) Indonesia ( ) lainnya : _ H. Tinggi I. Berat J. Rambut K. Mata L. Jenis Kelamin M. Apakah anda pemah memiliki lisensi sebelumnya? I )Ya ( ITidak N. Jika Ya, Apakah lisensi anda dicabut atau dibekukan? ( ) Ya (tanggal), ( ) Tidak O. Apakah anda memiliki sertifikat kesehatan minimal Kelas 3 (tiga)? ( lya ( ITidak Tanggal dikeluarkan No. Lisensi: Tanggal dikeluarkan Nama Penguji P. Apakah anda memiliki sertifikat ICAO Languange Proficiency? ( )Ya Uvel / ( ) Tidak Tanggal dikeluarkan Nama Penguji O. Apakah anda terlibat pelanggaran peraturan yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang, marijuana, dan obat anti depresi atau obat stimulant, atau pengoperasian kendaraan bermotor dengan pengaruh alcohol? R. Tanggal Jatuh hukuman ( ) Dipl.l Tahun; Jurusan: Lembaga diklat;. ^ Dipl.2 Tahun:. Jurusan: Lembaga diklat: Dipl.3 Tahun:. Jurusan: Lembaga diklat: Dipl.4 Tahun:. Jurusan: Lembaga diklat: SI Tahun:. Jurusan: Lembaga diklat: 82 Tahun:. Jurusan:. Lembaga diklat:. n 1 Enroute Flight Information (EFI) 1 ( ) Aerodrome Flight Information (AFI) 1 ( ) Aeronautical Radio Operator (ARC) ( ) Basic Aeronautical Fixed (BAF) ( ) Advance Aeronautical Fixed (AAF) Jurusan: Lembaga diklat:. i:-5;^nggal: Penerbit^iiA^;^*/ ^ ^Tax^gal Berlaku ;, -,. lu APAKAH ANDA PERNAH QAGAL UJIAN SEBELUMNYA, DAL AM KURUN WAKTU 30 HARI? IV. PERNYATAAN SERTIFIKASI Saya menjamin bahwa apa yang saya tuliskan dalam form Ini adalah benar Tanda tangan j» VA 1 \ TmAV Tanggal DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd jal'iiiai &^uai dengan aslinya ^^^EPALA^BAGIAN HUKUM Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc :NnAH PURNAMA SARI / (IV/a) 1^^3^

37 Lampiran VII Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor ' KP 113 TAHUN 2017 Tanggal ; 18 April 2017 SURAT VALIDASI LISENSI Nomor Sifat Lampiran Perihal 1 (Satu) berkas Permohonan Validasi Lisensi Kepada Yth. Direktur Navigasi Penerbangan di JAKARTA Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini: a. Nama Lengkap b. Pangkat / Golongan/Jabatan c. N.I.P atau yang sejenis d. Tempat dan Tanggal Lahir e. f. g- h. i. T Kebangsaan Jenis kelamin Alamat Tempat Tinggal Alamat Unit Kerja Masa Kerja Pendidikan Umum Terakhir mengajukan permohonan untuk validasi lisensi Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan. Sebagai pertimbangan, bersama ini dilampirkan : a. Surat keterangan bukti kewenangan dari negara lain {Letter of Authorization/LOFA) atau salinan (copy) dokumen lisensi yang telah dilegalisir dari perwakilan negara yang mengeluarkan dokumen lisensi; b. Surat ijin bekeija di Indonesia dari instansi berwenang bagi warga negara asing (WNA); c. Surat keterangan dari perusahaan tempat pemohon bekeija; d. Salinan {copy) Paspor atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku; e. Sertifikat kesehatan kelas 3 (tiga) yang berlaku; f. Sertifikat ICAO Language Proficiency minimal operational level (level 4 (empat)) yang masih berlaku; dan g. Salinan {copy) bukti pembayaran biaya penerbitan lisensi sesuai peraturan perundangan. Demikian disampaikan dan terima kasih. Pemohon/ Pimpinan Unit Kerja DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd.1^ lai dengan aslinya T KEPALA>3AGIAN HUKUM Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc..V ENDAH/mtoAMA SARI P^tebiha / (IV/a)

38 Leunpiran VIII Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 113 TAHUN 2017 Tanggal : >.8 April 2017 BENTUK BUKU LISENSI PERSONEL PEMANDU KOMUNIKASI PENERBANGAN Halaman Sampul Depan I, _ -jt rv.^- -r: ; I?. -v ' r»', f;.. ' Iv --i.'.-i..^- ;i.' v-w V'-f' ;ff: ' ' t>:- - ' -r' rv % - -. S:-.V. Catatan : Wama Cover Merah, Tulisan Wama Gold (Emas)

39 Halaman 1 REPUBUK REPU0LIK REPUBLiK INOONEISA REPUBLIK REPUBLiK REPUBUK REPUBLiK INDONEISA REPUBLIK INDOI'^ES'A REPUBUK REPUBUK REPUO^.K inoonc'sa REPUBUK REPUBLIK REPUBLIK KaPL'LUK 'NjONL'SA i^epudllk irid'jmcsla RLPUIJUK INDOI-^lISIA RLFUuLIK incqfjilsia Rl I- ' ALA;; ISA K-J-l;!3LlK indor^i. S.A REPUBUK INOONrSIA REPUBUK RFPi i=. AfOONFiSA REIHIRUK INOONESW REPUBUK REPUBUK imdonfsi^ A- " "( 'NDONE' REPUBLIK REPUBUREPUBIilK^i-SA REPUBLIK ^onolll5!1:! 1A5 ^ REPugj^puBHcoEINDQNESI^^- "fpa'* REPUBUK INOONcblA REPUDLiKS';uv.M.-bi.-^.,'0,,:-.;;:.^., REPUBUK INDOMESIAREPU'aUi' 'KO:'':-?-'' A'-! '' - ; r.,- ::,nrv.k.c;;.., REPUBUK l^direktorat JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA!L ua REPUBUK indidireetora^te-^general-of'ci-vle^avration-'^'' REPUBUK REPUBUK INDONFSiA RrPiipi :K INDONFISA RFPUri! IK IN: i!-;nonfsia 30NFSIA REPUBLIK REPUBLIK II REPUBUK REPUBUK I! REPUBLIK INDONESiA REPUBUK [ REPUBUK, REPUBUK i REPUBLIK REPUBLIK I REPUBLIK REPUBUK I REPUBUK REPUBUK I REPUBUK REPUBUK I REPUBLIK INDONESiA REPUBUK I ONESIA REPUBUK REPUBUK I REPUBUK REPUBUK i.. _. NFlSA PFPURLIK indonpsia Ncilb/v -xlipuulif'v > l-jeisa REPUBUK IhDOf-x'ESIA NEISA REPUBLIK INDOMESA NEISA REPUBLiK imdomts-.^ NEISA REPUBLIK NEISA REPUBLIK INDONESiA NEISA REPUBUK NEISA REPUBLIK INOONESiA NEISA REPUBUK INDONES'A 'NE'SA REPUBLIK. L'ROK'ELLa P-F-L'SUK R-E-UBLil'. indo'-e.sia i;«uo> <i_oa. rr c;' «. REPUBUK INOONESIA P PUBL'K imdonesla?e'-'.o A-. REPUBLIK REPUBLiK ihdoncsia RE-.. P PUBLIK REPUBLiK iuoo'ie?:'- -r"--..-! REPUBUK. REPUBLIK inuonlimf. - > K..Vj: U...vj: 1..! i-.l i.- RL.PijUUK Ri.>'ijL)L!K REPUBUK REPUBUK INDONlJpI«E^SI;k i-juuk'llsa KLI 'UGLiK REPUBUK indonepemanduikomunikasipenerbangan Indonesia REPUBLIK indo^^'omibwc^m!''colv umc!ation''0?btcer'""''f^''* REPUBUK INDONESiA REPUBUK 'MDONtf ll'idoneisa REPUBLIK REPUBUK REPUBUK IND0NE5fAS::feiA^^K indoneisa REPUBLiK H'IDONESIA REPUBLIK REPUBUK PEPUBLIK ii idomeisa REPUBLIK INDONESiA REPUBUK REPUBUK RcPUBUK INDONEISA REPUBLIK REPUBUK INDONESiA REPUB' REPUBUK kep&lllprrjijufilbta REPUBUK REPUBUK INDC(PKPS'.bagian\69i)'ONFlRA REPUBLIK REPUBUK INUONbSIA INUUNtSlA REPUBUK!NqDNfESLA. uilofel3f;f ib uk REPUBUK tr8j(:2^.5m^ S)lNDONESIA REPUBUK REPUBLiK REPUBLiK INDONEISA REPUBUK I.NDONESiA REPUBUK. REPUBUK If-iDONESlA REPUBUK INDONEISA P PUBUK REPUBUK. REPUBLIK INDONESiA REPUBLiK INDONEISA REPUBLIK REPUBLIK IND(3NESIA REPUBUK REPUBLIK INDONEISA REPUBUK REPUBi IK REPUBUK INDONFSIA RFPURl IK INDONFI.SA RrPilRLlK

40 Halaman 2 : REPUBUK INDONEStA REPU3UK INDONEiSA P.EPUBLtK : REPUBUK REPUBUK INDONtiSA REPUBUK : REPUBUK REPUBUK INDONEtSA REPUBUK : REPUBUK INOONE31a2kEPUBLIK INDONlISA REPUBUK INDOI'^LSi^' ; REPUBUK REI 'ljeuk INDONEISA REI 'UBUK INDONtSiA C REPUBl IK REPl IBLIK ;ND0?4EiSA REPUBUK INOOf'iESiA ( REPUBUK 'NgONESlA C D^Di INPONESIA'.jr-iRA REPUBUK INDOi'JEStA C REPltEPIiJBLIGsOFaNDONESIAilSA REPUBUK imdoi-iesla ( If^DONESIA REPUBUK IMDOMES'A RE-,DO:^EiSA liwohcsja 'jjlrekwr^f'jfendeifsvl PERH'TO < i^i)^img^0rao^ie lg^ OF CIVIL AVIATION? i. : e si a RFPUBLiK iprv::;::- fu--r\/3i REPUBUK INDONESi/A REPUdUHl^sDO; E REPUBUK REPUBUKtoOlE REPUBUK REPUBLII^^t REPUBUK REPUBUf^ggj REPUBUK REPUBUt^^g REPUBUK REPUUUK^^g REPUBUK RFPURIJK REPUBUK REPUBLIKi^lJ REPUBUK REPUBUK REPUBUK REPUBUK INDON REPUBUK KCr uouirs I-M_< REPUBUK INDON «i DBLii'v^DOi'jEiSA REf^UBLIK indonesla 'ij^^honeisa REPUBUK ^^^KO;-^EISA REPUBUK INDOtCSlA j^^eldoneisa REPUBUK INDOMESI/ ^^^4D0NLISA RCPUOLIK INDCwNEISA REPUBUK KRl il^doneira REPUBUK ^i^sundoneisa REPUBUK ^LIK INDONEISA REPUBUK ^ ^IJBUK INDONEISA REPUBUK REPUBUK REPUBUK INDONESA REPUBUK INDONEISA REPUBUK INDQNESiA REPUBUK REPUBUK REPUBUK indonrjsa RFPURi IK REPUBUK ^MnoffRMA'NDUiKQMUNIKASLPENERBANGANjLlK REPUBUK in^ront^wigae'gomiviunigation-officer Indonesia REPUBUK REPUBUK INDONEfA'^-^A^BLiK SNDONtlSi RePUBUK REPU0LrK!NDU^3USiAPU-U^LElK.iNLV:k^^^ ' - " - - ' ;/ ; REPUBUK!KDCNl.;aa ku'ule:'-ua_v_'._.. ^ iaj'-:'--.. REPUBUK iwdokfsare^pfuk!r:jokf5.v\. r-:.,a iadou- ; A ^ t: REPUB[;)ik:el arkan>eluafa6n REPUBUK i^i[pje^lq^bangaipintqrmsiqdalm-gngenal^ugedspp,er.somki^^do^^eslal KEHUUuKinUUriC-jW l^rtjuur^ nyuunuolm...w. RFPUBl IK RFPUBLR ir5q!me.l LlQe;iSmg< INDONFiSA RFPUBi ;K REPUBUK REPUBUK REPUBUK If-iDOI^FISA RFPUFii IK ir^idi.'f.'rsla REPUBUK REPUBUK INDONESlrA REPUBUK indoi>ieisa REPUBUK REPUBUK REPUBUK INDOt'lESlAv REPUBUK INDONEISA REPUBUK

41 Halajtnan 3 REPUBLiK I^JOO^iESIA REPUBLIK REPUBUK INDOf JEI3A REPUBLiK REPUBLfK REPUBLiK REPUBLIK INDONEiS/k REPUBUK indonesta REPUBLIK REPUBUK fsipublik INDONEISA REPUBLIK REPUBUK REPUBUK REPUBLIK INDONEISA REPUBLiK ircomesia REPUBUK REPUBLREiK[M JKRE?@01^SIA isa REPUBLiK liioo'iesia REPUBUK REPUBLIK REPUBUK INDONEISA. REPUBLiK i^4d0^ies^a REPUBLIK REPUR!P ijb116^<ip]ra'onesf^ REPUBLIK indonesla REPUBLiK INDONESiA REPUBLIK REPUBUK INDONEISA REPUBUK REPUBUK REPUBUK REPUBLIK INDONEIS A '^'^ONES(A REPUBUK IND0i4ESIA REPUBUK REPUBLIK INDONEi; -A REPUBLiK INOqiESiA REPUBUK tnpqjc^f^p-usuk INDONESiA BEPUBilK INDONEI! A REP^K indo CSIA REPUBLIK A REpShK iado iesia REPUBUK IMDONEU.A REf-WJ ; indo iesi.^ REPUBLIK REPUBLIK REPUBUK INDONEI! A REPUBUK REPI^LiK REPUBUK INDONEI! iaf^naai^l^mdo^iesla REPUBLiK fimeais REPUBUK INDONEI! A REPUBUK IfslDO >IESIA REPUBLIK ^il^uk REPUBUK INDONEI! A REPUBUK INDO^JESIA ;A RFPUBLiK indo lesla REPUBLIK REPUBLIK INDONESiA REPUBLIK indonekl REffipBLIKIMQgi^piA REPUBUK REPUBUK INDONEISA REPUBUK.JNDOriESI/ REPUBLIKHOfaA REPUBUK REPUBUK INOONEISA REPUBUK INDONESiA REPUBLIK inbswsla REPUBUK INDONESiA REPUBUK INDONEISA REPUBLIK indomesla REPUBLIK REPUBUK REPUBLIK INDONBSA REPUBLIK REfKiBLiK lm9fitgebfe>nm"bbuk REPU8UK INDONEISA RERUBUK indqnesla REPUBLIK REPUBLIK INDONEISA REPUBUK REPUBLIK indol^tatswfem INl^ESIA REPUBLIK INDONEISA REPUBUK INDONESiA REPUBLIK REPUBUK REPUBLIK INDONEISA REPUBLIK INDONESiA REPlfeLiK REPUSUK. INDONEISA REni. r;!.v- -i? naiip a REPUBLIK piag^^dagb^stoftfionesla REPUBUK lndof,eisa - L AjBU- REPUBLIK REPUBLIK REPUBUK if^jdoneisa REPUBUK IMOONESA REPUBLIK MDONESIA REPUBUK REPUBLIK INDONEISA REPUBUK INDONESiA RETOi ii/ Kebaiagsaanrpi tri nc ihdonesia REPUBUK-H'lDONEjSAPEPWBLWHr^^OONESIA.RUBUK LNDON REP6BLIK Jemsi SIA REPUBUK R Pl!BLii<: indoneisa REPUBUK ifldonesia. SIB^BUK INDONE^ REPijgur!- REPUBLIK SSX)NESIA REPUBUK REPUSUK indoneisa RFD-'ljBL;K if.oof!es:a REPUBUK REPUBUK REPUBUK INDONEISA REPUBLIK inoof^esla iltk IWSmESlA REPUBLIK REPUBLIK INDONEISA REPUBLIK UK imk^a REPUBLIK REPUBDfC INDONEISA KEPDHCrK REPUBUKff0iFS la REPUBUK REPUBLIK INDONEISA REPUBUK ifvldonesia REPUBLIK REPUBUK REPUBLIK indoneisa REPUBLiK i^lesia REPUBUK indoneisa RE"PjJBLiK indonesla..i^to'^esla NESIA REPUBUK indoneisa indofleisa RtPUB REPUBLiK :^NDONESIA REPUBUK INDONEiSA REPUBUK INDONESiA REPUBLiK REPUBUK REPUBUK indoneisa REPUBLIK REPUBUK REPUBUK REPUBUK INDONEISA REPUBLIK REPUBLIK INDONESiA REPUBUK REPUBLIK indoneisa REPUBLiK!NOOMES!A REPUBLIK REPUBLIK REPUBUK indoneisa REPUBUK j.noomesia

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 301 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 301 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 301 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 69-05 (ADVISORY CIRCULAR PART

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS

Lebih terperinci

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 180 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KPP430 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 287 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 287 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 287 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 69-01 (ADVISORY CIRCULAR PART

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.689, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sistem Tanpa Awak. Pesawat Udara. Pengendalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Ujian praktek sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (2) huruf b angka 2 dilaksanakan guna menjamin pemohon

Ujian praktek sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (2) huruf b angka 2 dilaksanakan guna menjamin pemohon (4) Batasan minimal nilai kelulusan yaitu 70 (tujuh puluh) persen. (5) Peserta yang dinyatakan tidak lulus dapat mengikuti 1 (satu) kali ujian ulang (re-check). (6) Apabila setelah dilakukan ujian ulang

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1773, 2015 KEMENHUB. Pengoperasian Sistem. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Dilayani Indonesia. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 180 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 1TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1509, 2016 KEMENHUB. Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan. Bagian 174. Peraturan Keselamatan Penerbangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Stasiun Penerbangan. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 59 TAHUN 2016 TENTANG SERTIFIKASI STASIUN PENERBANGAN

Lebih terperinci

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DTREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 TENTANG PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KAWASAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG MENTERl PERHUBUNGAN «REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 173 (CIVIL AVIATION SAFETYREGULATION

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 002 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.759, 2016 KEMENHUB. Navigasi Penerbangan. Penyelenggaraan. Pengalihan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat.tenderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 90 TAHUN 2014 TENTANG PFTUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PERSETUJUAN PERANCANGAN PROSEDUR PENERBANGAN

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa dalam Sub Bagian 139 B.2 angka ayat 1

Menimbang : a. bahwa dalam Sub Bagian 139 B.2 angka ayat 1 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTQRAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP...0.41..TAEUN..20L7 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1823, 2016 KEMHUB. Inspektur Penerbangan. Inspector Training System (ITS). Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 144 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti -3-1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33. 1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA MOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN OLEH INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG PETUNdUK TEKNIS INSPEKTUR NAVIGASI PENERBANGAN {STAFF INSTRUCTION

Lebih terperinci

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS) MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 57 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

Pasal 29. (1) Pemohon rating yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan.

Pasal 29. (1) Pemohon rating yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan. c. Meneliti dan memberikan penilaian tehadap hasil pelaksanaan performance check; d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan a. dokumentasi peralatan; b. parameter peralatan; c. peralatan pendukung;dan d. kondisi lingkungan. (6) Hasil pemeriksaan dan pengujian kelaikan peralatan disampaikan kepada pemohon paling lambat 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2015 KEMENHUB. Inspector Training System. Inspektur Penerbangan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 118 TAHUN 2015 TENTANG INSPECTOR TRAINING

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 167 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 211, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 9 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART 170-04)

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor No.1212, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelanggaran Bidang Penerbangan. Pengenaan Sanksi Administratif. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 78 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI PENYELENGGARA KALIBRASI FASILITAS NAVIGASI PENERBANGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 210, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDAR,A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.12/BPSDMP 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.12/BPSDMP 2016 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.12/BPSDMP 2016 TENTANG PENYEMPURNAAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR PK.04/BPSDMP-2014

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

UJIAN PENERBITAN LISENSI PEMANDU LALU LINTAS PENERBANGAN (ATC) (Lokasi)

UJIAN PENERBITAN LISENSI PEMANDU LALU LINTAS PENERBANGAN (ATC) (Lokasi) HASIL UJIAN UJIAN PENERBITAN LISENSI PEMANDU LALU LINTAS PENERBANGAN (ATC) (Lokasi) TAHUN 20 1. 3. 4. 5. 6. 7. ATC Licence Examiner and Administrator: (ttd). (ttd). 31 DAFTAR HADIR UJIAN PENERBITAN LISENSI

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Menimbang : a. bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 263 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM MITIGASI PENERAPAN PROSEDUR PENGUJIAN KECAKAPAN BAHASA

Lebih terperinci

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) BAGIAN 69 LISENSI, RATING, PELATIHAN DAN KECAKAPAN PERSONEL NAVIGASI PENERBANGAN

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) BAGIAN 69 LISENSI, RATING, PELATIHAN DAN KECAKAPAN PERSONEL NAVIGASI PENERBANGAN 5 2014, No.38 Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 1 Tahun 2014 PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) BAGIAN 69 LISENSI, RATING, PELATIHAN DAN KECAKAPAN PERSONEL NAVIGASI PENERBANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.695, 2016 KEMENHUB. Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 55 TAHUN 2016 TENTANG TATANAN NAVIGASI PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 23 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 23 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 23 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat JF.NUERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 429 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.424, 2015 BMKG. Informasi Cuaca. Penerbangan. Pengawasan. Pelaksanaan PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1105, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Standar Kesehatan dan Sertifikasi Personel Penerbangan. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 67. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1155, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Prosedur Investigasi Kecelakaan dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA No.704, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 51 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 57 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.314, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 16 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 1 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 1 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 69 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION P ART 69) TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI RADIO ELEKTRONIKA DAN OPERATOR RADIO GLOBAL MARITIME DISTRESS AND SAFETY SYSTEM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1384, 2017 KEMENHUB. Organisasi Pusat Pelatihan Perawatan Pesawat Udara. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 147. Pencabutan. MENTERI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG nphhnmp KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2014 KEMENKEU. Konsultan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI DAN MEKANISME PENETAPAN BIAYA PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA ^ PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.561, 2014 KEMENHUB. Penetapan. Biaya. Navigasi Penerbangan. Formulasi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG {FLIGHT APPROVAL) UNTUK KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai

Lebih terperinci

nl sssssszsrrisafety mana=«

nl sssssszsrrisafety mana=« 5) sistem kelistrikan kendaraan; 6) sistem pneumatik; 7) sistem hidrolik; 8) manajemen logistik. 9) manajemen pemeliharaan (maintenance management)- nl sssssszsrrisafety mana=«-z2; troubleshooting; 13)

Lebih terperinci

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.289,2015 KEMENHUB. Sertifikasi. Operasi. Perusahaan Angkutan Udara. Komuter. Charter. Persyarata. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORATJENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 83 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

69 {Civil Aviation Safety Regulation Part 69) Tentang Lisen^i

69 {Civil Aviation Safety Regulation Part 69) Tentang Lisen^i KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 650 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

(2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ^jfssprv- (2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Bab I - Pendahuluan, terdiri dari: 1) persetujuan manual; 2) maksud dan tujuan; 3) administrasi dan pengontrolan buku pedoman;

Lebih terperinci

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirektorat.ienderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 85 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 249 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENAGIHAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2016, No Indonesia Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan No.1077, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Sistem PTTA. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PESAWAT TERBANG TANPA AWAK UNTUK TUGAS PERTAHANAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN PETUGAS DAN TEKNISI PERAWATAN KENDARAAN PERTOLONGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan. No.777, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 98 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG PETUNdUK TEKNIS INSPEKTUR NAVIGASI PENERBANGAN {STAFF INSTRUCTION

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1593 2015 KEMENHUB. Perawat Udara. Niaga. Armada. Peremajaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 160 TAHUN 2015 TENTANG PEREMAJAAN ARMADA PESAWAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne No.132, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan Informatika. Sertifikasi. Radio Elektronika. Operator Radio. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 18 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKAT AUDITOR PERKERETAAPIAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 18 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKAT AUDITOR PERKERETAAPIAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM. 18 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKAT AUDITOR PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1211, 2017 KEMENHUB. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 65. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 75 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kemenhub. Perkeretaapian. Sertifikasi. Kecakapn Awak. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kemenhub. Perkeretaapian. Sertifikasi. Kecakapn Awak. Pencabutan. No.1694, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kemenhub. Perkeretaapian. Sertifikasi. Kecakapn Awak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 155 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR **ft'«mbp MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 28 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci