KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG"

Transkripsi

1 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN PETUGAS DAN TEKNISI PERAWATAN KENDARAAN PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN PEMADAM KEBAKARAN SERTA PETUGAS SALVAGE DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan keamanan dan keselamatan penerbangan, diperlukan petugas dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas salvage yang ahli dan profesional; b. bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu mengatur ketentuan mengenai Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran serta Petugas Salvage dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 3. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1999; 4. Keputusan Menteri Perhubungan Udara Nomor T. I 1/2/4-U tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 1998; 5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.91/OT.002/Phb-80 dan KM. 164/OT.002/Phb-80 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 42 Tahun 1998;

2 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.55 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 13 Tahun 1996; 7. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/ 94/IV/98 tentang Persyaratan Teknis dan Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran; 8. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/ 57/IV/99 tentang Pemindahan Pesawat Udara yang Rusak di Bandar Udara; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN PETUGAS DAN TEKNISI PERAWATAN KENDARAAN PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN PEMADAM KEBAKARAN SERTA PETUGAS SALVAGE. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Petugas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) adalah pegawai bandar udara yang diberi tugas untuk melaksanakan pengoperasian kendaraan dan peralatan PKP-PK bandar udara; 2. Teknisi perawatan kendaraan PKP-PK adalah petugas perawatan kendaraan dan peralatan pendukung PKP-PK; 3. Petugas salvage adalah pegawai perusahaan angkutan udara atau pegawai bandar udara yang diberi tugas untuk melaksanakan pengoperasian kendaraan dan peralatan yang dipergunakan untuk memindahkan pesawat udara yang rusak akibat kecelakaan; 4. Sertifikat kecakapan adalah Surat tanda bukti kecakapan seseorang yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang harus dimiliki oleh setiap petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK serta petugas salvage; 5. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Basic (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B) adalah sertifikat kecakapan yang diberikan kepada

3 calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK dengan dasar pendidikan dan pelatihan keahlian bidang PKP-PK minimal tingkat basic; 6. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Yunior (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y) adalah sertifikat kecakapan yang diberikan kepada calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK dengan dasar pendidikan dan pelatihan keahlian bidang PKP-PK minimal tingkat yunior; 7. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Senior (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S) adalah sertifikat kecakapan yang diberikan kepada calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK dengan dasar pendidikan dan pelatihan keahlian bidang PKP-PK minimal tingkat senior; 8. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Advance (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A) adalah sertifikat kecakapan yang diberikan kepada calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK dengan dasar pendidikan dan pelatihan keahlian bidang PKP-PK minimal Diploma III PKP-PK atau yang sederajat; 9. Sertifikat Kecakapan Teknisi Perawatan Kendaraan PKP-PK (Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK) adalah sertifikat kecakapan yang diberikan kepada calon teknisi perawatan kendaraan PKP- PK atau teknisi perawatan kendaraan PKP-PK dengan dasar pendidikan dan pelatihan keahlian bidang teknisi PKP-PK; 10. Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage adalah sertifikat kecakapan yang diberikan kepada calon petugas salvage atau petugas salvage dengan dasar pendidikan dan pelatihan keahlian bidang salvage; 11. Rating adalah pembatasan kewenangan mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK serta perawatan kendaraan PKP-PK yang dicantumkan dalam sertifikat kecakapan; 12. Rating Foam Tender Tipe I (Rating FT ~ I) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi air dan foam dengan kapasitas tangki air di atas liter; 13. Rating Foam Tender Tipe II (Rating FT ~ II) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi air dan foam dengan kapasitas tangki air antara s/d liter; 14. Rating Foam Tender Tipe III (Rating FT ~ III) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi air dan foam dengan kapasitas tangki air kurang dari liter;

4 15. Rating Combined Agent Tipe I (Rating CA ~ I) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi air, foam, dry powder dengan kapasitas tangki air di atas liter; 16. Rating Combined Agent Tipe II (Rating CA ~ II) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi air, foam, dry powder dengan kapasitas tangki air antara s/d liter; 17. Rating Combined Agent Tipe III (Rating CA ~ III) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi air, foam, dry powder dengan kapasitas tangki air kurang dari liter; 18. Rating Rapid Intervention Vehicle Tipe IV (Rating RIV ~IV) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK yang berisi dry powder dengan kapasitas minimum 250 kg; 19. Rating Rescue Boat (Rating RB) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan rescue boat dan peralatan PKP-PK jenis rescue boat yang dilengkapi bahan pemadam dan peralatan pertolongan di perairan; 20. Rating Hover Craft (Rating HC) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan Hover Craft dan peralatan PKP-PK; 21. Rating Kendaraan Amphibi (Rating KA) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan amphibi dan peralatan PKP-PK; 22. Rating Kendaraan Pendukung PKP-PK (Rating KP) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas mengoperasikan kendaraan dan peralatan pendukung PKP-PK; 23. Rating Teknisi Perawatan Kendaraan dan Peralatan PKP-PK Tingkat I (Rating TPKP ~ I) adalah rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas merawat kendaraan dan peralatan PKP-PK yang bersifat pencegahan dan perbaikan kerusakan ringan; 24. Rating Teknisi Perawatan Kendaraan dan Peralatan PKP-PK Tingkat II (Rating TPKP ~ II) adalah Rating yang memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk melaksanakan tugas merawat kendaraan dan peralatan PKP-PK yang bersifat kerusakan berat;

5 25. Penguji adalah seorang atau beberapa orang yang ditunjuk dan diberi wewenang oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk melaksanakan ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan bagi pemohon sertifikat kecakapan; 26. Penguji Kesehatan adalah Dokter Balai Kesehatan Penerbangan Direktorat Keselamatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atau dokter/unit kesehatan lain yang mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk melaksanakan setup jenis pengujian kesehatan; 27. Check Officer adalah seorang atau beberapa orang yang ditunjuk dan diberi wewenang oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk melaksanakan pengujian performance check bagi pemohon rating. BAB II SERTIFIKAT KECAKAPAN Bagian Pertama Ketentuan Sertifikat Kecakapan Pasal 2 (1) Pengoperasian kendaraan dan peralatan serta perawatan kendaraan PKP-PK dan Salvage dilakukan oleh petugas yang telah memiliki sertifikat kecakapan yang sah dan masih berlaku. (2) Sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibagi dalam beberapa jenis: a. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Basic (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B); b. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Yunior (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y) c. C. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Senior (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S); d. Sertifikat Kecakapan PKP-PK Advance (Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A); e. Sertifikat Kecakapan Teknisi Perawatan Kendaraan PKP- PK (Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK); dan Pasal 3 Sertifikat Kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang. Pasal 4 (1) Setiap jenis sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), berisi data mengenai :

6 a. nama jenis sertifikat kecakapan; b. n o m o r; c. nama lengkap; d. tempat dan tanggal lahir; e. kebangsaan; f. jenis kelamin; g. alamat tempat tanggal; h. tanda tangan pemegang; i. pas photo pemegang; j. kecakapan dan kualifikasi dalam melaksanakan tugas; k. macam wewenang; l. tanggal pengeluaran; m. tanggal berakhirnya masa berlaku; n. tempat dan tanggal diterbitkan; o. nama dan cap Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; p. nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan; q. pembaharuan sertifikat kecakapan; r. ujian kesehatan; s. tingkat dan kode kewenangan; dan t. catatan-catatan. (2) Sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibuat dari bahan yang mempunyai unsur pengaman. Pasal 5 Sertifikat kecakapan diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Bagian Kedua Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Sertifikat Kecakapan Pasal 6 (1) (Permohonan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK- PKP.PK dan Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage diajukan oleh pemohon berdasarkan persetujuan dan Kepala Bandar Udara, Kepala Cabang Bandar Udara atau perusahaan angkutan udara tempat pemohon bekerja atau diajukan oleh unit kerjanya secara kolektif. (2) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang memohon perolehan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. sehat jasmani dan rohani; b. lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal Basic; c. pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tabun 1995; dan d. bagi pengemudi kendaraan. PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B I.

7 (3) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang memohon perolehan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y sebagaimana, dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. sehat jasmani dan rohani; b. lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal yumor; c. pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tabun 1995; dan d. bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B I. (4) Calon petugas PKP-PK atau petugas, PKP-PK yang memohon perolehan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. sehat jasmani dan rohani; b. lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal senior; c. memiliki Mualim Pelayaran Terbatas bagi yang mengambil Rating RB; d. pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun 1995; dan e. bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B I. (5) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang memohon perolehan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut a. sehat jasmani dan rohani; b. pendidikan minimal D III PKP-PK atau yang sederajat; c. lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal advance; d. memiliki Mualim Pelayaran Terbatas bagi yang mengambil Rating RB; dan e. bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B I. (6) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang memohon perolehan Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. sehat jasmani dan rohani; b. lulus pendidikan dan pelatihan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK sesuai dengan jenis kendaraan dan tingkat perawatan; dan c. pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun (7) Calon petugas salvage atau petugas salvage yang memohon perolehan Sertifikat Kecakapan Salvage sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

8 a. sehat jasmani dan rohani; b. lulus pendidikan dan pelatihan salvage pesawat udara; c. pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun Pasal 7 (1) Permohonan sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan menggunakan Surat permohonan yang sekurang-kurangnya berisi : a. nama; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerj a; g. alamat unit kerja; h. masa kerja pada Unit PKP-PK Salvage; i. j a b a t a n; j. pendidikan umum terakhir; k. pendidikan keahlian; l. nomor & golongan Surat Izin Mengemudi (bagi pengemudi); m. jenis sertifikat kecakapan yang dimohonkan. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi dengan : a. surat keterangan sehatiasmani dan rohani dari dokter; b. fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon; c. fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir; d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); e. fotokopi Kartu Pegawai; f. fotokopi surat izin mengemudi minimal B 1, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK; g. pas foto terbaru dan berwarna, dengan Latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat) lembar; dan h. fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan). Pasal 8 Setelah kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diterima oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara, maka pemohon sertifikat kecakapan diwajibkan mengikuti ujian. Pasal 9 Pemohon sertifikat kecakapan yang telah melaksanakan ujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan dinyatakan lulus, akan

9 diberikan sertifikat kecakapan sesuai dengan permohonannya. BAB III RATING Bagian Pertama Ketentuan Rating Pasal 10 (1) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang telah memiliki Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, atau Sertifikat Kecakapan TPK- PKP.PK dan akan melaksanakan tugas pads unit PKP-PK di bandar udara, diwajibkan memiliki rating. (2) Rating sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibagi dalam beberapa jenis : a. Rating Foam Tender Tipe I (Rating FT ~I); b. Rating Foam Tender Tipe 11 (Rating FT ~II); c. Rating Foam Tender Tipe III (Rating FT ~III); d. Rating Combined Agent Tipe I (Rating CA ~I); e. Rating Combined Agent Tipe II (Rating CA ~11); f. Rating Combined Agent Tipe III (Rating CA ~III); g. Rating Rapid Intervention Vehicle Tipe IV(Rating RIV ~IV); h. Rating Rescue Boat (Rating RB); i. Rating Hover Craft (Rating HC); j. Rating Kendaraan Amphibi (Rating KA); k. Rating Kendaraan Pendukung PKP-PK (Rating KP); l. Rating Teknisi Perawatan Kendaraan dan Peralatan PKP- PK Tingkat I (Rating TPKP - I); dan m. Rating Teknisi Perawatan Kendaraan dan Peralatan PKP- PK Tingkat II (Rating TPKP - 11). Pasal 11 (1) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang telah memiliki Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, dapat memiliki sebanyak-banyaknya 2 (dua) jenis rating, yaitu : a. Rating RIV ~IV; dan b. Rating KP. (2) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang telah memiliki Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, dapat memiliki sebanyak-banyaknya 4 (empat) jenis rating, yaitu : a. Rating FT ~ III; b. Rating CA ~ III; c. Rating RIV ~ IV; dan

10 d. Rating ~ KP. (3) Calon petugas PKP-PK dan petugas PKP-PK yang telah memiliki Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, dapat memiliki sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) jenis rating, yaitu : a. Rating FT ~ I (terbatas s/d liter); b. Rating FT ~ II; c. Rating FT ~ III; d. Rating CA ~ I; e. Rating CA ~ II; f. Rating CA ~ III; g. Rating RIV ~ IV; h. Rating RB; dan i. Rating KP. (4) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang telah memiliki Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, dapat memiliki sebanyak-banyaknya 11 (sebelas) jenis rating, yaitu : a. Rating FT ~ I (tidak terbatas); b. Rating FT~ II; c. Rating FT ~ III; d. Rating CA ~ I; e. Rating CA ~ II; f. Rating CA ~III; g. Rating RIV ~IV; h. Rating RB; i. Rating HC; j. Rating KA; dan k. Rating KP. (5) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang telah memiliki Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK, dapat memiliki rating sebanyak-banyaknya untuk 4 (empat) jenis kendaraan. Pasal 12 Rating sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Pasal 13 Rating diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau Pejabat yang ditunjuk. Bagian Kedua Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Rating Pasal 14 (1) Permohonan Rating FT ~ I, Rating FT ~ II, Rating FT ~ III, Rating CA ~ I, Rating CA ~ 11, Rating CA ~ III, Rating RIV ~ IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP

11 ~ I, dan Rating TPKP ~ II diajukan oleh pemohon berdasarkan persetujuan dari Kepala Bandar Udara atau Kepala Cabang Bandar Udara serta dapat diajukan oleh unit kerianya secara kolektif. (2) Calon petugas PKP-PK atau petugas PKP-PK yang memohon perolehan rating sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memiliki sertifikat kecakapan yang sesuai dengan rating yang dimohonkan. Pasal 15 (1) Permohonan rating sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan menggunakan surat permohonan yang sekurangkurangnya berisi : a. n a m a; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerja; g. alamat unit kerja; h. pendidikan umum terakhir; i. pendidikan keahlian; j. nomor & golongan Surat Izin Mengemudi (bagi pengemudi); dan k. jenis rating yang dimohonkan. (2) Surat permohonan sebagaimana, dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi dengan : a. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter; b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); c. fotokopi surat izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK; dan d. fotokopi Sertifikat kecakapan yang dimiliki sesuai dengan rating yang dimohon. Pasal 16 Setelah kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diterima oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara, maka pemohon rating diwajibkan mengikuti performance check. Pasal 17 (1) Pemohon rating yang telah melaksanakan performance check sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan dinyatakan lulus, akan diberikan rating sesuai dengan permohonannya. (2) Pemberian rating sebagaimana, dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan pencatatan di dalam Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan

12 PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, atau Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK. BAB IV PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 18 Pendidikan dan pelatihan pengoperasian kendaraan dan peralatan serta perawatan kendaraan PKP-PK dan Salvage dapat diselenggarakan oleh : a. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan Udara; atau c. Badan Hukum yang bergerak di bidang kegiatan penerbangan yang telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara. BAB V UJIAN DAN PERFORMANCE CHECK Bagian Pertama U j i a n Pasal 19 (1) Ujian untuk mendapatkan sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan. (2) Ujian teori sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : a. pengetahuan bidang tugas PKP-PK atau Salvage; b. pengetahuan persyaratan teknis dan operasional PKP-PK atau Salvage; c. pengetahuan teknis kendaraan PKP-PK atau Salvage; d. pengetahuan tentang persyaratan memperoleh rating PKP- PK; dan e. peraturan keselamatan penerbangan. (3) Ujian praktek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : a. kemampuan mengoperasikan kendaraan PKP-PK atau Salvage; b. kemampuan mengoperasikan peralatan PKP-PK atau Salvage; dan

13 c. kemampuan melakukan perawatan kendaraan PKP-PK atau Salvage. (4) Pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : a. kesehatan fisik; dan b. kesehatan mental. Pasal 20 (1) Hasil ujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 harus diumumkan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak evaluasi selesai dilakukan. (2) Peserta ujian yang dinyatakan tidak lulus, dapat mengikuti ujian perbaikan tanpa mengajukan permohonan baru. (3) Ujian perbaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hanya dapat dilaksanakan 1 (satu) kali. Pasal 21 Peserta ujian yang lulus harus diberikan sertifikat kecakapan sesuai dengan permohonannya, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak yang bersangkutan dnyatakan lulus ujian. Bagian kedua Penguji Pasal 22 Direktur Jenderal Perhubungan Udara menunjuk penguji sertifikat kecakapan untuk melakukan ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan. Pasal 23 (1) Penguji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 bertugas untuk membantu Direktur Jenderal Perhubungan Udara dalam hal : a. menyelenggarakan penyuluhan yang berkaitan dengan persiapan ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan; b. melakukan ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan; c. penerbitan, perpanjangan atau pembaharuan sertifikat kecakapan; dan d. melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan sertifikat kecakapan. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penguji berfungsi : a. meneliti persyaratan yang diperlukan untuk penerbitan,

14 perpanjangan atau pembaharuan sertifikat kecakapan; b. menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan penyuluhan dan ujian; c. meneliti dan memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan; dan d. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Bagian ketiga Performance Check Pasal 24 (1) Performance check untuk mendapatkan rating sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 meliputi ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan. (2) Ujian teori sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah pengetahuan tentang kendaraan dan peralatan PKP-PK serta prosedur pengoperasiannya. (3) Ujian praktek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah kemampuan mengoperasikan kendaraan dan peralatan PKP-PK. (4) Pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : a. kesehatan fisik; dan b. kesehatan mental. Pasal 25 (1) Hasil performance check sebagaimana, dimaksud dalam Pasal 24 harus diumumkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak evaluasi selesai dilakukan. (2) Peserta performance check yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan tanpa mengajukan permohonan baru. (3) Performance check perbaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hanya dapat dilaksanakan 1 (satu) kali. Pasal 26 Peserta performance check yang lulus harus diberi rating dengan cara pencatatan di sertifikat kecakapannya sesuai dengan rating yang dimohon selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak yang bersangkutan dinyatakan lulus performance check.

15 Bagian keempat Check Officer Pasal 27 Direktur Jenderal Perhubungan Udara menunjuk check officer untuk melakukan performance check bagi pemohon rating. Pasal 28 (1) Check officer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 bertugas untuk membantu Direktur Jenderal Perhubungan Udara dalam hal : a. menyelenggarakan performance check; b. penerbitan, perpanjangan atau pembaruan rating; dan c. melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan rating. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), check officer berfungsi : a. meneliti persyaratan yang diperlukan untuk penerbitan, perpanjangan atau pembaharuan rating; b. menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan performance check; c. meneliti dan memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan performance check; dan d. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. BAB VI BENTUK BUKU SERTIFIKAT KECAKAPAN Bagian Pertama Buku Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran Pasal 29 (1) Buku Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A dan Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK berukuran 88 mm x 125 mm, dengan warna dasar merah bergaris putih untuk Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, bergaris hijau untuk Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, bergaris silver untuk Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, bergaris emas untuk Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A dan bergaris biru untuk Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK. (2) Kulit dibagian atas simetris bertuliskan "Republik Indonesia", bagian tengah depan terdapat lambang Garuda Pancasila

16 berwama kuning emas dan bagian bawah bertuliskan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A atau Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK. (3) Bahasa yang dipergunakan dalam buku sertifikat kecakapan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. (4) Latar belakang buku sertifikat kecakapan mulai halaman 2 (dua) sampai dengan halaman 14 (empat betas) pada setiap halaman terdapat lambang Garuda Pancasila secara transparan. (5) Halaman 1 (satu) pada bagian atas bertuliskan "Republik Indonesia" dan "Direktorat Jenderal Perhubungan Udara", sedangkan pada bagian tengah terdapat Lambang Garuda Pancasila dengan warna hitam, dan pada bagian bawah bertuliskan nama jenis sertifikat kecakapan serta dasar hukum dikeluarkannya sertifikat kecakapan. (6) Halaman 2 (dua) tidak terdapat tulisan apapun. (7) Halaman 3 (tiga) bemomor angka romawi I sampai dengan angka romawi VII, pada bagian atas bertuliskan "Republik Indonesia", serta dilengkapi dengan pas photo berwama ukuran 2 cm x 3 cm dari pemegang sertifikat kecakapan dan berisi datadata : a. nomor; b. nama lengkap; c. tempat dan tanggal lahir; d. kebangsaan; e. jenis kelamin; f. alamat tempat tinggal; dan g. tanda tangan pemegang sertifikat kecakapan. (8) Halaman 4 (empat) bemomor angka romawi VIII, yang bertuliskan pemyataan tentang kecakapan dan kualifikasi dalam melaksanakan tugas. (9) Halaman 5 (lima) sampai dengan halaman 7 (tujuh) bemomor angka romawi IX, berisi data rating/wewenang pemegang sertifikat kecakapan, yaitu : a. nomor; b. macam wewenang; c. tanggal mulai berlaku;dan d. cap dan tandatangan. (10) Halaman 8 (delapan) bernomor angka romawi X sampai dengan angka romawi XII, berisi data-data : a. tanggal pengeluaran; b. tanggal berakhlmya masa berlaku; c. tempat dan tanggal diterbitkan; d. nama dan cap Direktorat jenderal Perhubungan Udara; dan

17 e. nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan. (11) Halaman 9 (sembilan) bernomor angka romawi XIII, berisi data pembaharuan sertifikat kecakapan, yaitu : a. jangka waktu diperbaharui; b. tanggal; dan c. tandatangan dan cap. (12) Halaman 10 (sepuluh) bernomor angka romawi XIV, menyatakan tentang pengujian kesehatan pemegang sertifikat kecakapan, yaitu : a. tanggal pengeluaran; b. tanggal berakhirnya masa berlaku; dan c. cap dan tanda tangan pejabat yang mengesahkan. (13) Halaman 11 (sebelas) bernomor angka romawi XV, berisi datadata : a. larangan membuat catatan-catatan kecuali bagi mereka yang telah ditugaskan; b. kewajiban akibat kehilangan sertifikat kecakapan; dan c. anjuran bagi pihak yang menemukan sertifikat kecakapan. (14) Halaman 12 (dua belas) bernomor angka romawi XVI, menyatakan tentang tingkat kewenangan dan kode rating. (15) Halaman 13 (tiga belas) sampai dengan halaman 14 (empat belas) bernomor romawi XVII, berisi tentang catatan-catatan. Bagian Kedua Buku Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage Pasal 30 (1) Buku Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage berukuran 88 mm x 125 mm, dengan warna dasar merah bergaris coklat. (2) Kulit dibagian atas simetris bertuliskan "Republik Indonesia", bagian tengah depan terdapat lambang Garuda Pancasila berwarna kuning emas dan bagian bawah bertuliskan Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage. (3) Bahasa yang dipergunakan dalam buku sertifikat kecakapan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. (4) Latar belakang buku sertifikat kecakapan mulai halaman 2 (dua) sampai dengan halaman 10 (sepuluh) pada setiap halaman terdapat lambang Garuda Pancasila secara transparan. (5) Halaman 1 (satu) pada bagian atas bertuliskan "Republik Indonesia" dan "Direktorat Jenderal Perhubungan Udara", sedangkan pada bagian tengah terdapat Lambang Garuda

18 Pancasila dengan wawa hitam, dan pada bagian bawah bertuliskan nama jenis sertifikat kecakapan serta dasar hukum dikeluarkannya sertifikat kecakapan. (6) Halaman 2 (dua) tidak terdapat tulisan apapun. (7) Halaman 3 (tiga) bemomor angka romawi I sampai dengan angka romawi VII, pada bagian atas bertuliskan "Republik Indonesia", serta dilengkapi dengan pas photo berwarna ukuran 2 cm x 3 cm dari pemegang sertifikat kecakapan dan berisi datadata : a. n o m o r; b. nama lengkap; c. tempat dan tanggal lahir; d. kebangsaan; e. jenis kelamin; f. alamat tempat tinggal; dan g. tanda tangan pemegang sertifikat kecakapan. (8) Halaman 4 (empat) bemomor angka romawi VIII, yang bertuliskan pemyataan tentang kecakapan dan kualifikasi dalam melaksanakan tugas. (9) Halaman 5 (lima) bemomor angka romawi IX sampai dengan angka romawi XI, berisi data-data : a. tanggal pengeluaran; b. tanggal berakhimya masa berlaku; c. tempat dan tanggal diterbitkan; d. nama dan cap Direktorat j enderal Perhubungan Udara; dan e. nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan. (10) Halaman 6 (enam) bemomor angka romawi XII, berisi data pembaharuan sertifikat kecakapan, yaitu : a. jangka waktu diperbaharui; b. tanggal; dan c. tandatangan dan cap. (11) Halaman 7 (tujuh) bernomor angka romawi XIII, menyatakan tentang pengujian kesehatan pemegang sertifikat kecakapan, yaitu : a. tanggal pengeluaran; b. tanggal berakhlmya masa berlaku; dan c. cap dan tanda tangan pejabat yang mengesahkan. (12) Halaman 8 (delapan) bernomor angka romawi XIV, berisi data-data : a. larangan membuat catatan-catatan kecuali bagi mereka yang telah ditugaskan; b. kewajiban akibat kehilangan sertifikat kecakapan; dan c. anjuran bagi pihak yang menemukan sertifikat kecakapan.

19 (13) Halaman 9 (sembilan) sampai dengan halaman 10 (sepuluh) bernomor romawi XV, berisi tentang catatan-catatan. BAB VII KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT KECAKAPAN DAN RATING Pasal 31 (1) Pemegang sertifikat kecakapan dan rating dalam melaksanakan tugasnya wajib : a. mematuhi ketentuan sesuai dengan prosedur yang berlaku serta etika profesi; b. mempertahankan kecakapan dan kemampuan yang dimiliki; dan c. menunjukkan sertifikat kecakapan pada saat diperlukan. (2) Mempertahankan kecakapan dan kemampuan sebagaimana, dimaksud dalam ayat (1) huruf b, yaitu melaksanakan tugas sebagaimana tercantum dalam kewenangan ratingnya sekurangkurangnya 30 (tigapuluh) jam selama 1 (satu) tahun. BAB VIII SANKSI Pasal 32 (1) Sertifikat kecakapan dan/atau rating dapat dicabut apabila pemegang sertifikat kecakapan dan/atau rating melanggar Pasal 31 ayat (1). Pencabutan sertifikat kecakapan dan/atau rating sebagalmana, dimaksud dalam ayat (1), dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) minggu. (2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tidak diindahkan dilanjutkan dengan pembekuan sertifikat kecakapan dan/atau rating untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (3) Apabila selama masa pembekuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak ada upaya perbaikan, maka sertifikat kecakapan dan/atau rating dicabut. Pasal 33 Sertifikat kecakapan dan/atau rating dibekukan tanpa melalui peringatan, dalam hal pemegang sertifikat kecakapan dan/atau rating tersebut : a. tidak memenuhi standar kesehatan dan mengalami cacat fisik atau terganggu kesehatan jiwanya sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya; atau

20 b. terkena pengaruh alkohol, narkotik atau obat-obatan yang dapat mempengaruhi fisik atau mental. Pasal 34 (1) Sertifikat kecakapan dan/atau rating dapat dibatalkan tanpa melalui peringatan dalam hal : a. sertifikat kecakapan dan/atau rating tersebut dipergunakan oleh orang lain yang tidak berhak; b. sertifikat kecakapan dan/atau rating diperoleh dengan cara, tidak sah; c. pemegangsert sertifikat kecakapan dan/atau rating dijatuhi hukuman pegawai dengan tingkat hukuman disiplin berat; d. pemegang sertifikat kecakapan dan/atau rating diberhentikan dan pegawai berdasarkan peraturan kepegawaian yang berlaku; e. pemegang sertifikat kecakapan dan/atau rating tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya akibat gangguan kesehatan jasmam dan roham yang sulit disembuhkan; f. pemegang sertifikat kecakapan dan/atau rating melakukan tindakan yang membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan; g. pemegang sertfikat kecakapan dan/atau rating melakukan tindakan yang membahayakan keamanan negara; atau h. pemegang sertifikat kecakapan dan/atau rating tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 31 ayat (1) huruf b. Pasal 35 Peringatan, pembekuan atau pembatalan sebagaimana dimaksud Pasal 32, Pasal 33 dan Pasal 34 dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. BAB IX TATA CARA MEMPERPANJANG DAN MEMPERBAHARUI SERTIFIKAT KECAKAPAN Bagian Pertama Tata Cara Memperpanjang Sertifikat Kecakapan Pasal 36 (1) Petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK Serta petugas salvage dapat mengajukan perpanjangan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage, selambat-iambatnya 2 bulan sebelum habis masa

21 berlakunya. (2) Permohonan perpanjangan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK- PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan mempergunakan surat permohonan yang sekurang-kurangnya berisi : a. n a m a; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerja; g. alamat unit kerja; h. i a b a t a n; i. nomor & golongan Surat Izin Mengemudi (bagi pengemudi); j. jenis sertifikat kecakapan yang dimohonkan. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilengkapi dengan : a. surat keterangan sehat jasmani, dan rohani dari dokter; b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); c. fotokopi Kartu Pegawai; d. fotokopi surat izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK; e. fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki. Pasal 37 Setelah kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diterima oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara, maka pemohon perpanjangan sertifikat kecakapan diwajibkan mengikuti ujian. Pasal 38 Pemohon perpanjangan sertifikat kecakapan yang telah melaksanakan ujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan dinyatakan lulus akan diberikan perpanjangan sertifikat kecakapan sesuai dengan permohonannya. Bagian Kedua Tata Cara Memperbaharui Sertifikat Kecakapan Pasal 39 (1) Petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK serta petugas salvage dapat mengajukan pembaharuan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan

22 TPK-PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage, apabila : a. dicabut berdasarkan Pasal 32 atau Pasal 33; b. dalam keadaan rusak sehingga tidak dapat terbaca; atau c. hilang. (2) Permohonan pembaharuan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PK-P.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK- S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK- PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Pasal 40 (1) Permohonan pembaharuan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK- PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage yang diajukan berdasarkan Pasal 39 ayat (1) huruf a, dilakukan 3 (tiga) bulan terhitung sejak sertifikat kecakapan tersebut dicabut. (2) Dalam hal pembaharuan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK- PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage akibat pencabutan, maka kepada petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK serta petugas salvage yang bersangkutan, wajib mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan mengunakan surat permohonan yang sekurang-kurangnya berisi : a. n am a; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerja; g. alamat unit kerja; h. masa kerja pada Unit PKP-PK Salvage; i. j a b a t a n; j. pendidikan umum terakhir; k. pendidikan keahlian; l. nomor & golongan Surat Izin Mengemudi (bagi pengemudi); m. jenis sertifikat kecakapan yang dimohonkan. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilengkapi dengan : a. surat keterangan sehat i asman 1 dan rohani dan dokter; b. fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan

23 sertifikat kecakapan yang dimohon; c. fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir; d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); e. fotokopi Kartu Pegawai; f. fotokopi surat izin mengemudi minimal B 1, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK; g. pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran. 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat) lembar; dan h. fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki. Pasal 41 Setelah kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 diterima oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara, maka pemohon pembaharuan sertifikat kecakapan diwajibkan mengikuti ujian. Pasal 42 Pemohon sertifikat kecakapan yang telah melaksanakan ujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, dan dinyatakan lulus, akan diberikan sertifikat kecakapan sesuai dengan permohonannya. Pasal 43 (1) Dalam hal pembaruan Sertifikat Kecakapan PKP.PK-B, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-Y, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-S, Sertifikat Kecakapan PKP.PK-A, Sertifikat Kecakapan TPK-PKP.PK atau Sertifikat Kecakapan Petugas Salvage akibat kerusakan atau hilang, maka kepada petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK serta petugas salvage yang bersangkutan, wajib mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan menggunakan surat permohonan yang sekurangkurangnya berisi : a. n a m a; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerja; g. alamat unit kerja; h. masa kerja pada Unit PKP-PK Salvage; i. j a b a t a n; j. pendidikan umum terakhir; k. pendidikan keahlian, l. nomor & golongan Surat Izin Mengemudi (bagi pengemudi); m. jenis sertifikat kecakapan yang dimohonkan. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi dengan : a. surat keterangan sehat i asmam dan roham dari dokter; b. fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

24 c. fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir; d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); e. fotokopi Kartu Pegawai; f. fotokopi surat izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK; g. pas foto terbaru dan berwarna, dengan Latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat) lembar; dan h. fotokopi sertifikat kecakapan yang rusak atau surat keterangan kehilangan dari kepolisian; BAB X TATA CARA MEMPERPANJANG DAN MEMPERBAHARUI RATING Bagian Pertama Tata Cara Memperpanjang Rating Pasal 44 (1) Petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK dapat mengaj'ukan perpanjangan Rating FT ~ I, Rating FT ~ II, Rating FT~ III, Rating CA ~ I, Rating CA ~ II, Rating CA ~ III, Rating RIV ~ IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP ~ I, dan Rating TPKP ~ II, selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum habis masa berlakunya. (2) Permohonan perpanjangan Rating FT ~I, Rating FT ~II, Rating FT ~ III, Rating CA ~I, Rating CA ~11, Rating CA ~111, Rating RIV ~IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP ~ I, dan Rating TPKP ~ II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan mempergunakan surat permohonan yang sekurangkurangnya berisi : a. n a m a; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerja; g. alamat unit kerja; h. nomor & golongan Surat Izin Mengemudl (bagi pengemudi); dan i. jenis rating yang dimohonkan. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi dengan : a. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter; b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); c. fotokopi surat izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK; dan d. fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki sesual dengan

25 rating yang dimohon. Pasal 45 Setelah perlengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 diterima oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara, maka permohonan perpanjangan rating diwajibkan mengikuti performance check. Pasal 46 Pemohon rating yang telah melaksanakan performance check sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan dinyatakan lulus akan diberikan perpanjangan rating sesuai dengan permohonannya. Bagian Kedua Tata Cara Memperbaharui Rating Pasal 47 (1) Petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK dapat mengajukan pembaharuan Rating FT ~ I, Rating FT ~ II, Rating FT ~ III, Rating CA ~ I, Rating CA ~II, Rating CA ~ III, Rating RIV ~ IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP ~ I, dan Rating TPKP ~ II, apabila : a. dicabut berdasarkan Pasal 32 atau Pasal 33; b. dalam keadaan rusak sehingga tidak dapat terbaca; atau c. hilang. (2) Permohonan pembaharuan Rating FT ~I, Rating FT ~ II, Rating FT ~ III, Rating CA ~ I, Rating CA ~ II, Rating CA ~ III, Rating RIV ~ IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP ~ I, dan Rating TPKP ~ II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Pasal 48 (1) Permohonan pembaharuan Rating FT ~ I, Rating FT ~ II, Rating FT ~ III, Rating CA ~ I, Rating CA ~ II, Rating CA ~ III, Rating RIV ~ IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP ~ I, dan Rating TPKP ~ II yang diajukan berdasarkan Pasal 39 ayat (1) huruf a, dilakukan 3 (tiga) bulan terhitung sejak rating tersebut dicabut. (2) Dalam hal pembaharuan Rating FT ~ I, Rating FT ~ II, Rating FT ~ III, Rating CA ~ I, Rating CA ~ II, Rating CA ~ III, Rating RIV ~IV, Rating RB, Rating HC, Rating KA, Rating KP, Rating TPKP ~ I, dan Rating TPKP ~ II akibat pencabutan, maka kepada petugas dan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK yang bersangkutan, wajib mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan mengunakan surat permohonan yang sekurang-kurangnya berisi :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/345/XII/99 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN PETUGAS DAN TEKNISI PERAWATAN KENDARAAN PERTOLONGAN

Lebih terperinci

Pasal 29. (1) Pemohon rating yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan.

Pasal 29. (1) Pemohon rating yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan. c. Meneliti dan memberikan penilaian tehadap hasil pelaksanaan performance check; d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

(3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi dengan :

(3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi dengan : a. n a m a; b. tempat dan tanggal lahir; c. kebangsaan; d. jenis kelamin; e. alamat tempat tinggal; f. unit kerja; g. alamat unit kerja; h. pendidikan umum terakhir; i. pendidikan keahlian; j. nomor &

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 210, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 211, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 9 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 002 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.314, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 16 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kebangsaan Nationality. Penyelenggara DIKLAT Training Provider. Tanda tangan pemegang Signature of Holder. Nama Pemegang

Kebangsaan Nationality. Penyelenggara DIKLAT Training Provider. Tanda tangan pemegang Signature of Holder. Nama Pemegang REPUBLIK INDONESIA REPUBLIC OF INDONESIA Nomor Number Pas Foto Berwarna Ukuran 2 cmx3 cm Nama Pemegang Name of Holder Tempat dan Tanggal Lahir Place and date of birth IV. Kebangsaan Nationality V. Jenis

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR:S K E P / 172/VII/97 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN DAN RATING PEMANDU LALU LINTAS UDARA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR:S K E P / 172/VII/97 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN DAN RATING PEMANDU LALU LINTAS UDARA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PEPHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR:S K E P / 172/VII/97 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN DAN RATING PEMANDU LALU LINTAS UDARA DIREKTUR

Lebih terperinci

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan -21-5.139. 5.140. 5.141. 5.142. 5.143. 5.144. 5.145. 5.146. 5.147. 5.148. 5.149. 5.150. 5.151. 5.152. 5.153. 5.154. 5.155. yang tidak dilengkapi dengan pemadam api sesuai dengan kategori bandar udara untuk

Lebih terperinci

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan a. dokumentasi peralatan; b. parameter peralatan; c. peralatan pendukung;dan d. kondisi lingkungan. (6) Hasil pemeriksaan dan pengujian kelaikan peralatan disampaikan kepada pemohon paling lambat 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2014 KEMENKEU. Konsultan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah mengatur mengenai Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian; b. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 94 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 94 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 94 TAHUN 2010 TENTANG TENAGA PERAWATAN SARANA PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah mengatur mengenai Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian; b. bahwa

Lebih terperinci

nl sssssszsrrisafety mana=«

nl sssssszsrrisafety mana=« 5) sistem kelistrikan kendaraan; 6) sistem pneumatik; 7) sistem hidrolik; 8) manajemen logistik. 9) manajemen pemeliharaan (maintenance management)- nl sssssszsrrisafety mana=«-z2; troubleshooting; 13)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah mengatur mengenai Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian; b. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG nphhnmp KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

Dengan ini mengajukan permohonan Izin Praktik untuk dapat melakukan pekerjaan sebagai Konsultan Pajak.

Dengan ini mengajukan permohonan Izin Praktik untuk dapat melakukan pekerjaan sebagai Konsultan Pajak. LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/PMK.03/2014 TENTANG : KONSULTAN PAJAK FORMAT SURAT PERMOHONAN IZIN PRAKTIK KONSULTAN PAJAK : Nomor :... (1)... Perihal : Permohonan

Lebih terperinci

Temoat dan Tanqqal Lahir Place and date of birth

Temoat dan Tanqqal Lahir Place and date of birth REPUBLIK INDONESIA REPUBLIC OF INDONESIA 1. Nomor Number Pas Foto Berwarna Ukuran 2 cmx3 cm II. III. IV. Nama Pemeqanq Name of Holder Temoat dan Tanqqal Lahir Place and date of birth Kebanqsaan Nationality

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 21 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 21 TAHUN 2004

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 21 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 21 TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 21 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG : IZIN MENDIRIKAN BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Menimbang : a. Bahwa pelayanan angkutan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/293/XI/99 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/293/XI/99 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/293/XI/99 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN PETUGAS PENANGANAN PENGANGKUTAN BAHAN DAN/ATAU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 167 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 140/ VI/ 1999 TENTANG PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN KENDARAAN DI SISI UDARA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 140/ VI/ 1999 TENTANG PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN KENDARAAN DI SISI UDARA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 140/ VI/ 1999 TENTANG PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN KENDARAAN DI SISI UDARA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 4135/KP.108/DRJD/2013 T E N T A N G KOMPETENSI INSPEKTUR SUNGAI DAN DANAU

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 4135/KP.108/DRJD/2013 T E N T A N G KOMPETENSI INSPEKTUR SUNGAI DAN DANAU KONSEP Terlebih Dahulu: 1. Kasubdit Lalu Lintas SDP : 2. Kabag Kepegawaian : 3. Kabag Hukum dan Kerjasama : 4. Dir. LLASDP : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 4135/KP.108/DRJD/2013

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN MASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN MASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN MASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.473, 2016 KEMENHUB. Ujian Dinas. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2074, 2015 KEMENAKER. TKI. Surat Izin. Pemberian. Perpanjangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 40 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ.01.10 TAHUN 1995 TENTANG TATACARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN, PENOLAKAN DAN GUGURNYA IZIN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN a. Maksud dan Tujuan.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

(2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ^jfssprv- (2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Bab I - Pendahuluan, terdiri dari: 1) persetujuan manual; 2) maksud dan tujuan; 3) administrasi dan pengontrolan buku pedoman;

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PELAYANAN PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 18 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKAT AUDITOR PERKERETAAPIAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 18 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKAT AUDITOR PERKERETAAPIAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM. 18 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKAT AUDITOR PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 telah

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 5086);

Negara Republik Indonesia Nomor 5086); MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN PENJAGA PERLINTASAN KERETA API a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah mengatur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 132 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PELAKU TEKNIS BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 132 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PELAKU TEKNIS BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 132 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PELAKU TEKNIS BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA DAN TEKNIS PENDIRIAN OPERASIONAL BURSA KERJA KHUSUS WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Surat Izin Usaha Perdagangan; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002 PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp. 0321 690957 PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

memimpin pelaksanaan latihan dan kendali mutu PKP-PK melakukan pengawasan, pengendalian, - dan evaluasi

memimpin pelaksanaan latihan dan kendali mutu PKP-PK melakukan pengawasan, pengendalian, - dan evaluasi 4) mampu mengoperasikan komputer (software exel, word, 5) powerpoint); telah mengikuti seluruh kegiatan penyegaran sesuai dengan Peraturan yang berlaku. b. Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI A. PEMBERHENTIAN PEGAWAI 1. Pengertian Pemberhentian Pegawai Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 180 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2011, No.82 2 Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nom

2011, No.82 2 Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2011 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA. Tugas Belajar. Izin Belajar. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP.

Lebih terperinci

KEPALA DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEPALA DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL KEPALA DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN KEPALA DESA NGLANGGERAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA TERTIB PENJARINGAN DAN PENYARINGAN ATAU SELEKSI CALON DUKUH NGLANGGERAN WETAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam No.87,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan. Mutasi. Pemberhentian. Pengangkatan Kembali. Kartu Tanda Pengenal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM

Lebih terperinci

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam No.732, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penyelenggaraan Angkutan Udara. Perubahan Kesembilan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa pengusaha

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER - 38/MEN/XII/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 14 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 {MANUAL OF STANDARD CASR PART 139) VOLUME IV

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3610) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 187 Tahun 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 56 TAHUN 2015 TENTANG KEGIATAN

Lebih terperinci

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirfktorat-ifnderal PFRHIIRHNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 420 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.201, 2017 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Asisten Penguji Perangkat Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan No.360, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Manajer Investasi. Wakil. Perizinan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5634) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha No.712, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Perizinan. Pendaftaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI MENTERI KESEHATAN Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kemenhub. Perkeretaapian. Sertifikasi. Kecakapn Awak. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kemenhub. Perkeretaapian. Sertifikasi. Kecakapn Awak. Pencabutan. No.1694, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kemenhub. Perkeretaapian. Sertifikasi. Kecakapn Awak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 155 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci