BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi

1 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada Bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari hasill penelitian dan analisis yang ditemukan dalam penelitian ini. Uraian akan dibagi atas dua bagian, pertama rangkuman dari intisari dan hasil analisisnya, bagian kedua adalah berupa rekomendasi 8.1 Kesimpulan Hasil analisis dampak pembangunan pariwisata yang meliputi aspek sosial, lingkungan dan ekonomi berdasarkan persepsi dari masyarakat setempat, pelaku usaha dan pegawai pemerintah Daerah ditemukan hal-hal sebagai berikut. a. Ketiga kelompok pemangku kepentingan (masyarakat setempat, pelaku usaha, pegawai pemerintah Daerah) menilai dampak pembangunan pariwisata dengan sikap positif. b. Untuk aspek sosial, atribut yang dipandang dengan sikap positif adalah: pariwisata memberi manfaat untuk mengenal budaya lain dan pariwisata memberi kebanggaan kepada masyarakat atas aset budaya yang dimilikinya.

2 c. Untuk aspek lingkungan, atribut yang dipandang dengan sikap positif adalah: pariwisata menyebabkan dibangunnya fasilitas (infrastruktur dan fasilitas pendukung) dan pariwisata menyebabkan dilakukannya perbaikan bangunan-bangunan bersejarah. d. Untuk aspek ekonomi, atribut yang dipandang dengan sikap positif adalah: pariwisata menciptakan lapangan kerja dan pariwisata memberi keuntungan bagi usaha kecil. e. Beberapa atribut dari ketiga aspek yang dipandang dengan sikap netral adalah: pariwisata menyebabkan bertambahnya kriminalitas (aspek sosial); pariwisata menyebabkan meningkatnya polusi (aspek lingkungan); pariwisata menyebabkan naiknya harga-harga barang dan biaya pelayanan (aspek ekonomi). f. Diketahui ada perbedaan persepsi pada masing-masing kelompok masyarakat dalam memandang dampak pembangunan pariwisata: (1) masyarakat setempat menilai dampak pariwisata dari aspek sosial yaitu manfaat mengenal budaya lain dan memberikan kebanggaan pada masyarakat atas aset budaya, sebagai kontribusi positif pariwisata (2) pelaku usaha menilai dampak pariwisata dari aspek lingkungan: perbaikan fasilitas dan aspek ekonomi: memberi keuntungan bagi usaha kecil dan membuka lapangan kerja, sebagai kontribusi positif pariwisata

3 (3) pegawai pemerintah Daerah menilai dampak pariwisata dari aspek lingkungan: perbaikan fasilitas dan aspek sosial: mengenal budaya lain, sebagai kontribusi positif pariwisata. Hasil analisis partisipasi para pemangku kepentingan yang terdiri dari bentuk partisipasi dan tingkat partisipasi pada masyarakat setempat, pelaku usaha dan pegawai pemerintah Daerah ditemukan hal-hal sebagai berikut. a. Masyarakat setempat, pelaku usaha dan pegawai pemerintah Daerah memiliki kesamaan yaitu aktif dalam melaksanakan berbagai bentuk partisipasi, yang dominan berupa pemberian saran-saran dan yang belum dilaksanakan adalah memberikan penilaian atas pembangunan yang telah ada. b. Pengukuran tingkat partisipasi pada ketiga kelompok dijumpai bahwa masyarakat setempat dan pelaku usaha masih berada pada tingkat yang rendah, menurut tipologi Tosun, berada pada tingkat partisipasi terpaksa (coercive participation) sedangkan pegawai Pemerintah Daerah berada pada tingkat partisipasi menengah atau dipengaruhi (Induced participation). Berdasarkan penelitian, belum terlaksananya bentuk partisipasi memberikan penilaian atas pembangunan pariwisata serta rendahnya tingkat partisipasi lebih disebabkan belum adanya keterbukaan informasi terhadap perencanaan pariwisata, kurangnya membuka dialog dan menerima masukan-masukan masyarakat. Belum

4 optimalnya fungsi koordinasi dari institusi yang berwenang dan keengganan untuk melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Hasil analisis hubungan persepsi dampak pembangunan pariwisata terhadap partisipasi pada ketiga kelompok pemangku kepentingan adalah. a. Diketahui ada hubungan yang signifikan antara persepsi dampak pembangunan pariwisata dan partisipasi yang terwujud. b. Meskipun kekuatan hubungan kedua variabel sangat lemah tetapi kontribusi persepsi dampak pembangunan pariwisata terhadap partisipasi ketiga kelompok pemangku kepentingan, nilainya signifikan dan tak dapat diabaikan begitu saja. Berdasarkan kajian dari hasil penelitian, maka diusulkan konstruksi model pengelolaan pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis partisipasi. Model dilandasi oleh pondasi dasar yaitu persepsi dampak pembangunan pariwisata dari ketiga kelompok pemangku kepentingan kemudian membentuk sikap positif terhadap pembangunan pariwisata yang diikuti partisipasi oleh ketiga kelompok tersebut. Model memberikan syarat adanya kerjasama dan koordinasi dari empat elemen, yaitu Pemerintah, Bisnis/Indutri, Akademisi dan Masyarakat.. Jika masing-masing elemen menjalankan fungsi dan peran dengan maksimal, menjalani peran masing-masing dengan sinergis, kerjasama dan menyampingkan egosektoralnya, diharapkan dapat terwujud pembangunan pariwisata berkelanjutan.

5 8.2 Rekomendasi Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang ada, rekomendasi yang disampaikan adalah sebagai berikut. a. Pembangunan destinasi pariwisata akan berdampak positif juga berdampak negatif pada masyarakat dan pemangku kepentingan lain yang berada di sekitar destinasi pariwisata. Oleh karena itu seyogianya pemerintah pusat menetapkan kebijakan adanya keharusan untuk melibatkan masyarakat pada pemberian ijin-ijin untuk membangun suatu destinasi pariwisata. b. Adanya pemberian insentif berupa keringanan pajak atau bentuk penghargaan lain bagi investor yang berhasil menerapkan pembangunan destinasi pariwisata dengan melibatkan masyarakat dan membangun partisipasi masyarakatnya. Pelaksanaan pembangunan yang berhasil melibatkan masyarakat dan partisipasi masyarakat dapat dijadikan model untuk diterapkan pada pembangunan destinasi pariwisata di daerah-daerah lain dengan modifikasi sesuai dengan karakter dan situasi kondisi masingmasing daerah. c. Untuk Pemerintah Pusat perlu pembentukan suatu Badan Otoritas tersendiri untuk pengelolaan suatu destinasi pariwisata yang memiliki begitu banyak para pemangku kepentingan dan memerlukan koordinasi

6 yang kuat. Jika selama ini dikenal konsep kolaborasi antara Akademisi, Bisnis dan Pemerintah, maka perlu keanggotaan pada Badan Otorita tersebut agar ditambahkan satu pemangku kepentingan lain yaitu Masyarakat. Adanya penambahan unsur Masyarakat pada suatu Badan Otorita diharapkan menjadi bagian dalam upaya pembelajaran dan meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut melakukan pengelolaan destinasi pariwisata. d. Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak dapat melakukan wawancara dengan alokasi waktu yang cukup dari narasumber seperti Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta juga Kepala UPK Kota Tua, disebabkan kesibukan pejabat yang bersangkutan dalam rangka pergantian jabatan. Penelitian ini juga belum memasukkan para pemilik bangunanbangunan tua untuk dimintakan pendapatnya. Disarankan kepada peneliti yang tertarik melakukan penelitian lanjutan di kawasan Kota Tua Jakarta untuk mengkaji dari sudut pandang para pemilik bangunan atau wisatawan.