HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 57 HASIL DAN PEMBAHASAN Foto berita tak lebih dari foto biasa, yaitu foto yang mendokumentasikan suatu peristiwa atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa foto berita atau foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya. Secara umum dari 35 edisi surat kabar Republika dengan total 1149 foto berita, rata-rata tampilan foto berita setiap edisi sebanyak foto berita. Ini berarti setiap edisi menampilkan kurang lebih 32 atau 33 foto berita, dengan sebagian besar penempatan foto berada di bagian dalam surat kabar Republika. Sedangkan total volume dari 35 edisi sebesar mmk (milimeter kolom) dengan rata-rata volume foto berita sebesar mmk setiap edisi. Foto berita yang dimuat dalam surat kabar Republika adalah foto kejadian langsung, foto benda dan situasi, gambaran profil kehidupan atau foto yang berkaitan dengan tokoh dan atau suatu peristiwa. Tampilan foto-foto berita ini diupayakan menggambarkan isi atau informasi berita yang disajikan dalam surat kabar Republika, sehingga pembaca lebih cepat tahu akan berita yang disajikan dalam surat kabar Republika. Menurut keterangan redaktur foto surat kabar Republika, sajian foto-foto berita terutama pada halaman muka menjadi hal yang sangat penting selain judul berita untuk dapat mengajak atau menarik perhatian pembaca mengkonsumsi sajian surat kabar. Bahkan di tiap-tiap halamannya terdapat tampilan foto dalam ukuran mini yang bertujuan menginformasikan dan mengiklankan apa yang ada di halaman berikutnya. Diterangkan lagi bahwa pemilahan foto berita merupakan salah satu bentuk kerja keras redaksi terutama redaktur foto sebagai penanggungjawab tampilan foto yang dimuat. Sedangkan untuk halaman muka Republika, pemilahan foto melalui pemikiran yang lebih sulit dan proses yang lebih rumit karena juga melibatkan keputusan dari beberapa staf redaksi pada tiaptiap edisinya. Ditekankan juga oleh pihak redaksi bahwa sajian informasi dan foto berita dalam surat kabar Republika ditujukan untuk dapat dikonsumsi oleh keluarga sehingga pihak redaksi tidak akan mengangkat gambar/foto yang bertemakan kekerasan berlebihan, sadisme dan sensualitas. Hal ini juga

2 58 dilatarbelakangi oleh nuansa agama Islam yang melekat pada surat kabar Republika. Kebijakan redaksi lebih mengutamakan sajian foto yang bersifat menghibur, jenaka dalam hal ini dimaksudkan meski serius, penting namun tampak santai serta tetap intelek, mudah dicerna, dan atau bernilai informatif. Proporsi Frekuensi dan Volume Foto Berita Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dan volume masing-masing kategori foto berita surat kabar Republika adalah (1) berita keras, (2) berita lunak, (3) sumber foto, (4) lingkup foto dan (5) penempatan foto. Perolehan masingmasing kategori frekuensi dan volume ada yang lebih dominan dan bahkan sebaliknya, hal ini akan dipaparkan dalam pembahasan berikut ini. Proporsi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori foto berita lunak menempati frekuensi dan volume tertinggi dibandingkan foto berita keras. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras dan Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Jenis Berita F Mean % R Volume % R 1. Berita Keras Berita Lunak Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Tabel 2 menunjukkan bahwa frekuensi kategori berita lunak lebih dominan, yaitu dari 35 edisi sebanyak 764 kali dengan nilai rata-rata sebesar (66.5%). Secara umum bahwa setiap edisi terdapat sekitar 21 atau 22 foto berita lunak. Sedangkan untuk foto berita keras rata-rata setiap edisi hanya sejumlah 10 atau 11 buah foto yang disajikan. Data ini menunjukkan bahwa frekuensi foto berita lunak lebih sering muncul dibanding frekuensi foto berita keras. Hal ini didukung

3 59 dengan data perbandingan antara urutan pertama (66.5 %) dengan urutan kedua (33.5 %) yang memiliki selisih 33 persen. Jika dilihat dari hasil volume maka diketahui kategori foto berita lunak memiliki volume yang terbanyak memenuhi halaman surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa volume foto berita lunak memiliki porsi paling dominan dalam surat kabar Republika sebesar 64.7 persen dengan selisih sebesar 29.4 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya tingkat proporsi yang seimbang dimana semakin banyak frekuensi sajian foto berita maka akan diimbangi dengan jumlah volume dalam surat kabar harian Republika. Dominasi foto berita lunak pada sajian surat kabar Republika tahun 2004 ini sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya pada tahun 1982 mengenai foto berita yang dilakukan pada surat kabar Kompas, Merdeka, Sinar Harapan, Suara Karya yang menghasilkan data bahwa proporsi foto berita keras mendominasi sajian media tersebut dibandingkan proporsi foto berita lunak. Dengan demikian ada perubahan dalam tatanan kebijakan redaksi surat kabar yang diterapkan saat itu dan saat ini. Sisi idealisme pada sajian pers mulai dikurangi mengingat tingginya persaingan dalam kehidupan pers. Terutama semenjak krisis moneter sekitar tahun 1998, banyak media massa gulung tikar atau ganti manajemen. Dengan demikian berlaku hukum dimana pers harus kreatif dan pintar menggali sumber penghidupannya masing-masing yang hanya dapat dicapai lewat para pemasang iklan. Pers cetak seperti surat kabar tidak bisa hanya mengharapkan pemasukan dari penjualan oplah cetak surat kabar. Tingginya oplah cetak surat kabar belum tentu menjadikan media tersebut memiliki pemasukan yang besar dari penjualan produknya. Namun kuota terhadap banyaknya oplah cetak ini itu tetap harus dicapai mengingat gengsi dan perilaku pengusaha pemasang iklan yang tidak akan melirik media dengan oplah sedikit. Dengan makin bertambahnya jumlah media ini menimbulkan surat kabar harus lebih banyak mensiasati tampilan dan sajiannya agar tidak ditinggalkan oleh konsumen menurut pihak redaksi Republika. Perubahan proporsi foto berita tersebut termasuk salah satu kiat yang digunakan Republika untuk tetap tampil menarik dengan kesan intelek yang tidak dilupakan. Meskipun demikian, dapat

4 60 disimpulkan bahwa situasi sekarang ini menyebabkan sisi komersial mau tidak mau harus banyak digali dan disikapi secara kreatif oleh pengusaha penerbitan pers dengan mensiasati sajian tersebut agar lebih berkesan informatif dan intelek. Dengan demikian dimaksudkan sajian atau produk mereka secara keseluruhan tidak berkesan terlalu komersial dengan banyaknya advertorial misalnya. Pihak redaksi Republika menerangkan bahwa tampilan yang terlalu serius dan terlalu didominasi berita keras akan menimbulkan kejenuhan bagi pembaca, antara lain hal ini dikarenakan sajian berita keras begitu mudah ditemui di hampir semua media, terutama surat kabar. Selain itu, kehidupan yang terkesan keras dijalani masyarakat umum telah membuat konsumen ingin mencari pelampiasan yang lebih menghibur, berkesan santai namun berisi informasi yang diperlukan mereka. Dengan demikian sajian foto-foto berita lunak menjadi pilihan redaksi untuk mendominasi isi media cetak surat kabar. Selain itu, tampilan kolom atau halaman yang bersifat menghibur ini juga dapat dijadikan oleh pihak media untuk menarik para pengusaha antara lain menjadi salah satu pendorong kreatifitas pengusaha untuk terus bersaing dengan pengusaha lainnya agar produk mereka dapat menjadi unggulan sehingga pada akhirnya diberitakan oleh media atau menjadi sorotan media. Uraian di atas menyiratkan bahwa Republika di tengah riuhnya berbagai media massa mau tidak mau telah mengurangi sisi idealisme pers dengan menyediakan halaman yang cukup banyak untuk sajian yang mengarah pada sisi komersial. Dalam hal ini anggapan Nurudin (2003) bahwa media massa selalu mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan harus dicermati. Ditambah lagi dikatakan bahwa asumsinya adalah media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Dengan demikian tampilnya produk atau usaha para pengusaha tersebut di sajian media dapat menjadi salah satu sarana promosi mereka. Meskipun dalam hal ini redaksi juga mengharapkan timbulnya persaingan di kalangan pengusaha untuk menonjolkan dan membuat produk yang lebih baik atau baru bagi masyarakat. Namun demikian, sisi komersial disini tampak cukup menonjol dengan porsi sajian yang cukup banyak. Hal ini didukung harapan agar pengusaha menjadi lebih tertarik pada Republika karena sajiannya yang variatif

5 61 dengan adanya kolom atau halaman khusus yang memungkinkan bagi produk atau usahanya diberitakan secara cepat dan tersebar luas. Lebih besarnya frekuensi dan volume berita lunak di halaman surat kabar Republika tahun 2004 ini antara lain disebabkan saat itu banyak peristiwa hangat yang memiliki sisi human interest menonjol yang menarik untuk disajikan. Republika bukanlah surat kabar yang hanya menjual sensasi saja dengan sajian foto-foto berita yang dapat menimbulkan keresahan atau polemik di masyarakat. Sajian foto Republika lebih bersifat umum ditujukan dapat dikonsumsi keluarga sehingga bukan merupakan foto panas dan sensasi. Foto-foto yang informatif dan menghibur yang menjadi bagian dari kategori foto berita lunak banyak ditampilkan karena dari keterangan pihak redaksi jenis foto tersebut dapat menjadi pilihan yang positif untuk mengurangi kejenuhan masyarakat. Selain itu Republika juga banyak memiliki kolom-kolom informasi/artikel yang sifatnya hiburan keluarga sehingga foto-foto yang mendukungnya pun diarahkan bernuansa hiburan atau foto feature pula. Sajian foto peristiwa umum juga banyak ditampilkan karena saat itu pun hasil perkembangan dunia usaha cukup banyak dengan ditampilkannya gambar hasil pameran, alat modern dan berbagai hasil kerajinan kecil. Dengan begitu foto yang disajikan lebih untuk konsumsi umum karena menggambarkan kegiatan juga hasil perkembangan teknologi, masyarakat dan pembangunan. Foto-foto berita tersebut berupa gambar yang sedikit banyak memiliki nilai informasi bagi individu secara umum, usaha-usaha kecil atau masyarakat daerah. Beragam sajian Republika di atas meski mengandung sisi komersial namun pada dasarnya melalui isi produknya pihak redaksi juga bertujuan untuk menjalankan misi pers. Namun dalam penerapannya sekarang ini, untuk mempertahankan sisi ideal pers pada sajiannya agar ditampilkan dalam porsi besar sangatlah sulit. Banyak kendala dialami media pers seperti Republika dalam merangkul kepentingan masyarakat dan dalam bertindak sesuai gagasan mengenai jurnalisme pembangunan. Sebagai contoh, untuk mengemas sajian pembangunan masyarakat pedesaan atau nelayan secara berkesinambungan jika tidak disiasati secara kreatif tentu dapat menjadi sajian yang membosankan. Umumnya tema pertanian dan perikanan hanya ditampilkan jika terjadi bencana atau masalah

6 62 pangan saja. Dengan demikian informasi tersebut baru disajikan jika mengancam atau bersinggungan dengan kepentingan masyarakat umum berkaitan dengan kebutuhan pangan mereka saja. Idealnya sebuah surat kabar juga mengulas atau menginformasikan hal-hal yang dibutuhkan untuk pengembangan serta pembangunan masyarakat pertanian dan perikanan mengingat mereka masih menjadi tulang punggung negara dalam pemenuhan pangan. Kondisi di atas sulit terpenuhi secara ideal mengingat segmen pembaca Republika banyak tinggal di perkotaan. Dengan demikian informasi yang disajikan selama ini sebagian besar hanya terasa bermanfaat bagi konsumen pengguna pangan, bukan bermanfaat bagi produsennya yang dalam hal ini para petani dan nelayan. Selain itu minimnya sajian pembangunan pertanian atau perikanan juga disebabkan adanya berbagai peristiwa lain yang cukup menjadi sorotan utama, yaitu seperti proses Pemilu tahun Dengan demikian nuansa atau tema politik terasa cukup kental mewarnai sajian Republika saat itu. Menurut Atmadi (1986) pers Indonesia merupakan pers pembangunan, maka sudah logis kalau masyarakat mengharapkan bentuk dan isi pers Indonesia mencerminkan pembangunan. Sejalan dengan hal itu ditulis Kusumaningrat (2005), bahwa gagasan utama tentang jurnalisme pembangunan secara ringkas adalah bahwa pemberitaan mengenai peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional haruslah memberikan kontribusi yang positif kepada negeri yang bersangkutan. Kedua anggapan tersebut banyak diterapkan di dalam negaranegara berkembang untuk membendung model jurnalisme Barat yang dianggap berperspektif individualistik. Namun demikian kedua anggapan di atas juga merupakan salah satu sisi ideal pers yang sulit untuk diterapkan mengingat persaingan yang keras dalam dunia pers membuat pers itu sendiri, terutama surat kabar menghadapi dilema yang cukup berat. Sisi ideal ini sesungguhnya ingin dicapai redaksi melalui sajian Republika. Namun pada prakteknya penerapan sisi tersebut cukup sulit mengingat pembaca dapat menjadi jenuh dengan isi media yang dianggap menambah beban pikiran mereka. Pada umumnya pembaca tidak hanya sekedar menginginkan informasi tetapi juga pelampiasan rasa lelah mereka terhadap kehidupan yang dijalani.

7 63 Berkaitan dengan uraian di atas hal lain yang dihadapi adalah kondisi masyarakat yang memiliki budaya baca rendah. Hal ini menjadi kendala lain dari sisi pemasukan untuk modal dan perputaran media sehari-harinya di masyarakat, agar bisa terus hidup. Keinginan atau budaya membaca yang rendah di kalangan masyarakat ini bahkan terjadi di lingkungan intelektual atau pendidikan seperti kampus dan sekolah. Hal ini berkaitan dengan anggapan Rachmadi (1990), bahwa pertumbuhan pers berhubungan erat dengan berbagai faktor, seperti: tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, urbanisasi, dan pendapatan per kapita yang di negara-negara berkembang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Kendala ini cukup mengganggu di lingkungan negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih banyak memiliki penduduk buta huruf. Selain itu rendahnya atau kurangnya budaya baca pada masyarakat menyebabkan pihak redaksi harus berpikir lebih keras untuk membuat sajiannya tampil menarik. Dengan demikian untuk tetap hidup atau survive maka surat kabar harus memiliki siasat kreatif terutama dalam hal komersial. Surat kabar senantiasa berusaha menjaring produsen yang ingin memasang iklan dan juga konsumen pembaca media untuk memenuhi perputaran modal perusahaan pers mereka. Selain itu hal ini masih harus diimbangi oleh sentuhan estetika dalam tampilan desain dan lay out yang baik serta menarik pula. Proporsi Foto Berita Keras Terdapat empat kategori foto berita keras dalam sajian surat kabar Republika tahun 2004, yaitu: (1) pertahanan bersenjata dan diplomasi, (2) aktivitas dan masalah sosial politik, (3) bencana dan musibah, serta (4) lain-lain. Kemunculan kategori yang beragam pada jenis foto berita keras menunjukkan bahwa foto berita yang disajikan tidak hanya ditekankan dalam satu topik akan tetapi lebih bervariasi. Hal ini sesuai dengan sifat surat kabar Republika sebagai surat kabar harian yang ditujukan untuk memberikan informasi secara luas untuk konsumsi umum. Perolehan frekuensi dan volume setiap kategori foto berita keras dalam surat kabar Republika tahun 2004 disajikan dalam Tabel 3.

8 64 Tabel 3. Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Berita Keras F Mean % R Volume % R 1. Pertahanan Bersenjata & Diplomasi Aktivitas & Masalah Sospol 3. Bencana & Musibah 4. Lain-Lain Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan dua jenis foto berita keras yang memiliki frekuensi dan volume tinggi, yaitu jenis foto berita lain-lain serta jenis foto aktivitas dan masalah sosial politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki frekuensi dan volume tertinggi adalah kategori foto berita keras lain-lain. Pemunculan foto berita keras lain-lain seperti tentang politik pemerintah, pertahanan tak bersenjata, ekonomi dan perbankan, pendidikan, agama, kesehatan dan kesejahteraan rakyat, gambar profil tokoh politik, negarawan, pemuka agama menempati peringkat pertama, yaitu dengan frekuensi sebanyak 191 kali dengan nilai rataan sebesar (sebanyak 49.6%). Dengan demikian dalam setiap edisi terdapat 5 atau 6 foto berita keras lain-lain yang disajikan. Data di atas juga menunjukkan adanya selisih sebesar persen antara foto berita keras lain-lain dengan foto berita keras aktivitas dan masalah sosial politik. Data tersebut juga berarti bahwa dalam setiap edisi terdapat sekitar lima foto berita keras dengan jenis foto berita lain-lain seperti foto berita berupa profil tokoh politik, negarawan, tokoh agama banyak muncul mengingat pada tahun 2004 lalu digelar Pemilu untuk memilih Presiden secara langsung. Dengan demikian profil tokoh-tokoh tersebut menjadi sorotan Republika selama hampir setahun. Tampilan foto-foto profil tersebut menurut redaksi Republika merupakan

9 65 salah satu pembelajaran bagi masyarakat yang mungkin belum mengenal tokoh politik atau agama yang sedang dibahas dalam berita tertulis yang disajikan. Uraian di atas sesuai dengan anggapan Nasution (2000) bahwa media massa diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang disiarkan dan tidak disiarkannya. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan, media massa pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah-masalah pembangunan. Termasuk ke dalamnya mengenai sikap-sikap baru yang diperlukan, dan keterampilan yang harus dimiliki untuk mengubah keadaan suatu bangsa yang sedang membangun. Hal ini tentu berkaitan dengan pembangunan bidang politik negara yang pada saat itu sedang melaksanakan pola baru dalam pemilihan kepala negara. Dengan dimuatnya berbagai peristiwa atau kebijakan yang dibuat Republika sebagai media massa sedikit banyak ikut berperan dalam hal sosialisasi pola baru tersebut dengan menjalankan misi pers, yaitu mencerdaskan masyarakat. Hal ini didukung anggapan Effendy (2000) bahwa komunikasi massa memiliki fungsi mendidik yang berarti berkaitan dengan proses penyampaian pesan informatif. Selain itu nafas kegiatan agama Islam banyak terlihat pula pada sajian foto berita Republika yang memang sejak berdiri sedikit banyak memiliki latar belakang agama tersebut. Kegiatan bertemakan keagamaan seperti ibadah haji, umroh, pengajian agama atau kegiatan agama lain banyak diangkat melengkapi berita yang ditulis atau melengkapi artikel tersendiri. Bentuk sajian tersebut sesuai dengan landasan kelima pers nasional yaitu landasan sosiologis kultural, yang menurut Sumadiria (2005) berpijak pada pada tata nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa Indonesia. Ditegaskan bahwa pers kita adalah pers nasional yang sarat dimuati nilai serta tanggung jawab sosial. Dengan demikian selain dilatarbelakangi nafas agama yang ada dalam institusi persnya sejak pertama kali berdiri, Republika pada dasarnya telah menerapkan landasan kelima dari pers nasional. Kategori foto berita keras dengan jenis aktivitas dan masalah sosial politik menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 134 kali dengan nilai rataan sebesar

10 (34.81%). Berarti setiap edisi terdapat sekitar tiga sampai empat foto berita keras dengan jenis aktivitas dan masalah sosial politik. Foto yang menonjol disini antara lain foto berita tentang aktivitas kampanye yang dilakukan oleh partai politik menjelang pemilihan umum pada tanggal 5 Juli Selain itu dengan banyaknya pergolakan di masyarakat yang timbul sebagai salah satu akibat yang timbul di dalam proses kegiatan Pemilu, maka foto kegiatan demonstrasi yang terjadi pun cukup banyak mewarnai sajian Republika. Sedangkan dilihat dari aspek volume foto berita, kategori foto berita keras yang paling banyak adalah jenis foto berita lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa volume jenis foto berita lain-lain memiliki proporsi yang lebih dominan dalam foto berita surat kabar Republika. Volume jenis berita lain-lain menempati peringkat pertama, yaitu (44%) dan kategori foto berita keras dengan jenis foto berita aktivitas dan masalah sosial politik pada peringkat kedua, yaitu (39.9%). Data ini menunjukkan bahwa, volume foto berita jenis lainlain menempati halaman paling luas dibanding foto berita jenis aktivitas dan masalah sosial politik dalam penempatan foto berita keras di surat kabar Republika dengan selisih sebesar 4.1 persen. Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori foto berita keras surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori foto berita keras yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga pada foto berita keras. Proporsi Foto Berita Lunak Terdapat tiga kategori foto berita lunak yang disajikan surat kabar Republika, yaitu (1) olah raga, (2) peristiwa umum, dan (3) human interest. Setiap kategori yang diamati memiliki frekuensi dan volume yang berbeda. Melihat pada hasil penelitian maka dapat diketahui jenis kategori foto berita lunak yang memiliki frekuensi dan volume tinggi yaitu kategori foto berita lunak peristiwa umum dan human interest. Perolehan frekuensi dan volume setiap kategori foto berita lunak pada surat kabar Republika tahun 2004 disajikan dalam Tabel 4.

11 67 Tabel 4. Frekuensi dan Volume Foto Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Berita Lunak F Mean % R Volume % R 1. Olah Raga Peristiwa Umum 3. Human Interest Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Tabel 4 menunjukkan foto berita jenis peristiwa umum tertinggi dalam hal frekuensi dan volume dengan jenis foto berita yang terdiri dari gambar tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh yang tidak terlibat dalam kegiatan profesional politik, sosok artis, kegiatan dan barang-barang pameran juga gambar benda/barang diam/mati atau gambar arsitektural, serta mode pakaian atau fashion show, gambar hadirin pada berbagai acara sosial dan kemasyarakatan yang rutin, seperti acara pengumpulan dana, pesta amal, panggung gembira atau acara hiburan. Pada jenis foto human interest berupa kekhasan berita kecil tentang orang-perorangan, seperti profil penjual salak, tuna wisma, sosok anak-anak dan orang tua, biasanya dimaksudkan sebagai kepentingan yang tahan lebih lama daripada berita-beritanya sendiri, akan tetapi tidak harus diterbitkan pada tanggaltanggal tertentu. Dalam hal ini termasuk juga gambar-gambar alam dan atau satwa, lokasi wisata, seni, tari-tarian, adat-istiadat yang ditampilkan, budaya yang dijalankan dan dilestarikan. Pemunculan foto berita lunak tentang foto berita peristiwa umum, yaitu dengan frekuensi sebanyak 447 kali dengan nilai rataan sebesar (sebanyak 58.51%). Hasil ini menunjukkan bahwa tampilan kategori foto berita lunak dengan jenis foto berita tentang peristiwa umum dalam setiap edisinya terdapat sekitar 12 atau 13 foto berita. Sajian foto peristiwa umum banyak ditampilkan karena saat itu perkembangan dunia usaha cukup banyak dengan ditampilkannya gambar hasil pameran, alat modern dan berbagai hasil kerajinan kecil. Sajian foto

12 68 Republika lebih bersifat umum antara lain karena bukan semata merupakan foto panas dan sensasi. Banyaknya jumlah foto tersebut juga karena Republika memiliki kolom atau halaman tersendiri yang menyajikan berbagai produk-barang di pasaran seperti barang peralatan rumah tangga, produk teknologi baru, kerajinan, mobil dan otomotif, atau barang pameran lainnya. Telah diuraikan sebelumnya bahwa sajian ini digunakan Republika antara lain untuk memotivasi dunia usaha dan menarik minat mereka terhadap isi surat kabar berkaitan dengan sisi komersial untuk penghidupan surat kabar. Dalam kolom atau halaman tersebut disajikan beberapa gambar berupa foto benda-produk yang diinformasikan saat itu. Hal ini mengingat gambar berupa foto sangat menjadi perhatian pembaca dan dapat menjadi salah satu pendorong minat baca terhadap informasi yang ditulis. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa hal ini juga mengandung sisi komersial karena pemasukan dari pembelian produk pers juga membantu dalam menyokong kehidupan surat kabar. Dengan demikian sisi ideal pers menjadi berkurang karena cukup banyak dipenuhi sajian yang dalam hal ini foto berita yang mengandung unsur komersial. Jenis foto berita lunak tentang peristiwa umum yang sering muncul lainnya adalah gambar tokoh masyarakat dan artis. Hal ini juga karena Republika memiliki kolom khusus yang sifatnya ringan menghibur yang disertai sajian gambar para entertainer atau tokoh masyarakat yang diwawancarai saat itu. Sajian tersebut dimaksudkan sebagai selingan dan penyeimbang dari penggambaran profil tokoh politik atau agama yang cukup banyak diangkat pada tiap-tiap edisinya. Didukung situasi negara yang sedang mengalami proses Pemilu dengan sistem baru pemuatan profil tersebut diangkat berkaitan dengan pembelajaran kepada masyarakat tentang tokoh-tokoh yang ada. Dengan demikian adanya foto berita berupa gambar para entertainer tersebut menjadi selingan yang sifatnya menghibur. Kategori Foto berita lunak dengan jenis foto berita tentang human interest menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 174 kali dengan nilai rataan sebesar (22.77%). Data ini juga menunjukkan selisih sebesar persen. Pada saat itu banyak peristiwa hangat yang memiliki sisi human interest menonjol yang

13 69 lebih menarik disajikan dalam bentuk gambar berbicara mewakili kondisi yang ada. Jenis foto human interest ini juga menampilkan gambar kegiatan pembangunan disertai profil pelakunya dalam bentuk ringan namun menyentuh emosi pembaca. Disini diperkuat dengan etika Republika sebagai surat kabar yang tidak semata-mata menjual sensasi dengan sajian foto-foto berita yang dapat menimbulkan gejolak di masyarakat. Namun demikian masih terdapat kelemahan dalam sajian foto berita Republika, terutama pada jenis foto berita lunak, seringkali memiliki kekurangan dalam hal keakuratan informasi dimana unsur jurnalistik dalam keterangan foto kurang mendukung kelengkapan berita. Bahkan pada foto berita keras yang seharusnya memiliki kelengkapan, keakuratan informasi, hal tersebut juga tidak dicantumkan. Berkaitan dengan hal tersebut Sugiarto (2004), menandaskan bahwa foto jurnalistik yang baik seharusnya mengandung unsur 5W+1H. Nilai sebuah foto jurnalistik foto sebuah berita yang mengungkapkan dan melaporkan semua aspek dari suatu kenyataan dengan menyiratkan rumus 5W+1H, yaitu: what, who, why, where, when, dan how dapat mewakili ribuan kata atau kalimat. Melihat berbagai unsur tersebut setidaknya unsur kapan (when) dan dimana (where) sering tidak dicantumkan atau digambarkan dengan jelas pada sajian foto beritanya. Dengan demikian, dari segi kelengkapan informasi foto berita tersebut menjadi memiliki kelemahan yang dapat menimbulkan ketidakakuratan pesan di mata pembaca. Sedangkan dilihat dari aspek volume foto berita, kategori foto berita lunak yang paling banyak adalah foto berita lunak tentang peristiwa umum. Hal ini menunjukkan bahwa volume kategori foto berita lunak tentang peristiwa umum memiliki proporsi yang lebih dominan dalam kategori foto berita lunak surat kabar Republika. Volume foto berita tentang peristiwa umum menempati peringkat pertama, yaitu (52.7%) dan foto berita lunak tentang human interest pada peringkat kedua, yaitu (39.9%) dengan selisih sebesar 12.8 persen. Data ini menunjukkan bahwa, volume foto berita lunak tentang peristiwa umum menempati halaman paling luas dibanding foto berita lunak tentang human interest dalam foto berita lunak surat kabar Republika.

14 70 Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori foto berita lunak surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori berita lunak yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga pada berita lunak. Proporsi Sumber Foto Terdapat tiga kategori sumber foto dalam sajian foto berita surat kabar Republika pada tahun 2004, yaitu: (1) staf redaksi, (2) kantor berita dan (3) lainlain. Pada setiap kategori sumber foto yang diamati dalam sajian foto berita surat kabar Republika diperoleh frekuensi dan volume yang berbeda, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Frekuensi dan Volume Sumber Foto Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Sumber Foto F Mean % R Volume % R 1. Staf Redaksi Kantor Berita Lain-lain Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Kategori yang beragam pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sumber foto dalam surat kabar Republika tidak hanya berasal dari satu sumber foto saja. Hal ini menunjukkan bahwa pihak redaksi surat kabar Republika cukup akomodatif dalam menata sumber-sumber foto berita yang ada. Tabel 5 menunjukkan bahwa kategori sumber foto yang berasal dari staf redaksi memiliki frekuensi yang lebih banyak, yaitu 514 kali dengan nilai rataan 14,686 (44.7%). Peringkat kedua sumber berita yang berasal dari lain-lain seperti lembaga humas, wartawan freelance, perpustakaan, atau bahkan anonim yaitu dengan kemunculan sebanyak 334 kali dengan nilai rataan sebesar (29.1%) dengan selisih sebesar 15.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap edisi terdapat sekitar 14 sumber foto berita yang berasal dari staf redaksi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Manangka (1982)

15 71 dimana surat kabar Kompas, Suara Karya dan Sinar Harapan memiliki sumber foto staf redaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber foto lainnya. Sedangkan volume kategori sumber foto berita yang dominan adalah yang berasal dari staf redaksi, yaitu nilai rataan volume sebesar (49.4%). Sedangkan sumber foto yang berasal dari kantor berita seperti Kantor Berita Antara, AP, AFP dan juga lainnya menduduki peringkat kedua yaitu sebesar (26.7%). Uraian tersebut menunjukkan bahwa frekuensi dan volume sumber foto surat kabar Republika pada peringkat pertama berasal dari staf redaksi. Dimana setiap frekuensi kategori sumber foto berita yang tinggi tidak selalu diimbangi dengan volume yang besar pula. Besarnya sajian foto berita yang berasal dari staf redaksi ini sesuai kebijakan redaksional Republika dimana dalam setiap sajian berita dan foto berita selalu lebih mengutamakan sumber yang berasal dari staf redaksi surat kabar Republika, terutama dari wartawan atau pewarta foto (fotografer) mereka. Meski demikian menurut Redaktur Foto Republika, kriteria foto yang baik secara keseluruhan tentu mempengaruhi pemilahan foto untuk dimuat. Jika jurnalis luar redaksi hasil karyanya jauh lebih baik, tentu redaktur foto akan memuat hasil karya orang luar tersebut. Hal ini akan memacu staf redaksi, terutama jurnalis foto untuk berkarya lebih baik selain juga dapat meningkatkan kredibilitas Republika sebagai surat kabar nasional yang besar. Ditegaskan Redaktur Foto bahwa bagaimanapun, kualitas foto yang sesuai kriteria pihak redaksi akan terus dijaga agar tetap menarik bagi konsumen surat kabar. Besarnya persentase sajian sumber foto dari staf redaksi secara tidak langsung membuktikan kemampuan Republika untuk mandiri. Selain itu, hal ini juga memberikan nilai tambahan bagi image positif Republika di mata umum antara lain karena memiliki wartawan foto yang handal dengan karya-karyanya di bidang foto jurnalistik. Uraian di atas selaras dengan posisi wartawan atau pewarta foto yang juga adalah seorang komunikator dalam hal ini. Dalam ilmu komunikasi, sumber komunikasi disebut dengan komunikator. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektivitas komunikasi adalah penting sekali, karena efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan berada di tangannya. Oleh karena itu, komunikator yang berbeda, dengan membawa pesan yang sama pada khalayak

16 72 yang sama dalam suasana yang sama pula, dapat menimbulkan efek yang berbeda. Artinya, tidak semua komunikator mempunyai daya tarik yang sama meski pesan yang disampaikannya sebenarnya sama. Seorang pewarta foto yang handal akan menghasilkan karya yang baik secara fotografis, informatif dan atau menyentuh perasaan serta mudah dicerna. Dalam hal ini foto yang dihasilkan harus selaras dengan anggapan Rothstein (1974) yang mengatakan bahwa gambar berbicara langsung dengan jiwa kita dan mengungguli rintangan-rintangan bahasa dan nasionalitas. Dengan demikian, jika sebuah karya foto yang dihasilkan mudah di mengerti masyarakat yang majemuk atau yang berbeda bahasa dan nasionalitas maka karya tersebut dapat dikatakan berhasil dan efektif penyampaian pesannya. Jika sampai pada taraf tersebut biasanya nama seorang pewarta foto telah banyak dikenal orang dan kalangannya sesama wartawan atau jurnalis. Memiliki pewarta yang handal sebagai salah satu sumber foto media, baik secara langsung maupun tidak tentu akan meningkatkan kredibilitas dan nama baik surat kabar tersebut. Umumnya khalayak mempunyai komunikator kesayangan dan kepercayaan. Dalam hal ini hasil karya seorang pewarta foto umumnya pula memiliki kekhasan tersendiri yang membuat karyanya disukai sesama wartawan atau jurnalis, lembaga pers yang terkait dan atau konsumen. Berbagai kalangan tersebut sangat menghargai komunikator yang kompeten, yang dikenal, dikagumi, dan disegani masyarakat. Untuk menjadi pewarta foto yang baik dan terkenal harus mempunyai syarat-syarat tertentu, terutama adalah kredibilitas yang umumnya diperoleh seorang pewarta foto lewat pengalaman yang cukup panjang. Ruben (dalam Munthe, 1993), komunikator jelas tidak akan sama bobotnya bagi setiap orang, karena dipengaruhi jarak kedekatan, daya tarik, baik fisik ataupun sosial, kesamaan latar belakang pendidikan, agama, budaya, kredibilitas, dan otoritas, motif, dan minat, cara penyampaian, status, kekuatan otoritas seseorang berbeda. Dikaitkan dengan masalah sumber foto surat kabar maka unsur kredibilitas, otoritas, motif, status sumber foto dalam hal ini juga mempengaruhi kredibilitas media dalam menampilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk itulah Republika juga banyak menggunakan foto berita yang berasal dari Kantor Berita yang telah memiliki nama di tengah masyarakat jika ia tidak memiliki bahan (stok) foto berita yang sesuai dengan materi yang

17 73 akan diangkat. Setidaknya keaslian, ketepatan dan keakuratan gambar dalam hal ini tidak akan dipertanyakan kembali oleh masyarakat pembaca jika melihat sajian foto berita. Lebih banyaknya sumber foto lain-lain pada sajian Republika dibandingkan sumber foto yang berasal dari Kantor Berita ditimbulkan banyaknya halaman yang menampilkan sajian foto mengenai produk hasil usaha dan teknologi modern. Tampak pula artikel yang mengetengahkan informasi kegiatan pameran berbagai produk dari alat rumah tangga hingga kendaraan mewah dan liputan ini umumnya memerlukan banyak gambar yang terkadang tidak dapat dijumpai di pameran saja. Foto-foto yang disajikan sebagian besar merupakan gambargambar yang diambil dari berbagai situs internet atau merupakan dokumen milik perusahaan terkait yang produknya diinformasikan dan secara langsung maupun tidak langsung dipromosikan oleh Republika. Dari berbagai uraian di atas, meski sumber foto lain-lain dan sumber foto Kantor Berita cukup banyak namun tetap memiliki frekuensi dan volume lebih rendah dibanding sumber foto yang berasal dari staf redaksi. Dengan demikian, bagaimana pun Republika masih memiliki image positif sebagai media besar yang memiliki lebih banyak sajian foto yang berasal dari hasil karya sendiri. Proporsi Lingkup Foto Kategori lingkup foto dalam foto berita surat kabar Republika dibagi menjadi tiga, yaitu (1) lokal, (2) nasional dan (3) internasional. Perolehan frekuensi dan volume lingkup foto disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Frekuensi dan Volume Lingkup Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Lingkup Foto F Mean % R Volume % R 1. Lokal Nasional Internasional Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk)

18 74 Tabel 6 di atas menunjukkan dua jenis lingkup foto berita yang memiliki frekuensi dan volume diatas rata-rata, yaitu kategori lingkup foto berita dengan jenis foto berita yang berasal dari lokal yaitu berbagai foto berita yang berlokasi di wilayah DKI Jakarta dan jenis lingkup foto berita internasional yaitu foto berita tentang kejadian-kejadian yang berasal dari negara-negara lain (luar negeri). Dengan demikian, hasil penelitian kategori lingkup foto menunjukkan lingkup foto lokal memiliki frekuensi tertinggi dan volume yang dominan. Pemunculan kategori lingkup foto berita yang dengan jenis foto berita lokal, yaitu sebanyak 424 kali dengan nilai rataan sebesar (sebanyak 37%). Lingkup foto berita yang berasal dari internasional menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 420 kali dengan nilai rataan sebesar 12 (36.5%). Hasil di atas disebabkan Republika sebagai surat kabar yang kantor pusatnya di wilayah DKI Jakarta banyak mengangkat masalah aktual di seputar ibukota negara ini. Dengan demikian lingkup foto lokal menjadi dominan adanya. Terlebih saat itu Jakarta menjadi sentral kegiatan politik dan sentral dari proses pergantian pemerintahan karena adanya Pemilu Presiden secara langsung untuk yang pertama kalinya. Dengan begitu, baik profil tokoh maupun peristiwa yang disajikan dalam gambar pun banyak terdapat dan terjadi di wilayah DKI ini sehingga pemotretannya terjadi di lingkup lokal. Uraian di atas diperkuat Mc.Quail (1996) yang mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi suatu pilihan, antara lain adalah aspek manusia, lokasi, dan waktu; mengenai lokasi terutama ditentukan oleh jarak fisik. Informasi mengenai suatu peristiwa, menurut Galtung dalam Mc.Quail (1996) haruslah antara lain secara budaya dekat (akrab) dengan publik sasaran. Dengan demikian dalam menyeleksi pesan berupa foto dalam surat kabar akan mempertimbangkan pula mengenai kedekatan fisik peristiwa tersebut terjadi dengan khalayak pembacanya. Berkaitan dengan lingkup tersebut, meski jumlah terbesar adalah lingkup lokal dan terdapat pula berbagai foto lingkup nasional, namun tema yang diusung dalam masing-masing foto tersebut tidak banyak yang mengangkat masalah atau kondisi pertanian dan pedesaan. Telah diuraikan sebelumnya bahwa materi yang diangkat umumnya masih terkait dengan kondisi Pemilu yang berlangsung pada

19 75 tahun tersebut. Surat kabar sebagai media yang akurat dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan secara aktual mampu membawa dirinya sebagai media penyebar informasi kepada massa (Muhsin, 1998). Berbagai sajian Republika saat itu memang ditujukan untuk menunjang pembangunan politik pemerintah dan negara namun demikian akan terasa lebih baik dari segi ideal pers untuk tetap mengetengahkan kondisi pertanian pedesaan yang selama ini menjadi pilar kebutuhan pokok masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas, ditinjau dari sudut jurnalistik, pembangunan adalah suatu proses, yang dalam kelangsungannya untuk mencapai sasaran yang dituju, yakni tingkat hidup kemasyarakatan yang lebih tinggi dan merata dibanding dengan sebelumnya, menjumpai faktor-faktor yang memperlancar dan menghambatnya. Fungsi jurnalistik pembangunan adalah untuk menunjang berlangsungnya pembangunan, dalam arti untuk membantu memperlancar dan menghilangkan hambatan-hambatan. Pembangunan tidak akan mencapai tujuan dengan segera, apabila faktor-faktor yang menghambat tidak segera dihilangkan (Effendi, 2000). Dari uraian tersebut tampak jelas bahwa berita atau informasi yang berkaitan dengan lingkup pertanian dan pedesaan perlu banyak diketengahkan tiap tahunnya. Hal ini mengingat masih banyak kendala dan hambatan yang terjadi dalam pembangunan pertanian pedesaan yang diharapkan dapat dikurangi dengan disajikannya berbagai masalah terkait dalam bidang tersebut. Penerapan kondisi ini akan meningkatkan sajian foto berita lingkup nasional mengingat wilayah kerja pertanian dan pedesaan bisa dikatakan hampir mutlak termasuk dalam lingkup nasional. Persentase kedua terbesar yaitu foto lingkup internasional banyak menghiasi lembar surat kabar Republika karena Republika dalam sajian kolom olah raga dan kolom gerai (produk) sebagian besar berasal dari kantor-kantor berita dan juga dari internet atau literatur lain. Kondisi ini tampaknya berkaitan juga dengan banyaknya sajian berita olah raga seperti sepakbola, basket dan tenis yang berasal dari pertandingan di kancah internasional. Ini berarti surat kabar Republika membeli liputannya dan atau gambarnya dari kantor-kantor berita seperti AFP, AP, atau dari Antara, mengingat Republika tidak selalu memiliki koresponden di luar negeri.

20 76 Meskipun foto lingkup internasional jumlahnya menempati urutan kedua, namun secara keseluruhan, total foto di lingkup wilayah dalam negeri, yaitu dari jumlah foto lokal dan nasional mencapai 729 foto (63.5 %). Dengan demikian hampir 2/3 foto berita yang ada berasal dari dalam negeri. Hal ini tentu selaras dengan kriteria atau ciri penanda kejadian yang dapat dinilai sebagai berita yang antara lain adalah dalam lingkungan sendiri; artinya kejadian tersebut lebih dianggap penting bila berada/terjadi di lingkungan sendiri. Selain itu hal tersebut juga diperkuat anggapan Galtung (dalam Mc.Quail, 1996) bahwa informasi mengenai suatu peristiwa haruslah antara lain secara budaya dekat (akrab) dengan publik sasaran. Dengan demikian dalam menyeleksi pesan berupa foto dalam surat kabar akan mempertimbangkan pula mengenai kedekatan fisik peristiwa tersebut terjadi dengan khalayak pembacanya. Besarnya sajian Republika berkaitan dengan lingkup foto ini sesuai anggapan Douglas Wood Miller (dalam Suhandang, 2004) yang dalam tulisannya The News Slant and the Reporter mengemukakan tiga unsur dari berita yang bisa membangkitkan minat pembaca untuk menikmatinya, yaitu: waktu, tempat, dan isinya. Terhadap tempat kejadian suatu peristiwa, orang umumnya lebih tertarik pada tempat-tempat yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Artinya kejadian tersebut lebih dianggap penting bila berada/terjadi di lingkungan sendiri. Hal ini juga sesuai dengan apa yang ditulis Soehoet (2003) bahwa ada empat faktor yang menentukan nilai berita bagi seseorang, yakni: 1)kegunaan berita; 2)aktualitas; 3)hubungan pembaca dengan peristiwa; 4)kelengkapan berita. Berkaitan dengan unsur hubungan pembaca dengan peristiwa, ditulis bahwa antara lain yang menentukan nilai berita bagi pembaca adalah jarak tempat tinggal pembaca dengan tempat peristiwa terjadi. Faktor ini disebut juga dengan proximity. Dengan demikian, proximity atau proksimitas sebagai jarak fisik pembaca dengan tempat kejadian memang ikut menentukan dalam menariknya sebuah berita yang dalam hal ini berupa sajian foto berita. Sedangkan dilihat dari aspek volume kategori lingkup foto berita, kategori lingkup foto berita yang paling banyak adalah jenis foto berita lokal. Hal ini menunjukkan bahwa volume kategori foto berita lokal memiliki proporsi yang lebih dominan dalam foto berita surat kabar Republika. Volume jenis foto berita

21 77 lokal menempati peringkat pertama, yaitu (37.1%) dan lingkup foto berita internasional pada peringkat kedua, yaitu (31.8%). Data ini menunjukkan bahwa, volume kategori lokal menempati halaman paling luas dibanding kategori internasional dalam lingkup foto berita surat kabar Republika. Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori lingkup foto berita surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori lingkup foto berita yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga, meskipun frekuensi dan volume yang dimiliki masingmasing kategori memiliki perbedaan yang kecil. Proporsi Penempatan Foto Terdapat dua jenis penempatan foto berita dalam surat kabar Republika, yaitu (1) penempatan foto di halaman muka dan (2) penempatan foto di halaman dalam. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Frekuensi dan Volume Penempatan Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Penempatan F Mean % R Volume % R Foto 1. Halaman Muka 2. Halaman Dalam Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Tabel 7 menunjukkan penempatan foto berita di halaman dalam memiliki frekuensi dan volume sangat tinggi, yaitu 1062 kali dengan nilai rataan sebesar (92.4%). Sedangkan penempatan foto berita pada halaman muka menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 87 kali dengan nilai rataan sebesar (7.6%). Dengan demikian penempatan foto di halaman dalam memiliki frekuensi yang sangat tinggi dibandingkan halaman muka. Sedangkan dilihat dari aspek volume kategori penempatan foto berita maka foto berita pada halaman

22 78 dalam juga memiliki volume tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa volume kategori letak foto berita halaman dalam memiliki proporsi yang lebih dominan dalam penempatan foto berita surat kabar Republika. Volume kategori ini menempati peringkat pertama, yaitu sebesar mmk (93.9%) dan penempatan foto berita halaman muka pada peringkat kedua, yaitu sebesar (6.1%). Data ini menunjukkan volume kategori halaman dalam menempati area halaman surat kabar paling luas dibanding kategori penempatan foto berita halaman muka pada setiap sajian surat kabar Republika. Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori lingkup foto berita surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori penempatan foto berita yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga, meskipun frekuensi dan volume yang dimiliki masing-masing kategori memiliki perbedaan yang jauh sebesar 87,8 persen. Hasil di atas berarti bahwa pada setiap edisi terdapat dua foto berita yang penempatannya terdapat di halaman muka. Meskipun dari segi persentase frekuensi dan jumlah volume sangat sedikit namun nilai foto berita yang disajikan pada halaman muka dianggap lebih atau paling penting, aktual dan atau menarik dibandingkan halaman lainnya, menurut penjelasan redaktur foto Republika. Hal ini sesuai anggapan Pasaribu dan Siregar (2000), sampul depan yang menarik dan komunikatif dapat menggerakkan mata pembaca untuk membuka halaman berikutnya, untuk menyimak isi. Selain itu berkaitan dengan pentingnya foto berita, ditulis Yurnaldi (1992a), sebuah foto jurnalistik juga berfungsi sebagai headline (judul berita). Dengan demikian sebuah foto berita jika diletakkan di halaman muka tentu memiliki nilai berita tinggi dan atau nilai estetika yang tinggi. Uraian tersebut berkaitan dengan keterangan redaktur foto Republika bahwa pemilahan foto halaman depan (cover) membutuhkan proses berpikir rumit dan penuh berbagai pertimbangan untuk bisa ditampilkan di halaman muka. Keterangan pihak redaksi di atas sejalan dengan anggapan Kusmiati et al. (1999) bahwa memilih foto mana yang dapat menangkap suasana atau mood yang tepat untuk suatu tulisan sangatlah sulit. Apalagi foto tersebut dimaksudkan untuk halaman muka, maka ada proses pentapisan informasi yang dilakukan dalam kondisi seperti ini untuk memilah foto berita. Redaktur foto Republika

23 79 mengatakan bahwa sangatlah sulit dan menjadi beban tersendiri saat menentukan foto cover karena diharapkan foto ini dapat memikat perhatian konsumen umumnya dan khususnya pembaca Republika. Memikat perhatian ini menurut redaktur foto tidak hanya pada saat pertama melihat surat kabar, akan tetapi diharapkan juga dapat mengajak pembaca untuk terus membaca halaman berikutnya. Melengkapi uraian di atas, berkaitan dengan pemilahan foto, pihak redaksi Republika mengatakan bahwa pengambil keputusan untuk tampilan foto halaman muka terdiri dari pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur foto dan terakhir bagian desain. Hal ini tidak terjadi untuk foto berita halaman dalam yang pemilahan fotonya hanya diputuskan oleh redaktur foto sendiri. Jenis foto berita yang disajikan disini banyak mengetengahkan peristiwa terhangat di lingkup internasional maupun dari dalam negeri sendiri. Foto-foto aktivitas sosial politik seperti demonstrasi, kegiatan pengadilan, serta gambar bencana musibah banyak menghiasi halaman ini selain gambar human interest. Ditampilkannya berbagai foto berita membantu khalayak mengetahui informasi tercetak dengan cepat dan akurat. Begitu pentingnya sebuah foto pada media cetak seperti surat kabar, terutama pada halaman muka, ditunjang anggapan Yurnaldi (1992a) yang menyatakan bahwa sebuah berita foto memiliki kelebihan dari berita tulis. Yurnaldi (1992a) secara lebih rinci mengungkapkan: Dibanding berita tulis, berita foto dapat dibuat dengan mudah dan cepat; daya rekam yang akurat (asal tidak dimanipulasi); unggul dalam menyajikan kejadian-kejadian yang bersifat fisik; dapat mengejar jangka waktu; tidak memerlukan penerjemahan di dalam pemberitaan lintas negara; lebih kompak dibanding berita tulis untuk menjelaskan esensi suatu berita; efek dari suatu berita foto lebih besar daripada berita tulis karena respons perasaan manusia lewat indera penglihatan lebih cepat dan langsung mengenai pikiran-perasaan pembaca. Dengan demikian foto yang disajikan pada halaman muka jika diolah dengan benar menjadi lebih terasa penting dan bermanfaat bagi pembaca. Dari keseluruhan gambar di halaman muka sejumlah 87 buah foto berita, terdapat foto berita keras sebanyak 75 foto (86,2%) dan foto berita lunak sejumlah 12 foto (13,8%). Dengan demikian tampilan halaman muka tetap didominasi oleh foto yang hangat, aktual serta penting. Namun demikian nuansa menghibur, menimbulkan rasa relax tanpa meninggalkan kesan serius, penting dan intelek

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 41 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran Analisis isi merupakan sistem formal untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan secara informal, yakni mengambil kesimpulan dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, perkembangan media massa seperti media cetak merupakan salah satu kebijaksanaan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG BAB IV PELAKSANAAN MAGANG g. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Karanganyar yang beralamatkan di Jalan Nyi Ageng karang, Karanganyar, Jawa Tengah, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun media elektronik dan merupakan suatu proses komunikasi yang memiliki tujuan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar

TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar 19 TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar Media massa sebagai saluran informasi berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan masyarakat berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Media massa memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan Abstrak Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan informasi semakin meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan cepat dan praktis. Kecil kemungkinan media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern saat ini peran komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan dalam masyarakat yang tidak lepas dari komunikasi. Komunikasilah yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan media massa di Indonesia yang berkembang pesat terutama sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam menyajikan beragam

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

Mata Kuliah : PR Writing 1. Topik ke-8: Menulis Feature. abdurrahman/prw1/2009 1

Mata Kuliah : PR Writing 1. Topik ke-8: Menulis Feature. abdurrahman/prw1/2009 1 Mata Kuliah : PR Writing 1 Topik ke-8: Menulis Feature abdurrahman/prw1/2009 1 Tujuan Instruksional Umum Selesai perkuliahan diharapkan mahasiswa menjelaskan pengetian feature dan jenis-jenis feature serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejak menapaki awal reformasi beragam surat kabar banyak bermunculan, bernotabene demi mewujudkan kebebasan pers di Indonesia. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita merupakan isi utama dalam sebuah media (surat kabar). Isi berita yang baik dan berkualitas akan berdampak baik pula bagi surat kabar yang bersangkutan.

Lebih terperinci

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*)

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*) PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Posisi penting press relase, yang pada dasanya merupakan domain public

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dwi Sukmalanita, 2013 Keefektifan Teknik Kelompok Investigasi Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita

BAB 1 PENDAHULUAN. Dwi Sukmalanita, 2013 Keefektifan Teknik Kelompok Investigasi Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya menulis merupakan ciri bangsa yang terpelajar. Pernyataan Tarigan (1994:4) tersebut sangat sesuai bagi dunia pendidikan. Pada kenyataannya menulis

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi kini menjadi hal penting dalam era globalisasi. Beberapa negara bahkan memiliki lembaga formal untuk mengatur segala hal mengenai informasi. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

Penulisan Media PR Ekternal

Penulisan Media PR Ekternal Modul ke: Penulisan Media PR Ekternal Press Release Fakultas FIKOM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Press Release Definisi Naskah sederhana yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta PEMBERITAAN GEBRAKAN 100 HARI JOKOWI-BASUKI DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM (Studi Analisis Isi Fungsi Media pada Pemberitaan Gebrakan 100 Hari Jokowi-Basuki dalam Liputan Khusus di Media Online Kompas.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis isi yang dilakukan secara kualitatif terhadap berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari hingga Juni tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Media massa biasa disingkat media berasal dari bahasa Latin sekaligus bentuk jamak dari kata medium. Istilah media massa atau pers mulai digunakan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 05 Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Reportase Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Reportase adalah ujung tombak proses kerja jurnalistik. Tak lain karena proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan manusia, apalagi pada zaman sekarang yang sudah semakin modern membuat kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa bukanlah ranah yang netral di mana berbagai kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan seimbang. Media menjadi

Lebih terperinci

Fotojurnalistik! Pertemuan 1

Fotojurnalistik! Pertemuan 1 Fotojurnalistik! Pertemuan 1 Pada tahap awal munculnya fotografi di dunia, foto senantiasa bertugas sebagai alat dokumentasi, baik dokumetasi pribadi atau dokumen resmi sebuah institusi bahkan negara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif yang paling sedikit digunakan di antara empat keterampilan yang kita miliki; mendengarkan, berbicara, membaca

Lebih terperinci

PENGELOLAAN MEDIA WARGA

PENGELOLAAN MEDIA WARGA PENGELOLAAN MEDIA WARGA WARGA / Komunitas Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai pengaturan. Bagaimana mengatur media? Susahkan mengatur media? Atau bagaimana membuat media yang bagus? Marilah kita bahas

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL 1 ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. eksistensinya ditengah industri penyiaran televisi. Wawancara pun dilakukan

BAB IV ANALISIS DATA. eksistensinya ditengah industri penyiaran televisi. Wawancara pun dilakukan BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan cara observasi, wawancara struktur maupun tidak berstruktur, dan dokumentasi. Obervasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sarana komunikasi terus berlangsung dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sarana komunikasi terus berlangsung dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sarana komunikasi terus berlangsung dari tahun ke tahun. Perkembangan ini kemudian menghadirkan beragam jembatan untuk berkomunikasi atau menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi jurnalis di era globalisasi teknologi informasi memiliki peran penting bagi masyarakat. Peran jurnalis melalui lembaga pers dianggap sebagai penyempurna demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rohmadi (2011:75) bahasa jurnalistik meliliki kaidah-kaidah tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. Rohmadi (2011:75) bahasa jurnalistik meliliki kaidah-kaidah tersendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa jurnalistik merupakan suatu jenis bahasa yang digunakan oleh media massa dan sangat berbeda karakteristiknya dengan bahasa sastra, bahasa ilmu atau bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA. temuan di lapangan dan dikonfirmasikan dengan teori komunikasi.

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA. temuan di lapangan dan dikonfirmasikan dengan teori komunikasi. BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif data merupakan bahan yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi fakta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik. Jika

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH GEMA WANA RESUME. Disusun oleh : Dewi Susanti D0C007023

PEMBUATAN MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH GEMA WANA RESUME. Disusun oleh : Dewi Susanti D0C007023 PEMBUATAN MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH GEMA WANA RESUME Disusun oleh : Dewi Susanti D0C007023 PROGRAM DIPLOMA III PUBLIC RELATIONS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang 80 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai tujuannya, manusia berupaya membentuk citra yang memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu juga berlaku untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Mengenai Berita 2.1.1 Pengertian Berita Dari segi Etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit atau Vritta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan kata lain dapat dikatakan

Lebih terperinci

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Modul ke: 09 Haililah Fakultas FIKOM Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Tri Gandhiwati,S.S.,S.Si.,M.M. Program Studi Hubungan Masyarakat Asal-Usul Berita Berita berasal dari Bahasa Sansekerta "Vrit"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi

Lebih terperinci

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta Fitri Dwi Lestari Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Lebih khusus lagi, nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi saat ini berkembang pesat sebagai sebuah disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam kehidupan individu, kelompok, organisasi dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa musik memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan kita

BAB I PENDAHULUAN. bahwa musik memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan kita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu dari kebudayaan, berarti musik diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah keindahan. Dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Televisi memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

Ciri khas tulisan feature

Ciri khas tulisan feature PERTEMUAN 9 FEATURE PENGERTIAN FEATURE Feature adalah sejenis karangan ringan yang disiapkan penulisannya sebagai bacaan hiburan, namun tetap membeberkan fakta yang ada. Dengan kata lain feature suatu

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. Merancang Produksi Program Acara TV : News. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran

CREATIVE THINKING. Merancang Produksi Program Acara TV : News. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran CREATIVE THINKING Modul ke: Merancang Produksi Program Acara TV : News Fakultas FIKOM Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Peliputan Atau Reportase Peliputan atau reportase:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia di samping

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN. Demikian juga soal job descriptions-nya. Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN. Demikian juga soal job descriptions-nya. Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan umum Mengelola Majalah pada dasarnya sama dengan mengelola media cetak lain. Demikian juga soal job descriptions-nya. Ada dua bagian besar sebuah penerbitan

Lebih terperinci

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK Modul ke: Menulis Berita Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar Fakultas TEKNIK Drs. Masari, MM Program Studi TEKNIK MESIN http://www.mercubuana.ac.id Teknik Penulisan Berita

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi telah menjadi begitu lazim sehingga hampir tidak pernah memperhatikan apa itu televisi dan apa pengaruhnya. Televisi telah menciptakan sebentuk kemelekan huruf

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Publisitas menjadi sangat penting dalam aktivitas humas di organisasi, banyak sekali media yang bisa digunakan untuk menunjang publikasi humas. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan, kita bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan, kita bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan, kita bisa mempelajari berbagai hal serta mengembangkan diri. Buku yang menuntun kita menjelajah berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Kebijakan programming televisi merupakan pijakan televisi dalam menampilkan program acaranya. Karena programming sangat berperan penting bagi keberhasilan sebuah stasiun televisi

Lebih terperinci

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian SEPUTAR INDONESIA (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian Seputar Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai

Lebih terperinci