Perilaku Penemuan Informasi pada Penderita Parkinson. Achmad Eko Ratno

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perilaku Penemuan Informasi pada Penderita Parkinson. Achmad Eko Ratno"

Transkripsi

1 Perilaku Penemuan Informasi pada Penderita Parkinson Achmad Eko Ratno Abstrak Penyakit parkinson merupakan penyakit yang mengganggu kerja otak karena penderita kekurangan dopamine, kekurangan dopamine di otak manusia tidak mudah untuk dikenali. Penyakit parkinson tidak didiagnosis dengan tes darah melainkan dengan gejala-gejala yang menyebabkan hilangnya dopamine. Yang mungkin termasuk gejalanya yaitu gemetar pada tangan, kekakuankekakuan otot, serta kelainan pada gerakan. Selain gejala motorik, parkinson juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti demensia, cemas, depresi, perubahan cara bicara, dan juga insomnia. Dalam menemukan informasi terkait pengobatan penyakit parkinson, penderita khususnya di Indonesia mengalami berbagai kendala. Yang pertama yaitu hanya sedikit rumah sakit di Indonesia yang secara khusus menangani pengobatan penyakit Parkinson, mulai dari terapi pengobatan hingga tindakan medis yang lain. Bahkan ketersediaan obat Parkinson di Indonesia masih sangat sedikit, jika dibandingakan dengan negara-negara di Eropa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi penderita parkinson terdiri dari lima faktor, yaitu kebutuhan informasi mengenai penyakit yang dideritanya, kebutuhan informasi mengenai fasilitas kesehatan yang tersedia, kebutuhan informasi mengenai perawatan tubuhnya, kebutuhan informasi mengenai pengelolaan mental pada dirinya, dan kebutuhan informasi mengenai gizi dan makanan yang baik untuk dikonsumsi dirinya. Proses yang dilalui penderita parkinson pada saat mencari informasi yaitu starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Hambatan yang dilalui penderita parkinson pada saat mencari informasi yaitu hambatan personal, peran terkait, dan lingkungan. Kata kunci: perilaku penemuan informasi, kebutuhan informasi, penyakit parkinson, penderita parkinson.

2 ABSTRACT Parkinson's disease is a disease that interferes with the brain works because sufferers lack dopamine, dopamine deficiency in the human brain are not easy to identify. Parkinson's disease is not diagnosed with blood tests but rather with symptoms that cause a loss of dopamine. Which may include symptoms that is shaking the hands, stiffness-muscle stiffness, as well as abnormalities in movement. In addition to the motor symptoms of parkinson's, also can cause the sufferer experiencing a decline in cognitive functions, such as dementia, anxiety, depression, a change in the way the talk, as well as insomnia. In finding related information treatment of parkinson's disease sufferers, particularly in Indonesia experienced various constraints. The first one that is only a few hospitals in Indonesia that specifically deal with the treatment of Parkinson's disease, ranging from therapy treatment to other medical actions. Even Parkinson's drug availability in Indonesia is still very little, compared to other countries in Europe. The results showed that the information needs of parkinson's sufferers consists of five factors, namely the needs information about the disease he suffered, the need for information about the available health facilities, the need for information on the care of his body, the need for information on the management of the mental on her, and the need for information about nutrition and good food to be consumed him. The process undertaken at a time when searching for information that is starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, and ending. Parkinson s sufferers barriers at the searching information that is personal barriers, role related, and environmental. Keywords: information seeking behavior, information needs, parkinson s disease, parkinson's sufferers.

3 Pendahuluan Pada saat ini, informasi merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia dalam menunjang kegiatan mereka setiap harinya. Informasi ini berguna sebagai petunjuk maupun kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidupnya. Misalnya seseorang yang bekerja sebagai wartawan, tentunya setiap hari orang itu akan memerlukan informasi mengenai berita yang akan diliputnya. Begitu pula dengan orang yang sedang menderita sebuah penyakit parkinson, tentunya mereka akan melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Salah satu caranya yaitu dengan mencari informasi dengan bertanya ke dokter, orang-orang yang sudah menderita penyakit parkinson, ataupun mencari informasi sendiri melalui sumber informasi yang lain, seperti buku dan juga internet. Meskipun penyakit parkinson pada saat ini belum ditemukan obatnya, deteksi dini sangat berguna untuk mencegah penyakit berkembang dan mengakibatkan dampak yang lebih parah. Dalam bukunya Lieberman (2003) 1 mengatakan penyakit parkinson bukan penyakit menular melainkan penyakit kronis yang mengakibatkan ketidakstabilan seperti penyakit Diabetes. Penyakit Diabetes adalah penyakit yang terjadi pada kelenjar di dalam tubuh yang disebabkan oleh tubuh penderita kekurangan insulin, kekurangan insulin ini berasal dari tingginya gula darah sehingga penyakit Diabetes mudah untuk dikenali dan mudah untuk mendiagnosanya. Sedangkan penyakit Parkinson merupakan penyakit yang mengganggu kerja otak karena penderita kekurangan dopamine, kekurangan dopamine di otak manusia tidak mudah untuk dikenali. Penyakit Parkinson tidak didiagnosis dengan tes darah melainkan dengan gejala-gejala yang menyebabkan hilangnya dopamine. Yang mungkin termasuk gejalanya yaitu gemetar pada tangan, kekakuan-kekakuan otot, serta kelainan pada gerakan. Selain gejala motorik, parkinson juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti demensia, cemas, depresi, perubahan cara bicara, dan juga insomnia. Dari data yang dirilis oleh World Health Organization (WHO, 2006), 2 penyakit Parkinson memiliki tingkat kejadian kira-kira sekitar 4,5-19 per penduduk per tahun. Variasi yang luas dalam perkiraan kejadian mungkin mencerminkan perbedaan dalam metodologi dan penetapan kasus serta distribusi usia populasi sampel. Apabila tingkat usia sudah disesuaikan diperoleh angka yang lebih realistis dan berkisar dari ,8 per penduduk per tahun. Selain itu, telah lama diakui bahwa sebagian kecil pasien telah mengalami penyakit ini dari usia dini. Pasien yang menderita penyakit Parkinson sebelum umur 40 tahun umumnya dinamakan sebagai early-onset, yaitu mereka yang menderita mulai dari umur disebut young-onset. Sedangkan mereka yang menderita sebelum usia 20 tahun disebut juvenile Parkinsonis. 1 Abraham Lieberman with Marcia McCall, 100 Question & Answer about Parkinson Disease, Jones and Bartlett Publishers, Massachusets, 2003, hlm WHO, Neurological Disorders: Public Health Challenges, WHO diakses dari pada tanggal 8 September 2015 pukul 20.31

4 Dalam harian kompas (2013) 3 jumlah penderita parkinson di Indonesia diperkirakan meningkat 75 ribu setiap tahun, tetapi belum ada data resmi yang memuat jumlah penderita Parkinson secara keseluruhan. Di RSCM Jakarta, penyakit ini masuk dalam 10 peringkat penyakit paling sering diderita. Dan setiap bulannya ada 40 sampai 50 kunjungan pasien Parkinson, dan ada 3 kasus baru. Dalam mencari informasi terkait pengobatan penyakit parkinson, penderita khususnya di Indonesia mengalami berbagai kendala. Yang pertama yaitu hanya sedikit rumah sakit di Indonesia yang secara khusus menangani pengobatan penyakit Parkinson, mulai dari terapi pengobatan hingga tindakan medis yang lain. Bahkan ketersediaan obat Parkinson di Indonesia masih sangat sedikit, jika dibandingakan dengan negara-negara di Eropa. Hal ini senada dengan data dari WHO (2006) 4, bahwa di dunia secara keseluruhan hanya terdapat 60,6% obat Parkinson. Dengan rincian yang paling sedikit sekitar 12,75% ada di Afrika, dan 79,1% di Eropa. Hal yang sama terjadi pada tempat untuk rehabilitasi, yang merupakan aspek penting dari pengobatan Parkinson. Ketersediaan tempat rehabilitasi di dunia ini hanya 18,8% di Afrika, 88,1% terdapat di Eropa. Bahkan penyebaran ahli saraf yang menangani secara khusus penyakit ini juga tidak merata, hanya ada ahli saraf dengan perbandingan 0,03 per penduduk di Afrika, dan untuk Asia Tenggara hanya terdapat 0,07 per penduduk. Hal ini sangatlah timpang apabila dibandingkan dengan keberadaan ahli saraf di Eropa, yaitu sekitar 4,84 per penduduk. Satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang menangani penyakit Parkinson secara serius mulai dari rehabilitasi hingga operasi hanya terdapat di Surabaya, yaitu di National Hospital. Tetapi lagi-lagi ada kendala yang dihadapi oleh para penderita Parkinson yaitu biaya yang besar apabila melakukan tindakan operasi untuk menyembuhkan penyakitnya. Selain itu, Penyakit Parkinson secara tidak langsung akan menyebabkan kualitas hidup penderitanya akan menurun, karena dilihat dari gejalanya yang tidak hanya mengganggu sistem motorik tetapi juga bisa mengganggu mereka dalam bersosialisasi. Hendrik (2013) 5, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi depresi sekitar 37% yang dialami oleh penderita penyakit Parkinson berkorelasi dengan rendahnya kualitas hidup mereka. Ismawati et.al (2013) 6 terdapat hubungan yang bermakna antara derajat 3 Lusia Kus Anna, Ayo Lebih Peduli Parkinson, Kompas diakses dari pada tanggal 9 September 2015 pukul WHO, Neurological Disorders: Public Health Challenges, WHO diakses dari pada tanggal 8 September 2015 pukul Lussy Natalia Hendrik, Depresi Berkorelasi Dengan Rendahnya Kualitas Hidup Penderita Parkinson, UNUD diakses dari pada tanggal 8 September 2015 pukul Ismawati, et al. Hubungan Derajat Klinis dan Gangguan Kognitif Pada Penderita Parkinson Dengan Menggunakan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MOCA-INA), UNHAS diakses dari

5 klinis penyakit Parkinson dan gangguan kognitif. Aspek fungsi kognitif yang paling sering mengalami gangguan pada penderita penyakit Parkinson adalah fungsi eksekutif/visuospasial dan fungsi atensi. Pihak rumah sakit selaku penanggung jawab dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pasien ataupun masyarakat belum sepenuhnya menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dalam memberikan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang dialami masyarakat, pihak rumah sakit masih terbatas memberikan penyuluhan pada penyakit-penyakit yang umumnya sudah diketahui. Untuk penyuluhan penyakit yang masih awam didengar masyarakat, seperti penyakit parkinson masih belum dilakukan secara berkelanjutan. Padahal, pemahaman sedari awal sangat dibutuhkan bagi penderita parkinson agar bisa menghambat perkembangan penyakit parkinson supaya tidak menjadi lebih parah lagi. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga informasi seperti perpustakaan kurang menyediakan mengenai literatur-literatur yang membahas penyakit parkinson, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut Susatia (2016) 7, kurangnya informasi tentang penyakit parkinson membuat pasien sering terlambat mendapat penanganan. Padahal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik yang menjamin bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Jika dilihat dari kejadian di atas, penderita parkinson seakan dihadapkan oleh realita yang seharusnya tidak terjadi. Di mana mereka yang seharusnya berhak mendapatkan informasi mengenai penyakit parkinson secara jelas dan akurat dan sudah diatur dalam Undang-Undang terkendala dengan minimnya informasi yang ada di lembaga-lembaga informasi. Penderita parkinson harus mengeluarkan tenaga ekstra demi mendapatkan informasi mengenai penyakitnya guna menjaga kelangsungan hidupnya. Hal ini yang semakin mendorong peneliti melakukan penelitian guna mengetahui sejauh mana penderita Parkinson khususnya di Surabaya mencari informasi, hingga tindakan nyata yang dilakukan untuk mengobati penyakitnya dengan tantangan-tantangan yang ada saat ini. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah yang nantinya akan menjadi pokok pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perilaku penemuan informasi pada penderita Parkinson di Surabaya? df?sequence=1, pada tanggal 9 September 2015 pukul Frandy Susatia, 4 Fakta Penting Tentang Penyakit Parkinson, Detik diakses dari pada tanggal 10 Januari 2017.

6 Kebutuhan Informasi Kebutuhan informasi merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa kekurangan sebuah informasi mengenai masalah yang sedang dihadapi dan mendorong seseorang itu untuk mengumpulkan informasi agar dapat mempermudah dalam memecahkan masalahnya. Hal ini senada dengan Nicholas (2000) 8 yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi timbul ketika seseorang menyadari adanya jurang atau jarak antara pengetahuan yang sudah dimiliki dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Wilson(1999) 9 menjelaskan bahwa konteks kebutuhan informasi individu terdiri dari 3 tahapan, yaitu: 1. Kebutuhan Informasi Personal Menurut Eysenck et.al. (dalam Wilson:1999) 10, secara psikologis konteks kebutuhan individu dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling utama yang akan dipenuhi oleh seseorang, jadi seseorang akan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan yang lain sebelum kebutuhan fisiologinya terpenuhi. b. Kebutuhan akan rasa nyaman/afektif Kebutuhan afektif akan muncul setelah terpenuhinya kebutuhan fisiologis seseorang. Pada dasarnya setiap orang akan membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam hidupnya, dan dalam tahap ini seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan mengenai informasi terkait lingkungan di sekitarnya. c. Kebutuhan kognitif Kebutuhan ini muncul paling akhir, yaitu ketika semua kebutuhan di atas sudah terpenuhi. Kebutuhan kognitif bisa diartikan sebagai kebutuhan untuk mengetahui, memahami dan mengeksplorasi lingkungannya. 2. Kebutuhan Informasi terkait Peran Sosial Kebutuhan informasi terkait peran sosial merupakan kebutuhan yang lebih luas ruang lingkupnya jika dibandingkan dengan kebutuhan personal. Kebutuhan ini akan muncul apabila seseorang berada di dalam sebuah lingkungan dan memiliki peran dalam lingkungan tersebut. Praba 8 Nicholas, David. (2000). Assessing information needs: tools, techniques and concepts for the internet age. 2nd ed. London: Aslib 9 Wilson, T. D Models In Information Behaviour Research. Disajikan dalam The Jurnal of Documentation, Vol. 55. No. 3. Hlm Terdapat dalam Diakses pada 28 Oktober Wilson, T. D Models In Information Behaviour Research. Disajikan dalam The Jurnal of Documentation, Vol. 55. No. 3. Hlm Terdapat dalam Diakses pada 28 Oktober 2015.

7 (2007) 11 menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan pencarian informasi mereka menurut konteks sosial dalam sebuah sistem sosial. 3. Kebutuhan Informasi terkait Lingkungan Kebutuhan ini timbul karena peran yang diwujudkan oleh individu dalam lingkungannya. Kebutuhan informasi terkait lingkungan yang dibutuhkan individu dalam menunjang perannya, yaitu kebutuhan informasi terkait lingkungan kerja, kebutuhan informasi terkait lingkungan sosial-budaya, kebutuhan informasi terkait lingkungan ekonomi-politik, serta kebutuhan informasi terkait lingkungan fisik. Perilaku Penemuan Informasi Perilaku penemuan Informasi (Information Seeking Behaviour) merupakan sebuah proses pemenuhan kebutuhan informasi sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan informasi yang dimilikinya. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi dengan sistem informasi hastawi (misalnya, surat kabar, majalah, perpustakaan), atau yang berbasis komputer Praba, C. et al What is Enough/ Satisficing Information Needs, Journal of Documentation. 63,I:74-8. Tersedia pada Diakses pada 18 April Wilson, T. D Models In Information Behaviour Research. Disajikan dalam The Jurnal of Documentation, Vol. 55. No. 3. Hlm Terdapat dalam Diakses pada 28 Oktober 2015.

8 Gambar I.3 Model Perilaku Penemuan Informasi Wilson-Ellis 13 Terdapat beberapa model yang menjelaskan perilaku penemuan informasi, salah satunya adalah model perilaku informasi Ellis yang menjelaskan bahwa perilaku lebih mudah ditelusuri daripada kognisi, dan pendekatan perilaku lebih feasible daripada model kognitif dalam information retrieval. Ellis melakukan studi terhadap pola perilaku penemuan informasi pada kalangan ilmuan sosial. Penelitian tersebut menghasilkan pola perilaku informasi di kalangan ilmuan sosial yang terdiri dari beberapa butir, yaitu: Starting: cara awal yang dilakukan untuk menemukan informasi, misalnya mengenali referensi yang dapat digunakan sebagai titik awal (starting point) dalam penelitian. 2. Chaining: merangkai kutipan atau bentuk lain dari hubungan referensial antara materi atau sumber yang telah diketahui. 3. Browsing: mencari informasi dalam bidang-bidang yang menarik. Ini tidak hanya mencakup kegiatan membaca jurnal atau daftar isi saja, namun juga referensi serta abstrak dari sebuah literatur. 4. Differentiating: memanfaatkan perbedaan yang telah diketahui dalam sumber informasi sebagai cara untuk memilah informasi yang diperoleh. 5. Monitoring: mengikuti perkembangan informasi terbaru mengenai subyek yang dicari secara teratur pada beberapa sumber terpilih, seperti jurnal, majalah, surat kabar, buku, katalog. 6. Extracting: aktifitas mengidentifikasi secara selektif yang berkaitan dengan sumber khusus dan mengenali materi yang relevan dari sumber informasi. 7. Verifying: memeriksa kembali tingkat akurasi informasi. 8. Ending: mengakhiri pencarian informasi dan melakukan kegiatan lain setelah mendapatkan informasi yang dicari Ellis menyatakan bahwa delapan butir di atas saling berkaitan untuk membentuk aneka pola pencarian-informasi, dan seringkali bukan merupakan tahapan-tahapan yang teratur. Hambatan dalam Mencari Informasi Wilson menambahkan unsur hambatan dalam model perilaku informasi atas hambatan personal (terkait dengan faktor kognitif, psikologis, fisiologis, demografi, interpersonal atau terkait dengan peran) dan hambatan dari lingkungan yaitu hambatan dalam masalah waktu, budaya yang berlaku, dan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi. Hambatan-hambatan yang dikemukakan Wilson (2000) 15 adalah sebagai berikut : 13 Case, Donald O Looking for Information A Survey of Research on Information Seeking, Needs, and Behavior Second Edition. Hlm Ellis, David Modeling the Information Seeking Patterns of Academic Researchers: A Grounded Theory Approach dalam Library Quarterly Vol. 63. No. 4, hlm Wilson, T. D Human Information Behaviour Information Science. Vol. 3. No. 2.Terdapat pada Diakses pada 15 April 2016.

9 1. Hambatan Personal Disonansi kognitif Disonansi kognitif adalah gangguan yang terkait motivasi individu dalam berperilaku. Konsep ini mengemukakan bahwa adanya kognisi yang sedang berkonflik membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan penyelesaian. 16 Tekanan selektif Individu cenderung terbuka dengan gagasan yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan sikap mereka. Secara sadar atau tidak sadar manusia sering menghindari pesan yang berlawanan dengan pandangan dan prinsip mereka. Karakteristik emosional Hambatan ini berkaitan dengan kondisi emosional dan mental seseorang ketika menemukan informasi. Jenis kelamin Jenis kelamin biasanya mempengaruhi hambatan dalam perilaku pencarian informasi. Antara lelaki dan perempuan memiliki cara pencarian yang berbeda. Hambatan fisiologis Hambatan ini dapat berupa cacat fisik dan mental, baik karena bawaan lahir atau karena faktor lain. 2. Hambatan terkait Peran Sosial Tingkat pendidikan dan basis pengetahuan Hambatan dalam hal bahasa ditemui dalam beberapa penelitian perilaku penemuan informasi. Semakin rendahnya pendidikan maka semakin rendah juga tingkat penguasaan pencarian informasi mereka. Variabel demografi Perilaku penemuan informasi dipengaruhi oleh atribut social kelompok (karakteristik dan status social ekonominya). Atribut ini berpengaruh pada metode-metode yang digunakan dalam menemukan informasi. 16 Feber, T. et.al Virtual Reference in Academic environment in an Academic: Quantitatif and Kualitatif Analisis of Users: Information Need and Information Seeking Behaviour. Interdisciplinary University of Nort Texas. Annual Conference 200, Atlanta, GA.

10 Konsep Hambatan interpersonal Penelitian yang menyebutkan bahwa mahasiswa beralasan bahwa pustakawan tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka, karena mereka kurang memahami keinginan pengguna. Adanya kesenjangan pengetahuan antara komunikan dan komunikator dapat menjadi salah satu alasan terjadinya gangguan dalam komunikasi interpersonal. 3. Hambatan terkait Lingkungan Keterbatasan waktu Terbatasnya waktu dapat menjadi hambatan dalam penemuan informasi, aktivitas yang padat memungkinkan berkurangnya waktu untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Hambatan geografis Jauhnya sumber informasi dari lokasi juga menjadi penghambat dalam kegiatan pencarian informasi seseorang. Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi Teknologi baru, seperti internet, bagi sebagian orang juga dianggap masih menyimpan kekurangan, antara lain: menyajikan informasi yang terlalu banyak, namun dinilai kurang relevan. Tidak menutup kemungkinan mereka yang sering menggunakan internet pun mengalami kendala serupa. 1. Kebutuhan Informasi Dalam konteks kebutuhan informasi para penderita penyakit parkinson dipengaruhi oleh faktor personal, peran sosial, dan juga lingkungan. Adapun informasi-informasi yang dibutuhkan para penderita penyakit parkinson, diantaranya: a. Kebutuhan informasi personal a) Kebutuhan Fisiologis b) Kebutuhan Afektif c) Kebutuhan Kognitif b. Kebutuhan informasi terkait dengan peran sosial c. Kebutuhan informasi terkait dengan lingkungan a) Kebutuhan informasi terkait lingkungan kerja, b) Kebutuhan informasi terkait lingkungan sosial-budaya, c) Kebutuhan informasi terkait lingkungan ekonomi-politik, d) Kebutuhan informasi terkait lingkungan fisik. 2. Perilaku Penemuan Informasi Dalam indikator ini, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penderita penyakit parkinson untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Adapun indikator yang digunakan untuk menggambarkan perilaku penemuan informasi penderita penyakit parkinson adalah sebagai berikut:

11 - Starting: penderita parkinson merasa dirinya memulai proses penemuan informasi dengan bertanya pada teman atau keluarga. - Chaining: kegiatan yang dilakukan penderita penyakit parkinson dalam mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainnya. - Browsing: kegiatan yang dilakukan penderita penyakit parkinson dalam mencari informasi pada sumber-sumber informasi yang relevan. - Differentiating: kegiatan yang dilakukan penderita penyakit parkinson untuk mengetahui perbedaan informasi yang diperoleh dari sumbersumber informasi sebagai cara untuk memilah informasi yang diperoleh. - Monitoring: kegiatan yang dilakukan penderita penyakit parkinson dalam mengikuti perkembangan informasi terbaru mengenai subyek yang mereka cari pada beberapa sumber informasi terpilih. - Extracting: kegiatan yang dilakukan penderita penyakit parkinson dalam menggali di suatu sumber untuk mengambil materi/informasi yang dianggap penting. - Verifying: kegiatan yang dilakukan penderita penyakit parkinson dalam memeriksa kembali tingkat akurasi informasi. - Ending: mengakhiri pencarian informasi dan melakukan kegiatan lain 3. Hambatan dalam Menemukan Informasi a. Hambatan personal - Disonansi kognitif - Tekanan selektif - Karakteristik emosional - Jenis kelamin - Hambatan fisiologis b. Peran Sosial - Tingkat pendidikan dan basis pengetahuan - Variabel demografi - Hambatan interpersonal c. Lingkungan - Keterbatasan waktu - Hambatan geografis - Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi Metode dan Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan menggunakan pendekatan survey dan pengamatan. Metode penelitian ini dipilih agar peneliti bisa mendapatkan yang spesifik untuk menjawab rumusan masalah yang diteliti mengenai gambaran perilaku informasi penderita parkinson di Surabaya, lokasi penelitian ini berada di RSUD Dr. Soetomo dan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Alasan peneliti memilih kedua rumah sakit ini karena memiliki variasi penyakit yang beragam dibanding rumah sakit lain yang ada di Surabaya. Selain itu, kedua rumah sakit ini merupakan rujukan terakhir apabila rumah sakit lain atau rumah sakit yang lebih kecil tidak sanggup untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien. Dan juga baik RSUD

12 Dr. Soetomo dan RUMKITAL Dr. Ramelan adalah rumah sakit yang bertipe rumah sakit pendidikan sehingga bisa membantu dalam proses penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit parkinson yang ada di Surabaya, khususnya yang berobat di RSUD Dr. Seotomo dan RUMKITAL Dr. Ramelan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling dengan pertimbangan agar sampel yang dipilih oleh peneliti relevan dengan desain penelitian. Adapun kriteria sampel yang diinginkan oleh peneliti, adalah: a. Penderita Penyakit Parkinson b. Bisa berkomunikasi secara lisan/tulisan Pembahasan Dalam pembahasan, peneliti akan menganalisa antara temuan data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan teori utama, yaitu teori dari TD Wilson & David Ellis dan ditambah dengan pendapat para ahli lain sebagai pendukung dalam analisis ini. Dengan melakukan analisis tersebut akan disajikan data-data pendukung yang didapat dari observasi di lapangan maupun observasi dalam bentuk studi pustaka, sehingga hasil analisa yang ditampilkan mampu menjelaskan keadaan yang terjadi secara teoritik dan sistematis. Kebutuhan Informasi Kebutuhan informasi merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa kekurangan sebuah informasi mengenai masalah yang sedang dihadapi dan mendorong seseorang itu untuk mengumpulkan informasi agar dapat mempermudah dalam memecahkan masalahnya. Hal ini senada dengan (Nicholas, 2000:20) 17 yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi timbul ketika seseorang menyadari adanya jurang atau jarak antara pengetahuan yang sudah dimiliki dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Kesenjangan informasi juga terjadi pada para responden, hal ini terlihat pada tabel III.2 diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju bahwa responden memerlukan informasi mengenai sejarah penyakit parkinson. Ini dikarenakan kebanyakan para responden tidak mengetahui apapun mengenai penyakit parkinson, jadi para responden memerlukan informasi itu untuk mengenal penyakit parkinson secara umum. Pada tabel III.4 diperoleh hasil 66.7% responden menyatakan setuju bahwa responden membutuhkan informasi mengenai gejala penyakit parkinson. Menurut Mechanic (dalam Muzaham, 1995) 18 pemahaman mengenai gejala penyakit dapat dikenali karena adanya tanda-tanda penyimpangan dan gejala 17 David Nicholas, assesing information needs: tools, techniques and concepts for the internet age, second edition, (London: Aslib, 2000) hlm Fauzi Muzaham, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press, 1995), Cet. 1, hlm. 55.

13 penyakit yang dirasakan. Selain itu, informasi ini juga bisa digunakan oleh reponden untuk memahami akibat-akibat yang mungkin timbul dari gejala penyakit parkinson. Tabel III.5 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi mengenai tahapan-tahapan penyakit parkinson, di mana diperoleh hasil 66.7% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Informasi mengenai tahapan-tahapan penyakit parkinson ini sangat berguna bagi responden dalam memahami akibat-akibat yang mungkin timbul dari gejala penyakit parkinson karena dalam tahapan-tahapan ini responden bisa memperkirakan kemungkinan akibat dari gejala penyakit, baik jangka pendek maupun jangka panjang pada dirinya. Setelah mengenali penyebab, gejala dan tahapan-tahapan penyakit parkinson. Responden akan melakukan tindakan pertama dalam menangani penyakit parkinson, tindakan pertama yang dilakukan adalah penanganan yang bisa dilakukan sendiri oleh responden seperti mengurangi beban pikiran yang bisa membuat penderita merasa stres atau tertekan. Hal ini bisa dilihat pada tabel III.6 yang berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi mengenai penanganan penyakit parkinson. Di mana diperoleh hasil 60% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan itu. Selain digunakan sebagai tindakan pertama dalam menangani penyakit parkinson, informasi ini juga bisa digunakan para responden dalam merencanakan tindakan selanjutnya. Informasi pertama yang dikumpulkan oleh para responden adalah mencari informasi tentang tempat berobat atau mengenai rumah sakit yang bisa menangani penderita parkinson. Ketersediaan rumah sakit sebagai tempat berobat sangatlah penting bagi responden karena tidak semua rumah sakit di Surabaya bisa menangani penderita parkinson. Hal ini sesuai dengan tabel III.7 diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan sangat setuju bahwa responden sangat membutuhkan informasi mengenai rumah sakit yang dijadikan rujukan berobat penyakit parkinson. Selain informasi mengenai rumah sakit, informasi mengenai dokter spesialis yang menangani penyakit parkinson juga diperlukan oleh responden. Sesuai pada tabel III.8 yang berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi mengenai dokter yang menangani penyakit parkinson, di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Hal ini dikarenakan responden merasa bisa bebas datang ke tempat praktek dokter untuk konsultasi mengenai penyakitnya apabila jam buka pelayanan rumah sakit sudah berakhir. Dan juga kepercayaan seseorang tehadap dokter sangatlah tinggi, apalagi jika mengenai kesehatan. Silver (1963) 19 pada penelitian tentang pendekatan tim terhadap kesehatan keluarga di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tidak mau mengemukakan masalah emosional pada orang yang tidak 19 G. Silver, Family Medical Care (Cambridge: Harvard University Press, 1963)

14 bersangkut-paut dengan kedokteran. Mereka lebih ingin menyampaikan langsung pada dokter dibandingkan dengan pekerja sosial. Tabel III.13 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi mengenai gizi yang diperlukan oleh penderita parkinson, di mana diperoleh hasil 70% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Informasi ini digunakan oleh responden sebagai pedoman dalam menentukan gizi apa saja yang diperlukan bagi dirinya karena pada umumnya penyakit parkinson menghasilkan perubahan negatif dalam status gizi penderita. Bagi para penderita parkinson, penting untuk menjaga status gizi yang baik dan mengambil diet seimbang kaya serat dan harus menjaga asupan air minum. Dan juga, responden mungkin juga bisa terserang osteoporosis, di mana pencegahannya bisa banyak mengonsumsi asupan vitamin D dan kalsium. Satu hal lain yang perlu untuk diperhatikan adalah asupan protein, baik hewani dan nabati. Menurut Husni (2015) 20 akan terjadi kompetisi di usus antara protein dengan levodopa (yaitu obat yang paling umum diberikan pada penderita parkinson) dan bisa memisahkan asupan protein pada saat minum obat itu. Informasi mengenai gizi akan berkaitan dengan makanan-makanan yang dianjurkan bagi penderita parkinson karena dalam setiap makanan terdapat gizigizi yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, tidak semua makanan bisa dikonsumsi oleh orang yang menderita parkinson. Maka dari itu, diperlukan juga pemahaman informasi mengenai makanan-makanan yang di dalamnya terkandung gizi-gizi yang diperlukan bagi penderita parkinson. Sesuai pada tabel III.14 yang berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi mengenai makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita parkinson, di mana diperoleh hasil 73.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Dalam penelitiannya Hope (2012) 21 mengatakan mengonsumsi buah berry seperti stroberi, blueberry, blackcurrant dan blackberry dapat membantu melindungi terhadap penyakit Parkinson. Hope juga menambahkan bahwa bagi pria yang mengonsumsi buah berry secara berkala dapat mencegah perkembangan penyakit parkinson sekitar 40%. Perilaku Penemuan Informasi Starting: Seorang manusia akan memiliki suatu alasan ketika mengerjakan atau melakukan sesuatu. Seperti seseorang akan makan apabila dirinya merasa lapar dan akan tidur jika dirinya mengantuk. Dalam indikator ini, berisi tentang analisis 20 Amin Husni Diet Seperti Ini Disarankan untuk Pasien Parkinson, Detik diakses dari pada tanggal 11 September Jenny Hope, Eating berries can cut men's risk of Parkinson's by 40% (London: Solo Syndication, a division of Associated Newspapers Ltd, 2012) diakses dari pada tanggal 15 Desember 2016

15 mengenai alasan atau awalan ketika responden mencari informasi tentang penyakit parkinson. Tabel III.15 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang alasan mencari informasi karena mengganggu dalam mengurus anak, di mana diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Sunarti (2004) 22 menjelaskan pengasuhan anak adalah proses merawat, memelihara, mengajarkan dan membimbing anak, yang merupakan aplikasi bagaimana orang tua membimbing anak agar dapat menjalani kehidupan dengan baik. Dengan kewajiban seperti itu membuat orang tua melakukan segalanya demi melihat perkembangan tumbuh anaknya. Oleh karena itu, dengan keterbatasan dalam mengasuh anak karena adanya penyakit parkinson yang dideritanya mendorong responden untuk memulai pencarian informasi terhadap penyakit parkinson. Dengan tujuan, agar responden bisa menimalisir perkembangan penyakit parkinson, serta bisa membimbing anaknya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Tabel III.17 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang alasan mencari informasi karena mengganggu pekerjaan, di mana diperoleh hasil 40% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Pada dasarnya, setiap orang akan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya maupun kebutuhan keluarganya. Hal ini yang mendorong responden dalam mencari informasi karena penyakit parkinson dianggap sudah mengganggu responden dalam bekerja. Menurut McReynolds (2001) 23, bekerja adalah alat pengukur bahwa diri seseorang itu sehat. Jika seseorang tidak bisa bekerja karena sebuah penyakit, orang itu akan selalu memikirkan penyakitnya dan bisa stress karena penyakit itu terutama bagi penderita penyakit-penyakit yang belum bisa disembuhkan seperti penykait parkinson. Ketika sebuah penyakit sudah menggangu responden pada saat bekerja, maka akan berdampak pula pada produktivitas yang menurun saat melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan tabel III.18 yang berisi pernyataan tentang alasan mencari informasi karena produktivitas saat bekerja menurun, di mana diperoleh hasil 40% menyatakan setuju dengan pendapat itu. Menurut Susatia, (2016) 24 mengatakan bahwa penyakit parkinson bisa menyebabkan keseimbangan terganggu sehingga penderita mudah goyah dan terjatuh pada saat berjalan. Kecemasan yang berlebih, depresi dan pola tidur. Hal ini sesuai dengan tabel III.22 dan tabel III.24. Tabel III.22 berisi penyataan tentang alasan mencari informasi karena membuat malu, di mana diperoleh hasil 40% menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.24 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang alasan mencari informasi karena membuat tidak percaya diri, di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Chaining: 22 Euis Sunarti, Mengasuh Dengan Hati (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004) 23 Connie J. McReynolds, The Meaning of Work in the Lives of People Living with HIV Disease and AIDS (Rehabilitation Counseling Bulletin, 2001) hlm Jawa Pos, 12 April 2016, hlm. 19.

16 Menurut Ellis (1993) 25 chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainnya. Dalam artian responden membuat catatan-catatan kecil untuk membantu dalam proses penemuan informasi. Seperti pada tabel III.25 yang berisi pernyataan tentang proses chaining, yaitu responden membuat catatan kecil agar tidak kebingungan dalam mencari informasi. Di mana diperoleh hasil 50% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Orang mencari informasi karena didasari oleh kebingungan yang ada di dalam dirinya, agar tidak menambah kebingungan ketika mencari informasi responden perlu mencatat apa saja informasi yang diperlukannya sehingga bisa meminimalisir kebingungan yang ada dalam dirinya. Serta tabel III.26 yang berisi pernyataan tentang proses chaining, yaitu responden membuat catatan kecil sebagai dasar dalam menentukan informasi yang dicari. Di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Responden membuat catatan kecil sebagai dasar apa saja informasi yang akan dicarinya, mereka akan lebih mudah mengakses dan menentukan sumber informasi yang akan dipakai karena mereka dari awal sudah menentukan informasi yang akan dicari. Browsing Monitoring Extracting Verivying: Tabel III.31 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang proses browsing, yaitu responden bertanya ke para ahli sebagai media dalam mencari informasi penyakit parkinson dengan alasan bahwa responden merasa para ahli bisa menjawab semua pertanyaan mengenai penyakit parkinson. Di mana diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan setuju dengan penyataan itu. Hal ini mendorong responden dalam memperbaharui perkembangan informasi penyakit parkinson melalui konsultasi dengan para ahli, di mana pada tabel III.39 diperoleh hasil 46.7% responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka memperbaharui perkembangan informasi penyakit parkinson melalui konsultasi dengan para ahli. Dalam memantau perkembangan informasi ini, responden akan mendapatkan informasi yang akan dicarinya. Hal ini sesuai dengan tabel III.44 yang berisi pernyataan tentang proses extracting, yaitu responden sudah mendapatkan informasi penyakit parkinson melalui konsultasi dengan para ahli. Di mana diperoleh hasil 46.7% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.49 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang proses verifying, yaitu responden mengecek kembali kebenaran informasi penyakit parkinson yang telah didapatkan melalui konsultasi dengan para ahli. Di mana diperoleh hasil 40% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Karena kepercayaan responden kepada dokter sangatlah tinggi, jadi mereka tidak melakukan pengecekan kembali terhadap informasi yang telah didapatkannya. Tabel III.34 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang proses browsing, yaitu responden memanfaatkan media cetak (koran, buku, jurnal, 25 Ellis, David Modeling the Information Seeking Patterns of Academic Researchers: A Grounded Theory Approach dalam Library Quarterly Vol. 63. No. 4, hlm

17 majalah, dll) dalam mencari informasi penyakit parkinson dengan alasan bahwa responden merasa media cetak bisa dijadikan sumber informasi yang bisa dipercaya. Di mana diperoleh hasil 60% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Hal ini mendorong responden dalam memperbaharui perkembangan informasi penyakit parkinson melalui media cetak, terlihat pada tabel III.42 yang berisi pernyataan tentang proses monitoring, yaitu responden memperbaharui perkembangan informasi penyakit parkinson melalui media cetak (koran, buku, majalah, jurnal, dll). Di mana diperoleh hasil 50% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Dalam memantau perkembangan informasi ini, responden akan mendapatkan informasi yang akan dicarinya. Hal ini sesuai pada tabel III.47 yang berisi pernyataan tentang proses extracting, yaitu responden sudah mendapatkan informasi penyakit parkinson melalui media cetak (koran, buku, majalah, jurnal, dll). Di mana diperoleh hasil 40% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Pada Tabel III.52 yang berisi pernyataan tentang proses verifying, yaitu responden mengecek kembali kebenaran informasi penyakit parkinson yang telah didapatkan melalui media cetak (koran, buku, majalah, jurnal, dll). Di mana diperoleh hasil 50% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Responden merasa perlu untuk mengecek kembali kebenaran informasi yang telah didapatkan melalui media cetak karena informasi yang tersedia di media cetak berasal dari berbagai sumber dan tingkat keakuratan informasinya masih belum teruji. Tabel III.35 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang proses browsing, yaitu responden memanfaatkan perpustakaan sebagai media mencari informasi penyakit parkinson dengan alasan bahwa responden merasa perpustakaan adalah tempat dari seluruh informasi yang tersedia dan tingkat keakuratannya bisa dipercaya. Di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan itu. Hal ini mendorong responden dalam memperbaharui perkembangan informasi penyakit parkinson melalui perpustakaan, seperti yang terjadi pada tabel III.43 yang berisi pernyataan tentang proses monitoring, yaitu responden mengunjungi perpustakaan untuk memperbaharui perkembangan informasi penyakit parkinson. Di mana diperoleh hasil 36.7% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan itu. Dalam memantau perkembangan informasi ini, responden akan mendapatkan informasi yang akan dicarinya. Hal ini terlihat pada tabel III.48 yang berisi pernyataan tentang proses extracting, yaitu responden sudah mendapatkan informasi penyakit parkinson ketika mengunjungi perpustakaan. Di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.53 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang proses verifying, yaitu responden mengecek kembali kebenaran informasi penyakit parkinson yang telah didapatkan ketika mengunjungi perpustakaan. Di mana diperoleh hasil 36.7% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Responden merasa bahwa perpustakaan adalah pusat informasi yang terpercaya, oleh karena itu mereka tidak melakukan pengecekan kembali informasi yang sudah didapatkannya.

18 Differentiating: Ellis mengatakan bahwa differentiating adalah pemilahan, menggunakan ciri-ciri di dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/informasi. Tabel III.36 \yang berisi pernyataan tentang proses differentiating, yaitu responden membandingkan isi informasi yang sudah didapatkan. Di mana diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Karena banyaknya informasi yang sudah didapatkan dari berbagai sumber, maka responden perlu membandingkan informasi-informasi mana yang sama dan tidak berlainan sehingga tersaring informasi yang bisa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan informasinya. Dari perbandingan informasi tersebut, responden bisa melihat mana saja sumber-sumber informasi yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Seperti yang dijelaskan pada tabel III.37 yang berisi pernyataan tentang proses differentiating, yaitu responden menilai sumber-sumber informasi yang menyediakan informasi tentang penyakit parkinson. Di mana diperoleh hasil 60% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Pada tabel III.38 yang berisi pernyataan tentang proses differentiating, yaitu responden membandingkan informasi yang sudah diperoleh dengan keadaan saat ini. Di mana diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan itu. Selain membandingkan informasi beserta sumbenya, responden juga membandingkan informasi yang sudah didapatkan dengan keadaannya saat ini. Hal ini berguna sebagai tolak ukur sejauh mana penyakit parkinson ini menyerang dirinya. Ending: Menurut Ellis, ending adalah proses mengakhiri pencarian informasi dan melakukan kegiatan lain setelah mendapatkan informasi yang dicari. Tabel III.54 yang berisi pernyataan tentang proses ending, yaitu responden merasa sudah cukup mengumpulkan informasi yang dicari. Di mana diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Karena sudah mengumpulkan informasi yang sesuai dengan apa yang dicarinya, responden akan melanjutkan pengobatan dengan perasaan yang lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan pada tabel III.55 yaitu responden masih kebingungan dan ingin mengulangi pencarian informasi. Di mana diperoleh hasil 46.7% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Hambatan dalam Mencari Informasi Dalam melakukan sesuatu dalam hidup, seseorang pasti akan menemukan hambatan dalam melakukan hal itu. Tidak terkecuali bagi responden, dalam mencari informasi mengenai penyakit parkinson. Responden dihadapkan dengan realita-realita yang terjadi di Indonesia, seperti minimnya informasi mengenai penyakit parkinson, fasilitas kesehatan yang menangani penyakit parkinson, serta informasi-informasi lain yang berkaitan dengan penyakit parkinson. Wilson

19 (2000) 26 menambahkan unsur hambatan dalam model perilaku informasi atas hambatan personal (terkait dengan faktor kognitif, psikologis, fisiologis, demografi, interpersonal atau terkait dengan peran) dan hambatan dari lingkungan yaitu hambatan dalam masalah waktu, budaya yang berlaku, dan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi. Menurut Wilson, disonansi kognitif adalah gangguan yang terkait motivasi individu dalam berperilaku. Konsep ini mengemukakan bahwa adanya kognisi yang sedang berkonflik membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan penyelesaian. Dalam tabel III.56 yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden tidak ada yang mendampingi dalam proses pencarian informasi, di mana diperoleh hasil 40% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Salah satu dukungan moral yang sangat dirasakan oleh responden adalah pendampingan saat berobat. Dari hal itu, responden bisa merasakan bahwa mereka tidak sendirian ketika menderita sebuah penyakit. Selain itu, responden juga merasa bahwa orang di sekitarnya menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan mereka dalam menyampaikan perasaannya. Tabel III.57 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden tidak mendapat persetujuan dari keluarga, di mana diperoleh hasil 56.7% responden tidak setuju dengan pernyataan itu. Muzaham (1995) 27, dukungan sosial sangat diperlukan bagi seorang pasien karena pasien memperoleh persetujuan dari keluarga dan juga dari teman-temannya untuk melakukan suatu tindakan kesehatan. Dukungan ini yang dirasakan responden sebagai pemicu semangat untuk tetap percaya bahwa mereka akan sembuh, meskipun obat dari penyakit parkinson masih belum ditemukan. Selain itu, responden juga memerlukan saran tindakan dari anggota keluarga serta teman-temannya. Tabel III.58 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden tidak mendapat persetujuan dari teman, di mana diperoleh hasil 53.3% responden tidak setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.59 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa tidak ada penderita parkinson lainnya yang melakukan proses pencarian informasi, di mana diperoleh hasil 50% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Menurut Aini (2015) 28, penderita lain yang senasib diperlukan karena penderita yang senasib dengan dirinya saling memberikan dukungan satu sama lain. Dukungan tersebut bisa berupa dukungan moril saat satu diantara mereka ada yang sedang drop selain itu, dukungan yang biasanya diberikan oleh penderita lain yang senasib adalah dukungan informasi. 26 Wilson, T. D Human Information Behaviour Information Science. Vol. 3. No. 2.Terdapat pada Diakses pada 9 November Fauzi Muzaham, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press, 1995), Cet. 1, hlm Ratih Noer Aini dan Satiningsih, Ketahanan Psikologis Pada Perempuan Penderita Kanker Payudara, (Surabaya: Jurnal Penelitian Psikologi, 2015)

20 Menurut Wilson, karakteristik emosional adalah hambatan yang berkaitan dengan kondisi emosional dan mental seseorang ketika menemukan informasi. Tabel III.61 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa ketakutan, di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.62 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa penyakit parkinson tidak akan berdampak pada dirinya, di mana diperoleh hasil 56.7% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Hal ini senada dengan Muzaham (1995) 29 yang menjelaskan bahwa kepercayaan seseorang bahwa keadaan yang sedang dialaminya tidak akan membawa akibat buruk bagi jiwanya. Tabel III.63 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa tidak memiliki penyakit, di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Pada dasarnya, responden secara sadar mengungkapkan bahwa dirinya sedang menderita suatu penyakit. Maka dari itu, sebagian besar responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan di atas. Tabel III.64 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa malu, di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Hal ini terjadi karena beban psikologis yang terjadi dari suatu kejadian yang dialami responden, rasa malu muncul akibat gejala-gejala yang dirasakan oleh responden dan menghambat dalam proses penemuan informasi serta tindakan pengobatan secara berkelanjutan. Hambatan fisiologis merupakan hambatan yang dapat berupa cacat fisik dan mental, baik karena bawaan lahir atau karena faktor lain. Tabel III.66 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa kesulitan berbicara, di mana diperoleh hasil 46.7% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.67 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa kesulitan berjalan, di mana diperoleh hasil 53.3% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.68 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa keseimbangan badannya berkurang, di mana diperoleh hasil 43.3% responden menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.69 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa kesulitan berdiri, di mana diperoleh hasil 56.7% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Tabel III.70 merupakan tabel kuesioner yang berisi pernyataan tentang hambatan dalam mencari informasi karena responden merasa bergantung kepada orang lain, di mana diperoleh hasil 63.3% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan itu. Pernyataan-penyataan di atas sesuai dengan gejalagejala yang dirasakan oleh para penderita parkinson, yaitu tremor atau gemetar yang menyerang dalam kondisi istirahat. Berikutnya rigidity (kekakuan) sehingga 29 Fauzi Muzaham, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press, 1995), Cet. 1, hlm. 83.

Bonita Septia Jaya A.

Bonita Septia Jaya A. Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa Disabilitas Pendengaran di Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya Malang Bonita Septia Jaya A. Abstrak Manusia membutuhkan informasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus

Lebih terperinci

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insomnia merupakan gangguan atau masalah sulit tidur yang umum terjadi. Penderita insomnia mengalami gejala berupa sulit untuk tertidur, tetap tertidur, atau bangun

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI ILMIAH PADA SISWA SMA DI SURABAYA. Wahyu Satryoning Bimantara ( ) Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI ILMIAH PADA SISWA SMA DI SURABAYA. Wahyu Satryoning Bimantara ( ) Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan PERILAKU PENEMUAN INFORMASI ILMIAH PADA SISWA SMA DI SURABAYA Wahyu Satryoning Bimantara (071311633064) Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Lebih terperinci

Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar

Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar LITERASI INFORMASI MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA (STUDI DEKRIPTIF MENGENAI LITERASI INFORMASI MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health

BAB I PENDAHULUAN. tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

Ketiga perilaku diatas dipelajari dalam psikologi kesehatan.

Ketiga perilaku diatas dipelajari dalam psikologi kesehatan. Harapannya semua orang berada dalam kondisi sehat. Sehat (Arab "Al-shihah"), dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga secara psikis (jiwa).

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. Penyakit serebrovaskular ini merupakan salah satu penyebab utama kecacatan fisik dan kematian

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI Desi Ariyana Rahayu 1), Tri Nurhidayati 2) 1) Departemen keperawatan jiwa, FIKKES, Unimus, Jln. Kedungmundu Raya no

Lebih terperinci

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KELUHAN FISIOLOGIS MASA KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN FREKUENSI ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS KARTIYEM KULON PROGO 1 Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Oleh: Putu Laxman Pendit www.iperpin.wordpress.com Perilaku manusia tak lekang dari semesta yang menghidupinya. Bagi profesor TD Wilson, kalimat ini berlaku mutlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan dan kesedihan baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA Rina Budi Kristiani 1, Alfia Nafisak Dini 2 Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT DAN PERCEIVED BARRIER DENGAN STADIUM KANKER PAYUDARA BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL PADA PASIEN YANG BERKUNJUNG DI POSA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Wulan Prihantini*, Esty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, dipelihara, dan dibina sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai kualitas hidup yang baik. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman dimana segalanya telah menggunakan perangkat dan alat berteknologi canggih yang dapat menunjang berbagai kemudahan. Masyarakat lebih cendrung memilih

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah besar di bidang kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

Retardasi Mental. Dr.dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K)

Retardasi Mental. Dr.dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) Retardasi Mental Dr.dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) Retardasi Mental (RM) Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nyeri merupakan pengalaman sensoris atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti mengalami stres, stres normal dialami oleh setiap individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut Antonovsky & Burr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU H. Khairir Rizani 1, Suroto 2, Akhmad Rizani 3 ABSTRAK Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam dunia kesehatan penyakit diabetes melitus termasuk penyakit yang tidak menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yang terjadi di dalam atau luar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga

Lebih terperinci

PALLIATIVE CARE HENDRA

PALLIATIVE CARE HENDRA PALLIATIVE CARE HENDRA LUKA KANKER LUKA KANKER LUKA KANKER Back ground Perawatan paliatif dari bahasa Latin palliare, untuk jubah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis) BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan dan lingkungan sosial yang baik perlu diperhatikan bagi orangtua untuk anak-anak mereka. Kesehatan dan lingkungan sosial terhubung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi. Seseorang yang membutuhkan informasi memerlukan waktu untuk berpikir apa yang dibutuhkan,

Lebih terperinci

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN ORBITH VOL. 13 NO. 1 Maret 2017 : 1 8 KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Oleh: Sri Sumarsih Pustakawan UPT Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2005, penyakit ini menyebabkan 17,5 juta kematian, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan membahas tentang uraian pendahuluan mengenai pemilihan judul Rumah Perawatan Anak Penderita Kanker yang akan menjabarkan beberapa sub bab. Dari latar belakang dari

Lebih terperinci

Tugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013

Tugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan penduduk di indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh dinas kependudukan tahun 2000-2025

Lebih terperinci