CONDOMINIUM DENGAN PENERAPAN 'SKYRISE GREENERY' TERKAIT PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU DI JAKARTA TIMUR.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CONDOMINIUM DENGAN PENERAPAN 'SKYRISE GREENERY' TERKAIT PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU DI JAKARTA TIMUR."

Transkripsi

1 CONDOMINIUM DENGAN PENERAPAN 'SKYRISE GREENERY' TERKAIT PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU DI JAKARTA TIMUR. Chrissie Acherman, Riyadi Ismanto, Doni Fireza. Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jalan K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan-Palmerah, Jakarta Barat, Telp/Fax , / ABSTRACT Urban areas have a temperature that tends to increase in line with increasing the country's development. Could not preclude the possibility to keep doing development moreover, with increasing demand for occupancy vertical. Vertical housing, which is now in demand by society the last few years until now is condos. Condos which will be constructed will apply the concept that can reduce the effect of the Urban Heat Island or heating cities with the approach of Green Architecture. A method of its use is by summarizes and draw conclusions from researcher formerly to be applied to condos this, to create the micro climate in order to reduce the effect of the Urban Heat Island. The analysis used in the form of descriptive analistis by analyzing previous studies to find 'Guideliness' to maximize in creating the micro climate on the building. 'Skyrise greenery' is one way to reduce the effect of the Urban Heat Island. It could also is inferred by the use of skyrise greenery that can be done on the plane of vertical and horizontal is very effective in lowering the environmental temperature. (CA) Keyword: Condominium, Urban Heat Island, Skyrise Greenery, Green Architecture. ABSTRAK Kawasan perkotaan memiliki suhu yang kian meningkat seiring dengan meningkatnya laju pembangunan. Tidak dapat menutup kemungkinan untuk tetap melakukan pembangunan apalagi dengan meningkatnya permintaan akan hunian vertikal. Hunian vertikal yang kini diminati oleh masyarakat beberapa tahun terakhir hingga saat ini adalah kondominium. Kondominium yang akan dibangun akan menerapkan konsep yang dapat mengurangi efek Urban Heat Island atau Pemanasan Kota dengan pendekatan Arsitektur Hijau. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan merangkum dan menarik kesimpulan dari peneliti sebelumnya yang akan diterapkan pada kondominium ini, guna menciptakan iklim mikro untuk mengurangi efek Urban Heat Island. Analisis yang digunakan berupa deskriptif analistis dengan menganalisis penelitian sebelumnya untuk menemukan "Panduan" untuk memaksimalkan dalam menciptakan iklim mikro pada bangunan. 'Skyrise Greenery' adalah salah satu cara untuk mengurangi efek Urban Heat Island. Dapat pula disimpulkan dengan penggunaan Skyrise Greenery yang dapat dilakukan pada bidang vertikal dan horizontal ini sangat efektif dalam menurunkan suhu lingkungan dan bangunan. (CA Kata Kunci: Kondominium, Urban Heat Island, Skyrise Greenery, Arsitektur Hijau 1

2 PENDAHULUAN Saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Jakarta semakin meningkat. Pembangunan hunian vertikal menjadi salah satu solusi untuk penyelesaian masalah yang ada. Salah satu solusinya adalah pembangunan condominium. Target pemasaran pun kian berkembang. Evie Susanti, Associate Director PT Leads Property Service Indonesia (2012) menambahkan bahwa investasi condominium saat ini didukung dengan okupansi yang tidak hanya sebatas para ekspatriat saja. Konsumen lokal di Jakarta kini banyak beralih ke hunian vertikal karena adanya keterbatasan pasokan rumah yang terjangkau harganya. Kini semakin banyaknya condominium dan bangunan tinggi lainnya membuat lahan hijau di Jakarta semakin berkurang. Salah satu manfaat hunian vertikal untuk menyediakan lahan terbuka untuk penghijauan. Sayangnya, lahan terbuka tersebut terlalu didominasi oleh pengerasan yang menyebabkan lingkungan bangunan menjadi panas. Pemanasan kota tersebut lebih dikenal dengan istilah Urban Heat Island. Penghijauan dianggap dapat mengurangi efek Urban Heat Island. penghijauan dapat dilakukan pada area horizontal hingga vertikal pada bangunan seperti halnya di Singapore. Adapun penerapannya secara teknis adalah sebagai berikut: a. Vertical Greenery School Of The Arts (SOTA) Choa Chu Kang polyclinic, Orchard Central, Liberty House. Gambar 1 Vertical Greenery Gambar 2 Vertical Greenery dengan dengan menggunakan Support System menggunakan Cassete System Sumber: Liang Seah Place, Facebook (Singapore Office). Gambar 3 Vertical Greenery dengan menggunakan Planter System Sumber: b. Rooftop Greeney Rooftop Greenery terbagi menjadi 2 yaitu Intensive (Perawatan Intens) dan Ekstensive (Perawatan Ringan). Gambar 4 Lapisan Rooftop Greenery Sumber: 2

3 Adapun lokasi yang telah dipilih untuk proyek pembangunan condominium ini adalah daerah Cawang, Jakarta Timur yang nantinya akan menjadi kawasan CBD. Hal tersebut diungkapkan melalui artikel Detikfinance (2012). CBD berpartisipasi dalam efek Urban Heat Island. Hal tersebut dikatakan sebuah artikel Geography.about.com. Oleh karena itu, diharapkan penerapan konsep Skyrise Greenery ini sedikitnya berpengaruh pada iklim mikro lingkungan sekitar tapak dan terutama pada bangunan itu sendiri. Rumusan masalah yang akan diangkat adalah bagaimana cara mendesain condominium dengan penerapan 'Skyrise Greenery' yang efektif untuk mengurangi efek Urban Heat Island dengan tetap memperhatikan estetika bangunan. Tujuan dari penelitian adalah untuk memberikan alternatif desain condominium yang cocok untuk kawasan perkotaan dengan penerapan 'Skyrise Greenery' untuk mencapai terciptanya iklim mikro guna mengurang efek Urban Heat Island. Proyek penerapan 'Skyrise Greenery' ini sangat berbeda dengan proyek umumnya karena berhubungan dengan penghijauan pada bangunan yang tidak hanya semata pada lingkungan tapak. Penerapannya memiliki kontribusi yang sangat banyak, baik kedalam bangunan itu sendiri ataupun ke lingkungan. Penggunaan 'Skyrise Greenery' ini telah diterapkan dan diteliti oleh peneliti sebelumnya dan terbukti sangat efektif dan memberikan manfaat yang besar terhadap bangunan bangunan itu sendiri. Adapun suatu bangunan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat yang telah menerapkan penghijauan secara vertikal pada dinding bangunannya. Vertikal greenery tersebut tidak dilakukan sepernuhnya pada bagian dinding hanya sekitar 50-60% saja penggunaanya perlantai. D.K. Halim yang menjabat sebagai Chief Director pernah melakukan penelitian pada gedung di tempatnya bekerja itu. Beliau menemukan bahwa dengan penggunaan vertikal greenery ini dapat menurunkan suhu hingga lebih dari 3-5 o C atau bahkan lebih. Bila cuaca keadaan panas maka penggunaan AC 2 lantai dapat turun sekitar 40% tetapi jika dalam keadaan cuaca mendung, dingin dan hujan penggunaan AC dapat berkurang hingga 60%. Pengaruh dan manfaat terhadap bangunan itu sendiri yaitu dapat menurunkan suhu ruangan, mengurangi penggunaan AC, mengurangi kebisingan, penyaring debu, menjadi pembayang agar matahari tidak langsung mengenai unit/dinding dan masih banyak lainnya. Tak hanya sampai disitu, penerapan 'Skyrise Greenery' ini dapat menurunkan suhu lingkungan dan menciptakan iklim mikro. Selain itu, apabila diterapkan pada seluruh bangunan di kota akan menciptakan iklim makro. Jurnal penelitian, Evaluation of Vertical Greenery System for Building Walls (Dr Wong Nyuk Hien, 2008) mempunyai kesimpulan bahwa vertical greenery dengan sistem modular yang menutupi seluruh bagian dinding lebih efektif dalam melakukan pendinginan dibandingkan dengan vertical greenery dengan sistem tanaman rambat. Tidak hanya sebatas pendinginan saja, vertical greenery pun dapat mengurangi kebisingan dengan frekuensi 5-10db. Urban Heat Island Mitigation: An inovative way to reduce air pollution and energi usage, jurnal ini memberikan bagaimana cara pengaturan penghijauan pada tapak, penggunaan material atap pada bangunan bahwa hingga penggunaan jalan trotoar dan sebaiknya dalam penggunaan material gunakan yang memiliki albedo tinggi. Hal tersebut dilakukan guna untuk mengurangi efek Urban Heat Island dengan cara menciptakan iklim mikro sekitar bangunan yang akan berpengaruh terhada penurun suhu pada bangunan. METODE PENELITIAN Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan 2 jenis sumber data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data dari lokasi tapak dan melakukan penelitian secara langsung. Data sekunder ini didapatkan dengan mencari data dari artikel, jurnal penelitian, peraturan pemerintah, buku dan beberapa koleksi buku pribadi. Adapun tahap penelitian terbagi menjadi 2 tahap langkah, yaitu: metode deskriptif dan analitis. Metode deskriptif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer di lapangan (analisis tapak) dan melalukan pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat tembak laser ayng dihitung per -jamnya. Selain itu, data dari literatur dari buku, data dari internet dan jurnal pun akan dikumpulkan guna mendukung perencanaan dan perancangan condominium dengan penerapan 'Skyrise Greenery'. Metode ini dapat dilakukan dengan cara melakukan survey langsung atau pengamatan terhadap bangunan yang menerapkan 'Skyrise Greenery'. Adapun sebagai berikut pengamatan langsung terhadap penghijauan sisi vertikal dan horizontal pada bangunan: a. Vertical Greenery Pengamatan Langsung Pengamatan dengan cara mengukur perubahan suhu yang terjadi setiap jamnya. Pengukuran suhu dilakukan pada Vertical Greenery, suhu setelah vertical greenery dan suhu ruangan di dalamnya termasuk dinding, jendela, lantai dan ceiling. Bangunan yang digunakan untuk pengamatan adalah 3

4 yang bangunan yang memiliki kriteria lantai lebih dari satu, minimal bertingkat 2. Hal tersebut dikarenakan sangat jarang sekali gedung di Jakarta yang menggunakan Vertical Greenery sebagai fasade gedungnya. Menggunakan Jurnal Bangunan yang menerapkan Vertical Greenery pun di beberapa negara misalnya Singapore akan dijadikan bahan masukan untuk penerapannya dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penurunan suhu yang ada. Bangunan yang akan dijadikan sebagai bahan teori penunjang ini adalah bangunan yang memiliki fungsi yang sama. Fungsi yang sama dapat berupa Condominium, Apartemen, Hotel ataupun Asrama Bertingkat. b. Rooftop Greenery Pada Rooftop Greenery ini tidak dilakukan pengamatan langsung karena telah ditemukan jurnal hasil pengamatan langsung yang telah dilakukan peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut menyebutkan luasan dan penurunan suhunya dengan lokasi yang berada di Jakarta yang terkait dengan topik dan lokasi. Menggunakan Jurnal Berdasarkan jurnal penelitian yang ada, dengan luasan 76% rooftop greenery sudah dapat menciptakan iklim mikro dengan menurunkan suhu lingkungan dan ruangan di bawahnya sebesar 1 o C. Penelitian ini dilakukan di dua tempat hunian vertikal di Jakarta, yaitu Grand Tropic Suites's Hotel dan Apartemen Mall Taman Anggrek. Berikut ini adalah hasil penelitian langsung yang dilakukan terkait Vertical Greenery. Vertical Greenery Tabel Pembagian Zona Pengukuran Suhu Vertical Greenery. ZONA 5.1 ZONA 5.2 ZONA 5.3 ZONA 5.4 ZONA 5.5 ZONA 4.1 ZONA 4.2 ZONA 4.3 ZONA 4.4 ZONA 4.5 ZONA 3.1 ZONA 3.2 ZONA 3.3 ZONA 3.4 ZONA 3.5 ZONA 2.1 ZONA 2.2 ZONA 2.3 ZONA 2.4 ZONA 2.5 ZONA 1.1 ZONA 1.2 ZONA 1.3 ZONA 1.4 ZONA 1.5 Gambar 5 Pengelompokkan Zona Pengukuran Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 Keterangan Tulisan : Zona (Lantai) (Area). Contoh: Zona 1.2 Maka Zona 2 yang terletak pada lantai 1. Keterangan Warna : Menggunakan Vertical Greenery Tidak menggunakan Vertical Greenery Lantai 1 Gambar 6 Grafik pengukuran suhu pada lantai 1 4

5 Lantai 2 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei Gambar 7 Grafik pengukuran suhu pada lantai 2 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei Tabel 1 Hasil Besaran Angka Penurunan Suhu Vertical Greenery terhadap suhu outdoor-indoor. VG - Outdoor VG - Indoor Outdoor - Indoor Suhu Atap - Lantai Pukul Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Pukul Selisih 0.1 (lantai) Stabil Selisih 0.3 (lantai) Pukul Selisih 0.6 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Pukul Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.3 (lantai) Pukul Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Pukul Selisih 0.2 (lantai) Selisih 1.2 (lantai) Pukul Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Pukul Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.4 (lantai) Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei Kesimpulan: Suhu lantai lebih dingin dibandingkan dengan atap (beton) karena dipengaruhi oleh penggunaan material pelapis. Lantai pada lantai 1 menggunakan marmer dan batuan yang cenderung menyerap dan memantulkan suhu dingin dari AC pula sehingga membuat permukaan lebih dingin. Pada pagi hari mendung ketika cuaca cenderung dingin tanpa matahari, tanaman umumnya melepaskan panas yang sudah diserap dan disimpan pada hari sebelumnya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tanaman cenderung menyerap panas dan menyimpannya untuk kemudian dilepaskan pada pagi hari sehingga pada subuh/pagi yang dingin bila berada dekat tanaman akan terasa lebih hangat dibandingkan pada area perkerasan. Perkerasan akan menyerap panas dan langsung memantulkannya kembali sehingga jika keadaan panas maka perkerasan akan panas dan pada suhu dingin perkerasan akan mendingin. Suhu perkerasan disesuaikan dengan suhu aktual yang terjadi saat itu. Penurunan suhu bergantung pada cuaca, sudut penyinaran dan material yang digunakan pada ruangan, misalnya penggunaan karpet atau keramik lantai. 5

6 Suhu malam cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu siang hari, maka dapat diasumsikan suhu yang diturunkan akan banyak daripada siang hari. Adanya sifat tanaman yang menyimpan panas dan melepaskan panas pada malam hari membuat area sekitar tanaman akan lebih hangat dibandingkan dengan dekat dengan area perkerasan pada dini hari. Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan di gedung ini oleh Office Director, Bapak D.K. Halim. Penelitian tersebut menyatakan bahwa jika cuaca dalam keadaan dingin/mendung/hujan penggunaan AC dapat menghemat hingga 60% sedangkan jika dalam keadaan cuaca panas ekstrim penghematan AC sebesar 40%. Maka penggunaan Vertical Greenery sangat efektif untuk menurunkan suhu outdoor terhadap indoor. Apalagi suhu yang dapat diturunkan dari Vertical Greenery terhadap suhu indoor dapat berkurang lebih dari 5 o C. HASIL DAN BAHAN Vertical Grenery Penggunaan dari luasan vertical greenery tersebut mencapai antara 50-60% dari luas total permukaan dinding keseluruhan tetapi dapat terbukti menurunkan suhu hingg lebih dari 5 o C. Penelitian serupa telah dilakukan di Singapore bahkan terbukti dapat menurunkan suhu hingga 11 o C. Penurunan suhu tersebut dapat menurunkan atau menghemat penggunaan energi AC. Tak hanya itu, penelitian yang sebelumnya telah dilakukan di gedung ini, dapat menghemat AC hingga 60% jika hari cenderung mendung hujan dan menghemat hingga 40% ketika cuaca panas. Rooftop Greenery Kesimpulan dari 'Guideliness' luasan bidang horizontal seperti Rooftop Greenery terhadap penurun suhu yaitu dengan luas permukaan 76% yang tertutupi vegetasi dari luasan total dapat menurunkan suhu secara mikro baik suhu lingkungan maupun suhu ruangan di bawahnya. Besaran angka penurunan tersebut adalah sebesar 1 o C. Penanaman rooftop greenery ini sangatlah baik karena tanpa penghijauan atap dak beton yang terpapar sinar matahari dapat mencapai kisaran 100 o C yang dapat dikatakan sangat panas. Skyrise Greenery Ong, Boon Lay (2003) dalam artikelnya yang berjudul "Green Plot Ratio: An Ecological Measure for Architecture and Urban Planning" menjelaskan bahwa rasio rumput terhadap sebidang tanah adalah 1:1, untuk semak-semak dapat menggunakan rasio 3:1 sedangkan untuk penggunaan pohon menggunakan rasio 6:1. Rasio yang akan digunakan untuk bangunan condominium ini adalah 1:1 untuk pencapaian penghijauan dari bidang horizontal dan vertikal. Jika rasio terpenuhi maka luasan penghijauan untuk melakukan penurunan suhu ruangan, lingkungan dan menciptakan iklim mikro tentu akan lebih dari persentase yang ditentukan oleh Pemerintah Hongkong atau bahkan persentase Ruang Terbuka Hijau di Jakarta sebesar minimum 30%. Perbandingan tersebut dapat mengurangi efek Urban Heat Island yang mengartikan bahwa iklim mikro pada lingkungan bangunan (tapak) dan penurunan suhu ruangan pada bangunan tersebut telah berhasil dilakukan. Jika penghijauan pada bangunan diterapkan pada hampir seluruh bangunan yang ada di Jakarta, tentu manfaatnya untuk menciptakan iklim mikro akan merubah kota menjadi iklim mikro. Penurunan suhu akan terjadi pada kota yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh warga kota tidak hanya sebagai penghuni bangunan tertentu saja. Apabila penerapan secara makro ini telah diterapkan maka efek Urban Heat Island dapat berkurang secara besar-besaran karena seluruh bangunan pada kota ikut berpartisipasi. Manfaat yang sangat banyak akan penerapan 'Skyrise Greenery' mulai dapat dirasakan hanya dengan menurunkan suhu minimal 1 o C saja. Maka, penggunaan AC akan berkurang sebesar 10% per-tahunnya. Selain itu, manfaat secara psikis dan psikologis pun dapat dirasakan. Berikut ini adalah gambaran penerapan Vertical Greenery dan Rooftop Greenery yang diterapkan pada desain condominium di Cawang, Jakarta Timur ini baik secara interior maupun eksterior. 6

7 Penerapan pada desain 1. Sisi Barat Hunian (Termasuk tangga) Gambar 8 Penghijauan pada si barat hunian 2. Sisi Timur Hunian (Termasuk tangga) Gambar 9 Penghijauan pada sisi timur hunian 3. Sisi Selatan Hunian, Balkon dan Kantilever Gambar 10 Penghijauan bagian balkon unit hunian 7

8 Gambar 11 Penghijauan pada kantilever korridor unit hunian 4. Penerapan vertical greenery pada lantai 1. Gambar 12 Penghijauan pada area komunal outdoor lantai 1 Gambar 13 Penghijauan vertikal pada area menuju basement lantai 1 Gambar 14 Penghijauan pada area komunal outdoor lantai 1 8

9 Gambar 15 Area komunal outdoor dan penghijauan lantai Area komunal dengan penerapan ekstensive greenery pada top floor. Gambar 16 Ekstensive greenery pada top floor 6. Area komunal dengan penerapan intensive greenery pada lantai 3. Gambar 17 Area komunal dan penghijauan pada lantai 3 9

10 Gambar 18 Area komunal dan penghijauan pada lantai 3 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian tersebut terhadap penggunaan 'Skyrise Greenery' pada bangunan condominium sebagai berikut: 1. 'Vertikal Greenery' benar adanya menurunkan suhu pada bangunan (indoor) dan suhu lingkungan (outdoor) hingga 5 o C bahkan lebih melalui uji coba yang telah dilakukan pada sebuah gedung di Jakarta Pusat. 2. Penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh DK Halim selaku Officer Director di gedung kantor tersebut meneliti bahwa penggunaan AC dapat menghemat hingga 60% ketika cuaca hujan dan menghemat hingga 40% ketika cuaca panas. 3. Penelitian serupa mengenai 'Vertical Greenery' telah dilakukan oleh peneliti dari Universitas Singapore dan terbukti bahkan dapat menurunkan suhu hingga 11 o C. 4. 'Vertical Greenery' dapat menurunkan suhu bila penerapan luasan penghijauannya dapat dicapai dengan penerapan 50-60% dari luasan total sisi vertikal atau dinding bangunan tersebut. 5. 'Rooftop Greenery' dapat menurunkan suhu menurut jurnal penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada huniann vertikal di Jakarta Barat dengan memberikan 76% dari luasan total untuk penghijauan. 6. Ratio penggunaan penghijauan pada bangunan dapat dijadikan acuan untuk andil dalam menurunkan suhu bangunan dan sekitarnya. Hal tersebut dengan mengacu pada ketetapan Green Plot Ratio yang telah ditetapkan pada bangunan guna menurunkan suhu bangunan dan lingkungan dalam rangka mengurangi efek Urban Heat Island. 7. Range penurunan suhu terendah sebaiknya terjadi pada malam hari karena pada saat tersebut tanaman melepaskan energi panas yang diserap dan disimpan pada siang hari. Pemilihan material dengan albedo tinggi sangat baik untuk mengurangi penyerapan panas yang membuat panas tersimpan sehingga menyebabkan panas berkurang pada area tersebut karena pelepasan panas hanya sedikit. 8. Penghijauan/Greenery termasuk salah satu cara terampuh yang mengambil andil besar dalam penurunan suhu bangunan dan lingkungan pada suatu lokasi sehingga akan sangat bermanfaat dan 10

11 terasa manfaatnya apabila diterapkan pada suatu kawasan. Hal tersebut dikarenakan hanya dengan menurunkan suhu 1 o C saja, sudah dapat mengurangi/menghemat penggunaan AC, menyejukkan area, menambah area hijau dan hal yang terpenting dapat menciptakan iklim mikro di sekitarnya. 9. Penerapan secara besar-besaran pada seluruh bangunan di kota tentu dapat mengurangi secara besar atau bahkan menghilangkan efek negatif dari Urban Heat Island itu sendiri. Saran. Simpulan akan penelitian di atas dapat diperluas kembali untuk kepentingan penelitian berikutnya ataupun pengembangan ilmu pengetahuan bahkan ketetapan peraturan baru bagi pemerintah. Bagi Peneliti Berikutnya 1. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya variabel yang digunakan lebih bervariasi lagi. 2. Penggunaan software yang digunakan sebaiknya lebih akurat dengan menggunakan data BMKG atau menggunakan software yang mempunyai analisis lokasi dan pengujian terhadap penerapan konsep topik yang lebih spesifik. 3. Pengembangan teknologi sederhana untuk vertical greenery pun dapat dijadikan ide untuk penelitian selanjutnya agar modifikasi media vertical semakin mudah dan bervariasi. Penemuan akan cara pemasangan dengan modifikasi baru dengan maintenance cost yang murah akan lebih berguna dan berbobot untuk penelitian. Begitupun hal nya dengan rooftop greenery. Bagi Pemerintah 1. Sebaiknya usaha penyempurnaan penghijauan oleh pemerintah tidak hanya dilakukan melalui RTH (Ruang Terbuka Hijau) saja tetapi melalui peraturannya yang menetapkan ketentuan ratio penghijauan pada bangunan yang disahkan dalam undang-undang. 2. Salah satu cara meningkatkan kesadaran akan penghijauan pada bangunan dapat dilakukan dengan cara mengadakan SKY RISE GREENERY AWARDS seperti yang diadakan pada Singapore. Hal tersebut diharapkan meningkatkan kesadaran akan penghijauan bangunan dan lingkungan sehingga masyarakat/pengusaha semakin berlomba-lomba memperbanyak penghijauan. 3. Pembebasan pajak atau pengurangan pajak pembangunan pun dapat diberikan kepada bangunan yang memiliki minimal ratio penghijauan tertentu pada bangunannya. 4. Pemberian pembebasan tanah untuk penghijauan atau menyediakan lahan terbuka khusus untuk penghijauan pada daerah perkotaan secara semaksimal mungkin mengingat kini sudah semakin banyaknya lahan yang dipenuhi perkerasan di perkotaan. REFERENSI Hien, Wong Nyuk. (2002). A Study of Urban Heat Island (UHI) in Singapor. Singapore. Hien, Wong Nyuk. (2008). Evaluationof Vertical Greenery System forbuilding Walls. Mardhika, A. P. (2002). Studi Karakteristik Roof Garden di DKI Jakarta (Studi Kasus: Condominium Taman Anggrek dan Apartemen Roxy Mas. Skripsi S1. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ong, Boon Lay. (2003). Green plot ratio: an ecological measure for architecture urban planning. 63(1) Ong, Boon Lay. Landscape and Urban Planning: Green plot ratio: an ecological measure for architecture and urban planning..mei Ong, Boon Lay. Quantifying the "Greenes" of a site design. Mei Sutanto, W. (2009). Studi Keberadaan Roof Garden Terhadap Kondisi Iklim Mikro Di Sekitar Bangunan (Kasus di Condominium Taman Anggek, Grand Tropic Suite's Hotel dan Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti). Skripsi S1. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahyuningsih, Nety. (2007). Apartemen di Kemanggisan Jakarta Barat. Skripsi S1. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Yoshimi,Juri and Hasim Atlan. (2011). Thermal Simulations on The Effects of Vegetated Walls on Indoor Building Environment. 12th Conference of International Building Performance Simulation Association, Sydney, November. RIWAYAT PENULIS Chrissie Acherman lahir di kota Bogor, pada tanggal 18 Mei tahun Anak ketiga dari 3 bersaudara. Beliau bertempat tinggal di Villa Citra Bantarjati Blok A15 no. 17 Bogor, Jawa Barat Pendidikan Formal: Jun Agustus 2013 : Lulusan Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia. Jun Jun 2008 : Lulusan SMA Negeri 6, Bogor, Indonesia. 11

12 Jun Jun 2005 Jun Jun 2002 : Lulusan SMP Negeri 5, Bogor, Indonesia. : Lulusan SD Negeri Cibuluh 1, Bogor, Indonesia. 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Jakarta semakin meningkat. Seiring dengan berjalannya pembangunan, terjadi pula pengurangan lahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pendekatan analisis ini menggunakan metode G. Broadbent yaitu meliputi aspek manusia, aspek lingkungan, dan aspek bangunan. 4.1 Aspek Manusia 4.1.1 Analisis Pelaku Kegiatan Analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Yogi Misbach A 1, Agung Murti Nugroho 2, M Satya Adhitama 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, serta atas izinnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Redesain Gelanggang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. Tema

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar.  Tema BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Tema Tema adalah suatu pendekatan atau sudut pandang untuk menyelesaikan permasalahan, yang kita harus mengetahui betul judul dari latar belakang yang kita kemukakan harus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Penelitian Perkembangan dan pembangunan yang terjadi di perkotaan membuat kawasan kota menjadi semakin padat. Salah satu penyebabnya adalah pertambahan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman

Lebih terperinci

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT Charleshan, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis Menurut Petterssen (1941), iklim merupakan rata-rata atau kondisi normal cuaca dalam jangka waktu panjang, 30 tahun atau lebih. Iklim suatu wilayah ditentukan

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan adalah arsitektur hemat energi. Pada perancangan pusat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar dan kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. besar dan kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Indonesia terletak pada koordinat 6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN Media Konservasi Vol. 17, No. 3 Desember 2012 : 143 148 HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN (Correlation between Leaf Area Index with Micro Climate and Temperature

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Judul Proyek Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas orang di desa maupun orang yang telah lama tinggal di Jakarta. Kian hari kian berkembang,

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA, KOTA BEKASI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA, KOTA BEKASI TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA, KOTA BEKASI Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun oleh: Nama : NIM : PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III OBJEK STUDI 3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Tinjauan Umum Tinjauan Lokasi Analisa Tapak...

DAFTAR ISI. BAB III OBJEK STUDI 3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Tinjauan Umum Tinjauan Lokasi Analisa Tapak... ABSTRAK Dengan berkembangnya Bandung menjadi salah satu lokasi wisata belanja bagi para wisatawan domestik, maka dengan bertambahnya volume orang yang ada di Bandung kebutuhan akan fasilitas tempat makan

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT

PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT Ditya Raras Vidyani, Albertus Prawata, Michael Isnaeni Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, JL. KH Syahdan No 9 Jakarta Barat

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Kajian Upaya Penurunan Dampak Urban Heat Island di Kota Tanjungpinang The Study of The Reducing Effort on Urban Heat Island s Impact in Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan BAB I PENDAHULUAN Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan 1.1 Pemahaman Judul Apartemen Apartemen adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Lindawati : Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat : 105 halaman ABSTRAK Perkembangan kota Jakarta

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengapa rumah susun? Kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Berbagai macam upaya pemenuh kebutuhan ini terwujud dengan semakin banyaknya proyek-proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Lisa Chandra NIM : 1200981182

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Perancangan Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Khususnya di DKI Jakarta. Di berbagai wilayah terus tumbuh pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar BelakangProyek Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan sebuah ruang. Sebuah kata ruang secara tidak langsung pasti berhubungan dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Rendy Hasan Sazali NIM : 1100051463 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bali merupakan pulau kecil yang dikelilingi pantai, Kuta sendiri merupakan salah satu daerah wisata favorit di Bali, menjadikan kuta salah satu daerah terpadat di Bali

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan arsitektur di Indonesia masih belum dapat disejajarkan dengan nama besar universitas di luar yang memiliki embel-embel world class university seperti

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdirinya Boarding School bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendidikan dan menanamkan nilai-nilai tertentu yang tidak didapatkan pada sekolah-sekolah

Lebih terperinci

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU Pe n u lis Viva Rahwidhiyasa Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman Halaman sebuah rumah tinggal menjadi alternatif area beraktivitas keluarga di ruang luar. Khusus untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam perkembangan hunian vertikal diawali dengan perkembangan apartemen lalu berlanjut dengan condominium. Di bawah ini akan dijelaskan tentang hunian vertikal yang dimulai dari apartemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

Dampak Penggunaan Bahan Bangunan pada Lingkungan Termal Studi kasus : Kota Bandung

Dampak Penggunaan Bahan Bangunan pada Lingkungan Termal Studi kasus : Kota Bandung Dampak Penggunaan Bahan Bangunan pada Lingkungan Termal Studi kasus : Kota Bandung Surjamanto Wonorahardjo KK Teknologi Bangunan Prodi Arsitektur SAPPK Institut Teknologi Bandung E-mail : titus@ar.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN Laporan Perancangan Arsitektur Akhir The Green Residential Tropical & Resort Architecture BAB V HASIL RANCANGAN V.1. Analisa V.1.1. Zoning Vertical Gambar V. 1. Zoning Vertical Sumber: Hasil Analisa Bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke Jakarta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke Jakarta untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Jakarta adalah pusat kota bisnis Indonesia sekaligus salah satu tempat tujuan utama untuk wisata di Indonesia. Setiap hari banyak pendatang baik dari dalam negeri

Lebih terperinci