PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT"

Transkripsi

1 PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT Ditya Raras Vidyani, Albertus Prawata, Michael Isnaeni Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, JL. KH Syahdan No 9 Jakarta Barat 11480, , arch.raras@gmail.com ABSTRACT Central Jakarta has the highest number of population density in DKI Jakarta amd it causes the increase of living space in Central Jakarta. The establishment of vertical housing is the solution to address the problem of living space demand, one of them is known as Kebon Kacang Vertical Housing. However, based on the structure feasibility study conducted by Perum Perumnas, Kebon Kacang Vertical Housing is not in a proper physical condition. Moreover, this vertical housing has no adequate facilities such as open green space and children playground, as the basic standard for vertical housing by DKI Jakarta government. Hence, in this final assignment, writer will redesign Kebon Kacang Vertical Housing by applying the concept of urban farming. Therefore, the vertical housing will have the green open space that will be used as a communal space, and it can also function as an active farm that can provide the residents harvest to help fulfill their grocery needs. From this research there will be found the optimal zone for the land farm in the project site and the coverage of the farming land area needed to fulfill the residents needs. The method used in this research is by literature study and sun shade simulation on SketchUp software.(r) Keywords: Vertical Housing, Urban Farming, Verticulture ABSTRAK Jakarta Pusat merupakan kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di DKI Jakarta. Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan tempat tinggal di Jakarta Pusat. Pembangunan rumah susun merupakan solusi dari kebutuhan tempat tinggal ini, salah satunya adalah Rumah Susun Kebon Kacang. Namun, menurut studi kelayakan struktur yang dilakukan Perum Perumnas, rumah susun ini dalam kondisi fisik yang tidak layak. Selain itu Rumah Susun Kebon Kacang tidak memiliki fasilitas yang memadai seperti ruang terbuka hijau dan taman bermain, seperti standar program rumah susun pemerintah DKI Jakarta saat ini. Untuk itu dalam tugas akhir ini, penulis akan melakukan peremajaan Rumah Susun Kebon Kacang dengan menerapkan konsep urban farming. Sehingga rumah susun ini akan memiliki ruang terbuka hijau yang selain dapat menjadi ruang komunal, dapat menjadi kebun aktif yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh penghuni untuk pemenuhan kebutuhan dapur rumah tangga. Dalam penelitian ini akan ditemukan zoning lahan tanam vertikultur yang optimal di dalam tapak proyek dan luasan lahan tanam yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penghuni rumah susun. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan studi literatur dan simulasi cahaya matahari menggunakan software SketchUp.(DRV) Kata Kunci : Rumah Susun, Urban Farming, Vertikultur PENDAHULUAN Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta memiliki jumlah 1

2 penduduk sebanyak 9,5 juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan penduduk kota Jakarta mencapai 13,9 ribu jiwa/km 2. Di tahun 2010 angka kepadatan penduduk ini meningkat menjadi 14,6 ribu jiwa/km 2. Dari Hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik kepadatan tertinggi ada di Jakarta Pusat yang mencapai 18,6 ribu jiwa/km 2. Tingginya angka kepadatan penduduk berarti laju penduduk tinggi namun luas wilayah tidak dapat memadai kebutuhan. Salah satunya adalah kebutuhan tempat tinggal. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Ditjen Cipta Karya tahun 2006 diketahui bahwa kebutuhan rumah mencapai 800 ribu unit per tahun. Sedangkan kemampuan penyediaan rumah hanya mencapai 20% dari total kebutuhan rumah. Untuk menanggulangi permasalahan ini, Pemerintah DKI mencoba membuat alternatif penyediaan perumahan yaitu dengan penyediaan rumah susun sewa yang diperuntukan bagi masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah yang dirintis sejak tahun Salah satu proyek rumah susun pada saat itu adalah Rumah Susun Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Rumah Susun Kebon Kacang didirikan pemerintah untuk memindahkan warga kumuh di daerah Kebon Kacang yang pada masa itu sedang dilakukan penggusuran. Hingga saat ini bangunan rumah susun ini masih berdiri namun dengan kondisi yang kurang layak. Oleh karenanya Perum Perumnas berencana melakukan peremajaan pada Rumah Susun Kebon Kacang. Ditahun 2013 ini, Pemerintah DKI Jakarta memiliki misi untuk menjamin ketersedian hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Untuk mencapainya salah satu program kerja unggulan Pemerintah DKI Jakarta adalah mendorong warga pindah ke hunian vertikal, dengan membangun super blok one stop living yang terdiri dari hunian vertikal (rumah susun), ruang publik berupa taman, pasar, dan pusat layanan kesehatan untuk warga kelas menengah bawah. Relokasi penduduk yang terbiasa tinggal dihunian horizontal ke bangunan vertikal kerap memunculkan hambatan dalam hal adaptasi. Salah satunya adalah kebiasaan mereka berkumpul untuk berinteraksi antar tetangga. Untuk itu ruang komunal dibutuhkan dalam perancangan rumah susun. Menurut Purwanto (2012 : 27) ruang komunal merupakan ruang yang berfungsi untuk wadah kegiatan interaksi sosial penghuni, baik yang bersifat formal maupun informal merupakan ruang-ruang umum yang bersifat publik yang digunakan bersama di luar unit hunian. Ruang-ruang tersebut dapat berupa selasar, koridor, hall/lobby, tangga, atau taman lingkungan. Banyak rumah susun di Jakarta yang telah memperhatikan ruang komunal dalam perancangannya, khususnya ruang komunal berupa taman. Namun banyak dari ruang terbuka hijau tersebut berupa lahan yang terbengkalai. Sehingga tampak ruang hijau tidak terawat dan elok. Pada Rumah Susun Kebon Kacang sendiri, ruang komunal yang ada dapat dikatakan kurang. Ruang komunal hanya berupa selasar dan koridor di tiap lantai. Anak-anak bermain di jalan yang digunakan sebagai lahan parkir. Ruang terbuka hijau juga kurang di dalam kompleks rumah susun. Hanya ada pada titik-titik tertentu yang digunakan warga untuk menanam tanaman. Ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai ruang komunal dapat menjadi jawaban untuk Rumah Susun Kebon Kacang, karena rumah susun ini membutuhkan fungsi keduanya. Untuk meminimalisir lahan terbuka yang terbengkalai pemanfaatan konsep urban farming dapat menjadi solusi, karena lahan tersebut dapat menjadi taman yang aktif untuk berkebun dan dikelola secara berkala. Urban farming merupakan salah satu upaya untuk mengatasi ketahanan pangan penduduk kota khususnya kelas menengah bawah dan mengurangi jejak ekologi pangan. Salah satu teknik urban farming yang mudah dan sering dilakukan adalah teknik vertikultur. Menurut Badan Penelitian Tanaman Sayuran, vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, umumnya pada lahan 1 m 2 hanya memungkinkan untuk menanam 5 batang tanaman, namun dengan menggunkan sistem vertikultur tanaman yang ditanam dapat mencapai 20 batang tanaman. Vertikultur dapat meningkatkan hasil pertanian hingga sepuluh kali lipat bahkan lebih. Veritkultur merupakan pemanfaatan lahan sempit dengan seoptimal mungkin. Ada banyak tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur. Untuk menerapkan konsep urban farming dengan cara vertikultur, maka hal yang harus diketahui adalah tanaman jenis apa yang dapat ditanam di tapak perancangan rumah susun, dalam penilitian ini adalah kompleks Rumah Susun Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Setelah mengetahui jenis tanaman, yang harus diperhatikan adalah letak penanaman tanaman tersebut dilihat dari faktor alam, salah satunya faktor sinar matahari. Selain itu harus diketahui juga luasan lahan tanam yang dibutuhkan sehingga hasil panen dapat terdistribusi keseluruh penghuni rumah susun. Hal ini dikarenakan maksud awal penerapan urban farming pada rumah susun ini 2

3 adalah sebagai ruang komunal yang produktif bagi penghuni rumah susun, yaitu ketahanan pangan. Penelitian ini akan mencoba menjawab hal-hal penting tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan mengambil dan menganalisa data dengan perhitungan angka mengenai luasan lahan budidaya tanaman pada rumah susun yang dibandingkan dengan kebutuhan pangan rumah tangga, serta menentukan zoning lahan tanam yang optimal berdasarkan intensitas cahaya. Variabel yang akan digunakan adalah berupa data-data sekunder dan primer yang kemudia di olah oleh peneliti. Berikut ini data-data yang dimaksud : Data Primer Data primer merupakan data yang didapat langsung oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini merupakan data lokasi proyek perancangan rumah susun. Lokasi tersebut berada di Jalan Kebon Kacang 11, dimana letak Rumah Susun Kebon Kacang yang saat ini tidak layak huni dan akan dilakukan peremajaan. Peneliti akan mengambil data langsung ke lokasi proyek untuk mendapatkan informasi lingkungan sekitar, batasan wilayah, dan kondisi Rumah Susun Kebon Kacang. Selanjutnya data ini akan menjadi bahan analisa dalam penelitian untuk menentukan zoning lahan tanam vertikultur dan luasan lahan tanam yang dibutuhkan. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan atau diperoleh peneliti dari sumber yang telah ada sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini akan mencakup variabel : 1) Syarat Tumbuh Tanaman Pangan Rumah Tangga Pada dasarnya hampir semua jenis tanaman dapat dibudidayakan menggunakan teknik vertikultur, namun tidak semua tanaman dapat tumbuh di iklim Jakarta. Sehingga perlu dicari tahu persyaratan tumbuh tanaman pangan rumah tangga yang dapat ditanam dengan teknik vertikultur, untuk selanjutnya ditinjau dari kondisi iklim Jakarta. Sehingga ditemukan jenis tanaman yang optimal ditanam pada rumah susun di Kebon Kacang. Persyaratan ini juga akan digunakan untuk menganalisa lokasi optimal lahan tumbuh vertikultur di dalam kawasan rumah susun. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur. 2) Intensitas Cahaya Tumbuh kembang tanaman bergantung pada intensitas cahaya, dan tiap tanaman memiliki intensitas cahaya yang berbeda. Sehingga harus diperhatikan perletakan lahan tumbuh vertikultur di dalam kawasan rumah susun agar mendapatkan intensitas cahaya yang sesuai. Dengan menggunakan software SketchUp, dilakukan simulasi pencahayaan pada lokasi proyek agar didapatkan lokasi yang paling optimal untuk penyinaran tanaman. Selanjutnya data tersebut dianalisa dengan persyaratan tumbuh tanaman. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur dan simulasi. 3) Konsumsi Tanaman Pangan Rumah Tangga Jumlah konsumsi tanaman pangan juga menjadi sebuah pertimbangan dalam menentukan luasan lahan tanam vertikultur. Jumlah konsumsi ini akan mempengaruhi berapa luasan yang harus disediakan agar memenuhi kebutuhan pangan seluruh penghuni rumah susun, sehingga semua penghuni dapat merasakan manfaat urban farming yang ingin dicapai. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur. Melalui data ini juga dilakukan pemilihan tiga sampel yang akan ditanam pada kawasan rumah susun ini. Tiga sampel tersebut akan dipilih berdasarkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur. 4) Produksi Panen Tanaman Rumah Tangga Dengan mengetahui rata-rata jumlah produksi panen dari tanaman pangan yang akan dibudidayakan, peneliti dapat mengolahnya bersama jumlah konsumsi tanaman pangan untuk 3

4 mendapatkan luasan yang optimal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur. ANALISA DAN BAHASAN Luasan Lahan Tanam Sebelum menghitung luasan lahan tanam, diperlukan dulu jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang akan ditanam pada lahan tanam, maka perlu diketahui jenis tanaman yang dapat hidup di alam Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik, Jakarta memiliki suhu rata-rata 27,35% dan rata-rata kelembaban sebesar 74,25%. Dengan membandingkan persyaratan tumbuh tanaman pangan rumah tangga dengan kondisi iklim di Jakarta, maka terdapat 11 tanaman yang dapat dibudidayakan di Jakarta. Dari seluruh tanaman tersebut, rata-rata membutuhkan cahaya yang penuh agar dapat tumbuh optimal. Dalam ilmu pertanian, yang dimaksud dengan intensitas cahaya penuh adalah penyinaran 6-8 jam per hari, sedangkan matahari cukup adalah 4-6 jam per hari. Tabel 1. Tanaman Pangan yang Tumbuh di Jakarta No Jenis Tanaman Suhu ( o C) Kelembaban Intensitas Cahaya 1 Cabai Besar jam 2 Cabai Rawit jam 3 Terong jam 4 Mentimun jam 5 Kacang Panjang jam 6 Paprika jam 7 Kangkung jam 8 Bawang Merah jam 9 Kunyit jam 10 Kencur jam 11 Lengkuas jam sumber : berbagai buku pertanian Untuk mendapatkan luasan lahan tanam vertilkultur yang dibutuhkan, variabel yang dipakai adalah : jumlah hasil produksi tanaman, konsumsi tanaman, dan banyaknya penghuni rumah susun. Dari data yang didapatkan peneliti banyaknya unit di Rumah Susun Kebon Kacang yang akan dilakukan peremajaan adalah sebanyak 600 unit dengan penghuni sebanyak orang. Dalam data konsumsi sayuran yang paling umum dikonsumsi rumah tangga, yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian, dari sebelas jenis sayuran di Tabel 1 hanya ada 6 jenis sayuran yang paling umum dikonsumsi rumah tangga. Sayuran tersebut adalah cabai besar, terong, mentimun, kacang panjang, kangkung, dan bawang merah.dapat dilihat detail produksi dan konsumsi sayuran tersebut pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Sayuran Jenis Tanaman Kelompok Tanaman Konsumsi per Kapita / tahun (kg) Hasil Produksi (kg/m 2 /tahun) Cabai Besar Sayuran Buah 1,5 27,2 Terong Sayuran Buah 2,55 35,2 Mentimun Sayuran Buah 1,77 18,4 Kacang Panjang Sayuran Buah 3,4 14,6 Kangkung Sayuran Daun 4,3 10,4 Bawang Merah Sayuran Umbi 2,36 38,4 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012), Latiffah (2012), dan Kementrian Pertanian (2012) Dalam penelitian ini akan diambil 3 sampel tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan di lahan vertikultur Rumah Susun Kebon Kacang. Pemilihan tersebut diambil dari tingkat konsumsi tertinggi dari 4

5 masing-masing kelompok tanaman. Sehingga hasil panen dapat lebih beragam. Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa konsumsi tertinggi dari tiap kelompok tanaman adalah kacang panjang (sayuran buah), kangkung (sayuran daun), dan bawang merah (sayuran umbi). Sehingga akan dihitung luasan lahan tanam yang dibutuhkan untuk menanam ketiga jenis sayuran agar dapat menunjang seluruh penghuni rumah susun. Jenis Tanaman Kebutuhan Penghuni Konsumsi per Kapita (kg) (1) Banyak Penghuni (2) Lahan yang Dibutuhkan Hasil Panen (kg/tahun/m 2 ) (3) Luas Lahan (m 2 ) [(1)x(2)] : (3) Kacang Panjang 3, ,6 413,5 Kangkung 4, ,4 734,4 Bawang Merah 2, ,4 109,5 TOTAL 1.257,4 Letak Lahan Tanam Tabel 3. Perhitungan Luas Lahan Tanam sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Tabel 4. Simulasi Pembayangan Matahari Pembayangan yang terjadi di sisi barat pada kedua sisi masih dalam intensitas yang sama, dimana pembayangan terjadi akibat bayangan masa bangunan yang lebih tinggi dari sisi timur. Pembayangan ini hanya terjadi di bagian tengah bangunan Pembayangan di bulan Maret dan Desember hanya terjadi dibagian timur laut. Namun, di bulan Juni, pembayangan terjadi diseluruh sisi timur tapak akibat dari bayangan gedung tinggi yang berada di seberang Kali Cideng. Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya telah berakhir pada ketiga bulan. Penyinaran Pembayangan mulai berkurang dari jam sebelumnya. Pembayangan di area timur laut 5

6 matahari maksimal mulai berlangsung masih terjadi pada bulan Maret dan Juni. Sedangkan pada bulan Desember sisi Timur mulai mengalami pencahayaan matahati yang maksimal. maksimal di ketiga bulan Pada sisi timur mulai terlihat penyinaran matahari sudah maksimal di ketiga bulan Di sisi timur penyinaran matahari masih terlihat pembayangan yang jatuh di sisi ini Di sisi timur penyinaran matahari masih terlihat pembayangan yang jatuh di sisi ini. 6

7 Pada bulan Maret, sisi timur masih disinari matahari dengan baik. Namun, pada bulan Juni dan Desember, pembayangan mulai terjadi walaupun area yang disinari matahari masih lebih dominan Pembayangan mulai terjadi di sisi Timur di bulan Maret. Pembayangan yang terjadi di bulan Juni dan Desember semakin meluas. Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya mengalami perluasan. Sehingga pada bulan Juni dan Desember seluruh area timur benar-benar mengalami pembayangan penuh

8 Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya mengalami perluasan. Sehingga pada bulan Juni dan Desember seluruh area timur benar-benar mengalami pembayangan penuh, termasuk di bulan Maret. Di sisi barat, tidak terjadi pembayangan, namun penyinaran matahari sudah tidak maksimal karena matahari sudah mulai terbenam. Di ketiga bulan, seluruh area sisi timur mengalami pembayangan penuh. sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Dari hasil sumulasi SketchUp diatas, maka kesimpulannya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Kesimpulan Pembayangan Tapak Waktu Bulan Sisi Timur Sisi Barat Maret Pembayangan Pembayangan Juni Pembayangan Pembayangan Desember Pembayangan Pembayangan Maret Penyinaran Pembayangan Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran Juni Penyinaran Penyinaran Hasil Penyinaran Timur Barat 8

9 Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Pembayangan Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan Maret Penyinaran Pembayangan Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan Maret Penyinaran Pembayangan Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan Maret Pembayangan Pembayangan Juni Pembayangan Pembayangan Desember Pembayangan Pembayangan sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Dari Tabel 5 dapat terlihat bahwa di sisi barat lama penyinaran matahari berlangsung selama 8 jam yaitu dari jam Hal ini telah memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang optimal bagi tanaman-tanaman tertentu yang membutuhkan pencahayaan penuh. Tiga tanaman sampel yang akan dibudidayakan adalah tanaman yang membutuhkan cahaya penuh, yaitu mendapatkan sinar matahari selama 6-8 jam. Sehingga area barat merupakan area optimal bagi pertumbuhan tanaman sampel yang dipilih. Sedangkan di sisi timur lama penyinaran berlangsung selama 4 jam yaitu dari jam Empat jam merupakan persyaratan tumbuh tanam bagi tanaman yang membutuhkan matahari cukup (4-6 jam). Namun tanaman sampel yang digunakan tidak ada yang merupakan tanaman matahari cukup. Sehingga sisi ini bukan area optimal bagi tanaman sampel. Dapat disimpulkan bahwa lahan optimal untuk pertumbuhan tanaman vertikultur dalam penelitian ini berada pada sisi barat tapak. KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan simulasi pada software SketchUp di dapatkan letak lahan tanam yang optimal berdasarkan lama waktu penyinaran matahari. Lama waktu penyinaran dihitung pada titik-titik tertentu dalam tapak dan bangunan, sehingga di dapat titik mana yang optimal untuk tanaman tertentu dilihat dari syarat tumbuh tanaman tersebut. Hasil yang keluar dari analisa ini adalah letak optimal untuk tumbuh tanaman ada pada sisi barat dan timur tapak. Dimana pada sisi barat lama penyinaran mencapai 8 jam mulai pukul Sedangkan pada sisi timur lama penyinaran hanya selama 4 jam mulai pukul Tanaman sampel yang diambil untuk dibudidayakan adalah tanaman yang memerlukan cahaya penuh, sehingga titik optimal pada tapak untuk kehidupan tanaman-tanaman ini adalah pada sisi barat tapak. Pot vertikultur untuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari selama 8 jam juga perlu diperhatikan. Karena penyusunan pot vertikultur adalah disusun secara vertikal, maka ada kemungkinan pot yang berada di barisan bawah terkena bayangan dari pot yang berada diatasnya. Bila ini terjadi maka tanaman tidak lagi mendapatkan sinar matahari selama 8 jam. Oleh karena itu perlu dirancang pot vertikultur yang tetap memperhatikan sinar matahari, walaupun zoning yang dipilih sudah tepat. Luasan Lahan Tanam Menggunakan perhitungan matematis yang melibatkan variabel jumlah produksi masing-masing jenis tanaman per meter persegi, jumlah rata-rata konsumsi, dan banyaknya penghuni, maka didapatkan luasan lahan yang dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan dapur seluruh penghuni. Dari perhitungan tersebut, maka didapatkan luasan tanam seperti pada Tabel 6. 9

10 Tabel 6. Luas Lahan Tanam No Jenis Tanaman Luas Lahan yang Dibutuhkan (m 2 ) 1 Kacang Panjang 413,5 2 Kangkung 734,4 3 Bawang Merah 109,5 JUMLAH 1.257,4 sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Terlihat bahwa lahan yang dibutuhkan adalah 1.257,4 m 2 yang dapat membantu memenuhi kebutuhan dapur seluruh penghuni rumah susun yang berjumlah orang di dalam 600 unit rumah susun. Luasan ini akan disebar ke zona lahan tanam yang telah dianalisis sebelumnya, yang terlihat pada Gambar 2, yaitu sisi barat. Dari luasan tersebut, area tanam dibagi menjadi beberapa blok yang terdiri dari modul-modul pot tanam vertikultur. Setiap blok ditanami jenis tanaman yang sejenis. Pada Gambar 1. terlihat peta persebaran blok pada area tanam. Kangkung 37 Modul Hasil Produksi = 740 kg Kebutuhan = 734,4 kg Kacang Panjang 21 Modul Hasil Produksi = 420 kg Kebutuhan = 413,5 kg Gambar 1. Peta Blok Tanaman Bawang Merah 6 Modul Hasil Produksi = 120 kg Kebutuhan = 109,5 kg MODEL POT VERTIKULTUR kacang panjang kangkung bawang merah Gambar 2. Zoning Lahan Tanam 10

11 REFERENSI Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2010). Jakarta Dalam Angka Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah. Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia, diakses 13 Juli 2013 dari Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah. Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia, diakses 13 Juli 2013 dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2012). Jakarta Dalam Angka Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Latifah, Evy. (2012). Potensi kebun Sayur Keluarga Untuk Pemenuhan Konsumsi dan Gizi Rumah Tangga. Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan & Energy Purwanto. (2012). Pola Ruang Komunal di Rumah Susun Bandarharjo Semarang. DIMENSI, 39 (1), Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2012). Statistik Konsumsi Pangan Tahun Jakarta. Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian. Rasapto, Pujo. (2006). Budaya Sayuran dengan Vertikultur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah RIWAYAT PENULIS Ditya Raras Vidyani lahir di kota Jakarta pada 16 Mei Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Lokasi Proyek Lokasi proyek Rumah Susun dalam penelitian ini adalah lokasi yang sama dengan lokasi Rumah Susun Kebon Kacang saat ini. Lokasi berada di Jalan Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Perancangan dalam arsitektur menurut John Wade dalam Barliana (2012 : 9) adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota yang paling padat penduduknya jika dibandingkan dengan kota lainnya di Indonesia. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-58 Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa Laras Listian Prasetyo

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Lindawati : Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat : 105 halaman ABSTRAK Perkembangan kota Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam perancangan akhir ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka angka, dengan jenis penelitiannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK 8 BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Data Umum Proyek Proyek perancangan Penataan Kampung Kota Berbasis Arsitektur Berbagi Kampung Kota. Yang berorientasikan pada sungai Cikapundung, berlokasi Jln.Taman Hewan

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6. DAFTAR ISI Contents HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi ABSTRAKSI... xii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Kondisi Umum Kelautan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah penduduk yang dilakukan dari Sensus Penduduk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI RUMAH SUSUN Studi Kasus : Rumah Susun Kebon Kacang dan Bendungan Hilir I

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI RUMAH SUSUN Studi Kasus : Rumah Susun Kebon Kacang dan Bendungan Hilir I PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI RUMAH SUSUN Studi Kasus : Kebon Kacang dan Bendungan Hilir I Yosica Mariana Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University Jalan K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang guna mencari tahu kenapa proyek ini dibutuhkan dan seberapa layak proyek ini diadakan, rumusan permasalahan permasalahan yang ada, tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang terkenal dengan gudegnya, masyarakatnya yang ramah, suasana yang damai tentram, nyaman dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat perekonomian Indonesia. Jakarta sebagai ibukota dan pusat perekonomian berperan dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi padat penduduk di Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEBARAN RUMAH SUSUN SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAKARTA. Freddy Masito S. Su Ritohardoyo

KAJIAN PERSEBARAN RUMAH SUSUN SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAKARTA. Freddy Masito S. Su Ritohardoyo KAJIAN PERSEBARAN RUMAH SUSUN SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAKARTA Freddy Masito S. freddy_6223@yahoo.co.id Su Ritohardoyo surito@ugm.ac.id Abstract One of the problems happened in Indonesia is the

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN TEMA ARSITEKTUR TROPIS

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN TEMA ARSITEKTUR TROPIS PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN TEMA ARSITEKTUR TROPIS Sulastri, Yaddi Sumitra, Ida Syuryanti Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Jl. Sumatra, Ulak Karang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP RAMAH ANAK PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA

PENERAPAN KONSEP RAMAH ANAK PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA Penerapan Konsep Ramah Anak pada Rumah Susun Sederhana Reza Adji Rinaldi., Lily Mauliani, Finta Lissimia PENERAPAN KONSEP RAMAH ANAK PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA Reza Adji Rinaldi, Lily Mauliani, Finta Lissimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar (basic human

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 38 BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar perancangan kampus sekolah seni rupa dan desain Indonesia yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Telkom. 5.1 Konsep Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan BAB I PENDAHULUAN Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan 1.1 Pemahaman Judul Apartemen Apartemen adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO Ahmad Agus.W, Nurkayati, Ico Silvia.S, Ardiansyah dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA Anis Yuniarta, Winny Astuti, Galing Yudana Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA Anis Yuniarta, Winny Astuti, Galing Yudana Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota

Lebih terperinci

APARTEMEN DAN PERKANTORAN DENGAN PENDEKATAN TERHADAP EKONOMI BERKELANJUTAN DI JAKARTA BARAT

APARTEMEN DAN PERKANTORAN DENGAN PENDEKATAN TERHADAP EKONOMI BERKELANJUTAN DI JAKARTA BARAT APARTEMEN DAN PERKANTORAN DENGAN PENDEKATAN TERHADAP EKONOMI BERKELANJUTAN DI JAKARTA BARAT Olivia Jon, Nina Nurdiani, Widya Katarina Jurusan Arsitektur Binus University, Jl. K.H. Syahdan no.9 Palmerah,

Lebih terperinci

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi adalah penyangga ibukota Republik Indonesia, DKI Jakarta. Terletak di sebelah timur DKI Jakarta, dengan letak astronomis 106 55 bujur timur dan 6 7-6 15

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

BAB V PENYUSUNAN KONSEP BAB V PENYUSUNAN KONSEP 5.1. MATRIKS ANALISA SWOT ( Tabel 5.1) Opportunity - PLPBK yang menjadikan permukiman pinggiran sungai menjadi lebih tertata berbasis komunitas - Akses dari jalan Kleringan depan

Lebih terperinci

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang `BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen

Lebih terperinci

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan secara fisik, soasial, ekonomi, dan aktivitas di dalamnya. Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 82-87 PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN

Lebih terperinci

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan pada laporan ini merupakan hasil keseluruhan terhadap tahap perencanaan dan perancangan, dari hasil analisa pada bab 4 bahwa daerah Tanjung Sanyang ini merupakan

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan 1.1.1 Perkembangan Hunian di Amerika Harga hunian di Amerika mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Pada grafik tersebut terjadi peningkatan

Lebih terperinci

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun seiring berjalannya waktu penyempitan lahan pertanian

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar selain pangan dan sandang. Setiap manusia sangat membutuhkan tempat tinggal sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Jakarta semakin meningkat. Seiring dengan berjalannya pembangunan, terjadi pula pengurangan lahan

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud BAB III METODE PENELITIAN Tedapat dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud gejala yang di amati dan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Koordinatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN 5.1. Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar Berdasarkan review yang diajukan oleh peserta seminar, terdapat pertanyaan yang paling mendasar mengenai

Lebih terperinci