MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN
|
|
- Deddy Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PELATIHAN SURVEILAN KEAMANAN PANGAN MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Roy. A. Sparringa dan Winiati P. Rahayu
2 Agenda Presentasi Latar belakang perlunya mekanisme protap Mekanisme dan Protap Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Keracunan Pangan Diskusi
3 Masalah utama penyelidikan KLB Keracunan Pangan di Indonesia Manajemen buruk Instansi A Instansi B 1. Ketidakjelasan mekanisme penyelidikan dan pelaporan KLB keracunan pangan 2. Kesalahan penanganan sampel 3. Koordinasi antar lembaga yang menangani penyelidikan KLB Keracunan pangan rendah 4. Keterbatasan sumberdaya 5. Keterbatasan kapasitas SDM dan fasilitas laboratorium 6. Keterbatasan dalam akses ke laboratorium rujukan
4 SOLUSI UNTUK MEMPERBAIKI MANAJEMEN? 1. Memperjelas mekanisme investigasi 2. Membuat protap (SOP) dengan instruksi spesifik untuk lembaga terkait 3. Memperkuat koordinasi antar lembaga 4. Menyusun Program Nasional mengenai surveilan KLB Keracunan Pangan 5. Mengembangkan kapasitas SDM 6. Mengembangkan kapasitas dan fasilitas laboratorium 7. Mengembangkan jejaring laboratorium rujukan untuk penyakit akibat pangan di Indonesia
5 Protap? Surat Edaran Menkes Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK. 00.SJ.SE.D.0147 tanggal 29 Januari 1999 mengenai Prosedur Tetap (protap) Penanggulangan Terpadu KLB Keracunan Makanan
6 Protap? Surat Edaran Menkes - Bukan protap - Mekanisme tetapi pelaksanaannya sudah tidak relevan dengan Otonomi daerah - Perlu mekanisme baru Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK. 00.SJ.SE.D.0147 Prosedur Tetap (protap) Penanggulangan Terpadu KLB Keracunan Makanan
7 Penyiapan Mekanisme Badan POM bersama narasumber (Ditjen PP&PL) dan IPB menyiapkan Mekanisme Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Keracunan Pangan (2003) dan diujicobakan di daerah Jakarta (2003), Bekasi dan Tangerang ( ), beberapa kabupaten/kota di lima provinsi (2004), 15 provinsi (2005) dan seluruh provinsi (2006)
8 TIM PERUMUS PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB Dr. Roy Sparringa, Prof. Dr. Winiati P. Rahayu, Ms dr. Erfandi, FETP drh. A.A. Nyoman Merta Negara, Dra. Setia Murni S Ir. Dedi Darusman, Yanti Ratnasari, SP Ruki Fanaike, STP Nugroho Indrotristanto, STP Rina Puspitasari, STP Novian Damayanti, STP
9 2003 Periode Uji Coba dan Sosialisasi Pilot Project di DKI Jakarta (2003) Tangerang dan Bekasi ( ) Sosialisasi di Sumut, Sulsel, Jateng, Bali, dan Kaltim ( ) Sosialisasi di seluruh provinsi kecuali NTT, Sultra, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung (2005). Seluruh provinsi (2006). 2006
10 !!? Siapa yang bertanggungjawab terhadap penyelidikan dan penanggulangan KLB Keracunan Pangan? Pada era otonomi yang bertanggungjawab adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tetapi
11 Apa Peranan Balai Besar/Balai POM? 1. Membantu Dinas Kabupaten/Kota dalam penyelidikan KLB Keracunan Pangan (Skenario 1). 2. Menjadi sentra rujukan laboratorium pangan untuk menentukan penyebab keracunan pangan 3. Melakukan pembinaan dan bantuan teknis yang berhubungan dengan program keamanan pangan 4. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait pada setiap tahap penyelidikan dan penanggulangan KLB 5. Pro aktif dalam mengumpulkan informasi KLB yang ditangani langsung oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan melaporkan kepada Badan POM 6. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB bersama instansi terkait (Skenario 2), jika: a. KLB tidak dapat ditangani oleh Dinkes Kab./Kota b. KLB lintas kabupaten/kota atau ada indikasi menimbulkan masalah keamanan pangan di provinsi.
12 Apa Peranan Dinas Kesehatan Provinsi? 1. Melaksanakan manajemen terpadu penanganan KLB keracunan pangan serta faktor-faktor risiko penyakit akibat pangan yang meliputi bimbingan, pengawasan dan perencanaan penanggulangan keracunan pangan, pendidikan dan latihan, sistem informasi kajian/survei khusus, serta laboratorium rujukan 2. Sebagai leading sector dalam investigasi dan penanggulangan KLB dengan dukung beberapa instansi terkait (Skenario 2), jika: a. KLB tidak dapat ditangani oleh Dinkes Kabupaten/Kota b. KLB lintas kabupaten/kota atau ada indikasi menimbulkan masalah keamanan pangan di provinsi.
13 PENJELASAN MEKANISME Mekanisme PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN
14 Bagaimana memahami mekanisme? Mekanisme
15 Bagaimana memahami dan menerapkan mekanisme? 1. Perhatikan diagram alir KLB Keracunan Pangan mulai dari sebuah informasi diterima hingga laporan akhir. 2. Perhatikan setiap tahap diagram alir dan langkah apa yang harus dilakukan. 3. Perhatikan siapa yang bertanggungjawab dalam setiap langkah. 4. Perhatikan ada tiga skenario dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB Keracunan Pangan 5. Selalu proaktif dan menggalang kerjasama dengan stakeholder
16 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Penyelidikan lapangan Analisis dan interpretasi data Pengambilan sampel Laporan sementara Analisis bahaya Laporan akhir Uji laboratorium Hasil uji
17 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Persiapan penyelidikan Skenario 2 Penyelidikan lapangan Skenario 2 atau 3 Analisis dan interpretasi data Mekanisme Skenario 1 Laporan sementara Laporan akhir Pengambilan sampel Skenario 3 Analisis bahaya Uji laboratorium Hasil uji
18 PENJELASAN PROSEDUR TETAP SOP Standard Operating Procedure PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN
19 Bagaimana memahami protap?
20 Bagaimana memahami protap? 1. Kuasai dasar epidemiologi 2. Perhatikan diagram alir KLB Keracunan Pangan mulai dari sebuah informasi diterima hingga laporan akhir. 3. Perhatikan setiap tahap diagram alir dan langkah apa yang harus dilakukan. 4. Gunakan logika Saudara dalam menangani penyelidikan KLB setiap tahapan. 5. Baca dan pahami SOP untuk memudahkan langkah Saudara. Jangan menghafal! 6. Gunakan formulir, referensi dan bahan yang dibutuhkan untuk penyelidikan 6. Lakukan latihan! 7. Praktekkan!
21 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Penyelidikan lapangan Analisis dan interpretasi data Pengambilan sampel Laporan sementara Analisis bahaya Laporan akhir Uji laboratorium Hasil uji
22 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal Bagian tak terpisahkan KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Laporan akhir Penyelidikan lapangan Analisis dan interpretasi data Pengambilan sampel Laporan sementara Analisis bahaya Laporan akhir Uji laboratorium Hasil uji
23 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya KLB? Penyelidikan awal, Stop penanggulangan Ya korban, pengamanan Berita keracunan Bisa ditangani? diterima oleh petugas UPK sampel pangan, buat Skenario 2 laporan awal atau 3 Persiapan Isipenyelidikan Formulir 1 (Hasil Konfirmasi berita Penyelidikan keracunan) lapangan Analisis dan interpretasi data Beritahukan berita keracunan pangan secara lisan kepada Dinas KesehatanPengambilan Kabupaten/Kota sampel dan Balai POM Laporan sementara Analisis bahaya LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI Hasil uji
24 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Stop Ya Bisa ditangani? Buat surat perintah Skenario melaksanakan 2 penyelidikan awal atau (F-KLBKP 3 2). Datangi Persiapan korban/tempat penyelidikan kejadian/rs Tangani korban (PROTAP 3). Amankan Penyelidikan sampel lapangan pangan dan buat berita acara pengamanan sampel pangan (F-KLBKP 3). Analisis dan interpretasi data Wawancarai korban dan pihak terkait (F- KLBKP 5). Pengambilan sampel Buat laporan W1 (F-KLBKP 6 atau F-KLBKP 7) Laporan sementara Hasil uji Analisis bahaya LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI
25 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Persiapan penyelidikan Laporan sementara Stop Identifikasi jenis sampel pangan. Amankan Skenario sampel. 2 Label sampel atau 3pangan (F-KLBKP 4). Buat berita acara pengamanan sampel pangan (F-KLBKP 3). Masukan sampel pangan ke dalam boks pendingin. Pengambilan Bawa sampel ke tempat penyimpanan sampel (Puskesmas atau RS) lalu simpan di lemari Hasil uji Penyelidikan lapangan Analisis dan interpretasi data pendingin Analisis atau bahaya kirim langsung ke LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI laboratorium jika memungkinkan
26 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Buat surat pengantar laporan Penyelidikan awal lapangan keracunan pangan (F-KLBKP 8) dan lampirkan berita acara pengamanan sampel (F-KLBKP 3), ringkasan berita keracunan Analisis dan pangan interpretasi (F-KLBKP data5), dan laporan W 1 Puskesmas (F-KLBKP 5) atau laporan W 1 RS (F-KLBKP 6). Kirimkan surat dan lampirannya Pengambilan ke Ka sampel Dinkes Kab./Kota Uji laboratorium dan Ka Balai POM. Selanjutnya, Dinkes Kab/Kota mengirimkan ke Ka Laporan sementara Dinkes Provinsi dan Ditjen PPPL Depkes. Selanjutnya Balai POM Hasil uji mengirimkan ke Badan POM RI. Analisis bahaya LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI
27 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Penyelidikan lapangan Lakukan analisis laporan awal keracunan pangan dari UPK. Tetapkan status keracunan pangan apakah termasuk KLB. Analisis dan interpretasi data KLB keracunan pangan = kejadian Pengambilan dimana sampel terdapat dua orang atau lebih yang menderita Laporan sakit sementara dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, Hasil uji pangan tersebut terbukti sebagai sumber Analisis penularan bahaya(protap 7) LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI
28 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Jika KLB Keracunan Penyelidikan Pangan lapangan dapat ditangani oleh Dinas Kesehatan Analisis Kabupaten/Kota, dan interpretasi datamaka mengikuti Skenario 1. Jika tidak, maka mengikuti Skenario Pengambilan 2 atau 3* sampel * Perbedaan Skenario Laporan 1, 2 dan sementara 3 hanya pada pelaksana investigasi Hasil uji dan pengiriman pelaporannya. Tim Penyelidikan KLB Provinsi / Analisis bahaya Pusatjugadapatturunjikadianggapperlu(lintas batas/strategis). LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI
29 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Susun Tim Penyelidikan Lapangan* Penyelidikan lapangan Kaji Laporan awal dan tentukan metode penyelidikan (cohort atau case control study) Buat proposal (F-KLBKP 9) berdasarkan Analisis danf-klbkp interpretasi 3, F-KLBKP data 5, F-KLBKP 6atauF- KLBKP 7. Buat surat perintah melaksanakan penyelidikan Pengambilan lapangan sampel (F-KLBKP 10). Siapkan formulir-formulir untuk penyelidikan lapangan (F-KLBKP 11 sampai F-KLBKP 26). Laporan sementara Hubungi laboratorium yang dirujuk untuk persiapan analisis sampel. Hasil uji Siapkan program penyelidikan lapangan (PROTAP Analisis 10). bahaya LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI * Sebaiknya Tim penyelidikan lapangan sudah dibentuk sebelum KLB
30 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Keracunan Konfirmasi Balai POM Lab lainnnya Penyelidikan awal, penanggulangan korban, pengamanan sampel pangan, buat laporan awal KLB? Ya Bisa ditangani? Stop Skenario 2 atau 3 Persiapan penyelidikan Penyelidikan lapangan Datangi korban dan pihak Analisis terkait dan interpretasi perlihatkan data surat perintah (F-KLBKP 10). Lakukan wawancara dengan korban atau petugas kesehatan (F-KLBKP 11). Lakukan pemeriksaan sarana dan Pengambilan proses pengolahan sampel pangan (F-KLBKP 12). Buat daftar orang yang mengkonsumsi tapi tidak sakit (F-KLBKP 14). Segera lakukan analisis Laporan dansementara interpretasi data (PROTAP 11). Hasil uji Ambil dan kemas sampel pangan yang telah diamankan di UPK dan kirimkan ke laboratorium (PROTAP 12). PengirimanAnalisis sampelbahaya ke laboratorium harus segera tanpa harus menunggu hasil analisis dan interpretasi. LaporanDeputi akhiriii-badan POM RI
31 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Persiapan penyelidikan Penyelidikan lapangan Analisis dan interpretasi data Kompilasi data gejala (F-KLBKP 11) ke dalam formulir ringkasan sejarah kasus (F- KLBKP 13) dan daftar pangan yang dikonsumsi orang sakit (F-KLBKP 15). Tentukan sampel pangan yang dicurigai untuk diuji di laboratorium (F-KLBKP 16 jika studi cohort atau F-KLBKP 17 jika studi case control) Pemilihan sampel dan parameter uji tidak harus menunggu analisis dan interpretasi data. Gunakan Referensi untuk menentukan pangan dan uji berdasarkan kajian risiko, misalnya gejala umum, gejala spesifik, faktor risiko, prevalensi, jalur transmisi yang umum serta pangan yang banyak dilaporkan sebagai penyebab KLB (Lampiran 2, Tabel 1, 2, 3, 4 dan 5). Buat kurva epidemi (F-KLBKP 18) Buat diagnosis etiologi berdasarkan kurva epidemi KLB dengan masa inkubasi terpendek (F-KLBKP 19) atau kurva epidemi periode KLB (F-KLBKP 20). Tentukan uji laboratorium yang diminta (F-KLBKP 22 dan atau F-KLBKP 23). Buat distribusi kasus (korban) menurut umur (F-KLBKP 24), jenis kelamin (F-KLBKP 25), dan tempat kejadian (F-KLBKP 26)
32 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Analisis dan interpretasi data Pengambilan sampel Uji laboratorium PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL (PROTAP 12) Pilih sampel pangan yang dicurigai (F-KLBKP 16 yang mempunyai RR tinggi atau F- KLBKP 17 yang mempunyai OR tinggi) dan tentukan jenis uji laboratorium yang diminta pada F-KLBKP 22 dan atau F-KLBKP 23 berdasarkan F-KLBKP 19 atau F- KLBKP 20. PERHATIKAN: Dengan pertimbangan waktu, jenis sampel/spesimen dan parameter uji tidak harus menunggu analisis dan interpretasi data. Gunakan Referensi untuk menentukan pangan dan uji berdasarkan kajian risiko, misalnya gejala umum, gejala spesifik, faktor risiko, prevalensi, jalur transmisi yang umum serta pangan yang banyak dilaporkan sebagai penyebab KLB (Lampiran 2, Tabel 1, 2, 3, 4 dan 5). Ambil, kemas, label (F-KLBKP 4), dan kirimkan segera sampel pangan ke laboratorium rujukan (PROTAP 12) yang disertai surat pengantar pengujian sampel (F-KLBKP 21) dan jenis uji yang diminta (F-KLBKP 22 dan atau F-KLBKP 23).
33 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Penyelidikan lapangan Analisis dan interpretasi data Laporan sementara Pengambilan sampel Uji laboratorium Buat laporan sementara (F-KLBKP 28) dan lampirkan formulirformulir yang digunakan sebagai sumber informasi pada laporan sementara. Buat surat pengantar (F-KLBKP 27) dan kirim laporan sementara beserta lampirannya (formulir yang terkait) kepada Bupati/Walikota dengan tembusan ke Dinkes Provinsi, Ditjen PPMPL Depkes, Kepala Balai POM. Balai POM mengirimkan kepada Badan POM RI.
34 PUSKESMAS DINKES KAB/KOTA LABORATORIUM Analisis dan interpretasi data Pengambilan sampel Laporan sementara Analisis bahaya Laporan akhir Uji laboratorium Hasil uji Buat analisis bahaya setelah hasil uji laboratorium telah mengkonfirmasi penyebab keracunan pangan (F-KLBKP 29). Tidak perlu dilakukan apabila tidak terkonfirmasi. Buat laporan akhir (F-KLBKP 31) dan lampirkan formulir-formulir yang digunakan sebagai sumber informasi pada laporan akhir Buat surat pengantar (F-KLBKP 30) dan kirim laporan akhir (F-KLBKP 31) beserta lampirannya (formulir terkait) kepada Bupati/Walikota dengan tembusan ke Dinkes Provinsi, Ditjen PPMPL-Depkes, Kepala Balai POM. Balai POM mengirimkan kepada Badan POM RI.
35 Apa yang harus disiapkan oleh petugas Balai Besar / Balai POM dalam menangani KLB Keracunan Pangan?? 1. Kuasai epidemiologi dasar dan prinsip analisis risiko 2. Perkuat kemampuan laboratorium 3. Pahami mekanisme dan potap KLB, perhatikan skenario 1, 2 dan 3, karena Badan POM RI terlibat di seluruh skenario. 4. Perhatikan mekanisme penyelidikan dan penanggulangan KLB Keracunan Pangan di tingkat Balai Besar/Balai POM RI. 5. Tangani KLB secara profesional dengan pendekatan analisis risiko. 6. Selalu proaktif dalam mengumpulkan informasi KLB, walaupun KLB sedang ditangani oleh Dinkes Kabupaten /Kota 7. Tingkatkan kerjasama / koordinasi stakeholder internal maupun eksternal.
36 Program Badan POM RI dalam surveilan KLB Keracunan Pangan Menyusun Program Nasional Surveilan KLB Keracunan Pangan bersama Ditjen PP dan PL. Mengujicobakan mekanisme dan SOP KLB Keracunan Pangan. Mengembangkan kapasitas laboratorium dan SDM. Mengembangkan laboratorium rujukan Memperkuat jejaring intelijen di pusat dan daerah untuk program keamanan pangan
37 Keterangan lebih Lanjut? TERIMA KASIH DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN, BADAN POM RI Jl. Percetakan Negara 23, Jakarta Pusat Phone: , , , Fax Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia
MANAJEMEN INVESTIGASI DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN DI DAERAH
MANAJEMEN INVESTIGASI DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN DI DAERAH BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Oleh: Roy Sparringa
Lebih terperinciKLB KERACUNAN PANGAN
STRATEGI PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Roy Sparringa dan Winiati P. Rahayu Agenda presentasi
Lebih terperinciOVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN
OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah
Lebih terperinciKASUS PENYAKIT AKIBAT PANGAN DAN SISTEM PELAPORANNYA DI INDONESIA
KASUS PENYAKIT AKIBAT PANGAN DAN SISTEM PELAPORANNYA DI INDONESIA Oleh SITI NUROSIYAH F24101015 2005 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KASUS PENYAKIT AKIBAT PANGAN DAN SISTEM
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI SURVEILAN KEAMANAN PANGAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI SURVEILAN KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Winiati P. Rahayu dan Roy A. Sparringa AGENDA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA
Lebih terperinciPELABELAN DAN IKLAN PANGAN
PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label
Lebih terperinciLAPORAN LOKAKARYA SURVEILAN KLB KERACUNAN PANGAN [REPORT OF THE WORKSHOP ON FOODBORNE DISEASE OUTBREAK SURVEILLANCE] EXECUTIVE SUMMARY
WHO LAPORAN LOKAKARYA SURVEILAN KLB KERACUNAN PANGAN [REPORT OF THE WORKSHOP ON FOODBORNE DISEASE OUTBREAK SURVEILLANCE] EXECUTIVE SUMMARY Workshop on Foodborne Disease Outbreak Surveillance was held in
Lebih terperinciFORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN
17 Formulir 1 FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Nama pelapor No Telp. Alamat :... :........ :... Melaporkan pada hari...tanggal...jam... (korban pertama sakit) terdapat kejadian
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Profil Puskemas Lokasi puskesmas yang menjadi bahan penelitian berada di Kabupaten Bogor dan tersebar di kecamatan yang berbeda-beda, yaitu Kecamatan Pamijahan, Leuwiliang,
Lebih terperinciPENANGANAN SAMPEL KLB KERACUNAN PANGAN
PENANGANAN SAMPEL KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Winiati P. Rahayu, Roy A. Sparringa dan C.C. Nurwitri
Lebih terperinciPERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN
PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 97 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS MAKANAN SIAP SAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)
CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA TUJUAN KHUSUS Memberikan
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1
PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 RUMAH SAKIT PERLU DOTS? Selama ini strategi DOTS hanya ada di semua puskesmas. Kasus TBC DI RS Banyak, SETIDAKNYA 10 BESAR penyakit, TETAPI tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan
Lebih terperinciPRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI
PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman
Lebih terperinciKLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan
Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit & Program Penanggulangan KLB Penyakit Sistem Pelaporan Sholah Imari, Dr. MSc Endah Kusumawardani, Dr. MEpid Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan 2013 Identifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBuletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017
Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN
KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1991 (KESEHATAN. Wabah. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447) PERATURAN
Lebih terperinciMeningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis
Nawa Cita Inpres Nomor 6 Tahun 2016 Nomor 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Nomor 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional Nomor 7: Mewujudkan kemandirian
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK
CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciMotto: SAFE FOOD FOR ALL
Motto: SAFE FOOD FOR ALL Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi III-Badan POM RI@2015 Direktur Surveilan dan Penyuluhan KP Dra. Mauizzati Purba, Apt., M.Kes Kasubdit Surveilan dan Penanggulangan
Lebih terperinciSurveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes
Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes Pengertian Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting,
Lebih terperincimasyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,
Lebih terperinciPedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor
Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans
Lebih terperinciDit Was Distribusi PT dan PKRT
ASEAN Industri Farmasi Tenaga Kesehatan/ Rumah sakit/ Asosiasi Profesi Biro Hukmas BB/BPOM DITLAI Obat &PB/Dit Standar Dit Was Distribusi PT dan PKRT Tim Pengkaji ESO POM-04.01.CFM.01 Tindak Lanjut Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan
Lebih terperinciJEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA
JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA WIHARDI TRIMAN, dr.,mqih MT-TB Jakarta HP : 0812 660 9475 Email : wihardi_t@yahoo.com LATAR BELAKANG Thn.1995, P2TB mengadopsi Strategi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di berbagai negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World Malaria Report 2005
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional, untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting, dimana gizi
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
No.51, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Uji Mutu Obat. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI MUTU OBAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan perubahan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
No.1167, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Uji Mutu Obat. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI MUTU
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA LISENSI KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Lebih terperinciLAYANAN INFORMASI PUBLIK
Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK 1 Gambaran Umum Kebijakan Pelayanan Informasi Publik di Badan POM 2 Gambaran Umum Pelaksanaan Pelayanan Informasi Publik 3 Rincian Pelayanan Informasi Publik di
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA PRODUKSI PANGAN OLAHAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi
Lebih terperinciPENGANTAR INVESTIGASI KLB KERACUNAN PANGAN
PENGANTAR INVESTIGASI KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Roy Sparringa dan Winiati P. Rahayu Agenda Presentasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penanggulangan
Lebih terperinciANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG KEBIJAKAN DALAM PERMENKES 21/2013 2030 ENDING AIDS Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru Menurunkan hingga meniadakan kematian
Lebih terperinciKEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008
KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008 PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan BUKAN KARENA PROSES INFEKSI yang mempunyai FAKTOR RISIKO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.
BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA Disampaikan Dalam Rangka FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Kebijakan dan Implementasi Pembentukan Lembaga Lain Di Daerah KEMENTERIAN PERTANIAN Bangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya Tuberkulosis terjadi pada paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
Lebih terperinciPP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN. Ditjen PP dan PL
PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN Ditjen PP dan PL Kerangka Pikir Pengelolaan PP dan PL Upaya Kes Pusat PP & PL dalam UU 36/2009 ttg Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular -SE -PFR
Lebih terperinci2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X
26/03/08 No. 1 2 3 4 5 6 URAIAN TUGAS PROGRAM TBC UNTUK PETUGAS KABUPATEN/KOTA URAIAN TUGAS Ka Din Kes Ka Sie P2M Wasor TBC GFK Lab Kes Da Ka Sie PKM MEMBUAT RENCANA KEGIATAN: 1.1. Pengembangan unit pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU MENTERI KESEHATAN
Lebih terperinciBab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam
Lebih terperinciHASIL DISKUSI KELOMPOK RKD TBC PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
HASIL DISKUSI KELOMPOK RKD TBC PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA Isu TBC &Target Pencapaian Tahun 2018-2019 Angka Penemuan Kasus (Missing Case) Angka Kepatuhan Minum Obat Case Detection Rate (CDR) >70% Success
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. b. c. 1. 2. 3. bahwa pendaftaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deman Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat gigitan nyamuk
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.
No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi
Lebih terperinciManajemen Komunikasi Pengendalian Penyakit. dwi cipto b
Manajemen Komunikasi Pengendalian Penyakit dwi cipto b Fakultas Peternakan 2010 Dalam situasi wabah penyakit hewan menular, Peran Informasi dan Komunikasi sangat penting Prinsip2 : Membangun kepercayaan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD
KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah
Lebih terperinciAlamat: Jl. Prof. Dr. R. Soeharso No. 28 Surakarta Telp. & Fax / web. Bbkpmska.
Alamat: Jl. Prof. Dr. R. Soeharso No. 28 Surakarta Telp. & Fax. 0271-713055/720002 E-mail: bbkpm_surakarta@yahoo.co.id; web. Bbkpmska.com TUJUAN KOORDINASI BKPM: TUJUAN UMUM: MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN
Lebih terperinciPERAN LSM/KOMUNITAS DALAM KOLABORASI TB-HIV
PERAN LSM/KOMUNITAS DALAM KOLABORASI TB-HIV Direktorat PPML Kementrian Kesehatan RI Forum Nasional VI Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Padang, 26 Agustus 2015 Kita tidak bisa melawan AIDS kecuali
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat
Lebih terperinciNOTULEN RAPAT PENYUSUNAN REGULASI KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016
NOTULEN RAPAT PENYUSUNAN REGULASI KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 a. Hari/Tanggal : Selasa/29 Maret 2016 b. Jam : 09.00 selesai c. Tempat : Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah Unit Hotel KESAMBI HIJAU Jl. Kesambi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebaranya semakin
Lebih terperinciBALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP
BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP 024 7612324 email : likpomsm@yahoo.com AGENDA 1. Pendahuluan 2. Sistem Keamanan Pangan Terpadu dan JKPN 3. Jejaring Keamanan Pangan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21
BULLETIN KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Subdit Kejadian Luar Biasa Direktorat Imunisasi dan Karantina, Ditjen PP dan PL Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 156 Telp. (21)42665974, Fax. (21)4282669 e-mail:
Lebih terperinciI. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang
Lebih terperinciDeputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI. PKPA Tahun 2017
Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI PKPA Tahun 2017 VISI DAN MISI Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa. 1. Meningkatkan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan wabah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang melaksanakan
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH
RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN
KEBIJAKAN INDONESIA SEHAT 2010 PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 1 Regulasi Undang-Undang
Lebih terperinciKegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2
Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Lebih terperinciA. Formulir Pelacakan Kasus AFP
Format 7.1 FP1 A. Formulir Pelacakan Kasus AFP Kabupaten/kota: Propinsi: Nomor EPID: Laporan dari : 1. RS:... Tanggal laporan diterima: I. Identitas Penderita 3. Dokter praktek : 2. Puskesmas:... 4. Lainnya
Lebih terperinciEvaluasi pelatihan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
Evaluasi pelatihan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota Tujuan evaluasi Untuk mengetahui bagaimana pencapaian tujuan pelatihan Untuk mengetahui apakah metoda dan pentahapan pelatihan sesuai dengan harapan
Lebih terperinciDiskusi Panel. Disampaikan oleh : Ir. Harmensyah., Dipl, SE, MM Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BNPB. Bali, 21 Februari 2018
Diskusi Panel Disampaikan oleh : Ir. Harmensyah., Dipl, SE, MM Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BNPB Bali, 21 Februari 2018 1 Sendai Framework for DRR 2015-2030 STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK
CARA PRODUKSI PANGAN SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Persyaratan Karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan
Lebih terperinciMekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017
Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Virus campak menular melalui udara ketika penderita batuk atau
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016
RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bogor terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta dengan luas sekitar 3,440.71 km 2. Secara geografis
Lebih terperinciPRINSIP ANALISIS RISIKO
PRINSIP ANALISIS RISIKO BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Roy A. Sparringa dan WIniati P. Rahayu Agenda presentasi Pengantar
Lebih terperinci