PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA"

Transkripsi

1

2 PEDOMAN PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DIREKTORAT JENDERAL PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 213

3 KATA PENGANTAR Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menjadi ancaman di daerah tropis dan subtropics yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi, pada tahun 212 terdapat dua kejadian KLB malaria yaitu di Provinsi Sumatera Utara dengan 57 kasus dan di Provinsi Yogyakarta dengan 85 kasus. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan lingkungan, tingginya mobilisasi penduduk dan kewaspadaan yang belum optimal. Untuk itu diperlukan surveilans yang baik agar KLB dapat di deteksi dini dan ditanggulangi dengan cepat. Program Pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah bersama mitra kerja pembangunan dan masyarakat. Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi dari satu pulau ke pulau yang lain sampai seluruh wilayah Indonesia pada tahun 23. Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap pemberantasan, pre-eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan. Masing-masing tahapan mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda sesuai Permenkes No. 293 tahun 29. Kegiatan surveilans pun disesuaikan berdasarkan tahapan eliminasi tersebut, dan surveilans merupakan hal yang sangat penting untuk ditingkatkan dalam pencapaian eliminasi karena salah satu syarat eliminasi adalah adanya surveilans yang baik. Dalam rangka peningkatan surveilans malaria tersebut, maka disusunlah buku pedoman. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam pelaksanaan pengendalian malaria. Jakarta, Juli 213 Direktur PPBB Dr.Andi Muhadir, MPH NIP

4 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunianya buku Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria ini dapat diselesaikan. Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun nasional. Hal ini tercantum dalam target 6c MDGs (Millenium Development Goals) dan RPJMN serta Renstra Kemenkes. Annual Parasite Incidens (API) Indonesia mengalami penurunan yaitu 3.62 / pada tahun 2 menjadi 1.69 / pada tahun 212. Kabupaten/Kota yang API nya sudah dibawah 1 per 1 penduduk pada tahun 212 adalah 68%. Dan ditargetkan bahwa pada tahun 23 Indonesia dapat mencapai eliminasi malaria. Upaya untuk percepatan pencapaian eliminasi malaria dilakukan melalui kegiatan diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans, pengendalian vector, peningkatan peran serta masyarakat dan kemitraan. Salah satu komponen penting dalam pengendalian malaria adalah tersedianya data yang valid tentang perencanaan, monitoring dan evaluasi serta respon dan tindakan terhadap peningkatan kasus yang mengarah kepada Kejadian Luar Biasa (KLB). Ini dapat diperoleh melalui penyelenggaraan surveilans terpadu. Buku pedoman ini merupakan acuan teknis bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan pengendalian malaria khususnya pelaksana surveilans malaria. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi diterbitkannya buku pedoman ini, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Juli 213 Direktur Jenderal PP dan PL Prof.dr.Tjandra Yoga Aditama 3

5 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 5 A. Latar Belakang... 5 B. Pengertian... 7 II. TUJUAN Tujuan Umum : Tujuan Khusus : III. DASAR HUKUM IV. RUANG LINGKUP V. KEBIJAKAN TEKNIS VI. STRATEGI VII. PENGORGANISASIAN VIII. TEKNIS OPERASIONAL PENYELENGGARAAN SURVEILANS A. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Pada Tahap Pemberantasan... 2 B. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Di Daerah Pada Tahap Pre-Eliminasi, Eliminasi Dan Pemeliharaan IX. POKOK-POKOK KEGIATAN PENGUATAN KINERJA SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA X. PERAN XI. INDIKATOR KINERJA LAMPIRAN TIM PENYUSUN

6 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Sampai tahun % dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia termasuk wilayah endemis malaria. Sampai akhir tahun 211 terdapat 16 negara endemis malaria di seluruh dunia,sementara itu pada tahun 21 jumlah penderita mencapai 216 juta orang dan 665. penderita diantaranya meninggal, terutama anak-anak berumur kurang dari lima tahun (86%). ( Selama tahun , kejadian malaria di seluruh Indonesia cenderung menurun, yaitu 4,1 kasus per 1 penduduk pada tahun 25 menjadi 1,75 kasus per 1 penduduk pada tahun 211. Jumlah pemeriksaan sediaan darah dengan uji diagnosis malaria meningkat, dari 47% ( pemeriksaan sediaan darah dari penderita klinis) pada tahun 25, menjadi 63 % ( pemeriksaan sediaan darah dari penderita klinis) pada tahun 211. Walaupun demikian selama tahun 211 masih sering tejadi KLB malaria di 9 kabupaten/kota dari 7 Provinsi dengan penderita mencapai kasus dengan 14 kasus diantaranya meninggal ( CFR= 1,22 % ) (Subdit Malaria, 211) B. Program Pengendalian Malaria Program pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 23. Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oelh Pemerintah, pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan, termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat. Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau ke pulau yang lebih luas sampai seluruh wilayah Indonesia, sesuai dengan situasi malaria dan ketersediaan sumber daya yang tersedia. Untuk mencapai tujuan pengendalian malaria diterapkan strategi pengendalian malaria sebagai berikut : 1. penemuan dini dan pengobatan yang tepat, dengan akses pelayanan kesehatan berkualitas, 5

7 2. penurunan risiko penularan dengan memanfaatkan forum gebrak malaria, 3. memperkuat sistem surveilans, monitoring dan evaluasi, 4. memperkuat SDM dan pengembangan teknologi, 5. advokasi dan sosialiasi, 6. penggalangan kemitraan, 7. pemberdayaan dan penggerakan masyarakat Kondisi endemisitas malaria di berbagai wilayah di Indonesia bervariasi dan ini mengharuskan perbedaan strategi pengendalian yang lebih sesuai antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, kabupaten/kota di Indonesia perlu ditetapkan status endemisitasnya atau tahapan eliminasi malaria yang telah dicapainya. Daerah Jawa-Bali yang sebagian besar telah berada pada tahapan pra-eliminasi, tentu berbeda strategi pengendaliannya dengan daerah-daerah lain yang masih berada pada tahapan pemberantasan. Kriteria umum tahapan eliminasi daerah kabupaten/kota dan karakteristik epidemiologinya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 1 Kriteria Umum Daerah Kabupaten/Kota Sesuai Tahapan Eliminasi Tahapan Eliminasi Kabupaten/Kota Kriteria Pemberantasan PreEliminasi Eliminasi Pemeliharaan SPR (%) 5% - lebih <5% --- Tidak ada API (/1) Kasus indigenous <1/1 pddk Kasus masih ditemukan sampai dg 3 th pertama tidak ada kasus indigenous kasus indigenous > 3 tahun 6 Tabel 2 Karakteristik Epidemiologi Daerah Kabupaten/Kota Sesuai Tahapan

8 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Eliminasi Tahapan Eliminasi Kabupaten/Kota Kriteria Pemberantasan PreEliminasi Eliminasi Pemeliharaan Penularan Tinggi rendah sangat tidak ada setempat rendah Kejadian malaria Menyebar rata, terutama balita Hanya kasus impor % kasus malaria/kasus demam di Puskesmas Pemeriksaan mikroskopis Perekaman dan pelaporan Data Kriteria KLB dan investigasi Terkonsentra si di daerah reseptif malaria terbatas, jarang, sporadis Tinggi kecil Sangat kecil Tidak ada Belum semua Puskesmas Semua Puskesmas, belum semua kasus suspek Agregat Agregat sebagian individual Berdasarkan peningkatan jumlah kasus Berdasarkan peningkatan jumlah kasus Semua Puskesmas, semua kasus suspek individual Satu kasus indigenous Semua Puskesmas, semua kasus suspek individual Satu kasus indigenous Informasi tentang besarnya jumlah dan kematian kejadian malaria, beserta distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat menentukan kondisi endemisitas wilayah-wilayah di Indonesia dan sangat diperlukan dalam merumuskan perencanaan, pelaksanaaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan sistem pencatatan dan pelaporan yang didukung oleh suatu sistem yang handal dalam penyelenggaraan sistem surveilans dan sistem informasi malaria (sismal) berdasarkan tahapan eliminasi malaria di indonesia C. Pengertian 1. Surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan 1 1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1116/MENKES/SK/VIII/23 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 7

9 2. Surveilans malaria adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pola perubahan dan distribusinya, agar dapat melakukan tindakan pengendalian malaria secara efektif dan efisien melalui proses penemuan penderita, pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi kepada lintas program dan lintas sektor terkait dalam pengendalian malaria 3. Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat Kasus tersangka malaria (malaria suspek) seseorang yang tinggal di daerah endemis malaria atau adanya riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum menderita sakit, menderita sakit dengan gejala demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir 5. Kasus malaria konfirmasi atau disebut kasus malaria positif adalah seseorang dengan hasil pemeriksaan sediaan darah positif malaria berdasarkan pengujian mikroskopis ataupun rapid diagnostic test/rdt. Kasus malaria konfirmasi terbagi menjadi kasus malaria indigenous, kasus malaria impor dan kasus malaria konfirmasi asimtomatis 6. Kasus malaria indigenous adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria 7. Kasus malaria impor adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di luar wilayah. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus tersangka malaria dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 4 minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria 2 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 42/MENKES/SK/I/27 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria 8

10 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 8. Kasus Introduce adalah kasus indigenous yang tertular langsung oleh kasus impor. Secara teknis, kasus introduce adalah seseorang yang : Yang tinggal di daerah tahap eliminasi atau pemeiliharaan, yang Menderita sakit demam dan positif malaria, dan dengan riwayat tinggal dalam radius 1 meter dari kasus impor, pada 2-8 minggu sebelum mulai demam, dan tidak ada riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria 4 minggu terakhir sebelum demam 9. Kejadian luar biasa (KLB) malaria adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian penyakit malaria yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Secara teknis KLB malaria berbeda setiap daerah berdasarkan tahapan eliminasi malaria : a. Pada daerah tahap pemberantasan dan pre-eliminasi, terjadi KLB malaria jika : Pada suatu desa atau kelurahan (1) terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini : Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah penderita maksimum pada pola maksimum dan minimum dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 2% dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau (2) terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu (satu bulan) lebih dari 5 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama b. Pada daerah tahap eliminasi, terjadi KLB malaria jika : Pada suatu desa atau kelurahan : 9

11 (1) Terjadi peningkatan jumlah penderita indigenous dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini : Jumlah penderita indigenous dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita indigenous dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah penderita indigenous maksimum pada pola grafik maksimum-minimum, dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) atau pada Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif (ACD) lebih dari 2% dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau (2) terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous, impor) meninggal dalam periode tertentu lebih dari 5 % dibanding keadaan sebelumnya dengan periode yang sama c. Pada daerah tahap pemeliharaan, terjadi KLB malaria jika ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous 1. Jejaring Surveilans dan Sistem Informasi Malaria adalah jejaring dalam satu kesatuan sistem yang melakukan pertukaran data, informasi, teknologi dan keahlian terkait dengan kegiatan pengendalian malaria di Indonesia yang meliputi: a. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan unit-unit pelaksana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, laboratorium dan unit penunjang lainnya. b. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan pusat-pusat penelitian dan kajian c. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria yang ada di kabupaten/kota, provinsi dan pusat d. Jaringan kerjasama unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan berbagai lintas sektor terkait nasional, bilateral negara, regional dan internasional 11. Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada 1

12 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria vektor malaria di wilayah tersebut sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali API (Annual Parasite Incidence) adalah jumlah penderita positif malaria dalam satu tahun per 1 penduduk (tengah tahun) di suatu wilayah tertentu. Wilayah API adalah desa/kelurahan, kecamatan/wilayah puskesmas, kabupaten/kota. 13. ABER (Annual Blood Examination Rate) adalah prosentase jumlah sediaan darah yang diperiksa untuk pengujian malaria (mikroskopis dan RDT) dalam satu tahun terhadap jumlah penduduk (tengah tahun) dalam suatu wilayah tertentu. 14. SPR (Slide Positivity Rate) adalah prosentase jumlah sediaan darah positif terhadap jumlah sediaan darah yang diperiksa. 15. Fokus malaria aktif adalah wilayah masih terjadi penularan malaria. Secara teknis fokus malaria aktif adalah wilayah (desa/kelurahan) yang mempunyai riwayat adanya kasus malaria indigenous dalam 3 tahun terakhir. 16. Wilayah reseptif malaria adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria 17. Wilayah vulnerabel malaria adalah wilayah yang rawan terjadinya penularan malaria karena berdekatan dengan wilayah yang masih terjadi penularan malaria, atau masih tingginya kasus impor dan/atau masih tingginya vektor infektif yang masuk ke wilayah ini 18. Daerah berdasarkan tahapan pengendalian malaria atau tahapan eliminasi adalah daerah yang menerapkan pengendalian malaria sesuai dengan salah satu dari 4 tahapan eliminasi, yaitu tahap pemberantasan, tahap preeliminasi, tahap eliminasi dan tahap pemeliharaan. 19. Daerah endemis malaria adalah wilayah puskesmas, atau kabupaten/kota yang masih terjadi penularan malaria. Secara teknis daerah endemis malaria diartikan sebagai wilayah seluas Puskesmas/Kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi yang mempunyai fokus malaria aktif 3 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 293/SK/IV/29 tentang Eliminasi Malaria Indonesia 11

13 2. Unit pelaksana surveilans adalah kelompok kerja teknis struktural atau fungsional, dengan dukungan sarana dan sistem kerja tertentu yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan sistem surveilans, baik berlangsungnya mekanisme kerja surveilans, maupun upaya penguatan kinerja surveilans. 21. Unit sumber data surveilans adalah kelompok kerja teknis struktural atau fungsional, dengan dukungan sarana dan sistem kerja tertentu yang bertugas menyediakan data surveilans sesuai ketentuan dalam penyelanggaraan sistem surveilans 22. Surveilans rutin adalah surveilans yang seluruh proses kegiatan surveilans dilaksanakan sepanjang tahun 23. Surveilans khusus adalah surveilans yang seluruh proses kegiatan surveilans dilaksanakan dalam periode waktu terbatas. 24. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB agar dapat mengetahui secara dini dan respon terjadinya KLB 25. Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini kondisi yang rentan terjadinya KLB, tindakan pencegahan dan atau antisipasi yang sesuai. 26. Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB 27. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi KLB malaria untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru 28. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB merupakan pemberian informasi adanya ancaman terjadinya KLB malaria pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu 29. Program penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar daerah yang KLB malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 12

14 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria II. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Terselenggaranya sistem surveilans, sistem informasi dan SKD-KLB berdasarkan tahapan eliminasi malaria di indonesia 2. Tujuan Khusus : a. Meningkatnya pemahaman petugas terhadap pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria berdasarkan tahapan eliminasi b. Tersedianya data penyakit dan faktor risiko malaria serta data terkait lainnya dalam pengendalian malaria c. Terlaksananya kegiatan pengolahan dan analisis data secara rutin d. Diperolehnya peta stratifikasi malaria menurut desa, kecamatan dan kabupaten/kota e. Meningkatnya Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) malaria f. Terlaksananya diseminasi informasi data dan informasi serta rekomendasi kepada pelaksana program pengendalian malaria, lintas program dan lintas sektor terkait dalam pengendalian malaria 13

15 III. DASAR HUKUM Dalam pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria mengacu kepada dasar hukum sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 29 tentang Kesehatan 3. PP No 4 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/23 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/29 tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 151/MENKES/PER/X/21 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 275/MENKES/III/27 tentang surveilans malaria 8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor /465/SJ Tahun 21 tentang Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria Di Indonesia 14

16 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria IV. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria meliputi kebijakan teknis, strategi, pengorganisasian, jenis penyelenggaraan, pokok kegiatan penguatan kinerja, dan indikator kinerja 15

17 V.KEBIJAKAN TEKNIS 1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi nasional untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB 2. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing wilayah 16

18 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria VI. STRATEGI 1. Advokasi, sosialisasi, dan dukungan peraturan perundangundangan dalam penyelenggaran surveilans dan sistem informasi malaria 2. Pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan kebutuhan program 3. Peningkatan mutu data dan informasi 4. Peningkatan kompentensi tenaga pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria 5. Pengembangan tim pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria 6. Penguatan jejaring surveilans dan informasi malaria 7. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi bagi pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria 17

19 VII. PENGORGANISASIAN Sesuai dengan peran dan fungsinya, setiap fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, unit pelaksana teknis daerah dan pusat, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan kementerian kesehatan melaksanakan surveilans dan sistem informasi malaria. 18

20 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria VIII. TEKNIS OPERASIONAL PENYELENGGARAAN SURVEILANS Berdasarkan tahapan eliminasi malaria pada masing-masing daerah, penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria terdiri atas : a. Surveilans malaria di daerah pada tahap pemberantasan b. Surveilans malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan Masing-masing penyelenggaraan surveilans tersebut memiliki sumbersumber data dan pemanfaatan data dengan teknis analisis yang berbeda. Data yang berasal dari berbagai sumber data surveilans dihimpun, diolah dan dilaporkan dalam 2 kelompok kegiatan surveilans, yaitu surveilans rutin, dan surveilans khusus. Sementara pemanfatan data surveilans tersebut dibagi dalam 2 bagian, yaitu pemanfaatan data untuk mendukung kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria (informasi kinerja program), dan pemanfaatan data surveilans untuk mendukung pelaksanaaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) malaria Gambar Penyelenggaraan Surveilans Malaria A. Surveilans Tahap Pemberantasan Sumber Data Pemanfaatan Data 1.Surveilans Rutin 1.Diseminasi Informasi 2.Surveilans Khusus 2.Informasi Kinerja Program 3.SKD-KLB Malaria B. Surveilans Tahap PreEliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Sumber Data Pemanfaatan Data 1.Surveilans Rutin 1.Diseminasi Informasi 2.Surveilans Khusus 2.Informasi Kinerja Program 3.SKD-KLB Malaria Keterangan : Sumber Data : Perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan Pemanfaatan Data : penyajian dan analisis 19

21 A. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Pada Tahap Pemberantasan Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria di daerah program pengendalian malaria tahap pemberantasan malaria terdiri dari surveilans rutin, surveilans khusus, data dan informasi kinerja program dan SKD KLB malaria. 1. Surveilans Rutin Surveilans rutin terdiri dari jenis surveilans rutin (sumber data, variabel, perekaman dan pengolahan data), pelaporan data, dan penyebarluasan informasi a. Jenis Surveilans (1) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita yang berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang didiagnosis sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/ pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek. Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/ pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 1.1) 2 (c) Perekaman dan Pengolahan Data Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkam pada Register Penderita Berobat Di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan

22 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kesehatan dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat, direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas (PCD). Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Berobat di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) dan data kasus malaria positif pada Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 1.1) atau Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas (PCD), kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 1.4) Gambar Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Puskesmas Daerah Tahap Pemberantasan Kasus Malaria Suspek di Puskesmas Rujuk Pemeriksaan Mikroskopis Kasus malaria positif Rekam dalam Register Penderita Berobat Puskesmas (PCD) Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Puskesmas (PCD) Rekam dalam Kartu Penderita Malaria Positif Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (PCD) (2) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection) Kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan menjadi alternatif pengendalian malaria pada tahap pemberantasan, antara lain karena sangat tingginya risiko sakit berat atau meninggal, dan kegiatan penemuan penderita malaria secara pasif tidak efektif menurunkan risiko penularan malaria di daerah tersebut 21 (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita malaria yang ditemukan saat melaksanakan kunjungan dari rumah

23 ke rumah atau yang berkunjung ke pos-pos pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek. Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan (c) Perekaman dan Pengolahan Data Kasus malaria suspek yang ditemukan saat melaksanakan kegiatan penemuan penderita malaria secara aktif di lapangan direkam pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD). Kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD). Data kasus malaria suspek yang telah direkam pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 1.4) (3) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Program Pengendalian Malaria (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini terdiri atas : Distribusi kelambu pada kegiatan ante natal care, bersumber dari laporan Cohort Ibu pada Program Kesehatan Ibu Hamil 22

24 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Distribusi kelambu pada kegiatan imunisasi, bersumber dari laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi Distribusi kelambu pada penderita malaria berobat, bersumber dari catatan Kartu Penderita Malaria Distribusi kelambu melalui kegiatan lainnya, bersumber dari laporan hasil kegiatan, seperti : kampanye kelambu masal, penanggulangan KLB. (b) Variabel Variabel perekaman data program pengendalian malaria terdiri atas distribusi kelambu masing-masing wilayah (desa) dari berbagai program terkait (ante natal care, Imunisasi, KIA dan lain sebagainya) (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data jumlah kelambu yang didistribusikan pada pelaksaaan kegiatan pengendalian malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 1.5) (d) Analisis Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu menurut desa/kelurahan pertahun. Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu dalam kerangka menurunkan risiko penularan malaria, dianalisis bersama dengan cakupan penyemprotan insektisida, cakupan pengobatan massal dan perbaikan kegiatan masyarakat yang berisiko penularan malaria. (4) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Logistik Obat (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah Laporan Penggunaan Obat Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (b) Variabel Variabel perekaman Data Logistik Obat Malaria terdiri atas penerimaan, pemanfaatan dan sisa (c) Perekaman dan Pengolahan Data 23

25 Data logistik obat malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 1.5) (d) Analisis Monitoring penerimaan, pemanfaatan dan sisa obat berkala bulanan dan tahunan pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan Jumlah obat yang dimanfaatkan dibandingkan dengan cakupan pengobatan (5) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan Hasil Pengamatan Vektor Malaria Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan pengamatan vektor di seluruh wilayah dengan menetapkan titiktitik pengamatan (sentinel) yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (a) Sumber Data Sumber data pengamatan vektor adalah pengukuran vektor yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan berdasarkan riwayat kejadian KLB atau tingginya kejadian malaria. (b) Variabel Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah ratarata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan pada wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data pengamatan vektor direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Pengamatan Vektor Puskesmas (contoh lampiran 1.7) (d) Analisis Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor 24

26 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (6) Surveilans Migrasi Tidak dilaksanakan di daerah pada tahap pemberantasan b. Analisis Data yang diperoleh dari pelaksanaan surveilans rutin dimanfaatkan untuk menyediakan data-informasi indikator kinerja program dan untuk keperluan SKD-KLB malaria c. Pelaporan (1) Puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah merekam dan merekapitulasi Data Surveilans Rutin, segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Beberapa daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan bukan Rumah Sakit mengirimkan laporan ke Puskesmas dimana Fasilitas Pelayanan Kesehatan berada. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 1 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui dalam bentuk file excel dan file scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang. (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui dalam bentuk file excel dan file scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang. 25

27 Gambar Alur Pelaporan Bulanan Data Penderita Malaria Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Rumah Sakit Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Puskesmas Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain d. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans rutin diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan Minimal, Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan menerbitkan : (1) Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan dan informasi lain yang diperlukan secara periodik bulanan, antara lain meliputi (a) % jumlah kasus malaria suspek yang diperiksa RDT atau mikroskopis per jumlah kasus malaria suspek (% sediaan darah per bulan) (b) jumlah kasus malaria positif per 1. kasus suspek diperiksa dengan RDT atau mikroskopis (slide positivity rate per bulan) (c) % kasus malaria dg Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per bulan) (d) % kasus malaria positif <5 tahun per total kasus malaria positif (e) % kasus malaria positif ibu hamil per total kasus malaria positif (f) % kasus malaria positif perempuan per total kasus malaria positif (g) % jml kasus malaria positif rawat inap per total penderita rawat inap (h) % jml kasus malaria positif rawat inap meninggal per total penderita rawat inap meninggal, 26

28 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (i) (j) curah hujan perbulan data kepadatan vektor perbulan (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.1. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan) (2) Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan, Profil Malaria dan informasi lain yang diperlukan secara periodik tahunan, antara lain meliputi (a) data jumlah penduduk, (b) data jumlah penduduk di wilayah reseptif, (c) jumlah kasus malaria suspek, (d) jumlah kasus malaria suspek dengan RDT dan mikroskopis (% sediaan darah tahunan), (e) jumlah kasus malaria positif, (f) jumlah kasus malaria positif ibu hamil, (g) jumlah kasus malaria positif berumur <5 tahun, (i) % jumlah kasus malaria positif per total jumlah kasus malaria suspek diperiksa (dengan RDT+mikroskopis) (slide positivity rate per tahun) (j) % jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per tahun), (k) Annual parasit incidence (API) per total penduduk dan desa, puskesmas, atau kabupaten/kota (l) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap, (m) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap meninggal per 1. penduduk, (n) jumlah laporan unit sumber data bulanan yang diterima (kelengkapan laporan), (o) jumlah laporan unit sumber data bulanan diterima tepat waktu (ketepatan laporan) (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.2. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan) 2. Surveilans Khusus 27 Surveilans khusus terdiri dari jenis surveilans khusus (metode dan format laporan), pelaporan data, dan penyebarluasan informasi a. Jenis Surveilans, Metode dan Format Pelaporan Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan kegiatan Surveilans Khusus, antara lain : Surveilans Pada Saat KLB, Survei Vektor, Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey), Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey), Survei

29 Dinamika Penularan Malaria, Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat, Monitoring Efikasi Obat dan Resistensi Obat, Monitoring Resisten Insektisida dan Kelambu Berinsektisida, serta penelitian-penelitian Tujuan, metode, sumber data dan variabel serta pelaporannya adalah spesifik masing-masing jenis Surveilans Khusus, dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan permasalahannya (1) Surveilans Pada Situasi KLB Malaria Merupakan bagian dari penyelidikan dan penanggulangan KLB, dan wajib dilaksanakan selama periode KLB. Setelah KLB dinyatakan selesai, kegiatan surveilans kembali pada sistem surveilans dalam keadaan normal Kegiatan penyelidikan-penanggulangan dan surveilans selama periode KLB adalah sebagai berikut : (a) Puskesmas yang mengetahui adanya indikasi KLB malaria, segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/w1) Pada daerah tahap pemberantasan, indikasi KLB malaria adalah terdapat peningkatan jumlah kasus malaria positif pada wilayah dan periode waktu tertentu, atau adanya peningkatan jumlah kematian karena malaria. (b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi 28 (c) Melaksanakan berbagai upaya pengobatan penderita dan pengendalian penularan malaria, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan penanggulangan KLB, antara lain : Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi Pemeriksaan Darah Massal (MBS), terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi

30 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Mendistribusikan kelambu berinsektisida, Melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS) (d) Melaksanakan surveilans Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, data penderita berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Malaria di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; data penderita berdasarkan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), jumlah rumah/keluarga terlindungi menurut dusun/desa KLB sebagai hasil kegiatan penyemprotan rumah (IRS), distribusi kelambu, perbaikan kegiatan masyarakat dan sebagainya (e) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas : Melakukan kajian jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dan pengaruhnya terhadap menculnya KLB malaria Melaksanakan Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat, dan pengaruhnya terhadap munculnya KLB malaria Melaksanakan kajian kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk, dan pengaruhnya terhadap munculnya KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumbersumber penularan Melakukan survei dinamika penularan Melaksanakan pengamatan dan survei vektor Melaksanakan verbal otopsi Kriteria KLB malaria pada daerah tahap pemberantasan, serta tatacara pelaksanaan surveilans selama periode KLB malaria disesuaikan dengan kondisi dan keperluan analisis KLB yang terjadi. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 (2) Survei Vektor Penular Malaria Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria. 29

31 Daerah pada tahap pemberantasan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada daerah yang terjadi peningkatan kasus malaria sangat tinggi atau terjadi KLB malaria, daerah-daerah yang sering terjadi KLB, daerah dengan angka kejadian malaria cukup tinggi dan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu. (3) Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey) Penemuan penderita demam massal adalah menemukan kasus malaria positif diantara penduduk pada suatu wilayah tertentu dengan cara memeriksa semua penderita demam suspek malaria (kasus malaria suspek) pada suatu wilayah tertentu, dan memastikan diagnosis malaria (jenis parasit) melalui pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan cepat (RDT). Semua kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal adalah mengukur besarnya risiko penularan malaria di wilayah tertentu. Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal pada daerah tahap pemberantasan dilaksanakan pada wilayah yang diduga terjadi KLB malaria, terutama sebagai metode pembuktian/konfirmasi terjadinya KLB malaria (4) Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey) Pemeriksaan darah massal adalah menemukan dan mengobati kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) diantara penduduk pada wilayah tertentu dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan darah semua anggota masyarakat yang berada pada wilayah tertentu dan dalam periode waktu terbatas. Seseorang yang ditemukan parasit pada sediaan darahnya adalah kasus malaria positif, dan setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal adalah menurunkan risiko penularan dengan cepat pada suatu wilayah tertentu. Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS) pada : (a) Wilayah desa/dusun endemis tinggi malaria, tetapi sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala. (b) Daerah yang sedang terjadi peningkatan jumlah penderita malaria atau berjangkit KLB malaria 3

32 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (c) Daerah yang sulit terjangkau pelayanan (remote area) di wilayah endemis tinggi malaria. (5) Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Setiap wilayah mempunyai spesifikasi budaya dan perilaku penduduk berisiko penularan malaria, dan oleh karena itu, perlu melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat untuk mengetahui strategi pengendalian malaria yang lebih tepat Prioritas melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat didaerah pada tahap pemberantasan antara lain : (a) Wilayah-wilayah tertentu dimana upaya pengendalian malaria tidak menunjukkan perbaikan (b) Wilayah-wilayah yang akan melaksanakan pengendalian malaria (6) Survei Dinamika Penularan Malaria Survei Dinamika Penularan Malaria adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap perubahan tingkat dampak penularan malaria di suatu wilayah agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria yang tepat. Di daerah tahap pemberantasan, prioritas Survei Dinamika Penularan Malaria adalah pada wilayah-wilayah dengan penularan malaria tinggi dan tidak menunjukkan perbaikan setelah dilaksanakan berbagai upaya pengendalian malaria, atau daerah yang akan menerapkan upaya pengendalian malaria dimana informasi epidemiologi dan atau cara-cara pengendalian yang tepat belum diketahui dengan baik. (7) Surveillans Obat dan Insektisida a. Efikasi Obat Daerah tahap pemberantasan melaksanakan Monitoring Efikasi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Efikasi Obat yang yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Efikasi Obat yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Efikasi Obat Nasional 31 b. Resistensi Obat

33

34 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (8) Penelitian Hasil penelitian malaria wajib dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional b. Analisis Data surveilans khusus dikompilasi, dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional, sesuai dengan metode surveilans dan desain analisis pada masing-masing surveilans khusus, baik menurut waktu, tempat dan kelompok masyarakat Sasaran. metode dan desain analisis data Surveilans Khusus lihat pada lampiran masing-masing Surveilans Khusus c. Pelaporan (1) Pelaksana surveilans khusus membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Surveilans Khusus, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya 1 bulan sejak pelaksanaan Surveilans Khusus tersebut selesai. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi Data Surveilans Khusus dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi Data Surveilans Khusus tersebut dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) d. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans khusus diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan 3. Data dan Informasi Indikator Kinerja Program Surveilans untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, atau disebut surveilans untuk 33

35 manajemen adalah surveilans dan sistem informasi malaria terhadap indikator kinerja program pengendalian malaria Indikator kinerja utama program pengendalian malaria yang wajib dilaksanakan pemantauan di daerah tahap pemberantasan adalah: a.api berdasarkan analisis menurut kabupaten, Puskesmas/kecamatan dan desa/kelurahan b. SPR (slide positivity rate) berdasarkan analisis menurut kabupaten/kota sebagai bahan untuk menentukan status tahapan eliminasi c. Cakupan pengobatan menurut desa/kelurahan, menurut Puskesmas dan kabupaten/kota d. Cakupan konfirmasi mikroskopis/rdt/pcr menurut Puskesmas dan kabupaten/kota e. Error rate pemeriksaan mikroskopis, berdasarkan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis malaria positif (1%) dan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria negatif (5%). f. Cakupan pencegahan (IRS atau kelambu/llin s) menurut desa/dusun, Puskesmas dan kabupaten/kota 4. SKD KLB 34 Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 4. SKD- KLB malaria merupakan salah satu pilar penting program penanggulangan KLB malaria. Pada daerah tahap pemberantasan, SKD-KLB malaria dilaksanakan pada semua wilayah, terutama wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria atau KLB malaria, fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. Secara umum, metode SKD-KLB malaria di daerah pada tahap pemberantasan, tidak berbeda dengan tahap lain. (1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria, riwayat KLB malaria dan kondisi 4 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 42/MENKES/SK/I/27 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria

36 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria lingkungan dan masyarakat yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria, yaitu wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria, fokus-fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. (2) Memberikan peringatan pada pengelola program malaria, program terkait lainnya, sektor terkait dan masyarakat tentang adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria (3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria, yaitu : (a) Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB malaria (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (c) Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon, terutama dengan melaksanakan pemantauan wilayah setempat rentan terjadinya KLB malaria, terutama terhadap muncul atau berkembangnya fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria, wilayah vulnerabel malaria, curah hujan dan perubahan kegiatan masyarakat yang berpotensi terjadinya KLB malaria (d) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon, terutama melaksanakan pemantauan wilayah setempat kasus malaria di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, serta mengembangkan sistem informasi dugaan adanya KLB malaria dari masyarakat (e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria, terutama pada kejadian peningkatan kasus malaria, dan atau peningkatan kasus malaria meninggal dengan faktor risiko terjadinya KLB malaria. Dugaan adanya KLB malaria juga bisa terjadi dengan ditemukannya satu kasus malaria pada wilayah yang tidak pernah terdapat kasus malaria di wilayah tersebut, tetapi memiliki faktor risiko terjadinya KLB malaria 35

37 SKD-KLB Malaria Kajian Epid menentukan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria 1 Upaya Pencegah an KLB Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria 2 3 Kesiapsiagaan menghadapi KLB Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB Indentifikasi rentan KLB di masyarakat PWS rentan malaria Penyelidikan rentan KLB Indentifikasi KLB di masyarakat PWS kasus malaria Penyelidikan - dugaan KLB Secara lengkap, metode dan pelaksanaan SKD-KLB dapat dipelajari pada lampiran 3a. SKD-KLB Malaria 36

38 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria B. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Di Daerah Pada Tahap Pre-Eliminasi, Eliminasi Dan Pemeliharaan Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan malaria terdiri dari surveilans rutin, surveilans khusus, data dan informasi indikator kinerja program serta SKD KLB Malaria. 1. Surveilans Rutin a. Jenis Surveilans (1) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita yang berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang didiagnosis sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri atas kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek. Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan Variabel data kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, tanggal mulai sakit, gejala, faktor risiko dan obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 1.1) 37 (c) Perekaman dan Format Pelaporan Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkam pada Register

39 Penderita Berobat di Puskemas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria di Puskesmas (PCD). Kasus malaria positif berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya diwawancara dan direkam datanya dalam Kartu Penderita Malaria Positif di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Berobat di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Klinik Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 1.4) Data penderita malaria positif yang direkam pada Kartu Penderita Malaria Positif (lampiran 1.1), kemudian dihimpun dalam Register Harian Penderita Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (contoh lampiran 1.3) dan kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria (lampiran 1.4) Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Puskesmas Tahap Preeliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Kasus Malaria Suspek di Puskesmas Rujuk Pemeriksaan Mikroskopis Kasus Malaria Positif Rekam dalam Register Penderita Berobat Puskesmas (PCD) Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Puskesmas (PCD) Rekam dengan Kartu Penderita Malaria Positif (PCD) Rekam Pada Register Harian penderita Malaria (PCD) Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (PCD) 38

40 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (2) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection) Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) adalah kunjungan secara aktif dan berkala 2-4 minggu sekali ke setiap rumah penduduk untuk menemukan dan mengobati penderita demam dengan malaria positif (kasus malaria positif). Kegiatan Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) menjadi salah satu cara pengendalian malaria pada tahap preeliminasi, dan eliminasi, terutama di fokus malaria aktif, dimana upaya pengendalian dengan penemuan penderita malaria pasif di Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lain tidak efektif menurunkan risiko penularan malaria (a) Sumber Data Sumber data surveilans ini adalah penderita malaria yang ditemukan pada saat kunjungan dari rumah ke rumah atau yang berkunjung ke pos-pos pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan. Penderita malaria adalah seseorang yang didiagnosis oleh petugas sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pemeriksaan mikroskopis/pemeriksaan cepat, dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). (contoh lampiran 1.1) Variabel data kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, tanggal mulai sakit, gejala, faktor risiko dan obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 1.1) 39

41 4 (c) Perekaman dan Pengolahan Data Kasus malaria suspek yang ditemukan pada saat kunjungan rumah direkam pada Register Penderita Malaria Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif (ACD) dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek Kasus malaria suspek tersebut yang dirujuk dan diperiksa dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD). Kasus malaria positif yang ditemukan diwawancara dan direkam datanya dalam Kartu Penderita Malaria Positif Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD) Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 1.4) Data penderita malaria positif yang direkam pada Kartu Penderita Malaria Positif (lampiran 1.1), dihimpun dalam Register Harian Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (contoh lampiran 1.3) dan kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria dengan kode ACD (lampiran 1.4)

42 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Lapangan Tahap Preeliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Kasus Malaria Suspek di Lapangan Rujuk Pemeriksaan Mikroskopis Kasus Malaria Positif Rekam dalam Register Penderita Malaria ACD Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis di Lapangan (ACD) Rekam dengan Kartu Penderita Malaria Positif (ACD) Rekam Pada Register Harian penderita Malaria (ACD) Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (ACD) (d) Analisis Secara umum, analisis data Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan sama dengan analisis data bersumber data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (3) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Program Pengendalian Malaria (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini terdiri atas : Distribusi kelambu pada kegiatan ante natal care, bersumber dari laporan Cohort Ibu pada program Kesehatan Ibu Hamil Distribusi kelambu pada kegiatan imunisasi, bersumber dari laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi Distribusi kelambu pada penderita malaria berobat, bersumber dari catatan pada Kartu Penderita Malaria Distribusi kelambu melalui kegiatan lainnya, bersumber dari laporan hasil kegiatan, seperti : kampanye kelambu masal, penanggulangan KLB. (b) Variabel Variabel perekaman data program pengendalian malaria terdiri atas distribusi kelambu masing-masing wilayah (desa) 41

43 dari berbagai program terkait (ante natal care, Imunisasi, KIA dan lain sebagainya) (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data jumlah kelambu yang didistribusikan dalam pelaksanaan program pengendalian malaria, direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 1.5) (d) Analisis Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu menurut karakteristik wilayah berdasarkan dusun (API), fokus malaria aktif, wilayah-wilayah reseptif dan wilayah berisiko lainnya pertahun Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu dalam kerangka menurunkan risiko penularan malaria, dianalisis bersama dengan cakupan penyemprotan insektisida, cakupan pengobatan massal dan perbaikan kegiatan masyarakat yang berisiko penularan malaria. (4) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Logistik Obat (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah Laporan Penggunaan Obat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (b) Variabel Variabel perekaman Data Logistik Obat Malaria terdiri atas penerimaan, pemanfaatan dan sisa (c) Perekaman dan Format Pelaporan Data logistik obat malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 1.5) (d) Analisis Analisis data untuk memonitor penerimaan, pemanfaatan dan sisa obat malaria secara berkala bulanan dan tahunan pada masing-masing Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan 42

44 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Analisis juga dilakukan pada jumlah obat yang dimanfaatkan dibandingkan dengan cakupan pengobatan menurut Puskesmas dan kabupaten/kota (5) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan Hasil Pengamatan Vektor Malaria Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeiliharaan melaksanakan pengamatan vektor, terutama di fokus malaria aktif dan atau sering terjadi KLB malaria, wilayah reseptif dan wilayah vulnerabel malaria karena banyaknya kasus impor dan migrasi, dengan menetapkan titik-titik pengamatan (sentinel) yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (a) Sumber Data Sumber data pengamatan vektor adalah pengukuran kepadatan vektor yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan dinas kesehatan kabupaten/kota. (b) Variabel Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah ratarata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan dan wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data pengamatan vektor direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Pengamatan Vektor Puskesmas (contoh lampiran 1.7) (d) Analisis Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor 43 (6) Surveilans Migrasi Surveilans migrasi adalah memantau besarnya ancaman atau risiko terjadinya penularan malaria yang disebabkan karena tingginya jumlah penduduk migrasi dari daerah endemis malaria ke wilayah-wilayah reseptif malaria, mendeteksi adanya

45 penularan malaria dan melakukan tindakan penanggulangan yang cepat, rasional, efektif dan efisien. Surveilans migrasi dilaksanakan pada daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi malaria dan tahap pemeliharaan (a) Sumber Data Sumber data surveilans migrasi adalah : Data wilayah reseptif yang memungkinkan menjadi tujuan penduduk migrasi Data jumlah penduduk migrasi dari daerah endemis malaria ke wilayah-wilayah reseptif malaria, antara lain tempat usaha, pertambangan, dan sebagainya, berdasarkan informasi dari berbagai pihak Data penapisan penduduk migrasi dari daerah endemis malaria yang positif malaria (kasus malaria positif), terutama di wilayah-wilayah reseptif yang menjadi tujuan penduduk migrasi. Penapisan penduduk migrasi dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) atau melaksanakan pelayanan pengobatan pada lokasi ini. Surveilans berbasis masyarakat di wilayah-wilayah reseptif terhadap kemungkinan adanya penduduk migrasi dari daerah endemis malaria, termasuk dengan hotel, tempat penginapan, tempat kost dan sebagainya. Penduduk migrasi dari daerah endemis malaria di wilayah reseptif dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria indigenous dan kasus malaria impor, dan perlu dilakukan penyelidikan lebih luas untuk memastikan tidak adanya penularan setempat dan mengurangi sumber-sumber penularan malaria. (b) Variabel Variabel perekaman data jumlah penduduk migrasi terdiri atas jumlah penduduk migrasi berdasarkan daerahdaerah yang dikunjungi dan bulan kunjungan Variabel penapisan malaria pada penduduk migrasi terdiri atas jumlah penduduk migrasi diperiksa, kasus malaria indigenous dan kasus malaria impor menurut wilayah penularan dan bulan kejadian Variabel data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan variabel pada surveilans rutin bersumber data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas 44

46 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria pelayanan kesehatan lainnya, dan variabel jumlah kasus malaria impor dan kasus malaria indigenous Variabel data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan, Penemuan Penderita Demam Massal dan Pemeriksaan Darah Massal, sesuai dengan masingmasing surveilans khusus tersebut dan variabel jumlah kasus malaria impor dan kasus malaria indigenous. (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data penapisan penduduk migrasi direkam sebagaimana Pemeriksaan Darah Massal (MBS), Pemeriksaan Demam Massal (MFS) dan laporan kegiatan pelayanan pengobatan Puskesmas Data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas sesuai dengan surveilans rutin bersumber data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas. Setiap kasus malaria positif dilakukan wawancara dan direkam dalam Kartu Penderita Malaria. Data Penemuan Penderita Maria Secara Aktif di Lapangan, Penemuan Penderita Demam massal dan Pemeriksaan Darah Malaria direkam dan diolah sesuai dengan masing-masing metode surveilans khusus tersebut. (d) Analisis Perkembangan penduduk migrasi menurut bulan, asal penularan (daerah endemik yang dikunjungi sebelum sakit) dan lokasi kunjungan (daerah di daerah tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan) Perkembangan jumlah kasus impor menurut bulan kejadian, umur, jenis kelamin dan lain sebagainya Deteksi kasus malaria positif indigenous. Satu kasus indigenous perlu perhatian dan penyelidikan epidemiologi. b. Analisis Data yang diperoleh dari pelaksanaan surveilans rutin dimanfaatkan untuk menyediakan data-informasi indikator kinerja program dan untuk keperluan SKD-KLB malaria 45 c. Pelaporan (1) Fasiltas Pelayanan Kesehatan yang mengetahui adanya kejadian malaria atau dugaan adanya kejadian malaria di tempat kerjanya, segera menginformasikannya kepada Puskesmas dan atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana penderita itu bertempat tinggal saat sakit.

47 (2) Puskesmas yang mengetahui adanya kejadian malaria positif indigenous di wilayah kerjanya, segera melakukan penyelidikan epidemiologi awal dan mengirimkan laporan adanya kejadian malaria dengan menggunakan formulir laporan KLB 24 jam (W1) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (3) Puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah merekam dan merekapitulasi Data Surveilans Rutin, segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, dengan melampirkan hasil perekaman dalam formulir Register Harian Malaria di Puskesmas/RS (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 1 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui dalam bentuk excel dan scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang, dengan melampirkan daftar penderita pada Register Harian Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui dalam bentuk excel dan scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang, dengan melampirkan daftar penderita pada Register Harian Malaria Dinas Kesehatan Provinsi 46

48 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Gambar Alur Pelaporan Bulanan Data Penderita Malaria Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Rumah Sakit Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Puskesmas Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain c. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans rutin diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan Minimal, Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan menerbitkan : (1) Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan dan informasi lain yang diperlukan secara periodik bulanan, antara lain meliputi (a) % jumlah kasus malaria suspek yang diperiksa RDT atau mikroskopis per jumlah kasus malaria suspek (% sediaan darah per bulan) (b) kasus malaria positif per jumlah kasus suspek diperiksa dengan RDT atau mikroskopis (slide positivity rate per bulan) (c) % kasus malaria dg Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per bulan) (d) % kasus malaria positif <5 tahun per total kasus malaria positif (e) % kasus malaria positif ibu hamil per total kasus malaria positif (f) % kasus malaria positif perempuan per total kasus malaria positif (g) % jml kasus malaria positif rawat inap per total penderita rawat inap 47

49 (h) % jml kasus malaria positif rawat inap meninggal per total penderita rawat inap meninggal, (i) curah hujan (j) data kepadatan vektor (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.1. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan) (2) Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan, Profil Malaria dan informasi lain yang diperlukan secara periodik tahunan, antara lain meliputi (a) data jumlah penduduk, (b) data jumlah penduduk di wilayah reseptif, (c) jumlah kasus malaria suspek, (d) jumlah kasus malaria suspek dengan RDT dan mikroskopis (% sediaan darah tahunan), (e) jumlah kasus malaria positif, (f) jumlah kasus malaria positif ibu hamil, (g) jumlah kasus malaria positif berumur <5 tahun, (i) % jumlah kasus malaria positif per total jumlah kasus malaria suspek diperiksa (dengan RDT+mikroskopis) (slide positivity rate per tahun) (j) % jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per tahun), (k) Annual parasit incidence (API) per total penduduk dan desa, puskesmas, atau kabupaten/kota (l) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap, (m) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap meninggal per 1. penduduk, (n) jumlah laporan unit sumber data bulanan yang diterima (kelengkapan laporan), (o) jumlah laporan unit sumber data bulanan diterima tepat waktu (ketepatan laporan) (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.2. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan) 2. Surveilans Khusus 48 a. Jenis Surveilans, Metode dan Format Laporan Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, melaksanakan kegiatan Surveilans Khusus, antara lain : Surveilans Pada Saat KLB, Survei Vektor, Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif (ACD), Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey), Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever

50 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Survey), Survei Dinamika Penularan Malaria, Survei KAP, Monitoring Efikasi Obat, Monitoring Resistensi Insektisida dan penelitian-penelitian survei untuk Tujuan, metode, sumber data dan variabel serta pelaporannya adalah spesifik masing-masing jenis Surveilans Khusus, dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan permasalahannya (1) Surveilans Pada Situasi KLB malaria Merupakan bagian dari penyelidikan dan penanggulangan KLB, dan wajib dilaksanakan selama periode KLB. Setelah KLB dinyatakan selesai, kegiatan surveilans kembali pada sistem surveilans dalam keadaan normal Kegiatan penyelidikan-penanggulangan dan surveilans selama periode KLB adalah sebagai berikut : (a) Puskesmas yang mengetahui adanya indikasi KLB malaria, segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/w1) diikuti dengan penyelidikan epidemiologi Pada daerah pada tahap pre eliminasi dan tahap eliminasi, indikasi KLB malaria adalah jika ditemukan adanya peningkatan jumlah kasus malaria positif indigenous, Pada daerah pada tahap pemeliharaan, indikasi KLB malaria jika ditemukan satu atau lebih penderita malaria positif indigenous (b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi (c) Melaksanakan berbagai upaya pengobatan penderita dan pengendalian penularan malaria, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan penanggulangan KLB, antara lain : Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi 49

51 Pemeriksaan Darah Massal (MBS), terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi Mendistribusikan kelambu berinsektisida, Melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS) (d) Melaksanakan surveilans Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, data penderita berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Malaria di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; data penderita berdasarkan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), jumlah rumah/keluarga terlindungi menurut dusun/desa KLB sebagai hasil kegiatan penyemprotan rumah (IRS), distribusi kelambu, perbaikan kegiatan masyarakat dan sebagainya (e) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas : Melakukan kajian jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dan pengaruhnya terhadap KLB malaria Melaksanakan Survei Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat, dan pengaruhnya terhadap penularan malaria dan KLB malaria Melaksanakan kajian kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk, dan pengaruhnya terhadap KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan Melakukan survei dinamika penularan Melaksanakan pengamatan dan survei vektor Melaksanakan verbal otopsi Kriteria KLB malaria pada daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, serta tatacara pelaksanaan surveilans selama periode KLB malaria disesuaikan dengan kondisi dan keperluan analisis KLB yang terjadi. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 5

52 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (2) Survei Vektor Penular Malaria Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria. Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada wilayah reseptif malaria, fokus malaria aktif, terutama jika upaya pengendalian malaria tidak menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu (3) Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey) Penemuan Penderita Demam Massal adalah menemukan kasus malaria positif diantara penduduk pada suatu wilayah tertentu dengan cara memeriksa semua penderita demam suspek malaria (kasus malaria suspek) pada suatu wilayah tertentu, dan memastikan diagnosis malaria (jenis parasit) melalui pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan cepat (RDT). Semua kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal adalah mengukur besarnya risiko penularan malaria di wilayah tertentu. Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, melaksanakan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) untuk : (a) memastikan tidak terjadinya penularan setempat malaria pada suatu wilayah reseptif malaria (b) membuktikan bahwa desa/dusun tertentu yang telah mencapai kondisi penularan rendah adalah benar menunjukkan penularan malaria rendah (c) membuktikan adanya KLB malaria 51 (4) Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey) Pemeriksaan darah massal adalah menemukan dan mengobati kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) diantara penduduk pada wilayah tertentu dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan darah semua anggota masyarakat yang berada pada wilayah tertentu dan dalam periode waktu terbatas. Seseorang yang ditemukan parasit pada sediaan darahnya adalah kasus malaria positif, dan setiap kasus malaria positif

53 mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal adalah menurunkan risiko penularan dengan cepat pada suatu wilayah tertentu. Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS) untuk : (a) Penanggulangan KLB malaria (b) Menemukan dan mengobati penderita malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) pada fokus malaria aktif untuk menurunkan besarnya risiko penularan (c) Menemukan dan mengobati penderita malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) pada wilayah reseptif dengan dugaan terjadi penularan setempat yang disebabkan karena tingginya migrasi penduduk dari daerah endemis malaria, agar penularan malaria dapat dihentikan (5) Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Setiap wilayah mempunyai spesifikasi budaya dan perilaku penduduk berisiko penularan malaria, dan oleh karena itu, perlu melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat untuk mengetahui strategi pengendalian malaria yang lebih tepat Prioritas melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, antara lain : (a) Wilayah-wilayah tertentu dimana upaya pengendalian malaria tidak menunjukkan perbaikan (b) Wilayah-wilayah yang akan melaksanakan upaya pengendalian malaria (c) Wilayah-wilayah dengan risiko penularan tinggi karena merupakan wilayah reseptif malaria dan tingginya migrasi penduduk dari daerah endemis malaria (6) Survei Dinamika Penularan Malaria Survei Dinamika Penularan Malaria adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap dinamika penularan malaria di suatu wilayah agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria yang tepat. 52

54 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Di daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemiliharaan melaksanakan Survei Dinamika Penularan Malaria dengan prioritas pada wilayah-wilayah dengan penularan setempat malaria tinggi, terutama adanya kasus-kasus malaria indigenous dan tidak menunjukkan perbaikan setelah dilaksanakan berbagai upaya pengendalian malaria. Survei Dinamika Penularan Malaria dapat diterapkan sebelum menerapkan suatu upaya pengendalian malaria, dimana informasi epidemiologi dan atau cara-cara pengendalian yang tepat belum diketahui dengan baik. (7) Surveillans Obat dan Insektisida a. Efikasi Obat Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan Monitoring Efikasi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Efikasi Obat yang yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Efikasi Obat, yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Efikasi Obat Nasional b. Resistensi Insektisida Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan Monitoring Resistensi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Resistensi Obat yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Resistensi Obat secara mandiri, yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Resistensi Obat Nasional 53 c. Efek Samping Obat Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan melaksanakan monitoring efek samping obat. Monitoring tersebut dilakukan terhadap obat malaria yang digunakan oleh program Pengendalian Malaria. Hal ini dilakukan dengan pemantauan terus menerus, untuk menjaring kemungkinan adanya risiko efek samping obat malaria yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya. d. Kualitas Obat Salah satu aspek penting dalam keberhasilan pengobatan malaria adalah mutu obat yang digunakan selain ketepatan

55 diagnosis dan ketepatan pemilihan dan penggunaan obat. Saat ini beredar beberapa jenis obat malaria baik yang digunakan sendiri oleh masyarakat maupun yang digunakan melalui resep dokter. Obat-obat malaria yang beredar tersebut pada kenyataannya dapat diakses oleh masyarakat secara langsung baik melalui sarana sarana pelayanan kesehatan maupun melalui toko atau kios. Pemerintah wajib menjamin bahwa mutu obat malaria yang beredar tersebut bermutu baik sehingga dapat memberikan efek yang diharapkan. Saat ini pengawasan mutu melalui sampling dan pengujian mutu obat dilakukan oleh Badan POM e. Resistensi Insektisida Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan Monitoring Resistensi Insektisida sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Resistensi Insektisida yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Resistensi Insektisida secara mandiri, yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Resistensi Insektisida Nasional (8) Penelitian Hasil penelitian malaria wajib dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional b. Analisis Data surveilans khusus dikompilasi, dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional, sesuai dengan metode surveilans dan desain analisis pada masing-masing surveilans khusus, baik menurut waktu, tempat dan kelompok masyarakat Sasaran. metode dan desain analisis data Surveilans Khusus lihat pada lampiran masing-masing Surveilans Khusus c. Pelaporan (1) Pelaksana surveilans khusus membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Surveilans Khusus, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 54

56 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria selambat-lambatnya 1 bulan sejak pelaksanaan Surveilans Khusus tersebut selesai. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi Data Surveilans Khusus dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi Data Surveilans Khusus tersebut dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) d. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans khusus diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan 3. Data dan Informasi Indikator Kinerja Program Surveilans untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, atau disebut surveilans untuk manajemen adalah surveilans dan sistem informasi malaria terhadap indikator kinerja program pengendalian malaria Indikator kinerja utama program pengendalian malaria yang wajib dilaksanakan pemantauan di daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan adalah: a. API berdasarkan analisis menurut kabupaten, Puskesmas/kecamatan dan desa/kelurahan b. SPR (slide positivity rate) berdasarkan analisis menurut kabupaten/kota sebagai bahan untuk menentukan status tahapan eliminasi c. Cakupan pengobatan menurut desa/kelurahan, terutama di fokus malaria aktif, menurut Puskesmas dan kabupaten/kota d. Cakupan konfirmasi mikroskopis/rdt/pcr menurut Puskesmas dan kabupaten/kota e. Error rate pemeriksaan mikroskopis, berdasarkan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis malaria positif (1%) dan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria negatif (5%). f. Cakupan pencegahan (IRS atau kelambu/llin s) menurut desa/dusun, Puskesmas, teruatama daerah endemis malaria, dan kabupaten/kota 55

57 4. SKD KLB 56 Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 5. Pada daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, SKD- KLB malaria dilaksanakan pada semua wilayah, terutama fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. Secara umum, metode SKD-KLB malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, tidak berbeda dengan tahap lain. (1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria, riwayat KLB malaria dan kondisi lingkungan dan masyarakat yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria, yaitu wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria, fokus-fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. (2) Memberikan peringatan pada pengelola program malaria, program terkait lainnya, sektor terkait dan masyarakat tentang adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria (3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria, yaitu : (a) Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB malaria (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (c) Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon, terutama melaksanakan kegiatan pemantauan wilayah setempat rentan KLB malaria, terutama muncul atau berkembangnya fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria, wilayah vulnerabel malaria, curah 5 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 42/MENKES/SK/I/27 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria

58 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria hujan dan perubahan kegiatan masyarakat yang berpotensi terjadinya KLB malaria (d) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon, terutama melaksanakan kegiatan pemantauan wilayah setempat kasus malaria di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, serta mengembangkan sistem informasi dugaan adanya KLB malaria dari masyarakat (e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria, terutama pada kejadian peningkatan kasus malaria indigenous, dan atau peningkatan kasus malaria meninggal dengan faktor risiko terjadinya KLB malaria. Dugaan adanya KLB malaria juga bisa terjadi dengan ditemukannya satu kasus malaria indigenous pada wilayah yang tidak pernah terdapat kasus malaria di wilayah tersebut, tetapi memiliki faktor risiko terjadinya KLB malaria SKD-KLB Malaria Kajian Epid menentukan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria 1 Upaya Pencegah an KLB Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria 2 3 Kesiapsiagaan menghadapi KLB Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB Indentifikasi rentan KLB di masyarakat PWS rentan malaria Penyelidikan rentan KLB Indentifikasi KLB di masyarakat PWS kasus malaria Penyelidikan - dugaan KLB Secara lengkap, metode dan pelaksanaan SKD-KLB dapat dipelajari pada lampiran 3a. SKD-KLB Malaria 57

59 IX. POKOK-POKOK KEGIATAN PENGUATAN KINERJA SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA 1. Advokasi dan sosialisasi, serta dukungan peraturan perundang-undangan Pokok kegiatan ini bertujuan untuk : a. Adanya pemahaman dan komitmen pimpinan di pusat dan daerah, tentang pentingnya penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria berdasarkan tahapan eliminasi dalam upaya pengendalian malaria b. Adanya peraturan perundangan di pusat dan daerah dalam upaya penguatan kinerja surveilans dan sistem informasi malaria sehingga dapat berperan nyata dalam upaya pengendalian malaria c. Adanya pemahaman, komitmen dan dukungan pelaksana program pengendalian malaria dalam pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria d. Adanya dukungan pembiayaan dan ketersediaan sumber daya Pokok kegiatan advokasi, sosialisasi serta dukungan peraturan perundangan di pusat dan daerah terdiri : a. advokasi dan sosialisasi penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria melalui berbagai berbagai media sesuai dengan kondisi setempat b. merumuskan rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan surveilans dan sistem informasi malaria yang jelas, obyektif, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan beserta kebutuhan anggaran biaya yang diperlukan disetiap unit pelaksana dan sumber data surveilans dan sistem informasi malaria c. laporan kinerja surveilans dan sistem informasi malaria tahunan di setiap unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dilengkapi dengan laporan profil malaria daerah dan hasil kerja lainnya d. Desiminasi informasi ke pemangku kepentingan dan institusi terkait. 2. Pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan kebutuhan program pengendalian malaria dan kondisi daerah 58

60 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Pokok kegiatan pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria antara lain : a. Melaksanakan evaluasi dan penyempurnaan berkala pedoman penyelengggaraan surveilans dan sistem informasi malaria, minimal 5 tahun sekali b. Mendorong pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria inovatif sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan daerah dengan tetap mengacu pada pedoman penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria ini 3. Peningkatan mutu data dan informasi yang bertujuan untuk menjamin validitas data (pengelolaan program, lingkungan, pengamatan vektor, KIA dan Imunisasi) dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a. Memperkuat kemampuan pengumpulan dan pengolahan serta pelaporan data disetiap unit sumber data dan unit pelaksana surveilans, baik perbaikan sistem, mekanisme kerja, dukungan kelengkapan sarana, penerapan teknologi tepat guna informasi dan komunikasi serta sumberdaya manusia b. Pertemuan berkala petugas teknis unit sumber data dan unit pelaksana surveilans dalam rangka validasi data, peningkatan kemampuan dan keterampilan, pertukaran data dan informasi c. Pengendalian kelengkapan dan mutu data-informasi melalui sistem umpan balik, supervisi dan konsultasi d. Kajian kinerja penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi di unit penyelenggara surveilans dan sistem informasi, unit sumber data dan penyelenggara program pengendalian malaria, baik di pusat maupun di daerah, secara berkala dan atau sesuai kebutuhan 4. Peningkatan kompetensi tenaga pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria bertujuan untuk membentuk tenaga pelaksana yang profesional, memiliki kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan surveilans malaria Pokok kegiatan peningkatan kompetensi tenaga pelaksana surveilans a. Menjamin tersedianya jumlah dan jenis tenaga surveilans dan sistem informasi malaria di setiap unit pelaksana dan unit sumber data di pusat dan daerah serta unit pelaksana teknisnya sesuai standar 59

61 b. Mendorong dan memfasilitasi sumber daya manusia surveilans dan sistem informasi agar mendapat pendidikan, pelatihan dasar dan pelatihan berkelanjutan yang diperlukan. c. Menyelenggarakan pertemuan teknis surveilans dan sistem informasi malaria berkala minimal 3 bulanan untuk evaluasi kinerja, peningkatan kapasitas dan pertukaran informasi tehnik pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria d. Menyediakan referensi malaria dan informasi terkait lainnya dengan penguatan kepustakaan, konsultasi dan akses internet untuk mengetahui perkembangan situasi malaria terkini di berbagai Negara, lintas batas daerah dan informasi lainnya e. Melaksanakan supervisi dan bimbingan kinerja surveilans dan sistem informasi malaria f. Monitoring dan evaluasi ketenagaan yang mendukung pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria 5. Pengembangan unit pelaksana surveilans malaria bertujuan membentuk unit pelaksana surveilans malaria yang mampu berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria dengan didukung ketersediaan tenaga, alat dan bahan, dan perangkat sistem. Pokok kegiatan antara lain : a. membentuk unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria di kementerian kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk unit pelaksana teknis pusat dan daerah, dengan jumlah dan jenis ketenagaan serta sumberdaya lain yang diperlukan (standar) b. membangun, monitoring dan evaluasi kerjasama internal tim pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dan kerjasama eksternal tim penyelenggara program pengendalian malaria, lintas program dan lintas sektor terkait 6. Penguatan jejaring surveilans dan sistem informasi malaria bertujuan meningkatkan kerjasama unit pelaksana surveilans dengan rumah sakit, puskesmas, laboratorium, klinik dan praktek swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, lembaga penelitian dan lembaga terkait lainnya Pokok kegiatan antara lain : a. Menyelenggarakan kegiatan pencatatan, perekaman, pengolahan data di unit-unit sumber data surveilans dan 6

62 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria pelaporan kepada unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria b. Menyelenggarakan pertukaran data dan informasi malaria antar negara, daerah, antar program dan antar sektor terkait, terutama pusat-pusat kajian, dan pusat pusat penelitian c. Pertemuan kajian situasi malaria dan rekomendasi secara teratur dengan semua anggota jejaring surveilans malaria 7. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi a. Mengembangkan sistem aplikasi pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik (e-sismal) b. Mengembangkan sistem pemetaan dan analisis spasial dengan GIS (Geographic Information System) c. Inovasi pemanfaatan teknologi informasi di pusat dan daerah 61

63 X. PERAN Peran masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut : 1. Puskesmas a. Merupakan unit pelaksana surveilans terdepan. b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus dan SKD-KLB, meliputi antara lain kejadian malaria, vektor, perilaku penduduk, lingkungan, dan lain sebagainya, dan melaporkan bulanan dan tahunan serta laporan khusus kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota d. Melaksanakan analisis kejadian malaria di wilayahnya, membuat peta endemisitas wilayah kerja menurut desa (stratifikasi) tahunan dan melaksanakan sistem deteksi dini KLB dengan pemantauan wilayah setempat kejadian malaria harian, mingguan atau bulanan dan informasi silang kejadian malaria dengan puskesmas berbatasan sesuai situasi malaria di daerahnya e. Membuat peta lokasi tempat perindukan nyamuk penular malaria tahunan dan melaksanakan sistem deteksi dini kondisi rentan terjadinya KLB melalui pemantauan wilayah setempat terhadap faktor risiko malaria, baik berdasarkan kelompok masyarakat maupun berdasarkan wilayah dusun/rt/rw dan desa/kelurahan f. Pembinaan kader dan masyarakat di wilayah kerjanya untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) 2. Rumah Sakit 62 a. Merupakan unit pelaksana surveilans terdepan. b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus dan SKD-KLB, meliputi antara lain kejadian malaria, dan melaporkan bulanan dan tahunan serta laporan khusus kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, serta Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria secara berkala bulanan dan tahunan d. Melaksanakan analisis kejadian malaria berdasarkan data malaria rumah sakit, terutama melaksanakan sistem deteksi dini KLB malaria

64

65 hasil penyelidikan epidemiologi KLB dan kajian lainnya, dan melaporkan setiap bulan dan setiap tahun serta laporan khusus kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, serta pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria secara berkala bulanan dan tahunan c. Melaksanakan analisis kejadian malaria di wilayahnya, terutama melaksanakan sistem deteksi dini KLB malaria dengan melaksanakan pemantauan wilayah setempat kejadian malaria berdasarkan uji laboratorium, hasil penyelidikan epidemiologi dan kajian lainnya secara harian, mingguan atau bulanan dan memberikan informasi silang pada dinas kesehatan kabupaten/kota atau puskesmas setempat d. Membuat laporan monitoring resistensi dan efikasi obat, resistensi insektisida dan efikasi kelambu berinsektisida (LLIN s) ke pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) 6. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan a. Melaksanakan penelitian, kajian dan pengembangan yang berkaitan dengan upaya pengendalian malaria, dan membuat laporan khusus disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, serta Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan). 7. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 64 a. Melaksanakan pengendalian kegiatan surveilans dan sistem informasi malaria di wilayah kerjanya, termasuk upaya penguatan kinerja surveilans dan sistem informasi puskesmas dan rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus, indikator kinerja program dan SKD-KLB, dan melaporkan data tersebut berkala setiap bulan dan tahun serta laporan khusus kepada dinas kesehatan provinsi dan pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berkala setiap bulan dan tahun terhadap penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria d. Melaksanakan analisis terhadap indikator utama pengendalian malaria, antara lain, data kejadian malaria dan peta stratifikasi wilayah kerja menurut desa dan puskesmas/kecamatan berdasarkan tingkat endemisitasnya (API); slide positifity rate (SPR)

66 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria kabupaten/kota; cakupan pengobatan; cakupan konfirmasi mikroskopis/rdt/pcr; error rate pemeriksaan mikroskopis dan cakupan pencegahan (IRS atau kelambu) e. Melaksanakan evaluasi dan menetapkan pencapaian indikator tahapan eliminasi malaria (pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi, dan pemeliharaan) kabupaten/kota berkala tahunan f. Melaksanakan SKD KLB malaria, terutama melakukan analisis potensi terjadinya KLB malaria secara berkala setiap bulan, melaksanakan sistem deteksi dini KLB malaria, dan kondisi rentan (faktor risiko) malaria, baik berdasarkan kelompok masyarakat maupun berdasarkan wilayah dusun/rt/rw, desa/kelurahan dan wilayah puskesmas/kecamatan serta informasi silang kejadian malaria antar dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai situasi malaria didaerahnya g. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria di wilayah kerjanya h. Mendistribusikan informasi malaria kepada lintas program dan lintas sektor, terutama kepada puskesmas dan rumah sakit secara berkala setiap bulan dan tahun dalam kerangka peningkatan kewaspadaan dini KLB malaria i. Membina jejaring kerja surveilans di wilayah kerjanya, baik lintas program, lintas sektor dan media masa/masyarakat j. Membina kader dan masyarakat perorangan dan kelompok untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) l. Pemantauan mutu laboratorium dan laboratorum rujukan di wilayah kerja kabupaten/kota 8. Dinas Kesehatan Provinsi 65 a. Melaksanakan pengendalian kegiatan surveilans dan sistem informasi malaria di wilayah kerjanya b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus, indikator kinerja program dan SKD-KLB, dan melaporkan data tersebut berkala setiap bulan dan tahun serta laporan khusus kepada pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berkala bulanan dan tahunan terhadap penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria d. Melaksanakan analisis terhadap indikator utama pengendalian malaria, antara lain, data kejadian malaria dan peta stratifikasi wilayah kerja menurut puskesmas/kecamatan dan kabupaten/kota berdasarkan tingkat endemisitasnya (API); slide positifity rate (SPR)

67 provinsi; cakupan pengobatan; cakupan konfirmasi mikroskopis/rdt/pcr; error rate pemeriksaan mikroskopis dan cakupan pencegahan (IRS atau kelambu) berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota e. Melaksanakan evaluasi dan menetapkan pencapaian indikator tahapan eliminasi malaria (pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi, dan pemeliharaan) kabupaten/kota berkala tahunan berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat f. Melaksanakan SKD-KLB, terutama melaksanakan analisis potensi terjadinya KLB malaria di wilayah kerjanya secara berkala setiap bulan serta informasi silang kejadian malaria antar dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi sesuai situasi malaria didaerahnya g. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya. h. Mendistribusikan informasi malaria di wilayah kerja dinas kesehatan provinsi kepada lintas program dan lintas sektor, terutama dinas kesehatan kabupaten/kota, UPT pusat dan daerah di wilayah kerjanya, secara berkala setiap bulan dan tahun dalam kerangka peningkatan kewaspadaan dini KLB malaria i. Membina jejaring kerja surveilans di wilayah kerjanya, baik lintas program, lintas sektor dan media masa/masyarakat j. Membina masyarakat perorangan dan kelompok untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) di tingkat provinsi. l. Pemantauan mutu laboratorium dan laboratorum rujukan di wilayah kerja provinsi 9. Pusat 66 a. Pengendalian kegiatan surveilans dan sistem informasi malaria secara nasional b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus, indikator kinerja program dan SKD-KLB, berkala setiap bulan dan tahun c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berkala bulanan dan tahunan terhadap penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria d. Melaksanakan analisis terhadap indikator utama pengendalian malaria, antara lain, data kejadian malaria dan peta stratifikasi wilayah kerja menurut kabupaten/kota dan provinsi berdasarkan tingkat endemisitasnya (API); slide positifity rate (SPR) provinsi; cakupan pengobatan; cakupan konfirmasi mikroskopis/rdt/pcr; error rate pemeriksaan mikroskopis dan cakupan pencegahan (IRS

68 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria atau kelambu) berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten e. Melaksanakan evaluasi dan menetapkan tahapan eliminasi malaria (pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi, dan pemeliharaan) kabupaten/kota berkala setiap tahun berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota f. Melaksanakan SKD-KLB, terutama melaksanakan analisis potensi terjadinya KLB malaria nasional secara berkala bulanan g. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota. h. Mendistribusikan informasi perkembangan malaria nasional dan negara-negara lain yang berisiko penularan malaria ke wilayah Indonesia kepada lintas program dan lintas sektor, terutama kepada dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, UPT pusat dan daerah terkait, secara berkala setiap bulan dan tahun dalam kerangka peningkatan kewaspadaan dini KLB malaria i. Membina jejaring kerja surveilans secara nasional, baik lintas program, lintas sektor dan media masa/masyarakat j. Membina masyarakat perorangan dan kelompok untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) secara nasional k. Kajian, penelitian dan pengembangan dalam rangka pengendalian malaria, termasuk pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (e-sismal) l. Pemantauan mutu laboratorium dan laboratorum rujukan secara nasional 67

69 XI. INDIKATOR KINERJA 1. Masukan (Input) a. Ketersediaan petugas pada unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria, minimal terdiri atas : Pusat tediri atas 6 orang (2 dokter, 2 epidemiolog, 2 entomolog) Provinsi terdiri atas 3 orang (1 dokter, 1 epidemiolog, 1 entomolog) Kabupaten/Kota terdiri atas 2 orang (1 epidemiolog, 1 entomolog) Puskesmas 1 orang (epidemiolog/entomolog) UPT BLK/BTKLPP terdiri atas 4 orang (1 dokter, 1 epidemiolog, 1 entomolog, 1 pranata laboratorium) b. Ketersediaan pedoman surveilans dan sistem informasi malaria di semua unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria c. Ketersediaan sarana pengolahan data & komunikasi (komputerprinter-software program, telepon dan internet) pada setiap unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria 2. Proses a. Setiap petugas di unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria telah mengikuti pelatihan standar b. Terlaksananya kegiatan surveilans dan sistem informasi sesuai standar c. Terselenggaranya pertemuan teknis surveilans dan sistem informasi malaria di setiap kabupaten/kota dalam rangka penguatan kinerja surveilans, validasi data dan pertukaran informasi minimal enam bulan sekali 3. Keluaran (Output) a. Kelengkapan laporan : (1) Jumlah puskesmas/rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan dengan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara lengkap pertahun sebesar minimal 8% Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan lengkap pertahun = Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan lengkap (12 bl) x 1 % Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes yang ada pada awal tahun 68

70 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (2) Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota dg laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Provinsi secara lengkap pertahun sebesar 1% Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota dg laporan lengkap pertahun = Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota dg laporan lengkap (12 bl) x 1% Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota yang ada pada awal tahun b. Ketepatan laporan (1) Jumlah Puskesmas/RS/Fasilitas dengan laporan tepat waktu laporan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota minimal sebesar 8% Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan tepat waktu pertahun = Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan tepat waktu x 1 % Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes yang ada pada awal tahun c. Laporan KLB/dugaan KLB dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/kota kurang dari 24 jam sejak diketahui minimal 8% (1) Jumlah laporan KLB malaria dilaporkan <24 jam sejak diketahui oleh Puskesmas = Jml lap KLB malaria dilaporkan <24 jam sejak diketahui Puskesmas x1% Jml KLB malaria yang ada (dilaporkan) d. Distribusi informasi malaria dari unit pelaksana surveilans (Pusat/Dinas Kesehatan Provinsi/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) bulanan lengkap sebesar 1 % (1) Jumlah distribusi informasi malaria per tahun = Jumlah unit pelaksana surveilans dengan distribusi informasi malaria lengkap (12 bl) x 1 % Jml unit pelaksana surveilans LAMPIRAN Lampiran 1. Tehnik Analisis (Lp_Tehnik Analisis) Lampiran 2. Pengamatan dan Survei Vektor (Lp_Survei Vektor) 69

71 Lampiran 3. Penyelidikan & Penanggulangan KLB serta Surveilans (Lp_KLB) Lampiran 3a. SKD-KLB malaria Lampiran 4. Penemuan Penderita Secara Aktif (Lp_ACD) Lampiran 5. Penemuan Penderita Demam Massal (Lp_Survei Demam Massal) Lampiran 6. Pemeriksaan Darah Massal (Lp_Survei Darah Massal) Lampiran 7. Survei KAP Malaria (Lp_Survei KAP Malaria) Lampiran 8. Surveilans Migrasi (Lp_Surv Migrasi) Lampiran 9. Survei Dinamika Penularan (Lp_Survei Dinamika Penularan) Lampiran 1. Formulir Pencatatan dan Pelaporan Surveilans Rutin (Lp_formulir) 7

72 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria TIM PENYUSUN Pengarah : dr. Andi Muhadir, MPH (Direktur PPBB) Penanggung jawab : dr. Asik, MPPM (Kasubdit Malaria) Koordinator : dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (Kasie Bimbingan dan Evaluasi) Editor : 1. Dr. Asik Surya, MPPM, Kepala Subdit. Pengendalian Malaria 2. Dr. Sholah Imari, MSc, PAEI Kontributor 1. Dr. Niken Wastu Palupi, MKM, Subdit. Pengendalian Malaria 2. Dr. Elvieda Sariwati, MEpid, Subdit. Pengendalian Malaria 3. Adhi Sambodo, SKM, MKes, Subdit. Pengendalian Malaria 4. Drs. Budi Pramono, MKes, Subdit. Pengendalian Malaria 5. Dr.Marti Kusumaningsih, MSc, Subdit. Pengendalian Malaria 6. Yetty Intarti, MKes, Subdit. Pengendalian Malaria 7. Dewa Made Angga Wisnawa, BSc,MScPH, Subdit. Pengendalian Malaria 8. Dr.Pranti Sri Mulyani, MSc, Subdit. Pengendalian Malaria 9. Dr.Worowijat, MKM, Subdit. Pengendalian Malaria 1.Dr.Minerva Theodora PS, Subdit. Pengendalian Malaria 11.Hanifah Rogayah, SKM, Subdit. Pengendalian Malaria 12.Hermawan Susanto,SSi, Subdit. Pengendalian Malaria 13.Nur Asni, AMAK, Subdit. Pengendalian Malaria 14.Abdurrahman, Subdit Surveilans dan Respon KLB 15.Aris Munanto, Subdit Pengendalian Vektor 16.Budi Santoso, SKM, MKes, Subdit Pengendalian Vektor 17.Dr.Iqbal Djakaria, Bagian PI 18.Dr. Ferdinand Laihad, UNICEF 19.Dr. Erfandi, PAEI 71

73 Lampiran 1. Tehnik Analisis Lampiran 1. Tehnik Analisis I. Indikator Analisis Malaria A. Indikator Analisis Malaria Berdasarkan Periode Pelaksanaan B.Pengukuran Indikator Analisis Malaria C.Pelaksana Analisis Berdasarkan Indikator Analisis Malaria II. Tehnik Analisis dan Penerapannya di Lapangan A. Prinsip Analisis Epidemiologi Malaria B. Sumber Data Malaria III. Tabel Analisis Indikator Bulanan dan Tahunan A. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan B.Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan

74 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria LAMPIRAN 1. Tehnik Analisis I. Indikator Analisis Malaria Pada daerah dengan pengendalian tahap pemberantasan, memiliki endemisitas yang masih sangat tinggi, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan tindakan perorangan. Analisis data biasanya dalam bentuk data agregat (jumlah) kasus dan kematian, dan upaya penanggulangan dilakukan pada sekelompok populasi, misalnya tindakan indoor residual spraying pada semua rumah di daerah rentan penularan malaria. Pada daerah endemis rendah atau sudah memasuki daerah dengan program pengendalian malaria sesuai dengan tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan akan semakin memerlukan analisis individual, walaupun analisis data agregat masih dipertahankan A. Indikator Analisis Malaria Berdasarkan Periode Pelaksanaan Pada daerah dengan endemisitas sangat tinggi ini, berbagai bentuk analisis perlu dilakukan : Mingguan dan Bulanan 1. Kecenderungan jumlah kasus malaria (+) mingguan dan atau bulanan serta deteksi dini adanya KLB malaria pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat serta proporsinya terhadap total jumlah kunjungan ke fasilitas pelayanan 2. Kecenderungan kejadian malaria menurut jenis parasit bulanan dan deteksi dini peningkatan P.falciparum, masing-masing fasilitas pelayanan dan masyarakat 3. Kecenderungan kejadian malaria (+) ibu hamil dan proporsinya terhadap total kasus malaria (+) 4. Kecenderungan kejadian malaria menurut usia dan proporsinya terhadap total kasus malaria (+) 5. Kecenderungan kejadian malaria (+) menurut jenis kelamin dan proporsinya terhadap total kasus malaria (+) 6. Kecenderungan kejadian malaria meninggal mingguan, bulanan dan deteksi dini adanya KLB malaria, masing-masing fasilitas pelayanan dan masyarakat serta proporsinya terhadap total jumlah meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan 7. Kecenderungan kejadian malaria menurut wilayah (peta) secara berkala bulanan dan atau tahunan 73

75 8. Kecenderungan kasus malaria (+) rawat inap (RI) dan kasus malaria (+) meninggal serta proporsinya terhadap kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan per bulan 9. Perkembangan curah hujan bulanan 1.Perkembangan vektor bulanan 11.Kelengkapan laporan bulanan (Absensi) Tahunan 1. Identifikasi dusun, desa dan Puskesmas reseptif malaria dan jumlah penduduknya 2. Jumlah kasus suspek yang diuji (Pemeriksaan) dengan RDT + mikroskopis 3. Jumlah kasus malaria (+) dan proporsinya terhadap suspek malaria 4. Jumlah kasus malaria (+) berdasarkan tipe parasit serta proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 5. Jumlah kasus malaria (+) menurut jenis kelamin dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 6. Jumlah kasus malaria (+) menurut golongan umur dan prorsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 7. Jumlah kasus malaria (+) ibu hamil dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 8. Annual Parasite Incidence (API) (Jumlah kasus malaria (+) per 1. penduduk pertahun (5 tahun terakhir) 9. Peta stratifikasi endemisitas malaria, tingkat Desa, Puskesmas/Kecamatan dan kabupaten/kota a. Endemis tinggi API >5/1, penduduk berisiko b. Endemis sedang API 1 5/1, penduduk berisiko c. Endemis rendah API <1/1, penduduk berisiko d. Non-endemis (tidak ditemukan penderita indegeneus) 1.Proporsi sediaan darah positif / Slide Positive Rate (SPR) 11. Jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap (RI) dan jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap per 1. penduduk pertahun 12. Jumlah kasus malaria (+) meninggal dan jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap meninggal, dan jumlah kasus (+) meninggal per-total jumlah kasus malaria (+) 13.Kelengkapan laporan tahunan 14.Cakupan pengobatan malaria sesuai standard 15.Cakupan penggunaan kelambu berinsektisida 16.Kelengkapan dan ketepatan laporan 17.Kelengkapan laporan 18.Absensi mingguan dan bulanan 19.Indikator kinerja surveilans malaria B. Pengukuran Indikator Analisis Malaria Secara umum indikator analisis malaria dan periode pengukuran analisis malaria dapat dilihat pada tabel berikut : 74

76 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Tabel Indikator Analisis Malaria No Indikator Analisis 1 Kasus malaria positif bulanan per 1. penduduk (MoPI) 2 Proporsi Sediaan Darah Positif 3 Proporsi Malaria Positif menurut golongan umur Pengukuran Indikator Jumlah penderita malaria positif selama satu bulan x 1 x 12 Jumlah penduduk berisiko dalam wilayah kerja Jumlah sediaan darah diperiksa positif x 1 Jumlah sediaan darah Diperiksa Jumlah kasus malaria positif pada golongan umur tertentu x 1 Jumlah kasus malaria positif pada semua golongan umur Tampilan Analisis Grafik kecenderungan MoPI Grafik kecenderungan proporsi sediaan darah positif Grafik kecenderungan proporsi malaria positif menurut golongan umur Periode Analisis Bulanan Bulanan Bulanan 4 Proporsi Malaria positif menurut jenis kelamin golongan umur : <1 tahun, 1-4 tahun, 5-14 tahun, tahun, tahun, 45 th atau lebih Jumlah kasus malaria positif pada jenis kelamin tertentu x 1 Jumlah kasus malaria positif pada semua jenis kelamin Grafik kecenderungan proporsi malaria positif menurut jenis kelamin Bulanan 75

77 No Indikator Analisis Pengukuran Indikator Tampilan Analisis Periode Analisis 5 Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut golongan umur (API per golongan umur) Jumlah kasus malaria positifpada golongan umur tertentu x 1 Jumlah penduduk Berisiko pada golongan umur yang sama Grafik Bar pada tahun tertentu dan Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir Tahunan 6 Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut jenis kelamin Jumlah kasus malaria positif pada jenis kelamin tertentu x 1 Jumlah penduduk berisiko pada jenis kelamin yang sama Grafik Bar pada tahun tertentu dan Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir Tahunan 7 Angka kejadian (incidence rate) malaria (API) Jumlah kasus malaria Positif selama setahun x 1 Jumlah penduduk berisiko Peta stratifikasi Puskesmas/ Kecamatan, Dinkes Kab/ Kota Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir Tahunan 8 Proporsi Malaria Positif menurut pekerjaan Jumlah kasus malaria positif pada pekerjaan tertentu x 1 Jumlah kasus malaria positif pada semua pekerjaan Grafik kecenderungan proporsi malaria menurut pekerjaan Bulanan 9 Kasus meninggal diantara malaria positif (case fatality rate) 76 Jumlah kasus malaria positif meninggal dalam setahun x 1 Jumlah kasus malaria positif dalam satu tahun yang sama Tahunan

78 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria No Indikator Analisis 1 Proporsi cakupan anak < 1 tahun yang di lindungi kelambu 11 Hasil Pengobatan Penderita Pengukuran Indikator Jumlah kelambu yang dibagikan dalam kegiatan Imunisasi selama satu tahun x 1 Jumlah anak < 1 tahun dalam tahun yang sama grafik 12 Rujukan Dari Grafik 13 Di Rujuk Ke grafik 14 Proporsi Jenis Parasit Jumlah sediaan darah positif jenis parasit tertentu x 1 Jumlah sediaan darah diperiksa 15 ABER Jumlah sediaan darah positif + negatif x 1 Jumlah penduduk 16 Proporsi Cakupan Ibu Hamil yang di lindungi kelambu 17 Proporsi penggunaan RDT 18 Proporsi ibu hamil dengan malaria Kelambu yang dibagikan dalam kegiatan ANC x 1 Jumlah Ibu Hamil Jumlah penggunaan RDT x 1 Jumlah pemeriksaan mikroskopis+rdt Jumlah ibu hamil positif malaria x 1 Jumlah ibu hamil diperiksa Tampilan Analisis Grafik kecenderungan Periode Analisis Bulanan Tahunan Tahunan Bulanan Tahunan 77

79 No Indikator Analisis Pengukuran Indikator Tampilan Analisis Periode Analisis 19 Proporsi skrining ibu hamil Jumlah ibu hamil diskrining x 1 Jumlah sasaran ibu hamil 2 Kelengkapan Laporan Bulanan Jumlah laporan yang diterima pada bulan tertentu x 1 Jumlah laporan yang seharusnya pada bulan yang sama Tabel absensi dan grafik kecenderungan Bulanan 21 Kelengkapan Laporan Tahunan Jumlah fasilitas pelayanan dengan laporan lengkap 12 bulan pada tahun tertentu x 1 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan pada awal tahun yang sama Tabel Daftar dan peta kelengkapan laporan fasilitas pelayanan dan grafik kecenderungan Tahunan Dengan menggunakan software e-sismal, keluaran dari analisis tersebut dapat langsung terhitung secara otomatis. 78

80 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria C. Pelaksana Analisis Berdasarkan Indikator Analisis Malaria No Tabel Daftar Pelaksana Indikator Analisis Malaria Indikator Analisis Periode Analisis Puskes mas RS Pelaksana Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi Pusat 1 Kasus malaria positif bulanan per 1. penduduk (MoPI) 2 Proporsi Sediaan Darah Positif 3 Proporsi Malaria positif menurut golongan umur 4 Proporsi Malaria positif menurut jenis kelamin 5 Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut golongan umur (API per golongan umur) 6 Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut jenis kelamin (API per jenis kelamin) 7 Angka kejadian (incidence rate) malaria (API) 8 Proporsi Malaria Positif menurut pekerjaan 9 Kasus meninggal diantara malaria positif (case fatality rate) Bulanan v - v v v Bulanan v v v v v Bulanan v v v v V Bulanan v v v v V Tahunan v - v v V Tahunan v - v v v Tahunan v - v v v Bulanan - - v v v Tahunan v v v v v 79

81 No Indikator Analisis 1 Proporsi cakupan anak < 1 tahun yang di lindungi kelambu 11 Hasil Pengobatan Penderita Periode Analisis 12 Rujukan Dari Tahunan 13 Di Rujuk Ke Tahunan 14 Proporsi Jenis Parasit Puskes mas RS Pelaksana Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi Pusat Tahunan v - v v v Bulanan v v v v v Bulanan v v v v v 15 ABER Tahunan v - v v v 16 Proporsi Cakupan Ibu Hamil yang di lindungi kelambu Tahunan v - v v V 17 Proporsi penggunaan RDT Bulanan v - v v V 18 Proporsi ibu hamil dengan malaria Tahunan v - v v V 19 Proporsi skrining ibu hamil v - v v V 2 Kelengkapan laporan bulanan Bulanan - - v v V 21 Kelengkapan laporan tahunan Tahunan - - v v V 8

82 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria II. Tehnik Analisis dan Penerapannya di Lapangan A. Prinsip Analisis Epidemiologi Malaria Surveilans Epidemiologi Malaria adalah : a. analisis terus menerus secara sistematis terhadap penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhinya b. agar dapat melaksanakan upaya pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB malaria, dengan efektif dan efisien c. dengan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pengendalian malaria. Pengertian penyakit malaria meliputi parasit, penderita dan distribusi parasit serta distribusi penderita. Parasit malaria meliputi tipe, subtype, potensi mutasi genetic, perkembangbiakan, siklus hidup didalam dan diluar tubuh manusia, caracara penularan, resistensi terhadap obat dan lain sebagainya. Penderita penyakit malaria adalah karakteristik seseorang ketika menderita penyakit, daya tahan, imunitas, masa inkubasi parasit ketika menginfeksi seseorang, pola gejala dan patofisiologi tubuh, perubahan beratnya sakit dan risiko meninggal, masa infektif dan lain sebagainya. Distribusi penyakit malaria adalah mencakup distibusi parasit malaria dan distribusi penderita malaria yang digambarkan dalam bentuk epidemiologi deskriptif menurut ciri-ciri waktu, tempat dan orang, baik dalam angka absolut atau dalam bentuk rate (angka kesakitan/insidence rate, angka kematian/mortality rate, case fatality rate, dan sebagainya). Kondisi yang mempengaruhi pada definisi surveilans tersebut adalah berpengaruh terhadap munculnya atau terjadinya perubahan karakateristik parasit malaria, perubahan karakteristik penderita dan distribusinya (parasit dan penderita). Surveilans adalah melakukan analisis dengan cermat, kritis dan obyektif terhadap penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhinya pada suatu populasi atau wilayah tertentu. Analisis menjadi bagian sangat penting dari proses kegiatan surveilans malaria. Analisis mencakup aspek cukup luas dan komplek diantara ketersediaan data dan informasi yang tersedia tepat waktu, kemampuan individu atau suatu unit surveilans malaria menguasai dan memanfaatkan metode analisis surveilans malaria, penguasaan terhadap ilmu penyakit malaria dan faktor-faktor yang berpengaruh penyakit tersebut, penguasaan terhadap kondisi 81

83 masyarakat yang berhubungan dengan malaria, disamping faktor keterampilan dan pengalamannya. Kompleksitas proses analisis tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut : Gambar Analisis Malaria Data yg akan dianalisis Strategi analisis Keterampilan & pengalaman Tampilan Analisis Interpretasi Informasi Data terkait lainnya Hasil penelitian Penduduk & lingkungan Surveilans malaria sebagaimana dimaksud tersebut diatas, bukan saja memerlukan data yang dapat diperoleh dalam Sistem Informasi dan Surveilans Malaria (SISMAL), tetapi juga sangat diperlukan pengembangan model-model analisis malaria, meningkatkan jangkauan informasi untuk memperoleh berbagai referensi yang diperlukan, perlunya pelatihan, standarisasi pengalaman petugas (jam terbang) dan jejaring informasi untuk melengkapi data dan informasi kondisi yang dapat mempengaruhi kejadian malaria. B. Sumber Data Malaria Pengumpulan dan Pengolah Data Malaria dalam Sistem Informasi dan Surveilans Malaria (SISMAL) Data yang dapat dianalisis dalam surveilans malaria, perlu dihimpun dan diolah sedemikian rupa, sehingga dapat tersedia pada petugas atau tim analisis surveilans tepat waktu di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Pusat dan unit terkait lainnya dalam pengendalian malaria. 82

84 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Secara umum, sumber data surveilans malaria dapat digambarkan dalam skema dibawah ini : Gambar Sumber Data Malaria Pelaksanaan Surveilans KIA- Imunisasi Program Pengendalian Malaria Perekaman Pengolahan Pengamatan Vektor Program Penyehatan Lingkungan Data Dasar SISMAL Analisis Malaria SISMAL: Sistem Informasi dan Surveilans Malaria Data Dasar SISMAL didistribusikan kepada berbagai unit terkait dalam pengendalian malaria di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan lain sebagainya. Analisis malaria dapat menghasilkan informasi penting dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program serta dalam rangka monitoring evaluasi. Informasi ini juga sangat penting dalam rangka pelaksanaan kewaspadaan dini KLB malaria. 83

85 III. Tabel Analisis Indikator Bulanan dan Tahunan A. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan a. Analisis Indikator Malaria Bulanan di Dinas Kesehatan Kab/Kota Setiap Dinas Kesehatan Kab/Kota membuat tabel analisis malaria bulanan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Puskesmas dan Rumah Sakit. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan semua Puskesmas serta Rumah Sakit di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota Tabel Analisis Bulanan Indikator Malaria Kabupaten/Kota No Nama Puskesmas dan Rumah Sakit Kasus suspek diperiksa RDT + mikroskopis Kasus malaria (+) % kasus malaria (+) per jumlah ks suspek diperiksa Kasus malaria dg pfalsiparum (+) % kasus malaria dg Pfalsiparum per jml ks malaria (+) Kasus malaria (+) berumur <5 th % ks malaria (+) <5 th per total kasus malaria (+) Kasus malaria (+) ibu hamil % ks malaria (+) ibu hamil per total ks malaria (+) Kasus malaria (+) perempuan % ks malaria (+) perempuan per total ks malaria (+) Jumlah penderita rawat inap Jumlah penderita rawat inap meninggal Jumlah kasus malaria (+) rawat ianp (RI) % jml ks malaria (+) RI per total penderita rawat inap Jml ks malaria (+) RI meninggal % Jml ks malaria (+) meninggal per total RI meninggal Tingginya curah hujan Kepadatan vektor malaria 1 A 2 B 3 C.... Total 84

86 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria b. Analisis Indikator Malaria Bulanan di Dinas Kesehatan Provinsi Setiap Dinas Kesehatan Provinsi membuat tabel analisis malaria bulanan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas dan Rumah Sakit. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masingmasing Dinas Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dirjen PP&PL Kementerian Kesehatan dan tembusan BTKLPP setempat dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi. Tabel Analisis Bulanan Indikator Malaria Provinsi No Nama Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas dan Rumah Sakit Kasus suspek diperiksa RDT + mikroskopis Kasus malaria (+) % kasus malaria (+) per jumlah ks suspek diperiksa Kasus malaria dg pfalsiparum (+) % kasus malaria dg Pfalsiparum per jml ks malaria (+) Kasus malaria (+) berumur <5 th % ks malaria (+) <5 th per total kasus malaria (+) Kasus malaria (+) ibu hamil % ks malaria (+) ibu hamil per total ks malaria (+) Kasus malaria (+) perempuan % ks malaria (+) perempuan per total ks malaria (+) Jumlah penderita rawat inap Jumlah penderita rawat inap meninggal Jumlah kasus malaria (+) rawat ianp (RI) % jml ks malaria (+) RI per total penderita rawat inap Jml ks malaria (+) RI meninggal % Jml ks malaria (+) meninggal per total RI meninggal Tingginya curah hujan Kepadatan vektor malaria 1 Kab I 1. Pkm A 2. RS B Kota II 1. RS UD 2. Pkm X.. Total c. Analisis Indikator Malaria Bulanan di Nasional 85

87 Pusat membuat tabel analisis malaria bulanan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi dan nasional. Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan BTKLPP. Tabel Analisis Bulanan Indikator Malaria Nasional No Nama Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota Kasus suspek diperiksa RDT + mikroskopis Kasus malaria (+) % kasus malaria (+) per jumlah ks suspek diperiksa Kasus malaria dg pfalsiparum (+) % kasus malaria dg Pfalsiparum per jml ks malaria (+) Kasus malaria (+) berumur <5 th % ks malaria (+) <5 th per total kasus malaria (+) Kasus malaria (+) ibu hamil % ks malaria (+) ibu hamil per total ks malaria (+) Kasus malaria (+) perempuan % ks malaria (+) perempuan per total ks malaria (+) Jumlah penderita rawat inap Jumlah penderita rawat inap meninggal Jumlah kasus malaria (+) rawat ianp (RI) % jml ks malaria (+) RI per total penderita rawat inap Jml ks malaria (+) RI meninggal % Jml ks malaria (+) meninggal per total RI meninggal Tingginya curah hujan Kepadatan vektor malaria Jumlah laporan Puskesmas dan RS yang diterima 1 Provinsi I 1. Kab A 2. Kota B Provinsi II 1. Kab X 2. Kab Y.. Total 86

88 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria B. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan a. Analisis Indikator Malaria Tahunan Dinas Kesehatan Kab/Kota Setiap Dinas Kesehatan Kab/Kota membuat tabel analisis malaria tahunan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Puskesmas. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Tabel Analisis Indikator Malaria Kabupaten/Kota No Nama Puskesmas Jml Pdd Jml Pdd Reseptif Jml Uji RDT+Mikroskopis Jml Kasus Malaria (+) Jml Ks dg P.Falsiparum (+) Jml Ks Ibu.Hamil Jml Ks <5 th % Ks Malaria (+) per Total Uji RDT+mikroskopis % Ks dg Pfalsiparum per Jml Ks Mal (+) % Ks Ibu Hamil per jml ks mal ria (+) API per total penduduk API per pdd daerah reseptif Jml Ks mal (+) rawat inap Jml ks mal (+) rawat inap meninggal Jml Ks mal (+) rawat inap per 1. pdd Jml ks mal (+) rawat inap meninggal per 1. pdd Jumlah laporan bulanan diterima Jumlah laporan bulanan diterima tepat waktu 1 A 2 B 3 C.... Total b. Analisis Indikator Malaria Tahunan di Dinas Kesehatan Provinsi Setiap Dinas Kesehatan Provinsi membuat tabel analisis malaria tahunan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. 87

89 Tabel Analisis Indikator Malaria Provinsi No Nama Kab/Kota dan Puskesmas Jml Pdd Jml Pdd Reseptif Jml Uji RDT+Mikroskopis Jml Kasus Malaria (+) Jml Ks dg P.Falsiparum (+) Jml Ks Ibu.Hamil Jml Ks <5 th % Ks Malaria (+) per Total Uji RDT+mikroskopis % Ks dg Pfalsiparum per Jml Ks Mal (+) % Ks Ibu Hamil per jml ks mal ria (+) API per total penduduk API per pdd daerah reseptif Jml Ks mal (+) rawat inap Jml ks mal (+) rawat inap meninggal Jml Ks mal (+) rawat inap per 1. pdd Jml ks mal (+) rawat inap meninggal per 1. pdd Jml laporan bulanan diterima Jml laporan bulanan tepat waktu I.... II Kab. I 1. Pkm A 2. Pkm B Kab II 1. Pkm X 2. Pkm Y.. TOTAL c. Analisis Indikator Malaria Tahunan Nasional dan Regional Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) membuat tabel analisis malaria tahunan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi dan Nasional. Hal yang sama dilaksanakan oleh BBTKLPP dalam wilayah regionalnya masing-masing. 88

90 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Tabel Analisis Indikator Malaria Nasional No Nama Provinsi dan Kab/Kota Jml Penduduk Jml Penduduk Daerah Reseptif Jml Uji RDT+Mikroskopis Jml Kasus Malaria (+) Jml Ks dg P.Falsiparum (+) Jml Ks Ibu.Hamil Jml Ks <5 th % Ks Malaria (+) per Total Uji RDT+mikroskopis % Ks dg Pfalsiparum per Jml Ks Mal (+) % Ks Ibu Hamil per jml ks mal ria (+) API per total penduduk API per pdd daerah reseptif Jml Ks mal (+) rawat inap Jml ks mal (+) rawat inap meninggal Jml Ks mal (+) rawat inap per 1. pdd Jml ks mal (+) rawat inap meninggal per 1. pdd Jml laporan bulanan diterima Jml laporan bulanan diterima tepat waktu Jml laporan bulanan Puskesmas yang diterima Jml Puskesmas dengan l12 aporan bulanan I.... II Provinsi I 1. Kab A 2. Kab B Provinsi II 1. Kota X 2. Kab Y.. TOTAL 89

91 Lampiran 2 : Pengamatan dan Survei Vektor Malaria A. Pengamatan Vektor 1. Pengertian dan Tujuan Walaupun secara umum, malaria ditularkan oleh nyamuk, terutama nyamuk anopheles, tetapi jenis nyamuk penular malaria tersebut adalah spesifik pada masing-masing daerah, kepadatan bervariasi, dan sangat besar pengaruh kondisi lingkungan yang mendukung perkembang biakan nyamuk. Mencermati keberadaan nyamuk tersebut, sangat diperlukan pengamatan vektor sebagai bagian dari penyelenggaraan surveilans malaria Tujuan Memantau secara terus menerus dan sistematis terhadap kepadatan nyamuk menurut wilayah dan perkembangannya dari waktu ke waktu dan hubungannya dengan perkembangan kejadian malaria 2. Pelaksana Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, BTKLPP dan Pusat 3. Sumber Data, Variabel, Perekaman dan Pengolahan Data a. Sumber Data Pengukuran kepadatan vektor pada titik/lokasi pengamatan vektor rata-rata perhari dan perbulan. Pemilihan lokasi pengamatan vektor adalah sebagai berikut : (1) Pada daerah pada tahap pemberantasan, lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan riwayat terjadinya KLB malaria atau tingginya kejadian malaria (fokus malaria aktif) (2) Pada daerah pada tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeilharaan, lokasi pengamatan vektor juga berdasarkan riwayat terjadinya KLB malaria, tingginya kejadian malaria, tetapi juga diprioritaskan pada wilayah (dusun/desa) reseptif malaria atau wilayah vulnerabel 9 (3) Lokasi pengamatan vektor dapat merupakan sentinel pengamatan vektor pada wilayah lebih luas, terutama untuk

92 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria memantau perkembangan vektor musiman dan hubungannya dengan penentuan kegiatan penemuan dan pengobatan kasus malaria melalui Penemuan Penderita Demam Massal atau Pemeriksaan Darah Massal Hasil Pengamatan Vektor (Lihat Pedoman Pemberantasan Vektor, Dit. P2B2, Ditjen PP&PL, Departemen Kesehatan, 26) b. Variabel Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah rata-rata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan pada wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan c. Perekaman dan Pengolahan Data Data hasil pengukuran kepadatan vektor pada masing-masing lokasi direkam dalam formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Harian (tabel 2.1) Rata-rata hasil pengukuran kepadatan vektor masing-masing lokasi dikompilasi kedalam formulir Kepadatan Vektor Bulanan (tabel 2.2) 91

93 Tabel 2.1 Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Harian Provinsi :.. Kab/Kota :... Kecamatan/Puskesmas :../.. Puskesmas :../.. Tahun/Bulan :../. Tanggal Rata-rata per bulan Kepadatan Vektor Per Lokasi Pengamatan Lokasi 1 Lokasi-2 Lokasi-3 Lokasi-4 Tabel 2.2 Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Bulanan Provinsi :.. Kab/Kota :... Kecamatan/Puskesmas :../.. Puskesmas :../.. Tahun :. Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni.. Desember Rata-rata per hari dalam sebulan Rata- Rata Kepadatan Vektor Per Lokasi Pengamatan Lokasi-1 Lokasi-2 Lokasi-3 Lokasi-4 Rata-Rata 92

94 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 4. Tampilan Analisis Bentuk tampilan analisis sebagai berikut : a. Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor b. Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas d. Perkembangan kepadatan vektor, perkembangan kasus malaria bulanan dan curah hujan bulanan c. Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor dan penetapan wilayah reseptif malaria 5. Langkah-langkah a. Menentukan lokasi pengukuran vektor sesuai dengan kebutuhan dan kriteria b. Pengukuran kepadatan vektor dilakukan pada malam hari, diamati jenis vektor dewasa dan kepadatannya, sekaligus dengan pengukuran kelembapan, curah hujan dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan vektor (lihat Pedoman Pemberantasan Vektor) b. Setiap hari pengukuran, dihitung kepadatan rata-rata dari semua lokasi pengamatan vektor. c. Setiap akhir bulan pengukuran, dihitung kepadatan rata-rata per hari per lokasi pengamatan dalam sebulan, juga rata-rata perhari semua lokasi pengamatan dalam waktu sebulan c. Pindahkan data pengukuran pengamatan vektor rata-rata perhari semua lokasi dalam setahun kedalam tabel Pengamatan Kepadatan Vektor Bulanan (Tabel 2.2) d. Buat grafik fluktuasi kepadatan vektor e. Hasil pengamatan vektor digunakan untuk menentukan dusun, desa dan Puskesmas reseptif malaria Contoh Analisis : a. Grafik Fluktuasi Kepadatan Vektor perhari Kepadatan nyamuk Anopheles diperoleh dengan pengamatan pada beberapa titik pengamatan di wilayah reseptif dengan umpan manusia, kemudian diambil rata dalam sehari (semalam) dan kemudian dirataratakan perhari dalam sebulan pengamatan. 93

95 b. Wilayah reseptif adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria. Data wilayah reseptif, sebaiknya setingkat desa, walaupun sebenarnya hanya sebagian dari desa. Desa ditetapkan sebagai wilayah reseptif, karena di desa tersebut yang pernah berjangkit penularan malaria, 94

96 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria yang kemudian diteliti dengan cermat pada kondisi lingkungan dan perkembangan vector nyamuk malaria yang berpotensi terjadinya penularan malaria Contoh Daftar Wilayah Desa Reseptif malaria di Puskesmas Jaya No Desa Tabel Wilayah Reseptif Malaria, Puskesmas Jaya, Jml Pdd Jml Du sun Jml Jml Jml Jml Pdd Jml Dusun Du Dusun Reseptif Pdd Reseptif sun Reseptif Jml Pdd Reseptif Total AMAN BIDAI CHARL DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN

97 Peta Wilayah Reseptif Malaria Gambar Peta Desa Reseptif dan Insidens Malaria Puskesmas Jaya, 212 Incidance rate per 1 pop >4 1-4 <1 Desa Reseptif Reseptif Non Reseptif Gambar Wilayah Reseptif Menurut Puskesmas Kabupaten Jaya, 212 Reseptif Non Reseptif Puskesmas reseptif adalah Puskesmas yang terdapat wilayah reseptif, baik desa reseptif maupun dusun reseptif 96

98 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria B. Survei Vektor Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria. Survei vektor dapat dilaksanakan survei vektor spot dan survei vektor berkala. 1. Tujuan Survei Survei Vektor diharapkan dapat mengidentifikasi bionomik vektor (nyamuk anopheles) yang terdiri atas : (1) Tempat berkembang biak nyamuk (2) Jenis nyamuk (3) Siklus hidup nyamuk (4) Kepadatan nyamuk malam hari di dalam dan di luar rumah serta tempat-tempat berisiko penularan (lihat hasil survei perilaku penduduk) (5) Kebiasaan nyamuk istirahat di dalam dan di luar rumah (6) Kebiasaan nyamuk menggigit di dalam dan di luar rumah (7) Kebiasaan menggigit manusia (antopofilik) dan hewan (zoofilik) 2. Sasaran Survei Daerah pada tahap pemberantasan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada daerah yang terjadi peningkatan luar biasa, daerahdaerah yang sering terjadi KLB, daerah dengan angka kejadian malaria cukup tinggi dan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu. Daerah pada tahap eliminasi melaksanakan survei vektor, sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama di wilayah reseptif malaria, atau fokus malaria aktif Waktu survei sebelum puncak jumlah kasus malaria (pemantauan mingguan/bulanan wabah malaria) atau puncak kepadatan vektor (pengamatan vektor). 3. Metode dan Desain Analisis Metode dan desain analisis Survei Vektor lihat pada pedoman terkait. Petugas surveilans malaria, perlu memahami siklus hidup nyamuk, dan metode serta desain analisis survei vektor ini agar hasil survei vektor dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis situasi malaria sehari-hari (surveilans rutin) maupun surveilans khusus 97

99 Referensi Siklus Hidup Nyamuk Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, mengalami 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas : 1. Nyamuk dewasa : Proporsi keberadaan nyamuk jantan dan betina dewasa adalah sama, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyakum betina keluar dari kepompong. Setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Perkembangan telur menjadi nyamuk dewasa tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. 2. Telur nyamuk. Stadium telur ini memakan waktu 1 2 hari. Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur ini berbeda beda tergantung dari jenisnya. - Nyamuk anopeles meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. - Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. - Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada benda-benda yang terapung dipermukaan air atau pada dinding penampungan air sedikit diatas permukaan air. - Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan tumbuhan air, secara bergerombol berbentuk karangan bungan. 3. Jentik nyamuk Stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator. 98

100 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 4. Kepompong Stadium kepompong lebih kurang 1 2 hari. Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pada stadum ini terbentuk sayap hingga dapat terbang,. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places) Dalam siklus hidup nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan, culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam kolam, rawa rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles memiliki bermacam breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut : 1. Air payau adalah tempat berkembang biak yang disukai Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus 2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disukai Anopheles sundaicus dan Anopheles maculatus 3. Tempat yang terlindung dari sinar matahari disenangi Anopheles vagus, Anopheles umbrosus untuk berkembang biak. 4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles vagus, indefinitus, letifer untuk tempat berkembang biak. 5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi Anopheles aconitus, vagus, barbirostris, dan anullaris untuk berkembang biak. Kebiasaan menggigit Waktu aktif mencari darah dari masing masing nyamuk berbeda beda, anopheles dan colex merupakan nyamuk yang aktif pada malam hari, adalah sedangkan Aedes merupakan nyamuk yang aktif pada siang hari, dan pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina. 99

101 Tempat beristirahat (resting places) Setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 3 hari. Tempat beristirahat bisa bagian dalam rumah atau diluar rumah, seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain lain Bionomik Nyamuk (kebiasaan hidup) Pemahaman bionomik ini merupakan informasi penting dalam upaya pengendalian vektor, misalnya dalam pemberantasan nyamuk dengan insektisida. Nyamuk mempunyai bermacam-macam kebiasaan yang perlu diketahui untuk pengendalian malaria, misalnya : a. Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan/mencari makan, dan lamanya hidup. b. Kebiasaan kegiatan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya. c. Kebiasaan berlindung diluar rumah dan di dalam rumah. d. Kebiasaan memilih mangsa. e. Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban dll. f. Kebiasaan di dalam rumah atau di luar rumah. Metode Pengendalian Vektor Pengendalian vektor sampai tuntas (pembasmian) adalah sangat sulit dilakukan, yang dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi vektor sampai tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Prinsip dasar dalam pengendalian vektor : 1. Pengendalian vektor dilakukan dengan berbagai macam cara agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak membahayakan kehidupan manusia 2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Cara-cara pengendalian vektor malaria, antara lain : 1. manipulasi lingkungan terhadap jentik dan nyamuk. Baik cara sederhana dengan pengaturan tanam, menjaga irigasi, pengeringan sawah, atau yang canggih dengan pengaturan irigasi, pembangunan dan sebagainya 2. penyemprotan insektisida pada nyamuk dan larvasida terhadap jentik (IRS-indoor residual spraying) 1

102 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 3. umpan binatang ternak, sehingga nyamuk menggigit hewan dan tidak pada manusia 4. rumah terproteksi dari masuknya nyamuk anopheles 5. menghindar dari tempat dengan kepadatan nyamuk tinggi atau dengan obat pelindung diri Untuk mengetahui strategi pengendalian vektor yang tepat, perlu dilakukan pengamatan dan survei vektor 11

103 Lampiran 3 : Penyelidikan, Penanggulangan KLB Malaria dan Surveilans I. Pendahuluan Pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria, maka segera dilakukan upaya penanggulangan KLB yang secara umum terdiri dari : 1. Penyelidikan epidemiologi 2.Upaya penemuan dan pengobatan penderita 3.Upaya pengendalian agar KLB tidak (pencegahan) 4.Surveilans berkembang luas Keempat kegiatan tersebut dilaksanakan serentak dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Biasanya penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesegera mungkin, dan informasi awal hasil penyelidikan disampaikan pada tim penanggulangan. Misalnya kepastian tentang diagnosis etiologi KLB, ditetapkannnya luas darah berjangkit dan kelompok populasi yang mendapat serangan paling parah. Adanya informasi awal, segera diikuti dengan menyelenggarakan surveilans epidemiologi, terutama data penderita berobat dan mendapat perawatan intensif Hubungan keempat kegiatan digambarkan sebagai berikut : 12 tersebut, secara skematis dapat

104 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Gambar Penanggulangan KLB Malaria Penyelidikan Epidemiologi Pengobatan dan Perawatan Pengendalian dan Pencegahan Surveilans Epidemiologi Surveilans epidemiologi yang baik, akan membantu upaya penanggulangan dan penyelidikan epidemiologi lebih focus, efektif dan efisien. Kegiatan penyelidikan epidemiologi dan surveilans epidemiologi saling memberi informasi, dan pada upaya penanggulangan KLB malaria dilaksanakan dalam satu paket kegiatan II. Pengertian KLB Malaria Kasus Malaria Suspek pada KLB adalah : Seseorang bertempat tinggal di daerah KLB (ditetapkan) dan dalam periode KLB (ditetapkan) yang menunjukkan gejala demam (37,5-4C) atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir, disertai menggigil dan berkeringat. Gejala lain yang bisa muncul adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot, pegel-pegel 6. Kasus malaria positif (simtomatis) pada KLB malaria adalah kasus suspek malaria yang pada pengujian sediaan darah (mikroskopis) atau pengujian cepat RDT, ditemukan adanya parasit malaria atau jejak parasit malaria (Plasmodium falsiparum) Kasus malaria indigenous pada KLB malaria adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous pada KLB malaria adalah kasus malaria positif (simtomatis) yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum sakit (demam) 6 Depkes RI. Pedoman SKD-KLB Malaria, tahun 27 13

105 Kriteria teknis KLB malaria dibedakan antara daerah tahap pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan 1. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan Dan Preeliminasi Pada Desa atau Kelurahan a. Terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini: Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah maksimum penderita pada pola maksimum dan minimum dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 2%; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau b. terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu lebih dari 5 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama; dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 2% ; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan Secara skematis penentuan adanya KLB malaria dapat dilihat pada gambar Alur Penetapan KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan, dibawah ini : 14

106 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Gambar Alur Penetapan KLB Malaria Pada Daerah Tahap pemberantasan, Pre Eliminasi dan Eliminasi Laporan masyarakat Laporan dokter/petugas Perkembangan mingguan/bulanan malaria Peningkatan Kasus Malaria Positif Ya Tidak Jumlah kasus >2 kali dibanding bulan sebelumnya/ bulan sama tahun sebelumnya/maksimum kurva pada periode waktu yang sama/ Tidak atau Kematian > 5% dibanding bulan sebelumnya Ya MFS : PR>2% Pf dominan Kewaspada an tinggi *) Tidak Ya KLB Malaria pada daerah tahap eliminasi : peningkatan kasus malaria poitif indigenous 2. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Eliminasi Pada Desa atau Kelurahan : a. Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria indigenous di suatu wilayah tertentu dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini: Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah maksimum penderita malaria indigenous di wilayah yang sama pada pola maksimum dan minimum dan slide positivity rate pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 2%; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau b. terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous dan atau impor) meninggal dalam periode tertentu lebih dari 5 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama; dan slide positivity rate pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 2% ; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan 15

107 Secara skematis penentuan adanya KLB malaria tahap Eliminasi dapat dilihat pada gambar Alur Penetapan KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan, Pre-eliminasi, dan Eliminasi 3. Pada Daerah Pengendalian Malaria Tahap Pemeliharaan Terjadi KLB malaria jika : ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous (termasuk penderita malaria introduce) III. Tujuan Penyelidikan Epidemiologi Dan Surveilans Memastikan adanya KLB malaria Menetapkan etiologi KLB malaria (jenis parasit) Penemuan penderita Mengetahui gambaran epidemiologi KLB berdasarkan karakteristik waktu (kurva), tempat (dusun/desa) dan orang (umur, jenis kelamin) dan faktor risikonya 5. Mengidentifikasi kelompok rentan KLB malaria 6. Mengetahui pola musiman dan bionomik vektor 7. Mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap malaria 8. Mengetahui musim dan curah hujan dan pengaruhnya terhadap perkembangan malaria 9. Identifikasi penduduk migrasi dan hubungannya dengan perkembangan malaria 1. Mengetahui sumber-sumber dan cara penularan malaria (identifikasi penularan setempat) 11. Rekomendasi upaya penanggulangan yang lebih baik IV. Metode A. Sumber Informasi Adanya KLB Malaria 1. Sistem deteksi dini KLB malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan (SKD-KLB malaria) melalui kegiatan pemantauan adanya KLB di masyarakat, Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria dan penyelidikan dugaan adanya KLB malaria 2. Laporan masyarakat 16

108 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria B. Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan KLB Malaria 1. Puskesmas segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/w1) 2. Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi 3. Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi a. Tujuan (1) memastikan adanya KLB malaria (2) mencari, menemukan dan mengobati penderita malaria, sehingga dapat menurunkan risiko penularan setempat (menghilangkan sumber-sumber penularan) b. Pelaksanaan (1) Penderita berobat ke pos-pos kesehatan direkam dalam Register Berobat Pos Kesehatan. Penderita demam (kasus malaria suspek) diberi tanda sebagai kasus malaria suspek (2) Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diwawancarai dengan menggunakan formulir wawancara Form Penyelidikan Epidemiologi KLB Malaria (lampiran lpklb-1) (3) Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diambil spesimen darah dan diuji secara mikroskopis atau RDT yang sesuai (4) Setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar (5) Penderita demam yang tidak datang ke pelayanan kesehatan didatangi ke rumah penderita. (6) Setiap kasus malaria positif diikuti dengan pemeriksaan kontak dengan menguji sediaan darah penghuni rumah (3-5 rumah) yang berdekatan dengan rumah kasus malaria positif. Kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) harus mendapat pengobatan standar. 17

109 (7) Rangkaian kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) diselesaikan dalam waktu secepatnya tidak lebih dari 7 hari sejak kegiatan ini dilaksanakan, termasuk pemberian obat kepada penderita malaria positif untuk menghilangkan parasit malaria dari penderita. Cara ini diharapkan dapat menurunkan risiko penularan dan mencegah terjadinya reinfeksi. (8) Melakukan analisis untuk memastikan adanya KLB Malaria dan atau evaluasi dampak terhadap perkembangan dan perluasan KLB malaria (lihat analisis pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal/MFS) (9) Jika diperlukan, mengintensifkan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) di seluruh wilayah KLB malaria, sehingga seluruh penderita malaria dapat ditemukan dan diobati dalam waktu kurang dari 7 hari sejak mulai melaksanakan Penemuan Penderita Demam Massal, sehingga dampak pengobatan dapat menurunkan risiko penularan malaria dan mencegah reinfeksi di seluruh wilayah KLB 7. Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan menerapkan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), sesuai hasil analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB, terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi 8. Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan mendistribusikan kelambu berinsektisida, sesuai analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB 9. Melaksanakan upaya penanggulangan KLB Malaria dengan melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS), sesuai analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB 1. Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas : a. Melakukan kajian pengaruh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap KLB malaria b. Melaksanakan survei pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap malaria dan KLB malaria c. Melaksanakan kajian pengaruh kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk terhadap KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan 18

110 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria d. Melakukan survei dinamika penularan e. Melaksanakan pengamatan dan survei vektor Data vektor yang dikumpulkan adalah meliputi spesies vektor, bionomik dan tempat perkembangbiakan. Data tersebut dikumpulkan dari hasil kegiatan survey vektor pada saat konfirmasi KLB dan akhir KLB. (Lihat pada Pengamatan dan Survei Vektor) f. Melaksanakan verbal otopsi 11. Melaksanakan surveilans Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan epidemiologi, pengamatan vektor dan sebagainya Gambar Surveilans Pada Saat KLB Malaria Di Daerah Tahap Pemberantasan KLB Malaria Pelaksanaan Surveilans Data Penemuan Kasus Secara Aktif (Pos Kesehatan) Intervensi MBS Analisis Survei kontak Intervensi IRS Pengamatan dan survey Vektor Penyelidikan epidemiologi Pengamatan dan observasi lapangan petugas Intervensi Kelambu Intervensi Lingkungan Penanggula ngan KLB Sumber Data Epid. Laporan Png.KLB C. Analisis Hasil Penemuan Penderita Demam Massal Pada penemuan kasus malaria secara pasif di Puskesmas, Rumah Sakit dan Fasilitas lainnya mempunyai register pasien rawat jalan/inap harian standar. Demikian juga, pada pelayanan kesehatan di pos-pos 19

111 pelayanan kesehatan dalam rangka Penemuan Penderita Demam Massal, menggunakan register pasien rawat jalan/inap harian standar Setiap penderita demam pada register pasien rawat jalan/inap harian yang diyakini sebagai kasus malaria suspek, diwawancara lebih jauh dengan menggunakan formulir wawancara Kasus Malaria Suspek Pada KLB malaria (lihat pada Lampiran 3.1) Data terekam dalam register rawat jalan/inap harian, dipindahkan/direkam ulang dalam Daftar Penderita Demam Massal Pada KLB Malaria sebagai master data penyelidikan KLB malaria ini. Data dalam Daftar Penderita Demam Massal diolah sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan analisis yang dibahas pada pokok bahasan analisis dibawah ini : 1. Penetapan Etiologi KLB Malaria Etiologi KLB malaria dapat ditegakkan jika distribusi gejala kasuskasus yang dicurigai menunjukkan gejala demam adalah dominan, dan gejala lain yang menonjol adalah menggigil, dan berkeringat, tetapi beberapa daerah bisa mempunyai gejala dan tanda lebih spesifik. Sumber data analisis etiologi KLB malaria dapat berdasarkan data Penemuan Kasus Malaria Secara Pasif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Penemuan Penderita Demam Massal. Setiap penderita yang dicurigai dilakukan uji diagnostic dengan pemeriksaan mikroskopis sediaan darah, RDT atau pengujian lain yang sesuai Gejala klinis penderita malaria bisa rancu dengan gejala klinis DBD, oleh karena itu, distribusi gejala dan hasil pengujian laboratorium menjadi sangat penting untuk menentukan etiologi KLB malaria. Gejala dan tanda penyakit lain yang dicurigai atau mirip dengan gambaran klinis malaria juga perlu ditanyakan pada saat mewawacarai penderita yang dicurigai, sehingga pada waktu analisis distribusi gejala dapat dimanfaatkan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain sebagai etiologi KLB ini. Misalnya, jika juga curiga dengan DBD, maka wajib ditanyakan bercak kemerahan, tanda-tanda perdarahan, dan perlunya pemeriksaan trombosit dan hematokrit. Gejala dan tanda klinis tersebut ditanyakan pada setiap penderita yang dicurigai (suspek malaria). Gejala dan tanda klinis ini sebaiknya ditanyakan pada semua penderita, tetapi apabila jumlah kasus 11

112 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria malaria pada KLB ini cukup besar, gejala dan tanda klinis ini bisa ditanyakan pada sebagian penderita sampai jumlah cukup memadai untuk analisis etiologi KLB malaria (minimal 25 suspek malaria), tetapi gejala dan tanda klinis yang merupakan kriteria kasus malaria, wajin ditanyakan pada semua penderita, misalnya gejala demam dalam 48 jam terakhir, menggigil, sakit kepala dan ikterik Gambaran distribusi gejala malaria pada KLB malaria dapat dimanfaatkan untuk menentukan etiologi KLB malaria. Contoh dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Distribusi Gejala Pada KLB Malaria No Jumlah Kasus Dicurigai Gejala Demam (37,5-4C) Menggigil Berkeringat Sakit kepala Mual Muntah Diare Nyeri otot Anemi (pucat) Mata/Kulit kuning (ikterus) Air kencing seperti air teh /hitam Gangguan kesadaran Meninggal Jumlah kasus yang diperiksa % 1% Hasil Pengujian Laboratorium Hasil Pengujian Laboratorium No Metode Pemeriksaan RDT Mikroskopis : P falsiparum P. vivak 111 Jumlah Kasus Diperiksa Jumlah Hasil Pemeriksaan

113 2. Memastikan adanya KLB Malaria Penetapan KLB Malaria dilaksanakan secara bertahap sejak adanya dugaan adanya KLB Malaria, sampai KLB dinyatakan berakhir. Adanya dugaan KLB Malaria sudah memerlukan penyelidikan dan penanggulangan KLB sesuai dengan kondisinya a. Memantau perkembangan jumlah absolut kasus malaria suspek dan kasus malaria positif dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan) berdasarkan Penemuan Kasus Malaria di Fasiltas Kesehatan atau informasi lain. b. Apabila terdapat indikasi KLB malaria, maka (1) Memeriksa penderita dicurigai, rumah tempat tinggalnya dan lingkungan sekitarnya untuk mengidentifikasi adanya tempattempat perindukan nyamuk. (2) Memeriksa warga dari rumah ke rumah di sekitar rumah penderita dicurigai untuk menemukan penderita suspek malaria (demam), setiap penderita suspek dilakukan pemeriksaan RDT atau mikroskopis. Setidak-tidaknya harus menemukan 5 kasus suspek malaria yang diperiksa RDT/mikroskopis. (3) Jika terdapat kasus malaria positip lainnya, maka investigasi diperluas untuk menentukan besar masalah KLB malaria (epidemiologi deskriptif menurut waktu, tempat, orang), luas wilayah yang berjangkit KLB malaria dan risiko beratnya penyakit dan kematian. c. Menentukan waktu mulai KLB malaria, memantau perkembangan luas daerah berjangkit KLB dan memantau perkembangan besarnya attack rate kasus malaria suspek dan kasus malaria positif selama periode KLB (harian. mingguan dan bulanan) d. Memantau perkembangan slide positivity rate (SPR) dan proporsi Plasmodium falsiparum dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan) e. Jika diperlukan, melakukan penyelidikan lebih luas untuk mengetahui pengaruh faktor risiko tertentu dan identifikasi sumber-sumber penularan 3. Menetapkan luasnya KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (epidemiologi deskriptif) Secara umum, data penderita malaria berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal dapat diolah dan disajikan dalam berbagai bentuk tampilan analisis yang memberikan gambaran luasnya KLB malaria :

114 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria a. Kurva epidemi atau grafik fluktuasi kasus mingguan, atau bulanan b. Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium c. Distribusi Kasus KLB malaria menurut umur dan jenis kelamin d. Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu e. Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya a. Kurva epidemi atau grafik fluktuasi kasus mingguan, atau bulanan Grafik Kurva Epidemi Kasus Malaria Positif KLB Malaria, Puskesmas Jaya, Penemuan Demam Massal Laporan mingguan Puskesmas JUMLAH KASUS Kasus Suspek MINGGU Kasus Positif Kasus Meninggal Analisis pada contoh grafik Kurva Epidemi Kasus Malaria Pada KLB Malaria Puskesmas Jaya, 212 : (1) KLB Malaria dimulai pada minggu ke 16, 212, dan masih berlangsung tinggi saat penyelidikan (minggu ke 19, 212) (2) Jumlah kasus malaria suspek adalah jumlah kasus malaria suspek antara minggu ke 16-19, 212. Kasus malaria suspek pada minggu 12-15, 212, bukan kasus KLB (tidak masuk dalam periode KLB). Satuannya adalah kasus (3) Jumlah kasus malaria positif adalah jumlah kasus malaria positif antara minggu ke 16-19, 212, dan attack rate adalah per 1 penduduk di daerah (dusun/desa) yang berjangkit KLB malaria 113

115 b. Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium Tabel Distribusi Kasus Malaria Menurut Minggu Mulai Sakit KLB Malaria di Puskesmas Jaya, 212 Kasus Malaria Kasus Suspek Kasus Positif Pf % Pf Minggu Mulai Sakit Analisis pada contoh tabel Distribusi Kasus Malaria Menurut Minggu Mulai Sakit Pada KLB Malaria Puskesmas Jaya, 212 : (1) Periode KLB 16-19, 212 (2) Jumlah kasus malaria positif pada periode KLB (minggu 16-19, 212) adalah 146 kasus. Ini menunjukkan attack rate.. per 1. penduduk wilayah KLB (3) Jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum selama periode KLB adalah 118 kasus, % Pf terhadap kasus malaria positif adalah 8,8 % (118 ks /146 ks %) c. Distribusi Kasus KLB malaria menurut umur dan jenis kelamin Tabel Distribusi Kasus Menurut Jenis Kelamin KLB Malaria Puskesmas Jaya, 212 Attack Populasi Kasus Case Jenis Meninggal Rate per Berisiko positif Fatality Kelamin **) 1. *) **) Rate (%) pdd Laki-laki ,1 1,2 Perempuan ,5 1,7 Total ,3 3,4 *) dusun-dusun berjangkit KLB (terjadi peningkatan kasus) **) kasus selama periode KLB Analisis : Sampai minggu ke 19, 212, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus, attack rate total sebesar 39,3 per 1 populasi berisiko. 114

116 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Risiko sakit pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan, tetapi risiko meninggal diantara kasus malaria lebih besar pada perempuan. Tabel Distribusi Kasus Menurut Umur KLB Malaria Puskesmas Jaya, 212 Gol. Populasi Kasus Attack Case Meninggal Umur Berisiko positif Rate per Fatality **) (tahun) *) **) 1. pdd Rate (%) < Total ,3 3,4 *) dusun-dusun berjangkit KLB (terjadi peningkatan kasus) **) kasus selama periode KLB Analisis : Sampai minggu ke 19, 212, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus, attack rate total sebesar 39,3 per 1 populasi berisiko. Risiko sakit terberat adalah pada usia tahun, risiko sakit cukup tinggi pada usia <1 tahun. d. Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu Tabel Distribusi Kasus Menurut Dusun/Desa KLB Malaria Puskesmas Jaya, 212 Attack Populasi Kasus Case Meninggal Rate per Desa/Dusun Berisiko positif Fatality **) 1. *) **) Rate (%) pdd Labu/Meriah Labu/DsTuo Damai/Kwt ,6 Total ,3 3,4 *) dusun-dusun berjangkit KLB (terjadi peningkatan kasus) **) kasus selama periode KLB 115

117 Analisis : Sampai minggu ke 19, 212, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus, attack rate total sebesar 39,3 per 1 populasi berisiko. Risiko sakit terberat adalah pada dusun Merah Desa Labu Grafik Kurva Epidemi Kasus Malaria Positif KLB Malaria, Puskesmas Jaya, Penemuan Demam Massal Laporan mingguan Puskesmas JUMLAH KASUS 6 5 Total Kasus Mirah Tuo KW MINGGU Analisis : Sampai minggu ke 19, 212, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus. Risiko sakit terberat adalah pada dusun Merah Desa Labu, peningkatan kasus sudah dimulai sejak minggu 15, sementara Dusun Tuo dan KW1 baru terjadi peningkatan kasus pada minggu 17 e. Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya Terutama analisis untuk mengidentifikasi dugaan sumber-sumber penularan malaria. Berdasarkan analisis terhadap data epidemiologi deskriptif dapat ditentukan : 1. kapan terjadi KLB, kapan KLB dimulai dan KLB berakhir 2. bagaimana kecenderungan KLB saat ini (meningkat, tetap, menurun atau sudah berakhir) 3. bagaimana perluasan KLB saat ini (menyebar, tetap, semakin menyempit daerah berjangkitnya atau sudah berakhir) 4. berapa besar Attack Rate, Case Fatality Rate, Mortality Rate, termasuk kesimpulan analisis spesifik menurut umur, jenis kelamin, desa/dusun dan khusus lainnya 116

118 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria D. Analisis Lain 1. Analisis karakteristik penularan a. Penularan setempat Indikasi penularan setempat antara lain : (1) ditemukan sejumlah kasus malaria positif, terutama bayi dan anak < 9 tahun positif malaria (2) ditemukan vektor atau tersangka vektor (3) ditemukan tempat perindukan potensial (4) banyak kasus pada kelompok wanita b. Penularan di luar wilayah KLB tidak ada indikasi penularan setempat (1) tidak terdapat vektor penular (2) kasus malaria pada umumnya laki-laki (3) kasus malaria pada umumnya dewasa 2. Analisis Sumber dan Cara Penularan Dimaksudkan sumber penularan adalah lokasi dimana penularan dari orang (penderita) nyamuk - orang lain (penderita baru) terjadi. Artinya lokasi tersebut banyak terdapat kasus malaria ditempat tersebut atau banyak kasus malaria yang berhubungan dengan tempat tersebut, ada tempat dimana nyamuk berkembang biak (tempat perindukan nyamuk), dan terjadi hubungan antara kasus yang digigit nyamuk, dan nyamuk infected tersebut mengigit calon kasus baru Informasi adanya sumber dan cara penularan, sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan malaria. Langkah analisis sumber dan cara penularan : a. Mengembangkan hipotesis sumber dan cara penularan bersasarkan analisis terpadu terhadap perkembangan kasus, distribusi kasus berdasarkan lokasi (dusun/desa), distribusi kasus menurut karakteristik penduduk (jenis kelamin, umur, tempat bekerja dan faktor lain yang dicurigai), hasil survei bionomic vektor, hasil pengamatan kebiasaan penduduk, perubahan lingkungan dan sebagainya b. Membuktikan hipotesis yang telah disusun dengan survei dinamika penularan, baik berdasarkan data yang telah diperoleh, maupun mengembangkan survei baru untuk melengkapi hasil pendataan sebelumnya 117

119 V. Pelaporan Contoh Format pelaporan Judul : Laporan KLB Malaria Di., tahun.. Daftar Tim : Nama, gelar, satuan tugas, jabatan dan kedudukan dalam tim penyelidikan, handphone dan Laporan Ringkas (Untuk Pimpinan) Dibuat secara ringkas memuat bagian-bagian penting hasil penyelidikan yang perlu disampaikan pada pimpinan dengan bahasa umum Laporan Tanggal Puskesmas Kecamatan Kab/Kota Provinsi I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X. XI. :... :... : : : Abstrak Kepastian adanya KLB malaria Penetapan etiologi KLB malaria Kurva epidemi Gambaran epidemiologi secara umum (jumlah kasus dan meninggal, periode KLB, wilayah penularan KLB malaria) Gambaran epidemiologi menurut umur, jenis kelamin serta menurut variabel penting lainnya Gambaran epidemiologi menurut daerah (peta) atau lokasi khusus lainnya Keadaan KLB saat penyelidikan dilakukan (kecenderungan, perluasan) Sumber (asal) dan cara penularan Rekomendasi cara-cara penanggulangan Rekomendasi penyelidikan lebih luas atau lebih teliti Masing pembahasan tersebut sesuai dengan kaidah pelaporan penelitian epidemiologi sesuai dengan hasil penyelidikan epidemiologi. Pokok bahasan dapat dilihat pada lampiran lampiran lpklb-3 118

120 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran lpklb FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA MALARIA Puskesmas Kabupaten/Kota Tanggal Penyelidikan :. : : A. IDENTITAS PENDERITA 1. Nama : 2. Umur (tahun + bulan) : 3. Status dalam keluarga : 4. Alamat RT/RW :. Kelurahan-Desa. Kecamatan :.. Kab/Kota :.. Provinsi :.. 5. Pekerjaan Utama Alamat tempat kerja :. :. 6. Pekerjaan Sampingan Alamat Tempat Kerja : :. : 7. Hubungan dengan penderita : (diisi apabila responden adalah orang-orang kontak) a. Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara) b. Hubungan tidak serumah (tetangga, teman kantor, teman sekolah, lainnya sebutkan :. B. RIWAYAT PENYAKIT 1. Sakit yang sekarang sudah berapa lama? hari 2. Antara 2-4 minggu sebelum sakit yang sekarang, apakah pergi bermalam ke luar daerah/desa? Ya/Tidak 3. Jika Ya, sebutkan alamatnya! RT/RW/Dusun 119 :.

121 Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi :. :. :.... : Apa gejala yang timbul pada sakit yang sekarang? a. Demam b. Pusing c. Mual d. Muntah e. menggigil f. Pegal-pegal g. Diare 5. Pernahkan sakit dengan gejala seperti sakit yang sekarang? Ya/Tidak 6. Jika Ya, kapan/tanggal berapa sakit yang terakhir? 7. Tempat tinggal saat sakit tersebut dimana? RT/RW/Dusun Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi :. :. :. :.... : Diagnosis yang dibuat Puskesmas : Pf/Pv/Mx 9. Tanggal Sediaan Darah dibuat Nomor slide Sediaan darah : : 1. Tanggal pemeriksaan Sediaan Darah Laboratorium Pemeriksa :. : 11. Klasifikasi penderita : a. indigenous b. relaps c.impor 12. Daftar Spesimen Sediaan Darah semua penghuni rumah penderita : No No. SD Nama Umur Jenis Kelamin Klinis Diagnosis Obat

122 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 13. Aktivitas rutin di luar rumah pada malam hari Jam Kegiatan Tempat Kegiatan 1. Kondisi sekitar rumah : a. ada genangan air berjentik b. ada tambak tidak terurus dan berjentik c. banyak semak bernyamuk d. dekat dengan hutan :. Km e. lainnya : Kegiatan kumpul-kumpul (kegiatan sosial) yang selalu dihadiri : a. b. c. Pewawancara :.. 121

123 Lampiran lpklb Pada KLB malaria dimana jumlah kasus cukup banyak, sehingga kemampuan wawancara dan perekaman data menjadi kendala, maka dapat menggunakan formulir dalam bentuk daftar. Misalnya pada daerah tahap pemberantasan, Perekaman data dibuat pada 2 tabel terpisah : 1. Register Keluarga, Ini digunakan jika kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Penderita dengan riwayat demam 48 jam terakhir dilakukan wawancara dan pemeriksaan khusus dengan Form Penyelidikan KLB Malaria 2. Register Kunjungan Penderita Berobat. Ini digunakan jika kegiatan penemuan kasus malaria dengan melaksanakan kegiatan pos pengobatan di pemukiman yang terjadi KLB malaria. Penderita demam (kasus malaria suspek) diberi tanda sebagai kasus malaria suspek untuk diwawancara 3. Form Penyelidikan KLB Malaria (Register Penderita Malaria Pada Penyelidikan KLB Malaria) Register Keluarga KLB Malaria di Puskesmas Jaya, 212 Nama Desa : Tanggal PE : No Nama KK 122 Dusun Anggota Keluarga Jenis Umur Kelamin Riwayat Demam 48 jam terakhir

124 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Register Penderita Malaria KLB Malaria di, tahun Nama Desa :.. Tanggal PE : 123 diare Kode Slide pegal menggigil muntah mual pusing Demam Dusun Tgl mulai sakit Nama KK Jenis kelamin N o Nama Kasus Demam Umur Gejala klasifi kasi Hasil Pf, Pv, Po, Pm Obat

125 Lampiran LpKLB Panduan Pokok Bahasan dan Ruang Lingkup Pelaporan Pokok Bahasan Pelaporan Sumber Informasi adanya KLB Lokasii KLB dan jumlah penduduk berisiko Faktor yang berpotensi menimbulkan KLB Situasi Penyakit Upaya penanggulangan yang telah dilakukan Pihak-pihak yang member bantuan Bantuan yang diharapkan (bila ada) 124 Ruang Lingkup Pelaporan Informasi melalui : a. Petugas Puskesmas. b. Kunjungan ke lokasi KLB a. KLB malaria terjadi di Dusun. Dusun., Dusun.., Desa, Kecamatan. Kab/Kota. b. Jumlah penduduk masing-masing Dusun : Dusun :.. Orang Dusun..:. Orang Dusun..:. Orang c. Kondisi geografi :.. a. Status sosial ekonomi penduduk b. Distribusi penduduk menurut jenis pekerjaannya c. Perilaku, kebiasaan, atau pekerjaan masyarakat yang menunjang atau berkaitan dengan penularan penyakit malaria, misalnya perilakudan kebiasaan pada malam hari, adanya pekerja musiman, bekerja ke hutan, dsb d. Sarana kesehatan, cara minum obat e. Faktor cuaca, musim, curah hujan saat terjadi KLB f. Faktor lingkungan, tempat perindukan nyamuk potensial a. Data kasus penyakit minimal dalam 3 bulan terakhir b. data kasus kematian sejak mulai KLB hingga situasi terakhir a. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Puskesmas, Dinkes Kab, Dinkes Provinsi a. Bantuan pusat b. Bantuan Dinkes c. Bantuan lain a. Pengadaan kelambu b. Insektisida

126 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Pokok Bahasan Pelaporan Kesimpulan Saran-Rekomendasi 125 Ruang Lingkup Pelaporan c. Tambahan alat/perlengkapan penyemprotan d. Obat artemeter injeksi, artesdiaquine dsb e. RDT/alat laboratoium lainnya f. Dana operasional g. Bimbingan teknis h. Bahan penyuluhan-promosi i. dsb Faktor-faktor yang menyebabkan KLB bertambah buruk, atau dapat ditanggulangi a. Perilaku dan kebiasaan masyarakat b. Tempat perindukan nyamuk c. Penanggulangan KLB oleh Pemda setempat sudah atau belum optimal karena keterbatasan tenaga, sarana, dan lain-lain nyang menjadi kendala dalam penanggulangan KLB a. Usulan kepada program terkait di Kab/Kota, Provinsi dan Pusat b. Usulan kepada lintas program c. Usulan kepada lintas sektor

127 Lampiran 3a. SKD-KLB Malaria I. Pendahuluan Pada bahasan SKD-KLB perlu dibahas terlebih dahulu konsep dasar program penanggulangan KLB malaria. Program penanggulangan KLB malaria, berbeda dengan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan malaria. Kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB adalah tindakan yang diambil ketika terjadi KLB malaria, sementara program penanggulangan KLB malaria adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan (pengorganisasian) yang terarah, terpadu dan sistematis dalam periode waktu tertentu (proses manajemen) agar KLB-KLB malaria pada suatu daerah dapat dikurangi dampaknya, atau bahkan dapat dicegah jangan sampai terjadi lagi (tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat). Program penanggulangan KLB malaria bisa berjangka waktu rencana kerja tahunan atau lima tahunan, termasuk bagaimana melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan suatu KLB malaria dengan rasional, cepat, efektif dan efisien. Pokok program penanggulangan KLB malaria mencakup 5 pilar kegiatan utama : 1. Melakukan kajian atau analisis epidemiologi untuk mengetahui dan menentukan daerah-daerah yang sering terjadi KLB malaria, termasuk masalah dan cara-cara penanggulangannya 2. Memprogramkan upaya-upaya pencegahan (pengendalian faktor risiko malaria) agar dimasa yang akan datang tidak terjadi KLB malaria, terutama di daerah-daerah yang sering terjadi KLB malaria 3. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) KLB malaria dan respon, sehingga munculnya KLB malaria dapat segera diketahui dini dan dilakukan tindakan penanggulangan KLB tersebut 4. Memperkuat kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan munculnya KLB malaria 5. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria secara rasional, cepat, efektif dan efisien (jika terjadi) Secara skematis program penanggulangan KLB malaria tersebut dapat dilihat pada skema : 126

128 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Upaya Pencegahan KLB Malaria *) SKD KLB Malaria Kesiapsiagaan menghadapi KLB malaria Penanggulangan KLB malaria Tidak Menjadi Masaslah KesMas Kajian Epidemiologi Gambar 1 Program Penanggulangan KLB Malaria *) pengobatan massal, kelambu berinsektisida, penyemprotan rumah, perbaikan lingkungan dan kegiatan masyarakat, dan lain-lain Mencermati konsep program penanggulangan KLB malaria tersebut, maka sistem kewaspadaan dini (SKD) malaria merupakan bagian dari program penanggulangan KLB. II. Pengertian Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB agar dapat mengetahui secara dini dan respon terjadinya KLB Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini kondisi yang rentan terjadinya KLB, tindakan pencegahan dan atau antisipasi yang sesuai. Kejadian luar biasa (KLB) malaria adalah muncul atau meningkatnya jumlah kasus malaria dan atau kematian pada periode waktu dan wilayah tertentu yang bermakna secara epidemiologi sesuai dengan tahapan pengendalian malaria suatu daerah. 127

129 Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi KLB malaria untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru Peringatan Kewaspadaan Dini KLB merupakan pemberian informasi adanya ancaman terjadinya KLB malaria pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu Program penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar daerah yang KLB malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 7. III. Tujuan Terselenggaranya kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB malaria, sehingga dapat dilaksanakan upaya-upaya pencegahan dan antisipasi, serta penanggulangan KLB malaria secara dini, rasional, efektif dan efisien Khusus 1. Teridentifikasi daerah retan terjadinya KLB malaria 2. Terselenggaranya peringatan kewaspadaan terjadinya KLB di daerah rentan KLB malaria 3. Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB malaria 4. Terdeteksi secara dini adanya kondisi faktor risiko yang rentan terjadi KLB malaria 5. Terdeteksi secara dini adanya KLB malaria 6. Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB malaria 7. Terselenggaranya upaya-upaya pencegahan dan antisipasi kemungkinan terjadinya KLB malaria 7 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 42/MENKES/SK/I/27 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria 128

130 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 8. Terselenggaranya upaya penanggulangan KLB malaria secara dini, rasional, efektif, efisien IV. Metode Secara operasional kegiatan SKD-KLB dibagi dalam 2 periode : periode pelaksanaan SKD-KLB Malaria dan periode penyelidikan epidemiologi KLB malaria. SKD-KLB pada periode penyelidikan epidemiologi KLB dibahas dalam pembahasan tentang Penyelidikan, Penanggulangan KLB malaria dan Surveilans (lampiran 3). Pada pembahasan ini, hanya dibahas SKDKLB malaria periode pelaksanaan SKD-KLB malaria A. Pelaksanaan SKD-KLB Malaria Secara umum pelaksanaan SKD-KLB malaria terdiri dari kegiatan : 1. Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria 2. Memberikan peringatan pada pengelola program dan sektor serta masyarakat adanya daerah atau kelompok rentan KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB malaria 3. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria terhadap kemungkinan terjadinya KLB malaria, yaitu : 3a. Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) 3b. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) 3c. Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon 3d. Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon 3e. Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria 129

131 SKD-KLB Malaria Kajian Epid menentukan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria 1 3 Upaya Pencegah an KLB Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria 2 5 Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB 6 Kesiapsiagaan menghadapi KLB 4 Indentifikasi rentan KLB di masyarakat PWS rentan malaria Penyelidikan rentan KLB Indentifikasi KLB di masyarakat PWS kasus malaria Penyelidikan - dugaan KLB B. Teknis Pelaksanaan SKD-KLB Malaria 1. Teknis Pelaksanaan Kajian Epidemiologi a. Tujuan Kajian Epidemiologi Tujuan melaksanakan kajian epidemiologi adalah mengidentifikasi dan menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat tertentu yang rentan terjadi KLB malaria. Daerah atau kelompok masyarakat rentan terjadi KLB malaria : Daerah rentan KLB malaria dapat seluas regional, provinsi, atau kabupaten/kota, tetapi juga dapat seluas kecamatan, desa atau bahkan dusun-dusun, sesuai dengan wilayah analisisnya Penentuan daerah atau masyarakat rentan KLB malaria sangat penting untuk mendorong semua pihak agar meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan antisipasi kemungkinan terjadinya KLB sebagai prioritas program, dan memperkuat kemampuan mendeteksi dini munculnya kondisi rentan KLB dan kemampuan mendeteksi dini munculnya KLB serta memperkuat kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB Daerah dan atau kelompok masyarakat rentan terjadinya KLB malaria dapat ditentukan untuk perkembangan situasi 5 tahun ke depan, 1 tahun ke depan dan 3-6 bulan ke depan. 13

132 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Penentuan daerah rentan KLB malaria dalam masa 5 tahun dan 1 tahun ke depan dapat memberi waktu yang cukup untuk menghadapi kemungkinan terjadinya KLB malaria dimasa yang akan datang, terutama untuk menyiapkan sumber daya manusia, infrastruktur, pedoman dan perencanaan anggaran yang lebih baik. Disamping itu, upaya pencegahan terjadinya KLB malaria di daerah dan atau kelompok masyarakat rentan KLB tersebut dapat dilaksanakan dan dimasukkan dalam rencana strategis dan rencana tahunan program pengendalian malaria Penentuan daerah rentan KLB malaria 3-6 bulan kedepan dapat mendorong program lebih fokus atau memprioritaskan daerah ini dalam pelaksanaan sistem deteksi dini terjadinya KLB malaria dan responnya serta menempatkan logistik dan sumber daya penanggulangan KLB malaria b. Sumber Data Kajian Epidemiologi Untuk melakukan kajian epidemiologi dalam menentukan daerah atau kelompok masyarakat rentan KLB dapat bersumber dari data dan informasi sebagai berikut : (1) Laporan data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya selama 5 tahun terakhir (2) Laporan Hasil Penemuan Penderita Malaria melalui bergai kegiatan Penemuan Penderita Secara Aktif (ACD), kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS), dan kegiatan pemeriksaan Darah Massal (MBS) (3) Laporan hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria selama 5 tahun terakhir (4) Laporan data KLB malaria Kabupaten/Kota selama 5 tahun terakhir (5) Pengamatan dan survei vektor (6) Kajian terhadap perubahan lingkungan, curah hujan, pemukiman (7) Demografi dan perubahan adat istiadat serta perilaku penduduk berisiko terhadap penularan malaria, termasuk migrasi penduduk antar wilayah (8) Cakupan program malaria dan pembangunan daerah yang berhubungan dengan ancaman penularan malaria (9) Data dan informasi lain yang diperlukan 131

133 c. Analisis Kajian Epidemiologi Melaksanakan analisis terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber data. (1) Annual Parasite Incidence (API) (Jumlah kasus malaria (+) per 1 penduduk pertahun (5 tahun terakhir) (2) Peta stratifikasi endemisitas malaria, tingkat desa, Puskesmas/ kecamatan dan kabupaten/kota (5 tahun terakhir) Endemis tinggi API 5/1, penduduk Endemis sedang API 1 5/1, penduduk Endemis rendah API <1/1, penduduk Non-endemis (tidak ditemukan penderita indegenous) (3) Jumlah kasus malaria (+) berdasarkan tipe parasit serta proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (proporsi Falciparum) (4) Jika diperlukan, dapat dilakukan analisis tambahan pada berbagai indikator : (a) Identifikasi desa dan Puskesmas reseptif malaria, daerah fokus malaria aktif dan jumlah penduduknya (b) Jumlah kasus suspek yang diuji (Pemeriksaan) dengan RDT + mikroskopis dibanding jumlah suspek malaria (% SD Konfirmasi) (c) Jumlah kasus malaria (+) dan proporsinya terhadap suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya (SPR) (d) Jumlah kasus malaria (+) menurut jenis kelamin dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (e) Jumlah kasus malaria (+) menurut golongan umur dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (f) Jumlah kasus malaria (+) ibu hamil dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (g) Jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap (RI) per 1. penduduk pertahun (h) Jumlah kasus malaria (+) meninggal karena malaria dibagi jumlah seluruh kasus rawat inap yang meninggal (5) Jika diperlukan, dapat dilakukan analisis kinerja program tahunan, antara lain : (a) Cakupan pengobatan malaria sesuai standard (b) Cakupan penggunaan kelambu berinsektisida (c) Cakupan IRS = jumlah rumah yang disemprot dibanding jumlah total seluruh rumah di desa (6) Analisis Data KLB Malaria Tahunan (a) Peta daerah berjangkit KLB malaria selama 5 tahun terakhir, menurut daerah kabupaten/kota dan atau Puskesmas, 132

134 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria termasuk luas wilayah kejadian, populasi berisiko, frekuensi kejadian, jumlah kasus dan kematian serta jenis parasitnya. (b) Data KLB dapat dipisah untuk analisis terhadap semua KLB dan analisis terhadap KLB dengan jumlah kasus besar saja (7) Analisis perkembangan malaria bulanan selama 3-5 tahun terakhir, untuk mengetahui pola kecenderungan dan periode waktu yang tepat melaksanakan upaya pencegahan penularan, baik kabupaten/kota dan puskesmas (8) Jika diperlukan, dapat melakukan analisis Data Surveilans Khusus (9) Jika diperlukan, dapat melakukan analisis curah hujan, suhu udara dan kelembapan serta kondisi lain yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk/vektor penular malaria Berdasarkan kajian epidemiologi, dapat disusun klasifikasi daerah kabupaten/kota, puskesmas dan atau desa/dusun berdasarkan tingkat kerentanan daerah atau kelompok masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya KLB malaria Pelaksana (1) Program Pengendalian Malaria Pusat (Ditjen PP&PL) melaksanakan kajian epidemiologi daerah berisiko terjadinya KLB malaria secara nasional setiap bulan (2) Program Pengendalian Malaria Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) melaksanakan kajian epidemiologi daerah berisiko terjadinya KLB malaria di wilayah kerjanya setiap bulan menurut kabupaten/kota dan Puskesmas (3) Program Pengendalian Malaria Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) melaksanakan kajian epidemiologi daerah berisiko terjadinya KLB malaria di wilayah kerjanya setiap bulan menurut Puskesmas, desa dan dusun 2. Tehnik Pelaksanaan Peringatan Kewaspadaan Daerah Rentan KLB Malaria Informasi adanya daerah atau kelompok masyarakat rentan KLB malaria, sebagai hasil kajian epidemiologi, disampaikan pada berbagai pihak, terutama kepada penanggungjawab program pengendalian malaria setempat, agar dapat melaksanakan upaya-upaya pencegahan terjadinya KLB malaria, meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB malaria dan memperkuat sistem deteksi dini munculnya KLB malaria serta sistem deteksi munculnya kondisi rentan terjadinya KLB malaria 133

135 Secara teknis penyampaian informasi adanya daerah atau kelompok masyarakat rentan KLB malaria adalah dengan secara teratur mendistribusikan hasil analisis indikator malaria yang dilaksanakan secara teratur setiap bulan dan setiap tahun beserta profil tahunan malaria dari masing-masing wilayah 3. Tehnik Pelaksanaan Upaya Pencegahan Terjadinya KLB Malaria Dalam kerangka pelaksanaan program penanggulangan KLB malaria, penyelenggara program pengendalian malaria memproritaskan upayaupaya pencegahan malaria pada daerah-daerah atau kelompok masyarakat rentan terjadi KLB malaria. Upaya pencegahan dimaksud antara lain, penemuan dan pengobatan penderita malaria melalui kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif untuk menurunkan risiko penularan malaria (ACD), program pengendalian vektor malaria, baik melalui distribusi kelambu berinsektisida, penyemprotan insektisida (IRS), perbaikan lingkungan yang berisiko penularan malaria, perubahan perilaku penduduk dan lain sebagainya. Surveilans atau analisis epidemiologi dapat membantu menentukan bagaimana, kapan dan pada daerah mana upaya pencegahan malaria dapat dilaksanakan. Hasil analisis penting antara lain : a. Menentukan daerah fokus malaria aktif b. Menentukan daerah reseptif malaria c. Menentukan luas daerah atau kelompok masyarakat yang sering terjadi KLB malaria d. Menentukan masa penularan berdasarkan pola musiman kasus malaria bulanan, maupun pola musiman vektor malaria berdasarkan pengamatan vektor. MBS akan efektif jika dilaksanakan sebelum puncak masa penularan e. Melakukan monitoring dan evaluasi dampak upaya pencegahan terjadinya KLB malaria 4. Tehnik Pelaksanaan Kesiapsiagaan Menghadapi Kemungkinan Terjadinya KLB Malaria Upaya pencegahan terjadinya KLB malaria seringkali tidak berjalan sepenuhnya, sehingga risiko terjadinya KLB malaria masih cukup besar. Mencermati kondisi tersebut, maka dalam kerangka pelaksanaan program penanggulangan KLB malaria, penyelenggara program pengendalian malaria yang memiliki daerah-daerah rentan terjadinya 134

136 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria KLB malaria perlu memperkuat kemungkinan terjadinya KLB malaria. kesiapsiagaan menghadapi Maksud kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadnya KLB malaria adalah apabila terjadi KLB malaria, maka upaya penanggulangan KLB malaria dapat dilakukan dengan segera, rasional, efektif, efisien, sehingga KLB malaria yang terjadi dapat segera dihentikan, jumlah kasus dan jumlah kasus meninggal dapat diturunkan hanya sedikit, tidak menyebar terlalu luas, dan periode KLB lebih singkat. Kesiapsiagaan menghadapi KLB malaria terdiri atas : a. Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia Tenaga yang harus disiapkan dalam penanggulangan KLB malaria adalah tenaga dokter, perawat, surveilans epidemiologi, sanitarian dan entomologi serta tenaga lain sesuai dengan kebutuhan. Tenaga ini menguasai pengendalian malaria dan terampil melaksanakan penyelidikan-penanggulangan KLB malaria. Keterampilan melaksanakan penyelidikan-penanggulangan KLB malaria harus selalu terjaga dengan : (1) melaksanakan pelatihan teknis penyelidikan penanggulangan KLB malaria secara berkala (2) peningkatan keahlian dengan memperoleh informasi terkini mengenai malaria, ketersediaan kepustakaan dan sumbersumber referensi, ketersediaan daftar tenaga ahli yang dapat menjadi tempat berkonsultasi dan rujukan (3) pemutakhiran pengalaman dengan melaksanakan penyelidikan-penanggulangan KLB malaria minimal sekali setahun. Pada daerah pada tahap pemberantasan dan pre-eliminasi harus memperkuat sumber daya manusia sampai Puskesmas, rumah sakit, bahkan di masyarakat. Sementara pada daerah tahap eliminasi dan pemeiliharaan, SDM perlu diperkuat sampai kabupaten/kota atau provinsi, dan daerah-daerah yang rentan terjadinya KLB malaria, tergantung besarnya risiko terjadinya KLB malaria pada masing-masing wilayah. 135

137 b. Kesiapsiagaan Sistem Konsultasi dan Referensi Setiap daerah memiliki pola KLB malaria yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tim penyelidikan-penanggulangan KLB malaria memiliki daftar para ahli terkait yang dapat menjadi tempat berkonsultasi menghadapi suatu KLB malaria, baik ahli setempat, regional, nasional dan internasional, termasuk rujukan laboratorium. Disamping itu, tim penyelidikan penanggulangan KLB malaria mempersiapkan kepustakaan dengan referensi yang sesuai, termasuk ketersediaan sarana yang memungkinkan tim yang berada di lapangan dapat memperoleh konsultasi dan referensi melalui komunikasi internet (media maya) c. Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya Sarana penunjang penting yang harus dimiliki adalah peralatan komunikasi, transportasi, obat-obatan malaria, alat dan media diagnostik, laboratoium penunjang mikroskopis malaria, bahan dan peralatan lainnya, termasuk pengadaan anggaran dalam jumlah yang memadai apabila terjadi suatu KLB malaria. d. Kesiapsiagaan Strategi dan Tim Penanggulangan KLB Setiap daerah memiliki pola KLB malaria yang berbeda-beda, juga terdapat kekhususan tatahubungan kerja dalam tim, inter dan antar program dan dengan sektor lain. Oleh karena itu, setiap daerah menyiapkan pedoman operasional baku penyelidikanpenanggulangan KLB malaria dan membentuk tim penyelidikanpenanggulangan KLB malaria yang melibatkan lintas program dan fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, rumah sakit, dsb) e. Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat KLB Malaria sering menimbulkan KLB yang terjadi pada daerah perbatasan, baik karena perpindahan penduduk (migrasi perbatasan) maupun distribusi vektor penular malaria yang dapat menjangkau wilayah yang luas. Kasus-kasus KLB malaria dari suatu daerah endemis tinggi, bisa ditemukan di daerah lain sebagai kasus impor dan berpotensi terjadinya penularan dan KLB malaria baru. Menghadapi situasi KLB malaria tersebut diperlukan kerjasama penyelidikan penanggulangan kedua daerah, baik antar kabupaten/kota, antar provinsi dan bahkan antar negara berbatasan Indonesia. 136

138 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 5. Tehnik Pelaksanaan Kewaspadaan Terhadap KLB Malaria Upaya pencegahan terjadinya KLB malaria, misalnya cakupan kelambu, dan penyemprotan rumah secara massal, seringkali tidak berjalan sepenuhnya, sehingga risiko terjadinya KLB malaria masih cukup besar. Mencermati kondisi tersebut, maka dalam kerangka pelaksanaan program penanggulangan KLB malaria, penyelenggara program malaria yang memiliki daerah-daerah rentan KLB malaria perlu memperkuat kewaspadaan terhadap KLB malaria. Kewaspadaan terhadap KLB malaria meliputi peningkatan kegiatan surveilans (pemantauan) untuk mendeteksi dini munculnya kondisi rentan KLB malaria dan respon, dan peningkatan kegiatan surveilans untuk mendeteksi dini munculnya KLB malaria dan respon. Kewaspadaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan semua fasilitas pelayanan kesehatan, terutama Puskesmas di daerah yang rentan terjadinya KLB malaria a. Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Malaria Deteksi dini kondisi rentan KLB malaria merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya perubahan kegiatan masyarakat, perubahan konisi lingkungan, perubahan perilaku masyarakat dan penurunan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan terjadinya KLB malaria. Deteksi di ni kondisi rentan KLB malaria tersebut dapat dilaksanakan dengan menerapkan caracara surveilans epidemiologi atau sering disebut Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kondisi rentan KLB Dengan diketahuinya daerah yang mengalami kondisi rentan KLB malaria tersebut, maka manajer program malaria mendorong upayaupaya pencegahan terjadinya KLB malaria dan meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak terhadap KLB malaria : (1) Memantau Munculnya Daerah/Lokasi Yang Mengalami Kondisi Rentan KLB Malaria Mencermati secara terus menerus perubahan kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan KLB malaria antara lain : (a) memantau munculnya daerah-daerah reseptif malaria, kondisi perumahan dan perilaku penduduk yang rentan atau berpotensi terjadinya penularan malaria, 137

139 (b) melakukan analisis pola curah hujan, dan menganalisis pengaruhnya terhadap penularan malaria (c) memantau penurunan kualitas dan kwantitas pelayanan kesehatan (keterjangkauan pelayanan, cakupan pengobatan, jumlah dan jenis ketenagaan, ketersediaan obat dan sarana), dan menganalisis pengaruhnya terhadap timbulnya KLB malaria (d) memantau penurunan kondisi status kesehatan masyarakat (kemiskinan), dan menganalisis pengaruhnya terhadap timbulnya KLB malaria (2) Pemantauan Wilayah Setempat Kondisi Rentan KLB Malaria Merupakan bagian dari kegiatan memantau munculnya kondisi rentan KLB malaria, tetapi lebih intensif pada beberapa indikator utama munculnya kondisi rentan KLB malaria Setiap Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara terus menerus dan sistematis merekam dan melakukan analisis data perubahan kondisi rentan KLB malaria menurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu lainnya, terutama di daeran rentan KLB malaria, dengan cara menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB. Setiap kondisi rentan KLB dianalisis terus menerus dan sistematis untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB Contoh PWS kondisi rentan KLB malaria : Pengamatan kepadatan vektor bulanan Pengamatan tingginya curah hujan bulanan Pengamatan migrasi penduduk Pengamatan terhadap kegiatan masyarakat berisiko penularan malaria 138

140 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 7 Kepadatan Vektor Kasus malaria Jumlah Kasus Malaria Kepadatan nyamuk (rata-rata) Grafik Fluktuasi Kepadatan Anopheles Perhari dan Kasus Malaria Puskesmas Jaya, Des Nov Okt Sep Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan Des Nov Nov Okt Sep Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan Des Nov Data Kepadatan Vektor di Puskesmas Jaya, Kepadatan Vektor Menurun Bulan Desa Renta n KLB A C G H Puskes mas Des Bulan Pengamatan Sumber : Puskesmas Jaya, 212 (contoh) (3) Penyelidikan Dugaan Kondisi Rentan KLB Apabila mengetahui adanya dugaan kondisi rentan KLB malaria, maka Dinas Kesehatan dan Puskesmas melakukan penyelidikan : (a) Secara aktif mengumpulkan informasi tentang dugaan daerah atau lokasi terjadi kondisi rentan KLB malaria dari berbagai sumber, termasuk laporan masyarakat tentang kegiatan 139

141 masyarakat yang berpotensi timbulnya KLB malaria, naik oleh masyarakat perorangan atau kelompok (b) Mempelajari data PWS kondisi rentan KLB malaria yang dimilikinya, terutama data perkembangan daerah reseptif malaria, lokasi-lokasi fokus malaria aktif, cakupan pengobatan dan distribusi kelambu serta upaya pencegahan lainnya, serta status pelayanan kesehatan di daerah-daerah rentan KLB malaria tersebut (c) Mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB malaria tersebut (c) Mengunjungi dan melakukan penyelidikan di daerah yang diduga terdapat perubahan kondisi rentan KLB malaria b. Deteksi Dini Munculnya KLB Malaria Deteksi dini munculnya KLB merupakan kewaspadaan terhadap munculnya KLB malaria dengan memantau muncul dan meningkatnya jumlah kasus malaria atau terjadinya KLB malaria di masyarakat, melaksanakan pemantauan wilayah setempat terhadap kasus malaria dan penyelidikan dugaan KLB : (1) Memantau Munculnya KLB Malaria di Masyarakat Petugas kesehatan di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan mewawancarai setiap kasus malaria yang datang berobat, guru, dan atau sumber informasi lain, tentang kemungkinan adanya penderita penyakit dengan gejala yang sama di tempat tinggalnya dan didiagnosis sebagai kasus malaria suspek, misalnya demam, mengigil, dan sebagainya, terutama munculnya kasus-kasus tersebut pada kelompok anak-anak, kelompok wanita hamil atau kasus-kasus yang meninggal, yang kemudian dapat disimpulkan adanya dugaan KLB. Adanya dugaan KLB malaria pada suatu lokasi tertentu diikuti dengan penyelidikan (2) Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria Merupakan bagian dari memantau munculnya KLB malaria, tetapi dilaksanakan lebih intensif pada beberapa indikator utama deteksi dini adanya KLB malaria (a) Pemantauan wilayah setempat mingguan/bulanan terhadap perkembangan kasus malaria, bersumber pada laporan data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya : Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merekam data penderita malaria mingguan/bulanan 14

142 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria menurut desa /kelurahan. Data yang direkam fasilitas pelayanan kesehatan dikirim secara teratur mingguan/bulanan kepada Puskesmas setempat Data penderita malaria yang telah direkam, disusun dalam tabel dan grafik Pemantauan Wilayah Setempat KLB malaria (W2) Secara teknis PWS KLB malaria adalah melakukan Analisis Kecenderungan Kejadian Malaria Mingguan, atau Bulanan Puskesmas melakukan analisis terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria di wilayahnya untuk mengetahui secara dini adanya KLB malaria Adanya dugaan peningkatan penyakit malaria atau dugaan KLB malaria diikuti dengan penyelidikan Grafik Kasus Malaria Menurut Bulan, Puskesmas Jaya, 212 Jumlah Kasus Malaria Des Nov Okt Sep Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan Des Nov Bulan Pengamatan Sumber : Puskesmas Jaya, 212 (contoh) Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Sumber : Puskesmas Jaya, 212 (contoh) 141 Des Apr Mar Feb Jan Des Puskes mas Nov Desa Rentan KLB A C G H Tabel Data Kasus Malaria di Puskesmas Jaya, Jumlah Kasus Menurun Bulan

143 (b) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut jenis parasit secara periodik bulanan, diikuti dengan analisis % kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif per bulan, pada masing-masing fasilitas pelayanan dan kelompok masyarakat tertentu (c) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif ibu hamil secara periodik bulanan, diikuti dengan analisis proporsi kasus malaria positif ibu hamil terhadap total kasus malaria poditif (d) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut usia secara periodik bulanan, diikuti dengan analisis proporsi kasus malaria positif bayi/balita terhadap total kasus malaria positif (e) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut jenis kelamin secara periodik bulanan dan proporsinya terhadap total kasus malaria positif (f) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif meninggal di fasilitas pelayanan setiap bulan, diikuti dengan proporsi kasus malaria positif meninggal terhadap total kasus meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (g) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut wilayah (peta) secara periodik bulanan dan atau tahunan (h) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif rawat inap (RI), diikuti analisis kasus malaria positif rawat inap terhadap total kasus rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan yang sama per bulan (3) Penyelidikan Dugaan KLB Apabila diketahui adanya dugaan KLB malaria, maka Dinas Kesehatan dan Puskesmas melakukan penyelidikan : (a) Secara aktif mengumpulkan informasi tentang dugaan KLB malaria dari berbagai sumber, termasuk dari masyarakat perorangan dan kelompok (b) Mewawancarai setiap pengunjung Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya tentang kemungkinan adanya peningkatan sejumlah penderita penyakit malaria pada lokasi tertentu yang dicurigai terdapat dugaan adanya KLB malaria (c) Mempelajari register rawat inap dan rawat jalan terhadap kemungkinan adanya peningkatan kasus malaria pada lokasi tertentu yang dicurigai terjadi dugaan KLB malaria berdasarkan alamat penderita, umur dan jenis kelamin atau karakteristik lainnya (d) Mewawancarai kepala desa, guru sekolah dan setiap orang yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan penderita malaria 142

144 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (e) Membuka pos pelayanan di lokasi yang diduga terjadi KLB malaria dan menganalisis data penderita berobat untuk mengetahui kemungkinan adanya peningkatan penyakit malaria (Penemuan Penderita Demam Massal) (f) Mengunjungi rumah-rumah penderita demam yang dicurigai (Penemuan Penderita Demam Massal) atau kunjungan dari rumah ke rumah terhadap semua penduduk (Pemeriksaan Darah Massal) tergantung pilihan tim penyelidikan (4) Deteksi Dini KLB Malaria Melalui Pelaporan Kewaspadaan oleh Masyarakat Masyarakat yang mengetahui adanya seseorang atau sekelompok orang yang menderitas sakit malaria (kasus malaria suspek) memberitahu Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai laporan kewaspadaan oleh masyarakat. Isi laporan kewaspadaan terdiri dari penyakit (dugaan penderita malaria), gejala, alamat/desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota tempat kejadian, waktu kejadian, jumlah penderita dan jumlah meninggal. Masyarakat yang berperan memberikan laporan adanya seseorang atau sekelompok orang menderita malaria antara lain : (a) Kepala keluarga, kepala RT/RW dan kepala desa/lurah yang mengetahui adanya penderita malaria (b) Kader malaria desa/kelurahan (c) Petugas kesehatan yang memeriksa penderita malaria (d) Kepala fasilitas pelayanan kesehatan Secara umum pelaksanaan Sistem Deteksi Dini KLB Malaria pada berbagai tahap pengendalian adalah sebagai berikut : Tahapan Pengendalian Malaria Kegiatan Surveilans Pemberan tasan Kajian Epidemiologi : Sasaran Semua wilayah Pre Eliminasi (penderita indigenous dan impor) Eliminasi (penderita indigenous dan impor) Pemeliha raan (penderita impor dan introduce) Semua wilayah Semua wilayah Semua wilayah Deteksi Dini Munculnya Kondisi Rentan KLB Malaria : a. Pemantauan Semua Semua Semua Kondisi wilayah wilayah wilayah Rentan KLB 143 Semua wilayah

145 Tahapan Pengendalian Malaria Kegiatan Surveilans Pemberan tasan b. PWS kondisi rentan KLB malaria Semua wilayah c. Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB Semua wilayah Pre Eliminasi (penderita indigenous dan impor) Semua wilayah, terutama daerah reseptif dan fokus malaria aktif kasus indigenous Semua wilayah Deteksi Dini Munculnya KLB Malaria : a. Pemantauan Semua Semua munculnya wilayah wilayah KLB malaria b. PWS KLB Semua Semua (analisis wilayah wilayah, mingguan terutama dan bulanan desa rentan kasus KLB, fokus malaria) malaria aktif dan daerah reseptif malaria c. Penyelidikan Apabila Apabila dugaan KLB terdapat terdapat malaria peningkat peningkat an kasus an kasus malaria, malaria terutama indigenous, Plasmo terutama dium Plasmo falsiparum dium falsiparum 144 Eliminasi (penderita indigenous dan impor) Daerah reseptif dan fokus malaria aktif kasus indigenous Pemeliha raan (penderita impor dan introduce) (-) Semua wilayah (-) Semua wilayah Semua wilayah desa rentan KLB, fokus malaria aktif dan daerah reseptif malaria (-) Apabila terdapat peningkat an kasus malaria indigenous, terutama Plasmo dium falsiparum Apabila terdapat satu kasus introduce/ indigenous

146 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 3a/SKD-KLB 1. Berbagai Bentuk Kajian Epidemiologi A. Annual Parasite Incidence 1. Pengertian dan Tujuan Annual Parasite Incidense (API) adalah jumlah penderita malaria (konfirmasi) per 1. penduduk pertahun Jumlah penderita malaria (konfirmasi) dalam satu tahun API = x 1. Jumlah penduduk (tengah tahun) Tujuan a. Mengetahu besarnya masalah malaria di setiap wilayah tertentu (desa, puskesmas/kecamatan, kabupaten/kota) b. Mengetahui perkembangan kasus malaria dari tahun ke tahun dalam satuan wilayah tertentu 2. Pelaksana Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat serta UPT yang bertugas melakukan surveilans malaria 3. Sumber Data Laporan Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas dan Rumah Sakit 4.Tampilan Analisis a. Bentuk Tabel Analisis API Tabel Annual Parasite Incidence Kabupaten Jaya, Puskes No Pdd mas Ks API Ks API Ks API Ks API 1 Andika 2 1,5 5,3 2,1 2 Budijaya 15 1,7 1,7 1,7 1,7 3 Laweyan 6 1,2 1,2 5,1 4 Senen Teluk Total 11 1, , 92,8 65, Ks API 1,7 2, 5, ,3

147 b. Bentuk Grafik Analisis Perkembangan Daerah Berdasarkan API 146

148 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria c. Bentuk Peta Analisis Perkembangan Malaria Berdasarkan API Peta Annual Parasite Incidence Kab. Jaya API per 1. 5 /lebih 1-4 <1 5. Langkah-langkah Analisis Perkembangan Malaria Berdasarkan API a. Laporan Rekapitulasi Bulanan Malaria di Unit Pelayanan (Puskesmas) b. Buat tabel analisis perkembangan malaria menurut API yang terdiri dari kolom No, nama daerah, data penduduk, tahun dan jumlah kasus serta API masing-masing tahun (setidaknya dibuat selama 5 tahun terakhir). API dihitung kemudian setelah data jumlah kasus dan data penduduk tersedia c. Buat grafik analisis perkembangan malaria berdasarkan API selama beberapa tahun. Dibuat untuk satu wilayah secara keseluruhan, misalnya perkembangan malaria satu wilayah Kabupaten. Kemudian dibuat juga grafik analisis perkembangan malaria berdasarkan API untuk masing-masing sub-wilayah dari wilayah tersebut. Seringkali dua grafik analisis tersebut diatas dijadikan dalam satu grafik d. Buat peta perkembangan malaria berdarkan API selama beberapa tahun. Ini hampir sama dengan grafik analisis sub-wilayah dalam bentuk peta. Peta API dibuat dalam model area map. 147

149 Lampiran 3a/SKD-KLB 2. Berbagai Bentuk Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria A. Pemantauan perkembangan jumlah kasus malaria positif mingguan/bulanan dan proporsinya terhadap total jumlah kunjungan ke fasilitas pelayanan 1. Tujuan a. Mengetahui pola musiman kejadian malaria b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB 2. Pelaksana a. Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kab/Kota, terutama dalam rangka pola musiman dan deteksi dini peningkatan malaria dan KLB malaria b. BTKLPP, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL), terutama dalam rangka identifikasi kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB dan informasi untuk merumuskan rencana program pengendalian malaria 3. Sumber Data a. Laporan Mingguan Malaria b. Laporan Bulanan Penderita Malaria Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain Secara Bulanan 4. Tampilan Analisis a. Pemantauan perkembangan kasus malaria positif dan kasus malaria meninggal (mingguan atau bulanan) serta deteksi dini adanya KLB malaria (1) Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Wilayah (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan/Kab-Kota) Tabel dibuat untuk data Kasus (Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Menurut Bulan dan Desa) dan data Kasus Meninggal (Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Meninggal Menurut Bulan dan Desa), dan berdasarkan tabel ini dibuat grafik 148

150 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria (2) Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan pada suatu wilayah tertentu (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten-Kota) Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Menurut Bulan dan Desa Puskesmas : Puskesmas Jaya Tahun : 212 (Januari- November) Sumber : Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas - 1 Jumlah Penderita Per Bulan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Total Total 27 AMAN BIDAI CHARLI DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN Des Feb Pdd Jan No Nama Desa IR / , Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Meninggal Menurut Bulan dan Desa Puskesmas : Puskesmas Jaya Tahun : 212 (Januari-November) Sumber : Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Total AMAN BIDAI CHARLI DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN Jumlah Penderita Meninggal Per Bulan Jan No Nama Desa Total Kasus CFR /

151 Kurva malaria menurut bulan dibuat setiap tahun berjalan, dan dibuat selambat-lambatnya satu minggu setelah data direkam dan diolah. Sebaiknya juga disertakan kurva yang sama selama 3-5 tahun terakhir. Kurva yang sama juga dibuat di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, BTKLPP dan Pusat sesuai keperluannya masing-masing. 15

152 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Pada kurva ini, juga ditampilkan kurva kunjungan Puskesmas non malaria. Kurva jumlah kunjungan Puskesmas non malaria relatif tetap setiap bulan, sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan kelengkapan laporan Puskesmas, dan memperkirakan pengaruh kelengkapan laporan tersebut terhadap kurva malaria. Jika kelengkapan laporan turun, artinya jumlah Puskesmas yang melapor berkurang, maka jumlah kunjungan turun, dan jumlah kasus malaria juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah kasus malaria terakhir ini, lebih disebabkan karena jumlah Puskesmas yang melapor turun b. Perkembangan kasus malaria menurut wilayah (peta) secara berkala bulanan dan atau tahunan (1) Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Wilayah (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan/Kab-Kota) Tabel dibuat untuk analisis terhadap kasus dan kasus meninggal, dan berdasarkan tabel ini dibuat peta (2) Peta (Spot Map) Perkembangan Malaria Menurut Bulan pada suatu wilayah tertentu (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten-Kota) Peta Sebaran Malaria Puskesmas Jaya, = 1 kasus = 1 ks meninggal September Oktober November Desember

153 Perkembangan kasus malaria dari bulan ke bulan dan wilayah (Desa) dapat dibuat dalam seri beberapa peta spot map. Tampilan seri peta tersebut, dapat dimanfaatkan untuk menganalisis perkembangan sekaligus sebaran kasus-kasus malaria dalam suatu wilayah tertentu secara cepat 5. Langkah-langkah Analisis a. Kasus malaria direkam dalam Register Harian Penderita Malaria 12 b. Data pada register tersebut dihimpun dalam Laporan Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas 1-4 c. Berdasarkan laporan rekapitulasi tersebut dibuat Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Wilayah (Desa), seperti pada contoh Tabel Analisis d. Berdasarkan tabel analisis tersebut dapat dibuat Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan pada suatu wilayah tertentu (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten-Kota). Lihat pada contoh tabel e. Pada analisis tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat, seringkali pada kurva juga dicantumkan kurva kunjungan Puskesmas. Kurva kunjungan Puskesmas biasanya dalam jumlah yang selalu sama setiap bulannya, jika terjadi peningkatan atau penurunan tajam, kemungkinan besar kelengkapan laporan Puskesmas berbeda sangat tajam, bisa semakin lengkap atau semakin banyak yang tidak melapor. f. Berdasarkan tabel analisis perkembangan malaria tersebut (point 3) dapat juga dibuat Peta (Spot Map) Perkembangan Malaria Menurut Bulan. Lihat pada contoh Peta dibawah ini Tampilan tabel, kurva dan peta ini dimanfaatkan untuk menentukan pola musiman malaria, dan perkiraan kemungkinan telah terjadi KLB malaria, sehingga program bisa menentukan langkah penanggulangan lebih tepat dan kapan kesiapsiagaan operasional menghadapi KLB perlu diperketat. 152

154 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria B. Perkembangan Kejadian Malaria Menurut Jenis Parasit Berkala Bulanan, Terutama Plasmodium Falsiparum 1. Tujuan : a. Mengetahui pola musiman kejadian malaria berdasarkan jenis parasit b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria P. falsiparum c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB 2. Pelaksana a. Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kab/Kota, terutama dalam rangka pola musiman dan deteksi dini peningkatan malaria dan KLB malaria b. BTKLPP, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL), terutama dalam rangka identifikasi kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB dan informasi untuk merumuskan rencana program pengendalian malaria 3. Sumber Data Laporan Bulanan Penderita Malaria Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan 4. Tampilan Analisis a. Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit b. Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit 153

155 Tabel Analisis Perkembangan Malaria Plasmodium falsifarum Menurut Bulan dan Desa Puskesmas : Jaya Tahun : 211 Sumber Data : Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Total Mar Des Feb 1 Total 2 Pf 3 Non Pf Pv Pm Po Pk Mix Jan Jumlah Penderita Per Bulan Jenis No Parasit % Pf

156 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 5. Langkah-langkah Analisis a. Kasus malaria direkam dalam Register Harian Penderita Malaria 12 b. Data pada register tersebut dihimpun dalam Laporan Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas 1-4 c. Berdasarkan laporan rekapitulasi tersebut dibuat Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit. Lihat contoh tabel analisis dibawah d. Berdasarkan tabel analisis tersebut dapat dibuat Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit (P.falsiparum, Non P.falsiparum dan Jenis Parasit Tidak Jelas. e. Tampilan tabel, kurva dan peta ini dimanfaatkan untuk menentukan pola musiman malaria, dan perkiraan kemungkinan telah terjadi KLB malaria, sehingga program bisa menentukan langkah penanggulangan lebih tepat dan kapan kesiapsiagaan operasional menghadapi KLB perlu diperketat. 155

157 C. Perkembangan Kasus Malaria Positif Ibu Hamil Dan Proporsinya Terhadap Total Kasus Malaria Positif 1. Pengertian dan Tujuan Ibu hamil menderita malaria berisiko anemi, gangguan kelahiran, dan keguguran. Oleh karena itu, ibu hamil menderita malaria perlu mendapat perawatan yang memadai. Adanya peningkatan ibu hamil menderita sakit malaria, dapat menjadi indikasi awal adanya KLB malaria Tujuan a. Mendeteksi kecenderungan jumlah dan proporsi ibu hamil menderita malaria b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB 2. Sumber Data Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria di fasilitas pelayanan kesehatan 3. Pelaksana Puskesmas, RS, Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Provinsi 4.Tampilan Analisis a. Tabel analisis kejadian malaria di fasilitas pelayanan kesehatan b. Grafik kecenderungan proporsi kejadian malaria berdasarkan proporsi status kehamilannya 156

158 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kecenderungan Malaria Puskesmas Jaya, tahun 212 Proporsi Ibu Hamil Jumlah Kasus Malaria 4 8% JUMLAH KSUS PROPORSIi (%) 1% 6% 4% 2% % Sep Okt Nov Des BULAN Hamil Sep Okt Nov Des BULAN Tidak Hamil Kejadian malaria meningkat, tetapi proporsi ibu hamil yang berobat karena malaria positif malah turun. Ini mengindikasikan ibu hamil yang sedang sakit malaria banyak yang tidak mendapat pelayanan Sebaliknya, jika jumlah kasus malaria ibu hami meningkat, terutama proporsinya terhadap total ibu hamil meningkat, ini dapat menjadi inidkasi awal dugaan KLB malaria. Adanya dugaan KLB perlu dilakukan penyelidikan. 5. Langkah-langkah Rekapitulasi Laporan Bulanan Penderita Malaria Tabel analisis distribusi malaria berdasarkan status kehamilan dan total (setahun sekali) Tabel analisis jumlah kasus malaria menurut status kehamilan dan bulan Grafik kecenderungan proporsi ibu hamil menderita malaria 157

159 E. Perkembangan Kejadian Malaria Positif Menurut Usia Dan Proporsinya Terhadap Total Kasus Malaria Positif 1. Pengertian dan Tujuan Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik epidemiologi malaria yang sangat penting. Adanya sejumlah anak-anak yang menderita sakit malaria, terutama pada anak balita, menunjukkan adanya penularan setempat, karena anak-anak biasanya belum bepergian jauh dari rumah. Adanya banyak anak-anak yang menderita sakit malaria, dapat menjadi indikasi awal adanya KLB malaria Analisis epidemiologi berdasarkan jenis kelamin dan umur juga bisa menunjukkan pencarian pengobatan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Pada kelompok masyarakat tertentu, perempuan akan datang berobat jika sudah menunjukkan sakit yang berat dibanding laki-laki yang segera berobat ketika menderita sakit belum terlalu berat. Tujuan a. Mendeteksi kecenderungan jumlah dan proporsi kasus malaria menurut umur dan jenis kelamin b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB 2. Sumber Data Rekapitulasi Laporan Penderita Malaria Bulanan atau Surveilans Khusus (Survei Darah Massal, Survei Demam Massal, dsb) Data demografi (BPS) 3. Pelaksana Dilaksanakan di semua tingkat Setahun sekali sebagai profil tahunan malaria Mingguan atau Bulanan sesuai kebutuhan setempat 4. Tampilan Analisis a. Tabel analisis Menurut Jenis Kelamin b. Tabel analisis menurut umur, grafik proporsi dan insidens malaria menurut umur c. Tabel perkembangan jumlah dan proporsi kasus malaria menurut umur dan bulan kejadian, grafik perkembangan jumlah dan proporsi kasus malaria menurut umur 158

160 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Tabel Distribusi Malaria Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Jaya, Tahun 212 Jenis Jumlah Jumlah Jumlah Insidens CFR No Proporsi Kelamin Penduduk Kasus Meninggal /1 /1 Laki-laki ,3% 6, 3, Perempuan ,7% 5,4 7,5 Total % 3, 5,3 Jumlah penduduk diperoleh dari BPS, merupakan total penduduk. Seringkali sebagai populasi berisiko digunakan penduduk di desa atau dusun-dusun reseptif saja atau yang terdapat kasus malaria Tabel Distribusi Malaria Menurut Golongan Umur Puskesmas Jaya, Tahun 212 Golongan Jumlah Jumlah Jumlah Insidens CFR No Proporsi Umur (th) Penduduk Kasus Meninggal /1 /1 1 <1 1 2,9% ,2% 5 46, ,3% ,2% 7, ,7% 6,2 6 45/lebih ,7% 4,3 1 Total % 3, 5,3 Jumlah penduduk diperoleh dari BPS, merupakan total penduduk. Seringkali sebagai populasi berisiko digunakan penduduk di desa atau dusun-dusun reseptif saja atau yang terdapat kasus malaria 159

161 Grafik Proporsi dan Insiden Malaria Menurut Umur tersebut berasal dari sumber data yang sama. Untuk menunjukkan risiko terjadinya malaria pada populasi di Puskesmas Jaya, lebih baik digunakan analisis insidens, sedangkan pengerahan sumber daya, obat-obatan, lebih banyak memanfaatkan analisis proporsi. Analisis proporsi dapat juga dimanfaatkan dalam menentukan besarnya masalah malaria pada suatu wilayah, misalnya proporsi yang tinggi pada anak-anak balita menunjukkan adanya penularan setempat yang serius. Berdasarkan pemikiran tersebut terakhir ini, analisis kecenderungan perkembangan malaria bulanan berdasarkan proporsi menurut umur, dapat dimanfaatkan sebagai deteksi dini adanya masalah malaria yang serius 16

162 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kecenderungan Malaria Puskesmas Jaya, tahun 212 Proporsi Golongan Umur Jumlah Kasus Malaria 4 8% JUMLAHKSUS PROPORSIi (%) 1% 6% 4% 2% % Sep Okt Nov Des BULAN < Sep Okt Nov Des BULAN 15/lebih Berdasarkan analisis kecenderungan proporsi malaria menurut umur, dapat diketahui pada bulan November 212 terjadi peningkatan nyata proporsi anak balita yang menderita sakit malaria. Apabila analisisnya berdasarkan analisis kecenderungan jumlah kasus (absolut), seringkali terjadi keraguan apakah terjadi peningkatan orang sakit atau hanya karena minat berobat meningkat 161

163 Peningkatan proporsi anak menderita sakit malaria dapat menjadi indikasi penularan setempat yang serius, dan dapat menjadi indikasi awal adanya KLB malaria, yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut Kecenderungan Jml Kasus Malaria Menurut Umur Puskesmas Jaya, tahun JUMLAH KASUS 12 1 < /lebih Sep Okt Nov Des BULAN 5. Langkah-langkah a. Merekam data kasus malaria b. Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria c. Tabel analsisis d. Grafik kecenderungan proporsi malaria menurut umur dan jenis kelamin e. Grafik kecenderungan jumlah kasus menurut umur dan jenis kelamin 162

164 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria F. Perkembangan Kasus Malaria Positif Rawat Inap/Meninggal dan Proporsinya Terhadap Total Kasus Rawat Inap/Meninggal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Per Bulan 1. Pengertian dan Tujuan Seperti halnya pada analisis kejadian malaria pada anak balita, analisis terhadap proporsi sakit berat (rawat inap) dan meninggal karena malaria sangat penting untuk mendeteksi adanya masalah malaria pada suatu wilayah. Analisis kejadian malaria pada kelompok khusus ini dilaksanakan dengan ketat, setidak-tidaknya dalam periode waktu bulanan atau bahkan mingguan jika terdapat indikasi meningkatnya kejadian malaria. Tujuan a. Mendeteksi kecenderungan jumlah dan proporsi kasus malaria sakit berat (rawat inap) dan meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB 2. Sumber Data Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria di Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan Surveilans khusus (Penemuan Penderita Demam Massal, Pemeriksaan Darah Massal, Penemuan Penderita Secara Aktif) 3. Pelaksana Puskesmas, RS, Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Provinsi 4.Tampilan Analisis 163

165 Tabel Distribusi Kasus Malaria Rawat Inap Menurut Bulan Puskesmas : Jaya Tahun : 211 Jul Ags Sep Okt Nov Des Jun Kasus malaria Rawat Inap 2 Kasus malaria Rawat Inap Meninggal Total Kasus Malaria Total penderita Rawat Inap (semua penyakit) Total Penderita Rawat Inap Meninggal (semua penyakit) % Kasus Rawat Inap per Total penderita rawat inap % Kasus Meninggal per total penderita meninggal Mar Mei 1 Feb Apr Rawat Jan No Total Jumlah Penderita Malaria Per Bulan

166 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kecenderungan Malaria Rawat Inap dan Total Puskesmas Jaya, tahun 212 JUMLAH KASUS 4 3 R. INAP 2 Meninggal TOTAL 1 Des Nov Okt Sep Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan BULAN Grafik kecenderungan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan cukup sensitif menggambarkan timbulnya masalah malaria di masyarakat. Surveilans terhadap kasus malaria rawat inap juga lebih sederhana, karena penderita secara pasif datang berobat, sehingga tidak memerlukan survei ke lapangan dengan biaya dan tenaga yang cukup besar. 165

167 Kecenderungan % Malaria Rawat Inap dan Meninggal Puskesmas Jaya, tahun 212 PROSENTASE(%) 2. % R. Inap 1. % Meninggal Des Nov Okt Sep Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan. BULAN Kecenderungan proporsi Jumlah Kasus Malaria Rawat Inapterhadap Jumlah Semua Kasus Rawat Inap ini dapat digunakan mendeteksi adanya masalah malaria di masyarakat lebih tepat dibanding kecenderungan absolut jumlah kasus rawat inap. Hal ini disebabkan karena kecenderungan absolut jumlah kasus rawat inap terpengaruh oleh fluktuasi kunjungan ke pelayanan kesehatan bukan karena terjadinya peningkatan masalah malaria di masyarakat. Sementara pada kecenderungan proporsi jumlah kasus malaria rawat inap terhadap jumlah semua kasus rawat inap, sama-sama terpengaruh fluktuasi kunjungan, sehingga fluktuasi kunjungan tersebut dapat terkontrol cukup baik. Demikian juga dengan kecenderungan proporsi jumlah kasus malaria rawat inap meninggal terhadap jumlah semua kasus rawat inap meninggal dalam periode yang sama. 5. Langkah-langkah Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria Tabel distribusi kasus malaria rawat ianp dan total menurut bulan Grafik kecenderungan malaria rawat inap dan total Grafik kecenderungan proporsi jumlah kasus malaria rawat inap dan jumlah kasus malaria rawat inap meninggal 166

168 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 3a/SKD-KLB 3. Berbagai bentuk Pemantauan Wilayah Setempat Faktor Risiko KLB Malaria A. Perkembangan Curah Hujan 1. Pendahuluan Indonesia memiliki variasi musim, mesim penghujan dan musim kemarau serta pancaroba atau pergantian musim. Salah satu indikasi perubahan musim dapat diukur dengan besarnya curah hujan masingmasing wilayah dalam periode waktu bulanan. Perubahan musim dari waktu ke waktu berpengaruh terhadap perkembangan malaria pada suatu wilayah, baik pengaruhnya terhadap sifat-sifat parasit, nyamuk penular dan daya tahan penduduk Curah hujan pada suatu wilayah, misalnya kabupaten/kota, dapat dibuat dalam beberapa metode : rata, poligon atau cara isoheat. Untuk keperluan ini, yang digunakan umumnya cara rata-rata yang dapat diperoleh dari BMKG atau Dinas Pertanian masing-masing daerah Mencermati hubungan curah hujan dan perkembangan malaria, maka pemantauan curah hujan dapat digunakan untuk antisipasi kecenderungan malaria dan upaya-upaya penanggulangannya Tujuan 1. Mendapatkan perkembangan curah hujan kabupaten/kota 2. Tingginya curah hujan berhubungan dengan peningkatan terjadinya KLB malaria 3. Mengetahui pola musiman curah hujan yang berperan penting dalam analisis SKD-KLB malaria 2. Pelaksana Dinas Kesehatan kabupaten/kota 3. Sumber Data Dinas Pertanian Kab/kota BMKG Dibawah ini terdapat contoh Informasi curah hujan yang dapat diunduh dari BMKG 167

169 Informasi Curah Hujan Wilayah-wilayah Indonesia 168

170 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Contoh Informasi Curah Hujan Dari Dinas Pertanian kab/kota Des Nov Okt Agt Sep Jul Jun Mei Apr Mar Feb No. Kecamatan Jan Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan dan Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 24 (mm) 1 Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Rata Rata Sumber : Klaten Dalam Angka 169 Rata

171 4. Tampilan Analiis a. Tabel Analisis Curah Hujan b. b. Grafik Analisis Langkah-langkah a. Merekam data curah hujan dari sumber resmi (misalnya Pertanian Kab/kota, BMKG). Perekaman dilakukan setiap karena biasanya beberapa sumber data curah hujan menerbitkan data curah hujan dalam beberapa bulan saja) b. Memindahkan data curah hujan kedalam tabel curah hujan bulan berjalan c. Membuat grafik Curah Hujan Kab/Kota atau Provinsi. 17 Des Nov Okt Sep Ags Jul Mei Jun Apr Krdowo Juwiring Wonosari Delanggu Mar Kab/Kota Feb No Jan Bulan Dinas bulan, hanya setiap

172 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria d. Menghubungkan atau melakukan analisis perkembangan curah hujan dengan perkembangan malaria dari bulan ke bulan. Grafik curah hujan dan grafik perkembangan malaria dapat dibuat dalam satu grafik. 171

173 B. Pengamatan Vektor Malaria 1. Pengertian dan Tujuan Walaupun secara umum, malaria ditularkan oleh nyamuk, terutama nyamuk anopheles, tetapi jenis nyamuk penular malaria tersebut adalah spesifik pada masing-masing daerah, kepadatan bervariasi, dan sangat besar pengaruh kondisi lingkungan yang mendukung perkembang biakan nyamuk. Mencermati keberadaan nyamuk tersebut, sangat diperlukan pengamatan vector sebagai bagian dari penyelenggaraan surveilans malaria Tujuan a. Memantau secara terus menerus dan sistematis terhadap nyamuk, distribusi dan perkembangannya serta kondisi lingkungan yang berpenmgaruh terhadap keberadaan nyamuk, distribusi dan perkembangannya tersebut. b. Kepadatan nyamuk yang tinggi berpengaruh terhadap risiko penularan malaria dan terjadinya KLB malaria c. Kecenderungan pola hujan yang sangat penting melakukan kajian epidemiologi 2. Pelaksana Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, BTKLPP dan Pusat 3. Sumber Data Daerah reseptif malaria Pengamatan Vektor Hasil Pengamatan Vektor (Lihat Pedoman Pemberantasan Vektor, Dit. P2B2, Ditjen PP&PL, Departemen Kesehatan, 26) 4. Tampilan Analiis Wilayah reseptif adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria. Data wilayah reseptif, sebaiknya setingkat desa, walaupun sebenarnya hanya sebagian dari desa. Desa ditetapkan sebagai wilayah reseptif, karena di desa tersebut yang pernah berjangkit penularan malaria, yang kemudian diteliti dengan cermat pada kondisi lingkungan dan 172

174 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria perkembangan vector nyamuk malaria yang berpotensi terjadinya penularan malaria a. Daftar Wilayah Desa Reseptif malaria di Puskesmas Jaya b. Peta Wilayah Reseptif Malaria c. Grafik Fluktuasi kepadatan nyamuk perhari Kepadatan nyamuk Anopheles diperoleh dengan pengamatan pada beberapa titik pengamatan di wilayah reseptif dengan umpan manusia, kemudian diambil rata dalam sehari (semalam) dan kemudian diratakan perhari dalam sebulan pengamatan Tabel Wilayah Reseptif Malaria, Puskesmas Jaya, No Desa Total AMAN BIDAI CHARL DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN Jml Pdd 211 Jml Jml Dusun Dusun Reseptif Jml Pdd Reseptif Jml Pdd 212 Jml Jml Dusun Dusun Reseptif Jml Pdd Reseptif

175 Gambar Peta Desa Reseptif dan Insidens Malaria Puskesmas Jaya, 212 Incidance rate per 1 pop >4 1-4 <1 Desa Reseptif Reseptif Non Reseptif Gambar Wilayah Reseptif Menurut Puskesmas Kabupaten Jaya, 212 Reseptif Non Reseptif Puskesmas reseptif adalah Puskesmas yang terdapat wilayah reseptif, baik desa reseptif maupun dusun reseptif 174

176 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 5. Langkah-langkah a. Pengamatan vektor dilakukan pada malam hari, diamati jenis dan kepadatannya, sekaligus dengan pengamatan kelembapan, curah hujan dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan vektor (lihat Pedoman Pemberantasan Vektor) b. Setiap hari pengamatan, hasil pengamatan vektor dibuat rata-rata perhari, kemudian setiap bulan, hasil pengamatan vektor dirataratakan dalam sebulan (per-malam per-bulan) c. Pindahkan data pengamatan vektor kedalam tabel Fluktuasi Kepadatan Vektor d. Buat grafik fluktuasi kepadatan vektor e. Hasil pengamatan vektor digunakan untuk menentukan dusun, desa dan Puskesmas reseptif malaria 175

177 Lampiran 4. Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection/ACD) I. Pendahuluan Deteksi Aktif Kasus Malaria adalah upaya mencari dan menemukan penderita demam (suspek malaria) dengan aktif mengunjungi penduduk dari rumah-ke rumah yang dilaksanakan secara berkala. Penduduk yang menderita demam dan hasil pengujian darah menyatakan bahwa malaria positif, maka penderita ini wajib segera mendapat pengobatan yang sesuai II. Tujuan 1. Menemukan semua penderita malaria 2. Memberikan obat yang sesuai 3. Menurunkan risiko terjadinya peningkatan penularan malaria dengan tatalaksana kasu malaria dengan tepat III. Sasaran Kegiatan penemuan kasus malaria dengan ACD dilaksanakan di daerah pengendalian malaria tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan Sasaran ACD adalah semua penduduk pada wilayah rawan penularan malaria. Wilayah rawan penularan malaria antara lain : wilayah reseptif atau vulnerabel, wilayah fokus yaitu wilayah yang diduga terjadi penularan setempat baru, atau wilayah yang terjadi peningkatan kejadian malaria. IV. Metode Penentuan wilayah rawan penularan malaria berdasarkan pada analisis surveilans rutin, surveilans migrasi, survei vektor (spot dan longitudinal), riwayat terjadinya KLB malaria dan kondisi lingkungan serta perilaku penduduk yang berpotensi terjadinya penularan malaria (lihat survei dinamika penularan) Pada dasarnya kegiatan ACD adalah : a. mengunjungi penduduk secara berkala untuk menemukan penderita demam (suspek malaria). Kunjungan ke penduduk dapat berbentuk kunjungan dari rumah ke rumah, atau mendirikan pos pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan pemukiman penduduk. b. Setiap penduduk yang menderita demam diambil sediaan darahnya untuk pemeriksaan mikroskopis malaria dan atau pengujian dengan RDT c. Setiap penduduk yang menderita demam dan positif malaria mendapat pengobatan standar 176

178 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan status wilayahnya, kegiatan penemuan kasus malaria dibagi menjadi dua cara atau langkah-langkah kegiatan : A. Langkah-langkah kegiatan ACD pada wilayah fokus yang diduga terjadi penularan setempat (baru) atau wilayah yang terjadi peningkatan malaria adalah : 1. Persiapan lapangan a. Menetapkan wilayah-wilayah sasaran kegiatan ACD, dapat satu desa fokus atau beberapa dusun fokus dalam satu desa. b. Satu dusun fokus dilaksanakan oleh satu tim ACD untuk melaksanakan kunjungan rumah ke rumah, dengan perkiraan jumlah petugas pelaksana ACD adalah : jumlah rumah x jumlah siklus per bulan = rumah x 25 hari c. Mendata penduduk perdusun menurut Rumah/Kepala Keluarga dan membuat peta rumah (berikan kode rumah untuk setiap Kepala Keluarga) (lihat formulir ACD-1) d. Berdasarkan data bulanan penderita malaria Puskesmas (surveilans rutin) yang berasal dari fokus atau representasi fokus dibuat kurva mingguan/bulanan selama 3-5 tahun terakhir e. Berdasarkan data pengamatan vektor (survei vektor longitudinal) juga dibuat fluktuasi nyamuk menurut rata-rata bulanan untuk 3-5 tahun terakhir f. Tentukan periode penularan tinggi dan periode penularan rendah. Periode penularan tinggi dilaksanakan ACD dengan kunjungan rumah siklus 2 mingguan, sementara periode penularan rendah dilaksanakan ACD dengan kunjungan rumah siklus 4 mingguan (1 bulan) g. Siapkan sarana pemeriksaan dalam ACD, formulir Kunjungan Rumah ACD (formulir ACD-2) dan formulir Pemeriksaan Demam (formulir ACD-3) serta brosur atau buku saku sosialisasi pengendalian malaria h. Buatlah jadwal kunjungan rumah, sehingga setiap Kepala Keluarga akan dikunjungi kembali sesuai dengan siklus kunjungan. Sesuaikan jadwal kunjungan dengan letak rumah pada peta dusun i. Buatlah perencanaan kegiatan ACD bersama kepala dusun dan kader setempat j. Sampaikan jadwal kunjungan rumah dalam rangka ACD ini kepada masyarakat yang akan dikunjungi 177

179 2. Pelaksanaan lapangan a. Pastikan bahwa warga yang akan dikunjungi mengetahui jadwal kunjungan rumah dalam rangka ACD b. Sosialisasi pengendalian malaria dan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penderita demam (suspek malaria) c. Lakukan kunjungan rumah ke rumah sesuai jadwal pada masing-masing anggota tim ACD d. Setiap rumah yang dikunjungi, lakukan wawancara dan pemeriksaan serta pengambilan sediaan darah per-kepala keluarga (1) Pada kunjungan pertama, catat data keluarga dalam formulir kunjungan rumah ACD (formulir ACD-2). Anggota keluarga yang sedang bepergian, tetap harus dicatat. (2) Tanyakan kembali, apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit demam dalam 48 jam terakhir. Sebutkan nama setiap anggota keluarga, dan tandai anggota keluarga yang menderita demam. (3) Setiap anggota keluarga yang menderita sakit demam : (a) Isi formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (b) Ambil sediaan darah sesuai pedoman yang berlaku untuk pemeriksaan mikroskopis. Pastikan label pada slide sediaan darah telah tercatat sesuai dengan nama, KK dan dusun pada formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (c) Lakukan pemeriksaan dengan RDT (jika dilakukan) (d) Berikan obat penurun demam, atau berikan obat malaria standar jika telah diketahui ada tidaknya parasit dalam darah penderita. (e) Semua Sediaan Darah disimpan dalam tempat slide dan segera dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis. (f) Pada setiap penderita malaria positif (konfirmasi), Wawancara penderita dan Isi Kartu Penderita Malaria (terlampir) dan Otopsi Verbal pada kasus meninggal Berikan pengobatan standar Laksanakan pemeriksaan kontak (5 orang kontak) untuk memastikan ada tidaknya penularan setempat, sumber penularan (indigenous/impor) dan pengobatan kontak yang positip malaria Lakukan crossnotificasion (jika diperlukan) Penderita yang mendapat pengobatan standar, harus di follow up : o Penderita Plasmodium falsiparum (+) difollow up pada hari ke 7 dan ke 28 setelah pengobatan 178

180 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria o Penderita Plasmodium vivak (+) difollow up pada hari ke 7, 28 dan 3 bulan setelah pengobatan B. Langkah-langkah kegiatan ACD pada wilayah reseptif atau vulnerabel 1. Persiapan lapangan a. Menetapkan wilayah-wilayah sasaran kegiatan ACD, dapat satu desa merupakan satu wilayah reseptif/vulnerabel atau beberapa dusun reseptif/vulnerabel dalam satu desa. b. Satu dusun reseptif/vulnerabel dilaksanakan oleh satu tim ACD untuk melaksanakan pelayanan kesehatan pasif (Pos Pelayanan Kesehatan) agar penderita demam dapat datang berobat c. Mendata penduduk perdusun menurut Rumah/Kepala Keluarga dan membuat peta rumah (berikan kode rumah untuk setiap Kepala Keluarga) (lihat formulir ACD-1) d. Berdasarkan data bulanan penderita suspek dan malaria (positif) Puskesmas (surveilans rutin) yang berasal dari wilayah reseptif/vulnerabel atau representasi wilayah reseptif/vulnerabel, dibuat kurva mingguan/bulanan selama 3-5 tahun terakhir e. Berdasarkan data pengamatan vektor (survei vektor longitudinal) juga dibuat fluktuasi nyamuk menurut rata-rata bulanan untuk 3-5 tahun terakhir f. Tentukan periode potensi penularan tinggi dan periode potensi penularan rendah. Periode potensi penularan tinggi dilaksanakan ACD dengan mendirikan Pos Pelayanan Kesehatan dengan siklus 1 bulan sekali g. Siapkan sarana pemeriksaan dalam ACD, formulir Pemeriksaan Demam (formulir ACD-3) serta brosur atau buku saku sosialisasi pengendalian malaria h. Tetapkan jumlah, lokasi dan jadwal kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan, sehingga semua penduduk akses terhadap pelayanan kesehatan i. Buatlah perencanaan kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan bersama kepala dusun dan kader setempat dan masyarakat, sehingga Pos Pelayanan Kesehatan dapat dikunjungi semua penderita demam. j. Sampaikan jadwal kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan dalam rangka ACD ini kepada masyarakat yang akan dikunjungi. Pos Pelayanan Kesehatan juga akan melayani penderita sakit lainnya. 179

181 2. Pelaksanaan lapangan a. Pastikan bahwa warga diwilayah yang akan dilaksanakan kegiatan ACD telah mengetahui lokasi dan jadwal kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan b. Sosialisasikan Program Pengendalian Malaria dan pelaksanaan kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan agar penduduk yang menderita demam (suspek malaria) datang berobat. Sosialisasi dapat melalui berbagai pertemuan warga (masjid, pertemuan warga, dsb) dan publikasi lain c. Laksanakan kegiatan di Pos Pelayanan Kesehatan. Pastikan papan nama Pos Pelayanan Kesehatan terpampang dengan jelas. d. Setiap anggota keluarga yang menderita sakit demam : (1) Isi formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (2) Ambil sediaan darah sesuai pedoman yang berlaku untuk pemeriksaan mikroskopis. Pastikan label pada slide sediaan darah telah tercatat sesuai dengan nama, KK dan dusun pada formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (3) Lakukan pemeriksaan dengan RDT (jika dilakukan) (4) Berikan obat penurun demam, atau berikan obat malaria standar jika telah diketahui ada tidaknya parasit dalam darah penderita. (5) Kunjungi penduduk yang menderita demam (suspek malaria) yang tidak bisa datang ke Pos Pelayanan Kesehatan, dan lakukan kegiatan (1) s/d (4) diatas (6) Semua Sediaan Darah disimpan dalam tempat slide dan segera dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis. (7) Pada setiap penderita malaria positif (konfirmasi), Wawancara penderita dan Isi Kartu Penderita Malaria (terlampir) dan Otopsi Verbal pada kasus meninggal Berikan pengobatan standar Laksanakan PE KLB atau pemeriksaan kontak (5 orang kontak) untuk memastikan ada tidaknya penularan setempat, sumber penularan (indigenous/impor), dan pengobatan kontak yang positip malaria Laksanakan crossnotificasion (jika diperlukan) Penderita yang mendapat pengobatan standar, harus di follow up : o Penderita Plasmodium falsiparum (+) difollow up pada hari ke 7 dan ke 28 setelah pengobatan o Penderita Plasmodium vivax (+) difollow up pada hari ke 7, 28 dan 3 bulan setelah pengobatan 18

182 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria C. Analisis Hasil ACD pada wilayah kegiatan 1. Proporsi Keluarga diperiksa Jumlah keluarga diperiksa = x 1% Jumlah keluarga seluruhnya ** Dimanfaatkan untuk mengkur kinerja ACD per bulan 2. Proporsi kasus malaria konfirmasi Jumlah kasus demam positif malaria = x 1% Jumlah penduduk sakit demam 3. Rate Prevalensi kasus malaria (Parasit Rate) per bulan Jumlah kasus malaria (+) dalam sebulan = x 1 Jumlah penduduk diperiksa dalam bulan yang sama Dibuat kurva prevalence rate untuk menentukan kecenderungan penularan malaria, sebagai bahan evaluasi kegiatan ACD dalam upaya menurunkan tingginya risiko penularan 4. Proporsi Plamodium falsiparum Jumlah kasus malaria P. falsiparum (+) + jumlah kasus malaria campuran per bulan = x 1% Jumlah kasus malaria semua parasit pada bulan yang sama Dibuat kurva proporsi Plasmodium falsiparum menurut bulan, untuk menentukan besarnya risiko penularan dan tindakan yang diperlukan 5. Proporsi kasus malaria konfirmasi umur < 5tahun Jumlah kasus malaria konfirmasi berumur <5 th per bulan = x 1% Jumlah kasus malaria konfirmasi semua golongan umur pada bulan yang sama 181

183 Dibuat kurva proporsi kasus malaria menurut umur, untuk menentukan besarnya risiko penularan dan tindakan yang diperlukan 6. Prevalence Rate (Parasit Rate) per tahun menurut umur/jenis kelamin/faktor risiko lain Prevalence Rate Kasus Malaria (Konfirmasi) Puskesmas : Desa : Tahun : Dusun : Jumlah Jml Kasus Jml Kasus Umur Populasi Malaria Malaria (Konfirmasi) berisiko Meninggal < 1th 1-4 th Total Prevalence Case Rate fatality per 1 Rate (%) V. Pencatatan dan Pelaporan 1. Penderita malaria sebagai hasil kegiatan ACD direkam dalam Kartu Penderita Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan kemudian direkam dalam E-sismal sebagai register harian penderita malaria dengan kode ACD. Oleh karena itu, data penderita malaria dilaporkan ke Puskesmas setiap hari, termasuk hasil pemeriksaan mikroskopis. 2. Disamping itu, setiap bulan, hasil kegiatan ACD direkapitulasi terpisah dan dibuat laporan bulanan pelaksanaan ACD VI. Petugas Pelaksana 1. Petugas kesehatan terlatih ACD dan petugas terlatih mikroskopis 2. Masyarakat terlatih (kader, JMD) untuk wilayah yang sulit terjangkau oleh petugas kesehatan dibawah pengawasan petugas kesehatan terlatih 182

184 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran Formulir ACD-1 Daftar Kepala Keluarga dan Kode Rumah Daftar Kepala Keluarga, Jumlah Anggota dan Kode Rumah Kab/Kota :. Desa : Puskesmas :. Dusun/RTTgl. Pendataan. RW : : Jumlah Nama Kepala Kode No Anggota Keluarga Rumah Keluarga Keterangan

185 ACD-2 Deteksi Penderita Malaria Aktif (ACD) Daftar Kepala Keluarga, Anggota dan Pemantauan Demam Pada Siklus Pertama ACD Puskesmas :.. Kab/Kota :.. No Nama Kepala Keluarga Desa/Dusun: Tgl Pendataan: Nama Anggota Umur Sex Keluarga *).... Pemeriksaan Siklus 1 Pekerjaan **) Tgl Demam *) termasuk kepala keluarga **) terkait dengan risiko penularan ***) sebagai kolom control, tandai jika demam dan telah diambil sediaan darah dan atau RDT Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal 184 SD/RD T ***)

186 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 5. Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey/MFS) Penemuan Penderita Demam Massal merupakan kegiatan pencarian dan penemuan penderita demam positif parasit malaria diantara penduduk Tujuan 1. Memastikan desa dengan jumlah kasus rendah adalah benar menunjukkan tingkat transmisi rendah (konfirmasi) 2. Menemukan penderita demam positif parasit malaria pada populasi rawan untuk mendapat pengobatan dan menghilangkan sumber penularan malaria. Ini dilaksanakan jika pengendalian malaria dengan PCD dan ACD dan penanggulangan KLB tidak berhasil 3. Mendapatkan prevalensi kasus malaria pada populasi rawan Sasaran 1. MFS konfirmasi a. Dilaksanakan pada daerah endemis yang sudah menunjukkan transmisi rendah, dengan kriteria : (1) Desa/dusun pernah endemis tinggi (2) Wilayah reseptif malaria (3) Mobilitas penduduk tinggi (4) Surveilans dengan kinerja rendah b. Dilaksanakan pada saat puncak penularan malaria berdasarkan kurva bulanan penderita malaria c. Memastikan KLB malaria 2. MFS khusus mengurangi sumber penularan dan mencegah KLB a. Dilaksanakan pada daerah fokus yang menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah penderita, dengan kriteria : (1) Ditemukan satu kasus indigenous bayi (2) MOPI kumulatif dua bulan berturut-turut 3% atau dua kali MOPI bulan sebelumnya b. Dilaksanakan sebelum puncak penularan malaria, berdasarkan kurva bulanan penderita malaria dan atau potensi terjadinya penularan meningkat Metode Pada prinsipnya, MFS adalah memeriksa adanya parasit malaria pada sediaan darah setiap orang yang menderita demam yang ada pada populasi tertentu. Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal 185

187 Langkah Persiapan 1. Tentukan batas daerah yang akan dilaksanakan MFS berdasarkan: a. Sebaran penderita malaria berdasarkan penemuan pasif b. Sebaran nyamuk penular malaria di daerah tersebut c. Keadaan lingkungan dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap penularan malaria 2. Hitung jumlah penduduk berdasarkan data pemerintahan desa setempat dan perkiraan adanya penderita demam rata-rata setiap hari 3. Siapkan kebutuhan tenaga dan logistik : a. Jumlah tenaga b. Spesifikasi tenaga (beri keterangan) c. Jumlah slide kaca sebesar jumlah penduduk + 1 % per pos pelayanan d. Jumlah formulir MFS 4. Pelatihan dan pembahasan dengan kader malaria 5. Penyuluhan pelaksanaan MFS (sasaran, mekanisme, pos pelayanan dan jadwal) 6. Menjelang hari pelaksanaan MFS, kader mendata penduduk dari rumah ke rumah warga, dan mencatat warga menderita demam atau riwayat menderita demam dalam 48 jam terakhir Langkah Pelaksanaan 1. Menyiapkan pos-pos pelayanan, termasuk tenaga dan logistik serta formulir MFS 2. Warga yang menderita demam yang akan diperiksa dicatat dalam formulir MFS dan diberikan kartu berisi nama dan kode 3. Warga yang akan diperiksa mendatangi meja pemeriksaan sediaan darah yang telah ditentukan 4. Petugas di meja pemeriksaan sediaan darah mengambil sediaan darah dan tulis di bagian pinggir slide : nama, kode dan tanggal pengambilan sediaan darah (dapat sekaligus diperiksa dengan RDT) 5. Slide disimpan pada tempatnya untuk pemeriksaan lebih lanjut 6. Mendatangi ke rumah warga yang tercatat oleh kader (menderita demam) yang belum mengikuti pemeriksaan 7. Pemeriksaan mikroskopis Sediaan Darah sesuai pedoman terkait 8. Setelah diperoleh hasil pemeriksaan sediaan darah, warga yang positif parasit malaria segera mendapat pengobatan standar (jika dengan pengujian RDT, penderita positif langsung diberikan obat)

188 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Pelaporan Hasil Pelaksanaan MFS segera dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kab/kota dan Puskesmas dimana MFS dilaksanakan, selambat-lambatnya 1 minggu setelah pelaksanaan MFS. Laporan MFS berisi : Daftar Nama Tim MFS Laporan pelaksanaan Analisis MFS Lampiran Daftar Peserta Survei Demam Massal Pada daerah pengendalian tahap eliminasi dan pemeliharaan, laporan ditembuskan pada Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) Tindakan Pasca MFS Dilaksanakan Surveilans pasif dengan melaksanakan pelayanan pengobatan (Puskesmas Keliling) di daerah tersebut setidak-tidaknya setiap bulan selama 3 bulan berturut-turut setelah MFS dilaksanakan Format Analisis MFS Prosentase Penduduk Demam Diperiksa Sediaan Darah (SD) Jumlah SD yang diperoleh = x 1 Jumlah penduduk Point Prevalence Rate (Parasit Rate) Jumlah SD+RDT positif parasit malaria = x 1 Jumlah SD diperiksa Proporsi parasit falsiparum Jumlah SD positif parasit falsiparum = x 1 Jumlah SD positif parasit malaria Proporsi Pengobatan Jumlah SD positif parasit malaria mendapat obat = x 1 Jumlah SD positif parasit malaria Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal 187

189 Referensi Depkes RI. Pedoman Penemuan Penderita. Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Ditjen PP&PL, Depkes RI. Tahun 27

190 Formulir Penemuan Penderita Demam Massal sebagai berikut : Penemuan Penderita Demam Massal Daftar Kepala Keluarga dan Anggota Puskesmas :.. Desa/Dusun:.. Kab/Kota :.. Tanggal MFS :.. Nama Kepala Keluarga No Nama Anggota Keluarga *) Umur Sex Demam (Y/T) Pekerjaan **) Tgl Mulai Demam Diambil SD ***) *) termasuk kepala keluarga **) terkait dengan risiko penularan ***) sebagai kolom control, tandai jika demam dan telah diambil sediaan darah Penemuan Penderita Demam Massal Daftar Pemeriksaan Sediaan Darah Penduduk Demam Desa/Dusun :. Tgl MFS :. Nama Kepala Keluarga Dusun/ RT/RW Sex No Nama Anggota Keluarga Umur Puskesmas :.. Kab/Kota :.. Tanggal Mulai Demam Gejala Tambahan Jenis Tanggal Pemerik Hasil Pemeriksaan Pemerik saan saan RDT SD RDT SD Jenis Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal Pengobatan Tanggal Jenis obat 189

191 Penemuan Penderita Demam Massal Data Penduduk Kab/Kota : Puskesmas : Desa : Tahun :. Umur (Tahun) No Dusun < Jenis Kelamin 15+ L P Dst Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal 19

192

193

194

195 Formulir MBS sebagai berikut : Pemeriksaan Darah Massal (MBS) Malaria Daftar Kepala Keluarga, Anggota dan Pemeriksaan Puskesmas :.. Desa /Dusun : /.. Nama Anggota *) Sex No Nama Kepala Keluarga Umur Kab/Kota :.. Tgl Survei :. Pekerjaan Gejala Sakit dalam 48 jam terakhir Demam Tanggal Pemerik saan **) Jenis Pemerik saan RDT SD RDT SD *) termasuk Kepala Keluarga **) periksa semua anggota keluarga, jika tidak diperiksa, tuliskan disini alasannya Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal Hasil Pemeriksaan 194 Jenis Pengobatan Tanggal Jenis obat

196 Format Analisis Pemeriksaan Darah Massal Prosentase Penduduk Diperiksa SD (Sediaan Darah) Jumlah SD yang diperoleh = x 1 Jumlah penduduk Point Prevalence Rate (Parasit Rate) Jumlah SD positif parasit malaria = x 1 Jumlah SD diperiksa Proporsi parasit falsiparum Jumlah SD positif parasit falsiparum = x 1 Jumlah SD positif parasit malaria Proporsi kasus malaria konfirmasi (demam) Jumlah penduduk demam yang positif malaria = x 1% Jumlah penduduk positif malaria Proporsi Pengobatan Jumlah SD positif parasit malaria mendapat obat = x 1 Jumlah SD positif parasit malaria Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal 195

197 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 8. Surveilans Migrasi I. Pendahuluan Pada wilayah dengan kasus indigenous sudah tidak pernah ditemukan atau kejadiannya sangat rendah, tetapi kasus impor masih sering terjadi, dan kondisi wilayah tersebut berpotensi terjadinya perkembangbiakan vektor penular malaria, maka wilayah ini merupakan wilayah rentan terjadinya penularan malaria Surveilans migrasi merupakan bagian dari SKD-KLB malaria, yaitu melakukan analisis secara terus menerus dan sistematis terhadap kecenderungan migrasi penduduk, kecenderungan kasus impor dan deteksi dini adanya penularan setempat serta deteksi dini perubahan kondisi lingkungan, vektor dan perilaku penduduk yang berpotensi terjadinya penularan malaria. II. Tujuan 1. Menemukan penderita malaria yang baru datang dari daerah endemis malaria yang datang ke daerah reseptif malaria 2. Memberikan pengobatan standar pada penderita malaria 3. Kecenderungan kasus malaria impor, introduce dan indigenous (penularan setempat) di wilayah reseptif 4. Kecederungan (pola musiman) vektor malaria di wilayah reseptif 5. Pola musiman migrasi penduduk wilayah reseptif dari dan ke daerah endemis malaria III. Sasaran Surveilans migrasi dilaksanakan pada daerah dengan pengendalian malaria tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan yang memiliki wilayah reseptif dan vulnerabel IV. Metode 1. Melaksanakan kegiatan ACD pada wilayah reseptif malaria 2. Melaksanakan kegiatan ACD pada fokus, jika diduga terjadi penularan setempat atau peningkatan kasus indigenous 3. Melaksanakan pengawasan dan survei vektor 4. Melaksanakan pemantauan pola musiman migrasi penduduk dari dan ke daerah endemis malaria V. Pencatatan dan Pelaporan 1. Data penemuan kasus malaria konfirmasi merupakan bagian dari laporan penderita malaria di Puskesmas dengan kode ACD 2. Laporan dan analisis tersendiri perlu dilakukan setiap bulan untuk peningkatan kewaspadaan dini dan respon kemungkinan terjadinya penularan setempat Kementerian Kesehatan RI 196

198 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria VI. Pelaksana Petugas Puskesmas terlatih atau kader kesehatan/jmd terlatih Referensi Pedoman Penemuan Penderita Malaria Kementerian Kesehatan RI 197

199 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 9. SURVEI DINAMIKA PENULARAN MALARIA I. Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit menular di Indonesia yang tersebar sangat luas, angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi dan faktor risiko yang komplek. Untuk mendapatkan alternatif strategi pengendalian malaria yang efektif dan efisien di suatu wilayah diperlukan kajian menyeluruh dan berorientasi pada identifikasi dan upaya pemutusan mata rantai penularan malaria yang lebih dikenal sebagai Survei Dinamika Penularan Malaria. II. Pengertian : Dinamika penularan malaria adalah pola dan intensitas penularan malaria di suatu wilayah tertentu dan pengaruh adanya penderita atau carrier malaria sebagai sumber penularan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya penularan tersebut. Kondisi yang mempengaruhi terjadinya penularan malaria meliputi jumlah dan sebaran penderita/carrier, perilaku penduduk berisiko penularan, jenis, penyebaran dan kepadatan vektor penular, lingkungan rentan penularan dan jangkauan/mutu pelayanan kesehatan Survei Dinamika Penularan adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap dinamika penularan malaria agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria di suatu wilayah tertentu III. Tujuan dan Manfaat Tujuan 1. Mengetahui distribusi malaria menurut waktu, tempat dan ciri-ciri penduduk (orang) 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan malaria 3. Mengetahui sumber (penderita/carier, vektor, lingkungan) dan cara penularan malaria 4. Menentukan metode intervensi yang tepat 5. Menentukan mitra strategis pengendalian malaria Manfaat Mengetahui metode pemberantasan yang tepat guna Membuat perencanaan yang tepat sasaran berdasarkan fakta Mengetahui program/sektor lain yang terlibat dalam pengendalian malaria Kementerian Kesehatan RI 198

200 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria IV. Kerangka Pikir Malaria Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh berbagai jenis parasit malaria : Plasmodium vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale; parasit golongan sporozoa. Reservoir Hanya manusia menjadi reservoir terpenting untuk malaria. Primata secara alamiah terinfeksi berbagai jenis malaria termasuk P. knowlesi, P. brazilianum, P. inui, P. schwetzi dan P. simium yang dapat menginfeksi manusia di laboratorium percobaan, akan tetapi jarang terjadi penularan/transmisi secara alamiah. Masa inkubasi Waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untukp. Vivax dan P. ovale, dan 7-3 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-1 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis Masa Penularan Nyamuk dapat terinfeksi apabila dalam darah penderita malaria, yang dihisap oleh nyamuk terdapat gametosit. Keadaan ini bervariasi tergantung pada spesies dan strain dari parasit serta respons seseorang terhadap pengobatan. Pada penderita malaria dengan Plasmodium malariae yang tidak diobati atau tidak diobati dengan benar dapat menjadi sumber penularan selama 3 tahun. Sedangkan untuk vivax berlangsung selama 1-2 tahun dan untuk malaria falciparum umumnya tidak lebih dari satu tahun. Penularan Melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif. Sebagian besar spesies menggigit pada senja hari dan menjelang malam. Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Nyamuk Setelah nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit) bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus dinding perut nyamuk dan membentuk kista (oocyst) yang berada pada lapisan luar, yang nantinya akan memproduksi ribuan sporosoit. Ini membutuhkan waktu 8-35 hari tergantung pada jenis parasit dan suhu lingkungan tempat dimana vektor berada. Sporosoit-sporosoit yang telah diproduksi tersebut berpindah ke seluruh organ tubuh nyamuk dan beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludah nyamuk, menjadi matang dan apabila nyamuk menggigit orang tersebut, maka sporosoit siap ditularkan. Kementerian Kesehatan RI 199

201 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Manusia Dalam tubuh manusia, sporozoit yang berasal dari nyamuk saat menghisap darah manusia, akan memasuki sel-sel hati dan membentuk stadium yang disebut skison eksoeritrositer. Sel-sel hati akan pecah dan parasit aseksual (skison) memasuki aliran darah, berkembang dalam sel darah (eritrosit) dari bentuk tropzoit immature menjadi tropozoit matur (siklus eritrositik). Sel darah merah kemudian pecah, dan skison akan menyerang sel darah merah yang lain. Umumnya perubahan dari troposoit menjadi skison yang matang dalam darah memerlukan waktu jam, sebelum melepaskan 8-3 merosoit eritrositik (tergantung spesies) untuk menyerang eritrositeritrosit lain. Gejala klinis terjadi pada tiap siklus karena pecahnya sebagian besar skison-skison eritrositik. Didalam eritrosit-eritrosit yang terinfeksi, beberapa merosoit berkembang menjadi bentuk seksual yaitu gamet jantan (mikrogametosit) dan gamet betina (makrogametosit). Siklus Hidup Parasit Malaria Peri ode antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dengan ditemukannya parasit dalam sediaan darah tebal disebut periode prepaten yang biasanya berlangsung antara 612 hari pada P. falciparum, 8-12 hari pada P. vivax dan P. ovale, hari pada P. malariae (mungkin lebih singkat atau lebih lama). Gametosit biasanya muncul dalam aliran darah dalam waktu 3 hari setelah parasitemia pada P. vivax dan P. ovale, dan setelah 1-14 hari pada P. falciparum. Kementerian Kesehatan RI 2

202 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Beberapa bentuk eksoeritrositik pada P. vivax dan P. ovale mengalami bentuk tidak aktif (hipnosoit) yang tinggal dalam sel-sel hati dan menjadi matang dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun yang menimbulkan relaps. Fenomena ini tidak terjadi pada malaria falciparum dan malaria malariae, Kondisi yang berpengaruh terhadap penularan malaria Distribusi penderita malaria menurut waktu, tempat dan orang Distribusi penderita menurut jenis parasit malaria Tempat perkembangbiakan nyamuk Kebiasan nyamuk (waktu dan tempat) menggigit orang, Kebiasaan nyamuk (waktu dan tempat) istirahat, Perilaku penduduk sehari-hari berada pada lokasi digigit nyamuk Kondisi rumah, tempat tinggal, tempat bekerja penduduk yang potensi digigit nyamuk Faktor Risiko Penularan Malaria Jenis Parasit distribusi ks Malaria Jenis nyamuk Tempat berkembangbiak nyamuk Nyamuk Tertular Malaria Kebiasaan waktu dan tempat menggigit Kondisi tempat tinggal penduduk Kebiasaan orang berada pada lokasi digigit nyamuk Curah hujan Malaria, reservoir, masa inkubasi, penularan dapat dipelajari pada dalam tatalaksana malaria Kementerian Kesehatan RI 21

203 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria V. Pelaksanaan Survei Entomologi, epidemiologi, dokter yang menguasai program pengendalian malaria dan pengelola program setempat (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) A. Persiapan 1. Menentukan gambaran epidemiologi kasus malaria menurut Puskesmas/Kecamatan : a. Peta stratifikasi Puskesmas/Kecamatan dalam satu Kab/Kota b. Tabel prevalensi rate malaria menurut golongan umur dan jenis kelamin c. Kurva mingguan atau bulanan kasus malaria suspek dan konfirmasi, terutama pada Puskesmas/kecamatan dengan strattifikasi tinggi, sehingga dapat diukur kinerja program dan kecenderungan malaria Berdasarkan data dan informasi diatas dapat ditentukan Puskesmas/Kecamatan dengan masalah malaria dan memerlukan Survei Dinamika Penularan 2. Pada Puskesmas/Kecamatan terpilih a. Peta stratifikasi desa b. Tabel prevalensi rate menurut golongan umur, jenis kelamin, dll c. Buat kurva mingguan atau bulanan kasus malaria konfirmasi d. Curah hujan (Kabupaten/Kota) Berdasarkan informasi tersebut dapat ditentukan desa sasaran Survei Dinamika Penularan. Kriteria desa yang akan disurvei : : a. Menggambarkan keadaan yang sama (representative) dengan daerah sekitarnya (optional) b. Dimungkinkan kerjasama dengan perangkat desa, kader dan masyarakat c. Survei dilaksanakan pada puncak penularan malaria (berdasarkan kurva mingguan atau kurva bulanan) 3. Persiapan survei integrasi Menentukan jenis survei, metode, jadwal serta persiapan pelaksanaan di lapangan, yang pada dasarnya adalah melakukan survei untuk mengukur besarnya masing-masing faktor risiko penularan malaria Jenis survei sesuai dengan kebutuhan analisis dinamika penularan masingmasing wilayah yang ditetapkan oleh tim survei a. Data umum Data demografi Data fasilitas umum Data rumah menurut jenis rumah Transportasi, perdagangan, sekolah dan perpindahan penduduk lain Kementerian Kesehatan RI 22

204 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria b. Peta wilayah Survei Dinamika Penularan Peta wilayah dengan gambaran ketinggian, perbukitan, jalan, sungai, parit, kolam, danau, pantai, kebun, sawah, semak, semua rumah, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas umum lainnya (sekolah, pasar, masjid, tempat pertemuan). Kondisi lokasi ini diharapkan dapat menuntun pada tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk, tempat-tempat penularan, dan pencarian pertolongan Letak rumah diberi kode, sehingga letak kasus sesuai dengan tempat tinggalnya dapat diketahui dengan tepat. c. Distribusi kasus malaria Bersumber pada data harian malaria fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) Berdasarkan data ini dapat ditentukan : (1) Grafik mingguan/bulanan perkembangan kasus malaria 3-5 tahun terakhir sesuai dengan jenis parasit (2) Grafik kecenderungan malaria menurut % jenis parasit (3) Grafik kecenderungan malaria menurut % umur (4) Jumlah dan prevalens rate malaria menurut desa, umur dan jenis kelamin selama 3-5 tahun terakhir (5) Jumlah dan prevalens rate malaria menurut kondisi yang dicurigai berhubungan dengan faktor risiko malaria (6) Peta sebaran malaria (spot map) atau area map 3-5 tahun terakhir berdasarkan kasus malaria konfirmasi, jenis parasit, kasus meninggal d. Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan statis selama periode waktu tertentu atau pos-pos pelayanan kesehatan keliling berkala Maksud mendirikan pos adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat agar dapat berobat, terutama jika menderita sakit demam atau malaria Berdasarkan kegiatan ini juga akan diperoleh data harian malaria di pospos kesehatan, sehingga diperoleh informasi sama dengan data distribusi kasus malaria selama periode pelayanan e. Pengamatan vektor penular malaria Dapat diketahui kurva kepadatan nyamuk (pola musiman) secara umum berdasarkan pada pengamatan kepadatan vektor di beberapa titik pengamatan selama 3-5 tahun terakhir (setidak-tidaknya data Puskesmas) f. Active Case Detection Menempatkan petugas khusus untuk menemukan penderita demam (suspek malaria) berdasarkan kunjungan rumah secara berkala dan laporan masyarakat. Setiap kasus demam dilakukan pemeriksaan RDT dan pengujian mikroskopis serta pengobatan standar. Adanya kegiatan ACD yang dilaksanakan dalam periode waktu tertentu, misalnya selama 3 bulan, akan diperoleh data penderita demam, dan Kementerian Kesehatan RI 23

205 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria konfirmasi malaria, sehingga dapat menjadi sumber data survei dinamika penularan. Bentuk analisisnya sama dengan Survei Demam Massal g. Survei Demam Massal Survei ini lebih tepat sebagai upaya pencarian penderita malaria di tengahtengah masyarakat, tetapi bisa juga dimanfaatkan sebagai upaya mengidentifikasi gambaran distribusi malaria berdasarkan data masyarakat (data berbasis masyarakat). Survei diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Jumlah dan prevalens rate kasus malaria konfirmasi (positif) malaria menurut jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan faktor risiko penularan lainnya yang dicurigai (2) Case fatality rate dan mortality rate menurut umur, jenis kelamin dan faktor risiko lainnya yang dicurigai (3) Peta sebaran kasus malaria konfirmasi malaria (spot map tempat tinggal) atau area map berdasarkan kasus malaria konfirmasi, jenis parasit, kasus meninggal Kasus konfirmasi malaria mendapat pengobatan standar Survei Demam Massal sebaiknya sekaligus dengan survei KAP menggunakan daftar pertanyaan, bukan fokus group discussion dan wawancara mendalam Metode dapat dipelajari pada lampiran Survei Demam Massal. Sasaran survei bisa survei total penduduk atau survei sampel sesuai metode sampling. h. Survei Darah Massal Survei ini lebih tepat sebagai upaya pencarian penduduk positif malaria di tengah-tengah masyarakat, tetapi bisa juga dimanfaatkan sebagai upaya mengidentifikasi gambaran distribusi malaria berdasarkan data masyarakat (data berbasis masyarakat). Survei diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Jumlah dan prevalens rate penduduk positif malaria menurut jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan faktor risiko penularan lainnya yang dicurigai (2) Jumlah dan prosentase kasus malaria terhadap total penduduk positif malaria (3) Case fatality rate dan mortality rate menurut umur, jenis kelamin dan faktor risiko lainnya yang dicurigai (4) Peta sebaran penduduk positip malaria (spot map tempat tinggal) atau area map berdasarkan kasus malaria konfirmasi, jenis parasit, kasus meninggal Penduduk positip malaria mendapat pengobatan standar Survei Darah Massal sebaiknya sekaligus dengan survei KAP menggunakan daftar pertanyaan, bukan focus group discussion dan wawancara mendalam Kementerian Kesehatan RI 24

206 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Metode dapat dipelajari pada lampiran Survei Darah Massal. Survei dapat survei total penduduk atau survei sampel sesuai metode sampling i. Survei vektor penular malaria Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengamatan vektor (sering disebut sebagai survei vektor longitudinal), tetapi survei vektor lebih fokus pada satu periode waktu survei saja, sehingga lebih teliti dalam mengidentifikasi gambaran keberadaan vektor di wilayah tersebut. Survei diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Tempat berkembang biak nyamuk (2) Jenis nyamuk (3) Kepadatan nyamuk malam hari di dalam dan di luar rumah serta tempat-tempat berisiko penularan (lihat hasil survei perilaku penduduk) (4) Kebiasaan nyamuk istirahat di dalam dan di luar rumah (5) Kebiasaan nyamuk menggigit di dalam dan di luar rumah j. Kajian perilaku penduduk (KAP) Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) KAP malaria (2) KAP berisiko penularan malaria (3) KAP tatalaksana penderita dan pencarian pertolongan k. Kajian pelayanan kesehatan Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Jenis dan frekuensi pelayanan kesehatan umum bagi penduduk wilayah Survei Dinamika Penularan (2) Jenis dan frekuensi pelayanan kesehatan khusus terkait dengan tatalaksana kasus malaria, termasuk kemampuan penegakan diagnosis, obat, tenaga medis, rujukan dan pencatatan dan pelaporan l. Kajian program pengendalian malaria Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Kegiatan program pengendalian malaria yang dilaksanakan dalam 3-5 tahun terakhir di daerah Survei Dinamika Penularan, antara lain : distribusi kelambu, penyemprotan rumah, ACD, MFS, MBS, larvasidasi dan pengendalian lingkungan lainnya, termasuk kegiatan penyuluhan terkait (2) Dampak program terhadap kejadian malaria m. Penyelidikan KLB malaria Mereview hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria yang pernah terjadi di daerah survei atau sekitarnya Jika pada saat Survei Dinamika Penularan Malaria terjadi KLB malaria, maka dapat dilakukan penyelidikan KLB malaria Kementerian Kesehatan RI 25

207 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria B. Pelaksanaan Lapangan a. Koordinasi internal tim Survei Dinamika Penularan yangkemungkinan terdiri dari beberapa tim dengan jadwal masing-masing. b. Koordinasikan jadwal kegiatan Survei Dinamika Penularan Malaria dengan kader dan pelaksana lapangan, pastikan kesiapan masyarakat c. Lakukan monitoring dan evaluasi setiap hari dan minggu, agar proses pelaksanaan survei sesuai jadwal C. Pembahasan Survei Dinamika Penularan a. Menetapkan besar masalah malaria berdasarkan kajian epidemiologi (waktu, tempat dan orang), jenis parasit dan tatalaksana penderita. b. Menentapkan peta entomologi dan identifikasi waktu, tempat dan kondisi yang dicurigai terjadinya penularan c. Menetapkan hubungan (deskriptif) distribusi kasus malaria menurut waktu, tempat dan orang terhadap peta entomologi dan identifikasi waktu, tempat dan kondisi yang dicurigai terjadinya penularan (sumber dan cara penularan) d. Menentukan strategi penanggulangan yang tepat sesuai temuan sumber dan cara penularan e. Melakukan pembahasan (seminar) bersama pengelola program, kader, tokoh, camat, lurah, guru, dan masyarakat di lokasi Survei Dinamika Penularan untuk mendapatkan kesamaan pemahaman, tambahan informasi dan masukan pengendalian malaria D. Kesimpulan a. Besar masalah malaria di wilayah Survei Dinamika Penularan Malaria b. Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian penularan malaria c. Rekomendasi pengendalian malaria di wilayah Survei Dinamika Penularan dan sekitarnya E. Laporan ---- Kepustakaan 1. Adhi S. Dokumen bahan-bahan Pelatihan Survei Dinamika Penularan (tidak dipublikasi) 2. ICDC. Final Report of Supprt for Expansion and Strengthening of Micreoscopy and Entomology (training, workshop and supervision) on Malaria Transmision Dynamic Survey. Subdirectorate of Malaria, Directorate VBDC, DG CDC & EH, MOH. RI, Lukman Hakim, Sukmono, dkk. Dinamika Penularan malaria di desa Tafanutu Kecamatan Moti Kota Ternate Tahun 24. Laporan Proyek, Jakarta, David L, Heymann. Control of Communicable Diseases Manual. 19th Ed. American Public Association. Washington, 28 Kementerian Kesehatan RI 26

208 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 1. Formulir Perekaman, Pencatatan dan Pelaporan Surveilans Rutin Malaria Lampiran 1.1 Kartu Penderita Malaria...28 Lampiran 1.2 Formulir Autopsi Verbal Lampiran 1.3 Formulir Register Harian Malaria di Puskesmas Lampiran 1.4 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas Bulanan Lampiran 1.5 Formulir Rekapitulasi Data Program Puskesmas Bulanan Lampiran 1.5 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria RS/Fasyankes Bulanan. 218 Lampiran 1.6 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Kab/Kota Bulanan Lampiran 1.7. Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Kab/Kota Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Provinsi Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Pusat (Nasional) Laporan Cohort Ibu Program Kesehatan Ibu Hamil Laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi Formulir Logistik Obat Malaria ALur Pelaporan Kementerian Kesehatan RI 27

209 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 1.1 Kartu Penderita Malaria KARTU PENDERITA MALARIA Tahap pengendalian malaria *) : Pemberantasan/Preeliminasi/Eliminasi/Pemeliharaan Nomor Register **) :... Tanggal :. 1. Puskesmas/Pustu/Poskesdes/RS/Lab *) : 2. Kecamatan : 3. Kabupaten/Kota : 4. Provinsi : 5. Nama Penderita : 6. Umur :... tahun... bulan 7. Jenis Kelamin *) : laki-laki/perempuan Jika penderita perempuan *) Jika hamil, usia kehamilan 8. Alamat lengkap Desa/kelurahan Dusun/RW-RT : hamil/tidak hamil :.. minggu : *) *) : : 9. Titik koordinat rumah penderita ***) Lintang derajat : Bujur derajat : *) Lingkari yang dipilih Diisi dengan kode puskesmas - tahun - bulan - nomor urut (contoh : P ) Kode Puskesmas sesuai dengan kode yang ditetapkan Kementerian Kesehatan ***) Koordinat rumah penderita dan tempat penularan serta tempat perkembangbiakan wajib diisi pada daerah yang berada pada tahap eliminasi dan pemeliharaan. **) Kementerian Kesehatan RI 28

210 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 1. Pekerjaan penderita *) Nelayan Buruh tambang Ibu rumah tangga Pegawai TNI POLRI Berkebun Perambah hutan Petani Petambak Pedagang 11. Pemeriksa *) dokter bidan 12. Gejala *) (bisa lebih dari satu) demam menggigil berkeringat diare Sakit kepala Nyeri sendi mual muntah Tidak nafsu makan 13. perawat Tanggal mulai timbul gejala **) : Riwayat bepergian dan bermalam di daerah endemis : Ya/Tidak malaria dalam 1 bulan terakhir sebelum sakit? **) ***) Bila ya, sebutkan nama wilayah dan tanggal berkunjung No Desa Kecamatan Kabupten/kota Tanggal Berkunjung 15. Riwayat pernah menderita penyakit malaria sebelumnya : Ya/Tidak Bila Ya, sebutkan waktunya (Tgl-Bulan-Tahun) : 16. Obat malaria yang pernah diterima : Pemeriksaan Laboratorium a. Tanggal pemeriksaan : b. Metode Pemeriksaan : c. Hasil : RDT pos neg Mikroskopis pos neg PCR pos neg in imp *) beri tanda centang ( ) pada kotak yang dipilih diisi tahap pengendalian eliminasi dan pemeliharaan ***) lingkari yang dipilih **) Kementerian Kesehatan RI 29

211 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria d.kepadatan parasit : e. Jenis parasit : Pf Pv Pm Lain : Pengobatan : ACT (ACT:DHP, AAQ,) Po Mix :... Primaquine Kina Lain (sebutkan) : Keadaan malaria : tanpa komplikasi dengan komplikasi 2. Follow Up Pengobatan Hari 4 : pos neg kepadatan parasit : Hari 14 : pos neg kepadatan parasit : Hari 28 : pos neg kepadatan parasit : 3 bulan : pos neg Kepadatan : 21. Efek samping obat 22. Rujukan penderita : a. Dirujuk dari : b. Dirujuk ke : mual lemas Pusing : muntah pingsan Kejang : Sakit kepala Primaquine Kina Pustu : Primaquine Kina Poskesdes Polindes/bidan Klinik praktek swasta Kader/posmaldes Rumah Sakit Puskesmas lain 23. Hasil Akhir Pengobatan Kondisi akhir pengobatan (diisi saat follow up terakhir merujuk pertanyaan no. 19) : Sembuh Gagal, karena : faktor kepatuhan Meninggal Follow up tidak lengkap Kementerian Kesehatan RI 21

212 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 24. Kasifikasi asal penderita : indigenous impor tidak diketahui (diisi pada daerah pengendalian eliminasi dan pemeliharaan) 25. Asal kegiatan penemuan penderita Kementerian Kesehatan RI : PCD ACD MBS : MFS Survei kontak Kina : kader Follow up PE KLB 211

213 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 1.2 Formulir Autopsi Verbal FORMULIR AUTOPSI VERBAL A. RESPONDEN 1. Nama : Alamat : Umur : Hubungan dengan penderita : 1. Ayah 2. Ibu 3. Paman 4. Bibi 5. Lain-lain :... B. KEADAAN PENDERITA SAAT SAKIT 1. Nama penderita meninggal : Jenis kelamin : 1. laki-laki 2. perempuan 3. Tanggal lahir (tg/bl/th) 4. Tanggal meningggal (tg/bl/th) 5. Dimana tempat meninggal : 1. Fasilitas kesehatan Sebutkan nama, alamat : Di rumah 3. Dalam perjalanan 4. Lain, sebutkan : Pekerjaan : B. KEADAAN PENDERITA SAAT SAKIT 1. Gejala awal dan utama saat sakit (demam, menggigil, sakit kepala, muntah, dll) : Lama menderita sakit :... hari 3. Gejala berat selama sakit : 1. Kejang, lama : Kencing berwarna hitam, lama : Muntah-muntah, lama : Apakah dilakukan pemeriksaan sediaan darah? : 1. Ya, Nama tempat :... Cara pemeriksaan : 1. Mikroskopis 2. Lab. 2. Tidak Kementerian Kesehatan RI 212

214 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria 5. Apakah nama tempat pelayanan (Puskesmas, RS, BP) : Apakah mendapat pengobatan : 1. Ya, nama obat : 2. Tidak 7. Dari mana penderita mendpat obat? : 1. Apotik 2. Puskesmas 3. RS 4. Lain-lain, sebutkan :... C. KEADAAN DI SEKITAR PENDERITA 1. Apakah ada penderita dengan gejala yang sama tinggal berdekatan dengan penderita? : 1. Ya, a. Serumah b. Tetangga 2. Tidak c. Satu desa d. Lain 2. Apakah penderita baru pulang dari melancong? : 1. Ya, nama lokasi :... Lama perjalanan :... hari 2. Tidak 3. Apakah sebelumnya, penderita pernah menderita penyakit dengan gejala yang sama? : 1. Ya, kapan :... Apakah minum obat? 1. Ya, nama obat : Tidak 2. Tidak D. RESUME RIWAYAT SAKIT 1. Gejala utama 2. Komplikasi/gejala berat 3. Penyebab kematian (dokter) a. Penyakit penyebab kematian langsung b. Penyakit perantara c. Penyakit penyebab utama kematian d. Penyakit yan berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan a, b dan c Pelaksana Auto Verbal... Kementerian Kesehatan RI 213

215 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 1.3 Formulir Register Harian Malaria di Puskesmas Kementerian Kesehatan RI 214

216 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 1.4 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas Bulanan (Lp_rekapPu) Kementerian Kesehatan RI 215

217 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Kementerian Kesehatan RI 216

218 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 1.5 Formulir Rekapitulasi Data Program Puskesmas Bulanan (Lp_rekapPu) Kementerian Kesehatan RI 217

219 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 1.5 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria RS/Fasyankes Bulanan (Lp_rekapRS) Kementerian Kesehatan RI 218

220 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kementerian Kesehatan RI 219

221 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 1.6 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Kab/Kota Bulanan Lp_rekapKa Kementerian Kesehatan RI 22

222 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kementerian Kesehatan RI 221

223 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 1.7. Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Kementerian Kesehatan RI 222

224 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Kementerian Kesehatan RI 223

225 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 3d Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Kab/Kota Lp_kelengkapan Kementerian Kesehatan RI 224

226 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 3e Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Provinsi Lp_kelengkapan Kementerian Kesehatan RI 225

227 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 3f Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Pusat (Nasional) Lp_kelengkapan Kementerian Kesehatan RI 226

228 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 4 Laporan Cohort Ibu Program Kesehatan Ibu Hamil Kementerian Kesehatan RI 227

229 Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria Lampiran 5 Laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi Kementerian Kesehatan RI 228

230 Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Lampiran 5a Formulir Logistik Obat Malaria Kementerian Kesehatan RI 229

231 Formulir Logistik Obat Malaria Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal 23

232 Formulir Logistik Obat Malaria Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal 231

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria) PENGERTIAN (Surveilans Malaria) Surveilans malaria dapat diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematik terhadap distribusi penyakit malaria dan faktor-faktor penyebab

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,... Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip M. Arie W, PENGERTIAN (Surveilans Malaria) Surveilans malaria dapat diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematik terhadap distribusi penyakit malaria dan faktor-faktor

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA .' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA TEMA : BEBAS MALARIA INVESTASI BANGSA SUKADANA, 25 APRIL 211 PROGRAM INTENSIFIKASI MALARIA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KAYONG UTARA A. LATAR BELAKANG Malaria merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans KUESIONER PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP KINERJA PETUGAS P2PM PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA MELALUI KEGIATAN SURVEILANS DI KABUPATEN NIAS SELATAN I. RESPONDEN Puskesmas : Umur

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di negara berkembang maupun di negara yang sudah maju di

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit & Program Penanggulangan KLB Penyakit Sistem Pelaporan Sholah Imari, Dr. MSc Endah Kusumawardani, Dr. MEpid Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan 2013 Identifikasi

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Penanggulangan Penyakit Menular

Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan

Lebih terperinci

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/498/2017 TENTANG TIM PENANGGULANGAN MALARIA TERPADU BUKIT MENOREH DI KABUPATEN PURWOREJO DAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan perubahan

Lebih terperinci

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) diketahui sebagai penyakit arboviral (ditularkan melalui nyamuk) paling banyak ditemukan di negara-negara tropis dan subtropis. World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL Malaria : penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang hidup & berkembang biak dalam sel darah manusia Ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada tahun 2006 diperkirakan 3.3 milyar orang berisiko tertular malaria. Dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada tahun 2006 diperkirakan 3.3 milyar orang berisiko tertular malaria. Dari 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setengah dari penduduk di dunia tinggal di daerah dengan risiko malaria, pada tahun 2006 diperkirakan 3.3 milyar orang berisiko tertular malaria. Dari seluruh penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN 17 Formulir 1 FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Nama pelapor No Telp. Alamat :... :........ :... Melaporkan pada hari...tanggal...jam... (korban pertama sakit) terdapat kejadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di

Lebih terperinci

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang BABf PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oi dunia terutama di negara-negara tropis dan subtropis seperti Indonesia, penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan yang penting. (Harijanto,2000) Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PERTEMUAN ADVOKASI DAN SOSIALISASI KAMPANYE PENDISTRIBUSIAN KELAMBU ANTI NYAMUK PROGRAM MALARIA SENIN, 23 MEI 2011 ASSALAMU

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat

Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat Definisi Wabah Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989 Wabah berarti penyakit menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting didunia dan masih merupakan masalah utama didunia. Malaria adalah penyebab kematian nomor 4 di dunia setelah infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ELIMINASI MALARIA DI PUSKESMAS SE KOTA KUPANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ELIMINASI MALARIA DI PUSKESMAS SE KOTA KUPANG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ELIMINASI MALARIA DI PUSKESMAS SE KOTA KUPANG Pius Selasa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Email : piusselasa@gmail.com. Abstrak Malaria merupakan salah satu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah di negara yang berada di wilayah tropis maupun sub tropis. DBD termasuk dalam penyakit menular yang disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Surveilans Berbasis Masyarakat Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1991 (KESEHATAN. Wabah. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447) PERATURAN

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TAHUN 2017 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pencegahan dan KKP Kelas I Soekarno-Hatta Area Perkantoran Bandara Soekarno-Hatta Email: kkp.soekarnohatta@yahoo.co.id ; www.kkpsoetta.com

Lebih terperinci

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/543/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA BULAN PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL DALAM RANGKA ELIMINASI FILARIASIS TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) sebagai organisasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah dalam bidang kesehatan. Tugas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 52, setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deman Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat gigitan nyamuk

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, No.595, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Dampak Bahaya. Agensia Biologi. Aspek Kesehatan. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis banyak menghadapi masalah kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak yang dikenal sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, 90% anak yang tidak kebal akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DITINJAU DARI ASPEK PETUGAS DI TINGKAT PUSKESMAS KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Aryanti Natalia Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan

Lebih terperinci

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Sutjipto PKMK FK UGM Disampaikan pada Kursus Kebijakan HIV-AIDS 1 April 216 1 Landasan teori 2 1 EPIDEMIOLOGY (Definisi ) 1.

Lebih terperinci

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data) Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang

Lebih terperinci