PENDAHULUAN. Multiresistensi mikrob patogen menyebabkan peningkatan morbiditas dan
|
|
- Sukarno Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya resistensi mikrob patogen terhadap berbagai antibiotik (multiresisten) merupakan masalah serius dalam pengobatan penyakit infeksi. Multiresistensi mikrob patogen menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit infeksi. Multiresistensi ini mendorong para peneliti di dunia mencari antibiotik baru yang lebih sensitif untuk melawan mikrob patogen yang resisten (Oskay et al., 2005; Parungao et al., 2007; Sulistyani, 2013). Bahan alam dari mikrob merupakan sumber utama antibiotik dan obatobat lain. Selama beberapa dekade, metabolit sekunder mikrob menjadi sumber utama antibiotik baru. Beberapa antibiotik yang ada di klinik saat ini merupakan hasil eksplorasi dari mikrob. Hingga saat ini masih banyak molekul baru metabolit sekunder bersumber dari mikrob yang potensial dikembangkan menjadi antibiotik baru (Genilloud et al., 2011). Menemukan senyawa antibiotik baru dan menambah keragaman kimia antibiotik yang sudah ada merupakan hal yang tidah mudah (Thaker et al., 2013). Proses eksplorasi antibiotik yang dilakukan secara konvensional dengan skrining sejumlah besar strain terbukti tidak efisien karena membutuhkan waktu lama dan biaya besar (Genilloud et al., 2011). Selain itu, dalam pendekatan konvensional ini sering terjadi replikasi atau rediscovery, yaitu penemuan kembali molekul yang sudah dikenal luas setelah dilakukan penelitian panjang dan berkelanjutan (Busti et al., 2006). Dengan demikian penelitian yang sudah 1
2 dilakukan menjadi tidak produktif. Oleh karena itu harus dikembangkan pendekatan sistematis untuk dereplikasi sedini mungkin. Dereplikasi merupakan proses untuk membedakan senyawa atau metabolit sekunder yang sudah diketahui dengan senyawa yang diduga baru (Lang et al., 2008). Pendekatan yang telah banyak dilakukan untuk dereplikasi adalah pendekatan genomik. Pendekatan molekuler (genomik) bertujuan untuk eksplorasi senyawa biosintetik baru berdasarkan studi genomik molekuler dengan fokus pada perangkat metagenomik dan biorekayasa. Pendekatan genomik ini menunjukkan perkembangan luar biasa pada beberapa tahun terakhir (Banik and Brady, 2008; Brady et al., 2009; Corre and Challis, 2009; Craig et al., 2009; Nett et al., 2009; Scherlach and Hertweck, 2009). Penerapan skrining dengan pendekatan gen biosintetik dapat digunakan untuk menemukan senyawa antibakteri glikopeptida yaitu pekiskomicyn. Strategi ini memberikan informasi keragaman kimia senyawa dalam mikrob sehingga dapat mempercepat penemuan bahan alam dari mikrob maupun informasi keragaman enzim biosintetik (Thaker et al., 2013). Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan analisis gen NRPS (Non Ribosomal Peptide Synthetase). Pendekatan ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik menggunakan gen NRPS saja maupun dikombinasi dengan gen PKS (Polyketide Synthase) (Ayuso et al., 2005; Zhao et al., 2007; Zhang et al., 2008; Pimentel-Elardo et al., 2012). NRPS dan PKS I adalah klaster enzim biosintetik yang terlibat dalam biosintesis sejumlah besar senyawa-senyawa aktif yang dihasilkan mikrob (Ayuso et al., 2005; Ayuso- Sacido and Genilloud, 2005). Berbagai senyawa biologis aktif poliketida dan peptida senyawa yang diaplikasikan di bidang kedokteran, pertanian, dan penelitian biokimia disintesis oleh PKS- I dan NRPS. Metabolit yang secara struktural beragam ini meliputi antibiotik (misalnya penisilin, vankomisin, dan eritromisin), antijamur (misalnya nistatin), antitumor (misalnya ansamitocin, 2
3 bleomycins), anthelmintik (misalnya, avermectin) dan imunosupresif (misalnya rapamycin dan FK506) (Ayuso-Sacido and Genilloud, 2005). Modul inti gen NRPS mengandung minimal 3 domain yaitu adenilasi (A), kondensasi (C) dan tiolasi atau peptidyl carrier protein (T or PCP) (Ansari et al., 2004). Adapun modul PKS-I mengkode setidaknya tiga domain yang berhubungan dengan ketosynthase (KS), acyltransferase (AT) dan acyl carrier protein (ACP) (Donadio and Katz, 1992; Anderson et al., 2000). Perbedaan profil klaster gen tersebut mengindikasikan adanya perbedaan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikrob yang dianalisis. Hal ini menjadi dasar analisis keragaman mikrob berdasarkan perbedaan profil gen tersebut. Pendekatan selain pendekatan molekuler yang telah digunakan untuk proses dereplikasi adalah pendekatan dengan analisis spektroskopi. Analisis spektroskopi yang sudah diterapkan yaitu analisis LC-MS (Liquid Chromatography Mass Spectroscopy) (Cremin and Zeng, 2002; Tormo et al., 2003a; Genilloud et al., 2011) dan HPLC-NMR (High Performance Liquid Chromatography-Nuclear Magnetic Resonance (Lang et al., 2008). Prinsip pendekatan ini adalah mendeteksi adanya perbedaan antara spektra sampel uji dengan spektra senyawa-senyawa standar. Namun demikian, analisis LC-MS dan NMR untuk dereplikasi di awal penelitian akan membutuhkan biaya yang mahal (Field et al., 2008). Ketersediaan alat LC-MS dan NMR di Indonesia juga sangat terbatas sehingga memerlukan waktu tunggu yang lama karena banyak sampel yang harus dianalisis dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, data base spektra ESI-MS (Electrospray Ionization -Mass Spectroscopy) dan NMR yang universal tidak ada. ESI adalah metode ionisasi pada LC-MS. Para peneliti hanya menggunakan data base yang dimiliki oleh masing-masing peneliti atau kelompok. 3
4 Analisis spektroskopi lain yang potensial bisa digunakan untuk dereplikasi awal adalah spektroskopi infra merah (IR). Setiap senyawa memberikan spektrum yang spesifik, sehingga tidak ada dua senyawa yang memiliki spektrum yang sama. Hal ini disebabkan karena frekuensi vibrasi dipengaruhi oleh lingkungan ikatan (Field et al., 2008). Kesamaan spektra senyawa yang diteliti dengan spektra senyawa referensi menunjukkan kesamaan struktur kimia (Varmuza et al., 2003). Analisis spektroskopi IR belum pernah digunakan untuk proses dereplikasi pada ekstrak metabolit mikrob, tetapi lebih digunakan untuk analisis elusidasi struktur kimia. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan dengan menerapkan pendekatan kombinasi antara analisis molekuler serta analisis spektroskopi IR untuk menentukan klaster sampel isolat bakteri tanah. Pendekatan ini akan diterapkan terhadap bakteri yang diisolasi dari tanah dan merupakan koleksi peneliti. Analisis molekuler dilakukan dengan teknik RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) terhadap produk PCR gen NRPS dan atau PKS I, artinya RFLP dilakukan terhadap gen yang dapat diamplifikasi pada proses PCR. Klaster gen NRPS dan PKS I ini mengkode cakupan yang luas berbagai senyawa aktif antibiotik, anti inflamasi, imunosupresan, toksin dan siderophore (Ayuso-Sacido and Genilloud, 2005; Zhang et al., 2008; Caboche et al., 2010). Oleh karena itu pendekatan molekuler dengan gen PKS I dan NRPS ini dapat digunakan secara luas untuk mendapatkan senyawa peptida non ribosomal maupun poliketida dengan berbagai aktivitas. Adapun pemilihan spektroskopi IR adalah karena spesifisitas spektra yang berbeda dari setiap senyawa, sehingga tidak ada dua senyawa yang memiliki spektrum yang sama (Field et al., 2008) dan merupakan metode yang relatif murah dibandingkan metode-metode yang sudah digunakan sebelumnya seperti LC-MS dan NMR. Koleksi bakteri tanah yang digunakan pada penelitian ini berpotensi menghasilkan antibiotik karena telah diuji dan menunjukkan aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri 4
5 Staphyllococcus aureus dan atau Escherichia coli. Koleksi tersebut diisolasi dari berbagai sumber yaitu rizosfer tanaman padi (Oriza sativa L.), rizosfer tanaman tin (Ficus carica L.) dan rizosfer tanaman obat (Kurniasari, 2012; Ramadhan, 2012). Penelitian yang pernah dilakukan terkait koleksi tersebut adalah isolasi dari tanah dan dilakukan uji antibakteri menggunakan metode agar block (Nedialkova and Naidenova, 2005). Isolat bakteri yang menunjukkan aktivitas antibakteri dikoleksi oleh peneliti. Koleksi tersebut belum diteliti lebih lanjut baik tentang senyawa yang terkandung maupun karakteristik genomik. Berdasarkan uraian tersebut, secara garis besar dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Isolat bakteri manakah yang menghasilkan fraksi aktif antibakteri dari fermentasi kultur? 2. Bagaimana keragaman molekuler isolat-isolat bakteri yang menghasilkan fraksi aktif antibakteri? 3. Bagaimana keragaman spektra IR fraksi aktif antibakteri dari isolat-isolat bakteri terpilih? 4. Isolat bakteri manakah yang terpilih berdasarkan kombinasi analisis molekuler dan spektra IR? 5. Adakah perbedaan taksonomi berdasarkan sekuen gen 16S rrna di antara isolat-isolat bakteri yang terpilih mewakili tiap klaster? 6. Apakah metode pendekatan molekuler dan spektroskopi IR berhasil mendapatkan isolatisolat bakteri terpilih yang menghasilkan fraksi aktif antibakteri dengan kandungan kimia berbeda-beda? B. Tujuan Penelitian 5
6 Tujuan umum penelitian ini adalah menerapkan pendekatan kombinasi antara analisis molekuler serta analisis spektroskopi IR untuk seleksi bakteri tanah penghasil senyawa antibakteri. Penelitian ini tidak membandingkan dengan pendekatan-pendekatan sebelumnya, namun mengaplikasikan pendekatan baru yang diharapkan dapat mengelompokkan sekumpulan isolat bakteri berdasarkan karakteristik molekuler dan kimiawi sekaligus. Diharapkan, bakteri yang terseleksi mewakili masing-masing kelompok, memiliki karakteristik molekuler dan kimiawi yang berbeda. Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan isolat bakteri tanah yang menghasilkan fraksi aktif antibakteri dari fermentasi kultur. 2. Mengetahui keragaman molekuler dari isolat-solat bakteri yang menghasilkan fraksi aktif antibakteri. 3. Mengetahui keragaman spektra IR fraksi aktif antibakteri dari isolat bakteri terpilih. 4. Memilih isolat bakteri yang mewakili tiap klaster berdasarkan kombinasi analisis keragaman molekuler dan spektra IR. 5. Mengidentifikasi perbedaan taksonomi di antara isolat-isolat bakteri terpilih berdasarkan sekuen gen 16S rrna. 6. Membuktikan bahwa pendekatan molekuler dan spektroskopi IR berhasil mendapatkan isolat bakteri terpilih yang menghasilkan fraksi aktif antibakteri dengan kandungan kimia berbeda-beda. C. Keaslian Penelitian 6
7 Pendekatan yang telah dilakukan dalam rangka mengeksplorasi sumber mikrob penghasil antibiotik baru adalah pendekatan molekuler, spektroskopi atau kombinasi. Pendekatan molekuler dilakukan dengan menganalisis keberagaman isolat mikrob melalui analisis sequencing gen 16S rdna (Anderson and Wellington, 2001; Egan et al., 2001; Morningstar et al., 2006; Guo et al., 2008; Alam et al., 2010). Selain itu beberapa metode molecular fingerprinting juga bisa diterapkan seperti AFLP, RAPD, REP-PCR fingerprinting, RFLP untuk mendeteksi variabilitas spesies Actinomycetes (Welsh and McClelland, 1990; Versalovic et al., 1994; Vos et al., 1995; Lanoot et al., 2005; Faizal et al., 2008). Fingerprinting juga bisa dilakukan terhadap gen-gen biosintetik yaitu gen PKS dan NRPS (Ayuso et al., 2005; Ayuso- Sacido and Genilloud, 2005). Adapun analisis spektroskopi yang sudah digunakan untuk dereplikasi adalah spektroskopi massa (Cremin and Zeng, 2002; Janso and Carter, 2010; Genilloud et al., 2011) dan NMR (Lang et al., 2008). Keaslian penelitian ini adalah penggunaan pendekatan kombinasi metode analisis molekuler menggunakan analisis molekuler dengan teknik RFLP dan analisis spektroskopi IR untuk dereplikasi. Pendekatan kombinasi ini belum pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pendekatan kombinasi yang sudah digunakan sebelumnya ada 2 yaitu kombinasi high throughput screening (HTS) dengan LC-MS (Genilloud et al., 2011) dan kombinasi analisis molekuler (gen PKS-NRPS) dengan LC-MS (Janso and Carter, 2010). Adapun pada penelitian ini adalah kombinasi analisis molekuler dengan spektroskopi IR. D. Manfaat dan Luaran Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 7
8 1. Mengembangkan metode untuk dereplikasi dalam rangka memilih isolat bakteri yang memiliki karakteristik molekuler dan kimiawi yang berbeda-beda. Dalam jangka panjang metode ini dapat digunakan untuk eksplorasi antibiotik baru. Hal ini disebabkan karena dengan metode ini dapat dipilih strain yang berbeda dan memiliki kandungan kimia yang berbeda dalam satu program penelitian. 2. Membantu program pemerintah meningkatkan taraf kesehatan masyarakat melalui eksplorasi antibiotik dari bakteri penghasil. Antibiotik merupakan obat utama untuk melawan penyakit infeksi mikrob. 3. Dalam eksplorasi antibiotik sangat mungkin ditemukan antibiotik baru sehingga di bidang kedokteran dapat menjadi alternatif pilihan terapi antibiotik dalam pengobatan penyakit infeksi. Hal ini mendukung peningkatan kesembuhan dari penyakit infeksi. 8
Keragaman Isolat Actinomycetes Berdasarkan... (Nanik Sulistyani) 81
Keragaman Isolat Actinomycetes Berdasarkan... (Nanik Sulistyani) 81 KERAGAMAN ISOLAT ACTINOMYCETES BERDASARKAN ANALISIS RFLP TERHADAP GEN NRPS THE DIVERSITY OF ACTINOMYCETES ISOLATES BASED ON THE RFLP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap tahunnya terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi (megabiodiversity) termasuk di dalamnya tanaman obat. Banyak tanaman yang dipercaya masyarakat
Lebih terperinciAKTIVITAS CAIRAN KULTUR 12 ISOLAT ACTINOMYCETES TERHADAP BAKTERI RESISTEN
KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55~ 112 ISSN: 1978-0575 89 AKTIVITAS CAIRAN KULTUR 12 ISOLAT ACTINOMYCETES TERHADAP BAKTERI RESISTEN Mulyadi, Nanik Sulistyani Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad
Lebih terperincidapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena resistensi tuberkulosis ( TB). MDR-TB didefinisikan sebagai keadaan resistensi terhadap setidaknya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan protein yang tinggi masyarakat Indonesia yang tidak disertai oleh kemampuan untuk pemenuhannya menjadi masalah bagi bangsa Indonesia. Harper dkk.
Lebih terperinciBIO306. Prinsip Bioteknologi
BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan penyebab berbagai macam penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). Mikroorganisme berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Kentang merupakan bahan pangan dari umbi tanaman perennial Solanum tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan utama dunia setelah padi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai macam penyakit infeksi yang membutuhkan antibiotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit infeksi yang membutuhkan antibiotik dan adanya sifat beberapa kuman patogen yang resisten terhadap antibiotik yang ada, mendorong
Lebih terperinciSoil Bacterial Genetic Diversity from Rhizosfev of Transgenic and Non transgenic Cotton Plantation in Soppeng, South Sula wesi
Jurnal Mikrobiologi Indonesia, September 2002, hlni. 39-43 ISSN 0853-35SX Keragaman Genetika Bakteri Tanah dari Rizosfer Kapas Transgenik dan Nontransgenik di Soppeng, Sulawesi Selatan Soil Bacterial Genetic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme yang tidak dapat dikulturkan dengan teknik standar diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru yang dapat mempelajari
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai biodiversitas mikroba termofilik telah membuka banyak informasi mengenai interaksi mikroba dengan lingkungannya (Newman dan Banfield, 2002).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti morfologi, fisiologi, dan genetik. Setiap habitat yang berbeda memberikan keragaman yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ageratum conyzoides L. yang dikenal dengan nama daerah babadotan di Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat perhatian oleh para peneliti
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai kondisi fisik, kimia serta proses biologi yang secara nyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pencernaan disebabkan karena tertelannya mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan intoksikasi pada manusia dan menimbulkan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah semakin meluasnya resistensi
Lebih terperinciPrinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)
Spektroskopi Massa Spektroskopi Masssa adalah alat untuk mendapatkan BERAT MOLEKUL. Alat ini mengukur m/z, yaitu perbandingan MASSA terhadap muatan (umumnya muatan +1). Contoh: Spektroskopi Massa Prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus, membentuk spora dan mempunyai kandungan G+C tinggi (57-75%). Actinomycetes sering dianggap kelompok peralihan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masih tingginya angka kematian akibat kanker. Lebih detail, jenis kanker serviks
36 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sampai saat ini penyakit kanker masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, baik di Indonesia maupun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susadi Nario Saputra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Dari zaman nenek moyang kita dahulu tanaman sudah dipercaya sebagai gudang bahan kimia yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae
Lebih terperinciaeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... i KATA PENGANTAR... ii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofita merupakan kelompok jamur keratinofilik yang dapat mengenai jaringan keratin manusia dan hewan seperti pada kulit, rambut, dan kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beragam sebagai mekanisme pertahanan terhadap predator lain (Grosso et al,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem laut meliputi lebih dari 70% permukaan bumi, habitat ini ditempati oleh berbagai organisme laut yang menghasilkan metabolit yang beragam sebagai mekanisme pertahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan sejenis gulma pertanian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan sejenis gulma pertanian anggota famili Asteraceae yang lebih dikenal sebagai babadotan (Pujowati, 2006). Tumbuhan ini merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang beriklim tropis memiliki aneka ragam tumbuhan, yang mana beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke-20. Kemampuannya dalam menghasilkan senyawa antibiotik dapat memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksplorasi mikroorganisme sebagai agen terapetik sudah dimulai sejak abad ke-20. Kemampuannya dalam menghasilkan senyawa antibiotik dapat memberikan manfaat dalam mengatasi
Lebih terperinciDETEKSI GEN NRPS AKTINOMISETES SIMBION RUMPUT LAUT DAN KARANG LUNAK. ABSTRAK
DETEKSI GEN NRPS AKTINOMISETES SIMBION RUMPUT LAUT DAN KARANG LUNAK Riyanti 1, Saefuddin 'Aziz 2, Agus Sabdono 3,4, dan Ocky Karna Radjasa 3,4 1 Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Lebih terperinciDIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER
DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri. Ini Gram positif noda dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini ditemukan dalam anggur seperti
Lebih terperincitanah tersebut. Kata rare untuk jenis bakteri Actinomycetes yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Actinomycetes merupakan salah satu bakteri yang mirip jamur dan tergolong dalam bakteri gram positif. Actinomycetes banyak hidup di dalam tanah, pasir, air dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip pengobatan kombinasi terhadap suatu penyakit telah lama dikembangkan dalam pengobatan kuno. Masyarakat Afrika Barat seperti Ghana dan Nigeria sering menggunakan
Lebih terperinciISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI
ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: DEFI RISTRIANTO K.100.060.209 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan
Lebih terperinciIdentifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)
Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information) Identifikasi bakteri pada saat ini masih dilakukan secara konvensional melalui studi morfologi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat dan infeksi luka ditandai
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI
ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: HAJAR NUR SANTI MULYONO K 100 060 207
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim dikarenakan banyaknya gugus pulau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim dikarenakan banyaknya gugus pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Jumlah pulau di Indonesia mencapai ± 17.508 dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan, pakan, pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan biologi molekuler
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan antibiotik dunia lebih dari 40.000 ton/ tahun dalam industri pangan, pakan, pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan biologi molekuler serta ada kecenderungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertiga bagian wilayahnya berupa lautan sehingga memiliki sumber daya alam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar dengan dua pertiga bagian wilayahnya berupa lautan sehingga memiliki sumber daya alam hayati laut yang sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki nilai keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Keanekaragaman khususnya dalam dunia flora sangat bermanfaat, terutama dengan
Lebih terperinciAnna Rakhmawati 2014
Materi Mata Kuliah Mikrobiologi Industri Anna Rakhmawati Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id 2014 Mikroorganisme untuk Mikrobiologi Industri Mikroorganisme *massa mudah dikultivasi *kecepatan pertumbuhan *penggunaan
Lebih terperinciHASIL. Aktivitas Antimikrob Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob
HASIL Aktivitas Antimikrob Ekstrak asar Senyawa Antimikrob Ekstrak kasar yang didapatkan dari isolat HAL13 memiliki aktivitas antimikrob terbaik (Tabel 1). Aktivitas antimikrob spektrum luas ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit merupakan impian dari setiap orang. Namun untuk menjaganya perlu dilakukan tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. melioidosis (Udayan et al., 2014). Adanya infeksi B. pseudomallei paling sering
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Burkholderia pseudomallei merupakan bakteri penyebab utama penyakit melioidosis (Udayan et al., 2014). Adanya infeksi B. pseudomallei paling sering menyebabkan sepsis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di muka bumi. Hampir 80% spesies hewan yang ada di bumi berasal dari kelas Insekta. Serangga telah ada
Lebih terperinciKloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri
3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S.aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga merupakan flora
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam
PENDAHULUAN Latar Belakang Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam menghasilkan daging. Daging ayam merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya dinegara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan
BAB 1 P ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait tingginya angka kejadian infeksi bakteri.penggunaan antibiotik yang irasional dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu
PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan dan produk olahan dari ikan memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan. Meskipun merupakan makanan yang bergizi, namun kontaminasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Hal tersebut telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis
Lebih terperinciI PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan antibiotik, anti fungal, maupun anti kanker baru masih sangat diperlukan, terutama yang efektif melawan bakteri, virus, protozoa, fungi atau kanker.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman memiliki dua jenis senyawa metabolit, yaitu metabolit primer dan sekunder. Jenis jenis metabolit sekunder yang dihasilkan seperti alkaloid, flavonoid, steroid,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk salah satu penyakit infeksi bakteri yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman merupakan sumber senyawa metabolit sekunder, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman tradisional mulai dari cobacoba sampai penggunaan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan dalam melakukan kolonisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat tetap hidup dan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah
39 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka dan Konsep Penelitian Kanker merupakan penyebab kematian utama kedua (untuk semua umur) di Amerika Serikat. Hampir 1 juta individu
Lebih terperinciKATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis
KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Putri Ayuningtyas, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vetiveria zizanioides merupakan tanaman dari famili Poaceae yang pertama kali ditemukan di India dengan nama Khas-khas. Tanaman ini sangat adaptif terhadap kondisi-kondisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.
Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Dengan semakin luasnya penggunaan antibiotik ini, timbul masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. Kolonisasi tidak menimbulkan gejala klinis hingga infeksi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di negara berkembang. Penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udang merupakan salah satu hasil laut komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan 10 komoditas unggulan budidaya,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DIPA FAKULTAS MIPA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DIPA FAKULTAS MIPA KAJIAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT BATANG DAN AKAR TUMBUHAN TURI MERAH TIM PENELITI Dra. Aspita Laila, M.S NIDN: 0009096006 Dr. Noviany,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bakteri asam laktat di dunia pangan dan kesehatan sudah banyak diaplikasikan. Dalam pengolahan pangan, bakteri ini telah lama dikenal dan digunakan, yaitu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan
Lebih terperinciTabel 2 Konsentrasi DNA dan rasio A260/280 dan A260/230 untuk hasil ekstraksi dengan menggunakan metode FDEK dan PFMDIK.
41 HASIL Optimasi Metode Ekstraksi DNA Mikroba di Tempe Kuantitas dan Kualitas DNA. Kuantitas dan kualitas DNA yang baik perlu diperoleh sebelum analisis metagenomik komunitas mikroba dilakukan. Dua metode
Lebih terperinci- Isolasi lipase halostabil dari bakteri halofilik isolat kawah lumpur Bleduk Kuwu
1 DESKRIPSI RISET I STUDI PENGARUH PENGUNAAN IONIC LIQUID SEBAGAI PELARUT PADA STABILITAS DAN AKTIVITAS LIPASE DARI BAKTERI HALOFILIK MODERAT ISOLAT KAWAH LUMPUR ASIN BLEDUK KUWU JAWA TENGAH 1.1 Deskripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan
Lebih terperincimembunuh menghambat pertumbuhan
Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KEPMEN) nomor 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah
PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri yang Bersimbiosis dengan spons
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri yang Bersimbiosis dengan spons Spons merupakan hewan yang termasuk ke dalam filum porifera. Spons adalah hewan multiselular (Metazoa) yang paling tua, menempel pada substrat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan asal ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan manusia
Lebih terperinciISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI ANTIMIKROBA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI JAMUR ENDOFIT TUMBUHAN BRATAWALI (Tinospora crispa) SKRIPSI
ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI ANTIMIKROBA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI JAMUR ENDOFIT TUMBUHAN BRATAWALI (Tinospora crispa) SKRIPSI OLEH : RAHMASEPTIANA H.N DJABAT No. BP 0810412060 JURUSAN KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinci