BAB IV ANALISIS MANAJEMEN KURIKULUM SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS MANAJEMEN KURIKULUM SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS MANAJEMEN KURIKULUM SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA A. Mengembangkan Kurikulum Sesuai Kebutuhan. Kondisi masyarakat sangatlah mempengaruhi kegiatan apapun, begitulah yang terjadi pada masyarakat kelurahan Kalibening yang ada di kecamatan Tingkir Salatiga, pada Bab III terpaparkan kondisi masyarakat tersebut, bahwa mayoritas penduduknya berpenghasilan bertani, telah kita ketahui bahwa, mayoritas mayarakat pertanian terbiasa dengan hidup sederhana, bahkan kelasnya dalam taraf hidup manusia indonesia tidak lain adalah menengah kebawah. Diakui atau tidak, hal tersebut menimbulkan ide pendiriannya lembaga pendidikan, awalnya menginduk pada SMP Negeri, mulai akhir tahun 2006 mulai menginduk pada PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal), menjadi lembaga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dengan sebutan tingkat Kejar Paket B. Secara keuangan tidak banyak membutuhkan penarikan kepada peserta didik yang memberatkan. Menyadari perjalanan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, mulai timbul sebuah pengembangan kurikulum, yang asalnya mengikuti kurikulum nasional kemudian melakukan pengembangan dan dinamai dengan Kurikulum berbasis kebutuhan, walaupun secara konsep tidak ada konsep matang, dan sebagai rujukan jelas, dikarenakan hal tersebut berawal dari latar belakang peserta didik yang berbeda-beda, diantaranya ada yang masuk karena tidak mampu disekolah formal, kemudian kasus ketika di sekolah formal, tidak dapat mengikuti peraturan, selain itu hanya menyukai salah satu bidang mata pelajaran, dan ada yang senang belajar pada malam hari. Hal tersebut mangakibatkan tidak dapat disamakan jam pelajaran, maupun mata pelajaran wajib mengikuti, tetapi tetapi tetap ada jam formal. Sebenarnya jika dicermati 65

2 66 secara mendalam, bisa menjadi lebih memerlukan banyak dana, sebab jika kebutuhan Peserta didik meningkat, maka dari segi fasilitas juga akan meningkat, tetapi karena ditanamkan belajar tidak boleh ketergantungan, maka dari pengelola tidak merasa terbebani, namun akan berusaha menfasilitasi semampunya. Kesederhanaan masyarakat merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan itu menunjukkan bahwa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menolak kapitalisme pendidikan, salah seorang guru memaparkan saat diwawancarai mengatakan mau melawan merasa tidak mampu, mau mengikuti sistem kapitalisme juga tidak dimungkinkan 1, perkataan tersebut dapat ditarik kesimpulan secara orasi mereka tidak melawan kapitalisme pendidikan, tetapi secara tindakan mereka berusaha melawan kapitalisme Pendidikan, dengan bukti terbentuknya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan, lembaga tersebut, mengedepankan kualitas, dengan memaksimalkan potensi Peserta didik, tanpa banyak biaya. Bahkan sistem kurikulum maupun keuangan atas dasar kesepakatan Peserta didik, yang bertujuan menciptakan hidup berbagi, demokratis dan menanamkan berusaha untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Pengembangan tersebut mempunyai tujuan, mengangkat kaum miskin agar tetap mampu sekolah, selain Manajemen Kurikuum sesuai dengan desain pemerintah, juga banyak tokoh yang mempunyai gagasan cerdas terhadap pelawanan Kapitalisme Pendidikan, meminjam keterangannya Syamsul Ma arif, pada buku Pesantren Vs Kapitalisme, asumsi Puolu Freire, pada bidang kritik teori pedagogy, yang terkenal dengan bukunya Pedagogy Of The Oppresed, Ivan Illich (Deschooling Society), Philips H. Coombs, dan Everrett Reimer, yang mengkrucut pada perlawan terhadap Kapitalisme Pendidikan Sekolah, mereka menganggap sekolah mengatasnamakan Pendidikan, didalamnya tidak memperjuangkan pendidikan kader bangsa, justru beralih 1 Tayangan OASIS, Metro TV pada bulan agustus 2009

3 67 fungsi, menjadi tempat penjinakan Peserta didik, yang disiapkan, bukan untuk bertahan hidup dan mengembangkan potensi diri, melainkan mencetak manusia pekerja (mesin) yang disiapkan untuk sebuah peusahaan, dan biayanyapun sangat mahal, hal tersebut merupakan salah satu dari penyelewengan pendidikan, diantaranya, dengan menanamkan manajemen bisnis yang berbau kapitalis. Kalibening menjawab berusaha mengembangkan kurikulum sesuai kemampuan, dengan bukti menciptakan komunitas belajar dengan, mengedepankan demokrasi pendidikan, dan pengembangan potensi diri peserta didik, jawanan tersebut dapat dicermati dengan adanya sebuah karya peserta didik yang ditampilkan pada setiap bulannya, dengan sebutan Gelar Karya, sebagai salah satu bentuk evaluasi belajar. B. Demokratisasi Manajemen Kurikulum Di Qaryah Thayyibah Menjadi Sebuah Karakteristik. Sekolah Alternatif Qaryah Thaoyyibah menumbuh kembangan Kurikulum di Qaryah Thayyibah, dengan mengedepankan potensi Peserta didik dan mengedepankan demokrasi pendidikan, hal tersebut dapat dicermati pada beberapa kegiatan Qaryah Thayyibah yaitu, pada hari senin diadakan petemuan disebut upacara, kegiatan tersebut berisikan laporan masing-masing kelas, menyampaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan Peserta didik, termasuk sesuatu yang ingin dipelajari, setiap sebulan sekali diadakan gelar karya, 2 setelah ada kesepakatan dalam forum dan masing-masing kelas, kemudian merencanakan kegiatan dalam seminggu, termasuk jika membutuhkan tutor atau pendamping, masing-masing kelas menemui para tutor, dan memohon untuk menemani belajar mereka. Kegiatan tersebut jelas mengedepankan demokrasi pendidikan, Peserta didikpun merasa diikutsertakan. Jika dalam kurikulum nasional silabus dan RPP pasti terealisasi yang dibuat oleh guru, namun pada SMP Alternatif Qaryah 2 Merupakan bentuk laporan dari hasil belajar dalam sebulan yang diperlihatkan pada event tersebut, adapun hasil biasanya berbentuk seni, pembuatan film dan foto grafi serta pembuatan barang daur ulang.

4 68 Thayyibah, belum ada standar silabus dan RPP. Diakui atau tidak, jika dicermati secara mendalam, seolah-olah mempunyai penggantinya, yaitu setiap minggunya mengadakan perencanaan kegiatan dan teknis kegiatan dalam belajar. Pinjaman teori buku Curriculum Design And Development David Pratt. 3 disebut dengan interactive rational. 4 Maksud teori tersebut, jika dikaitkan dengan kegiatan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sangat relevan karena mempunyai kegiatan, merancang Kurikulum (Rational) yang masuk akal, perancang harus mencermati, bahwa pendengar (Peserta didik) tidak berisi hanya mengikuti guru, yang berbagi latar belakang dan filosofi mereka sendiri. Maka hal tersebut dapat menjadi acuan, bahwa kurikulum bukan hanya konsep sepurna, tetapi sebuah pelaksanaan pembelajaran yang mendominasi implementasi kurikulum. Selain itu, jika guru/ pendamping banyak memberikan informasi, akan terjadi komunikasi satu arah, komunikasi ini membuat Peserta didik menjadi pasif dan akan mati kreatifitasnya, apalagi ditambah guru merasa paling pandai, termasuk merancang kurikulum hanya dari latarbelakang, dan pemikiran guru/ lebih besarnya lembaga itu sendiri, akan menjadi kurikulum yang mengekang, Peserta didikpun tidak merasa butuh, dan walau sebenarnya membutuhkan, kemudian jika Peserta didik tidak dilibatkan dalam perancangan kurikulum tersebut, maka Peserta didik merasa tidak diikut sertakan, akhirnya pasif, dan tidak akan memunculkan kreatifitas. Posisi guru yang mereka sebut dengan Pendamping, tidak lain hanya sebagai teman dalam belajar, dan semua pelajaran disesuaikan kebutuhan Peserta didik. Pendamping berusaha mendukung kebutuhkan bahkan, jika mampu semua media yang dibutuhkan akan dilengkapi dengan kata lain 3 Kutipan keterangan In writing the rational the designer need to bear in mind that their audience does not consist only of fellow teachers sharing their own back-ground and philosophy David Pratt Curriculum Design And Development, Harcourt brace Jovanovich (New York: 1980), hlm Maksud Kurikulum ini adalah mendesain kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta didik, kemudian kurikulum ini tidak monoton, atau dengan kata lain tidak consistans sesuai yang ditetapkan lembaga, tetapi dengan prinsip Sharing dan disesuaikan dengan latar belakang peserta didik.

5 69 sebagai fasilitator, dengan begitu pembelajaran akan efektif dan efisien. Dalam teori Dasar-dasar manajemen George Terry, mengatakan prinsip manajemen yaitu efektif dan efisien, sering kali prinsip tersebut tidak dicermati dalam pendidikan sekolah, contoh kecil pada pemberian informasi kepada Peserta didik, dominan menggunakan teori lama, yaitu transfer dari guru, jaman sekarang, jika hanya sekedar informasi teori dapat diakses melalui internet, itu akan lebih efektif dan efisien, kemudian guru tinggal menemani mereka belajar. Tetapi yang terjadi pada realita kebanyakan lembaga sekolah adalah sebaliknya, yaitu dominan informasi pelajaran yang masih ditransfer oleh guru dan akhirnya Peserta didikpun menjadi pasif, ditambah lagi biaya pendidikan sekolah mahal. Secara teori memang manajemen berprinsip efektif dan efisien, namun prinsip tersebut, terletak pada bebasnya Peserta didik untuk belajar sesuai kebutuhan mereka, tanpa adanya pembatasan dengan nilai maupun peraturan sekolah yang kaku, namun karya yang menjadi hasil evaluasi. Dalam analisis ini peneliti berasumsi, bahwa Manajemen yang diterapkan pada Qaryah Thayyibah sangat sederhana. Bahkan sebenarnya tidak ada manajemen yang baku, karena perkembangan manejemen sebenarnya berasal dari tetapi dibiarkan dengan sendirinya, tetap ada pengawasan dari pengelola, menurut Bahrudin adanya manajemen karena kebutuhan-kebutuhan lanjut. 5 Menurut pengelola efektifitas dalam belajar maupun kurikulum, bukan teori dan nilai angka hanya memuaskan sementara yang didapat, tetapi hasil karya sebagai salah satu tujuan, karena Qaryah Thayyibah memberikan pemahaman bahwa belajar adalah melakukan, menghasilkan, dan belajar tidak boleh ketergantungan.hal tersebut betul sekali karena manajemen yang digunakan pada manajemen bisnis, lebih cepat lebih baik, nilai tinggi sebagai tolok ukur, namun jika manusia nomal dan cermat, nilai yang sering diberikan kepada siswa pada lembaga sekolah, bahkan pada ujian nasionalpun berbentuk abstrak, walaupun nilai tinggi namun hanya normatif. Kemudian hal terbaik 5 Maksud dari kebutuhan lanjut adalah jika satu komunitas ada beberapa oang mempunyai keinginan, perlu dikomunikasikan, hasil dari komunikasi tersebut merupakan dari hasil kebutuhankebutuhan lanjut.

6 70 dari pengukuran efektif dan efisien adalah hasil karya Peserta didik, dan nyata bentuknya. Dipihak lain, penerapan manejemen pendidikan, merujuk pada manajemen bisnis yang berorientasi dana, bahkan dana pendidikan dianggap investasi, dengan bentuk sekolah berkualitas baik, dana besar menjadi tolok ukur. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menjawab kualitas baik, bukan pada tolok ukur dana, tetapi pada waktu belajar yang tidak terbatas, dan berusaha menfasilitasi media belajar untuk Peserta didik. Jelas bahwa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah lembaga yang mendukung masyarakat untuk belajar, khususnya pada Peserta didiknya, kemudian cirihas lembaga tersebut, mengutamakan minat belajar Peserta didik dan berusaha untuk menfasilitasi media, yang menjadi kebutuhan Peserta didik, diwujudkan dalam bentuk Resource Center. Tujuan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, menciptakan masyarakat belajar, bahasanya Sujono, dalam bukunya lebih baik tidak sekolah, maksudnya tidak sekolahpun tidak menjadikan masalah, asalkan minat belajar tetap ada, dan tetap bejar berkartya. Masyarakat sebagai salah satu faktor penting dalam terbentuknya pendidikan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kemudian seharusnya yang paling penting adalah peran pemerintah dalam memberikan fasilitas pada masyarakat untuk belajar, seharusnya dalam pendidikan, pemerintahlah sebagai fasilitator yang paling dominan, karena dalam Undang-undang Dasar Negara sudah tertera pada pasal Keterangan pasal tersebut jelas bahwa pemerintah wajib membiayai setiap warga Negara, secara tidak langsung 6 1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.2.setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 4. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen Pertama 1999 sampai Ke-empat 2004, (Semarang : Aneka Ilmu, 2005), cet. II, hlm.29

7 71 seharusnya mendapat fasilitas untuk belajar, pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah merupakan aset negara yang perlu dikembangkan disemua pihak dan pemerintah siap membantu menfasilitasi hal tersebut. Selain itu pada pasal 28C, 7 perlu dicermati bahwa, setiap warga negara mempunyai hak untuk mengembangkan bakat dan minat yang terpendam tetapi banyak dari fasilitator termasuk lembaga sekolah belum bisa mengantarkan mereka untuk dapat mengembangkan bakat mereka, karena yang terjadi pada pendidikan nasional ini banyak hanya sekedar teori, bahkan 80% adalah pendidikan normatif, jika tidak paling hanya sebagai pengguna saja bukan berkarya atau menciptakan hal yang baru. Pasal 28I 8. Pasal tersebut Ada kata-kata tidak dikurangi haknya pada situasi apapun, namun yang terjadi banyak hak yang dikurangi, karena pemerintah belum dapat menfasilitasi untuk media belajar masyarakat, contoh keterbatasan lembaga belajar menyediakan waktu belajar, karena belajar hanya setengah hari saja. Seharusnya belajar waktunya tidak terbatas. Implementasi Manajemen Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sesuai dengan apa yang telah dipaparkan oleh peneliti pada Bab III, maka perlu adanya perubahan paradigma lama lembaga sekolah lainnya menuju paradigma baru, adapun paradigma baru dalam Manajemen Kurikulum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebagai berikut : 1. Pemikiran tentang guru, yang awalnya guru adalah kepandaianya segalagalanya, tetapi pada hasil penelitian ini guru tidak lain hanyalah sebagai 7 1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.ibid, UUD 1945, hlm Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Ibid, UUD 1945, hlm. 26

8 72 teman belajar, bahkan dari keterangan Bahrudin guru hanya menjalankan proses pendukungan Guru mempunyai otoritas besar, tetapi pada hasil penelitian ini guru tidak mempunyai otoritas, sebaliknya Peserta didik yang diberikan otoritas terbesar dalam merencanakan pembelajaran. 3. Lembaga yang biasanya birokrasi mengikat, tetapi pada hasil penelitian adalah lembaga hanya sekedar wadah, atau hanya salah satu cara untuk memagari agar Peserta didik tidak terkena hujan dan lain sebagainya. 4. Antara Manajemen yang digunakan pada lembaga sekolah dengan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebenarnya secara teori adalah sama prinsipnya, yaitu agar efektif, dan efisien, tetapi yang terjadi pada hasil penelitian sebuah efektif dan efisiennya bukan bernilai angka atau keuntungan lembaga, tetapi hal itu terletak pada proses pembelajaran peserta didik, dengan belajar bebas dan sesuai kebutuhan, mereka mempunyai kesadaran untuk belajar, sehingga peserta didik dapat berkarya dengan optimal sesuai keinginan dan kebutuhan. 5. Kompetensi yang biasa digunakan guru adalah Kompetensi Pedagogy yang menganggap peserta didik adalah tidak tau dan perlu diberikan pengetahuan, hasil penelitian ternyata berbeda, yaitu menggunakan kompetensi Andragody, 10 kompetensi ini guru diharapkan menganggap Peserta didik sudah mempunyai isi, dan maksud dari komopetensi tersebut mendidik seperti halnya orang dewasa, dilatih untuk menjadi dewasa berfikir rasional, adalah salah satu jalan berfikir menjadi dewasa, dan tentunya dengan tindakan yang bermanfaat, berfikir untuk pemecahan masalah. 9 Pendukungan ini dapat dilakukan mulai dari pemberian semangat sampai jika mampu akan berusaha menfasilitasi dalam proses belajar. (wawancara dengan Bahrudin pada tanggan 6 Juli 2009) 10 Sebuah penemuan baru dari tokoh pendidikan yaitu Knowles terdapat pada jurnal Pendidikan Non Formal telah diterangkan, tentang bagaimana membimbing orang dewasa, karena Andragogy berasal dari bahasa yunani yaitu Andra adalah orang dewasa, Gogos berarti membimbing atau memimpin. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) (Regional V Makassar : 2007) hal. 2-3.

9 73 C. Mewujudkan Demokrasi Pada Implementasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Mengedepankan demokrasi pendidikan, merupakan wujud dari Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, apresisasi setinggi-tingginya bagi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, karena selain mengangkat kaum menengah ke bawah, untuk dapat mengikuti proses belajar, selayaknya kaum menengah keatas, dengan kemerdekaan menentukan dan mengembangkan potensi diri Peserta didik. Tetapi perlu dicermati tentang pengelolaan kurikulum, karena jelas banyak perbedaan dengan Lembaga pendidikan lainnya, pada pendidikan Formal Maupun Non formal, Negeri maupun Swasta, pengelolaan Kurikulum pasti Guru yang mengelola, tetapi yang terjadi pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak guru, melainkan peserta didik, walaupun masih tetap diawasi oleh pengelola. Hal itu dapat dilihat ketika forum upacara pada hari senin, kegiatannya musyawarah, berbagi pengalaman, dan sebualan sekali menampilkan gelarkarya. Semua aspirasi ditampung dan disepakati, termasuk membuat jadual dan mata pelajaran, walau disepakati dibuat masing-masing kelas. Banyak tokoh dari aliran Sosialis, yang mengkritisi Penerapan Manajemen Sekolah, yang kini sudah beralih fungsi menjadi manajemen bisnis, Ivan Illich salah satu tokoh yang terkenal dengan Deschooling Society, ia banyak mengkritisi bahwa sekolah membuat masyarakat bodoh, dan kreatifitasnya dimatikan. Akhirnya dia mendirikan sekolah non formal yang banyak membebaskan Peserta didik dari kekangan gedung sekolah, dan betulbetul mendata keahlian para Peserta didiknya, menfasilitasi semacam show room, dan jaringan-jaringan internet

10 74 SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mewujudkan Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan inspirasi pemikiran Ivan illich dan Poulu Freire dapat dilihat sebagai berikut : 1. Perencanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Hasil penelitian telah dipaparkan pada Bab III, bentuk perencanaan sangatlah sederhana, yaitu dengan mengumpulkan Peserta didik dan diajak musyawah bersama, akhirnya menyimpulkan kesepakatan dalam belajar, mulai dari pembuatan jadual, dan sistem pembelajaran, walaupun tidak langsung jadi tetapi bertahap, senin demi senin dan menyimpulkan beberapa kesepakatan, kemudian pelaksanaan kurikulum berjalan apa adanya, namun pengelola kritis dengan berusaha melengkapi kebutuhan Peserta didik. Hal tersebut merupakan salah satu wujud dari Demokrasi Pendidikan, agar dapat mewujudkan demokrasi pendidikam dengan sesungguhnya, perlu ditingkatkan perencanaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebagai berikut: a) Memang awal perencanaan yang dilakukan oleh pengelola, mengkonsep pendidikan layaknya pendidikan formal, tetapi dengan berjalannya waktu, perencanaan kurikulum tidak terkonsep, kecuali kebutuhan Peserta didik, karena konsep dari pengelola adalah jangan putus belajar, kemudian dapat diamati, setiap hari senin semua warga berkumpul menjadi satu ruangan, tepatnya pada Resource Center, disitulah semua aspirasi warga belajar disaring dan diimplementasikan dalam bentuk kurikulum, termasuk pembimbingpun memaparkan aspirasi, semua aspirasi ditampung menjadikan perencanaan kurikulum dalam satu minggu ataupun satu bulan. Sebenarnya hal tersebut memang konsep kurikulum yang bagus, walau sesuai dengan konsep yang di tawarkan dalam buku Curriculum Planning And Development dari David Pratt, tetapi akan lebih sempurna jika kegiatan tersebut terarsip dengan rapi, selayaknya data seilabus maupun RPP, karena data tersebut dapat menjadikan acuan generasi selanjutnya, tentunya yang membutuhkan.

11 75 b) Agar kurikulum lebih baik dalam menunjang kualitas Peserta didik dan dapat mandiri, maka perlu ditambahkan dengan bentuk lembaga tersebut mempunyai unit produksi, yang dikelola oleh Peserta didik sesuai dengan kebutuhan mereka, karena secara tidak langsung peserta didik di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebagian telah mengadakan kewirausahaan, tetapi kewirausahaan yang telah berjalan belum menuju kepada Teknologi atau biasa disebut mesin maupun industri, sesuai perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta juga belum mengarah menuju multimedia, keahlian multimedia hanya sekedar sebagai pengguna. Jika hal tersebut dapat akan terealisasi akan menjadi kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang lebih sempurna. 2. Pengorganisasian Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Pada komunitas tertentu hidup berbagi memang penting, termasuk pembagian tugas, secara ideal pembagian tugas akan baik, jika tugas tertentu dikerjakan oleh seseorang yang berkompeten, pembagian tugas pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, secara tertulis untuk bidang lembaga memang sudah ada, tetapi untuk bidang kurikulum memang belum ada, karena semua diserahkan kepada Peserta didik dari awal, kecuali untuk kelas satu masih dibimbing untuk membuat jadual, lebih uniknya kegiatan tersebut, sudah secara langsung dihendel oleh masing kelas dengan 1 pendamping. Jika merujuk pada Kurikulum Nasional berbicara tentang pembagian tugs yang berkaitan dengan kurikulum, jelas bahwa silabus dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran, termasuk pengembangannya, kemudian ditambah dengan RPP, maka jika memang betul diserahkan oleh peserta didik, demi demokrasi pendidikan dan dikrucutkan demokrasi sekolah, alangkah lebih baik kelas membuat semacam silabus dan RPP, hal tersebut akan lebih mendidik tentang sebuah tanggung jawab, dan mendidik untuk merencanakan secara teratur Maksud kata teratur, umpamakan seseorang mempunyai rencana pasti yang tahu hanya dirinya sendiri, tetapi jika tertulis maka orang lain dapat melihatnya, jika baik akan menjadi tolok

12 76 Selain kelas forum merupakan salah satu komunitas dalam bahasa sekolah formal adalah Organisasi Siswa. Forum, mempunyai kegiatan tentang pengembangan bakat minat Peserta didik, masing-masing forum juga terbentuk pemimpin diantara mereka, namun sering juga ada kendala untuk melakukan kegiatan, wajar karena tersebut semacam kelompok yang tidak mengekang mereka. Perlu dicermati kelompok yang saat ini terlihat hidup adalah kelompok yang bernafaskan seni serta, kewirausahaan. Teater Gedeg, salah satu Forum yang di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sering juga ditampilkan pada gelar karya, maupun mengikuti lomba, namun yang belum ada, mereka menamakan diri sebagai forum ilmuan atau ilmu teknologi 13 komputer atau industri. Hal tersebut perlu dikembangbiakkan dan akan semakin sempurna menjadi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Pengorganisasian tersebut jelas bahwa pendidikan demokrasi sangat ditanamkan, dengan cara pelaksanaan yang tidak banyak intervensi dari pendamping, yang disebut dengan memberi kesempatan, motivasi dan kepercayaan. Pemberian kesempatan tersebut, sebenarnya itu sebuah pengembangan menggali kebutuhan dan potensi Peserta didik, karena dalam teori kurikulum kebutuhan yang dipadukan dengan teori kebutuhan Abraham Maslow, pertama physiological needs secara fisik Peserta didik sudah mencapai dari pemberian orang tua, kemudian needs for Safety kebutuhan ini adalah dimana tempat manusia pasti membuthkan, termasuk di masyarakat, dan disekolah, bentuk dari rasa aman ini dapat terwujud jika belajar mendapat fasilitas dan kepercayaan untuk mengembangkan bakat minat. Social needs merupakan kebutuhan selanjutnya yang berkaitan dengan masyarakat, yaitu hubungan sosial, ukur, begitu juga pada suatu kelompok tertentu jika mempunyai perencanaan yang baik, kemudian ada kelompok lain ingin meniru kebaikan, akan lebih mudah karena prinsipnya adalah hidup berbagi. Paling penting adalah seorang pendamping akan tau kegiatan pesertadidik, karena secara langsung maupun tidak langsung seorang pendamping bertugas menemani dan berusaha menjaga pesertadidiknya tidak terjerumus pada sebuah kegiatan yang tidak diinginkan masyarakat sekitar. 13 Maksudnya forum teknologi adalah forum yang husus belajar tentang keilmuan dan teknologi, komputer maupun industri, sekalian nanti menjadi sebuah unit produksi.

13 77 Forum salah satu pemenuhan kebutuhan untuk bersosialisasi secara internal maupun eksternal, needs for esteem penghargaan juga terpenuhi jika ada sebuah berprestasi, prestasi akan lebih maksimal jika Peserta didik diberi kepercayaan, sebaik apapun prestasi itu jika masih banyak campur tangan pendamping kurang maksimal, termsauk kebutuhan terahir yaitu needs for self actualization, peningkatan kemampuan akan tumbuh pada manusia jika diberi sebuah amanat, yang tidak lain adalah kepercayaan. 14 Needs for self actualization yang dikembangkan menjadi empat hal yaitu, Need For meaning, Social Needs, Aesthetic needs, dan Survival Needs 15. Maksud teori yang dinternalisasikan adalah, kebutuhan untuk dimengerti, kebutuhan ini berkaitan dengan pertumbuhan kesadaran diri sendiri, didukung seorang pengarah yang profesional, kemudian kebutuhan untuk menemukan arti, atau menggunakan secara apa adanya, tentang keberadaan seseorang. Pengorganisasian yang terlaksana pada kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, menekankan sebuah kesadaran diri, diantaranya membuat kelompok, kelas, program kegiatan dan lain sebagainya, tentunya demi kegiatan menggerakkan mereka, bertujuan otak agar tetap belajar, dan melakukan kegiatan. Namun kadang peneliti mengalami kejanggalan, yang berbentuk pemberian satu sudut pandang, tentang ketergantungan hidup, menurut doktrin yang diberikan oleh pengelola, bahwa ijazah itu tidak penting yang penting adalah belajar, melakukan dan berkarya. Kelompok tertentu akan dapat menerima, tetapi jika kita merujuk kembali teori maslow, yang berkaitan dengan social needs mengalami pengembangan, yaitu extrovert needs dan introvert needs, salah satu bentuk extrovert needs, secara berkelanjutan kebutuhan manusia pasti ada, manusia akan memenuhi kebutuhan, demi mempertahankan hidupnya, jika kehidupan tersebut di hutan maka survival 14 Loc.cit. David Pratt hal Need For meaning, The growth of self-consciousness is accompanied by a drive that is essentially philosophical: the need to find meaning, or (use existentially term) authenticity, in one s existence. Loc.cit David Pratt hal 54-60

14 78 yang dibutuhkan adalah mengenal alam, dan keahlian untuk mengelola alam agar dapat bertahan hidup, namun kehidupan sangatlah kompleks, dan manusiapun berbeda karakter, contoh kehidupan dikota akan berbeda jika memberikan sudut pandang, dan pasti sudut pandangnya akan bertambah Belajar meningkatkan kemampuan adalah penting dibuktikan dengan sertifikat. Sudut pandang juga penting diberikan kepada Peserta didik, karena jika berwirausahapun perlu sebuah tanda sertifikat, jika bentuk usaha pada tempat berbeda, akan beda juga bentuk perjanjian maupun lain sebagainya. Adanya konsep perpaduan tersebut, maka dalam mengorganisasikan sebuah Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, tidak banyak menggunakan kerumitan dalam hal birokrasi, karena jika manusia mengetahui kebutuhan yang sesungguhnya pada dirinya sendiri, maka akan tumbuh minat belajar yang tinggi. 3. Pelaksanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Pelaksanaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak ada silabus secara tertulis, tetapi jika dilihat dari proses pembelajarannya, maka terjadi sebuah perkembangan, termasuk pembuatan jadual kelas bukan dari lembaga, melainkan Peserta didik itu sendiri sesuai kelas masing-masing, kemudian baru memohon pendamping untuk menemani belajar atau dengan kata lain mendukung proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sangat berbeda dengan yang formal maupun non formal lainnya, karena pada pelaksanaan pembelajarannya secara konsep tidak terbatas, karena pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dimana saja, sesuai kesepakatan kelas masing-masing, belum lagi belajar individual yang mempunyai kebutuhan masing-masing. Kemudian terlihat proses pembelajaran semacam pembelajaran anak dewasa, pembelajaran tersebut pendamping hanya memberikan

15 79 motivasi belajar, jika pemberian materi diperkirakan hanya sekitar 20 %, 16 karena Peserta didik banyak disarankan membaca dan browsing internet, seperti teori yang diambil dari tokoh pendidikan, 17 Model Andragogy terdiri dari strategi pembelajaran memusat pada orang dewasa. Hal tersebut sering ditafsirkan bahwa, proses dalam melibatkan pelajar dewasa dengan pembelajaran struktur dan mengalami secara langsung. Teori ini Digunakan pertamakali oleh Alexander Kapp (seorang pendidik Jerman) pada 1833, kemudian andragogy dikembangkan ke dalam suatu teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Malcolm Knowles. Jika hal tersebut diberlakukan maka sebaiknya pembuatan RPP dan Silabuspun diserahkan kepada mereka, hal tersebut menjadi salah satu bentuk cara, guna mengetahui proses kegiatan mereka atau dalam bahasa manajemen disebut dengan pengawasan (controling). Needs safety, yang biasa diartikan dalam bahasa indonesia Kebutuhan Rasa Aman, termasuk jika model andragogy ini diterapkan, Peserta didik merasa diberi kepercayaan, selain itu peraturan, merupakan pengembangan dari kebutuhan rasa aman, namun jika tidak dikomunikasikan dengan baik, peraturan terebut akan menjadi sebuah momok yang menakutkan seperti yang terjadi pada sekolah formal. Pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah selain terbentuk peraturan ketika pertemuan Peserta didik dan Pendamping dihari senin, terdapat pada satu pemikiran, yaitu pemikiran Bahrudin, yang mempunyai prinsip tidak mau memaksa Peserta didik, menanamkan sugesti jadilah manusia yang bermanfaat, ketika mereka diibaratkan akan terperosok ke jurang, seorang pendamping wajib menegur dan berusaha memberikan pertolongan, fungsi 16 Pemberian materi banyak dilakukan oleh pendamping hanya pada kelas VII, dikarenakan kelas tersebut belum dapat beradaptasi dengan kurikulum yang berlaku. 17 Andragogy consists of learning strategies focused on adults. It is often interpreted as the process of engaging adult learners with the structure of learning experience. Originally used by Alexander Kapp (a German educator) in 1833, andragogy was developed into a theory of adult education by the American educator Malcolm Knowles.

16 80 peraturan adalah teguran dan proses pendukungan belajar seumur hidup agar memenuhi kebutuhan rasa aman. Berbicara tentang rasa aman, perlu ditambahkan rasa aman sesaat dan rasa aman selamanya, jika rasa aman sesaat itu cukup bagus konsep pembelajaran, yang ditawarkan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kemudian karena pendidikan yang berkelanjutan, jika membahas kebutuhan, maka perlu ditambahkan kebutuhan Keserasian, kebutuhan Memuaskan Hidup Sosial, kemudian kebutuhan Bertahan Hidup. Kesemuanya itu akan saling berkaitan, karena bertahan hidup pada alam desa dengan alam perkotaan berbeda, apalagi jika Peserta didik nantinya menjadi wakilrakyat, pastilah membutuhkan hal-hal selain kemampuan, seperti ijazah dan sertifikat. 4. Pengawasan dan Evaluasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Perlu dicermati bahwa pengawasan dan evaluasi sudah pasti ada didunia pendidikan, apalagi sebuah kurikulum yang sebagai acuan. Pelaksanaan evaluasi dan pengawasan pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak seperti layaknya lembaga pendidikan lainnya, jika pada pendidikan Formal maupun Non formal lain banyak sebuah evaluasi, dengan menggunakan cara normatif, yaitu dinilai dengan hanya data-data saja, termasuk kemampuan nilai siswa, kemudian prestasi akdemik maupun non akademik, kemudian pelaksanaan pengawasan dan Evaluasi pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dilaksanakan dengan tidak menggunakan nilai, tetapi evaluasi yang dilakukan adalah dengan Shering dan musyawarah dengan bentuk mengurangi sesuatu kelemahan, serta mengembangkan potensi. Gelar karya sebagai bentuk evaluasi pembelajaran, sekaligus evaluasi kurikulum, kemudian pertemuan demi pertemuan berlalu, maka timbullah kesimpulan bahwa, evaluasi kurikulum tersebut, menyimpulkan majunya pendidikan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, terletak pada hasil karya Peserta didik pada bidang Karya Seni yang meliputi, Sastra (Novel, Puisi, Teater dan Rekaman Nyanyian

17 81 Pendidikan). Pada tahun 2009 ini mereka lebih suka disebut dengan Komunitas Belajar, Bukan Lembaga Sekolah. 18 Memang secara formal lembaga sekolah sangat banyak syarat-syarat yang berkenaan dengan birokratis, dan peraturan yang dirasa mengganggu pembelajaran. berbicara tentang kurikulum nasional, sekarang ini sudah mulai membaik, kecuali pada sebuah pembatasan belajar, dan cara guru mengajar, dan tidak sesuai dengan kurikulum. Tetapi sayangnya ketidak singkronan kurikulum yang bernamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jelas Kurikulum ini telah memberi kebebasan untuk masing-masing sekolah dalam menentukan materi dan lain sebagainya, tetapi standarisasi wajib dilakukan, dan jika tidak dapat nilai standar minimal, maka tidak lulus dengan kata lain, bodoh. akhirnya yang membuat guru memaksa Peserta didik, untuk mempunyai kemampuan sama dalam bidang pelajaran normative. Kemampuan seseorang berbeda, kemudian penyamaan tersebut ujian nasional berbentuk normatif semua tidak ada ujian yang berbentuk karya. Berbicara tentang Ujian nasional, jika berdasarkan kejadian dan berpijak pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, tetap adapun tidak menjadikan masalah, tetapi sebaiknya tidak wajib, jika Negara bertujuan mencari oang pandai dari segi normative cukup adakan ujian nasional husus bagi yang mau mengikuti, itupun sebaiknya ujian nasional bukan hanya sekedar ujian normative, melainkan ujian berbentuk karya, nantinya akan menjadi terlihat betul hasil belajar dan nilainya pun tidak abstak. Usia SMP pasti bisa diarahkan untuk berkarya, walaupun tidak semuanya, karena kedewasaan manusia bukan dari usia kronologis, tetapi dari hasil pengalaman yang telah dicapai. Penentuan kelulusan dengan standar minimal inilah yang membuat SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mengatakan Ijazah itu tidak penting, karena ujian hanya sekedar nilai normativ, dan tidak berguna jika tidak pernah melakukan. 18 Wawancara Ahmad Bahrudin 11 September 2009, juga pemaparan Ahmad Bahrudin ketika diwawancarai oleh MetroTV pada tayangan 13 Agustus 2009.

18 82 Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terlihat bagus dengan kriteria sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel Peroses Pembelajaran No Waktu Pelajaran Pendamping Prestasi 1 Pukul , ada jam kelas, tetapi jika tidak ikut juga tidak masalah, setelah jam tersebut Peserta didik ditanamkan untuk belajar sesuka mereka seuai kebutuhan bahkan sampai larut malam. Pelajarang secara kelas sama dengan SMP lainnya, tetapi tidak wajib mengikuti, semua. Jadual membuat sendiri sesuai kelas masing-masing Suasana Resource Center (RC) Pendamping bersifat sebagai teman, 100%, tetapi menemani belajar itupun jika diperlukan Prestasi yang ada, terdapat pada mayoritas bidang seni, dan jiwa wirausaha. No Waktu Pengelolaan Peserta Belajar Penggunaan 1 Waktu belajar pada Resource Center yang dilengkapi, komputer dengan jaringan Internet, ruang musik, kamar Mandi dan kamar tidur, dan perpustakaan dengan waktu WIB 2 Jika ada acara workshop, atau seminar yang diadakan oleh Peserta didik.maka kadang sampai Full Time. 3 Jika waktu sholat maka RC, ditutup. Pengelolaan diserahkan oleh Peserta didik, dengan pembuatan jadual penjaga, dan dikoordinir oleh salah satu pendamping. Sirkulasi dana juga oleh Peserta didik, tanpa mengangkat karyawan. Kesepakatan Peserta didik husus internet Rp.2000,-/jam, Peserta didik Qaryah Thayyibah Pendamping dan Masyarakat termasuk orang tua murid. Peserta didik non qaryah Thayyibah, dan pengunjung lain. Sebagai pencarian informasi, tempat Tempat Gelar Karya setiap bulan sekali, pada hari senin, karya yang ditampilkan mengenahi pembelajaran, kemudian karya Peserta didik, termasuk membuat film. Sebagai AULA untuk upacara (upacara berbentuk sharing seperti musyawarah nonformal) agar lebih mudah mengkoordinir. Tempat main Game.

19 83 Ruang Kelas No Waktu Pengelolaan Peserta Belajar Penggunaan Secara Ideal WIB teapi banyak sepinya dari pada RC secara insedental dibuat pelatihan apa saja termasuk teater Oleh Peserta didik, dengan bentuk disapu dan dibersihkan Khusus Peserta didik Qaryah Thayyibah Belajar dikelas dengan teman sekelas Memusyawarahkan sesuatu termasuk membuat acara kemah, membuat jadual. Tabel tersebut adalah identifikasi kelebihan, kemudian lebih lanjut Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, perlu ditingkatkan untuk mengembangkan karya, yang berbentuk Ilmu Teknologi, bukan hanya sekedar ilmu seni. Berdasarkan pengamatan peneliti suatu tindakan pasti berdasarkan latarbelakang pelaku, maka jika komunitas tersebut berlatarbelkangkan moyoritas masyarakatnya bertani, akan lebih baik jika proses pendukungan tersebut, diarahkan kepada teknologi pertanian, ditambah teknologi industri pertanian. Setelah melihat kelebihan pada kurikulum tersebut diatas, peneliti melihat kelemahan, terhadap kurikulum tersebut secara umum. Sesuai dengan pemaparan peneliti diatas, identifikasi ini adalah berdasarkan kebutuhan Peserta didik, karena cita-cita setiap anak berbeda, maka perbedaan tersebut, menjadikan kebutuhan yang banyak, dan banyak perlu fasilitas, termasuk ada yang mempunyai cita-cita menjadi presenter 19. maka dapat dipaparkan lebih lanjut tentang identifikasi kelemahan sebagai berikut : a. Pemberian satu sudut pandang Maksud dari satu sudut pandang adalah peserta didik diberi pengertian tentang hasil belajar adalah karya, bukan ijazah atau nilai, padahal dunia pendidikan sekarang ini adalah komplek dan dunia kerja dan bisnis juga komplek, jika memberi sudut pandang alangkah lebih baik diberikan beberapa sudut pandang tentang kehidupan yang ada 19 Fina salah satu pesertadidik dari tahun 2003, sampai sekarang yang diwawancarai oleh MetroTV, pada tayangan tahun 2004, memaparkan cita-citanya ingin menjadi presenter, jika kebutuhan tersebut tidak didukung, maka akan lambat untuk mencapai cita-cita tersebut.

20 84 seperti contoh, manusia hidup bermacam-macam ada yang jadi pekerja dan ada yang wirausaha, kemudian ketika didunia kerja sebagian besar selain keahlian adalah menggunakan sebuah sertifikat. Kasus yang terjadi beberapa Peserta didik adalah tidak mengikuti ujian nasional, memang bagi seseorang yang kemampuannya adalah wirausaha tidak bermasalah tetapi jika orang kemampuannya adalah bukan wirausaha maka sertifikat atau ijazah menjadi penting. b. Silabus dan RPP. Jika menyerahkan semua menejerial kurikulum kepada Peserta didik jangan tanggung-tanggung, untuk pengembangan silabus dan pembuatan RPP 20 walaupun insidental, tetapi itu adalah pembelajaran tentang tanggungjawab laporan tertulis, dan hal tersebut adalah sejarah dan perlu didokumentasi secara tertulis, lebih mudah untuk mengontrol selain laporan lisan yang dilaksankan pada hari senin. Menurut peneliti pembuatan tersebut dibuat oleh ketua kelas atau sekretaris atau yang mewakili, dengan tujuan mereka dapat berkreasi dengan tulisan tersebut, karena tidak ada aturan baku dalam pembuatan RPP, dan intinya adalah cerita ketika mereka melaksanakan pembelajaran. Tetapi setelah mreduksi hasil penelitian, dapat menjadikan pijakan bahwa Silabus dan RPP ini terlihat pada sebelum pembelajaran, yang terdapat musawarah pada hari senin, sebagai ganti dari RPP, karena hari senin itulah semua kegiatan perencanaan dilakukan, walaupun tidak sama dengan perencanaan pada sekolah formal. c. Resource Center belum ada ruang dan media untuk pusat penelitian. Pentingnya pusat penelitian untuk memajukan pendidikan, karena jika hanya sekedar fasilitas untuk ruang informasi, sangat kurang untuk praktek yang menuju kepada teknologi, misalkan mesin, 20 Silabus dan RPP yang sering menjadikan momok bagi guru sebenarnya, tidak ada atuan baku, dan itu adalah salah satu bentuk laporan ketika melakukan tindakan kususnya pada pembelajaran.

21 85 atau elktronik, atau tempat penelitian keilmuan biologi, dan lain sebagainya, haltersebut adalah wujud proses pendukungan kepada Peserta didik. Model sarana ini terinspirasi dari pemikiran Ivan Illich yang menciptakan sekolah non formal dan menciptakan Reference services to educational objects dalamnya terdapat semacam, fasilitas akses, Mosium atau perpustakaan dan laboratorium. 21 d. Unit Produksi Unit produksi merupakan salah satu pelaksanaan pendukungan, selain itu untuk menciptakan suasana kewirausahaan, semboyan Ahmad Bahrudin, mendidik mereka tidak untuk menjadi mesin, atau dalam kata lain menjadi pekerja, namun menjadi manusia wirausaha. Hal itu perlu didukung dengan adanya sebuah unit produksi, sebagai salah satu tempat praktek untuk berwirausaha, dan praktek tersebut bukan hanya sekedar praktek, tetapi betul-betul dapat menghasilkan sesuatu barang baru bahkan bermutu. Beranjak dari kelemahan dan kekuatan yang ada, maka akan lebih baik jika pemenuhan kebutuhan segera dilaksanakan, dan betul-betul melaksanakan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan tidak terkesan sebagai anak yang mengikuti pembelajaran sebagai korban uji coba keilmuan. Setiap tindakan dimanapun, pasti ada konsekuensi masing-masing dan setiap kejadian pasti ada sisi negatif dan positifnya, maka studi kasus ini bukan merupakan pencarian kebenaran atau kesalahan, tetapi proses menuju indonesia maju dan meraih cita-cita bangsa. Berdasarkan wawancara dan pengamatan, yang dilakukan kemudian didiskripsikan pada bab III, maka alur Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dari sumber pemikiran Bahrudin, mempunyai asumsi manusia tidak boleh putus belajar, kemudian direspon masyarakat, yang merasa tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang kebih tinggi, dengan kendala mahalnya biaya pendidikan, dan Bahrudin banyak terinspirasi para tokoh yang yang melawan kapitalisme pendidikan sekolah. Akhirnya 21

22 86 terkonsep Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan ini dapat digambarkan sebagai mana berikut : Masyarakat Butuh Pendidikan kemudian di bentuk komite sekolah Kebutuhan Belajar Peserta didik Jangan Putus Belajar Penampungan Minat Belajar Lembaga Penciptaan dan pengembanganmod el Kurikulum Macam Mata Pelajaran yang dibutuhkan System dan Strategi Pembelajaran Pemenuhan Media Belajar Pemenuhan Bakat Minat Pembimbing Asisten Pembimbing Asisten Dipilih Dari Alumni Smp Evaluasi Pembelajaran Evaluasi Kurikulum Komite sekolah Pengelompokan Pesertadidik Selain semacam kelas Pengelompokan siswa sesuai dengan bakat minat Peserta didik melakukan Diskusi, browsing Internet, penelitian obyek, sesuai mata pelajaran

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Simpulan Dari pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan berikut 1. Karakeristik manajemen kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelibening Salatiga.

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH

BAB III MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH BAB III MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. 1. Sejarah Berdirinya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. SMP Alternatif,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

ADULT LEARNING PSIKOLOGI BELAJAR ORANG DEWASA (ANDRAGOGY) oleh Nur Janah Nitura. Dra. NUR JANAH NITURA, MM, Psikolog, CHt, CBA

ADULT LEARNING PSIKOLOGI BELAJAR ORANG DEWASA (ANDRAGOGY) oleh Nur Janah Nitura. Dra. NUR JANAH NITURA, MM, Psikolog, CHt, CBA ADULT LEARNING PSIKOLOGI BELAJAR ORANG DEWASA (ANDRAGOGY) oleh Nur Janah Nitura Dra. NUR JANAH NITURA, MM, Psikolog, CHt, CBA BELAJAR SUATU AKTIVITAS MENTAL /FISIK YANG BERLANGSUNG SECARA AKTIF & INTERAKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daya saing merupakan indikator untuk dapat bersaing dengan negaranegara lain di dunia pada era globalisasi. Daya saing akan lahir dari sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional di Indonesia termasuk di dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20 Pasal 3. Berdasarkan Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi sebagai berikut: Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang bertujuan untuk mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai pengembangan kebijakan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN METODE BEYOND CENTERS AND CIRCLES TIME (BCCT) DALAM PEMBELAJARAN MATERI IMTAK DI PLAYGROUP MASYITHOH KALIWUNGU KENDAL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN METODE BEYOND CENTERS AND CIRCLES TIME (BCCT) DALAM PEMBELAJARAN MATERI IMTAK DI PLAYGROUP MASYITHOH KALIWUNGU KENDAL BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN METODE BEYOND CENTERS AND CIRCLES TIME (BCCT) DALAM PEMBELAJARAN MATERI IMTAK DI PLAYGROUP MASYITHOH KALIWUNGU KENDAL A. Penerapan Metode Beyond Centers And Circles Time

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia lainnya, termasuk dengan lingkungan sekitarnya, sehingga peranan bahasa sebagai alat pengungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA S A L I N A N BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 16 (ENAM BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1

EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1 Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 32 EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN Oleh: Wahyudi 1 Abstrak: Keberadaan pendidikan formal dan nonformal yang ada sekarang ini dirasa

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika Oleh : IMAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan bangsa Indonesia yang lahir pasca kemerdekaan yakni tanggal 17 Agustus 1945 yang silam, Indonesia dituntut untuk menciptakan warga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 73 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang peneliti peroleh dari lapangan berasal dari observasi dan wawancara (interview), wawancara yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah wawancara tidak

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan persoalan yang paling mendasar yang dihadapi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi dekadensi moral. Dekadensi moral terjadi di kalangan pelajar, berupa meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategi dalam pembangunan Nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) yang dikeluarkan oleh Pendidikan Nasional pada bab pendahuluan, mempunyai visi mewujudkan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu aset penting negara. Sumber daya manusia yang dimiliki akan menentukan berkembang atau tidaknya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengantisipasi adanya berbagai masalah, hambatan dan tantangan di era globalisasi ini, perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh setiap orang dari generasi ke generasi dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya. Undang- Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya. Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. khususnya. Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 1: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu maupun sosial. Akan tetapi, pendidikan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonogi ini, pendidikan merupakan hal yang penting dalam upaya membentuk kualitas sumber daya manusia agar memiliki karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Lembaga pendidikan ini diharapkan mampu untuk mewujudkan suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang teoriteori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan dapat meningkatkan segenap potensi peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan dapat meningkatkan segenap potensi peserta didik menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting yang harus dikelola dengan baik karena pendidikan dapat meningkatkan segenap potensi peserta didik menjadi sosok sumber

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah negara. 2 Sementara fungsi dan tujuan pendidikan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut the process of training and developing the knowledge,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Tujuan pendidikan itu adalah untuk mengembangkan individu baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH RSBI SMP NEGERI 4 KEPANJEN

PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH RSBI SMP NEGERI 4 KEPANJEN PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH RSBI SMP NEGERI 4 KEPANJEN Maichel Aditiyas Suhendra Universitas Negeri Malang E-mail: michaelcrab@ymail.com ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Amandemen UUD 1945 Pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara khususnya di Indonesia. Pendidikan saat ini dihadapkan pada masalah yang mendasar yaitu rendahnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA AL - ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009-2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan menimbulkan banyak pola pikir pendidik. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kompleks mengutip istilah Brown (2004: 220), mulai dari imitative

BAB I PENDAHULUAN. paling kompleks mengutip istilah Brown (2004: 220), mulai dari imitative 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara berkesinambungan pada jenjang pendidikan formal. Mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pustaka memiliki arti kitab atau buku. Sedangkan dalam bahasa inggris

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan pendidikan Life Skill di Sekolah Dasar Lebah Putih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Lebih terperinci

MASALAH KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

MASALAH KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA MASALAH KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA Disusun oleh : Nama : Tunas Asa Roestianto Nim : 11.12.5861 Kelompok : I ( BANGSA ) Jurusan : Sistem Informasi Dosen : Drs. Muhammad Idris P, MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pernyataan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pernyataan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat dan canggih didukung pula oleh arus globalisasi yang semakin hebat. Fenomena tersebut memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di era modern seperti sekarang merupakan sebuah kebutuhan seperti halnya sandang dan pangan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena segala pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan faktor yang diperoleh dari dunia

Lebih terperinci