METODE ABA PADA BANGUNAN TERAPI ANAK AUTIS DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE ABA PADA BANGUNAN TERAPI ANAK AUTIS DI JAKARTA"

Transkripsi

1 METODE ABA PADA BANGUNAN TERAPI ANAK AUTIS DI JAKARTA Dina Felpin R., Nina Nurdiani, Renhata Katili Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta Barat Abstract Future generation who was born to the world is entitled to earn good education, but not all children are lucky to get an education. Autism children is future generation, while growth that children have an abnormal. So there is needed space or place that can be used for autism children activity, before they can socialize with human community. There need therapy method that can support the process of autism therapy. ABA (Applied Behavior Analysis) methods are the only one method that used to give therapy method for autism children. Therefore, there are needed a therapy methods for designing the therapy building base on the ABA method. By designing for therapy building, it needed a research with qualitative method and analysis process which is done by comparing the positive and negative aspects of the building between the existing buildings. The result of research will become the guide for designing the building for autism children that using ABA methods as therapy methods. Keywords : Children with autism, Therapy building, ABA method Abstrak Generasi penerus bangsa yang lahir ke dunia berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Namun tidak semua anak beruntung untuk mendapatkan pendidikan secara umum. Anak autis merupakan generasi penerus bangsa, yang dalam masa pertumbuhannya mengalami kelainan. Untuk itu, dibutuhkannya tempat atau wadah yang dapat menampung segala kegiatan yang dilakukan oleh anak autis, sebelum mereka bersosialisasi bersama masyarakat pada umumnya. Selain tempat terapi, juga dibutuhkan metode terapi yang mendukung proses kegiatan anak autis, metode ABA merupakan satu-satunya metode terapi yang digunakan untuk memberikan terapi bagi anak autis. Oleh karena itu, perlunya bangunan terapi yang dirancang dengan menerapkan metode ABA dalam rancangannya. Untuk mengetahui bangunan terapi yang sesuai maka perlunya metode penelitian, dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif yaitu dengan membandingkan bangunan terapi yang sudah ada dan mencari data-data, maka dapat diketahui kekurangan dan kelebihan dari bangunan terapi yang sudah ada. Kemudian hasil dari data yang diperoleh akan menjadi pedoman dalam merancang bangunan terapi bagi anak autis yang menerapkan metode ABA sebagai metode terapi. Kata kunci: Anak autis, Bangunan terapi, Metode ABA

2 PENDAHULUAN Manusia dilahirkan ada yang normal dan sehat, dan ada yang memiliki keterbatasan, salah satu keterbatasan dalam perkembangan otak manusia adalah autisme. Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita. Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Generasi penerus bangsa lahir dari potensi yang dimiliki setiap anak manusia yang lahir di dunia ini. Dengan pendidikan dan pembinaan yang baik dan sistematis, kemajuan bangsa sangat mungkin dapat tercapai. Tetapi tidak semua anak bisa mendapat pendidikan secara umum, baik secara fasilitas maupun teknisnya. Hal inilah yang dialami anak autis yaitu anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau penyimpangan (mental, intelektual, sosial, emosional). Di Indonesia banyak anak autis yang tidak terdiangnosis secara tepat. Mereka biasanya dianggap sebagai anak yang menderita retardasi mental berat. Oleh karena itu, diperlukannya perhatian dan penanganan yang optimal agar anak autis dapat menghilangkan perilakunya yang aneh dan mengambil alih perilaku yang normal. Selain itu, belum adanya tempat yang dapat mewadahi dengan baik dalam proses penanganan tersebut. Untuk itu diperlukan adanya fasilitas terapi anak autis yang diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran dan penanganan dengan segala fasilitas yang menunjang dan mewadahi didalamnya. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat 2 yang menyatakan bahwa, Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Di Indonesia jumlah anak penderita autism berdasarkan survey oleh Yayasan Autisma Indonesia pada tahun 1997 adalah 40% dari anak-anak yang diperiksa oleh dokter anak, sedangkan berdasarkan Wikipedia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari anak yang menderita autisme dalam usia 5-19 tahun. Menurut hasil wawancara dengan salah satu pengurus Yayasan Autisma Indonesia di wilayah DKI Jakarta jumlah anak autis belum bisa mendapat data yang pasti, karena kebanyakan dari orang tua masih mencari tempat terapi yang sesuai dengan kondisi anak, dan juga ketersediaan tempat terapi yang sangat minim pada penyediaan fasilitas terapi sehingga membuat para orang tua untuk selalu berpindah dan mencari tempat terapi yang memiliki fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan terapi dari si anak. Pertimbangan atau kriteria dalam mendesain ruang terapi perilaku dilatarbelakangi oleh kondisi atau karakteristik anak autis yang mempunyai gangguan dalam berperilaku, baik perilaku yang berlebihan ataupun perilaku yang berkekurangan. Oleh karena itu anak autis memerlukan terapi perilaku agar anak autis dapat mengurangi perilaku yang tidak wajar. Selain karakteristik anak, ada hal lain yang cukup penting yaitu kurikulum dan metode terapi yang digunakan. (Sriti Mayang Sari, 2011). Metode ABA (Applied Behavior Analysis) merupakan satu-satunya metode terapi yang digunakan di setiap tempat terapi anak autis. Metode ABA atau Metode Loovas (Ivar Loovas, PhD ) dipelopori oleh B. F Skinner seorang behavioralist. Dasar dari teori Skinner ini adalah pengendalian perilaku melalui manipulasi dari imbalan dan hukuman. Metode ini paling terkenal dan paling banyak diterapkan untuk penyandang autisme yaitu suatu metode yang dilakukan one on one oleh terapis dan anak penyandang autis. Pada metode ini diharapkan adanya suatu modifikasi perilaku (behaviour modification) dan sistem umpan balik ketika anak berhasil menjalankan instruksi dengan baik atau buruk. Pada idealnya, metode ini diberikan pada anak yang berusia 2-5 tahun dengan terapi minimal 40 jam dalam satu minggu yang dilakukan dengan disiplin dan berkelanjutan. Metode terapi akan berpengaruh besar pada fasilitas perabot dan kriteria ruang yang dibutuhkan dan mencerminkan aktivitas pelakunya dalam hal ini partisipasi antara anak autis dengan terapis. Interior ruang terapi berhubungan erat dengan proses belajar mengajar antara terapis dengan anak autis sebagai aktivitas utama didalamnya. Pemenuhan kebutuhan ruang yang sesuai dengan fungsi, kondisi pengguna dan tujuan metode terapi yang diterapkan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak. Desain merupakan pemecahan masalah dengan satu target yang jelas. Papanek (1983) dalam Sriti Mayang Sari (2011) berpendapat bahwa dalam proses merancang, para desainer juga dituntut mempertimbangkan perilaku sosial. Dalam berkarya, seorang desainer hendaknya menunjukan pertimbangan sosial sebagai sebuah wadah bentuk tanggung jawab. Perilaku sosial sangat penting dipertimbangkan sebagai dasar dari kriteria (Sriti Mayang Sari, 2011).

3 Desain perlu mewujudkan perilaku pemakai dalam partisipasi perwujudannya. Artinya selain kebutuhan pengguna, yang harus dipertimbangkan dalam suatu desain adalah kondisi pengguna. Dengan demikian ruang terapi anak autis ini setiap unsur fisik desain diharapkan menjadi cerminan partisipasi dari pelaku aktivitasnya. Anak autis mempunyai karakteristik khusus sehingga membutuhkan pola terapi tersendiri dan kriteria ruang terapi yang sesuai dengan aktivitasnya. Ruang terapi perilaku anak autis harus mampu mewadahi semua aktivitas dan memenuhi kebutuhan anak autis agar hasil terapi dapat berkualitas dan maksimal. Penataan ruang terapi sangat perlu diperhatikan karena ruang terapi adalah tempat kegiatan yang merupakan aktivitas inti dari sebuah pusat terapi autis. Kondisi pengguna harus dipertimbangkan dalam suatu desain dan tujuan perwujudan fasilitas yang ada di ruang terapi harus dapat memenuhi tuntutan anak autis (Sari, 2010). Untuk mengetahui kondisi bangunan terapi yang sudah ada, maka perlunya dilakukan studi banding, studi banding dilakukakan pada bangunan terapi autis yang menerapkan metode ABA pada kegiatan terapinya agar dapat diketahui kekurangan dan kelebihan dari bangunan terapi yang sudah ada. Sehingga dalam merancang bangunan terapi autis yang baru didapatkan berdasarkan hasil studi banding dan teori yang ada dengan menerapkan metode ABA pada bangunan secara arsitektural yang baik dan disesuaikan dengan kondisi pengguna yaitu anak autis. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode perbandingan, yaitu membandingkan tentang objek-objek yang diteliti dan menjelaskan objek tersebut. Penelitian ini menggunakan data yang bersifat Kualitatif, yaitu penelitian yang datang berdasarkan bentuk verbal dan dianalis tanpa teknik statistik dan cara pengumpulan data digunakan meliputi data primer maupun sekunder. Hasil dari penelitian kualitatif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk acuan penentuan bentuk massa dan rancangan ruang dalam yang menyesuaikan dengan metode terapi yang digunakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : Studi Banding Studi banding dilakukan di 2 tempat, yang pertama dilakukan di Sekolah dan Terapi Cahya Anakku Jakarta, yang kedua dilakukan di Yayasan Surya Kanti Bandung. Peneliti melakukan perbandingan mulai dari tatanan ruang dan juga fasilitas yang terdapat di kedua bangunan tersebut yang sudah menggunakan metode ABA dalam melakukan terapi pada anak autis. Observasi Peneliti melakukan observasi secara langsung, dengan mengamati secara singkat kegiatan yang dilakukan anak autis, tetapi tidak ikut terjun langsung dalam dunia sebenarnya. Dokumentasi Peneliti melakukan pengambilan foto yang digunakan untuk memperjelas kebutuhan ruang yang diperlukan. Wawancara Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai kebutuhan ruang, dan fasilitas yang terkait. Sumber yang diwawancarai yaitu pengurus Yayasan Autisma Indonesia, pengajar dari Sekolah dan Terapi Autis Cahaya Anakku, dan bagian resepsionis Yayasan Surya Kanti. Data-data primer yang diperoleh dibandingkan dengan literatur maupun hasil wawancara sebagai tolak ukur dalam peninjauan desain yang sudah ada. Analisis dan pembahasan meliputi pola penataan, elemen pembentuk ruang dan penjabaran karakteristik anak autis memerlukan perlakuan seperti apa, sehingga harus menciptakan ruang dan bangunan seperti apa yang paling sesuai. Data sekunder yang dikumpulkan berupa studi literature, dengan mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditentukan. Referensi menggunakan buku, jurnal, artikel penelitian, dan informasi dari internet.

4 HASIL DAN BAHASAN Hasil Studi Banding Bangunan Terapi Autis Studi banding dilakukan di dua tempat yang berbeda, pertama di Sekolah dan Terapi Cahya Anakku yang terletak di Jakarta, kedua di Yayasan Surya Kanti yang terletak di Bandung. Metode ABA yang diterapkan dalam kegiatan terapi di kedua tempat tersebut terlihat dari segi fasilitas dan organisasi ruang pada bangunannya, untuk itu perbandingan yang dilakukan yaitu dari melihat fasilitas dan organisasi ruangnya. Dari segi fasilitas yang terdapat di kedua tempat bangunan terapi, Sekolah dan Terapi Cahya Anakku kurang memenuhi syarat, karena tempat terapi autis berupa bangunan ruko yang kurang sesuai dengn fungsi bangunan terapi sesuai standar, sehingga fasilitas yang tersedia juga kurang fungsional, dan tidak ada memiliki ruang yang cukup besar untuk menampung kegiatan sosialisasi anak autis. (Gambar 1) Gambar 1 Organisasi Ruang Sekolah dan Terapi Cahya Anakku Sedangkan di Yayasan Surya Kanti dengan bangunan yang sudah dirancang untuk kegiatan terapi anak autis, fasilitas yang tersedia cukup untuk menampung kegiatan anak autis dan terdapat taman bermain yang berfungsi untuk menampung kegiatan sosialisasi anak autis. Bangunan Sekolah dan Terapi Cahya Anakku adalah bangunan ruko yang mempunyai 3 lantai. Dari hasil survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui organisasi ruang pada Sekolah dan Terapi Cahya Anakku. Di lantai satu yang diberi warna oranye merupakan area publik yang terdiri dari lobi dan resepsionis, dan area semi private yang terdiri dari kelas kecil, kelas besar, dan ruang guru. Dapat disimpulkan bahwa area lantai satu meupakan area untuk sekolah. Kemudian area lantai dua dan tiga yang diberi warna kuning dan hijau, merupakan area terapi. Pada lantai dua terdapat tiga jenis terapi. Area kosong dapat digunakan sebagai area tunggu di lantai dua, sedangkan di lantai tiga terdapat tiga ruang terapi. Organisasi ruang luar menjelaskan tentang tata letak bangunan Surya Kanti yang memiliki bangunan multi massa, dilengkapi enterance pada bangunan, jalur sirkulasi kendaraan dan orang, area parkir, dan taman. Enterance berbatasan langsung dengan jalan. Untuk mengurangi kebisingan yang ada, maka gedung untuk sekolah dan terapi di letakkan pada bagian paling belakang. Sirkulasi kendaraan juga dibuat lebih panjang karena kondisi jalan yang cukup sempit dapat menghambat kegiatan lalu lintas, sehingga dibutuhkan sirkulasi di dalam area bangunan bagi kendaraan yang akan parkir atau drop off. Karena penelitian akan membahas tentang bangunan terapi anak autis, maka organisasi ruang yang akan dibahas yaitu klinik timbuh kembang anak yang diberi warna merah muda. (Gambar 2)

5 Gambar 2 Organisasi Ruang Luar Yayasan Surya Kanti Klinik tumbuh kembang anak di Yayasan Surya Kanti terdiri dari dua lantai. Lantai pertama (warna merah muda) merupakan area semi publik yang berupa lobby, dan semi private yang merupakan ruang pengurus, dan ruang terapi.sama halnya dengan lantai satu, lantai dua (warna ungu) juga merupakan area semi publik, yaitu resepsionis dan area private ruang pengurus dan ruang terapi. Untuk kegiatan terapi yang dilakukan di lantai satu, merupakan kegiatan diagnosa, dan juga lantai satu hanya terdapat lobby sehingga aktifitas di lantai satu tidak seramai aktifitas di lantai dua yang mempunyai ruang resepsionis. Kegiatan lebih banyak dilakukan di lantai dua, karena kegiatan terapi lantai dua merupakan tahap observasi. (Gambar 3) Gambar 3 Organisasi Ruang Dalam Yayasan Surya Kanti Kesimpulan yang dapat diambil dari analisa organisasi ruang di dua tempat yang menjadi studi banding adalah Yayasan Surya Kanti memiliki organisasi ruang yang terlihat penerapan metode ABA dari segi peletakan ruang-ruang didalamnya dan cukup baik, selain teratur dari segi penataan bangunan, juga mempunyai banyak ruang luar yang hijau untuk membantu kegiatan terapi anak autis saat di luar ruangan. Penerapan Metode ABA pada Bangunan Terapi Autis di Pejaten Metode terapi yang digunakan dalam melatih dan melakukan kegiatan terapi pada anak autis yaitu Metode ABA (Applied Behavior Analysis), dimana dalam metode ini dilakukan secara one on one oleh si anak penderita autis dan therapist. Metode ABA ini juga merupakan metode yang sistematik, terukur, dan terstruktur, sehingga dalam proses kegiatan terapi dapat diketahui perkembangan anak. Metode terapi yang digunakan juga dapat mempengaruhi rancangan ruang dalam serta bentuk dari bangunan terapi. Bentuk ruang yang efektif dalam mendukung terjadinya interaksi, adalah gabungan bentuk organisasi ruang yang terpusat dan radial serta memiliki hubungan keterkaitan. Penataan bentuk ruang terkait, terlihat dengan adanya ruang penghubung atau yang disebut juga ruang perantara. Ruang perantara yang cukup besar dapat menjadi ruang yang dominan dalam hubungannya dengan ruang-ruang yang lain dan mampu untuk mengorganisir sejumlah ruang yang terkait. Penataan bentuk ruang berorientasi pada gerakan anak-anak autis yang cenderung bebas dan sesukanya. Untuk menarik minat si anak bersosialisasi diawali dari tempat yang membuat mereka nyaman untuk memasukinya. Umumnya anak autis sangat menyukai bentuk bulat dan lengkung. Sehingga bentuk

6 ruang bersama yang digunakan untuk bersosialisasi dibuat dalam skala yang besar dan berbentuk lingkaran yang memiliki komposisi terpusat dan stabil. Pengaturan ruang yang digunakan untuk bersosialisasi diterapkan pada ruang bermain. Karena di ruangan tersebut si anak diharuskan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan anak-anak autis lainnya. Karakter ruang sosial yang digunakan adalah fase dekat ( m), yang merupakan batas dominasi karena jarak cukup dekat, walaupun cukup dekat tetapi belum masuk ke jarak sentuh pandangan. Anak autis akan merasa lebih nyaman dengan ruangan yang berkarakter sosial dengan dimensi yang disesuaikan, dimana dalam ruangan tersebut memiliki interaksi sosial namun belum memasuki jarak sentuh. Sehingga rancangan pada ruang untuk bersosialisasi, tiap anaknya memiliki jarak m kemudian disesuaikan dengan jumlah anak. (Gambar 4) Gambar 4 Bentuk Ruang Terpusat Program Ruang Standard kapasitas ruang yang digunakan untuk merancang bangunan terapi autis mengacu pada buku data arsitek. Tabel 1 merupakan tabel yang menunjukkan estimasi jumlah orang dan besaran ruang yang dibutuhkan pada bangunan terapi autis. Tabel 1 Kebutuhan dan Luasan Ruang KEBUTUHAN RUANG LUASAN RUANG Ruang tes perkembangan Ruang tes dokter Ruang psikologi 4m x 6m = 24 m2 4m x 6m = 24 m2 (6m x 6m) x 3= 36m2 x 3= 108m2 Ruang terapi wicara Ruang terapi interaksi Ruang terapi ADL Ruang fisioterapi dan okupasi Ruang terapi musik Ruang program fasilitas komunikasi Ruang terapi medika mentosa (6m x 6m) x 2= 36m2 x 2= 72m2 6m x 6m = 36 m2 6m x 12m = 72 m2 9.5m x 12 m = 114m2 11.5m x 9m =103.5 m2 6m x 7m = 42m2 6m x 14m = 84m2 6m x 14 m = 84m2 6m x 7m = 42 m2

7 Ruang pimpinan Ruang wakil kepala Ruang sekretaris Ruang resepsionis/lobby Ruang administrasi Ruang penyimpanan data Ruang volunteer Ruang konseling Ruang pantau Ruang tunggu 4m x 6m = 24m2 4m x 8m = 32 m2 3m x 6m = 18m2 9m x 10m = 90m2 4m x 6m = 24m2 4m x 6m = 24m2 6m x 14.5m = 87m2 Perpustakaan : 9m x 11.5 m = m2 12m x 15 m = 180m2 uang makan dan dapur 6m x 10.30m = 61.8m2 usholla 3m x 6m = 18m2 antry (3m x 7.5 m)x 3= 67.5 m2 Toilet Total Luasan Ruang keseluruhan = 1.442m2 Pada bangunan terapi autis ini, ruang-ruang dibagi menjadi lima kelompok ruang, yaitu kelompok kegiatan anak autis tahap awal (diagnosa), kegiatan terapi anak autis (observasi), kelompok kegiatan pengelola dan kelompok staf ahli (kantor), kelompok kegiatan pengunjung dan kelompok kegiatan informasi (lobby), kelompok kegiatan servis. (Gambar 5) Gambar 5 Organisasi Ruang Secara Makro

8 Aspek Lingkungan Lokasi tapak berada di Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tata guna lahan tapak menurut tata kota Jakarta adalah dengan jenis massa tunggal, KDB: 30, KLB: 0,9 dan tinggi bangunan maksimal: 3 Lantai. Total luasan tanah tapak sekitar m2. Tapak berbentuk persegi dan terletak di sekitar perumahan, taman kota, area perbelanjaan, dan ruko. Selain dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi yakni motor dan mobil, lokasi tapak dapat ditempuh dengan sarana TransJakarta. Jarak dari halte TransJakarta menuju lokasi dapat ditempuh dengan jalan kaki, karena jarak dari halte TransJakarta menuju lokasi hanya sekitar 200 meter. (Gambar 6). Gambar 6 Kondisi Sekitar Tapak Dapat diketahui bahwa bagian depan lokasi tapak merupakan area yang cukup ramai. Dibandingkan dengan bagian timur dan selatan lokasi yang berbatasan langsung dengan area perumahan dan taman kota. Pada area yang diberi tanda warna merah merupakan area yang cukup bising karena dilalui kendaraan. Sedangkan area yang diberi warna hijau tidak terlalu menimbulkan kebisingan, karena pada bagian kanan merupakan area perumahan, bagian belakang merupakan taman kota, dan pada sisi sebelah kiri tapak berbatasan langsung dengan taman kota dan juga bagian belakang mall, sehingga kebisingan cukup rendah pada ketiga bagian yang diberi warna hijau. Dari hasil analisis terhadap kondisi lingkungan sekitar tapak, maka dapat ditentukan zoning dalam tapak sebagai berikut. Area private diletakkan pada bagian belakang tapak karena area tersebut tidak memerlukan akses langsung ke pintu masuk atau keluar. Pada tapak dikelilingi oleh penghijauan yang membantu memberikan hawa yang sejuk di sekitar area atau bangunan. (Gambar 7) Gambar 7 Analisa Zoning Dalam Tapak

9 Aspek Bangunan Gubahan massa yang menggunakan bentuk lingkaran, dibuat berdasarkan analisa bentuk yang disukai oleh anak autis berupa bentuk yang geometris, lingkaran, dan lengkung. Kemudian, pada gubahan massa lingkaran tersebut dibuat titik pusat di area tengah. Pada titik pusat tersebut dibuat taman bermain, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi pada saat anak autis selesai melakukan proses terapi, dan setiap ruangan berorientasi pada titik tengah bangunan, yang berfungsi untuk menarik minat si anak dalam bersosialisasi. (Gambar 8) Gambar 8 Gubahan Massa Pembagian zona pada bangunan terapi dilakukan berdasarkan hasil dari analisa zoning pada gambar 7, dimana untuk area penghijauan dan parkir diletakkan pada sisi utara, yang merupakan sisi depan bangunan yang langsung berhadapan dengan jalan. Kemudian pada zoning di dalam bangunan, yang pada sisi bagian utara merupakan area publik yang didalamnya terdapat lobby, ruang tunggu, resepsionis, kafetaria. Pada sisi timur dan barat merupakan area semi publik yang didalamnya terdapat kantor administrasi, kantor kepala pimpinan, dan ruang doagnosis. Di sisi selatan bangunan diletakkan area private yang terdapat ruang-ruang terapi, diletakkan pada bagian paling belakang bangunan, karena merupakan area yang paling tenang dan jauh dari kebisingan, sehingga pada proses terapi diharapkan si anak lebih fokus. (Gambar 9) Gambar 9 Gubahan Massa Penerapan proses metode ABA pada rancangan ruang dalam bangunan terap sebagai berikut: Pada sisi bagian sebelah kiri gambar merupakan tahap awal sebelum dilakukannya proses terapi yang idsebut tahap diagnosa, pada tahap diagnosa ini si anak akan di periksa oleh dokter umum, dokter khusus, kemudian dilakukan pemeriksaan oleh psikolog. Tahap selanjutnya yaitu tahap observasi, dimana pada tahap inilah proses terapi dilakukan sesuai dengan jenis autis yang diderita oleh si anak. Tahapan ini menyesuaikan dengan metode ABA yang dalam proses terapinya terstruktur dan jelas pada tahapannya. (Gambar 10) Gambar 10 Zoning Horizontal

10 SIMPULAN DAN SARAN Metode ABA merupakan satu-satunya metode terapi yang digunakan dalam kegiatan terapi anak autis, karena metode terapi sangat berpengaruh pada organisasi ruang yang ada, maka bangunan terapi anak autis dirancang berdasarkan metode terapi yang digunakan untuk mendukung aktifitas dari anak autis. Dari hasil studi banding yang telah dilakukan di dua tempat terapi yaitu Sekolah dan Terapi Cahya Anakku dan Yayasan Surya Kanti, di kedua tempat terapi ini menggunakan metode ABA sebagai metode terapi yang diberikan pada anak autis. Metode ABA yang digunakan di kedua tempat terapi dapat dilihat dari orgnaisasi ruang dan fasilitas yang ada. Pada Sekolah dan Terapi Cahya Anakku masih minim dalam penataan organisasi ruang dan fasilitas yang tersedia, karena tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan terapi merupakan bangunan ruko yang dibuat fungsional di setiap ruangan, sehingga anak autis kurang bisa mengeksplorasi kegiatan atau aktifitasnya. Kemudian di Yayasan Surya Kanti dalam penataan organisasi ruang dan fasilitas yang ada lebih baik dibandingkan dengan Sekolah dan Terapi Cahya Anakku, karena bangunan terapi Yayasan Surya Kanti memang dirancang untuk kegiatan terapi anak autis, sehingga metode ABA pada Yayasan Surya Kanti lebih terlihat dan anak autis juga lebih dapat mengeksplor kegiatan atau aktifitas bersosialisasi di luar ruangan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa yang sudah didapat adalah aktifitas anak autis merupakan hal yang paling utama dalam kegiatan terapi dengan menggunakan metode terapi yaitu metode ABA, sehingga fasilitas yang diberikan disesuaikan dengan proses terapi yang dilakukan anak autis berupa delapan jenis terapi. Ruang-ruang yang dirancang sesuai dengan jenis terapi dan tingkat kemampuan yang sudah diperoleh oleh anak autis. Zoning pada area bangunan terapi dibagi menjadi empat area, yaitu area publik, area semi private, private, dan area service, dimana dalam pembagian zoning juga menyesuaikan dengan proses terapi yang menggunakan metode ABA yang terstruktur, artinya dalam proses terapi terbagi dalam dua tahap, yaitu tahap diagnosa dan tahap observasi. Dimana dalam tahap diagnosa merupakan tahap awal sebelum proses terapi dilakukan, sehingga tahap diagnosa dimasukkan ke dalam area semi private. Kemudian pada tahap observasi merupakan proses dilakukannya kegiatan terapi, sehingga pada tahap observasi dimasukkan ke dalam area private. Sirkulasi pada bangunan terapi anak autis disesuaikan dengan kondisi anak autis yang susah dalam mengenal arah, sehingga pola sirkulasi dibuat radial untuk mempermudah si anak dalam mengenal ruang.sehingga bentuk organisasi ruang pada bangunan terapi anak autis disesuaikan dengan metode ABA yang terstruktur dengan ruang-ruang yang tertata didalamnya merupakan proses dari tahapan metode ABA. REFERENSI Amazine. (2010). 5 Jenis & 3 Metode Penanganan Autisme. Diakses tanggal 16 April Bimbingan.org. (2009). Teori Perkembangan Sosial Durkheim. Diakses tanggal 19 April ATANG_SETIAWAN/PERKEMBANGAN_ABK/PERKEMBANGAN_SOSIAL.pdf. E-journal. (2010). Sekolah Khusus Autis di Yogyakarta. Diakses tanggal 2 April http.//e-journal.uajy.ac.id/2953/6/5ta11513.pdf. Ernst., Neufert, Peter. (1970). Architects Data Third Edition. Oxford Brookes University. Google docs. (2009). Perkembangan Sosial Anak. Diakses tanggal 19 April eview?markasviewed=false&pli=1. Kaup, Kristen Henrisken Migette L. (2009). Supportive Learning Environments for Children with Autism Spectrum Disorders. Vol.09. NYTimesHome. (2013). The Architecture of Autism. Diakses tanggal 2 April

11 Sari, Sriti Mayang. (2011). Implementasi konsep desain partisipasi pada interior ruang terapi perilaku anak autis dengan menggunakan metoda aba/lovas. Dimensi Interior, vol.9,no.1. Suryawati, I.G.A. alit. (2010). MODEL KOMUNIKASI PENANGANAN ANAK AUTIS MELALUI TERAPI BICARA METODE LOVAAS. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik, Vol.I No. 01. Sutarno, ST. (2011). Pencahayaan. Diakses tanggal 19 April Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2013). Diakses tanggal 2 April Wildes, A.J. Paron. (2009). Sensory Stimulation and Autistic Children. A Newsletter by InformeDesign. Vol.06. No.04. RIWAYAT PENULIS Dina Felpin Riwu lahir di kota Kupang pada 27 Mei Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Pusat Seni Musik Blues di Kota Malang ini menggunakan konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu tersebut dengan memasukkan tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa :Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. (http://repository.usu.ac.id, diakses 27

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga

Lebih terperinci

International Fash on Institute di Jakarta

International Fash on Institute di Jakarta BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Pemikiran Konsep: - Fungsi bangunan - Analisis Tapak - Bentuk bangunan sebagai lambang wujud fashion. PEMIKIRAN KONSEP KONSEP FASHION Fashion: - Busana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif pada anak usia dini. Hal ini diungkapkan oleh Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anak sebagai generasi penerus merupakan aset yang berharga bagi keluarga yang juga memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Anak merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara, Jakarta. TOPIK : ARSITEKTUR BERKELANJUTAN- HEMAT ENERGI

KATA PENGANTAR. Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara, Jakarta. TOPIK : ARSITEKTUR BERKELANJUTAN- HEMAT ENERGI KATA PENGANTAR Puji Syukur kepadatuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam menyelesaikan Penulisan Karya Tugas Akhir ini. Karya tulis ini dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu: BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Fungsional 4.1.1. Analisis Organisasi Ruang Pengorganisasian ruang-ruang pada proyek ini dikelompokkan berdasarkan fungsi ruangnya. Ruang-ruang dengan fungsi yang sama sedapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya 196 Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya Yurike Natasia dan Rony Gunawan S.T.,M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: yurike_natasia@yahoo.com ; rgsunaryo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL JURNAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program S 1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda OLEH

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

Keywords: autism, therapy, metamorphosis, design

Keywords: autism, therapy, metamorphosis, design Abstract Autistic Children are those who undergo physical handicap either physically, mentally, intellectually, socially and emotionally. That makes the children become different from the normal ones.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-278 Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya Putri Andiny Desmaniar dan Johanes Krisdianto Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan ini adalah bangunan yang menyatu dengan alamnya/ keadaan sitenya. Contour as a part of building atau kontur sebagai bagian dari bangunan.

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1. Konsep Desain Hotel Convention ini memiliki konsep yang berintegritas dengan candi prambanan yang iconik, serta dapat mengedukasikan bagi

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep perancangan Sekolah Tinggi Seni Teater ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah INTERAKSI. Interaksi dapat diartikan sebuah bangunan yang dirancang

Lebih terperinci

ABSTRAKSI PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD)

ABSTRAKSI PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD) ABSTRAKSI PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD) Dewasa ini, penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN RESPON TERHADAP KARAKTER ANAK AUTIS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN PARTISIPASI DALAM DESAIN INTERIOR RUANG TERAPI PERILAKU ANAK AUTIS

KONSEP DESAIN PARTISIPASI DALAM DESAIN INTERIOR RUANG TERAPI PERILAKU ANAK AUTIS KONSEP DESAIN PARTISIPASI DALAM DESAIN INTERIOR RUANG TERAPI PERILAKU ANAK AUTIS Sriti Mayang Sari Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya Email: sriti@petra.ac.id

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dan informasi dalam ilmu kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama

Lebih terperinci

Keywords: Accessible Design, circulation, public spaces, wheelchair users

Keywords: Accessible Design, circulation, public spaces, wheelchair users ABSTRAK Dalam laporan penelitian ini, terdapat masalah accessible design untuk pengguna kursi roda dalam hal melakukan aktifitas pada Mal Bandung Supermal yang berada di jalan Gatot Subroto, Bandung. Pengguna

Lebih terperinci

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Lindawati : Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat : 105 halaman ABSTRAK Perkembangan kota Jakarta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Peningkatan kualitas hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

PEMENUHAN ASPEK KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN PADA LINGKUNGAN PUSAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PEMENUHAN ASPEK KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN PADA LINGKUNGAN PUSAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PEMENUHAN ASPEK KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN PADA LINGKUNGAN PUSAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Wilujeng Werdi Astuti, Triandriani Mustikawati, Haru Agus Razziati Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

Lebih terperinci

KANTOR IMIGRASI KELAS 1 SEMARANG

KANTOR IMIGRASI KELAS 1 SEMARANG KANTOR IMIGRASI KELAS 1 SEMARANG Oleh: Bitania Dyah Mustikaningrum, Abdul Malik, Sri Hartuti Wahyuningrum Sebagai pusat perdagangan, industri, serta sebagai pintu gerbang perekonomian Jawa Tengah, Semarang

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita BAB III METODE PERANCANGAN Perancangan merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan, dan tahapan tersebut memburtuhkan proses dalam jangka waktu yang tidak singkat. Menurut Booker perancangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir

Lebih terperinci

Minggu 2 STUDI BANDING

Minggu 2 STUDI BANDING 1 Minggu 2 STUDI BANDING TUJUAN Tujuan dari Studi Banding adalah belajar dari karya-karya arsitektur terdahulu menganalisis dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya. Dalam mata kuliah Perancangan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABLE i ii iii iv v vi vii viii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN SMA NEGERI 1 SERIRIT

BAB II TINJAUAN SMA NEGERI 1 SERIRIT BAB II TINJAUAN SMA NEGERI 1 SERIRIT Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan terhadap objek redesain yang akan dilakukan yaitu sekolah SMA Negeri 1 Seririt. Tinjauan dilakukan dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK

SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK Djoni Setiawan K. Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung djoni.sk@eng.maranatha.edu,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Telkomsel merupakan operator GSM terbesar di Indonesia dengan pimpinan area 1 yang terletak di kota medan sampai saat ini belum memiliki gedung kantor milik sendiri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Penyandang Cacat Sejalannya dengan perkembangan zaman, bangunan-bangunan yang ada sekarang ini banyak yang dirancang tanpa memperhatikan keberadaan penyandang

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi industri dan perdagangan merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP LINGKUNGAN SEKITAR DAN DALAM TAPAK 5.1.1. Konsep Ruang Luar Jalan bulungan adalah daerah yang selalu ramai karena adanya area komersil seperti Blok M Plaza, maka dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola adalah salah satu cabang olang raga yang sangat popular di seluruh dunia, hampir jutaan orang disetiap penjuru dunia turut mengambil bagian dalam dunia persepakbolaan

Lebih terperinci

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Received: March 2017 Accepted: March 2017 Published: April2017 Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Indah Sari Zulfiana 1* 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN. Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN. Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk. BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN 5. Lokasi Lokasi Luas lahan : Jalan Tamansari, Bandung : ± 2.5 Ha Batas Batas : Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan sekarang ini adalah masalah besar jika kita mengingat populasi penduduk yang terus bertambah, terutama di ibukota kita ini DKI Jakarta. Semakin

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Saat ini Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang lebih dikenal dengan nama autisme, telah merebak menjadi permasalahan yang menakutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua hal yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan. Artinya pendidikan diselenggarakan dalam

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR Ricky Suriyanto, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan no.9 Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vespa adalah sebuah kendaraan yang memiliki daya tarik tersendiri dari bentuknya yang khas. Vespa juga memiliki salah satu inspirasi bagi perkembangan teknologi transportasi

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG TPI (Tempat Pelelangan Ikan) merupakan suatu tempat yang mewadahi aktivitas nelayan melakukan lelang (transaksi jual beli) ikan hasil tangkapan dari laut kepada para

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa PENGENALAN OBJEK LATAR BELAKANG PEMILIHAN OBJEK Perkembangan dunia mode yang begitu pesat, kompetitif dan selalu berubah Mode menjadi salah satu gaya hidup (lifestyle) Antusiasme masyarakat terhadap mode

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA (Arsitektur Perilaku)

TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA (Arsitektur Perilaku) TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA (Arsitektur Perilaku) Almiritia Dalip Rachmat Prijadi Hendriek H. Karongkong ABSTRAK Perkembangan pembangunan bidang transportasi laut yang semakin pesat dewasa

Lebih terperinci