PENGGUNAAN INERT GAS SYSTEM PADA KAPAL TANKER. Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN INERT GAS SYSTEM PADA KAPAL TANKER. Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN INERT GAS SYSTEM PADA KAPAL TANKER Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Inert Gas System adalah untuk mempertahankan kadar oxygen yang rendah dalam tanki sehingga tidak memungkinkan timbulnya kebakaran. Purging pada Tanki-tanki muatan yang kosong dengan maksud menggantikan campuran hydrocarbon gas dengan Inert Gas agar bisa mengurangi konsentrasi atau kadar hydrocarbon dibawah garis yang disebut Critical dilution. Kalau sampai ada udara segar menyelinap masuk kedalam tanki tersebut maka kondisi atmosfir dalam tanki akan segera masuk dalam kantong dimana campuran ini dapat terbakar atau meledak. Pada umumnya Inert Gas Plants menggunakan gas buang atau Flue Gases dari Boiler atau Boiler Bantu yang khusus dipasang untuk IGS saja, karena kadar oxygen dalam Gas buang dari Boiler cukup rendah. Jadi Inert Gas System adalah suatu alat atau sistim dengan memasukkan Gas Inert atau lembab, yang biasanya dari Gas Buang Boiler kedalam Tanki muatan untuk mendesak udara terutama oxygen keluar dari dalam Tanki, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran atau ledakan dalam Tanki-tanki muatan tersebut. PENDAHULUAN Salah satu sumbangan yang paling besar dalam meningkatkan Keselamatan Kerja diatas Kapal Tanker selama 20 tahun terakhir ini adalah pemakaian dari Inert Gas System. Keuntungan dari sistim ini adalah mencegah terjadinya kebakaran maupun ledakan pada daerah ruang muatan atau cargo spaces dari Kapal Tanker, sudah diakui secara luas didunia sekarang ini. Penggunaan flue gas atau gas buang dari boiler untuk membuat lembab atau Inert atmosfir dalam tanki muatan bukanlah merupakan konsep baru. Pertama-tama sistim ini digunakan pada kapal-kapal Tanker di Amerika Serikat sejak tahun Dengan bermacam-macam alasan sistim ini dilupakan atau ditinggalkan selama beberapa tahun. Perusahaan Sun Oil di Philadelphia adalah yang pertamakali menggunakan sistim ini sebagai alat keselamatan pada kapal-kapal Tanker mereka pada tahun 1932, karena sebelumnya telah terjadi ledakan besar pada salah satu kapalnya. Sistim yang mereka ciptakan waktu itu begitu sederhana namun terbukti sangat berhasil. Kapal Tanker Product Carrier yang mengangkut minyak putih mulai dilengkapi dengan Inert Gas System sejak tahun Karena kompleksnya cara pengoperasian kapal-kapal jenis ini dan diperlukan untuk mengangkut beberapa macam atau grade minyak dalam waktu yang bersamaan, beberapa kesulitan diperkirakan akan timbul. Tapi kenyataannya kesulitan-kesulitan yang dimaksud jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan dan kesederhanaan dari sistim ini dapat dipertahankan. Sesuai Konperensi IMCO bulan Februari 1978 mengenai Tanker Safety and Pollution Prevention telah dikeluarkan petunjuk-petunjuk pelaksanaan mengenai Penambahan Regulation 62 Chapter II 2 dari SOLAS Convention 1974 dengan menekankan pelaksanaan penggunaan Inert Gas System (IGS) dan ketentuan-ketentuan yang diperlukan guna pelaksanaan sistim tersebut dengan mempertahankan Standard yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada. Petunjuk-petunjuk pelaksanaan ini dimintakan pada semua Badan Pemerintah dari Anggauta IMCO untuk membantu IMCO dalam pelaksanaan pemasangan IGS agar direncanakan, dibangun dan dipasang diatas kapal sesuai ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan serta prosedur-prosedur pemakaiannya (procedure operation) yang sesuai, pada setiap kapal yang berlayar dengan menggunakan bendera dari Negara-negara yang bersangkutan (anggauta IMCO). MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan utama dari pemasangan Inert Gas System (IGS) pada kapal-kapal tersebut diatas adalah : 1. Untuk mencegah bahaya kebakaran atau meledaknya. Tanki-tanki muatan kapal seperti yang sudah terjadi beberapa kali selama tahun-tahun terakhir ini, terutama sejak adanya kapal-kapal Tanker raksasa atau yang disebut VLCC. Dimana bukan saja kapal dan muatan yang hilang, merusak lingkungan hidup akibat Pollusi dari minyak yang tumpah dari kapal, tetapi bahkan banyak

2 menimbulkan korban manusia, suatu contoh meledaknya M.T. BETEL GEUSE di Irlandia milik Perancis pada tanggal 8 Januari 1979 yang mengakibatkan 50 orang meninggal dunia. 2. Seperti pengalaman yang sudah-sudah bahwa waktu yang paling berbahaya dan sering terjadi kecelakaan selama kapal Tanker beroperasi adalah sewaktu: a. Tank Cleaning untuk keperluan Clean Ballast atau Perbaikan. b. Loading atau Discharge dari Cargo Sebab itu perlu dicarikan jalan untuk mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan pada saat operasi demikian dengan jalan menghilangkan kemungkinan terjadinya ledakan atau kebakaran. 3. Kebakaran baru bisa terjadi kalau memenuhi persyaratan Segi Tiga Api atau Fire Triangle yakni: a. Source of Ignition asal dari percikan api. b. Fuel dalam hal ini Hydrocarbon yang memenuhi persyaratan. c. Oxygen yang cukup untuk dapat menimbulkan kebakaran. Kalau salah satu dari ketiga unsur tersebut diatas tidak ada atau tidak memenuhi persyaratan jumlah atau kadarnya, maka tidak akan terjadi kebakaran. Pengalaman telah menunjukkan bahwa manusia telah berusaha untuk mengusahakan Source of Ignition agar dihilangkan dari Fire Triangle dalam pengoperasian Tanker namun tidak pernah berhasil. Dan pengalaman-pengalaman pahit telah dijumpai selama ini terutama selama transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin meningkat, kehilangan kapal, muatan, pencemaran lingkungan hidup bahkan korban manusia sering terjadi. Itulah sebabnya oleh Badan International yang terdapat dalam PBB seperti IMCO dikeluarkan peraturan-peraturan yang harus berlaku secara Internasional (pada Negara-Negara Anggauta IMCO) yang terkenal dengan nama, 1978 Tanker Safety and Pollution Prevention atau biasa disebut TSPP Peraturan-peraturan ini antara lain mengenai pemasangan Inert Gas System (IGS) pada kapal-kapal Tanker seperti yang disebutkan diatas. Jadi maksud dan tujuan utama dari Inert Gas System ini adalah : 1. Untuk mengontrol Atmosfir dalam Tanki muatan guna mencegah bahaya ledakan dan kebakaran. 2. Untuk melindungi kapal, Instalasi-instalasi di Darat dan Pelabuhan serta orang-orang atau personil yang mengoperasikan kapal dan instalasi-instalasi tersebut. 3. Dengan sendirinya kapal dapat naik Dock untuk perbaikan dalam keadaan darurat tanpa perlu membongkar muatannya dan Tank Cleaning lebih dahulu. 4. Membantu memperlancar pembongkaran muatan karena dengan adanya tekanan positif dari Insert Gas dalam Tanki muatan selama Inert Gas digunakan, berarti mengurangi waktu untuk bongkar muatan dipelabuhan. Inert Gas System (IGS) yang digunakan dalam hal ini adalah campuran gas-gas yang diambul dari gas buang Ketel Uap (Boiler Flue Gas), yang mengandung kadar Oxygen yang rendah sehingga tidak dapat membantu timbulnya kebakaran (ignition). Jadi dengan Inert Gas System (IGS) pada Cargo Oil Tanks, ledakan atau kebakaran dalam Tanki dapat dihindari karena : a. Kadar Oxygen dalam gas tersebut rendah. b. Dengan memasukkan IGS tersebut dalam Tanki yang kosong atau sedang dicuci (Tank Cleaning) dengan sedikit tekanan akan dapat mendesak Hydrocarbon gas dari dalam Tanki sampai dibawah apa yang disebut : Lower Flammable Limit. Seperti yang terlihat pada gambar Flammability Diagram. Untuk lebih jelasnya lihat Diagram Flammability Chart pada gambar. Nyala api tidak akan terjadi kalau campuran Oxygen dan gas Hydrocarbon (Fuel) tidak terdapat dalam daerah Flammable atau Explosive. Bagian terbawah dari daerah atau range ini disebut Lower Flammable atau LFL. Kalau konsentrasi kadar gas Hydrocarbon dibawah batas ini tidak akan dapat menimbulkan kebakaran dan keadaan ini disebut Too lean atau konsentrasi gas terlalu rendah untuk bisa terbakar. Batas teratas disebut Upper Flammable atau UFL. Demikian juga kalau konsentrasi gas Hydrocarbon di atas batas ini maka juga tidak dapat menimbulkan kebakaran dan keadaan ini disebut Too Rich atau konsentrasi gas terlalu tinggi untuk bisa terbakar. Flammable Limit untuk as Hydrocarbon dari bermacam-macam jenis minyak atau petrolium berbeda-beda tapi sesuai pengalaman, batas tersebut antara 1 ½% sampai 10% Hydrocarbon gas by

3 volume. Sebagai gambaran berikut ini diberikan batas-batas terbakar dari uap BBM dalam udara sebagaimana Tabel 1. Tabel 1. Batas terbakar dari Uap-Uap Bahan Bakar minyak dalam udara Hydrocarbon % dari Volume batas yang dapat terbakar Methane Ethane Propane Butane Pentane Hexane Lower Upper 5,3 14,0 3,0 12,5 2,2 9,5 1,9 8,5 1,2 7,8 2,4 7,5 H 2S 4,3 45,0 Tabel 2. Komponen dan Batas-batas yang dapat terbakar Dari campuran-campuran Hydrocarbon Membongkar Muatan Mencuci Muatan Hydrocarbon Methane Ethane Propane Butane Pentane Hexane Bawah Atas Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah % Volume atas dasar udara bebas Volume Dalam Udara 2,6 2,4 1,9 1,8 10,6 10,0 8,9 8,7 Kadar Oxygen dalam udara segar adalah 21 % dan kalau kadar Oxygen dikurangi dibawah 10 % (lihat Diagram) maka sudah tidak cukup untuk menimbulkan nyala api (Ignition). Sebab itu untuk menjadikan Tanki Cargo jadi Inerted atau lembam harus dimasukkan Inert Gas kedalam. Tanki tersebut sampai dibawah batas kadar Oxygen yang dapat membantu menimbulkan Ignition yang bisa menimbulkan kebakaran atau ledakan. Karena itu diambul batas yang aman dimana Tanki Cargo disesbut Inerted kalau kadar Oxygen dibawah 8% by volume. Untuk mendapatkan campuran gas Hydrocarbon dan udara tidak menimbulkan Ignition maka satu-satunya jalan adalah mengurangi kadar Hydrocarbon di bawah batas Critical Dilution Line (lihat Diagram). Pada keadaan ini maka walaupun ditambah dengan udara segar (O 2 ) tidak akan sampai melalui Flammable Range sampai kadar Oxygen menjadi 21% by volume. Proses ini disebut gas free for entry the Tank yakni proses pembebasan tanki dari gas Hydrocarbon untuk dapat dimasuki, guna pemeriksaan.

4 Gambar 1. Diagram Flammability c. Pelaksanaan Petunjuk-petunjuk atau guide lines ini adalah merupakan pelaporan yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan/pemasangan pemakaian dari Inert Gas System (IGS) pada kapal-kapal Tanker sebagai berikut : Ringkasan dari peraturan IMCO - TSPP yang berlaku untuk Tanker Tanker Bangunan Baru Peralatan yang Diperlukan Batas Tonnage Crude Product SBT PL. COW & IGS SBT & PL IGS Keterangan: Yang dimaksud Tanker bangunan baru adalah sebagai berikut : 1. Building Contract - Juni Kell Laying - Januari Delivery - Juni Tonnes dw Tabel 3. Persyaratan Peralatan, Batas Tonnage dan Batas Waktu untuk Existing Tanker Existing Tanker Peralatan yang Dibutuhkan Batas Tonnage Target Date

5 Crude Product SBT or CBT and COW SBT or COW I G S SBT or CBT I G S Tonnes dw with fixed high capacity washing machines Tonnes dw with fixed high capacity washing machines June 1981 June 1985 June 1981 June 1981 June 1981 Keterangan : S B T : Segregated Ballast Tank C B T : Clean Ballast Tank P L : Protective Location of Segregated Ballast Tank COW : Crude Oil Washing IGS : Inert Gas System PRINSIP-PRINSIP DARI INERT GAS SYSTEM Ledakan tidak akan terjadi pada tanki muatan kapal Tanker yang telah lembam atau Inerted dengan baik, umpamanya pada waktu terjadi tabrakan. Jadi kerusakan akibat kebakaran dapat dihindari seminimum mungkin. Penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Flammability diagram. Kantong yang diarsir dalam gambar tersebut menunjukkan dimana prosentase Hydrocarbon dan Oxygen sedemikian rupa sehingga campuran tersebut dapat terbakar atau meledak kalau ada sumber api atau Ignition. Di luar daerah kantong tersebut atmosfir atau campuran-campuran gas tidak akan terbakar karena : Hydrocarbon konsentrasinya terlalu tinggi atau, Hydrocarbon konsentrasinya terlalu rendah atau, Oxygen konsentrasinya terlalu rendah. Jadi prinsip dari Inert Gas System adalah untuk mempertahankan kadar oxygen yang rendah dalam tanki sehingga tidak memungkinkan timbulnya kebakaran. Purging pada Tanki-tanki muatan yang kosong dengan maksud menggantikan campuran hydrocarbon gas dengan Inert Gas agar bisa mengurangi konsentrasi atau kadar hydrocarbon dibawah garis yang disebut Critical dilution. Kalau sampai ada udara segar menyelinap masuk kedalam tanki tersebut maka kondisi atmosfir dalam tanki akan segera masuk dalam kantong dimana campuran ini dapat terbakar atau meledak. Pada umumnya Inert Gas Plants menggunakan gas buang atau Flue Gases dari Boiler atau Boiler Bantu yang khusus dipasang untuk IGS saja, karena kadar oxygen dalam Gas buang dari Boiler cukup rendah. Jadi Inert Gas System adalah suatu alat atau sistim dengan memasukkan Gas Inert atau lembab, yang biasanya dari Gas Buang Boiler kedalam Tanki muatan untuk mendesak udara terutama oxygen keluar dari dalam Tanki, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran atau ledakan dalam Tankitanki muatan tersebut. Sebagai gambaran, berikut adalah komposisi dari gas buang tersebut : 1. Carbon dioxide (CO 2) - kadarnya 12 % - 14 ½ % 2. Oxygen (O 2) - kadarnya 2 ½% - 4 ½% 3. Sulphur dioxide (SO 2) - kadarnya 0,02% - 0,03% 4. Nitrogen (N 2) - kadarnya 77%

6 METODE UNTUK MEMASUKKAN INERT GAS SYSTEM (IGS) DALAM TANKI MUATAN (GAS REPLACEMENT) Ada tiga macam cara yang dapat dilakukan untuk penggantian Atmosfir dalam Tanki yaitu : 1. Inerting : Kadar O 2 dalam Tanki dikurangi dengan jalan memasukkan gas lembam atau Inert Gas kedalam Tanki. 2. Purging : Mengurangi kadar gas Hydrocarbon dalam Tanki dengan memasukkan lagi Inert Gas untuk mendesak keluar Gas Hydrocarbon. 3. Gas Freeing : Dengan mengeluarkan campuran-campuran gas tersebut diatas yakni Inert Gas dan gas Hydrocarbon dengan memasukkan udara segar dengan Ventilasi. Untuk penggantian Atmosfir dalam Tanki ada 2 (dua) cara yang dapat dipakai yaitu : 1. Dilution dengan cara mencampur atau mixing process. 2. Displacement dengan proses penggantian secara teratur yakni dengan mendesak gas secara teratur keluar dari Tanki. 1. Dilution process Yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah Inert Gas yang dimasukkan dalam Tanki harus dengan kecepatan tinggi sehingga dapat mencapai dasar dari Tanki untuk mendesak keluar gas Hydrocarbon. Dengan cara ini akan terjadi campuran gas yang akhirnya campuran-campuran gas tersebut terdesak keluar dengan masuknya Inert Gas lebih banyak. Jadi perlu diperhatikan mengenai kemampuan dari instalasi Inert Gas yang diperlukan. Gambar 2. Dilution Process 2. Displacement Gas Inert yang dimasukkan dalam COT, dimasukkan secara horizontal sehingga gas yang lebih berat dalam COT akan terdesak ke dasar Tanki kemudian secara teratur keluar dari pipa (biasanya Purging pipe, lihat gambar), sampai COT terisi semua dengan Inert Gas. Cara ini memerlukan kecepatan Inert Gas masuk dalam Tanki relatif lebih rendah. Sebab itu perlu diyakini bahwa instalasi yang dipergunakan dapat mengatur penggantian gas secara teratur pada seluruh bagian dari COT.

7 Gambar 3. Displacement procces KONTROL ATMOSFIR DALAM TANKI MUATAN Tankers yang dilengkapi dengan Inert Gas System (IGS), Tanki-tanki muatannya harus tetap dalam keadaan Inerted selama beroperasi dimana: 1. Tanki muatan dan Slop Tanks apakah berisi Cargo, air balas atau sisa-sisa Cargo. Kadar Oxygen harus selalu dipertahankan dibawah 8% by Volume dengan tekanan yang selalu positip dalam Tanki. 2. Atmosfir dalam Tanki akan berobah (transisi) dari Inert Condition ke Gas Free Condition tanpa melalui daerah Flammable Condition. Jadi dalam pelaksanaannya sebelum Tanki tersebut diventilasi dengan udara segar untuk Gas Free harus dimasukkan Inert Gas sampai kadar gas Hydrocarbon dalam Tanki berada dibawah Critical Dilution Line ini yang dinamakan Purging. 3. Kalau kapal atau Tanki dalam keadaan Gas Free sebelum dimuati muatan, harus diisi Inert Gas (Inerted) lebih dahulu. Jadi untuk mempertahankan COT (Tanki) dalam kondisi Non Flammable maka Inert Gas Plant diperlukan sewaktu: a. Memuat muatan atau Ballasting. Inert Gas dihentikan atau diresirkulasi di daerah Kamar Mesin. Deck Master Valve untuk Inert Gas ditutup dan Mast Safety Valve, untuk Inert Gas di atas Deck dibuka. Kalau sudah selesai memuat atau Ballasting, Inert Gas dimasukkan lagi dalam Tanki bagian atas yang kosong (Ullage Area) untuk mengembalikan tekanan yang positip dalam Tanki. Hal ini tidak akan memungkinkan udara segar masuk dalam Tanki. Disamping itu Mast Riser ditutup setelah selesai memuat muatan. b. Membongkar muatan Inert Gas dijalankan, Deck Master Valve dibuka, Mast Riser ditutup dan Inert Gas pressure (tekanan) serta kadar Oxygen tetap dimonitor dengan alasan : 1). Untuk mencegah jangan sampai ada udara (Oxygen) masuk dalam Tanki. 2). Untuk mempertahankan agar Atmosfir dalam Tanki tetap pada daerah Non Flammable Area. Gas membantu muatan tertekan kebawah sehingga memudahkan bagi Pompa muatan atau Cargo Pump untuk memompa (Increased Head Pressure). c. Gas Freeing atau Pembebasan gas Kalau dalam pelaksanaan Gas Free sukar untuk melaksanakan seluruh Tanki sekaligus. Sebab itu perlu dipertahankan untuk mengisolasi Tanki yang sedang Gas Free dari Tanki yang lain terutama sistim ventilasinya. Tanki yang akan Gas Free harus dimasukan Inert Gas untuk mengurangi kadar Hydrocarbon dengan cara Purging System sampai kadarnya dibawah 2% by volume dibawah Critical Dilution Line sesuai Diagram, sehingga tidak akan melalui Fiammable Area kalau udara segar (O 2) sedang dimasukkan dalam Tanki dengan Ventilasi (lihat Diagram). d. Komponen-komponen utama yang digunakan Dalam merencanakan dan meletakkan alat-alat komponen ini yang pertama-tama harus diperhatikan adalah hubungan antara apa yang disebut di kapal-kapal Tanker Non Hazardous

8 Area yakni daerah yang tidak begitu berbahaya, dan Hazardous Area adalah daerah Cargo Pump Room dan Cargo Tank dimana pada daerah ini potensi bahaya sangat tinggi. Jadi jangan sampai alat-alat tersebut salah peletakkannya sehingga membahayakan, umpama sebagai akibat dari kebocoran dan lain-lain. Hal lain yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu system apalagi yang menyangkut keselamatan adalah bahwa system tersebut harus: 1). Sederhana dan tidak rumit atau disebut Simplicity 2). Dapat berfungsi dengan baik dan sempurna atau disebut Reability. 3). Mudah untuk perbaikannya dan perawatannya atau disebut Maintainability. DISAIN DAN FUNGSI DARI ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SUMBER INERT GAS. 1. Boiler Utama atau Boiler Bantu Yang digunakan sebagai sumber dari Inert Gas adalah gas buang dari Boiler atau Aux Boiler yang dialirkan kedalam Tanki melalui pipa atau sistim setelah didinginkan dan dibersihkan. Alasan utama menggunakan gas buang dari Boiler: a. Kadar Oxygen dalam gas tersebut cukup rendah. Kalau Boiler terpelihara baik dan pembakaran cukup sempurna maka akan didapatkan kadar O2 dalam gas sekitar 3%-4% dan bisa turun sampai 2%. b. Pemakaian Inert Gas pada waktu kapal sedang memuat, membongkar muatan, sambill Oil Washing dan Ballasting dimana pada waktu itu umumnya kapal berada di Pelabuhan, dimana Boiler dijalankan untuk pemompaan sedangkan Mesin Penggerak utama kapal tidak dijalankan. Selanjutnya sebelum kita membicarakan fungsi dan alat-alat yang digunakan sebaiknya ditinjau lebih dahulu gas atau zat-zat apa yang terdapat gas buang dari Boiler, yang digunakan sebagai Inert Gas : 1). N2 77% by Volume dan sifatnya Inert. Gas ini tidak mempengaruhi kondisi Atmosfir dalam Tanki nanti. Jadi tidak perlu dikhawatirkan. 2). CO2-(Carbon dioxyda) 13% by Volume sifatnya Inert dan Toxic (beracun). Gas ini juga tidak perlu diragukan karena walaupun beracun, hanya dimasukkan dalam Tanki dan yang penting tidak akan membantu adanya Combustion dan menimbulkan karat. 3). H2O 5% by Volume. Sifatnya Inert bisa diterima apa lagi kadarnya cukup rendah. 4). O2 4% by Volume. Sudah jauh dibawah batas Flammable, bisa diterima. 5). SO2 0,3% Sifatnya Carrosive dan Toxic Gas ini perlu sedapat mungkin dikeluarkan dari Inert Gas karena sifatnya yang Carrosive atau menyebabkan karat. 6). NOX 0,04%. Sifatnya Toxic tapi bisa diabaikan karena kadarnya rendah. 7). CO-0,1% Juga Toxic tapi kadarnya rendah maka bisa diabaikan. 8). Kotoran-kotoran dan Abu (Shoot and Ash) 150 MG/M3. Barang-barang (Zat) ini juga tidak bisa diterima kehadirannya dalam Inert Gas karena kotor dan akan menyumbat system. Jadi sedapat mungkin dikeluarkan. 9). Dan yang terakhir temperatur gas buang Boiler C terlalu tinggi, jadi perlu didinginkan lebih dahulu sebelum digunakan sebagai Inert Gas dalam Tanki muatan. Jadi yang penting untuk dikeluarkan dari Inert Gas adalah Gas SO2 Soot and Ash dan temperatur gas diturunkan. Gas Sulphur Dioxyde (SO2) harus dapat dikeluarkan dari Inert Gas paling kurang 90%. Karena gas ini larut dalam air maka untuk mengeluarkannya Flue Gas dari Boiler dialirkan melalui air sambil mendingkan atau menurunkan temperatur dari Flue Gas tersebut. 2. Inert Gas Generator Disamping Boiler Utama atau Boiler Bantu kapal yang digunakan sebagai sumber Flue Gas untuk memproduksi Inert Gas juga oleh pabrik pembuat IGS dibuat pula spesial sumber Inert Gas yang disebut Inert Gas Generator. Salah satu contoh dari Inert Gas Generator yang dibuat oleh Kashiwa Peabody Holmes dengan kapasitas antara 100 s/d N m3/jam dan tekanan keluar 0,14 kg/cm2 sampai dengan 0,9 kg/cm. Bahan bakar yang digunakan adalah minyak, dari minyak berat sampai minyak yang lebih ringan. Hampir seperti cara pembakaran pada broiler biasa, minyak untuk bahan bakar dipompa dari Tanki Bahan Bakar dengan Pompa yang digerakkan oleh listrik melalui filter dan pengatur tekanan terus ke Pilot Burner dan Main Burner atau Pembakar Utama. Disamping itu udara yang dibutuhkan untuk

9 pembakaran dimasukkan dengan kipas angin positip yang juga dijalankan oleh tenaga listrik. Bahan bakar minyak dan udara tercampur dengan perbandingan yang sesuai dibagian atas dari ruang pembakaran dimana di tempat tersebut terjadi pembakaran secara otomatis. Api pembakaran akan turun kebawah dan gas yang diroduksi akan mengalir ke samping terus keatas melalui media pendingin air yang terdapat sekeliling ruang pembakaran tersebut. Iner Gas ini akan didinginkan dcara kontak langsung dengan air. Air ini juga akan mendinginkan dinding Ruang Pembakaran dan sangat membantu untuk menghindari jangan sampai banyak gas Sulphur terbentuk pada waktu pembakaran sebab itu untuk keperluan kapalkapal Tanker dimana air pendingin ini digunakan air laut maka dinding dari Ruang Pembakaran atau Combustion Chamber dan dinding luarnya harus terbuat dari bahan yang tahan karat untuk melindungi dari akibat-akibat yang disebabkan oleh air laut yang hangat disekelilingnya. Salah satu keuntungan utama dari Inert Gas Generator seperti ini dengan konstruksi Vertical Type adalah bahwa pembangkit atau pembuat Inert Gas ini sudah dibuat dalam satu disain atau satu badan dimana Gas yang diproduksikan langsung bisa didinginkan dan dibersihkan dari Sulphur dan kotoran-kotoran lainnya. Inert Gas yang dihasilkan cukup baik dan sesuai dengan yang dikehendaki sebagai pencegah ledakan atau kebakaran dalam tanki muatan. Analysa dari IG yang dihasilkan sebagai berikut : Carbon dioxida (CO2) - 15% maximum Carbon monoxide - 0,01 % Hydrogen - 0,01 % Oxygen (O2) - 0,5 % maximum Sulphur dioxide (SO2) kira-kira tinggal 10 ppm Sisanya Nitrogen dan gas-gas lainnya. KESIMPULAN Perencanaan, pelaksanaan pemasangan dan Pemeliharaan yang cermat dari peralatan Inert Gas System diatas kapal kapal tanker merupakan langkah-langkah yang paling penting untuk menjamin terhindarnya ruangan muatan kapal-kapal tanker dari ledakan atau terbakar. Keuntungan dari jaminan ini baru dapat tercapai jika personil yang bertanggung jawab atas pengoperasian alat-alat tersebut mempunyai pengetahuan aspek teknologi dan keselamatan, serta terlatih dengan design yang benar sesuai dengan peraturan-peraturan, pemeliharaan yang sesuai dengan pengoperasian yang sesuai dengan petunjuk.oleh karena itu sangat dibutuhkan pendidikan secara kontinyu terutama latihan pada setiap personil yang terlibat dalam kegiatan ini, baik managemen di darat maupun personil laut yang langsung mengoperasikan alat - alat ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Diklat Perhubungan Laut, 2000, Inert Gas System. Balai Pendidikan Latihan Pelayaran, 1991, Pemadaman Kebakaran, Semarang Balai Pendidikan Latihan Pelayaran, 1994, Peraturan-peraturan dan Keselamatan Kerja, Semarang Pieter Batti. Ir, 1983, Inert Gas System dan Crude Oil Washing, PT Roda Pelita Tanker Safety Lloyd Registerof Shipping, London.

PEMBILASAN DENGAN MINYAK MENTAH PADA KAPAL. Prasetya Sigit Santosa. Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK

PEMBILASAN DENGAN MINYAK MENTAH PADA KAPAL. Prasetya Sigit Santosa. Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK PEMBILASAN DENGAN MINYAK MENTAH PADA KAPAL Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Pembilasan dengan minyak mentah pada kapal adalah sistim yang menggunakan Crude

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

INERT GAS SYSTEM KAPAL MOTOR TANKER GANDINI

INERT GAS SYSTEM KAPAL MOTOR TANKER GANDINI ISSN 2338-8102 INERT GAS SYSTEM KAPAL MOTOR TANKER GANDINI Sri Endah Susilowati FT - Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta E-mail: sriendah.susilowati@yahoo.com Abstrak: Semua kapal tanker diharuskan dilengkapi

Lebih terperinci

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas Di dalam proses produksi migas (minyak dan gas), ada beberapa kejadiaan merugikan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam keselamatan. Jika tidak ditangani dengan baik, kejadian tersebut bisa mengarah

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI GAS MEDlS RUMAH SAKlT

PEDOMAN INSTALASI GAS MEDlS RUMAH SAKlT PEDOMAN INSTALASI GAS MEDlS RUMAH SAKlT DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDlK DIREKTORAT INSTALAS1 MEDlK 1994 KATA PENGANTAR Sebagaimana diketahui bersama bahwa gas medis banyak

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENDAHULUAN DATA KASUS KEBAKARAN Tahun 1990-1996 Jumlah kejadian : 2033 kasus 80% kasus di tempat kerja 20% kasus bukan di tempat kerja Tahun 1997-2001 Jumlah kejadian : 1121 kasus

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM I. UMUM Angkutan laut sebagai salah satu moda transportasi, selain memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

Technical Information

Technical Information Technical Information No. : 079 2016 19 Desember 2016 Kepada : Semua Pihak yang Berkepentingan Perihal : Instrumen Wajib IMO yang mulai berlaku pada Ringkasan Informasi Teknik ini berisi informasi mengenai

Lebih terperinci

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi

Lebih terperinci

Overview of Existing SNIs for Refrigerant

Overview of Existing SNIs for Refrigerant One day Seminar on Energy Efficient Machinery for Building 19 Mei 2016 Bromo Room, Gedung Pusat Niaga, 6th Floor JAKARTA INTERNATIONAL EXPO, KEMAYORAN Overview of Existing SNIs for Refrigerant Ari D. Pasek

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

BAB VI PENATAAN PIPA BAHAN BAKAR MFO UNTUK MAIN DIESEL

BAB VI PENATAAN PIPA BAHAN BAKAR MFO UNTUK MAIN DIESEL BAB VI PENATAAN PIPA BAHAN BAKAR MFO UNTUK MAIN DIESEL 1. Pendahuluan Untuk bahan bakar diesel perkapalan kita mengenal a. Marine Gas Oil (MGO) b. Marine Diesel Oil (MDO) c. Marine Fuel Oil (MFO) d. Marine

Lebih terperinci

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL Menurut Undang-Undang No.17 thn 2008 kelaik lautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan: a. Keselamatan kapal. b. Pencegahan pencemaran perairan dari kapal c.

Lebih terperinci

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5448 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERANCANGAN TEKNIS Penelitian kasus penanganan gas buang yang telah dilakukan dari aspek teknis mempunyai beberapa hasil yang dapat diperhatikan secara seksama. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1115, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pencemaran Lingkungan. Maritim. Pencegahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2. 1 Sistem Pengapian Sistem pengapian sangat berpengaruh pada suatu kendaraan bermotor, karena berfungsi untuk mengatur proses pembakaran campuran antara bensin dan udara di dalam ruang

Lebih terperinci

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki Mobil Hijau Mobil Hijau? Jangan salah sangka dulu! Mobil-mobil masa depan ini disebut Mobil Hijau bukan karena warnanya. Justru warna mobil-mobil ini bermacam-macam, bukan hanya hijau. Mobil ini disebut

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Bab 5 Hazardous Area LINGKUNGAN BERBAHAYA. Standard USA Standard Eropa Cara Mengklasifikasi Contoh Kejadian

Bab 5 Hazardous Area LINGKUNGAN BERBAHAYA. Standard USA Standard Eropa Cara Mengklasifikasi Contoh Kejadian Bab 5 Hazardous Area LINGKUNGAN BERBAHAYA Standard USA Standard Eropa Cara Mengklasifikasi Contoh Kejadian HAZARDOUS LOCATIONS Lokasi Berbahaya adalah Lokasi ( ditentukan dalam Plot Plan) Yang mengandung

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

Gas dan Debu. Pada Tambang Bawah Tanah

Gas dan Debu. Pada Tambang Bawah Tanah Gas dan Debu Pada Tambang Bawah Tanah Nama : Gilas Amartha Abieyoga Nim/kelas : 03121402081 / A ABSTRAK Usaha pertambangan adalah kegiatan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN KAPAL UNTUK PENERBITAN DOKUMEN OTORISASI PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 272, 2015 KEMENHUB. Keselamatan Pelayaran. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL

BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL Pesawat bantu terdiri dari dan berbagai peralatan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi mesin bantu di kamar mesin dan mesin bantu, di geladak (dek) atau di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi kelestarian lingkungan laut

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KEBAKARAN. Untuk staf kamar mesin wajib :

BAB II KEBAKARAN. Untuk staf kamar mesin wajib : BAB II KEBAKARAN Kebakaran adalah merupakan bahaya yang sangat besar dalam sebuah kapal apalagi terjadiya kebakaran pada saat sedang dalam pelayaran atau sedang sandar disebuah pelabuhan dan itu pada sebuah

Lebih terperinci

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930; 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 rentang Pemerintahan Daerah; 11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/08 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Dilarang memperbanyak dokumen ini tanpa izin Wakil Manajemen /Pengendali

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun tidak langsung bahanbahan atau energi

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) Pesawat pengubah panas adalah pesawat pesawat yang bekerja atas dasar perpindahan panas dan satu zatke zat yang lain. A. Dapat digolongkan menurut : 1. Pendinginan

Lebih terperinci

Seminar & Workshop Hot Work in Confined Space KMI Banten, 22 & 23 February Ramzy S. Amier PT RADIANT UTAMA INTERINSCO

Seminar & Workshop Hot Work in Confined Space KMI Banten, 22 & 23 February Ramzy S. Amier PT RADIANT UTAMA INTERINSCO Seminar & Workshop Hot Work in Confined Space KMI Banten, 22 & 23 February 2008 Ramzy S. Amier ADALAH RUANG YANG: DIBUAT CUKUP UNTUK ORANG MASUK DAN BEKERJA DIDALAMNYA MEMPUNYAI KETERBATASAN AKSES MASUK

Lebih terperinci

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi 1.1 ISOLASI 1.1.1 Gagal Mengisolasi Sebuah pompa sedang dipreteli untuk perbaikan. Ketika tutupnya dibuka, minyak panas di atas temperatur nyala-otomatis, menyembur dan terbakar. Tiga orang terbunuh, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya tergantung pada sumbernya di dalam bumi, yang pada umumnya merupakan campuran senyawa kimia dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. WIJAYA SAKTI

BAB II GAMBARAN UMUM PT. WIJAYA SAKTI BAB II GAMBARAN UMUM PT. WIJAYA SAKTI 2.1 Sejarah PT. Wijaya Sakti PT. Wijaya Sakti adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang perbaikan kapal laut dan penyedia suku cadang kapal laut. Dengan ditangani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI 4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran Modul Diklat Basic PKP-PK 4.1 Penjelasan bahaya kebakaran (Fire Hazard) 4.1.1 Fire Hazard Timbulnya fire hazard disebabkan adanya 3 unsur yaitu : a. Material yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pengambilan data merupakan ilmu yang mempelajari metodemetode pengambilan data, ilmu tentang bagaimana cara-cara dalam pengambilan data. Dalam bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si.

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. GAS ALAM MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. Oleh: Kelompok 9 Umi Nadhirotul Laili(140331601873) Uswatun Hasanah (140331606108)

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

Reg. II/54.3/19.4 of SOLAS 1974

Reg. II/54.3/19.4 of SOLAS 1974 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN KELAYAKAN KAPAL UNTUK PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

Lebih terperinci

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign) Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign) Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja Contoh Penerapan Pengendalian Visual 5R di Tempat Kerja Label

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PENERBITAN DAN PENGUKUHAN DOKUMEN PENYESUAIAN MANAJEMEN KESELAMATAN (DOCUMENT OF COMPLIANCE/DOC) : SOP-PMKK-0 Tgl Berlaku : 0-0-0 kepada evaluasi kepada Auditor ISM Code Untuk penerbitan DOC pertama. Permohonan.

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Created on: 30.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon

Lebih terperinci

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK Keadaan darurat adalah keadaan dari suatu kejadian kecelakaan tiba-tiba yang memerlukan

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/7 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan ULTRAMID 8202HS BK102-A POLYAMIDE Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th Floor, Ciputra World 1 Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

SISTEM VENTILASI DALAM KAPAL

SISTEM VENTILASI DALAM KAPAL SISTEM VENTILASI DALAM KAPAL Budi Utomo *) Abstract Ventilation in ships is a process substitute dirty air in a hold of ship with fresh air from outside. If means for keep air in compartment always clean

Lebih terperinci

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV Jawaban jawaban dibawah ini tidak mutlak, tidak seperti matematika atau ilmu pasti, semua jawaban dapat berkembang dan dapat diperinci lagi per bagian-bagian

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik sangat mempengaruhi kemajuan dan kelangsungan dari suatu industri. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup pabrik

Lebih terperinci

BAB VII. bahan Papan-papan, balokbalok, tikar, kertas, terpal, sasak, plastik, dan tali.

BAB VII. bahan Papan-papan, balokbalok, tikar, kertas, terpal, sasak, plastik, dan tali. BAB VII PENERAPAN (DUNNAGE) Penerapan Lepas dan Penerapan Tetap Penerapan atau dunnage adalah bahan-bahan yang di dalam kegiatan Pengaturan Muatan (Stowage) dan merupakan bagian yang sangat memegang peranan

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam

TATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.14.09.07.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Kebakaran di FSO. CILACAP/PERMINA SAMUDRA 104 (IMO No. 7378585) Di Sekitar 6 Mil Timur Dari Tanjung Pemancingan Pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BOILER. No Lingkup Pekerjaan Baru ( Sertifikasi ) Lama ( Re-Sertifikasi )

PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BOILER. No Lingkup Pekerjaan Baru ( Sertifikasi ) Lama ( Re-Sertifikasi ) PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BOILER. Pedoman Pemeriksaan / Referensi - Undang-Undang Uap Tahun 930 - Peraturan Uap Tahun 930 - Undang-Undang Nomor 0 Tahun 970 - ASME I Power Boiler 2. Pemeriksaan

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level

Lebih terperinci

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 130 ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT Muhammad Arsyad Habe, A.M. Anzarih, Yosrihard B 1) Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/5 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan ULTRAFORM N2320 0038 Uncolored POLYACETAL Penggunaan: Polimer Perusahaan: PT BASF Indonesia Plaza GRI, 10th & 11th Floor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

JASA PEMBERSIHAN KAPAL TANKER DITINJAU DARI SEGI TEKNIS DAN LINGKUNGAN

JASA PEMBERSIHAN KAPAL TANKER DITINJAU DARI SEGI TEKNIS DAN LINGKUNGAN JASA PEMBERSIHAN KAPAL TANKER DITINJAU DARI SEGI TEKNIS DAN LINGKUNGAN Bambang W. Widodo, H.Hartono,Arlan Syam \ Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam Jl. Batu Aji

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK 116 BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu pertimbangan penting dalam upaya mendirikan suatu pabrik, karena harus dapat memberikan keuntungan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem pemanas dengan prinsip perpindahan panas konveksi, konduksi dan radiasi adalah teknologi yang umum kita jumpai dalam kehidupan seharihari, baik alat pemanas

Lebih terperinci

Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN ITS

Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN ITS Tinjauan Teknis Ekonomis Perbandingan Penggunaan Diesel Engine dan Motor Listrik sebagai Penggerak Cargo Pump pada Kapal Tanker KM Avila. Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci