BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR"

Transkripsi

1 4 BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR 2.1 PETIR Pengertian Petir Petir adalah suatu gejala listrik yang terjadi di atmosfir, yang timbul kalau terjadi banyak kondensasi dari uap air dan ada arus yang naik kuat. Dengan kondensasi, akan timbul titik-titik air, dan titik-titik tersebut dibawa naik oleh arus udara karena titik air yang lebih kecil akan cepat naik dari pada yang besar. Jadi akan terjadi gesekan antara titik-titik air itu. Gesekan ini menimbulkan awan yang bermuatan listrik. Kalau muatannya terus bertambah, lama kelamaan kuat medan antara awan dan bumi menjadi demikian besar maka terjadilah pelepasan muatan terhadap bumi. Makin bertambahnya muatan, beda tegangan antara awan dan bumi menjadi semakin besar dan karenanya di atmosfir juga ikut meningkat. Energi yang sangat besar menjadi bebas karena pelepasan-pelepasan itu diubah menjadi panas dan diserap bumi. Banyaknya petir yang terjadi tergantung dari banyaknya hari guruh yang ada pada daerah itu. Menurut definisi WMO (World meteorlocial organization) hari guruh adalah banyaknya hari dimana terdengar guruh paling sedikit satu kali dalam jarak kira-kira 15 km dari stasiun pengamatan. Hari guruh ini juga di sebut hari badai guruh (Thunder Storm Day). Data meteorlogical dari Badan Meteorologi dan Geofisika menunjukkan adanya beberapa daerah di indonesia yang berjumlah hari badai guruh pertahunnya cukup tinggi anatara lain: sebagian besar daerah Sumatera Utara, daerah Kepulauan Belitung, Daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Irian Jaya dimana hari badai guruhnya lebih dari 100 hari pertahun. Peta hari guruh di Indonesia, dapat dilihat pada lampiran Efek Sambaran Petir Sebuah sambaran petir dapat menghasilkan energi yang sangat besar. Dampak sambaran petir antara lain mengakibatkan: a. Efek induksi, efek ini mengakibatkan kerusakan peralatan

2 5 b. Efek Panas, efek ini dapat mengakibatkan kebakaran c. Efek Akustik, efek ini dapat mengakibatkan kacaunya gelombang radio d. Efek terhadap manusia dan binatang 4 yang mengakibatkan kematian e. Beban korosi, karena proses elektrokimia di dalam rangka proses pengosongan muatan awan. f. Beban getaran mekanisme karena guntur. g. Beban tegangan lebih karena pergeseran-pergeseran potensial didalam bangunan. h. Beban mekanis karena timbulnya gaya elektrodinamis akan tingginya puncak arus Sambaran Petir Pada Bangunan Yang Tidak Dilindungi Sambaran petir dapat menyebabkan kerusakan karena amplitudo arus petir, dan kecuraman arus petir yang berkisar antara 5 sampai 200 ka. Kerusakan pada bangunan yang tersambar atau terbakar, dapat pula berupa kerusakan mekanisme, misalnya bagian atap bangunan atau tembok bangunan bisa mengakibatkan retak atau runtuh. Kerusakan yang amat parah biasanya diderita oleh bahan-bahan isolasi atau semi isolasi dan beberapa jauh kerusakan yang terjadi tergantung pada kondisi dari bahan-bahan itu sendiri, baik kering atau basah. Semakin kering suatu bahan maka akan semakin parah kerusakan yang dialaminya. Perlu diingat bahwa akibat sambaran petir pada bangunan bukan saja terjadi pada bangunan, akan tetapi bisa terjadi pada manusia yang mendiami bangunan tersebut. Letak, bentuk dan ukuran bangunan sangat mempengaruhi sukar atau mudahnya bangunan tersambar dan juga apakah sambaran akan menimbulkan kerusakan yang parah atau tidak. 2.2 PEMBENTUKAN MUATAN PADA AWAN Banyak teori yang mencoba menerangkan tentang fenomena pembentukan muatan pada awan yang diperkirakan, akibat gesekkan tetes-tetes air atau pada saat melelehnya kristal-kristal es. Menurut Teori ionisasi dari CIR Wilson [9], di atmosfir terdapat ion-ion positif dan negatif akibat penyinaran sinar kosmis dan sinar ultraviolet. Ion-ion yang terdistribusi secara random ini akan bergabung dengan butir air sehingga membentuk ion yang lebih besar. Ion ini akan bergerak di bawah pengaruh medan listrik normal yang ada pada atmosfir. Kecepatan yang ditimbulkan oleh medan listrik normal ini sangat rendah, sekitar 0,003 sampai dengan 0,005

3 6 cm/detik/volt/m. Intensitas medan listrik normal kira-kira 100volt/m di permukaan bumi dan mencapai 2 volt/m pada ketinggian sekitar 10 km. Medan listrik normal ini akan mempolarisasi butir-butir air. Gambar 2.1 Terbentuknya muatan pada tetes air Akibat polarisasi ini, pada bagian atas air akan berkumpul muatan negatif, sedangkan pada bagian bawah berkumpul muatan positif. Gaya gravitasi menyebabkan butir air bergerak ke bawah dengan kecepatan sekitar 590cm/detik. Sedangkan kecepatan ion di dalam medan listrik kritis (di udara lembab, 10 kv/cm) hanya mencapai 3-5cm/detik. Kecepatan ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan butir air. Pada keadaan ini, permukaan bagian bawah dari butir akan menarik ion-ion positif mengalami gaya tolak. Akibatnya pada butir air itu akan berkumpul muatan negatif. Sementara itu, butir-butir air yang relatif kecil bergerak ke bawah dengan kecepatan rendah. Hal ini memungkinkan terjadinya tumbukan antara butir-butir air dengan ion-ion atau partikel bermuatan positif yang mempunyai mobilitas rendah. Sehingga butir air ukurannya relatif kecil ini menjadi bermuatan positif. Jadi ion-ion udara, yang tadinya terdistribusi akan terpisah. Butir-butir air yang ukurannya relatif kecil, butiran tersebut mengandung muatan positif pada lapisan atas dari awan. Dengan adanya muatan negatif pada lapisan awan, maka di permukaan bumi terinduksi muatan positif. Berarti terbentuk medan listrik antara awan dengan permukaan bumi. Medan listrik ini akan membantu proses pembentukkan lidah-lidah muatan dari awan dan kanal-kanal.

4 7 2.3 MEKANISME SAMBARAN PETIR Petir sebagai fenomena alam sudah banyak diselidiki para ilmuan semenjak tahun 20an. Umumnya sudah terdapat pengertian tentang mekanisme terjadinya muatanmuatan negatif/positif di awan yang kemudian menjadi petir. Sambaran petir dimulai oleh terjadinya sambaran perintis dari awan dan diakhiri dengan sambaran balik (return stok) dari tanah Sambaran Perintis Luah awan ke tanah, dimulai dengan sambaran yang menjalar ke bawah dekat dasar zona muatan negatif awan. dalam langkah sederhana ini dapat dilihat dalam bentuk sebagai kilat yang bertambah, disebabkan oleh udara yang baru terionisasi pada sambaran-sambaran perintis menuju tanah dengan kecepatan rata-rata 7 10 cm/detik, seiring dengan lintasan zig-zag yang bercabang mengarah ke bawah. Sambaran perintis ini mengangkut muatan negatif sepanjang lintasannya dan menciptakan medan magnet kelistrikan dalam ruang antara ujung sambaran perintis dan tanah Sambaran Balik Kalau sambaran perintis telah mencapai ketinggian dimana tegangan tembus listrik setempat antara perintis dengan suatu objek di tanah dilampaui, maka dimulailah sambaran positif ke atas melalui lintasan, untuk menemui ujung sambaran perintis. Pertemuan ini menghasilkan arus muatan dalam saluran perintis ke tanah yang mulai dari ujung perintis. Sambaran balik ini sepertinya menjalar ke atas, seakan-akan sambaran muatan positif kilauan cahaya (lumicity) timbul karena perubahan kecepatan gerak dari muatan, maka yang menyebabkan efek ini adalah muatan negatif yang bergerak. Kilauan cahaya dari sambaran balik ini jauh lebih besar dari pada sambaran perintis, yang menjalar sekitar cm/detik, melalui saluran perintis yang telah terionisasi dan berlangsung hanya dalam 100 mikro detik. Arus dari sambaran balik inilah yang merupakan arus utama dari suatu luah. Besarnya arus ini berkisar dai sampai Ampere. Diameter saluran sambaran balik hanya beberapa cm, tetapi sebagian besar arus yang mengalir dalam saluran inti hanya berdiameter beberapa mili meter (mm) saja. Sekitar ¾ dari energi yang dilepaskan dari kilat, yamg besarnya sekitar 10 10

5 8 joule, digunakan untuk pemanasan kolom udara yang mengelilingi saluran luah. Suhu melonjak dalam beberapa mikro detik menjadi sekitar C. Karena itu, udara dalam saluran luah mengembang sangat cepat dan menimbulkan gelombang bunyi yang kuat yang hanya kedengarannya sebagai guntur. Gambar 2.2 dan gambar 2.3 masing-masing menunjukkan tahap-tahap sambaran petir dan prose terjadinya sambaran petir, di gambar 2.4 sketsa terjadinya titik sambaran. Keterangan : a. Terjadi stepped leader dari salah satu pusat muatan menuju bumi. b. Setelah stepped leader hampir mencapai bumi, dari bumiterbentuk suatu kanal positif yang bergerak ke atas. Kanal ini akan bertemu dengan stepped leader pada tempat yang disebut titik sambaran. c. Timbul sambaran balik dari bumi menuju ke pusat muatan di awan dengan kecepatan yang sangat tinggi.

6 9 d. Pusat muatan pertama telah dinetralisir. Kemudian kanal muatan positif akan bergerak menuju pusat muatan yang lain. e. Akan terjadi pelepasan muatan antara pusat muatan yang pertama dengan pusat muatan yang ke dua. Sementara itu lidah dengan kecepatan yang tinggi akan bergerak menuju bumi melalui lintasan yang dibuat sambaran balik sebelumnya. f. Terjadi sambaran balik yang kedua (arus sambaran balik lebih kecil). Terjadi pelepasan muatan yang lain antara bumi dan pusat muatan yang lain di awan. Gambar 2.2 Tahap-tahap sambaran petir Gambar 2.3 Proses terjadinya sambaran petir

7 10 Gambaran 2.4 Sketsa terjadinya sambaran petir` 2.4 TEORI DASAR Muatan Listrik Muatan listrik adalah sesuatu yang dimiliki partikel dasar, proton bermuatan listrik positif dan elekton bermuatan listrik negatif. Dalam susunan sebuah atom, elektronelektron terletak di bagian luar, bergerak mengelilingi inti yang terdiri dari proton dan netron. Karena letaknya, elektron mudah lepas dari susunan atom dan sebaliknya juga mudah mengisi (melengkapi) susunan atom. Dengan demikian akan terdapat atom kekurangan elektron atau kelebihan elektron, dapat dilihat pada gambar Keterangan: Benda Bermuatan listrik : Positif, jika kekurangan elektron Negatif, jika kelebihan elektron

8 11 Tak Bermuatan listrik : Jika muatan positif sama banyak dengan muatan negatif Gambar 2.5 Terbentuknya sebuah atom Hukum Coulomb Gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua muatan listrik berbanding lurus dengan besar muatan masing-masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan tersebut. Pada gambar 2.6 dapat dilihat terjadinya hukum coulumb Gambar 2.6 Terjadinya hukum coulumb Medan Listrik Daerah di sekitar benda bermuatan listrik yang masih mendapat pengaruh gaya tolak atau tarik, apabila benda bermuatan lain ditempatkan dalam daerah itu disebut medan listrik dalam medan listrik terdapat gari-garis listrik. Pada gambar 2.7 dapat dilihat pembentukan medan listrik. Gambar 2.7 Terbentuknya medan listrik

9 12 Gaya yang dialami tiap satuan muatan positif yang terletak dalam medan listrik disebut kuat medan, di beri lambang E dengan persamaan: dimana: E = Q F E = kuat medan (newton/coulumb) F = gaya (newton) Q = muatan (coulomb) (2.1) Sebuah titik yang terletak di dalam medan listrik mempunyai potensial, dengan persamaan: dimana : V = V = potensial (volt) K = Q K. (2.2) r (N. M²/C²) r = jarak (meter) Antara dua titik A dan B yang terletak di dalam medan listrik terdapat beda potensial yang dapat ditulis dengan = VA VB = VAB. 2.5 PEMBAHASAN TEORI DASAR Apabila terjadi awan petir bermuatan listrik negatif maka antara awan dan bumi akan terjadi beda potensial (beda tegangan). Dengan adanya beda potensial maka mengakibatkan timbulnya medan listrik. Medan listrik yang terjadi akan menginduksi terminal penagkal petir tersebut, sehingga memacu muatan positif dari bumi untuk berkumpul pada bagian ujung. Dengan adanya muatan listrik negatif dari awan dan muatan positif pada ujung final, maka terjadi gaya tarik menarik antara kedua muatan listrik tersebut yang diformulasikan dalam hukum coulumb sebagai berikut: Q1. Q2 F = K. (2.3) 2 r Dengan gaya tarik menarik kedua muatan tersebut, maka memungkinkan terjadinya loncatan muatan listrik (spark). Semakin banyak muatan yang terjadi, maka semakin jauh jarak serangannya (striking distance). Besaran muatan listrik tersebut akan mempengaruhi besar arus petir yang akan terjadi. Semakin banyak muatan listrik, maka semakin besar arus listrik yang terjadi, dan besarnya arus petir

10 13 menentukan level proteksi. Menurut standart nasional Indonesia (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1987)[8] diberikan level proteksi sehubungan dengan besar muatan dan arus petir seperti tampak pada tabel 2.1. Leader charge (Coulomb) 0,50 0,9 1,5 2,0 Tabel 2.1 level proteksi Peak current (ka) 6, Percent exending (%) Protection level High Medium Standard Low Dalam menentukan ketentuan radius proteksi dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain besar muatan listrik petir. Tinggi penangkal 1 dan level proteksi muatan listrik (Q) yang terdistribusi sepanjang leader menyebabkan kenaikan secara cepat medan listrik antara leader tersebut dengan titik ground. Jika harga kritis dari titik medan terpenuhi, maka ujung final akan terjadi loncatan keatas (up streamer) untuk menangkap leader. Jarak yang terjadi disebut striking distance dan ini bergantung pada besarnya arus petir yang terjadi, sesuai persamaan berikut: 0,8 D = 6.7I (2.4) dimana: D = striking distance (meter) I = arus petir (amper) Dari hasil LIPI dan PLN, Indonesia merupakan daerah dengan arus petir ratarata 20 ka. Sehingga kalau dilihat dari table 2.1 maka Indonesia mempunyai proteksi LOW LEVEL. 2.6 KARAKTERISTIK PARAMETER ARUS PETIR Apabila petir menyambar pada obyek di bumi, maka setiap sambarannya memiliki arus petir yang sangat tinggi dalam waktu singkat. Hingga karakteristik arus petir ditentukan oleh parameter-parameter seperti dapat dilihat pada tabel 2.2. Harga karakteriristik Tabel 2.2 Karakteristik parameter arus petir Definisi

11 14 Arus puncak petir ( I ) di Kecuraman arus petir dt 1 Muatan arus petir Q = i.dt 0 Arus kuadrat imuls petir ( 1.dt ) Petir maksimum atau puncak arus petir. Laju kenaikan arus terhadap waktu. Jumlah muatan arus petir yang mengalir atau integrasi arus petir terhadap waktu. Action integral yang bertanggung jawab terjadinya efek mekanis peleluan arus petir Tingkat Perlindungan Akibat Parameter Arus Petir Parameter arus petir mengakibatkan kerusakan, sehingga dibutuhkan suatu tingkat perlindungan. Kebutuhan untuk perlindungan di kelompokan antara lain perlindungan normal, perlindungan tinggi, dan perlindungan sangat tinggi. Tingkat perlindungan ditentukan oleh jenis, tipe, fungsi bangunan dan peralatan yang akan dilindungi serta resiko yang akan timbul bila terjadi kegagalan perlindungan. Perlindungan normal misalnya, untuk bangunan biasa apabila terjadi kegagalan perlindungan tidak menyebabkan bahaya beruntun. Perlindungan tinggi misalnya, instalasi eksplosif mudah meledak. Bangunan bangunan dengan tingkat penggunaan tinggi dapat menimbulkan bahaya yang besar. Tingkat perlindungan sangat tinggi, untuk bangunan atau instalasi yang jika terjadi kegagalan perlindungan dapat menyebabkan bahaya ikutan yang tidak terkendali seperti pusat instalasi nuklir Arus Puncak Petir Arus puncak merupakan arus maksimum yang terjadi pada suatu sambaran petir. Dalam mendesain instalasi penangkal petir, batas harga arus puncak diambil pada harga 10 ka sampai 20 ka. Parameter ini menentukan daerah lindung suatu penangkal petir. 2.7 PERSYARATAN TEKNIS Pada perencanaan dan pemasang instalasi penangkal petir, tanpa mengabaikan faktor keserasian arsitektur, perhatian utama harus ditujukan kepada nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang efektif. Menurut peraturan Umum Instalasi Penagkal Petir (PUIPP)[7] setiap pemasangan instalasi pengkal petir harus dilengkapi dengan gambar perencanaan yang meliputi gambar beserta keterangan terperinci sehingga dapat dipakai sebagai pegangan untuk perancangan, pemasangan, pengujian dan pemeliharaan dari instalasi

12 15 tersebut. Setelah pemasangan harus tersedia gambar akhir (as build drawing) instalasi. Gambar 2.8 adalah contoh untuk gambar perencanaan instalasi penangkal petir. Keterangan gambar: 1. Penghantar penyalur diatas bubungan 2. Bangunan cerobong asap 3. Hubungan antara penghantar dengan benda-benda logam didekatnya 4. Sambungan pada talang atap atau talang air hujan 5. Talang air hujan dihubungkan dengan penghantar pentanahan 6. Titik sambung dengan sistem pantanahan 7. Elektroda pentanahan 8. Tiang Listrik (dachs standar) 9. Hubungan dengan bagian logam diatas atap 10. Penghantar Penyalur Gambar 2.8 Rencana instalasi penagkal petir Komponen Dan Bahan-Bahan Menurut PUIPP bahan-bahan yang digunakan dalam pemilihan komponen-komponen dari suatu instalasi pengkal petir harus dipilih sesuai dengan daftar bahan pada tabel 2.3. Bentuk komponen-komponen yang berada di atas tanah diharuskan memakai jenis bahan tembaga, almunium dan besi yang telah digalvanis. Dalam hal penggunaan penghantar pilin untuk penghantar di atas tanah, maka jenis penghantar pilin dari tembaga yang dipilih, sedangkan penghantar lilin dari alumunium (Alumunium wire conductor) tidak boleh digunakan karena ketahanan korosinya rendah Penangkal Petir Penangkal-penangkal petir ditempatkan dengan susunan tertentu sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin semua petir dapat ditangkap tanpa mengenai bagian-bagian

13 16 lain yang dilindungi. Menurut PUIPP hal ini akan dapat dipenuhi jika tidak ada satu titik pun dipermukaan atau yang berjarak lebih dari 7,5 meter dari penangkal tersebut. Untuk menentukkan jumlah penangkal petir batang pendek (Finial) pada metode Faraday yaitu: Keliling atap gedung Kebutuhan jumlah finial = Tinggi finial Menurut PUIPP untuk finial yang dipasang pada penghantar mendatar, jarak maksimum antara dua buah finial yang berdekatan adalah 5 m, dengan tinggi finial 20 cm. Tabel 2.3 Jenis bahan dan ukuran terkecil No Komponen Jenis bahan Bentuk Ukuran terkecil Penangkap petir Penangkap petir tegak Kepala dengan dudukan Tembaga Pejal runcing 1 (dudukan adalah dengan bahan Baja galvanis Pejal runcing yang sama) 1 dari pipa Alumunium Pejal runcing Batang tegak Penangkal petir batang pendek Penangkap petir datar Tembaga Baja galvanis Alumunium Tembaga Baja galvanis Alumunium Tembaga Baja galvanis Silinder pejal Pita pejal Pipa silender Pipa pejal Silender Pejal Pita pejal Silinder pejal Pita pejal Pipa silender Pipa pejal Silender pejal Pita pejal Silinder pejal Pita pejal Pilin Silinder pejal Pita pejal 10 mm 25 mm x 3 mm 1 25 mm x 3 mm 1 25 mm x 4 mm 8 mm 25 mm x 3 mm 8 mm 25 mm x 4 mm ½ 25 mm x 4 mm 8 mm 25 mm x 3 mm 50 mm² ½ 25 mm x 4 mm 2 Penghantar penyalur utama Tembaga Silinder pejal Pita pejal Pilin 8 mm 25 mm x 3 mm 50 mm²

14 17 3 Elektroda pengebumian Baja galvanis Alumunium Tembaga Baja galvanis Silinder pejal Pita Pejal Silinder pejal Pita pejal Silinder pejal Pita pejal Silinder pejal Pita pejal 8 mm 25 mm x 3 mm ½ 25 mm x 4 mm ½ 25 mm x 4 mm ½ 25 mm x 4 mm Penghantar Penyalur Listrik Menurut PUIPP setiap bangunan paling sedikit harus mempunyai dua buah panghantar petir. Untuk bangunan dengan lebar lebih dari 12 meter diperlukan 4 buah penghantar penyalur petir. Kebutuhan jumlah penghantar penyalur petir menurut metode Faraday: luas atap bangunan Jumlah penyalur = m ( ) 2 ( m ) Untuk menentukkan luas pengantar yang digunakan dapat dihitung, yaitu: A = 6 I 8,5 10.0,01 T (2.5) Log dimana: A = luas penampung kawat penghantar (mm²) I = besar arus kilat (amper) S = lamanya arus mengalir (detik) T = temperatur titik lebur bahan yang digunakan ( C) Diasumsikan bahwa arus maksimum petir untuk Indonesia sebesar 20 ka lamanya arus mengalir 0,01 detik dan titik lebur tembaga 90 C.

15 Benda-Benda Di dekat Instalasi Penangkal Petir Bahaya dari benda-benda logam di dekat instalasi penangkal petir adalah timbulnya kejadian lewat denyar (flash over) antara instalasi dari bagian-bagian logam. Kejadian ini sangat berbahaya bagi manusia yang ada di antara benda-benda tersebut dan dapat juga menimbulkan kebakaran jika terdapat bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak. Masalah ini dapat dihindari dengan memperpanjang jarak antara bagian logam dengan instalasi penangkal petir. Cara lain ialah dengan menghubungkan benda-benda logam tersebut dengan instalasi penangkal petir. Benda benda logam yang ada di dekat instalasi penangkal petir dapat dikelompokkan menjadi benda logam lain dekat dan benda logam diri dekat Benda logam lain dekat Benda logam lain dekat didefinisikan sebagai benda-benda logam yang tidak terhubung ke instalasi penangkal petir dan terletak dekat dengan instalasi penangkal petir. Sehingga bahaya lewat denyar antara bagian instalasi yang sedang menyalurkan arus petir dan benda-benda logam dapat terjadi. Benda logam yang besar banyak terdapat di dalam bangunan. Logam tersebut diletakkan mendatar maupun tegak lurus, seperti pipa air, pipa gas, pipa pemadam kebakaran, cerobong logam, tangga-tangga logam, kerangka baja, crane dan lain-lain. Benda-Benda tersebut biasa disebut sebagai benda logam lain dekat. Benda logam tersebut sedapat mungkin di bagian kakinya dihubungkan dengan instalasi penagkal petir dan jika benda logam tersebut merupakan konstruksi yang terpisah-pisah maka bagian-bagian yang terpisah hendaknya dihubungkan Benda logam diri dekat Benda logam diri dekat merupakan bagian dari instalasi penangkal petir seperti diperlihatkan pada gambar 2.9. Untuk mengatasi bahaya lewat denyar adalah dengan usaha-usaha menurut cara berikut ini. Benda logam diri dekat dapat menimbulkan bahaya jika jarak D antara logam tersebut kurang dari 1/20 L dimana L adalah panjang penghantar.

16 19 D 1/ 20L (2.6) Dimana jarak D dapat ditentukan berdasarkan pada ketebalan bahan pengisi, (D sama dengan lima kali tebal bahan tersebut). Suatu bangunan dengan dindingdinding dan atap-atap yang konduktif misalnya suatu konstruksi rangka baja, konstruksi beton dan lain-lain. Bagian-bagian logam tersebut harus dihubungkan dengan instalasi penangkal petir. Maka tidak ada lagi pengertian Benda logam diri dekat yang dipermasalahkan. Gambar 2.9. Benda benda logam diri dekat dan benda logam lain dekat

17 Benda logam lain dekat sekitar instalasi penangkal petir Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu benda-benda logam, pipa-pipa logam dan sebagianya tidak mungkin atau tidak boleh dihubungkan ke instalasi penangkal petir. Maka pemeriksaan harus dilakukan, untuk mengetahui apakah letak benda-benda logam tersebut tidak akan bahaya lewat denyar. Lewat denyar antara bagian instalasi penangkal petir dengan logam lain dekat dapat terjadi bila jarak dekat (D) antara logam tersebut dan bagian instalasi penangkal petir tidak memenuhi persyaratan: dimana: R D D 1/ 5R (2.7) = tahanan pengetanahan instalasi penangkal petir () = jarak terdekat (m) Sebagai contoh, diketahui R = 12 Ω, berapa jarak terdekat bahaya loncat denyar terjadi. Dengan menggunakan persamaan (2.7), diperoleh: D = 1 / 5.12 = 2, 4 m. Bila D > 2, 4 m, maka bahaya loncatan denyar dapat terjadi. 1 / 5. R = 2.8 SISTEM PENTANAHAN Salah satu faktor kunci dalam usaha pangamanan rangkaian listrik adalah pentanahan. Apabila suatu tindakan pengamanan atau perlindungan yang baik akan dilaksanakan, maka harus ada sistem pentanahan yang dirancang dengan baik. Sistem pentanahan berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang menyebar ke segala arah ke dalam tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pentanahan adalah agar tidak timbul bahaya tegangan sentuh. Sarana tersebut adalah suatu elektroda dari logam yang ditanam, berfungsi untuk menyebarkan arus petir ke dalam tanah Jenis-Jenis Elektroda Sedapat mungkin suatu sistem pentanahan tidak mengunakan jaringan pipa-pipa air sebagai elektroda pentanahan. Karena kemungkinan digunakan bahan-bahan isolasi pada jaringan pipa air. Pipa-pipa gas sama sekali tidak boleh dipakai sebagai elektroda

18 21 pentanahan atau dihubungkan dengan sistem pentanahan dari suatu instalasi penangkal petir. Demikian juga pipa dari kanal-kanal pada umumnya tidak dipakai sebagai elektroda pentanahan. Jenis-jenis elektroda yang umum di pergunakan diperoleh pada bagian berikut Elektroda pita Elektroda pita adalah elektroda berbentuk pita atau kawat-kawat dengan tanpa mempertimbangkan luas penampang ditanam di dalam tanah. Elektroda pita harus berupa: a. Elektroda pita tunggal, ditanam sebagai pita lurus b. Elektroda menyebar, ditanam terpusat pada suatu titik dan menyebar kesegala arah c. Elektroda melingkar, ditanam di dalam tanah melingkari bangunan Cara penanaman elektroda pita di berikan pada gambar (a) Elektroda pita tunggal (b) Elektorda menyebar (c) Elektroda melingkar Gambar 2.10 Cara penanaman elektroda pita Elektroda batang Elektroda batang adalah elektroda pipa galvanized atau besi profil yang dipasangkan vertikal (tegak lurus) ke dalam tanah. Untuk memperoleh tahanan yang diinginkan biasanya elektroda ini dipasang secara paralel dengan beberapa elektroda batang lainnya Elektroda pelat

19 22 Elektroda pelat adalah elektroda dari bahan pelat logam (pejal, berlobang-lobang) atau dari kawat kasa yang rapat. Elektroda ini harus ditanam cukup dalam untuk dapat memperoleh tahanan yang diinginkan. Harga tahanan yang diperoleh biasanya selalu lebih tinggi di bandingkan dengan elektroda strip ataupun rod. Cara penanaman elektroda pelat dapat di lihat pada gambar S/2 Gambar 2.11 Cara penanaman eletroda pelat Tahanan Elektroda Persamaan-persamaan untuk tahanan tanah dari berbagai sistem elektroda cukup rumit dan dalam beberapa hal dapat dinyatakan dengan pendekatan-pendekatan. Semua pernyataan dalam persamaan-persamaan itu diperoleh dari hubungan [5]: R = pl / A (2.8) Dan diasumsi bahwa tahanan tanah seragam dengan seluruh volume tanah, kendati hal ini tidak mungkin atau jarang sekali Tahanan Tanah Besarnya tahanan tanah tergantung pada keadaan susunan tanah yang antara lain adalah susunan geologinya seperti batu, pasir, tanah liat dan sebagainya. Susunan kimianya seperti tanah yang banyak mengandung garam, logam atau mineral-mineral lainnya. Kemudian keadaan iklim, basah atau kering. Pada tabel 2.4 dapat dilihat hubungan antara tahanan pertanahan dengan sifat tanah. Tabel 2.4 Tahanan pertanahan Tanah pengebumian

20 23 No Sifat tanah Tanah berair, tanah berhumus, pada kondisi lembab Tanah liat, tanah pertanian Tanah liat berpasir Tanah berpasir lembab Tanah berpasir Kering Koral pada kondisi lembab Koral pada kondisi kering Tanah berbatu Tahanan spesifik tanah m Elektroda batang Elektroda plat strip Elektroda melingkar 3m 6m 5m 10m 20m 20m Dengan banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tahanan tanah, maka untuk menganalisa besarnya tahanan tanah sangatlah sulit, dan hasil disuatu tempat tertentu adalah dengan dilakukan pengukuran atau pengujian tanah setempat Pengujian Tanah Metodologi jatuh tegangan Pengujian tanah dilakukan dengan metode megger tanah [5], yang berdasarkan pada harga potensial. Bila elektroda tanah ditinjau dari pipa E yang ditanam, andaikan ada potensial antara pipa E dengan batang pasak R yang ditanam pada jarak yang cukup jauh. Seperti terlihat pada gambar 2.12, arus yang mengalir diukur dengan meter A. Apabila batang pasak yang lain, yaitu P ditanam di beberapa tempat di sekitar E maka voltmeter akan menunjukkan potensial antara pipa E dengan pasak P di beberapa tempat tersebut. Menurut hukum Ohm, beda potensial ini berbanding langsung dengan tahanan tanah. Dari sini dapat diplot hubungan antara tahanan tanah dengan jarak dari pipa E.

21 24 Gambar 2.12 Metode harga potensial tanah Gambar 2.13 Pengaruh daerah tahanan pasak R yang jauh terhadap kurva harga potensial Terlihat bahwa tahanan membesar dengan kedudukan P semakin jauh dari pipa E dan kenaikan tersebut dengan cepat berkurang pada jarak tertentu dari pipa E. Kenaikan dapat diabaikan karena sangat kecil. Pada kenyataannya, tahanan pada jarak ini sekitar 99% dari tahanan keseluruhan tidak terbatas. Dengan cara yang sama kurva dapat diplot dari arah yang lain sehingga di peroleh titik-titik yang lain dalam satu daerah yang disebut daerah tahanan. Persyaratan yang harus di perhatikan antara lain: a. Elektroda R harus cukup jauh dari elektroda E, sehingga daerah tahanan tidak saling menutup (over lap). b. Elektroda P harus ditempatkan di luar dua arah tahanan, dalam hal ini ditempatkan pada daerah datar dari kurva. c. Elektroda P harus terletak diantara elektroda-elektroda R dan E, pada garis penghubungnya. Oleh Karenanya tahanan jenis tanah adalah: P = 2. π.s. R (2.9)

22 25 dimana: P = tahanan jenis tanah (ohm/m) S = jarak antara elektroda (m) R = tahanan yang diukur (ohm) Metodologi tiga titik Besaran yang diukur pada metodologi ini, yaitu besarnya tahanan elektroda batang (rod) yang ditanam cukup dalam. Gambar 2.14 menunjukkan cara pengukuran dengan metode tiga titik. Gambar 2.14 Pengukuran Metode Tiga Titik Dari gambar 2.14, dapat ditulis beberapa hubungan parameter antara lain: a. R = Rx + Ry 1 b. R = Rx + Rz 2 c. R = Ry + Rz 3 d. Ry R Rz = 3 e. Rx R R = R R + Rz = f. ZRx = R1 + R2 R3 g. R Rx = 1 + R2 R3 2

23 26 Tahanan elektroda diukur besarnya, maka harga tahanan jenis tanah dapat di peroleh dengan persamaan: dimana: L a R.2π. L ρ = 4L In 1 a = panjang elektroda yang ditanam (m) = jari-jari elektroda yang ditanam (m) (2.10)

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR II. 1 PETIR Peristiwa petir adalah gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Petir merupakan suatu peristiwa pelepasan muatan listrik dari awan yang bermuatan

Lebih terperinci

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR 2.1. TEORI TENTANG PETIR Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Petir Petir adalah sebuah cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan awan atau awan ke tanah. Sering kali terjadi

Lebih terperinci

BAB VIII LISTRIK STATIS

BAB VIII LISTRIK STATIS BAB VIII LISTRIK STATIS 1. Bagaimana caranya agar suatu benda bermuatan listrik?. Apa jenis-jenis muatan listrik? 3. Bagaimana sifat-sifat muatan listrik? 4. Mengapa benda dapat bermuatan listrik? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA 4.. PENANGKAL PETIR DI PT. BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA Sambaran petir terhadap bangunan dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah suatu fenomena alam, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik hujan air atau hujan es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGKAL PETIR

SISTEM PENANGKAL PETIR SISTEM PENANGKAL PETIR UTILITAS BANGUNAN JAFT UNDIP zukawi@gmail.com 081 2281 7739 PETIR Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR 2.1 Umum Proteksi petir merupakan suatu usaha untuk melindungi suatu objek dari bahaya yang diakibatkan petir, baik itu secara langsung maupun tak langsung. Didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN 4.1 Umum Pada setiap gedung yang mempunyai ketinggian yang relatif tinggi diharapkan mempunyai sistem penangkal petir

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Proses terjadinya sambaran petir Proses pelepasan muatan antara awan dan bumi sama seperti peristiwa tembus antara dua buah elektroda. Agar terjadi pelepasan muatan, perbedaan tegangan

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT Presented by dhani prastowo 6408 030 033 PRESENTASI FIELD PROJECT Latar Belakang Masalah Kesimpulan dan Saran Identifikasi Masalah Isi Pengumpulan dan pengolahan data Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN

BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN 21 BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN 3.1 Sistem Penangkal Petir Kilat yang terjadi saat hujan badai berasal dari muatan listrik yang timbul dari aliran udara

Lebih terperinci

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) PENDAHULUAN Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT Electrical engineering Dept Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 27 BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 3.1 IDENTIFIKASI MASALAH Permasalahan yang timbul akibat kerusakan, mungkin terjadi pada peralatan elektronika dan listrik di gedung ANZ Tower yang diakibatkan

Lebih terperinci

by: Moh. Samsul Hadi

by: Moh. Samsul Hadi by: Moh. Samsul Hadi - 6507. 040. 008 - BAB I Latar Belakang PT. Unilever Indonesia (ULI) Rungkut difokuskan untuk produksi sabun batangan, deo dan pasta gigi PT. ULI Rungkut mempunyai 2 pabrik produksi,

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN 1 PAKET 2 KELAS IX Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c,atau d!

ULANGAN HARIAN 1 PAKET 2 KELAS IX Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c,atau d! ULANGAN HARIAN 1 PAKET 2 KELAS IX Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c,atau d! 1. Benda yang kelebihan elektron akan bermuatan... a. negatif c. netral b.

Lebih terperinci

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X Perancangan Instalasi Penangkal Petir Eksternal Gedung Bertingkat (Aplikasi Balai Kota Pariaman) Oleh: Sepannur Bandri Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Tentang Petir Petir adalah sebuah cahaya terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ke tanah. Biasanya terjadi,

Lebih terperinci

1. Gejala Listrik Statis

1. Gejala Listrik Statis 1. Gejala Listrik Statis Gejala kelistrikan diawali dengan diamatinya benda-benda yang secara tidak terduga mampu saling tarik-menarik. Batang plastik yang sudah digosok-gosokkan ke kain yang halus teramati

Lebih terperinci

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Mulai Alur penelitian di mulai dengan mecari teori yang berkaitan dengan judul dan metode skripsi selengkap mungkin 2. Studi Teory Setelah mendapatkan teori

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa tenaga kerja dan

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al. Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra Emmy Hosea, Edy Iskanto, Harnyatris M. Luden FakultasTeknologi

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung Rumah Sakit Permata Hijau Berdasarkan data gedung utama Rumah Sakit Permata Hijau dan data hari guruh tahun 2010 propinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Elektroda Batang (Rod) Elektroda Pita Elektroda Pelat Elektroda Batang (Rod) ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil

Lebih terperinci

KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG

KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG BAB II KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG II.1. Umum Isolator pendukung jenis post silinder polos digunakan pada sistem instalasi tegangan tinggi pasangan dalam. Udara di sekitar permukaan

Lebih terperinci

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU? POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU? Dr. Reynaldo Zoro Lab. Teknik Tegangan Tinggi dan Arus Tinggi Kelompok Keilmuan Ketenagalistrikan Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi

Lebih terperinci

a. Bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada ditempat kerja perlu di jaga keselamatan dan produktivitasnya.

a. Bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada ditempat kerja perlu di jaga keselamatan dan produktivitasnya. MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER. 02/MEN/1989 TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR MENTERI TENAGA KERJA : Menimbang : a. Bahwa tenaga kerja dan sumber

Lebih terperinci

BAB II L I S T R I K. Muatan ada 3 : 1. Proton : muatan positif. 2. Neutron : muatan netral 3. Elektron : muatan negative

BAB II L I S T R I K. Muatan ada 3 : 1. Proton : muatan positif. 2. Neutron : muatan netral 3. Elektron : muatan negative BB II L I S T I K. ELEKTOSTTIK. Muatan () F Materi Molekul tom Muatan ada 3 :. Proton : muatan positif Benda bermuatan ada 3 :. Benda bermuatan positif 2. Benda bermuatan negatif 3. Benda bermuatan netral

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dari beberapa macam peralatan pengaman jaringan tenaga listrik salah satu pengaman yang paling baik terhadap peralatan listrik dari gangguan seperti ataupun hubung singkat

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Sistem Proteksi Penangkal Petir pada Gedung Widya Puraya SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Abdul Syakur, Yuningtyastuti a_syakur@elektro.ft.undip.ac.id, yuningtyastuti@elektro.ft.undip.ac.id

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Petir adalah peristiwa pelepasan muatan elektrostatik yang sangat besar dan terjadi apabila muatan dibeberapa bagian atmosfer memiliki kuat medan listrik yang cukup

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut?

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? 1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? a. 0,4 m/s 2 c. 3 m/s 2 b. 0,05 m/s 2 d. 15 m/s 2 2.

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Air terjun setinggi 8 m dengan debit 10 m³/s dimanfaatkan untuk memutarkan generator listrik mikro. Jika 10% energi air berubah menjadi energi listrik dan g = 10m/s², daya keluaran generator listrik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

C17 FISIKA SMA/MA IPA

C17 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Diameter minimum dari pengukuran benda di bawahadalah. A. 2,085 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,290 cm E. 2,305 cm 1 2. Seorang

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan TUGAS AKHIR Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA SEKRIPSI Jurusan Teknik Elaktro Nama : AAN TABRANI NIM : 41405120056 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2013 Fisika

UN SMA IPA 2013 Fisika UN SMA IPA 2013 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2013FIS Doc. Version : 2013-05 halaman 1 01. Seorang siswa mengukur ketebalan buku menggunakan mikrometer sekrup yang ditunjukkan pada gambar. Hasil

Lebih terperinci

D. 75 cm. E. 87 cm. * Pipa organa terbuka :

D. 75 cm. E. 87 cm. * Pipa organa terbuka : 1. Pada suatu hari ketika laju rambat bunyi sebesar 345 m/s, frekuensi dasar suatu pipa organa yang tertutup salah satu ujungnya adalah 220 Hz. Jika nada atas kedua pipa organa tertutup ini panjang gelombangnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa.

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa. KATA PENGANTAR Sebagai bentuk tanggung jawab instansi yang berwenang dalam memberikan pelayanan informasi petir kepada masyarakat, saat ini BMG telah memiliki suatu alat deteksi petir yang salah satunya

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang Arus listrik Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tegangan Lebih Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada hubungannya dengan tenaga atau arus listrik, maka perlu diperhatikan keadaan peralatan itu pada waktu

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) ARUS LISTRIK Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) Konduktor terisolasi Elektron-elektron tersebut tidak mempunyai

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik. a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik. a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: 1. Melakukan percobaan untuk memperoleh jenis muatan

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri Tentang Petir SEKELUMIT TENTANG PETIRÂ ( BAGIANÂ I) Intisari Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Memperhatikan masalah keamanan baik terhadap peralatan dan pekerjaan, maka diperlukan usaha untuk membuat suatu sistem keamanan yang bisa melindungi

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci