OLEH BAGIAN LISTRIK DIV. MESIN & LISTRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OLEH BAGIAN LISTRIK DIV. MESIN & LISTRIK"

Transkripsi

1 INSTALASI LISTRIK KAPAL OLEH BAGIAN LISTRIK DIV. MESIN & LISTRIK

2 BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KANTOR PUSAT JAKARTA I U M U M Pada hakekatnya instalasi listrik kapal mencakup ketentuan mengenai : apa yang harus dipenuhi dalam penginstalsiannya diatas kapal apa dan bagaimana komponen yang boleh digunakan bagaimana cara membuktikan bahwa pelaksanaannya sudah sesuai aturan yang diminta/ disyaratkan Karena itu dalam pelaksanaannya dilapangan, perlu diperhatikan hal hal berikut ; 1 Pedoman kerja Buku peraturan/ rules klasifikasi dan Standar yang berlaku.

3 Dalam buku peraturan/ rules telah dipertimbangkan ketentuan dari SOLAS dan peraturan pemerintah, yang berkaitan erat dengan ketentuan klasifikasi. 2 Prosedur kerja Pemeriksaan dan persetujuan ( approval) terhadap gambar & dokumen/ data teknis lain yang diperlukan. Pemeriksaan dan pengujian terhadap komponen yang akan digunakan. Pemeriksaan dan pengujian terhadap hasil penginstalasiannya ddi kapal. prosedur tersebut berlaku untuk instalasi listrik kapal bangunan baru maupun untuk modifikasi penting terhadap perlengkapan & instalasi listrik yang sudah, sedang atau yang akan dipasang pada kapal banguna baru atau bangunan lama. 3 Gambar gambar dan perhitungan. Gambar rancangan/ desain untuk komponen listrik. Gambar rencana umum instalasi listrik. ( berisi penempatan peralatan/ perlengkapan/ komponen penting, seperti generator, MSB, ESB, motor listrik, lampu penerangan utama & darurat, dll.)

4 Diagram rangkaian utama dan darurat. ( mencakup rangkaian daya, rangkaian penerangan & komunikasi, dll. lengkap dengan alat pengaman). Diagram rangkaian MSB, ESB. ( dari galangan kapal berupa gambar diagram rencana/ rangkaian dan dari pabrik pembuat berupa gambar rinci/ detail yang lengkap dengan jenis sub komponen yg dipakai). Diagram rangkaian sistem kendali ( control), sinyal, tanda bahaya ( alarm), dll. Diagram rangkaian untuk variable pitch propeller ( kalau ada). ( berisi penggerak/ drives, kendali/ control dan pengawasan/ monitoring). Diagram rangkaian unit peralatan kemudi ( steering gear), lateral thrust propeller dan active rudder units. ( berisi sistem penggerak, kendali dan pengawasan). Rencana jalur kabel. ( berisi jenis dan ukuran kabel, jatuh tegangan dan penembusan kabel). Gambar gambar lain yang diperlukan/ dianggap

5 penting karena ke khususannya. 4 Dokumen/ data lain yang diperlukan ( data teknis) Jenis kapal dan daerah pelayarannya. ( berkaitan dengan kelas kapal yang diminta oleh pemilik/ galangan). Data teknis yang harus dicantumkan dalam gambar, antara lain ; jenis & sistem instalasi yang dipakai. sistem tegangan, frekwensi kapasitas generator & motor listrik, baterei, dll. jenis dan ukuran / penampang kabel jenis & kapasitas alat pengaman ( cb, fuse, dll) dan lain lain data teknis yang diperlukan. Perhitungan balans daya. pada saat kapal berlayar, keluar masuk pelabuhan, darurat/ emergency. Perhitungan hubung singkat, untuk generator 500 kva katas. Dan lain lain gambar instalasi listrik yang penting. 5 Ketentuan/ persyaratan. Seperti yang tertera dalam buku peraturan klasifikasi, agar terpenuhi persyaratan kelaikan kapal, meliputi :

6 cara penginstalasiannya ( sesuai kondisi sekitar) komponen yang digunakan ( jenis, kapasitas, dll) cara pemeriksaan & pengujiannya 6 Faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi instalasi listrik diatas kapal antara lain : kondisi sekitar ( suhu, kelembaban, dsb) gerakan kapal ( inklinasi 22,5 C, dsb) getaran kapal ( frek Hz, dst) 7 Bahan pertimbangan. Untuk sistem instalasi yang dipasang di kapal, antara lain : jenis kapal ( tunda, barang, tanker, penumpang, dll) daerah pelayaran ( pantai, lokal, tenang) daerah operasi kapal 8 Data/ dokumen lain di lapangan Sebagai kelengkapan yang ditentukan oleh kelas, antara lain ; sertifikat uji, sertifikat bahan, sertifikat uji jenis, record pengujian, dsb. II. GENERATOR 1 Penginstalasiannya a Generator utama. Ditempatkan di kamar mesin ( main engine room) atau

7 di ruang terpisah khusus untuk mesin bantu ( seperately auxiliary engine room). Bila dipasang dibagian depan kapal harus dengan persetujuan khusus dan dengan memperhatikan ketentuan bahwa ; tidak boleh di depan sekat tubrukan dibawah sekat geladak. harus terjamin tidak akan ada gangguan pengoperasian saat cuaca buruk, khususnya berkaitan dengan suplai udara segar dan pergantian udara buang. harus terjamin pengendalian dan pengamatan dari MSB. b Generator darurat. Ditempatkan di " uppermost continuous deck" dan tidak boleh didepan sekat tubrukan. ruangannya harus mudah dicapai dari geladak terbuka dan pengoperasiannya tidak terganggu oleh kebakaran atau kerusakan lain yang terjadi di kamar mesin, dimana generator utama dan MSB berada. c Generator berpenggerak mesin propulsi utama ( shaft generator).

8 Perlengkapan pelepas ( uncoupling), kecuali perlengkapan tersebut sudah tergabung dalam sistem poros propellernya. Kalau sudah tergabung dalam sistem poros propellernya, generator dengan pondasinya harus dirancang sedemikian hingga terjamin baik pengopersian dari unit propulsi di laut yang berat ( heavy seas) dalam kaitannya dengan kondisi pembebanan kapal. 2 Komponen yang digunakan. Secara umum pabrik pembuat telah memiliki standar produksi masing masing, dengan dikelompokan dalam jenis/ tipe. Rancangan/ desain dari masing masing jenis tersebut dimajukan ke badan klasifikasi untuk mendapatkan persetujuan/ approval. Secara terperinci, ketentuan/ persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa dipakai di kapal, tertuang dalam standar listrik kapal ( baik nasioanal maupun internasional). Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian utama adalah ; # Bahan/ material

9 Tahan terhadap udara laut yang mengandung uap air & garam, air laut dan uap minyak. Tidak hygroskopis dan bersifat lambat nyala ( flame retardant) dan memadam sendiri ( self extinguishing). Bagian yang terbuat dari alloy ( tidak tahan air laut) dilindungi dengan cat khusus yang sesuai. # Jenis Pelindung/ selungkup Tergantung kondisi ruang dimana generator ditempatkan ( misalnya ; di kamar mesin IP 22). # Ventilasi & pendinginan # Poros ( draught ventilation & surface cooling) Harus memenuhi ketentuan/ persyaratan yang tertera dalam buku peraturan bahan/ material. # Bearing dan pelumasannya Harus mudah untuk pemeliharaan & penggantian dan perhatian terhadap pelumasannya ( misal forced lubrication

10 pada plain bearing dan jenis bearing grease pada antifriction bearing). # Kemudahan pemeriksaan, pemeliharaan dan penggantian. Untuk komutator, slip ring, sikat arang dan regulator. Pemakai diberi buku instruksi/ petunjuk. # Kumparan/ lilitan Terlindung dari uap air, garam dsb. dan kelas isolasinya tepat. # Kotak terminal Penempatannya yang tepat dan ukuran yang sesuai dengan penampang kabel yang akan tersambung. selungkupnya minimal IP Pemeriksaan dan Pengujian. a Di pabrik pembuat. Bahan/ material ( harus dilengkapi sertifikat bahan) Pencocokan dengan gambar rancangan yang telah disetujui badan klasifiklasi. Pemeriksaan visual ( terutama bagian yang tidak terlihat dalam gambar)

11 Uji kenaikan suhu Untuk uji kenaikan suhu ( type test ), kenaikan suhu yang diijinkan 10 % lebih rendah dari tabel dibawah ini. Insulation class A E B F + H Temparature rise ( K) Uji karakteristik ( load characteristics test) generator : Tegangan sebagai fungsi beban Uji beban lebih ( over load test) Generator : 1,5 x Inom. selama 2 menit Uji hubung singkat ( short circuit test) Besar arus uji hubung singkat sekurang kurangnya 3 x arus nominal. Uji kecepatan lebih ( over speed test) untuk menguji kekuatan mekanis ( mechancal strenght selama 2 menit.

12 Generator berpenggerak sendiri : 1,2 x kecep. nominal Shaft generator : 1,25 x kecep. nominal Uji tegangan lebih imbas ( induced overvoltage test) Untuk menguji kekuatan listrik ( electric strenght ) selama 3 menit Pada lilitan arus bolak balik ( a. c) yang tidak dikenai uji tegangan tinggi ( highvoltage test) lilitan fasa fasa : 1,5 x Tegangan nominal Pada angker ( armature) arus searah ( d. c ) dan semua lilitan yang tidak termasuk diatas : 1,3 x Tegangan nominal. Uji lilitan tegangan tinggi ( high voltage winding test) selama 1 menit diujikan antara lilitan dan rangka/ frame Pengukuran tahanan isolasi Dilaksanakan sebelum dan sesudah uji lilitan tegangan tinggi.

13 Dilakukan dengan tegangan arus searah ( d. c) min. 500 volt. Besar tahanan isolasi tidak kurang dari 1 megohm, atau memenuhi rumus tersebut ; 3 x Teg. nominal ( v) dalam Megohm. K. V. A nom b Di galangan kapal ( shipyard) Pencocokan barang/ komponen dengan dokumen yang melampirinya ( sertifikat uji, catatan pengujian/ test record, dsb) Atestasi ( khusus, bila dianggap perlu & tidak ada jalan lain) c Di kapal Cara penempatan/ peletakan Mulai dari dudukan, penyambungan, ventilasi, pembumian/ grounding, saluran pipa disekitarnya ( saluran udara masuk & buang) dsb. Pengukuran tahanan isolasi, sebelum kabel disambungkan ke beban. Uji jalan ( running test) Untuk mencheck bearing & kipas/ fan,

14 slipring dan komutasi ( untuk generator arus searah/ dc) Untuk melihat apakah aliran udara lancar dan sistem tidak kemasukan udara yang mengandung konsentrasi uap air dan minyak yang tinngi ( tidak ada kebocoran) Keseragaman ( uniformity) tegangan pada beban yang berbeda Memeriksa variasi tegangan dan frekwensi saat beban terbesar disambung dan diputus Melihat distribusi komponen daya ( aktif dan reaktif) bila generator bekerja paralel Pengendalian/ kontrol kecepatan dan periksa alat pengatur kecepatan pada penggerak/ prime mover. Alat asut ( starting) dan pengamat ( monitoring) pada penggerak ( prime mover) III MOTOR LISTRIK 1 Penginstalasian Tergantung daerah diamana ditempatkan motor listrik

15 tersebut ( di kamar mesin, daerah terbuka, kamar pompa, dll) atau kebutuhan/ keperluan pemakaiannya ( untuk steering gear, pompa, windlass, dll) 2 Komponen yang dipakai diterapkan sama dengan persyaratan untuk generator. 3 Pemeriksaan dan Pengujian a Di pabrik pembuat Bahan/ material ( harus dilengkapi sertifikat bahan) Pencocokan dengan gambar rancangan yang telah disetujui badan klasifikasi Pemeriksaan visual ( terutama bagian yang tidak terlihat dalam gambar) Uji kenaikan suhu ( lihat generator) Uji karakteristik beban ( load characteristics test) Tegangan sebagai fungsi beban Uji beban lebih ( over voltage test) Motor ( standar ) : 1,6 x Tnom. selama 15 detik Motor windlass : 2 x Tnom selama 2 menit Motor steering gear : tergantung jenis

16 sistemnya. Uji hubung singkat ( short circuit test) Besar arus uji hubung singkat sekurang kurangnya 3 x arus nominal Uji kecepatan lebih ( over speed test) Untuk menguji kekuatan mekanis ( mechanical strength) selama 2 menit. Motor kecepatan konstan: 1,2 x kecep. nominal Motor kecep. variabel : 1,2 x kecep. maks. tanpa beban Motor berkarakteristik seri : 1,2 x kecep. maks. ( sesuai name plate tetapi sekurang kurangnya 1,5 x kecep. nominal) Untuk motor sangkar/ squirrel cage motor, dibebaskan dari uji kecepatan lebih. Uji tegangan lebih imbas ( induced overvoltage test) Untuk menguji kekuatan listrik ( electrical strength) selama 3 menit Pada lilitan arus bolak balik ( a. c) yang tidak

17 dikenai uji tegangan tinggi ( highvoltage test) lilitan fasa fasa : 1,5 x Tegangan nominal Pada angker ( armature) arus searah ( d. c ) dan semua lilitan yang tidak termasuk diatas : 1,3 x Tegangan nominal. Uji lilitan tegangan tinggi ( high voltage winding test) selama 1 menit diujikan antara lilitan dan rangka/ frame Pengukuran tahanan isolasi Dilaksanakan sebelum dan sesudah uji lilitan tegangan tinggi. Dilakukan dengan tegangan arus searah ( d. c) min. 500 volt. Besar tahanan isolasi tidak kurang dari 1 megohm, atau memenuhi rumus tersebut ; 3 x Teg. nominal ( v) dalam Megohm. K. V. A. nom b Di galangan kapal ( shipyard)

18 Pencocokan barang/ komponen dengan dokumen yang melampirinya ( sertifikat uji, catatan pengujian/ test record, dsb) Atestasi ( khusus, bila dianggap perlu & tidak ada jalan lain) c Di kapal Cara penempatan/ peletakan Mulai dari dudukan, penyambungan, ventilasi, pembumian / grounding, saluran pipa disekitarnya ( saluran udara masuk & buang) dsb. Pengukuran tahanan isolasi, sebelum kabel disambungkan ke beban. Uji jalan ( running test) Starter panel Kesegarisan dll. IV BATTEREI 1 Penginstalasian Penempatannya sedemikian sehingga memudahkan dalam pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian. Tidak boleh ditempatkan didaerah kamar tinggal/ tidur ataupun ruang palka ( kecuali dengan gas tight cell)

19 Tidak ditempatkan dilokasi yang bisa mempengaruhi kemampuan pelayanannya ataupun mengurangi umurnya ( terbuka terhadap suhu tinggi/ rendah yang tidak diijinkan, semprotan air, dll) Harus dipasang sedemikian agar luapan uap elektrolit tidak merusak peralatan disekitarnya Baterei lead acid dan alkaline tidak boleh diletakkan berdampingan ataupun didalam kamar/ ruang yang sama ( satu ruang) Untuk memperkecil jatuh tegangan baterei untuk keperluan alat asut ( starter) diletakkan sedekat mungkin dengan mesinnya. 2 Komponen yang dipakai Yang sudah disetujui badan klasifikasi adalah : Lead acid dengan dilute sulphuric acid sebagai elektrolit Nickel cadmium dengan dilute potassium hidriksid sebagai elektrolit Pada inklinasi sampai dengan 22,5 kapasitas nominalnya tetap terjaga dan sampai inklinasi 40 elektrolit tidak keluar/ tumpah Permukaan cairan elektrolit harus diberi tanda

20 3 Pemeriksaan dan Pengujian a Di pabrik pembuat Bila perlu atau ada permintaan khusus b Di galangan kapal Inventarisasi barang/ komponen c Di kapal Diperiksa hasil penginstalasian, meliputi penempatan, ventilasi kamar, kotak baterei, alat pengisian, interlock antara pengisi baterei & ventilasi daya kamar baterei ( kalau ada) dan kelengkapan khusus untuk peringatan dan catatan pemberitahuan ( warning and information). V TRANSFORMATOR 1 Penginstalasian Ditempatkan di kamar yang mudah dijangkau dan berventilasi cukup. Tidak boleh ditempatkan digeladak terbuka, ruang palka, gudang, daerah dengan bahaya ledak dan ruang akomodasi. Trafo tanpa pelindung ( terbuka IP 00) ditempatkan di kamar tertutup/ terkunci dan pintu masuknya harus terpisah dengan saklar jalur suplai daya ( power supply feeder switch)

21 Untuk trafo darurat lokasinya analog dengan generator darurat. 2 Komponen yang dipakai Yang boleh digunakan hanya " dry type transformer" Semua trafo memiliki kumparan/ lilitan terpisah, kecuali trafo asut/ penyala boleh oto trafo. Beda tegangan tanpa beban dan beban pebuh tiddak melebihi 5 %. Ketentuan lain dalam standar yang harus dipenuhi, seperti ; kelas isolasi, kenaikan suhu yang diperbolehkan dan kemampuan menahan pengaruh hubung singkat dari luar. 3 Pemeriksaan dan Pengujian a Di pabrik pembuat Periksa bahan/ material yang dipakai Periksa visual hasil pembuatan Uji kenaikan suhu Kenaikan suhu yang dicapai diukur setelah trafo dibebani pada tegangan & arus nominal atau dengan metode uji lain yang ekivalen.

22 Uji tegangan lebih imbas Lilitannya diuji pada 2 x tegangan nominal dan kenaikan frekwensi, selama 120 detik ( untuk meyakinkan bahwa isolasi antar kumparan cukup baik dan aman) Uji hubungsingkat Kalau diperlukan/ diminta Uji lilitan tegangan tinggi selama 1 ( satu) menit antara lilitan yang di uji dengan lilitan lain yang dihubungkan ke inti ( core) dan antara lilitan yang diuji dengan rangka ( frame) Pengukuran tahanan isolasi Dengan tegangan arus searah ( dc ) 500 volt. Tahanan isolasi sekurang kurangnya ; antara inpu dan output 5 megohm isolasi selebihnya 2 megohm b Di galangan kapal Inventarisasi barang dan kelengkapan data/ dokumen c Di kapal Periksa instalasinya ( penempatan & penyambungan)

23 Periksa pengamannya, seperti ; pelindung terhadap air & kejutan listrik ( electric shock ), ventilasi, pengaman beban lebih & hubung singkat, kemampuan kerja paralel ( kalau digunakan), dll, Uji fungsi/ kerja. VI MAIN SWITCHBOARD ( MSB) ( PANEL HUBUNG UTAMA) 1 Penginstalasianya Umumnya ditempatkan sedekat mungkin dengan generator utama Penempatannya sedemikian hingga aman terhadap pengaruh bahaya yang mungkin timbul oleh sekitarnya, seperti : Bagian bawah panel harus benar benar tertutup, bila terletak diatas bilga. Kalau diatas panel terpaksa harus pipa air atau talang udara, maka tidak boleh ada sambungan/ flanges atau screws. Untuk keperluan pengendalian, pengawasan, pengamatan, pemeliharaan, penggantian maka lebar gang didepan panel minimum 0,9 meter

24 dan dibelakang panel minimum 0,5 meter sedangkan disamping panel tergantung keperluan, tetapi sekurang kurangnya cukup buat ventilasi. Didepan panel, sedapat mungkin juga di belakang panel, dipasang grating atau mat berisolasi dan rel pegang berisolasi Apabila panelnya lebar, operator didepan panel harus bisa melihat keseluruh panel tersebut, kira kira dari posisi ditengah. 2 Komponen yang di pakai Harus dipenuhi ketentuan dalam standar yang berlaku. Terutama terhadap pengaruh kondisi sekitar dan pemilihan bahan serta isolasi yang tepat. Pemutus daya ( circuit beaker) harus memiliki sertifikat uji jenis dan pemilihannya disesuaikan kebutuhan. Peralatan pengaman ( protective devices) harus memenuhi ketentuan berikut : Trip tegangan rendah ( under voltage trip) bekerja pada jatuh tegangan ( voltage drop ) 70 % 35 % nilai nominal ( untuk generator dengan delay

25 waktu 500 mdet). Relai arus lebih ( over current relay) untuk generator harus bekerja dengan delay waktu maksimum 2 menit pada arus lebih 110 % 150 %. Relay daya balik ( reverse power relay) untuk generator kerja paralel dengan kapasitas 50 kva keatas, relay harus bekerja dengan delay waktu antara 2 5 detik, dengan setting 1 3 % nilai nominal untuk turbo generator dan 4 10 % nilai nominal untuk diesel generator. Pada jatuh tegangan ( under voltage) 60 % relay tidak boleh bekerja. Proteksi arus hubung singkat ( short circuit protection), harus bekerja dengan delay waktu pendek ( short time delay), sampai dengan 200 mili detik untuk arus searah ( dc) dan sampai dengan 500 mili detik untuk arus bolak balik ( ac). Phase failure protection harus bekerja tanpa delay waktu bila terjadi gangguan satu fasa pada rangkaian tiga fasa. Check synchronizers, untuk pengaman alternator terhadap sudut fasa yang tidak diperbolehkan pada saat hubungan paralel, harus bekerja hanya

26 pada sudut deviasi sampai dengan 45 ( listrik ) dan beda frekwensi sampai dengan 1 Hz. Insulation monitoring equipment harus terus menerus memperlihatkan tahanan isolasi dari sistim distribusi dan harus memberikan alarm apabila tahanan isolasi dari sistim turun/ jatuh dibawah 100 ohm/ volt ( arus pengukuran tidak boleh melebihi 12 ma disaat tehubung ke bumi, massa, badan sepenuhnya/ total. Seluruh alat ukur dari jenis yang diperbolehkan ( sesuai standar) dan dengan batas ukur masingmasing sebagai berikut ; Volt meter, minimum 120 % volt nominal Amper meter, minimum 130% Amp. nominal KW meter, minimum 120 % KW nominal, untuk generator kerja paralel bisa menunjuk pada daya balik ( reverse power) minimum 120 %. Frekwensi meter, minimum ± 5 Hz, terhadap frekwensi nominal. Tata letak bagian komponen harus memenuhi ketentuan dari segi keselamatan/ keamanan, mesalnya ;

27 Di bagian belakang dari panel yang terbuka, bagian yang bertegangan harus diamankan terhadap sentuhan/ kontak langsung pada ketinggian 0,3 meter. Tuas kerja diletakkan/ dipasang minimum 0,3 meter dari lantai dan tuas circuit breaker generator dipasang/ ditempatkan minimum 0,8 meter dari lantai. Ketentuan lain dalam standar y ang juga harus dipenuhi, seperti ; Jenis dan kapasitas sekering ( fuse) yang boleh digunakan Jenis dan jumlah meter serta jenis/ warna dan jumlah lampu indikator yang harus tersedia untuk setiap generator utama maupun generator bantu Penandaan padda meter pengukur, dll. 3 Pemeriksaan dan Pengujian a Di pabrik pembuat/ perakit Periksa bahan/ material Periksa sub komponen ( cb, kalibrasi meter meter, lampu pilot, fuse, relay, dll)

28 Periksa pelaksanaan perakitan Uji kerja / uji fungsi Dari semua kelengkapan yang ada di MSB) Uji tegangan tinggi Umumnya dilakukan sebelum uji kerja/ fungsi Pengujian dilakukan antar konduktor dan antara konduktor dengan rangka/ frame dari papan hubung utama Selama pengujian alat ukur & aparat bantu lainnya dilepas Pengukuran tahanan isolasi Dengan tegangan arus searah ( dc ) minimum 500 volt. Besar tahanan isolasi dari tiap seksi sekurang kurangnya 1 megohm Umumnya dilakukan sebelum dan sesudah uji tegangan tinggi b Di galangan kapal Inventarisasi barang dan kelengkapan data / dokumen, seperti sertifikat uji, test record, dll) c Di kapal Periksa kondisi instalasi, termasuk dudukan &

29 posisi, handrail & grating berisolasi, tutup lantai berisolasi, perlindungan terhadap penetrasi air & minyak dari / talang, dll. Pengecekan tahanan isolasi, sebelum penyambungan akhir dengan sumber daya dan beban Uji coba kerja/ fungsi dari semua peralatan di MSB Uji beban Untuk mengkaji kerja sama antar seluruh peralatan & perlengkapan listrik kapal termasuk menguji kemampuan seluruh peralatan pengaman & perlengkapan kontrol/ pengendali dll yang dianggap perlu. VII. PANEL PANEL LAIN ( ESB & DSB) 1 Penginstalasiannya # Emergency switchboard ( ESB) Ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber daya darurat, kondisi tempatnya sama dengan generator darurat, tetapi penginstalasiannya seperti Main Switchboard ( MSB) # Distribution Switchboard ( DSB)

30 Ditempatkan sedemikian hingga terlindung dari bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lingkungan sekitarnya ( cipratan air/ minyak, panas dsb) Di pintu kotak panel diberi keterangan ( kode & rangkaian yang disuplai) serta diberi kunci yang sedapat mungkin sama untuk semua panel. 2 Komponen # Emergency Switchboard ( ESB) Diterapkan sama dengan persyaratan untuk MSB # Distribution Switchboard ( DSB) Panel distribusi & kotak hubung harus dari bahan yang sulit/ tidak bisa terbakar, dan tetap bisa berfungsi baik pada kondisi pemakaian di kapal. 3 Pemeriksaan dan Pengujian ESB & DSB a Di pabrik pembuat Pemeriksaan visual Pengukuran tahanan isolasi Uji tegangan tinggi Uji kerja/ fungsi b Di galangan kapal Inventarisasi barang dan dokumen c Di kapal

31 Periksa instalasi ( penempatan & penyambungan) Pengukuran/ periksa tahanan isolasi ( sebelum penyambungan) Uji coba fungsi ( setelah tersambung) Periksa pengaman/ pelindung panel bila diperlukan, misalnya digeladak terbuka yang kemungkinan terjadi penetrasi air dsb. VIII PERANGKAT PENERANGAN 1 Penginstalasian Jenis lampu yang dipasang disesuaikan tempatnya ( biasa, kedap air, kedap ledak, dsb) Penempatannya harus sedemikian hingga terlindung/ terbebas dari bahaya mekanis, tetes/ cipratan air dll. Untuk tempat tertentu yang dikategorikan penting ( dari segi keselamatan/ safety) diusahakan untuk disuplai lewat 2 ( dua) rangkaian terpisah, seperti ; kamar mesin & kamar kendali ( control) dapur besar gang tangga ke geladak sekoci ruang duduk & makan untuk penumpang dan

32 awak kapal Setidak tidaknya ( misal karena kapal kecil ) saluran/ rangkaian kedua disuplai lewat sumber darurat. Socket hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang 2 Komponen benar benar aman/ terlindung dari bahaya mekanis ( tidak boleh di ruang palka), juga tidak boleh ditempatkan pada lokasi dengan tingkat bahaya tinggi, seperti ruang boiler, underfloor machinery, dekat fuel oil ( FO), lub. oil ( LO), separator dsb. Seluruh bagian perangkat penerangan dari jenis pemakaian di kapal Pemilihan berdasar kebutuhan( tergantung tempat & kondisi sekitar) 3 Pemeriksaan dan Pengujian a Di pabrik pembuat Uji jenis komponen atas permintaan ( ketentuan sesuai standard) pemeriksaan bahan & rancangan Uji coba fungsi

33 b Di galangan pembuat Inventarisasi barang dan dokumen terutama untuk perangkat penerangan yang ditempatka di daerah berbahaya. c Di kapal Periksa instalasi Penempatan dan pemasangan, khususnya kondisi sekitar Khusus untuk penerangan darurat, diperiksa benar penempatannya sesuai ketentuan keselamatan ( SOLAS) Khusus untuk lampu yang ditempatkan di daerah berbahaya diperiksa cara pemasangan dan penempatannya. Uji coba fungsi/ kerja masingmasing bagian. IX K A B E L 1 Penginstalasiannya Prinsipnya pada semua saluran kabel penting tidak boleh ada sambungan ( harus terjalur penuh) antara lain saluran kabel dari : Sumber daya ke MSB MSB ke pemakai daya ( motor) atau panel distribusi

34 ( khususnya pemakai daya penting/ essential) 1.1 Penjaluran kabel Kabel dijalurkan selurus mungkin dan bebas dari gangguan mekanis Pembengkokan/ pelengkungan kabel yang dibolehkan ( min. R) adalah seperti pada tabel berikut : Tabel : Radius kurvatur yang diijinkan outside diameter of cable ( D) 25 mm or under cables without metal sheath or braid 4 D cables with metal sheath or braid 6 D over 25 mm 6 D 6 D Harus dihindari sumber panas, seperti boiler, pipa panas dll. kalau terpaksa tidak bisa dihindari maka harus diberi pelindung/ pembungkus untuk menghindari pengaruh radiasi panas. Harus dihindari juga tempat lain yang dianggap berbahaya, seperti daerah panas ( fire zone) Ditempat tempat dimana kemungkinan bahaya mekanis timbul ( karena kondisi tempat itu sendiri

35 atau karena gerakan dan getaran kapal, kabel harus dilindungi dengan selungkup / pelindung ( misalnya penembusan antar ruang akomodasi) Penempatannya pada saluran kabel ( cable ways, trays, ducts, dll) harus diatur sedemikian sehingga mudah untuk pemeriksaan, penggantian dan ventilasinya baik ( untuk menghindari pengembunan/ korosi) cable ways, trays sedapat mungkin dari metal 1.2 Pengikatan kabel Umumnya kabel diikat dengan clips atau bindings dari metal ( untuk menghindari korosi) atau pengikat yang terbuat dari bahan tahan api ( flame retardant), kecuali untuk " mobile consumers" dengan flexible cords atau kabel yang dijalurkan lewat pipa, conduit, trunk, casing khusus. pengikat dari plastik harus dengan persetujuam khusus untuk pengikat kabel kedinding aluminium digunakan galvanized clips atau sejenisnya, dengan sekerup ( screw) dari cadmium atau galvanized steel

36 Clips untuk kabel yang lebih besar dari 30 mm ataupun clips untuk kabel yang lebih dari satu harus diberi penyangga dan diikat. Untuk jarak clips dan diameter kabel yang dipakai dapat dilihat pada tabel ( clips distance ) dibelakang. Untuk kabel yang dijalurkan tegak / vertikal, jarak antara clips boleh 25 % lebih besar dari nilai dalam tabel clips distance. Pengikatan & pengencangannya harus dengan alat ( tool) yang direkomendasikan oleh pembuat (( manufacturer) 1.3 Tegangan regang ( tensile stress) Kabel harus diinstalasikan sedemikian, sehingga tegangan regang yang mungkin timbul masih dalam yang diijinkan. Untuk itu perlu perhatian khusus bagi kabel yang berpenampang kecil bila kabel tersebut terjalur tegak/ vertikal dan kabel terjalur dalam pipa tegak/ vertikal. 1.4 Pelindung kerusakan mekanis Ditempat / lokasi dimana kerusakan mekanis

37 kemungkinan besar terjadi seperti ; ruang palka, geladak terbuka, dll, kabel dipasang / ditempatkan 500 mm diatas lantai dan harus diberi pelindung ( cover ). Pelindung kabel dari metal dihubungkan langsung ke lambung kapal. 1.5 Kabel dan kawat dalam pipa, konduit atau talang metal tertutup. Digunakan antara lain pada cargo winches ( antara pengaman / swicthgear dan motornya ) diruang palka instalasi bawah lantai, dan lainlain lokasi yang tingkat bahayanya sejenis. Permukaan dalam konduit & talang harus rata benar dan diujungnya berbentuk sedemikian hingga tidak merusak kabel ( waktu penjaluran maupun pengaruh gerakan / getaran kapal) Konduit dan talang yang dipasang pada sudut dan horizontal terhadap lantai maka pada bagian yang rendah diberi lobang dengan ukuran diameter minimal 10 mm untuk memastikan bahwa tidak ada cairan yang terkumpul pada bagian dalam konduit dan talang. Agar penarikan / pemasangan kabel tidak sulit, maka untuk lengkungan pipa / konduit harus

38 dengan radius kurvatur minimum 1.5 kali dari nilai pada " tabel radius kurvatur yang diijinkan " lihat 1.1 didepan Hanya 40 % dari penampang dalam konduit / pipa / duct yang boleh terisi kabel. Kabel dengan pembungkus luar dari plastik dapat dipakai ddalam konduit/ pipa. Konduit / pipa harus terhubung dari metal sepanjang pemasangannya dan harus dibumikan ( earthed) dengan efektif. Untuk pipa / konduit yang bukan metal hanya dipasang didaerah akomodasi dan untuk perlengkapan/ rangkaian bertegangan 250 volt kebawah. Pipa / konduit harus dari bahan yang sulit terbakar ( flame retardant) 1.6 Penembusan kabel Penembusan kabel tidak boleh mempengaruhi kekuatan mekanis, kekedapan air dan ketahanan bakar dari sekat & geladak yang ditembusnya. Perlengkapan penembusan kabel tersebut harus terbuat dari bahan tahan api. Kalau penembus diisi kompon ( kedap air), maka kabel kabel dalam penembus diletakkan sejajar /

39 paralel dan tidak saling menyilang sepanjang 250 mm. Saat proses pengisian kompon, reaksi panas yang timbul tidak boleh menyebabkan regangan terhadap kabelnya. Penembus kabel untuk sekat & geladak kedap air harus mampu ditekan minimum 30 menit. 2.5 bar selama Hal hal lain yang perlu diperhatikan seperti ; Kabel & kawat menembus sekat atau bar ( pilar) geladak dari metal agar tidak rusak dilindungi dengan lapisan atau lining yang terbuat dari bahan yang sesuai. Kabel menembus geladak dilindungi dari kerusakan dengan pipa/ casing setinggi minimum 300 mm Talang/ duct kabel harus dirancang sedemikian hingga api disalah satu geladak tidadk merambat ke geladadk lainnya lewat talang/ duct tersebut. 1.7 Instalasi ditempat khusus Instalasi kabel ditempat khusus, seperti di ruang radio, navigasi, daerah magnetik kompas, ruang pendingin

40 dsb. disesuaikan dengan karakteristik tempatnya termasuk bahannya. 1.8 Fire stop Fire stop dipasang pada tempat tempat ; Main switchboard ( MSB) dan Emergency switchboard ( ESB) Jalan masuk kabel pada ruang kontrol mesin ( engine control room) Pusat kontrol panel dan konsol/ kabinet untuk instalasi penggearak utama dan untuk peralatan bantu penting lainnya. Untuk ruangan tertutup dan ruangan setengah tertutup, fire stop harus dipasang pada tempat trempat berikut ; pada setiap titik masuk dan keluar jalan kabel pada konduit metal Untuk jalan kabel yang terbuka dan vertikal, minimum pada setiap second deck dan maksimum setiap interval 6 meter setiap 14 meter untuk jalan kabel horizontal terbuka. 1.9 Fire stop desain Penembusan kabel tahan api sampai pada fire stop

41 harus memenuhi persyaratan SOLAS untuk partisi BO Firei stop ( sebagai contoh) dapat dibentuk dari partisi yang telah ada atau dengan menggunakan pelat baja tebal minimum 3 mm dengan B O penembusan pada setiap bagian. Pelat baja dirancang sedemikian hingga mengelilingi kabel dan seperti yang ditentukan berikut ; dua kali ukuran maksimum kabel yang dipasang untuk instalasi vertikal. satu kali ukuran maksimum kabel yang dipasang untuk instalsi horizontal. Pelat baja tidak perlu diteruskan sampai pada pelindung/ penutup atas, deck, bulkheads atau pelat dinding Pemakaian cat/ pelindung kedap bakar Sehubungan dengan fire stop desain, seperti yang diuraikan diatas, maka cat kedap bakar yang telah disetujui kelas dapat digunakan, seperti berikut : setiap 1 meter untuk panjang kabel 14 meter yang dipasang horizontal sepanjang kabel yang dipasang vertikal II Komponen

42 Pada prinsipnya semua kabel dan kawat berisolasi harus dari jenis yang telah disetujui kelas ( type test certificate) Untuk itu ketentuan dalam standar harus dipenuhi ; a. l. Bahan konduktor : electrolytic copper dengan tahanan / resistivity tidak melebihi 17,241 ohm. mm 2 / km pada 20 C. Minimum jumlah kawat per konduktor ; lihat " tabel jumlah minimum kawat per konduktor" Bahan isolasi dan tebal dinding isolasi dari jenis yang telah diakui ( standar). Isolasi tidak boleh menempel pada konduktor, untuk itu sebagai pemisah digunakan tape/ pita atau film ( tebalnya tidak dihitung sebagai bagian tebal dinding isolasi) Untuk data teknis, lihat " tabel tebal dinding nominal dari isolasi" Bungkus ( cover), sarung ( sheath) & anyaman ( braid ) pelindung. Kabel urat banyak ( multi core) harus dilengkapi dengan urat yang dibungkus bahan pengisi ( filler) atau lilit ( wrap). Untuk sarung non metal harus dari jenis yang suddah distandarkan. Sarung tidak boleh menempel pada anyaman maupun

43 isolasi antara. Permukaan anyaman kawat metal ( kalau dipakai kabel yang selungkup paling luar hanya anyaman kawat tsb.) harus dilapisi cat yang bebas timah ( lead free) dan tahan bakar ( flame retardant). Cat harus mempunyai vikositas cukup rendah dan benar benar meresap kedalam anyaman. Setelah kering kabel bila dibengkokan maka lapisan cat tidak boleh retak / terkupas. III Pemeriksaan dan pengujian 1 Di pabrik pembuat Uji jenis ( type test) atau uji tunggal ( sebagian dari produk) Pengujian dilaksanakan sesuai aturan dalam standar dan hasilnya dicatat dalam laporan uji Uji tunggal dilakukan bila dianggap perlu, misalnya data/ dokumen diragukan atau tidak jelas, kabel sudah sesuai ketentuan uji atau belum, dsb. Pelaksanaan uji harus dengan persetujuan kelas dan sekurang kurangnya mencakup ;

44 uji tahanan konduktor uji tegangan uji tahanan isolasi Analisa dan verifikasi terhadap struktur & karakteristik bahan/ material tanpa penuaan ( ageing) dengan contoh ( sample ) secara random 2 Digalangan kapal Inventarisasi barang dan dokumen teknis 3 Di kapal Periksa hasil penginstalasian, khususnya ; kemungkinan kerusakan bagian luar ( akibat cara penarikan/ pembengkokan kabel) penyambungan dan pencabangan kabel ( expansion joint) penjaluran kabel di kabin dan daerah akomodasi cara penembusan dan penggunaan bahan yang tepat / disetujui pada sekat & geladak kedap air atau tahan api ( fire proof). Pemeriksaan tahanan isolasi, sebelum

45 penyambungan akhir. Pemeriksaan pembumian ( earthing) kabel ke lambung kapal.

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN INSTALASI LISTRIK PELAYANAN LISTRIK HARUS MAMPU

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Kondisi Black Out adalah kondisi dimana sumber tenaga penggerak utama, permesinan bantu, dan peralatan lainnya pada kapal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta maryonoam@yahoo.com http://maryonoam.wordpress.com Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Siswa memahami macam-macam kriteria pemilihan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA Dosen Tetap Yayasan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi BAB II PEMBAHASAN II.1. Gambaran Masalah Penggunaan proteksi dalam bidang kelistrikan mencakup segi yang luas. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

Pengantar Listrik Kapal

Pengantar Listrik Kapal Pengantar Listrik Kapal Scope Yang termasuk dalam shipboard electrical system adalah Electric power plant Penerangan Interior communications dan control Eksterior communications Navigation system dan sistem

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB IV PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 4.1 Pengoperasian Untuk mengoperasikan ESP, ada presedur yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Pemeriksaan sebelum start-up 2. Start-up 3. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA 2 PERSYARATAN KHUSUS DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT Lampiran ini menguraikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi TI-: Otomasi Sistem Produksi Hasil Pembelajaran Umum ahasiwa mampu untuk melakukan proses perancangan sistem otomasi, sistem mesin NC, serta merancang dan mengimplementasikan sistem kontrol logika. Diagram

Lebih terperinci

Model : MFGA-24CR MFGA-48CR

Model : MFGA-24CR MFGA-48CR Buku petunjuk pemasangan (manual) Penyejuk ruangan tipe lantai terpisah. Model : MFGA-24CR MFGA-48CR Bacalah buku ini seluruhnya sebelum memasang penyejuk ruangan ini. Bila terjadi kerusakan pada kabel

Lebih terperinci

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2012 2012, No.612 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI 4.1 Prinsip Kerja Sinkronisasi Genset di PT. ALTRAK 1978 Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan terinduksi

Lebih terperinci

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG UNTUK TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teorema Thevenin (1) Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

makalah tentang kubikel 20 kv

makalah tentang kubikel 20 kv makalah tentang kubikel 20 kv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangannya, kebutuhan energi listrik semakin meningkat, sedangkan masyarakat sebagai konsumen energi listrik juga bertambah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI Diagram Listrik Ladder Diagram Garis Tipis dan Garis Tebal Sirkit Daya dan Sirkit Kontrol Penamaan Komponen (Huruf dan Angka) Penomeran Kabel Garis terputus-putus :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /

Lebih terperinci

A. SKEMA RANGKAIAN DAN INSTALASI. A.1. Blok Diagram Alarm - 3 -

A. SKEMA RANGKAIAN DAN INSTALASI. A.1. Blok Diagram Alarm - 3 - Terimakasih atas kepercayaan Anda terhadap Alarm Sepeda Motor Zuvitronic ZN01 sebagai pengaman sepeda motor Anda. Keunggulan Alarm ini adalah: 1. Password 3 digit. Motor tidak akan bisa dihidupkan tanpa

Lebih terperinci

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Split Type Air Conditioner AQA-KC05AGC6 AQA-KC05AG6 AQA-KC09AG6 Trouble shooting Page Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak

Lebih terperinci

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI 4.1 Definisi dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Langkah Perancangan Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Pembuatan gambar rancangan (diagram rancangan) Pemilihan komponen Pemasangan komponen Pengujian

Lebih terperinci

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Arus Petir 90 % i I 50 % 10 % O 1 T 1 T 2 t Karakteristik Petir Poralritas Negatif Arus puncak (I) Maksimum Rata-rata 280 ka 41 ka I T 1 T 2 200

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin SNI IEC 60335-2-80:2009 Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin (IEC 60335-2-80 (2005-11), IDT) ICS 13.120 Badan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK 117 Berdasarkan kondisinya : 1. Mentah, merupakan bahan dasar yang masih perlu diolah untuk dijadikan bahan setengah jadi atau bahan jadi (siap pakai).

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

Trouble shooting Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG. Standing Floor Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

Trouble shooting Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG. Standing Floor Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Standing Floor Type Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak berfungsi Trouble shooting

Lebih terperinci

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA BAB I 1. TUJUAN Pedoman ini membahas tata cara instalasi perangkat di ruangan Rangka Pembagi Utama, seperti : Rangka Pembagi Utama (RPU), perlengkapan Cable Chamber, Blok Terminal Rangka Pembagi Utama

Lebih terperinci

No. Nama Komponen Fungsi

No. Nama Komponen Fungsi Jobsheet Baterai / Aki PROSEDUR MELEPAS BATERAI 1. Matikan mesin atau putar kunci kontak pada posisi OFF. 2. Buka tutup tempat baterai atau body pada sepeda motor. 3. Kendorkan terminal baterai negatif

Lebih terperinci

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Umum Seperti telah di ketahui bahwa mesin arus searah terdiri dari dua bagian, yaitu : Generator arus searah Motor arus searah Ditinjau dari konstruksinya, kedua mesin ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi BAB III PERANCANGAN GENSET 3.1 SPESIFIKASI GENSET Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi listrik cadangan adalah terdiri dari 2 ( dua ) unit generating set yang memiliki

Lebih terperinci

Bagian 2 Persyaratan dasar

Bagian 2 Persyaratan dasar Bagian 2 Persyaratan dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan 2.1.1 Umum 2.1.1.1 Persyaratan dalam pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak dan keamanan harta benda dari bahaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu : Nama : Setyawan Rizal Nim : 09501244010 Kelas : D PHB (PANEL HUBUNG BAGI) PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI 4.1 In Service / Visual Inspection 4.1.1 Pengertian Merupakan kegiatan inspeksi atau pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan 5 sense (panca

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Dasar Komponen-Komponen Panel Listrik dan Fungsinya 3.1.1 Saklar magnet/magnetic contactor Gambar 3.1 Kontaktor Kontaktor magnet adalah suatu alat penghubung rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

TI3105 Otomasi Sistem Produksi

TI3105 Otomasi Sistem Produksi TI105 Otomasi Sistem Produksi Diagram Elektrik Laboratorium Sistem Produksi Prodi. Teknik Industri @01 Umum Hasil Pembelajaran ahasiwa mampu untuk melakukan proses perancangan sistem otomasi, sistem mesin

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT 1.1 Sistem Proteksi Suatu sistem proteksi yang baik diperlukan pembangkit dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia listrik untuk dapat melindungi

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa (IEC 60335-2-41 (2005-06), IDT) ICS 13.120; 97.180; 23.080 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH 216 217 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA 2.1 Umum Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M.

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M. PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, 24-26 Maret 2015 Oleh: Fariz M. Rizanulhaq Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) TUJUAN DAN SASARAN Peserta memahami berbagai macam alat proteksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

: Laboratorium Uji, PT Hartono Istana Teknologi : Jl. Raya Semarang Demak km. 9, Semarang, Jawa Tengah Telp. (024) Faks.

: Laboratorium Uji, PT Hartono Istana Teknologi : Jl. Raya Semarang Demak km. 9, Semarang, Jawa Tengah Telp. (024) Faks. AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-260-IDN Nama Laboratorium Alamat : Laboratorium Uji, PT Hartono Istana Teknologi : Jl. Raya Semarang Demak km. 9, Semarang, Jawa Tengah Penandatangan

Lebih terperinci

A. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan menguji/memeriksa baterai. 2. Siswa dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan visual baterai.

A. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan menguji/memeriksa baterai. 2. Siswa dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan visual baterai. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Memelihara Baterai : Menguji Baterai Indikator : Dapat menjelaskan prosedur pengujian baterai. A. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan menguji/memeriksa

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah

Lebih terperinci