ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIJASA BAROKAH DI BMT UGT (USAHA GABUNGAN TERPADU) SIDOGIRI CABANG SERIRIT
|
|
- Suharto Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIJASA BAROKAH DI BMT UGT (USAHA GABUNGAN TERPADU) SIDOGIRI CABANG SERIRIT Ita Rofiqa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penerapan akad ijarah dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional, kendala yang dihadapi dalam menerapkan akad ijarah, dan upaya dalam menyelesaikan kendala akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa di Baitul Maal wa-tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri Cabang Seririt. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Sedangkan objek penelitian ini adalah penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multi jasa barokah. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi yang dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan akad ijarah sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia, kendala dalam penerapan akad ijarah pada produk multijasa yaitu dalam pengajuan pembiayaan dan penagihan, dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan akad ijarah yaitu melakukan pendekatan secara personal, penagihan secara intensif kepada nasabah, memberikan surat peringatan, dan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan. Kata Kunci: ijarah, pembiayaan multijasa, syariah Abstract This study aims to know the compatibility of ijarah implementation with Fatwa Dewan Syariah Nasional, the obstacles in applying ijarah, the effort to solving the constraint of ijarah in multi service product at Baitul Maal wa-tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri Seririt Branch. This research is a qualitative descriptive research. The subject of this research is BMT UGT Sidogiri Seririt Branch. While the object of this research is the application of ijarah contract on multi service product of barokah. Data were collected by interview and documentation method that analyze by qualitative descriptive. The results of this study indicate that the Implementation of ijarah have been appropriating with applicable regulation in Indonesia and Fatwa Dewan Syariah Nasional, the obstacles of ijarah implementation in multi service product is financing submission and billing, and the effort to solving the obstacle of ijarah implementation is by personal approaching, spread the questioner, intensive billing to customer, provide a warning letters, rescheduling the installment period and minimize the number of installments if necessary. Keywords: ijarah, multi service financing, syariah PENDAHULUAN Modern ini begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara cepat pula. Kebutuhan tersebut berupa kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dalam menjalani kehidupan, kebutuhan primerlah yang sangat mendesak untuk dipenuhi, namun tidak jarang di samping kebutuhan primer ada kebutuhan darurat yang harus dapat segera terpenuhi seperti kebutuhan akan jasa
2 medis ketika mengalami sakit yang tidak dapat diduga dan kebutuhan akan pendidikan yang tidak kalah pentingnya. Kondisi ekonomi setiap orang tidak selalu memungkinkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya, kadang ketika kebutuhan datang seseorang sedang berada dalam kondisi ekonomi yang tidak baik sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Salah satu solusi yang sering ditempuh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan seperti lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan nonbank. Banyak bermunculan lembaga keuangan di tengah-tengah masyarakat terkadang dalam transaksinya mempraktikkan riba atau bunga yang dipandangnya sebagai keuntungan, padahal di dalam Islam jelas dinyatakan bahwasanya riba itu merupakan sesuatu yang dilarang. Tidak jarang lembaga keuangan yang menamakan lembaganya sebagai lembaga keuangan syariah, namun pada kenyataannya tidak semua lembaga keuangan menjalankan usahanya sesuai dengan teori yang diterapakan dalam hukum Islam. Dengan kenyataan seperti inilah, maka seorang muslim yang mengelola lembaga keuangan syariah harus berusaha menerapkan praktik berlandaskan serta sesuai dengan ketentuan syariah untuk melayani masyarakat. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain (Muhammad, 2005). Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefiinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Menurut Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian pinjaman atau penyedia dana yang diberikan kepada peminjam atau yang dibiayainya dan pihak yang dibiayai tersebut wajib untuk membayar atau mengembalikan tagihan tersebut pada jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan dan dengan imbalan yang telah disepakati. Menurut Ascarya (2007), aspek syariah paling utama yang harus dipenuhi dalam transaksi pembiayaan syariah adalah akad. Akad berarti putusan, penguatan, kesepakatan atau transaksi yang dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Ketika akadnya sudah sesuai dengan syariah maka transaksi dipandang halal, akan tetapi jika tidak maka transaksi tersebut dipandang tidak halal. Salah satu lembaga keuangan yang berlandaskan nilai-nilai syariah adalah Baitul Maal wa-tamwil (BMT). Baitul Maal wa-tamwil (BMT) merupakan sebuah jawaban untuk suatu wilayah yang belum terjamah ataupun terjangkau oleh lembaga-lembaga keuangan perbankan. Selain itu BMT juga merupakan financial inclusion ketika masyarakat kecil tidak mampu mengakses keuangan karena keterbatasan dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem perbankan. Menurut Sumar in (2012) Baitul Mal Wa at-tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu, adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. Soemitra, Andri (2009) mendefinisikan BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dari definisi di atas mengandung pengertian bahwa BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama sebagai yaitu, baitul maal (rumah harta) artinya menerima titipan dana zakat, infaq dan shadaqah
3 serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya, baitul tamwil (rumah pengembangan harta) artinya melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil yang dalam tugasnya mengumpulkan dan menyalurkan dana non profit seperti zakat, infaq dan shadaqah dan dana komersial. Dalam BMT terdapat perpaduan dua sifat yang berbeda yaitu laba dan nirlaba. Bisnis merupakan kegiatan utama BMT sedangkan sebagai penunjangan adalah kegiatan sosial. Dalam kegiatan sosial BMT menghimpun dana-dana sosial dari zakat, infaq dan shadaqoh, dan kemudian didistribusikan kepada yang berhak. Selain kegiatan sosial, BMT juga merupakan lembaga bisnis dengan menghimpun dana melalui simpanan berbentuk tabungan wadiah dan mudharabah. Sementara penyaluran dana berupa pembiayaan atau investasi berupa pembiyaan qard, dengan prinsip jual beli (murabahah, salam dan istisna ), prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), dan prinsip sewa menyewa (ijarah dan ijarah muntahia bitamlik atau IMBT) yang dijalankan bedasarkan prinsip syariah. Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan keuangan. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang dan jasa. Menurut Kasmir (2012) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diiikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. Di Indonesia, akad ijarah telah diterangkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berisi tentang masalahmasalah yang berkaitan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan langsung dengan lembaga keuangan syariah ataupun lainnya. Fatwa Dewan Syariah Nasional inilah yang menjadi salah satu pedoman bagi Lembaga Keuangan Syariah khususnya BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Menurut Nafis (2011) Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara struktural berada di bawah MUI. Tugas DSN adalah menjalankan tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan DSN dimaksudkan oleh MUI sebagai usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Disamping itu, DSN diharapkan dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. Oleh sebab itu, DSN berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia di bidang ekonomi dan keuangan. Otoritas tertinggi syariah di Indonesia berada pada Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
4 MUI), yang merupakan lembaga bebas dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan semua masalah syariah, baik masalah ibadah maupun mu amalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan. Untuk meningkatkan ekonomi rakyat, terdapat hambatan yang harus dihadapi masyarakat. Selain modal hambatan psikologis sebagai Umat Islam yang harus bertransaksi secara halal serta menghindari sistem riba dan gharar, maka dari itu BMT dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan taraf hidup perekonomian yang lemah, dengan memberikan pembiyaan untuk menambah modal Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga usaha kecil mampu mengelola dan meningkatkan produktivitas pengusaha mikro. Dengan demikian masyarakat kecil tidak meminjam kepada renternir yang tidak akan menyelesaikan masalah tapi malah mencekik masyarakat kecil. BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri Cabang Seririt merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki berbagai macam produk. Salah satu produk jasa yang dikeluarkan adalah pembiayaan multijasa, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas jasa yang disebut Pembiayaan Multijasa Barokah. Pembiayaan multijasa yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat dan jasa (Sholihin, Ahmad Ifham 2010), sedangkan menurut Wangsawidjaja, (2012) bahwa transaksi ijarah dalam pembiayaan multijasa adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang atau jasa antara pemilik modal obyek sewa, termasuk kepemilikan hak pakai atas obyek sewa dengan penyewa, untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan. Berdasarkan akad ijarah multijasa BMT mendapat ujrah (upah) dari pembiayaan yang disalurkan. Unsur yang disewakan yaitu pemanfaatan atas tenaga orangnya, yang kemudian mendapatkan ujrah (imbalan), atau dengan kata lain pembiayaan dengan prinsip sewa atas hak guna atau manfaat. Pembiayaan multijasa merupakan fasilitas pembiayaan konsumtif yang tidak bertentangan dengan syariah seperti pendidikan, kesehatan, umrah, haji, pernikahan dan lainnya. Dengan demikian, pembiayaan multi jasa memberikan nilai manfaat kepada anggota atau nasabah yang akan membayar fee (upah) sebagai kompensasi atas manfaat yang telah diperolehnya dengan cara mengangsur atau melunasi sekaligus sesuai dengan kesepakatan di awal akad. Melalui pembiayaan multijasa ini, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mendapat kemudahan dalam mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jasa-jasa yang dibenarkan secara syar i. BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt berdiri sejak tanggal 29 oktober 2012 sejak itu pula pembiayaan multijasa dibuka namun baru dikenal dan diminati masyarakat sekitar sejak tahun Pembiayaan multijasa yang diterapkan pada BMT ini baru berumur dua tahun, sudah pasti dalam penerapannya masih menemui kendala. Diantara kendala yang dihadapi adalah terdapat nasabah yang masih menunggak dalam pembayaran bahkan dalam kasusnya anggota sampai tidak membayar dua bulan berturut-turut, baik bayar ujrah (upah) saja maupun pokok, hal ini terbukti dalam penelitian awal pada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Berikut data yang diperoleh tersedia pada tabel 1. Tabel 1. Data Kolektibilitas Produk Multijasa Barokah di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt (dalam ribuan rupiah) Tahun Baki Debet Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Total Nominal Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % , ,7 65, ,00 34, , , ,94 37, ,00 0, , ,1 51, , , ,6 24, ,54 60, ,1 14, ,24 100
5 METODE Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif pada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian akad ijarah dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Data kualitatif yang diperoleh berupa informasi dalam bentuk uraian bagaimana penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa, serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam praktiknya lalu bagaimana cara menyelesaikan kendala-kendala yang ada. Dari data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dan dituangkan dalam bentuk kata-kata, angka maupun gambar dengan cara mencocokkan data yang diperoleh dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang akad ijarah kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan yang realistis. Subjek penelitian ini adalah BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 81 Desa Karangsari Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Bali. Objek penelitian ini adalah penerapan akad Ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk memperoleh data berupa kesesuaian penerapan akad ijarah dengan pedoman yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional, kendala dan solusi dalam menerapkan akad dengan pedoman wawancara sebagai instrumennya. Narasumber dalam wawancara adalah Kepala BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mengkaji dokumen-dokumen seperti data kolektibilitas dan data angsuran BMT. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data kesesuaian penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah dengan pedoman yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional, kendala dalam penerapan akad dan upaya dalam menyelesaikannya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder berupa data angsuran BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif yang membahas tentang kesesuaian penerapan akad ijarah dengan pedoman yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional, upayaupaya pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt dalam menghadapi kendala penerapan akad ijarah. Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan setelah memperoleh data baik data baik dengan wawancara dan dokumentasi, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan akhir penelitian. Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya: mengumpulkan data dengan analisis data, hasil pengumpulan data tersebut tentu saja perlu direduksi (data reduction), yaitu dengan mengihtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milah ke dalam satuan konsep tertentu. Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan kedalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh, display data tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclusion). Data yang diperoleh dalam BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt berupa rukun dan syarat ijarah, ketentuan objek ijarah, kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah, ketentuan akad multijasa, kendala dan penyelesaiannya. Dari data tersebut selanjutnya akan dianalisis dan dituangkan dalam bentuk kata-kata, angka maupun gambar dengan cara mencocokkan data yang diperoleh dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional.
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa di BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri Cabang Seririt yang sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional dimaksud peneliti disini adalah prosedur atau mekanisme pembiayaan dari awal pengajuan pembiayaan sampai berakhirnya masa akad. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 20 Desember 2016 sampai 30 September 2017 dengan Bapak Suryadi selaku Kepala BMT UGT Usaha gabungan Terpadu Sidogiri Cabang Seririt, bahwa prosedur pemberian pembiayaan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah meliputi: pertama, tahap permohonan pembiayaan. Pada tahap ini diawali dengan kedatangan calon nasabah ke bagian AOSP (Account Officer Simpan Pinjam) untuk menyampaikan tujuan menyewa barang atau jasa yang dibutuhkan. BMT sebagai pemberi jasa akan menjelaskan kepada anggota tentang spesifikasi manfaat yang akan diterima anggota termasuk jangka waktu dan ujrah yang harus dibayar oleh anggota kepada BMT. Ujrah yang disepakati harus dinyatakan dalam bentuk nominal sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antar BMT dan anggota dikemudian hari. Calon nasabah mengajukan secara tertulis dalam blanko permohonan yang dikeluarkan oleh BMT dan nasabah harus melengkapi dokumen-dokumen berupa foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri, foto copy Kartu Keluarga, foto copy Akta Nikah, Foto copy slip gaji, Foto copy (Rekening listrik, telpon, PAM), foto copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir, Data jaminan berupa foto copy sertifikat tanah, foto copy Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), foto copy Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan lain-lain. Kedua, tahap penelitian dan analisa. Ketika anggota mengajukan pembiayaan, maka pihak BMT akan menilai dahulu kepada pihak calon anggota. Penilaian ini yang nantinya akan menjadi dasar bagi BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt untuk memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak dan jaminan yang diberikan kepada BMT BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila pembiayaan yang diberikan macet. Pada tahap ini bagian Account Officer Analisis (Bapak Abdullah) akan menganalisis permohonan pembiayaan dari segala aspek keuangan maupun non keuangan yang meliputi kelengkapan dokumen, sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur, kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan, sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai BMT, jaminan yang diberikan nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik dan kelayakan jaminan yang diajukan mitra usaha atau nasabah, dan kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Ketiga, tahap keputusan. Pada tahap ini Komite akan memberikan keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh bagian Account Officer Analisis (Bapak Abdullah). Dalam komite pembiayaan bisa terjadi tiga kemungkinan (1) jika persyaratan dan informasi kurang lengkap, maka komite meminta kepada bagian Analisa untuk mensurvei ulang, (2) bila permintaan mitra usaha dianggap tidak layak, maka seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas ijarah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada mitra usaha dan account officer menyampaikan penolakan tersebut kepada mitra usaha, (3) bila permintaan mitra usaha dianggap layak serta memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan khusunya menyangkut plafond sewa, biaya sewa per bulan beserta ujrah, jangka waktu sewa, jaminan, dan persyaratan lain yang harus dipenuhi mitra usaha. Di dalam melakukan akad, harus ada sighat yakni ijab dan qobul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak) baik secara verbal maupun tertulis. Selanjutnya pihak BMT akan menjelaskan apa saja yang menjadi kewajiban BMT dalam pembiayaan ijarah dan kewajiban nasabah sebagai anggota. Semua harus dipaparkan dengan jelas supaya tidak terjadi sesuatu yang menyebabkan sengketa dikemudian hari. Keempat, tahap administrasi dan pencairan kredit. Setelah diputuskan dan disetujui permohonan kredit calon nasabah oleh
7 Komite BMT maka pembiayaan bisa direalisasi. Bagian account officer Penagihan (Bapak Syamsul arifin) akan mengirimkan Surat Persetujuan ijarah kepada mitra usaha atau menelpon pihak yang bersangkutan untuk datang ke BMT. Setelah menerima surat persetujuan ijarah, mitra usaha menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan yang diajukan termasuk melengkapi seluruh dokumen yang diminta BMT. Selanjutnya mitra usaha menyerahkan jaminan untuk meyewa, sedangkan BMT mencatat ke dalam buku jaminan yang akan ditandatangani mitra usaha. Setelah itu pihak BMT akan memproses pembiayaan tersebut sesuai dengan apa yang telah menjadi keputusan dari Kepala BMT (Bapak Suryadi) baik mengenai nominal pinjaman sewa, jangka waktu, suku bunga, biaya-biaya yang timbul, jaminan dan jumlah angsuran. Maka perjanjian pembiayaan bisa dibuatkan yang nantinya akan di tandatangani oleh calon nasabah. Sebelum dilakukan penandatanganan perjanjian pembiayaan calon nasabah akan diminta menunjukkan dokumen asli dari permohonan pembiayaan seperti dokumen asli jaminan berupa surat tanah atau surat-surat kendaraan bermotor. Setelah dokumen lengkap dan sudah ditandatangani maka proses proses akan dilanjutkan pada tahap pencairan kredit. Penandatanganan pinjaman pembiayaan harus telah selesai sebelum pencairan dana, yang bertanggung jawab pada tahap ini pencairan pembiayaan adalah kasir (Bapak Muhammad Hidayatullah) di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt, telah menerapkan akad ijarah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia. Dimana kesesuaian tersebut meliputi. Pertama, rukun dan syarat Ijarah yang terdiri dari (1) sighat ijarah, (2) pihak-pihak yang berakad yakni pemberi sewa dan penyewa, (3) objek akad ijarah yakni manfaat barang dan sewa serta manfaat jasa dan upah. Kedua, ketentuan objek ijarah yang terdiri dari (1) objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa, (2) manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, (3) manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan), (4) kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah, (5) manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa, (6) spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, (7) sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) sebagai pembayaran manfaat, (8) pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak, (9) kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Ketiga, kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah yang terdiri dari (1) kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa berupa menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan, menanggung biaya pemeliharaan barang, menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan, (2) kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa yakni membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakan sesuai akad (kontrak), menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materi), jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, jika bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Keempat, ketentuan umum dalam pembiayaan multijasa yang terdiri dari (1) pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah, (2) dalam hal Lembaga Keuangan Syariah menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah, (3) dalam hal Lembaga Keuangan Syariah menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah, (4) dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, Lembaga Keuangan Syariah dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee, (5) besar ujrah atau fee harus
8 disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan bentuk persentase. Adapun perhitungan angsuran dan ujrah (upah) atau keuntungan pada produk pembiayaan multijasa pada contoh kasus yang peneliti temukan di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Contoh kasus: Anggota BMT UGT Sidogiri mengajukan pembiayaan sebesar Rp , 00 untuk pembayaran biaya pengobatan dengan agunan BPKB motor yang akan diangsur selama 1 tahun (12 bulan). Maka perhitungannya selama 1 tahun/ 12 bulan adalah. ( ) Tabel 2. Angsuran dan Ujrah Angsuran pokok Rp Ujrah (upah) Rp Total Rp Diangsur selama 12 bulan Rp : 12 bulan= Rp Tabel 3. Daftar Pembayaran Angsuran Ijarah Multijasa Angsuran Angsuran Jumlah Sisa Pokok Baki Debet Pokok (Rp) Ujrah (upah) (Rp) (Rp) (Rp) Tanggal (Rp) (1) (2) (3)=(1) + (2) (4)=(4) (1) (5)=(5) - (3) Total Pada kasus di atas, anggota BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt dapat menutup pembiayaan selama 6 bulan dengan melunaskan angsuran sebesar Rp , anggota mendapat diskon sebesar Rp Dasar dalam pemberian ujrah (upah) adalah suka sama suka, dimana dalam menentukan besaran ujrah harus ada kesepakatan antara BMT dan anggota yakni kisaran ujrah yang diberikan BMT dari 1,7% sampai 2,5%. Selanjutnya akan dilakukan proses negosiasi antar BMT dan anggota sehingga mendapatkan hasil besaran ujrah yang disepakati tentunya sesuai dengan kemampuan membayar dari anggota. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Suryadi selaku kepala BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt, kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan akad ijarah adalah kendala pengajuan dan kendala penagihan. Adapun kendala pengajuan berupa Ketidaktransparanan anggota dalam mengajukan pembiayaan. Seperti contoh: nasabah datang untuk mengajukan permohonan pembiayaan dengan maksud untuk berobat di rumah sakit, namun pada kenyataannya dana yang diberikan digunakan untuk modal usaha. Hal ini sudah sangat keluar dari akad yang sebenarnya. Selain itu kurang terbukanya nasabah terhadap kondisi keuangan usahanya sehingga BMT kesulitan dalam menganalisa usaha nasabahnya begitu pula informasi yang didapat di lapangan fiktif atau 50% benar. Sedangkan kendala
9 dalam penagihan yaitu nasabah tidak membayar angsuran kepada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt tanpa memberikan penjelasan kepada pihak BMT baik melalui via SMS maupun datang secara langsung ke BMT. Setelah dilakukan penagihan langsung ke rumah anggota, anggota tidak dapat ditemui atau tidak ada di rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BMT UGT Sidogiri (Bapak Suryadi) cara menyelesaikan kendala dalam pengajuan adalah dengan cara melakukan pendekatan secara personal kepada pihak mitra usaha dan menggali lagi informasi ke orang-orang atau tetangga terdekat, terjun langsung ke pasar dan door to door. Adapun cara penyelesaian penagihan dilakukan dengan cara penagihan secara intensif kepada nasabah, apabila nasabah telat bayar dalam hitungan hari maka pihak BMT akan menghubungi nasabah via SMS untuk mengingatkan. Apabila nasabah telat bayar sampai empat bulan maka akan diberikan surat peringatan, jika nasabah menunjukkan itikad baik maka pihak BMT akan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt menunjukkan bahwa, penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa dari awal pemberian pembiayaan sampai berakhirnya masa akad telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia. Namun dalam prosesnya masih mengalami kendala. Kendala tersebut yakni kendala dalam pengajuan pembiayaan dan penagihan. Adapun kendala dalam pengajuan pembiayaan disebabkan karena ketidaktransparanan anggota dalam mengajukan permohonan pembiayaan. Ditemukan beberapa anggota yang tidak jujur dalam mengungkapkan maksud dan tujuan pengajuan pembiayaan, artinya bahwa pengajuan pembiayaan tidak sesuai dengan penggunaan atau akad. Hal inilah yang mengakibatkan anggota tidak bisa membayar angsurannya. Selain itu, usaha anggota yang mengalami penurunan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya kemacetan dalam pembiayaan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt melakukan berbagai upaya. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengajuan pembiayaan yaitu, melakukan pendekatan secara personal kepada anggota, menggali informasi secara lebih dalam lagi ke berbagai pihak mengenai kondisi ekonomi anggota dan melakukan pendekatan persuasif untuk mengetahui masalah dalam usahanya. Selanjutnya penyelesaian kendala penagihan dilakukan dengan cara penagihan secara intensif kepada anggota dan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah meliputi prosedur pembiayaan dari awal pemberian pembiayaan sampai berakhirnya masa akad dan praktek pembiayaan multijasa di BMT UGT (Usaha gabungan Terpadu) Sidogiri Cabang Seririt sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Kedua, kendala-kendala dalam penerapan akad ijarah yaitu kendala pengajuan dan kendala penagihan. Adapun kendala pengajuan yakni ketidaktransparanan anggota dalam mengajukan pembiayaan. Seperti kasus yang pernah dialami oleh BMT: nasabah datang untuk mengajukan permohonan pembiayaan dengan maksud untuk berobat di rumah sakit, namun pada kenyataannya dana yang diberikan digunakan untuk modal usaha. Hal ini sudah sangat keluar dari akad yang sebenarnya. Selain itu kurang terbukanya nasabah terhadap kondisi keuangan usahanya sehingga BMT kesulitan dalam menganalisa usaha nasabahnya begitu pula informasi yang didapat di lapangan fiktif atau 50% benar. Adapun kendala dalam penagihan yakni nasabah tidak membayar angsuran kepada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt tanpa
10 memberikan penjelasan kepada pihak BMT baik melalui via SMS maupun datang secara langsung ke BMT. Setelah dilakukan penagihan langsung ke rumah anggota, anggota tidak dapat ditemui atau tidak ada di rumah. Ketiga, upaya menyelesaikan kendala dalam pembiayaan adalah dengan cara melakukan pendekatan secara personal kepada pihak mitra usaha dan menggali lagi informasi ke orang-orang atau tetangga terdekat, terjun langsung ke pasar, dan door to door. Sedangkan upaya penyelesaian penagihan dilakukan dengan cara penagihan secara intensif kepada nasabah, apabila nasabah telat bayar dalam hitungan hari maka pihak BMT akan menghubungi nasabah via SMS untuk mengingatkan. Apabila nasabah telat bayar sampai empat bulan maka akan diberikan surat peringatan, jika nasabah menunjukkan iitikad baik maka pihak BMT akan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan. Saran Setelah dilakukan penelitian maka dapat dikemukakan beberapa saran pada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt sebagai berikut. Pertama, dalam penerapan akad ijarah produk pembiayaan multijasa, BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt harus selalu berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia. Kedua, BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt disarankan agar memperketat dalam menganalisis profil anggotanya agar dalam proses pemberian pembiayaan tidak terjadi kemacetan. Ketiga, BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt disarankan agar selalu menjaga hubungan baik dengan para anggota-anggotanya supaya terjalin hubungan komunikasi yang transparan. Fatwa DSN-MUI NO.09 /IV/2000 Tentang Akad Ijarah. Kasmir Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Muhammad Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN. Nafis, M. Cholil Teori Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: UI Pers. Sholihin, Ahmad Ifham Pedoman Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sumar in Konsep Kelembagaan bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sumitra, Andri Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet.I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wangsawidjaja, Pembiayaan bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. DAFTAR PUSTAKA Antonio, M. Syafi i Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Ascarya Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN
BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN A. Gambaran Umum KJKS BMT Mandiri Sekjahtera Karangcangkring Jawa Timur 1. Latar Belakang Berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat tamwil Surya Parama Arta. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta a. Menjadi anggota BMT Surya Parama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sejak dikeluarkannya fatwa bunga bank haram dari MUI pada tahun 2003 menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan syari ah merupakan lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar
Lebih terperinciBAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1
BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank
BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro seperti Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah menelan korban membawa musibah besar dalam perekonomian nasional. Salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS SURIYAH Kc Kudus Sebagai lembaga keuangan syariah aktivitas yang tidak kalah penting adalah melakkukan penyaluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu elemen yang vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bank berperan sebagai pihak Intermediasi antara kelompok yang berkelebihan
Lebih terperinciSESI : 07 ACHMAD ZAKY
SESI : 07 ACHMAD ZAKY akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (MUI,2000)
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN
52 BAB IV IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN A. Analisis Penerapan Akad Ijārah dalam BNI ib Pembiayaan Haji di BNI Syariah Cabang Pekalongan Secara umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari kegelisahan masyarakat di seluruh dunia khususnya umat muslim mengenai konsep keuangan syariah, maka di era globalisasi modern ini muncul lembaga-lembaga
Lebih terperinciTINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA
TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA Nur Aeni 1, Erni Unggul SU 2, Galih Wicaksono 3 eunggulsu@gmail.com 123 D3 Program Studi Akuntansi Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah
Lebih terperinciKAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN AKAD KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT SIDOGIRI CAPEM SUKOREJO KOTA BLITAR Pembiayaan take over merupakan pembiayaan yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan Kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan
Lebih terperinciPRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA
PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro (Yad
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara
Lebih terperinciBAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo
BAB IV ANALISIS TERHADAP PERSAMAAN DAN PERBEDAAN APLIKASI PRODUK TALANGAN HAJI DI PT TABUNG HAJI UMRAH HANAN NUSANTARA SURABAYA DAN BMT SIDOGIRI SEPANJANG SIDOARJO A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha
50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA A. Analisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa di KJKS BMT Al-Fath Pati BMT Al-Fath merupakan salah satu Lembaga Keungan Syariah bukan bank
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
Lebih terperinciBAB IV MEKANISME DAN ANALISIS TERHADAP PRODUK PEMBIAYAAN USAHA BAGI HASIL
BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS TERHADAP PRODUK PEMBIAYAAN USAHA BAGI HASIL A. Mekanisme Produk Pembiayaan Usaha Bagi Hasil di KSPPS Tamzis Bina Utama Cabang Temanggung Produk yang ditawarkan oleh pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ berarti terpenuhinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DATA. A. Gambaran Umum BMT Amanah Ummah
24 BAB IV DESKRIPSI DATA A. Gambaran Umum BMT Amanah Ummah 1. Sejarah BMT BMT Amanah Ummah pertama kali digagas oleh Drs. Waston, M.Hum selaku Dekan Fakultas Agama Islam UMS didukung oleh dosen-dosen dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan
Lebih terperinciPERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH
PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 39 /PBI/2008 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PENANGANAN KHUSUS PERMASALAHAN PERBANKAN PASCABENCANA NASIONAL DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS, PROVINSI
Lebih terperinciBAB II Landasan Teori
BAB II Landasan Teori A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat menunjukkan kontribusi yang positif bagi perekonomian domestik nasional. 1 Lembaga keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya
Lebih terperinciDasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah
Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah Oleh: Dr. Rizal Yaya SE., M.Sc., Ak. CA. Dosen Tetap FEB UMY Disampaikan pada Program Pendidikan Management Trainee Islamic Banking Batch 4 PT Bank Sinarmas Tbk Unit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, telah dikembangkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari pola perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang sangat tidak terbatas dengan berbagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000 Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kesimpulan dari uraian pada bab sebelumnya antara lain: perbankan. Perbankan merupakan industri jasa yang penting dalam menunjang
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari uraian pada bab sebelumnya antara lain: Peranan bank sangatlah penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus dilakukan oleh para produsen dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar lebih berkembang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali Lembaga Keuangan baik konvensional maupun syariah yang memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menjadi lembaga perantara atau intermediasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional. Akibat krisis ekonomi tersebut telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perbankan di dunia semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan perdagangan dunia. Perbankan mulai dikenal di Indonesia
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA. Mangkang Kota Semarang merupakan hasil pemikiran kalangan nahdliyin
BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA A. Sejarah BMT BMT NU Sejahtera Mangkang Semarang didirikanpada tahun 2007 dengan akta notaries badan hukum sebagai koperasi NO.180.08 / 315 Yang di tetapkan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Selain sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, perumahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan komprehensif yang berarti Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual ( ibadah ) maupun social
Lebih terperinciA. Praktik Akad Murabahah dan Wakalah di KJKS BMT Bahtera
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PRAKTIK HYBRID CONTRACT PADA AKAD MURABAHAH DAN WAKALAH DI KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN A. Praktik Akad Murabahah dan Wakalah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan KJKS BMT Bahtera
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang Pembiayaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Menyadari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT adalah koperasi, dalam melakukan kegiatan usahanya baik berupa menghimpun dana maupun menyalurkannya mengacu pada aturan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
Lebih terperinciBAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian
16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan perekonomian dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islam merupakan agama yang bersifat universal dan komprehensif Islam bersifat umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.204, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Pasca Bencana Nasional. Permasalahan. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4949) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah.
Lebih terperinciISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH
ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH (Sulhan PA Bengkulu) 1. Perbankan Syari ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syari ah dan Unit Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan
Lebih terperinciBAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.
BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan
Lebih terperinciBAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan
45 BAB III IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUMAJANG A. Implementasi Penetapan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang Margin pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA. yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi
32 BAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA A. Sejarah BMT NU SEJAHTERA Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh Penerapan akad ijarah pada pembiayaan multiguna untuk biaya umroh di Bank Syariah Mandiri KCP Katamso dilakukan dengan menjelaskan
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DISKON PEMBELIAN BARANG DALAM TRANSAKSI MURA>BAH}AH DI BMT MANDIRI SEJAHTERA JL. RAYA SEKAPUK KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah
Lebih terperinciLEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (Konvensional) atau pembiayaan (Syariah) kepada masyarakat yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra
47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang.
Lebih terperinciBank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari
Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA
Lebih terperinciPENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI
PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh :
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN Dalam kamus perbankan konsep yang dimaksud biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang
Lebih terperinci