MAKALAH TOKSIKOLOGI KARBON MONOKSIDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH TOKSIKOLOGI KARBON MONOKSIDA"

Transkripsi

1 MAKALAH TOKSIKOLOGI KARBON MONOKSIDA Oleh: M. Hafiz Ansari ( ) Anjar Dwi Artika ( ) Irsan Fahmi A ( ) Mahfudhoh ( ) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014

2

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karbon monoksida merupakan produk dari pembakaran hidrokarbon yang tidak sempurna. Konsentrasi karbon monoksida di atmosfer biasanya kurang dari 0,001 persen. Tingkat yang lebih tinggi terdapat di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan. Karbon monoksida endogen diproduksi dari katabolisme hemoglobin adalah komponen proses biokimia normal. Carboxyhemoglobin terdeteksi dalam setiap orang dalam jumlah rendah. Asap tembakau merupakan sumber penting karbon monoksida. Karboksihemoglobin darah umum mencapai tingkat 10 persen pada perokok dan bahkan dapat melebihi 15 persen, dibandingkan dengan 1 sampai 3 persen pada bukan perokok. Sumber eksogen karbon monoksida yang termasuk penyebab keracunan antara lain asap knalpot kendaraan bermotor, kurang berfungsi sistem pemanas, dan menghirup asap rokok. Gas Karbon monoksida dalam asap buang kendaraan bermotor menyumbang sebagian besar kematian akibat keracunan karbon monoksida di Amerika Serikat. Dari kecelakaan karbon monoksida yang dilaporkan antara tahun 1979 dan 1988, buangan kendaraan bermotor menyumbang 57 persen. Konsentrasi lethal dari carboxyhemoglobin dapat dicapai dalam waktu 10 menit dari sebuah garasi yang tertutup. Karbon monoksida dari kendaraan bermotor juga dapat menyebabkan kematian di ruang semi enclosed B. Pengertian Karbon Monoksida Karbon monoksida adalah gas tidak berwarna, tidak menyebabkan iritasi, tidak berbau, dan hambar. Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen, yang dihubungkan oleh ikatan rangkap tiga yang terdiri dari dua ikatan kovalen serta satu ikatan kovalen dativ. Ini adalah oxocarbon sederhana, dan isoelektronik dengan ion sianida dan nitrogen molekuler. Pada kompleks koordinasi ligan karbon monoksida disebut karbonil. Karbon monoksida dapat di temukan baik di outdoor atupun diindoor.

4 Karbon monoksida dihasilkan baik dari sumber buatan manusia dan alam. Sumber buatan manusia yang paling penting dari karbon monoksida muncul dari knalpot mobil. Di dalam rumah (indoor), peralatan gas yang tidak sesuai, furnace, tungku pembakaran kayu, dan perapian merupakan sumber potensi karbon monoksida). Karbon monoksida dilepaskan dari pembakaran kayu / gunung berapi / kebakaran hutan. Karbon monoksida diproduksi sebagai polutan primer selama pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil dan biomassa. Karbon monoksida juga diproduksi secara tidak langsung dari oksidasi fotokimia metana dan senyawa organik yang mudah menguap lainnya ( VOC ) di atmosfer. Vegetasi dapat memancarkan karbon monoksida langsung ke atmosfer sebagai produk sampingan metabolisme, dan fotooksidasi bahan organik di permukaan air ( danau, sungai, sungai, lautan ) dan permukaan tanah juga menyebabkan pembentukan karbon monoksida. Aktivitas gunung berapi adalah sumber alami tambahan karbon monoksida di atmosfer. Sebagian besar emisi karbon monoksida antropogenik timbul dari penggunaan mobil bertenaga bensin, meskipun jumlah karbon monoksida yang dipancarkan ke lingkungan dari sumber ini telah menurun secara signifikan selama beberapa dekade terakhir karena penggunaan catalytic converter dan perangkat kontrol emisi lainnya yang merupakan perlengkapan standar pada kendaraan modern. C. Sumber Karbon Monoksida Sumber karbon monoksida di bedakan menjadi 2, yaitu: 1. Karbon monoksida endogen Paparan internal untuk karbon monoksida yang terjadi sebagai akibat dari produksi karbon monoksida yang diproduksi dari prekursor endogen (misalnya, degradasi heme, auto - oksidasi fenol, foto - oksidasi senyawa organik, dan peroksidasi lipid lipid membran sel ) dan dari metabolisme oksidatif dari prekursor eksogen (misalnya, karbon tetraklorida, diklorometana, dan dihalomethanes lainnya). Namun, banyak faktor fisiologis dan penyakit mempengaruhi tingkat produksi endogen karbon monoksida, termasuk siklus menstruasi, kehamilan, penyakit, dan rangsangan yang meningkatkan katabolisme Hb atau protein heme lain, termasuk hemolisis, hematoma, anemia hemolitik, thalasemia, dan sindrom Gilbert.

5 Karbon monoksida endogen menjadi agen signaling sel yang memberikan kontribusi untuk pengaturan berbagai sistem fisiologis, termasuk otak dan penyimpanan oksigen otot dan pemanfaatan (myoglobin, neuroglobin), relaksasi pembuluh darah dan otot polos pembuluh darah ekstra, modulasi sinaptik neurotransmisi, anti - inflamasi, anti-apoptosis, anti- proliferasi, dan anti thrombosis. Karbon monoksida yang diproduksi di dalam tubuh tidak terkait dengan toksisitas; Toksisitas karbon monoksida terjadi dengan diikuti paparan karbon monoksida eksogen. 2. Karbon monoksida eksogen Karbon monoksida yang di dapat di luar tubuh baik secara alami maupun buatan, antara lain: a. Karbon monoksida dilepaskan dari pembakaran kayu/gunung berapi/ kebakaran hutan. b. Lalu lintas kendaraan Semua orang terkena karbon monoksida pada tingkat yang beragam melalui penghirupan udara. Kapanpun dan dimanapun tempat yang setiap hari memiliki banyak lalu lintas kendaraan umumnya memiliki tingkat yang lebih tinggi karbon monoksida dibandingkan dengan daerah yang lalu lintasnya tidak ramai. c. Karbon monoksida dari sap rokok, baik sebagai perokok atau dari perokok pasif. d. Terkena paparan karbon monoksida dengan menggunakan peralatan gas atau kompor kayu terbakar dan perapian. e. Orang-orang yang terkena karbon monoksida di dalam kendaraan. f. Mesin kecil bertenaga bensin dan alat kerja (misalnya, kompresor bertenaga gas atau mesin cuci tekanan) dapat menghasilkan karbon monoksida dalam waktu singkat.

6 BAB II MEKANISME KERACUNAN Mekanisme Keracunan Karbon monoksida memberikan efek pada metabolisme sel melalui mode aksi hipoksia dan non-hipoksia. Kedua aksi tersebut sebagian besar (jika tidak seluruhnya) merupakan hasil dari kemampuan karbon monoksida untuk mengikat protein heme dan mengubah fungsi atau metabolisme protein heme. Afinitas pengikatan karbon monoksida untuk hemoglobin adalah kali lebih besar dari oksigen untuk hemoglobin. Pembentukan COHb mengurangi kapasitas O2 membawa darah dan mengganggu pelepasan O2 dari Hb untuk pemanfaatannya dalam jaringan. Melalui mekanisme yang sama, karbon monoksida menyebabkan O2 dalam sel otot menurun dengan mengikat, dan menggusur O2 dari mioglobin. Meskipun semua jaringan rentan terhadap karbon monoksida akibat cedera hipoksia, organ-organ yang memiliki kebutuhan tertinggi pada O2 sangat rentan, termasuk otak dan jantung. Toksikokinetik Inhalasi karbon monoksida cepat dan ekstensif diserap ke dalam darah lalu didistribusikan ke seluruh tubuh. Distribusi karbon monoksida dalam tubuh sebagian besar menunjukkan ikatan antara karbon monoksida dan protein heme (misalnya : Hb, mioglobin). Pengukuran total konsentrasi karbon monoksida dalam jaringan yang diperoleh dari otopsi manusia menunjukkan konsentrasi tertinggi dalam darah, limpa, paru-paru, ginjal, dan otot rangka, dengan tingkat tinggi terdeteksi juga di otak dan jaringan adiposa. Namun, seperti disebutkan sebelumnya, karena permintaan O2 di otak lebih tinggi daripada jaringan lain, otak adalah organ yang paling sensitif terhadap efek karbon monoksida. Konsentrasi yang lebih tinggi dari karbon monoksida dalam darah, jantung, otot rangka, dan limpa menunjukkan kelimpahan karbon monoksida utama yang mengikat protein dalam jaringan. Dalam darah, karbon monoksida cepat terdistribusi ke eritrosit, kemudian akan membentuk kompleks dengan Hb (COHb). Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Hal ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling serius

7 adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf. Karbon monoksida yang terikat dalam otot membentuk kompleks dengan mioglobin (COMb). Karbon monoksida dalam sistem maternal terdistribusi ke jaringan janin dimana CO akan mengikat Hb janin dan protein heme lainnya. Konsentrasi COHb darah janin steady-state sekitar % lebih tinggi dari darah ibu (rasio maternal janin / = 1,1-1,15) dan kinetika eliminasi COHb pada janin lebih lambat dari darah ibu. Karbon monoksida yang terserap dieliminasi dari tubuh lewat pernafasan dan metabolisme oksidatif. Metabolisme oksidatif karbon monoksida telah diperkirakan menjadi fraksi yang relatif kecil ( < 10 % ) dari eliminasi endogen karbon monoksida. Dalam kondisi tertentu, rute dominan dalam eliminasi karbon monoksida adalah pernafasan. Penurunan % COHb setelah penghentian suatu paparan karbon monoksida setidaknya melewati dua fase kinetik. Fase cepat dianggap menunjukkan kombinasi antara ekshalasi karbon monoksida dan distribusi karbon monoksida darah ke jaringan yang lambat setelah penghentian paparan. Eliminasi karbon monoksida paruh waktu pertama meningkat dengan usia, dengan peningkatan paling menonjol terjadi dari usia 2 sampai 20 tahun dan sekitar 6 % lebih lama pada laki-laki dibandingkan perempuan. Olahraga menurunkan eliminasi karbon monoksida babak pertama, meskipun latihan dan peningkatan respirasi akan menyebabkan peningkatan paparan CO, itu jika CO masih terdapat di lingkungan.

8 BAB III MANIFESTASI KERACUNAN Manifestasi Keracunan Karbon Monoksida Sejauh mana toksisitas dari paparan karbon monoksida akut tergantung pada konsentrasi dan durasi paparan dan status kesehatan dari individu. Tanda-tanda dan gejala yang paling sering dilaporkan terkait dengan keracunan karbon monoksida akut karena efek pada sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular; Namun, karena paparan karbon monoksida memiliki potensi untuk mempengaruhi hampir semua jaringan, presentasi klinis keracunan karbon monoksida akut mencakup berbagai gejala. Tingkat keparahan keracunan karbon monoksida biasanya dikategorikan sebagai ringan, sedang, atau berat Tanda dan gejala dari keracunan karbon monoksida ringan seperti sakit kepala, mual, muntah, pusing, penglihatan kabur, dan kadang-kadang bibir dan kulit merah seperti buah cherry; sakit kepala dan pusing adalah gejala yang paling sering dilaporkan. Karena gejalagejala ini menyerupai penyakit virus seperti flu, keracunan karbon monoksida ringan sering salah diagnosa. Gejala yang berhubungan dengan keracunan karbon monoksida moderat termasuk kebingungan, syncop (pingsan), nyeri dada, dispnea (sesak napas), kelemahan, takikardia, takipnea (pernapasan abnormal cepat dan dangkal), dan rhabdomyolysis. Efek

9 keracunan parah termasuk aritmia jantung, iskemia miokard, serangan jantung, hipotensi, pertahanan saluran pernapasan, edema paru noncardiogenic, kejang, dan koma yang mengancam jiwa. Selain efek langsung, gejala yang tertunda gangguan neuropsikiatri biasanya terjadi dari beberapa hari sampai 3-4 minggu paparan, dengan gejala euforia yang tidak pantas, konsentrasi berkurang, gangguan mengingat, perubahan kognitif dan kepribadian, psikosis, dan Parkinsonisme. Gejala keracunan karbon monoksida akut pada anak-anak adalah sama seperti pada orang dewasa. Keracunan karbon monoksida akut selama masa kehamilan sering dikaitkan dengan aborsi spontan dan kematian janin; gangguan yang terjadi pada masa kehamilan tergantung pada tingkat keparahan paparan karbon monoksida pada ibu dan usia janin.

10 BAB IV PENATALAKSANAAN KERACUNAN A. Penatalaksanaan Keracunan Paparan karbon monoksida dapat diukur dengan tes darah Perangkat medis disebut monoxideoximeters karbon dapat memperkirakan tingkat karbon monoksida dalam darah dengan menggunakan tes sederhana. Alat ini dapat di jumpai di laboratorium klinis dan rumah sakit. Pertolongan pertama keracunan - Segera bawa korban ke tempat yang jauh dari sumber karbon monoksida - longgarkan pakaian korban supaya mudah bernafas. - Pastikan korban masih bernafas dan segera berikan oksigen murni. Korban harus istirahat dan usahakan tenang. Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang. - Segera bawa ke rumah sakit terdekat. Perawatan di unit gawat darurat Pemberian oksigen 100 % dilanjutkan sampai pasien tidak menunjukkan gejala dan tanda keracunan dan kadar HbCO turun dibawah 10%. Pada pasien yang mengalami gangguan jantung dan paru sebaiknya kadar HbCO dibawah 2%.Lamanya durasi pemberian oksigen berdasarkan waktu-paruh HbCO dengan pemberian oksigen 100% yaitu menit. Pertimbangkan untuk segera merujuk pasien ke unit terapi oksigen hiperbarik, jika kadar HbCO diatas 40 % atau adanya gangguan kardiovaskuler dan neurologis. Apabila pasien tidak membaik dalam waktu 4 jam setelah pemberian oksigen dengan tekanan normobarik, sebaiknya dikirim ke unit hiperbarik. Edema serebri memerlukan monitoring tekanan intra cranial dan tekanan darah yang ketat. Elevasi kepala, pemberian manitol dan pemberian hiperventilasi sampai kadar PCO2 mencapai mmhg dapat dilakukan bila tidak tersedia alat dan tenaga untuk memonitor TIK. Pada umumnya asidosis akan membaik dengan pemberian terapi oksigen. Terapi oksigen hiperbarik.

11 Terapi oksigen hiperbarik (HBO) masih menjadi kontroversi dalam penatalaksanaan keracunan gas CO. Meningkatnya eliminasi HbCO jelas terjadi, pada beberapa penelitian terbukti dapat mengurangi dan menunda defek neurologis, edema serebri, perubahan patologis sistem saraf pusat. Secara teori HBO bermanfaat untuk terapi keracunan CO karena oksigen bertekanan tinggi dapat mengurangi dengan cepat kadar HbCO dalam darah, meningkatkan transportasi oksigen intraseluler, mengurangi aktifitasdaya adhesi neutrofil dan dapat mengurangi peroksidase lipid. Saat ini, indikasi absolut terapi oksigen hiperbarik untuk kasus keracunan gas CO masih dalam kontroversi. Alasan utama memakai terapi HBO adalah untuk mencegah defisit neurologis yang tertunda. Suatu penelitian yang dilakukan perkumpulan HBO di Amerika menunjukkan kriteria untuk HBO adalah pasien koma, riwayat kehilangan kesadaran, gambaran iskemia pada EKG, defisit neurologis fokal, test neuropsikiatri yang abnormal, kadar HbCO diatas 40%, kehamilan dengan kadar HbCO >25%, dan gejala yang menetap setelah pemberian oksigen normobarik. Metode Untuk Mengurangi Efek Beracun Teks-teks berikut ini memberikan informasi spesifik tentang pengobatan terhadap keracunan karbon monoksida. Dart RC, ed Medical Toxicology. 3 rd Ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins, Lavonas EJ Carbon monoxide poisoning. In: Haddad and Winchester's clinical management of poisoning and drug overdose. 4th ed. Philadelphia, PA: Saunders, Tomaszewski C Carbon monoxide. In: Goldfrank's toxicologic emergencies. New York, NY: McGraw-Hill, Mengurangi Puncak Penyerapan Setelah Paparan Paparan karbon monoksida pada manusia terjadi melalui rute inhalasi. Rekomendasi umum untuk mengurangi penyerapan karbon monoksida akut adalah dengan menjauhkan/memindahkan pasien dari tempat yang terkontaminasi dan pemberian 100 % oksigen melalui masker wajah yang menghindarkan terhirupnya kembali udara hasil ekspirasi atau dengan penggunaan tabung endotrakeal selama minimal 4 jam. Untuk pasien dengan paparan karbon monoksida yang dapat

12 mengancam jiwa, terapi oksigen hiperbarik dapat dilakukan, meskipun ini tetap menjadi metode kontroversial untuk pengobatan ( Buckley et al 2011; Dart 2004; Lavonas 2007; Tomaszewski 2002; Weaver et al, 2000, 2009; Wolf et al. 2008). Perawatan oksigen hiperbarik dirasa optimal dalam waktu 6 jam paparan. Studi yang dilakukan pada hewan model telah memberikan bukti untuk pengaruh potensial isocapnia atau hypercapnia (tingkat CO2 normal atau meningkat) terhadap pengaruh efek terapi O2 dalam rangka pengurangan karbon monoksida. Studi menggunakan hewan laboratorium (anjing dan domba) yang menghirup karbon monoksida telah menunjukkan bahwa waktu washout karbon monoksida dapat dikurangi secara signifikan jika subyek menerima campuran oksigen dan gas karbon dioksida yang dirancang untuk mempertahankan nilai-nilai PCO2 normal (Fisher et al, 1999; Kreck et la. 2001). Hasil ini telah direplikasi dalam uji eksperimental menggunakan sukarelawan terkena konsentrasi karbon monoksida yang menghasilkan tingkat COHb %. Dibandingkan dengan subyek diobati dengan hyperoxia saja, mereka yang dirawat dengan hyperoxia dan karbon dioksida yang mempertahankan isocapnia menunjukkan kadar karbon monoksida yang lebih cepat menurun. ( Rucker et al 2002; Takeuchi et al, 2000 ). 2. Mengurangi Jumlah Ikatan CO dengan Hb Absorbsi karbon monoksida mengikat serta dan menggantikan oksigen (O 2 ) dari Hb darah dan protein heme lainnya (misalnya: mioglobin otot). Hampir semua dari karbon monoksida dalam tubuh terdeteksi sebagai kompleks dengan Hb atau protein heme lainnya. Ikatan antara CO dan protein heme membatasi difusi karbon monoksida dari jaringan ke darah dan pelepasan karbon monoksida dari darah ke udara ekspirasi. Pada tekanan oksigen sekitar 0,2 atm, eliminasi karbon monoksida terjadi dengan t 1/2 sekitar menit ( Bruce dan Bruce 2006; Peterson dan Stewart 1970). Namun, tingkat eliminasi dapat ditingkatkan secara substansial dengan pemberian oksigen 100% (Tomaszewski, 2006; Weaver et al, 2000). Seperti disebutkan di atas, rekomendasi umum untuk mengurangi beban tubuh karbon monoksida adalah pemberian 100 % oksigen melalui masker wajah yang menghindarkan terhirupnya kembali udara hasil ekspirasi pada tekanan ambien dan/atau terapi oksigen hiperbarik. Semakin lama jangka waktu yang diperlukan untuk penghapusan karbon monoksida pada janin (Hill et al 1977; Longo 1977) telah

13 mendorong kekhawatiran tentang penghentian prematur terapi oksigen kepada wanita hamil berdasarkan tingkat COHb nya. 3. Mengganggu Mekanisme Aksi dari Racun Pengikatan karbon monoksida ke Hb mengganggu transfer oksigen ke jaringan dan dapat menghasilkan hipoksia jaringan. Jaringan yang memiliki tingkat kebutuhan oksigen yang tinggi, termasuk otak dan jantung, sangat rentan terhadap hipoksia. Hipoksia yang di induksi karbon monoksida diperlakukan dengan pemberian 100% oksigen, yang meningkatkan konsentrasi terlarut oksigen dalam darah, memfasilitasi perpindahan karbon monoksida dari Hb, dan meningkatkan laju eliminasi karbon monoksida dari tubuh. Terapi oksigen hiperbarik lebih lanjut dapat mengurangi risiko cedera otak dan jantung dari hipoksia. Cairan intravena dan agen inotropik dapat diberikan untuk mengurangi hipotensi dan depresi miokard (Lavonas 2007; Tomaszewski 2006). B. Langkah-langkah Mengurangi Resiko Paparan Carbon Monoksida 1. Mengurangi tingkat udara karbon monoksida dalam ruangan: - Tingkat paling berbahaya karbon monoksida biasanya terjadi di udara dalam ruangan. Tingkat tinggi terjadi sebagai akibat dari tidak terpasang dengan benar atau unvented peralatan yang membakar gas alam, minyak tanah, atau bahan bakar lainnya. Ini termasuk kompor, tungku, pemanas, dan generator. Pastikan bahwa semua peralatan anda terpasang dengan benar dan perawatan berkala dilakukan oleh teknisi profesional. Selalu ikuti rekomendasi pabrikan mengenai cara menginstal dan menggunakan perangkat tersebut. - Membuat pemanas pembakaran kayu tertentu dan perapian yang vented benar. - Jangan pernah menggunakan generator bertenaga gas atau membakar arang di dalam ruangan, karena hal ini dapat dengan cepat menyebabkan tingkat berbahaya karbon monoksida di rumah Anda. - Jangan gunakan pemanas portabel propana lebih tua dalam pengaturan ruangan tertutup, termasuk berkemah dan tenda, karena dapat membangun tingkat bahaya karbon monoksida. Carilah pemanas portabel yang mengandung sensor deplesi

14 oksigen ( ODS ) dan lebih aman untuk digunakan saat berkemah. Jika kadar oksigen mulai turun, sensor mati secara otomatis pemanas sebelum dapat menghasilkan tingkat berbahaya karbon monoksida. Pemanas generasi yang lebih tua tanpa ODS dimaksudkan untuk penggunaan di luar saja dan tidak boleh digunakan di dalam ruangan. - Periksa sistem AC mobil saudara untuk memeriksa kebocoran yang mungkin terjadi. - Jangan nyalakan mobil di dalam garasi yang tertutup rapat. 2. Hindari asap tembakau Anda dapat mengurangi ekspos terhadap karbon monoksida dengan menghindari asap dari rokok dan cerutu sejak asap mengandung karbon monoksida. 3. Mengurangi eksposur luar ruangan karbon monoksida Anda dapat mengurangi ekspos terhadap karbon monoksida di luar ruangan dengan menghindari berlari atau berolahraga di dekat jalan raya yang sibuk. 4. Instal detektor karbon monoksida di rumah Anda Detektor karbon monoksida dapat dibeli di renovasi rumah atau toko hardware. Penting untuk memahami bahwa sebagian besar detektor asap tidak mendeteksi karbon monoksida, sehingga Anda harus menginstal detektor karbon monoksida di rumah Anda serta detektor asap.

15 BAB V KESIMPULAN 1. Karbon monoksida merupakan produk dari pembakaran hidrokarbon yang tidak sempurna. Karbon monoksida adalah gas tidak berwarna, tidak menyebabkan iritasi, tidak berbau, dan hambar. Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen, yang dihubungkan oleh ikatan rangkap tiga yang terdiri dari dua ikatan kovalen serta satu ikatan kovalen dativ. Karbon monoksida dihasilkan baik dari sumber buatan manusia dan alam. 2. Karbon monoksida memberikan efek pada metabolisme sel melalui mode aksi hipoksia dan non-hipoksia. Kedua aksi tersebut sebagian besar (jika tidak seluruhnya) merupakan hasil dari kemampuan karbon monoksida untuk mengikat protein heme dan mengubah fungsi atau metabolisme protein heme. Afinitas pengikatan karbon monoksida untuk hemoglobin adalah kali lebih besar dari oksigen untuk hemoglobin. Pembentukan COHb mengurangi kapasitas O2 membawa darah dan mengganggu pelepasan O2 dari Hb untuk pemanfaatannya dalam jaringan. 3. Tanda-tanda dan gejala yang paling sering dilaporkan terkait dengan keracunan karbon monoksida akut karena efek pada sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular; Namun, karena paparan karbon monoksida memiliki potensi untuk mempengaruhi hampir semua jaringan, presentasi klinis keracunan karbon monoksida akut mencakup berbagai gejala. Tingkat keparahan keracunan karbon monoksida biasanya dikategorikan sebagai ringan, sedang, atau berat 4. Metode untuk mengurangi efek racun karbon monoksida antara lain yaitu : mengurangi puncak penyerapan setelah paparan, mengurangi jumlah ikatan CO dengan Hb, dan mengganggu mekanisme aksi dari racun

16 DAFTAR PUSTAKA (diakses tanggal 13 Mei 2014) Hadiyani, Murti. Keracunan Karbon Monoksida. Jakarta : BPOM RI Hermawan, Tomie S; Perdanakusuma, David. Intoksikasi Karbon Monoksida. (diakses tanggal 13 Mei 2014) A Toxicological Profile for Carbon Monoxide. Atlanta : Agency for Toxic Substances and Disease Registry US Ridjanović, Midhat. PhD, July 2013, "Naive Translation Equivalent". Translation Journal. Volume 17, No. 3, 10 July 2013 Ernst, Armin; Zibrak, Joseph D Carbon Monoxide Poisoning. The New England Journal Of Medicine. Volume 339. No. 2

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA KERACUNAN KARBON MONOKSIDA Sering kita mendengar terjadi kematian di dalam mobil dan ini disebabkan ventilasi yang kurang baik sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil dan perlahanlahan

Lebih terperinci

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA KERACUNAN KARBON MONOKSIDA Sering kita mendengar terjadinya kematian di dalam mobil hal ini disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam keadaan hidup atau jalan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat polusi udara yang semakin meningkat terutama di kota kota besar sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu penyumbang polusi udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak menghasilkan produk teknologi, di antaranya adalah alat transportasi. Dengan adanya alat transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Rokok bukan sekedar asap yang ditelan, nikotin yang terkandung pada asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Pada keadaan normal, sebagian besar udara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA. Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani Gresi Amarita Rahma

MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA. Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani Gresi Amarita Rahma MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani 25010113140382 Gresi Amarita Rahma 25010113140400 Indana Aziza Putri 25010113130406 Aprilia Putri Kartikaningsih 25010113130415 FAKULTAS

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, jumlah penduduk dunia semakin meningkat. Beragam aktifitas manusia seperti kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian mengenai hubungannya dengan berbagai macam penyakit seperti kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Polusi udara Polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply BAB I PENDAHULUAN Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami masalah serius. Selain olahraga dan transfusi darah, nutrisi tertentu

Lebih terperinci

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut. B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di Indonesia. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruangan yang bersih adalah ruangan yang sehat. Dari kalimat tersebut dapat dijelaskan bahwa sebuah ruangan perlu dijaga kebersihannya dari debu, sampah, dan bahkan

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang BAB V PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini semua berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida (CO 2 ), dan

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida (CO 2 ), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan bagian sangat penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20% Oksigen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua makhluk hidup memerlukan udara, udara merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan. Udara yang ada disekitar kita tidak sepenuhnya bersih. Pada saat ini,

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

Hati-hati keracunan gas CO

Hati-hati keracunan gas CO SOS! Hati-hati keracunan gas CO (carbon monooksida) Amankah peralatan gas anda? Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Institute Keselamatan Gas Tekanan Tinggi Ketika Menggunakan Peralatan Gas

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY

RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY Sumber Polutan dalam Rumah Sadar atau tidak selama ini kita hidup dikelilingi oleh sumber pencemaran udara. Pencemaran udara tidak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran Plumbum (Pb) merupakan masalah penting yang sering terjadi di negara-negara berkembang. Pencemaran lingkungan oleh Pb disebabkan karena pembuangan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan Asap Rokok Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein, acetilen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. 1 PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. Pencemaran Udara 2 3 Regulasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 4 Pencemaran Udara Masuknya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

KERACUNAN OKSIGEN. Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi

KERACUNAN OKSIGEN. Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi Tinjauan Pustaka KERACUNAN OKSIGEN Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A009052 Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN DAN KEHAKIMAN FK UNLAM RSUD ULIN BANJARMASIN Desember, 2013 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton

Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis Diabetes ketoasidosis (Diabetic Keto Acidosis DKA) adalah suatu kondisi serius yang dapat mengakibatkan Diabetik

Lebih terperinci

WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA

WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA Asam merupakan bahan yang sangat akrab dan mudah dijumpai dalam kehidupan kita. Asam merupakan suatu zat yang mempunyai rumus kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya dari penggunaan beraneka ragam bahan kimia (ATSDR, 2000; ATSDR, 2007). Hal ini berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Karbon Monoksida a. Pengertian Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak berwarna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci