BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan mengakses segala informasi dan pengetahuan, penggunaan sarana atau suatu alat yang selanjutnya berdampak pada perilaku masyarakat yang lambat laun mulai mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku di lingkungan pergaulan remaja (Muhartini, 2015). Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dinamika, terjadi perkembangan dan perubahan yang pesat pada remaja. Periode ini merupakan transisi antara masa anak dan dewasa, remaja akan mengalami transisi emosional, transisi sosial, transisi agama, transisi hubungan keluarga, dan transisi moralitas (Santrock, 2010). Remaja yang sedang berada dalam periode transisi mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan tingkah laku, kenakalan, dan terjadinya kekerasan baik sebagai korban maupun sebagai pelaku (Soetjiningsih, 2004). Apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik, akan menjadi pemicu munculnya penyimpangan perilaku dan perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma dalam masyarakat. Perilaku tersebut antara lain tawuran, narkoba, seks bebas, bahkan sampai tindakan kriminal, dimana perilaku tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk kenakalan remaja (Willis, 2012). Kenakalan remaja bukanlah hal baru, bahkan telah menjadi masalah nasional karena remaja adalah tiang negara dan generasi penerus (Willis, 2012). Kenakalan 1

2 2 remaja mencakup perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang bersifat amoral maupun anti sosial (Santrock, 2010). Perbuatan tersebut dapat berupa berkata kotor, mencuri, merusak, kabur dari rumah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi, dan kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, dan pemakaian obat-obatan terlarang (Hayati, 2013). Jensen (1985) dalam Sarwono (2013) mengelompokkan berbagai perilaku kenakalan tersebut menjadi empat jenis yaitu perilaku yang melanggar status, perilaku yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, perilaku yang menimbulkan korban materi, dan perilaku yang menimbulkan korban fisik. Laporan SKRRI (2007) dalam (BKKBN, 2011) menunjukkan tingginya proporsi kenakalan remaja mulai dari perilaku merokok, minum minuman keras, dan obat terlarang. Sekitar 31,9% remaja laki-laki dan 24,2% remaja perempuan mulai merokok sebelum usia 13 tahun; sekitar 12,5% remaja laki-laki dan 11,9% remaja perempuan minum minuman keras yang dimulai sebelum 14 tahun, serta pengguna obat-obatan terlarang dengan cara hisap sebanyak 2%, dengan cara hirup 3%, dan dengan cara ditelan sebanyak 1%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (2014) menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia remaja Provinsi NTB tahun 2012 adalah jiwa, dimana proporsi remaja terbanyak, yaitu jiwa berada di Kabupaten Lombok Barat. Permasalahan kenakalan remaja di kabupaten Lombok Barat ditemukan dalam berbagai bentuk antara lain: sebanyak 16,10% siswa SMP dan

3 3 29,80% siswa SMA merokok, sebanyak 4,8% siswa SMP dan 9,5% siswa SMA minum minuman beralkohol, sebanyak 1,7% siswa SMP dan 2% siswa SMA mengkonsumsi narkoba, serta sebanyak 5,3% siswa SMP dan 10,3% siwa SMA pernah melakukan hubungan seksual. Kecamatan Gunungsari merupakan salah satu dari 10 kecamatan di Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah remaja terbanyak. Dari remaja, (13,83%) diantaranya berada di kecamatan Gunungsari (Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kepolisian Sektor Gunungsari, terdapat beberapa kasus kenakalan yang dilakukan oleh remaja berusia di bawah 16 tahun dan berstatus sebagai pelajar SMP, antara lain kebut-kebutan motor yang menggangu ketertiban masyarakat, pencurian, perkelahian remaja, penggunaan narkoba, dan kasus perkosaan. Wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Gunungsari menjelaskan bahwa penyuluhan tentang kenakalan remaja dan bahayanya belum dilaksanakan secara maksimal oleh pihak sekolah, masih banyak siswa yang terlibat dalam kenakalan remaja, baik itu terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Kenakalan yang dilakukan melanggar aturan yang termuat dalam buku tata tertib sekolah. Buku Tata Tertib SMP Negeri 1 Gunungsari memuat tentang jenis, kode, dan bobot pelanggaran yang dilakukan serta sanksinya. Jenis pelanggaran dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain pelanggaran terkait dengan keterlambatan; kehadiran; pakaian; kepribadian; ketertiban; pornografi; senjata tajam; narkoba, miras, dan rokok; berkelahi; intimidasi; dan ibadah.

4 4 Kenakalan yang terjadi di sekolah dicatat dalam Buku Pelanggaran Siswa. Berdasarkan catatan buku pelanggaran siswa, terjadi peningkatan jumlah pelanggaran peraturan sekolah oleh siswa, dari periode 2012/2013 tercatat 140 siswa yang melanggar peraturan sekolah, menjadi 315 siswa pada periode 2013/2014. Adapun contoh pelanggaran tersebut antara lain terkait dengan keterlambatan (terlambat masuk sekolah); kehadiran (tidak masuk tanpa izin atau alfa, bolos); pakaian (memakai seragam tidak lengkap atau tidak sesuai aturan); kepribadian (berbohong pada guru, mengeluarkan kata-kata tidak sopan/kasar di depan guru, pegawai atau siswa lain); ketertiban (membawa handphone); pornografi (menyimpan video gambar porno dalam handphone, menyentuh payudara atau bagian tubuh siswi dengan sengaja); ketertiban (memecahkan kaca jendela); berkelahi; dan merokok di belakang sekolah. Bentuk kenakalan lain yang melanggar aturan sekolah seperti kebut-kebutan motor, minum minuman keras, dan narkoba tidak ditemukan dalam buku pelanggaran siswa. Kasus kenakalan remaja bukan fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola perilaku asosial yang dimulai pada masa kanak-kanak, dimana perilaku asosial tersebut dipengaruhi oleh pola asuh dan pola komunikasi dalam keluarga (Hurlock, 2005). Keluarga merupakan tempat dimana individu mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah serta nilai yang berlaku dalam masyarakat (Soekanto, 2009). Sejak kecil anak dibesarkan di lingkungan keluarga maka kemungkinan timbulnya deliquency itu sebagian besar juga berasal dari keluarga (Sudarsono, 2012).

5 5 Studi pendahuluan di kecamatan Gunungsari menunjukkan bahwa keluarga menerapkan pola asuh yang ketat (otoriter) dalam mengasuh anak dan tidak terbuka dalam berkomunikasi, terutama bagi keluarga yang memiliki anak remaja. Baumrind (1971) dalam Santrock (2010) menyatakan pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan meminimalisir perdebatan verbal. Hal serupa ditemukan dalam keluarga remaja di Gunungsari, dimana orang tua membuat aturan tanpa berdiskusi dengan anak remajanya, mengharapkan anak untuk patuh terhadap segala aturan tanpa banyak bertanya; tidak berkomunikasi secara terbuka, seperti membicarakan tentang teman dekat atau pacar, tentang menstruasi, dan berbagai hal yang dihadapi remaja dalam proses transisi, karena dianggap tabu; dan orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan isi hati atau emosi yang dirasakan serta harapan yang diinginkan. Hart (2003) dalam Santrock (2010) menyatakan bahwa anak dari orang tua otoriter kemungkinan berperilaku agresif. Keluarga adalah sistem terbuka yang terdiri dari beberapa subsistem yang selalu berinteraksi. Interaksi antar subsistem membutuhkan komunikasi (Andarmoyo, 2012). Komunikasi positif sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi keluarga (Clark dan Shields, 1997), dan memiliki peranan penting dalam mempengaruhi perilaku anak (Moitra dan Mukherjee, 2012). Clark dan Shields (1997) menemukan bahwa remaja dengan komunikasi yang kurang terbuka dan banyak masalah komunikasi dengan orang tua memiliki tingkat kenakalan yang lebih tinggi dan bentuk-bentuk kenakalan yang lebih serius. Hanya saja, dari

6 6 penelusuran literatur belum ada penelitian yang mengungkap tentang pola komunikasi keluarga di Lombok khususnya di Gunungsari terkait dengan kenakalan remaja. Selain faktor komunikasi dalam keluarga, terjadinya kenakalan remaja juga dapat dipengaruhi oleh letak wilayah yang berada di sekitar kawasan pariwisata (Muhartini, 2015). Muhartini (2015) dalam penelitiannya tentang perilaku menyimpang remaja di sekitar kawasan pariwisata, menemukan bahwa banyak perilaku remaja di sekitar kawasan wisata terkait dengan kenakalan remaja, antara lain mabuk-mabukan, narkoba, dan seks bebas. Hal tersebut, dikarenakan akses terhadap tempat seperti cafe-cafe di tepi pantai atau tempat berkumpul remaja menjadi lebih mudah, tempat tersebut bukan hanya sebagai sarana untuk berkumpul dengan teman, tetapi mengarah pada berbagai bentuk perilaku kenakalan. Kemungkinan hal serupa dapat terjadi di Gunungsari yang letaknya dekat dengan kawasan pariwisata, dimana terdapat banyak cafe di tepi pantai yang mudah diakses oleh remaja, mengakibatkan remaja di wilayah Gunungsari rentan terhadap perilaku kenakalan. Pola dan proses komunikasi merupakan elemen kunci dalam pemenuhan fungsi-fungsi keluarga (Andarmoyo, 2012). Komunikasi positif sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi keluarga (Clark dan Shields, 1997), dan Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik, dan tindakan (Effendy, 2008). Berbagai fakta menegaskan bahwa komunikasi terbuka yang efektif dan positif memiliki pengaruh signifikan bagi perkembangan sosial anak. Poduthose (2012)

7 7 menyatakan bahwa dalam masa transisi hubungan antara remaja dan orang tua mereka sangat penting, kurangnya keintiman/kelekatan orang tua dan remaja, kurangnya keterlibatan orang tua, kurangnya bimbingan, suka menyalahkan, dan memarahi anak remaja dapat menyebabkan perilaku kenakalan remaja. Komunikasi orang tua dan remaja yang bermasalah secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan dalam tiga jenis perilaku berisiko pada remaja, yaitu: kenakalan remaja, penggunaan obat-obat terlarang, dan perilaku seksual berisiko (Wang, et al., 2013). Dukungan orang tua melalui komunikasi dan pengawasan diyakini mampu mengurangi penggunaan obat-obat terlarang dan kenakalan remaja, karena orang tua memberikan akses untuk berkomunikasi secara terbuka dan kontrol perilaku apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan oleh remaja sehingga memudahkan remaja menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Tolou, et al., 2012). Oleh karena itu, pola komunikasi dalam keluarga penting dalam memahami kenakalan remaja. Permasalahan kenakalan remaja di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu perhatian. Indonesia sebagai warga masyarakat dunia tidak lepas dari komitmen untuk mencapai Sustainable Development Goal s (SDG s) yang berkaitan dengan kesehatan mental remaja yaitu pencegahan penyakit menular dan pencegahan gangguan mental dengan memfokuskan program prevensi dan treatment penyebab kecanduann obat termasuk narkotika, penyalahgunaan obat, dan penggunaaan alkohol yang membahayakan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan membuat Program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dikembangkan melalui implementasi model Kelas Remaja di setiap wilayah Puskesmas termasuk

8 8 Puskesmas Gunungsari. Kelas remaja merupakan wadah dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan remaja tentang kesehatan remaja (misalnya tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi, NAPZA, dan HIV AIDS), serta ikut berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangannya (Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2014). Wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan bahwa pelaksanaan kelas remaja di di SMP Negeri 1 Gunungsari belum maksimal, karena penyuluhan masih difokuskan tentang tumbuh kembang remaja dan kesehatan reproduksi. Hal ini dapat disebabkan karena minimnya data tentang berbagai perilaku kenakalan remaja lainnya di SMP Negeri 1 Gunungsari seperti minum minuman keras, kebut-kebutan motor, dan narkoba, dimana jenis kenakalan tersebut tidak ditemukan dalam buku catatan pelanggaran siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi berbagai jenis perilaku kenakalan remaja, yang dapat dimulai dari siswa remaja di sekolah menengah yang ada di Gunungsari. Kenakalan remaja apabila tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri remaja itu sendiri yaitu pada fisik dan mental remaja, antara lain prestasi belajar di sekolah terganggu, terserang berbagai penyakit karena gaya hidup yang tidak teratur, fikiran tidak stabil, dan kepribadian yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku, bahkan dapat menyebabkan kematian(puspitawati, 2008). Kenakalan remaja juga dapat mengakibatkan ketidakharmonisan dalamkeluarga dan mengganggu ketentraman masyarakat (Muhartini, 2010).

9 9 Penanggulangan kenakalan remaja merupakan tanggungjawab semua pihak, termasuk profesi keperawatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.279/MENKES/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, disebutkan perawat kesehatan masyarakat di puskesmas memiliki tugas antara lain sebagai case finder dan health educator, Selain itu, hasil Lokakarya Nasional Keperawatan (1983) menyebutkan bahwa salah satu peran perawat adalah sebagai peneliti. Perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu dalam ilmu keperawatan dan cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya (Hidayat, 2005). Adanya peningkatan jumlah kasus kenakalan remaja di Indonesia, perawat perlu meningkatkan pengetahuan melalui penelitian dan melaksanakan tugas sebagai case finder melalui screening atau identifikasi kasus kenakalan remaja di sekolah dan mempelajari faktor penyebab kenakalan remaja, sehingga dapat membantu keluarga dan remaja dalam pencegahan maupun penanganannya. Berdasarkan permasalahan tersebut penting untuk dilakukan penelitian mengenai hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan terjadinya kenakalan pada remaja di Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian bagaimana hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan kenakalan remaja di SMP Negeri 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat?

10 10 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pola komunikasi dalam keluarga dengan kenakalan remaja di SMP Negeri 1 Gunungsari Lombok Barat. 2. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat kenakalan remaja di SMP Negeri 1 Gunungsari Lombok Barat. 2. Menganalisa hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan kenakalan remaja di SMP Negeri 1 Gunungsari Lombok Barat. 3. Menganalisa hubungan jenis kelamin, status perkawinan orang tua, jumlah saudara kandung, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua dengan kenakalan remaja di SMP Negeri 1 Gunungsari Lombok Barat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi dinas kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dinas kesehatan sebagai dasar dalam menyusun program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan program pembinaan bagi remaja untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja melalui implementasi Kelas Remaja di masing-masing wilayah Puskesmas Kabupaten Lombok Barat.

11 11 b. Bagi Sekolah Melalui penelitian ini, pihak sekolah dapat mengetahui kecenderungan kenakalan yang dilakukan siswa dan penyebab kenakalan remaja sehingga dapat membuat kebijakan dan program yang tepat untuk menangani dan menanggulangi kenakalan remaja. c. Bagi keluarga dan masyarakat Melalui penelitian ini, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memahami pentingnya komunikasi dalam keluarga untuk membentuk kepribadian anak agar siap menghadapi dampak negatif perkembangan zaman, sehingga tidak terbawa arus dan menimbulkan kenakalan remaja. 2. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, dan keperawatan anak tentang perkembangan sosial dan psikologi anak terutama anak remaja dengan perilaku penyimpangan sosial, sehingga dapat mengembangkan intervensi keperawatan keluarga melalui optimalisasi pola komunikasi dalam keluarga dan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kenakalan remaja. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Clark dan Shields (1997): Family Communication and Delinquency. Fokus penelitian ini adalah perilaku kenakalan remaja dan jenis komunikasi keluarga yaitu komunikasi terbuka dan komunikasi bermasalah. Subjek penelitian yaitu 339 siswa SMA. Instrumen yang digunakan adalah Parent

12 12 Adolescent Communicaton Scale (Barnes dan Olson, 1985) dan Self Reported Deliquency (Elliot, 1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan komunikasi yang kurang terbuka dan banyak masalah komunikasi dengan orang tua memiliki tingkat kenakalan yang lebih tinggi dan bentuk-bentuk kenakalan yang lebih serius. Perbedaan penelitian terletak pada subjek penelitian dan instrumen pola komunikasi yang digunakan. Subjek pada penelitian yang akan dilakukan diambil dari siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Instrumen pola komunikasi yang digunakan diadaptasi dan dimodifikasi dari teori komunikasi keluarga Friedman (2010) dan Revised Family Communication Pattern Instrument yang disusun oleh McLeod dan Chaffee (1972). 2. Penelitian Henry Poduthase (2012): Parent-Adolescent Relationship and Juvenile Delinquency In Kerala, India: A Qualitative Study. Perbedaan penelitian terletak pada tujuan, populasi, dan subjek penelitian, variabel independen, metode penelitian, dan teknik sampling. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi dan membandingkan hubungan antara orang tua dengan remaja yang nakal dan tidak nakal. Subjek penelitian adalah 21 remaja laki-laki usia tahun, terdiri dari 9 remaja delinkuen dan 12 remaja nondelinkuen. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa remaja yang tidak terlibat kenakalan memiliki lingkungan keluarga yang bahagia dengan komunikasi yang efektif dan terbuka. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan populasi dan subjek diambil dari siswa SMP, variabel independennya adalah pola komunikasi. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

13 13 deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling menggunakan simple random sampling. 3. Wang, et al., (2014): The Influence of Parental Monitoring and Parent Adolescent Communication On Bahamian Adolescent Risk Involvement. Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal selama 3 tahun terhadap 913 siswa kelas 6 untuk mengetahui pengaruh pemantauan dan komunikasi orang tua dengan remaja terhadap 3 perilaku berisiko remaja yaitu: kenakalan, penggunaan obat terlarang, dan perilaku seksual berisiko. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi orang tua dan remaja yang terbuka dapat mengurangi perilaku seksual berisiko, kenakalan, dan penggunaan obat terlarang karena remaja mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi sehingga kontrol orang tua pun positif. Perbedaan penelitian terletak pada jumlah variabel yang diteliti, metode, dan jumlah responden. Metode penelitian pada penelitian yang akan dilakukan adalah cross-sectional, variabelnya pola komunikasi dan kenakalan remaja dengan jumlah subyek 255 siswa SMP. 4. Penelitian Palupi (2013): Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal. Perbedaan penelitian terletak pada variabel independen dan teknik sampling. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dengan sampel berjumlah 70 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling. Data penelitian diambil menggunakan angket kenakalan remaja dan skala religiusitas. Analisis data menggunakan analisis regresi satu prediktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara religiusitas

14 14 dengan kenakalan remaja, semakin tinggi religusitas maka semakin rendah perilaku kenakalan remaja. Variabel independen pada penelitian yang akan dilakukan adalah pola komunikasi dan teknik sampling menggunakan simple random sampling. 5. Penelitian Nurhayati (2011): Hubungan Pola Komunikasi dan Kekuatan Keluarga Dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja Di Desa Tridaya Sakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Perbedaan penelitian terletak pada populasi dan variabel penelitian. Populasi penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak remaja dan jumlah responden berjumlah 106 remaja. Analisa data menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan umur, jenis kelamin, dan pola komunikasi serta kekuatan keluarga dengan terjadinya perilaku seksual berisiko pada remaja. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan populasi diambil dari siswa SMP dengan jumlah responden sekitar 255 remaja. Variabel terdiri dari pola komunikasi sebagai variabel independen serta kenakalan remaja sebagai variabel dependen. 6. Penelitian Wahida (2011): Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Self Control terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja SMK Bina Potensi, Palu Sulawesi Tengah. Perbedaan penelitian terletak pada variabel independen, populasi, dan subjek penelitian serta teknik sampling yang digunakan. Subyek adalah siswa kelas 1 Otomotif SMK, dengan teknik pengambilan sampel fieldtest 45 responden. Instrumen terdiri dari skala dukungan orang tua, skala self control, dan skala kecenderungan kenakalan remaja dari Jensen. Hasil penelitian

15 15 menunjukkan ada pengaruh signifikan dukungan orang tua dan self control terhadap kenakalan remaja. Berdasarkan uji regresi logistik didapatkan koefisien regresi sebesar 0.888, dapat disimpulkan dukungan keluarga dan self kontrol berpengaruh sebesar 88% terhadap kenakalan remaja. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan variabel independen adalah pola komunikasi. Populasi dan subjek penelitian adalah remaja di SMP. Teknik sampling menggunakan simple random sampling.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di masa depan. Untuk itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan masyarakat, tak hanya masyarakat di perkotaan, masyarakat didesapun mulai merasa resah dengan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menguji

III. METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menguji III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif ekspalanatoris, yaitu untuk memperoleh kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan dan menguji hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soetjiningsih (2010) tumbuh kembang merupakan suatu peristiwa yang saling berkaitan tetapi berbeda sifatnya dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM MAKALAH PANCASILA OLEH NAMA : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : 11.12.5657 JURUSAN : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) KELAS : 11 (S1-SI)05 DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PRILAKU MENYIMPANG

Lebih terperinci

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang

Lebih terperinci

A. LatarBelakangMasalah

A. LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Saat ini banyak kita jumpai remaja yang berperilaku ugal-ugalan dan tidak taat pada peraturan dan norma. Perilaku tersebut umum terjadi dan remaja melakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk mengetahui hubungan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang selalu menarik untuk dikaji. Remaja dianggap sebagai generasi penerus bangsa dan merupakan aset terbesar yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Suatu proses masa yang semua anak manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Religiusitas merupakan salah satu faktor utama dalam hidup dan kehidupan. Religiusitas yang tinggi ditandai dengan adanya keyakinan akan adanya Tuhan yang dimanivestasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup dengan baik tanpa berhubungan dengan orang lain, karena hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar kenakalan siswa dalam hal ini remaja secara umum, bahwa diartikan sebagai perbuatan dan tingkah laku yang merupakan pelanggaran-pelanggaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

FAJAR DWI ATMOKO F

FAJAR DWI ATMOKO F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian dari generasi muda yang merupakan suatu kekuatan sosial yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia.Sebagai generasi penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa menjalani dunia Pendidikan bagi siswa yang memiliki rentang usia 15-18 tahun adalah Pendidikan berjenjang Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada zaman sekarang ini, kemajuan melaju pesat diberbagai bidang khususnya bidang IPTEK. Hal ini membuat berbagai informasi baik dari dalam maupun luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku melanggar norma atau yang lebih dikenal dengan istilah perilaku menyimpang seperti ditegaskan oleh Saparinah (dalam Willis, 2008, hlm. 5), perilaku

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan, merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebelumnya hanya menerima 30 kasus (Muchtar,2008). Data populasi kenakalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebelumnya hanya menerima 30 kasus (Muchtar,2008). Data populasi kenakalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenakalan pada anak merupakan sebuah perilaku yang sering kali di keluhkan oleh orang tua ataupun keluarga. Anak dikatakan nakal ketika ia melakukan suatu perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses perkembangan manusia dimulai dari masa anak-anak, dilanjutkan dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa kini. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa krisis identitas bagi kebanyakan anak remaja. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya. Secara umum dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci