BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
|
|
- Yandi Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) yang disingkat BEI merupakan lembaga yang mengelola pasar modal di Indonesia. BEI menyediakan infrastruktur bagi terselenggaranya transaksi di pasar modal. Pasar modal yang diselenggarakan oleh BEI meliputi transaksi saham dan transaksi surat hutang (obligasi swasta maupun obligasi pemerintah) (Kayo, 2014). Saat ini terdapat sembilan sektor yang ada di BEI yaitu sektor pertanian; pertambangan; industri dasar dan kimia; aneka industri; industri barang konsumsi; properti, real estat dan konstruksi; infrastruktur, utilitas dan transportasi; keuangan; perdangangan, jasa dan investasi. Sektor property dan real estate merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki populasi berjumlah 50 perusahaan sampai akhir tahun (Kayo, 2015) Industri property dan real estate merupakan dua hal yang berbeda. Real estate bisa diartikan sebagai tanah dan semua benda yang menyatu di atasnya (berupa bangunan) serta yang menyatu terhadapnya (halaman, pagar, jalan, saluran, dan lain-lain yang berada di luar bangunan), sedangkan property adalah kepentingan dan hak-hak yang menyangkut kepemilikan tanah, bangunan, dan perbaikan yang menyatu terhadapnya (Erawan, 2012). Produk yang dihasilkan dari industri property dan real estate sangat beragam. Industri real estate dapat dikelompokkan produknya menjadi tiga kategori besar berdasarkan penggunaanya, yaitu perumahan, komersial, dan industri. Sedangkan industri property tidak hanya mencakup bangunan dan struktur lainnya, tetapi juga hak hak dan kepentingan. Produk industri property dapat berupa sewa atau perumahan. Perusahaan property dan real estate disamping memiliki kepemilikan juga melakukan penjualan (pemasaran) atas kepemilikannya. Pemasaran disini bisa mencakup menjual atau menyewakan. (Kayo, 2015) 1
2 Tabel berikut ini merupakan data laju pertumbuhan kumulatif produk domestik bruto sektor property dan real estate. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Sektor Property dan Real Estate (Dalam Persen). Tahun Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV ,63 5,94 5,85 6, ,08 6,87 7,11 7, ,78 6,69 6,53 6, ,73 6,54 6,45 6,58 Sumber: Berdasarkan tabel di atas, sektor property dan real estate menunjukkan pertumbuhan yang tinggi pada tahun Kepala Seksi Hubungan Eksternal Ditjen Pajak, Chandra Budi menyatakan bahwa kondisi tersebut terjadi karena pada tahun 2012 terjadi booming penjualan properti. Namun, kejadian tersebut tidak membuat penerimaan pajak dari sektor real estate meningkat. Kepala Seksi Hubungan Eksternal Ditjen Pajak, Chandra Budi mengungkapkan bahwa berdasarkan uji silang data Real Etate Indonesia (REI) ada potensi pajak penghasilan (PPh) dari properti sekitar Rp 30 triliun, angka tersebut belum termasuk PPN berbeda jauh dengan setoran pajak properti yang hanya sekitar Rp 9 triliun (detik.com, 2013). Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun sebagai objek penelitian. 1.2 Latar Belakang Penelitian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu sumber pembiayaan negara berasal dari pajak. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk 2
3 (dalam persen) mengoptimalkan penerimaan dari sektor ini untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan pembangunan nasional. Besarnya penerimaan pajak dapat dilihat pada data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun , seperti tabel 1.1 berikut. Tabel 1.2 Anggaran dan Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Pusat dari Penerimaan Pajak Tahun (dalam triliun rupiah) Tahun Anggaran Realisasi Presentase Anggaran Realisasi (%yoy) , , , ,04 Sumber: Data yang diolah dari Laporan Keuagan Pemerintah Pusat (LKPP) Grafik 1.1 Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat Tahun ,00 98,00 96,00 94,00 92,00 90,00 88, Realisasi 98,56 96,49 93,81 92,04 Sumber: Data yang diolah dari LKPP Berdasarkan tabel 1.2 pendapatan pemerintah pusat dari penerimaan pajak setiap tahunnya meningkat. Namun, berbeda dengan pencapaian penerimaan pajak antara anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Data di atas 3
4 menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak setiap tahunnya tidak mampu memenuhi anggaran penerimaan pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan pencapaian realisasi penerimaan pajak terhadap anggarannya terus menurun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekertariat Jenderal DPR RI, salah satu penyebab menurunnya realisasi penerimaan pajak setiap tahunnya, yaitu karena tingginya praktik penghindaran pajak dan penggelapan pajak oleh wajib pajak pribadi maupun badan. (Ginting, dpr.go.id, 2015) Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah tindakan legal, dapat dibenarkan karena tidak melanggar Undang-Undang, dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan dan tindakan ini bertujuan untuk menekan atau meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayar (Rahayu, 2013:148). Sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) merupakan usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-Undang (Mardiasmo, 2011:8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tax evasion merupakan tindakan illegal yang melanggar Undang-Undang. Praktik penghindaran pajak atau tax avoidance sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, seperti yang dilakukan oleh perusahaan Apple Inc, Google, Starbucks, Nike, Microsoft dan Amazon.com. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan rekayasa keuangan lewat rekayasa markas korporasi sehingga secara hukum keuangan, perusahaan-perusahaan tersebut tidak salah jika membayar pajak rendah. (Kompas, 2013) Desai dan Dharmapala (2006), Wahab dan Holland (2012), dan Maharani dan Suardana (2014) menyatakan bahwa tindakan tax avoidance dapat terjadi karena suatu perusahaan tidak menjalankan corporate governance dengan baik. Penilaian tentang baik atau tidaknya corporate governance suatu emiten telah dilakukan oleh Asean Corporate Governance Scorecard terhadap Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam pada tahun Data tersebut disajikan dalam grafik berikut. 4
5 Grafik 1.2 Scores Corporate Governance by Part Sumber: Asean Corporate Governance Scorecard Berdasarkan grafik 1.2, dimana Asean Corporate Governance Scorecard melakukan penilaian berdasarkan prinsip yang dikembangkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yang mencakup (part A) hak pemegang saham; (part B) perlakuan setara antar pemegang saham; (part C) peran pemegang saham; (part D) keterbukaan informasi dan transparansi; (part E) tanggung jawab dewan direksi/komisaris. Dari data di atas dapat dilihat bahwa poin penilaian Indonesia masih jauh dari poin maksimal pada setiap prinsip dan peringkat corporate governance Indonesia masih berada pada posisi yang belum memuaskan. Hasil survey tersebut juga mengungkapkan bahwa skor rata-rata perusahaan di Indonesia adalah 54,55% dengan skor tertinggi 75,4% dan skor terendah 20,8%. Skor tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan di Indonesia masih kurang menerapkan praktik-praktik Good Corporate Governance (GCG) berdasarkan prinsip-prinsip GCG. Masih buruknya pelaksanaan corporate governance di Indonesia terjadi karena pengelola perusahaan termasuk eksekutif belum menjalankan prinsipprinsip corporate governance dengan baik. Hal tersebut berkaitan dengan akuntabilitas dan tanggung jawab eksekutif dalam mengelola perusahaan yang 5
6 sesuai dengan kepentingan perusahaan. Keputusan terhadap kebijakan penghindaran pajak perusahaan dilakukan oleh para eksekutif perusahaan (dewan direksi). Dimana dalam pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi oleh kompensasi yang diterima eksekutif dan karakter eksekutif dalam menghadapi risiko perusahaan (risk taker atau risk averse) (Hanafi, 2014). Kompensasi merupakan bayaran yang diterima karyawan sebagai balas jasa atas tenaga dan pikiran yang telah mereka sumbangkan (Sunardi dan Primastiwi, 2012:175). Agency theory menyebutkan bahwa kompensasi merupakan sistem yang digunakan principal agar agen meningkatkan kinerjanya sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan melalui efisiensi beban termasuk beban pajak perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Besarnya kompensasi yang diterima oleh eksekutif berdasarkan kinerjanya, jika eksekutif mampu meningkatkan kinerja untuk meningkatkan profit atau laba perusahaan maka kompensasi yang akan diterima akan semakin tinggi karena eksekutif dapat merealisasikan keinginan principal untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi atas investasinya dalam jangka panjang. Dalam usaha memaksimalkan laba perusahaan, principal berharap eksekutif dapat melakukan efisiensi beban pajak perusahaan dengan cara yang tepat yang tidak merugikan perusahaan agar perusahaan dapat terus beroperasi dengan laba yang tinggi dalam jangka panjang. Namun, dalam upaya tersebut dapat membuka peluang bagi eksekutif untuk bertindak oportunis dengan melakukan penghindaran pajak untuk keuntungan jangka pendek, tidak untuk keuntungan jangka panjang yang diharapkan oleh principal. Hal ini dapat membuka peluang bagi eksekutif untuk melakukan tindakan selain tax avoidance. Sehingga dikhawatirkan eksekutif akan melakukan tindakan-tindakan yang melawan hukum sehingga berdampak buruk bagi perusahaan dan pencapaian laba perusahaan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebelumnya beberapa literatur telah menjelaskan hubungan antara kompensasi eksekutif dengan tax avoidance. Hanafi (2014) menemukan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan. Pemberian kompensasi kepada eksekutif merupakan cara efektif untuk mengurangi pembayaran pajak perusahaan. 6
7 Silitongan dan Afrina (2014) menunjukkan bahwa kompensasi dewan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen pajak. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahreza (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kompensasi manajemen terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak perusahaan, semakin besar kompensasi manajemen yang diberikan oleh perusahaan, semakin memacu manajemen untuk melakukan manajemen pajak dengan melakukan perencanaan pajak agar memperoleh penghematan pajak yang maksimal. Rego dan Wilson (2008) melakukan pengujian untuk mengetahui hubungan antara agresivitas pajak dan tingkat kompensasi Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO). Mereka menemukan bahwa tingkat kompensasi mendorong CEO dan CFO melakukan efisiensi pembayaran pajak. Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Armstrong (2012), Irawan (2012), Puspita (2014), dan Dewi dan Sari (2015). Armstrong et al (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan, khususnya atas kompensasi yang diterima oleh direktur pajak perusahaan terhadap tax planning perusahaan. Dalam penelitian tersebut membuktikan adanya hubungan negatif yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan. Irawan (2012) menyatakan bahwa tingkat kompensasi kepada direksi berpengaruh negatif terhadap efisiensi pembayaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kompensasi kepada direksi bukan cara yang efektif untuk mendorong usaha manajemen pajak perusahaan karena terdapat cara yang lebih efektif untuk memperkecil pembayaran pajak perusahaan. Puspita (2014) dan Dewi dan Sari (2015) mengungkapkan bahwa kompensasi eksekutif tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hal ini terjadi karena sistem bonus di Indonesia kurang memotivasi manajer dalam pengambilan keputusan pajak perusahaan. Selain kompensasi, tindakan tax avoidance kemungkinan dipengaruhi oleh karakter eksekutif itu sendiri dalam menghadapi risiko perusahaan. Berdasarkan Low (2006) karakter eksekutif dalam menghadapi risiko dapat berupa risk taker maupun risk averse. Eksekutif yang memiliki risk taker cederung lebih berani 7
8 dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Sementara itu, eksekutif risk averse cenderung tidak menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis (Low, 2006). Tipe risk averse sangat mengutamakan keamanan dibandingkan memperoleh keuntungan besar tapi berisiko, sedangkan eksekutif perusahaan yang bersifat risk taker akan cenderung lebih berani dalam mengambil keputusan walaupun keputusan tersebut berisiko tinggi (Budiman dan Setiyono, 2012). Selain itu, karakter eksekutif rik taker memiliki anggapan bahwa semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan diperolehnya (Fahmi, 2011:16). Sehingga, ketika eksekutif dihadapkan pada kepentingan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal, maka eksekutif akan memutuskan untuk melakukan efisiensi beban pajak melalui cara-cara yang berisiko tinggi supaya keuntungan yang diperoleh eksekutif juga semakin tinggi. Oleh karena itu, kemungkinan besar eksekutif akan melakukan efisiensi beban pajak melalui caracara yang sangat berisiko, seperti tax evasion yang mana memiliki risiko denda, sanksi pidana, hingga kehilangan reputasi yang dapat merugikan perusahaan dalam kelangsungan hidup usahanya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012) mengenai pengaruh karakter eksekutif terhadap penghindaran pajak menemukan bahwa semakin eksekutif bersifat risk taker, maka semakin tinggi tingkat penghindaran pajak akan dilakukan. Penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et al (2010) yang menemukan bahwa eksekutif memainkan peran penting dalam menentukan tingkat penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Hanafi (2014) dalam penelitiannya menghasilkan eksekutif yang berani mengambil risiko atau disebut sebagai risk taker akan lebih memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak dibandingkan dengan eksekutif yang tidak berani mengambil risiko (risk averse). Maharani dan Suardana (2014), Dewi dan Jati (2014), dan Swingly dan Sukartha (2015) menemukan bahwa risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Artinya apabila eksekutif semakin bersifat risk taker maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang 8
9 dilakukan. Namun terdapat penelitian terdahulu yang menujukkan hubungan yang negatif antara preferensi risiko eksekutif dengan tax avoidance, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Sari (2015) yang menghasilkan bahwa corporate risk berpengaruh negatif pada tax avoidance, hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki risiko perusahaan yang tinggi cenderung akan menyajikan laporan keuangan apa adanya untuk melihat seberapa jauh kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga peluang untuk melakukan penghindaran pajak menjadi rendah. Walaupun periode penelitian dan objek penelitian-penelitian terdahulu berbeda-beda sehingga memiliki hasil penelitian yang berbeda pula, akan tetapi secara simultan atau parsial masih terdapatnya inkonsistensi terhadap hasil penelitian yang telah didapatkan. Dan berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya ditambah lagi masih minimnya penelitian terdahulu yang membahas sektor property dan real estate, maka peneliti tertarik untuk memberi judul penelitian Pengaruh Kompensasi Eksekutif dan Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap Tax Avoidance. 1.3 Perumusan Masalah Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh wajib pajak badan menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya realisasi penerimaan pajak terhadap anggaran atau target yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana tindakan tax avoidance di dalam perusahaan diputuskan oleh eksekutif perusahaan. Peran eksekutif di dalam pengambilan keputusan terhadap tax avoidance dapat dipengaruhi oleh kompensasi dan preferensi risiko eksekutif. Dengan kompensasi yang diterima oleh eksekutif akan mendorong eksekutif untuk melakukan efisiensi beban pajak untuk meningkatkan laba perusahaan. Kinerja eksekutif dalam mencapai laba perusahaan menjadi salah satu indikator untuk menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh eksekutif. Jadi, semakin eksekutif meningkatkan kinerja dan hasilnya dapat menigkatkan laba perusahaan, maka semakin tinggi pula kompensasi yang akan diterima oleh eksekutif. Namun, diharapkan eksekutif dapat melakukan penghindaran pajak 9
10 dengan cara dan takaran yang tepat yang pada akhirnya tidak merugikan perusahaan. Dari upaya eksekutif untuk meminimalkan pembayaran pajak perusahaan terdapat beberapa risiko yang dapat berdampak pada kelangsungan hidup usaha perusahaan, yaitu berupa sanksi pidana, denda, dan kehilangan reputasi. Eksekutif yang memiliki sifat risk taker dengan keberanianya mengambil keputusan terhadap kebijakan yang berisiko tinggi akan mengambil tindakan dengan risiko yang tinggi untuk meningkatkan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, kemungkinan eksekutif melakukan tindakan-tindakan berisiko tinggi, seperti tax evasion yang memiliki risiko lebih tinggi daripada tax avoidance. Berbeda dengan eksekutif risk averse yang cenderung memilih risiko yang rendah dan mementingkan tujuan keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan agar stabilitas perusahaan dapat terus terjaga, sehingga eksekutif akan mengelola perusahaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 1.4 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana kondisi kompensasi eksekutif, preferensi risiko eksekutif, dan tax avoidance pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia untuk tahun ) Apakah terdapat pengaruh kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif terhadap tax avoidance secara simultan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia untuk tahun ) Apakah terdapat pengaruh kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif terhadap tax avoidance secara parsial pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia untuk tahun
11 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kondisi kompensasi eksekutif, preferensi risiko eksekutif, dan tax avoidance pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia untuk tahun ) Menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif terhadap tax avoidance secara simultan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia untuk tahun ) Menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif terhadap tax avoidance secara parsial pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia untuk tahun Manfaat Penelitian Aspek Teoritis 1) Bagi para akademis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam pengembangan ilmu akuntansi, khususnya untuk bidang corporate governance dan perpajakan. diharapkan dapat menambah literatur mengenai penerapan corporate governance di Indonesia dalam hal pengaruh kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif sebagai salah satu mekanisme corporate governance terhadap kebijakan tax avoidance perusahaan. 2) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat menambah literatur mengenai penerapan corporate governance di Indonesia dalam hal pengaruh kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif sebagai salah satu mekanisme corporate governance terhadap kebijakan tax avoidance perusahaan Aspek Praktis 1) Bagi pemerintah, sebagai regulator pajak, dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam hal membuat kebijakan pajak yang lebih baik karena secara tidak langsung akan mempengaruhi penerapan corporate governance yang baik pada perusahaan di Indonesia. Selain itu, pemerintah dapat 11
12 menjadikan penelitian ini sebagai pertimbangan lebih lanjut dalam membuat kebijakan penerapan corporate governance yang lebih baik lagi. 2) Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh kebijakan kompensasi eksekutif dan preferensi risiko eksekutif sebagai salah satu mekanisme corporate governance terhadap pengelolaan pajak perusahaan. Sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai evaluasi dan penetapan kebijakan perusahaan yang lebih baik. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia, beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Kav Jakarta yang berfokus pada sektor property dan real estate. Dengan waktu penelitian yang diambil dimulai dari tahun Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, serta Sistematika Penulisan Tugas Akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang terkait dengan penelitian, penelitian sebelumnya yang tekait dengan penelitian ini, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi karakteristik penelitian, operasionalisasi variabel penelitian, tahapan penelitian, pemilihan populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan sumber data, serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pembahasan berupa analisis pengolahan data sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. 12
13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan berupa penyajian secara singkat dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang ditujukan untuk perbaikan terhadap hasil penelitian dan anjuran kepada pihak yang berkepentingan terhadap penelitian. 13
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia penerimaan negara dari sektor pajak menduduki presentase paling tinggi dibandingkan sumber peneriman yang lain. Berikut data realisasi penerimaan negara
Lebih terperinci2 usaha (Tempo.co, Jakarta, 2015). Para pemilik usaha senantiasa berupaya untuk mengurangi beban pajak. Ketidaksenangan membayar pajak ini dipengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dalam Pasal 11 ayat (3) yang menyebutkan bahwa Pendapatan negara terdiri atas penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat yang dipungut oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bertujuan sebagai penerimaan kas negara. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang berdaulat didirikan dengan suatu tujuan yang jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan pajak semakin penting sebagai sumber utama penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia. Dalam periode 2007
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama. Penerimaan negara ini harus terus ditingkatkan secara optimal, agar laju pertumbuhan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat,
perpajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan suatu negara mencerminkan bagaimana negara tersebut maju dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat negara tersebut di masa
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia ini terdiri dari negara-negara yang dikelompokan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia ini terdiri dari negara-negara yang dikelompokan berdasarkan perkembangan ekonomi negara masing-masing, yaitu negara maju, negara berkembang maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system, yaitu wewenang dan tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penerimaan kas negara masih rendah terutama faktor-faktor masyarakat yang memiliki minimnya pengetahuan tentang perpajakan. Perpajakan mempunyai kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wajib pajak sangatlah diperhatikan. Pajak merupakan hal paling penting karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan unsur paling penting bagi negara Indonesia maupun negara-negara yang terdapat didunia karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh Negara terhadap warga negaranya. Sumber penerimaan Negara berasal dari berbagai sektor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umumnya berupaya meningkatkan nilai perusahaan setiap periode karena tingginya nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham akan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang
BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan ( Agency Theory) Teori agensi adalah teori yang menyatakan adanya hubungan antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) dan pihak yang menerima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, sering kita jumpai banyak para pengusaha baik perusahaan maupun orang pribadi yang ingin mendapatkan manfaat dari pajak, seperti memberikan BBM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetapkan target yang tinggi untuk penerimaan pajaknya yaitu sebesar RP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia ketergantungan pada pajak sebagai sumber pendapatan tidak diragukan lagi. Perpajakan telah digunakan sebagai instrumen kebijakan utama untuk mentransfer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak termasuk dalam salah satu sumber penerimaan negara. Tujuan adanya iuran pajak untuk membiayai pengeluaran negara baik yang sifatnya rutin maupun tidak rutin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak diakui sebagai elemen utama dalam kebijakan pengeluaran perusahaan (Modigliani dan Miller, 1958; dalam Wibisono, 2009). Bagi perusahaan, pajak penghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. (www.kemenkeu.go.id). Sedangkan pemasukan pajak dari sektor property,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara dari sektor internal yang sangat strategis dan sangat diandalkan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang anggaran penerimaan negara. Penerimaan
Lebih terperinciJudul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance
Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia) Nama : Ni Kadek Yuliani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar di Indonesia. Hal ini terbukti melalui jumlah pendapatan negara APBN 2016 yang didominasi oleh penerimaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masih bersifat private atau belum go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan umumnya berusaha meningkatkan nilai perusahaan setiap periode karena tingginya nilai perusahaan yang tercantum dalam harga saham akan dapat meningkatkan kemakmuran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terbesar di dunia dan terletak pada kondisi geografis yang cukup strategis. Letak geografis ini menyebabkan Indonesia menjadi kawasan lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuanganpemerintah-pusat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar 86,2%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat merupakan tulang punggung pelaksanaan kegiatan pemerintahan, terutama untuk mencapai kemandirian dan keberlangsungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi suatu negara pajak merupakan salah satu komponen penting dari pendapatan negara. Di seluruh negara, sumber pendapatan yang berasal dari pajak merupakan sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum. Hukum mempunyai sifat yang memaksa. Semua peraturan yang berdasarkan hukum harus dipatuhi. Salah satu peraturan hukum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang didapat dari penerimaan iuran dari masyarakat dimasukkan ke dalam kas negara. Karena telah diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang. Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga terciptalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi suatu negara, segi penerimaan terbesar adalah dalam sektor perpajakan. Di berbagai negara, pendapatan pajak sangat penting digunakan untuk kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah pajak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia bisnis. Masalah tentang perpajakan tidak hanya sekedar menyerahkan
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber dari pendapatan negara. Sebagai unsur penerimaan negara, pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak. Setiap wajib pajak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi agar laju pertumbuhan dan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan yang digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan serta untuk memberikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi pengurus
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi pengurus suatu perusahaan (direksi dan komisaris) dan laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan sebagai alat dalam mengatur pelaksanaan kebijakan di bidang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak adalah pendapatan yang diperoleh oleh suatu Negara yang paling besar. Pemerintah melakukan pemungutan pajak yang digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi sebagian besar perusahaan, pajak merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Pajak bagi perusahaan merupakan beban yang akan mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama sebagai sumber pendapatannya yakni dari sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kontribusi wajib yang sifatnya memaksa bagi wajib pajak baik orang pribadi maupun badan dengan tidak mendapatkan timbal balik (kontraprestasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk menunjang kegiatan perekonomian
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari laporan tahunan dan laporan keuangan Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Sejalan dengan fungsi utama yang diinginkan dalam peraturan perpajakan yaitu fungsi anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar untuk menjalankan berbagai program kerja yang telah disusun. Pajak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya orang mendirikan perusahaan untuk mencapai laba. Oleh karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang dibangun. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, kebutuhan dan konsumsi masyarakat semakin berubah dan berkembang. Sebagai salah satu misi perusahaan dalam menjawab tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, karena itu perpajakan sebagai salah satu perwujudan yang diwajibkan oleh Negara. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang anggaran penerimaan negara. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan sumber daya alam negara di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan sumber daya alam negara di dunia, pajak merupakan unsur yang sangat penting dalam rangka menopang anggaran penerimaan negara.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia ini terbagi dalam beberapa bentuk negara berdasarkan perkembangan ekonominya masing-masing. Mulai dari negara maju, negara berkembang maupun negara belum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang keberlanjutan pembangunan suatu negara. Peran aktif dan kepatuhan wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011). Tabel 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar. Pajak yang dipungut oleh negara difungsikan sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber migas dan non migas. Pelaksanaan perpajakan diatur oleh pemerintah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penerimaan negara utama negara-negara di dunia adalah berasal dari pajak, begitu juga di Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan secara optimal agar laju pertumbuhan negara dan pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling besar, hal ini ditunjukkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 mencapai lebih dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Effective tax rate dapat diartikan sebagai besarnya beban pajak yang harus dibayarkan oleh subyek pajak dalam jumlah yang wajar sehingga tidak menghambat pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara berkembang masih perlu untuk melaksanakan pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah tentu memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW. tersebut melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak merupakan suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiringnya perkembangan zaman saat ini, tentu saja pajak bukanlah hal yang bisa diabaikan lagi, karena seperti kita ketahui bahwa banyak perusahaan yang bangkrut hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan belanja negara melalui Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek penting bagi suatu negara. Dengan adanya pembayaran pajak dari wajib pajak baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan, oleh karena itu perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah perpajakan banyak dihadapi oleh negara-negara antara lain, rendahnya penerimaan pajak, rendahnya tingkat kepatuhan pajak hingga terjadinya penyelewengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling besar. Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah proses pembaruan berkesinambungan untuk mencapai suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Bagi pemerintah Indonesia, tujuan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari
Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari pajak. Pajak merupakan hal yang tidak bisa dihindari, karena pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengertian pajak secara umum dapat didefiniskan sebagai pungutan yang ditujukan kepada warga negara berdasarkan undangundang sehingga bersifat memaksa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meminimalkan beban pajak perusahaan. Perusahaan melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penerimaan terbesar untuk Negara Indonesia berasal dari sektor perpajakan. Hal ini terlihat jelas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan merupakan sumber keuangan yang sangat besar untuk membiayai segala keperluan pemerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) di tahun 2016 lalu meningkatkan tuntutan bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras untuk dapat tetap eksis di pasar global. Apalagi sudah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset
Judul : Pengaruh Corporate Governance, Koneksi Politik, Leverage, dan Return On Asset terhadap Penghindaran Pajak Nama : Gusti Ayu Widya Lestari NIM : 1306305004 Abstrak Penghindaran pajak merupakan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghindaran pajak oleh perusahaan adalah penggunaan utang. Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghindaran pajak (tax avoidence) perlu diperhatikan oleh pemerintah. Konsekuensi dan penghindaran pajak adalah meningkat atn turunnya penerimaan negara dari sektor
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pustaka dan bagian 2.2 menguraikan mengenai hipotesis penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Bab ini terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian 2.1 yang menguraikan kajian pustaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli Efek pihak-pihak lain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi perusahaan serta para pemangku kepentingannya, pajak merupakan salah satu beban utama yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1; dalam Kadariyanty,
Lebih terperinci