BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Prostitusi di Indonesia bermula sejak zaman kerajaan-kerajaan jawa yang
|
|
- Ridwan Ivan Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prostitusi merupakan fenomena didunia, tidak terkecuali di Indonesia.Prostitusi di Indonesia bermula sejak zaman kerajaan-kerajaan jawa yang menggunakan wanita sebagai bagian dari komoditas sistem feodal.fenomena prostitusi hingga saat ini masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. 1 Prostitusi bukanlah masalah baru yang ada dalam sebuah masyarakat tapi masalah lama yang diwariskan oleh nenek moyang kita sebagai sebuah kebudayaan yang sepertinya harus kita lestarikan. Inilah salah satu doktrin yang ada dalam masyarakat kita diantara sekian banyak doktrin yang dipakai untuk melestarikan kebudayaan prostitusi tersebut, banyak dikalangan kita yang menganggap prostitusi adalah masalah sosial yang tidak bisa dihilangkan karna ada disetiap zaman dan yang harus dilakukan adalah melokalisasikan prostitusi tersebut sehingga dampak yang ditimbulkan bisa diantisipasi. 2 Tapi ada juga yang menganggap prostitusi harus dihilangkan dari permukaan bumi ini, karna prostitusi salah satu penyakit yang dapat merusak moral generasi bangsa yang tentunya berbagai macam cara yang ditawarkan untuk mengatasi hal tersebut. Dekade terakhir ini insidens Infeksi Menular Seksual (IMS) mengalami peningkatan yang cukup cepat. Peningkatan insiden IMS dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: perubahan demografi, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas, kontrol IMS belum 1 Sudarsono, kenakalan remaja, (Jakarta, Rineka Cipta 2012) hlm Lambertus Hurek, Pelacuran Merusak Lembata, (Lewoleba : Blog Hurek, 2012), di akses tanggal 8 Februari 2016.
2 dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku masyarakat terutama dalam bidang agama dan moral. Peningkatan IMS dari waktu ke waktu akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang sangat serius dan berdampak besar pada masa yang akan datang, apabila tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang insentif. 3 Di sisi lain bisnis usaha hiburan tidak pernah mengenal kata krisis. Tempattempat hiburan malam tetap saja banyak dipadati pengunjung. Lokalisasi-lokalisasi pun tetap saja ramai dikunjungi para lelaki hidung belang dan anak-anak muda. Bahkan akibat semakin banyaknya orang yang depresi dan stress menyebabkan tempat - tempat itu semakin ramai dikunjungi. Bisnis hiburan jasa seks atau pelacuran merupakan sebuah bisnis yang sangat menggiurkan, dengan omzet mencapai jutaan rupiah per hari dan tidak pernah mengenal kata sepi.ketika ditinjau secara sosiologi masyarakat bahwa berdirinya suatu tempat prostitusi untuk memuaskan hasrat orang bukan merupakan tindakan sosial yang benar.hal yang mendasari adalah kontrol sosial dari pihak terkait terhadap fenomena sosial yang kerap terjadi di masyarakat kurang berjalan begitu efektif, sehingga dalam kenyataannya adanya tempat prostitusi tersebut kasus pelecehan seksual dan kasus penyebaran penyakit menular seksual semakin tinggi dan semakin meluas di lingkungan masyarakat. 4 Terbebas dari mekanisme kontrol sosial yang ketat, kehidupan seksualitas yang diserahkan kepada kehidupan individu tidaklah senantiasa lebih baik dari pada yang 3 didownload tanggal 8 Februari Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 211
3 sebelumnya. 5 Seksualitas lalu menjadi objek konsumsi yang luas.baik konsumsi pribadi maupun publik.dalam sengatan peradaban konsumeristis yang memusatkan perhatiannya pada usaha mencari kenikmatan dan seiring dengan berkurangnya perhatian terhadap arti atau nilainya.seksualitas menjadi objak dari pertukaran material.seks kadang ditekan kadang juga didewakan.tegangan antara kedua kutub ini menyebabkan gangguan gangguan berat yang berhubungan dengan tingkah laku seksual. Norma sosial dan norma agama jelas mengharamkan keberadaan prostitusi. Bahkan, Undang Undang mengenai praktek prostitusi yang ditinjau dari segi yuridis terdapat dalam KUHP yaitu mereka yang menyediakan sarana tempat persetubuhan (pasal 296 KUHP), mereka yang menerima pelangganbagi pelacur (pasal 506 KUHP), dan mereka yang menjual perempuan dan laki laki dibawah umur untuk dijadikan pelacur (pasal 297 KUHP). 6 Melarang praktek prostitusi pada kalangan masyarakat, baik masyarakat kota maupun desa meski demikian, perbuatan prostitusi masih terus ada, bahkan terorganisir secara professional dan rapi. Lembata mulai memisahkan diri dari Kabupaten Flores Timur pada tahun1999 tak banyak kemajuan di pulau yang dulu disebut Lomblen itu, jalan raya dibiarkan rusak, infrastruktur lain pun begitu-begitu saja yang maju justru Pelacuran. 7 Dulu orang Lembata tak pernah membayangkan ada nona-nona yang cari nafkah dengan menjual diri.sebab, di NTT hanya ada satu lokalisasi prostitusi setengah resmi di Kupang yakni di dekat Pelabuhan Tenau. Prostitusi justru terjadi terang-terangan di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. Konsumennya juga kalangan politisi, pejabat, dan pengusaha. 5 Libby Retuarat, Selamatkan perempuan dan anak dari kekerasan seksual,(kupang: rumah perempuan kupang, 2012 ), hlm Kartini Kartono, Op. cit, hlm Lambertus Hurek, Pelacuran Merusak Lembata, (Lewoleba : Blog Hurek, 2012), di akses tanggal 8 Februari 2016.
4 Bisnis Pub kafe, karaoke, panti pijat marak di kabupaten baru ini.tak hanya jualan minuman keras, juga memajang nona-nona dari Surabaya dan Makassar.Usia wanita penghibur ini tahun. Yang muda mejeng di karaoke, yang tua-tua melayani tamu di gubuk sederhana. Memprihatinkan, masyarakat Kampung Pada tak bisa berbuat banyak karena bisnis kotor itu diduga kuat melibatkan orang-orang kuat, ada beking di belakangnya.apalagi omzet esek-esek itu memang menggiurkan.konsumen para PSK liar itu kebanyakan anak-anak muda di Lewoleba, juga dari 9 kecamatan.mereka sudah tahu kompleks tak resmi yang sudah terkenal itu.bahkan, ada orang Adonara dan Solor pun memaksa diri ke Lewoleba untuk mencicipi surga dunia itu. Sudah sering tokoh masyarakat protes, Pastor marah, Ulama meradang.tokoh-tokoh Lembata di Kupang pun sudah beberapa kali mendesak pemkab untuk membersihkan pulau miskin itu dari prostitusi. Tapi hasilnya nol besar, setiap hari bisnis esek-esek kalau dibiarkan terus-menerus justru akan menjadi bom waktu di masa mendatang. Kabupaten Lembata juga tercatat sebagai daerah yang berada pada urutan ketiga memiliki pengidap tertinggi HIV/ AIDS dibandingkan dengan daerah lainnya. Oleh karna itu, perlu adanya penekanaan pada kebijakan pemerintah yang semakin membuka ruang berdirinya tempat prostitusi, baik terselubung maupun tidak terselubung, yang dianggap sebagai pintu utama penyebaran penyakit atau virus mematikan tersebut. Berdasarkan data empirik tercatat bahwa pemerintah Kabupaten Lembata memberi ruang untuk dilokalisasikan tempat yang dipandang memberi nilai tambah terhadap masyarakat diantaranya : Lokalisasi Savika bertempat di Lamahora Lokalisasi Pub Edelweis bertempat dirayuan Kelapa
5 Lokalisasi Pub Monalisa bertempat di Waikilok Lokalisasi Pub Moting Lomblen bertempatdi Kubur Cina Lokalisasi Macan Pub bertempat di Walamkeam Masalah Prostitusi di kota Lewoleba, terus menerus berlangsung walaupun sudah dilakukan berbagai upaya dari masyarakat untuk menanggulanginya berdasarkan tata nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. 8 Akan tetapi, pelaku prostitusi tidak merasa takut akan penegakan disiplin yang dilakukan oleh masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar. Berdirinya tempat prostitusi pun dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor kebutuhan, tuntutan hidup, dan faktor pendidikan, sehingga membuat perempuan secara terpaksa melakukan perbuatan tak bermoral tersebut. Di Kota Lewoleba tepatnya di Pada, terdapat suatu tempat prostitusi yang diberi julukan atau nama samaran yaitu SM (Sabar Menanti). Prostitusi ini berdiri sejak tahun 2003, yang dikelolah secara individu oleh masyarakat setempat jumlah PSK yang menetap di tempat prostitusi tersebut berjumlah 11 orang. Tempat prostitusi ini merupakan praktek liar yang belum mendapat izin dan perhatian khusus oleh pemerintah setempat, yakni tokoh masyarakat, sehingga persoalan prostitusi tersebut merupakan pintu peluang terjadinya penyebaran penyakit masyarakat, yang dapat mengganggu kondisi sosial masyarakat sekitar tempat tersebut. Dikatakan dapat mengganggu kondisi sosial masyarakat, karna keberadaan tempat prostitusi strategis berdampingan langsung dengan pemukiman masyarakat, kompleks pasar dan kompleks pendidikan, yakni berdekatan langsung dengan SMP Negri Pada, SLB dan SMA 2. Persoalan tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah 8 Ibid, hlm 3.
6 setempat, dalam hal ini tokoh masyarakat untuk dapat menindaklanjuti hal tersebut, sehingga tidak dapat mengganggu kondisi sosial masyarakat, bahkan secara tidak langsung berbenturan dengan nilai dan norma yang terdapat pada masyarakat sekitar tempat prostitusi tersebut. Peran serta masyarakat terutama masyarakat yang berada disekitar lokasi pelacuran tersebut juga sangat diperlukan di dalam pemberantasan pelacuran di tempat tersebut. Namun kenyataannya, ada anggota masyarakat yang mencari keuntungan dari pelacuran tersebut seperti dengan cara memberikan perlindungan terhadap pelacur. Perlindungan yang diberikan adalah melindungi atau menyembunyikan bahwa di wilayahnya tidak ada pelacuran.ada pula masyarakat dengan sengaja menyewakan baik rumah maupun tanahnya sebagai tempat pelacuran. Alasan yang mendasari sehingga ada individu atau kelompok tertentu yang melakukan perlindungan terhadap berdirinya tempat prostitusi tersebut dapat membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar yakni :1 Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal (pekerja seks komersial ), 2. Menekan angka pelecehan seksual, 3.Dengan berdirinya tempat prostitusi tersebut dapat membawa dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat khususnya bagi pedagang grosiran dan warung makan. 4. Pemuas kebutuhan biologis bagi pelanggaan. Berdirinya tempat prostitusi Sabar Menanti (SM), juga membawa dampak negatife bagi masyarakat sekitar yakni: 1. Beberapa pelajar yang kerap kedapatan berada di sekitar tempat prostitusi sambil karaoke dan meneguk minuman keras serta meningkatnya tempat penjualan minuman keras. 2. Seorang anak usia sekolah yang kedapatan bekerja di tempat prostitusi tersebut.3. Masalah kerusakan moral dan akhlak manusia, khususnya anak dan remaja.
7 Penanggulangan masalah pelacuran bukan suatu masalah yang mudah sebab hal ini menyangkut banyak faktor didalamnya, seperti faktor sosial, budaya dan ekonomi.tidak setiap orang menginginkan agar pelacuran ini dituntaskan, karna ada yang tetap menginginkan keberadaan pelacuran, yang kiranya memungkinkan dapat memetik keuntungan dari mereka. Dengan demikian penanggulangan pelacuran tentu tidak akan dapat berjalan dengan efektif. Bahaya penyakit kelamin akibat seks bebas bagi anak pelajar / remaja serta pekerja hiburan sudah mendapat perhatian serius dari pemerintah tapi mereka masa bodoh.apa pun alasan seorang remaja terjun di dunia prostitusi, karakteristik pekerjaan yang harus dilakukan oleh pekerja seks membuat prostitusi menjadi pekerjaan yang berisiko tinggi. Dalam melakukan pekerjaannya, mereka berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.dari pelanggan yang banyak dan beragam itulah, risiko yang dihadapi seorang pekerja seks juga banyak dan beragam.apabila tidak menggunakan alat kontrasepsi, pekerja seks juga berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.selain itu, posisi tawar yang lemah di pihak pekerja seks juga membuat mereka sering tidak berhasil membujuk pelanggannya untuk menggunakan proteksi/kondom.akibatnya, dari pelanggan yang mengidap penyakit menular seksual (PMS), atau bahkan HIV/AIDS, pekerja seks tadi dapat tertular tanpa mampu melindungi tubuhnya. Berikut peneliti sajikan data keadaan orang yang terserang penyakit HIV/ AIDS dari Komisi penanggulangan AIDS Kabupaten Lembata ( KPA Lembata ), sebagai berikut. Tabel 0I
8 Data Jumlah Kasus HIV/ AIDS Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Lembata, tahun KECAMATAN TAHUN BUYA S URI OME SURI LEBA TKAN ILE APE ILE APE TIMUR NUBA TUKAN ATA DEI NAGAW UTUNG WULAN DONI L P L P L P L P L P L P L P L P L P Sumber Data : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Lembata, 2015 Dari sekian kasus HIV/AIDS yang didampingi oleh Komisi Penanggulangan Aids Kabupaten Lembata (KPA) ini, jumlah kasus dari tahun sebanyak 133 kasus. Jumlah keadaan orang dengan HIV/AIDS (Odha) yang paling banyak adalah Kecamatan Nubatukan sebanyak 39 orang. 9 Data pada tabel tersebut menunjukan bahwa maraknya pub dan karaoke di Kota Lewoleba kini sangat mengkhawatirkan.virus mematikan HIV/ AIDS, sedang mengancam Lembata. Dengan melihat pengaruh diatas, dapat disimpulkan bahwa berdirinya tempat prostitusi Sabar Menanti membawa dampak, yang dapat merusak moral sosial masyarakat pada umumnya, dan pada khususnya kawula muda sekitar wilayah prostitusi. Oleh karna itu dapat dikatakan bahwa pengaruh adanya tempat prostitusi tersebut banyak menimbulkan masalah sosial yang semakin tinggi, dan dampaknya adalah kerusakan Jum lah 9 Sumber Data : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Lembata, 2015.
9 moral dan akhlak manusia, sehingga mental masyarakat dibentuk oleh lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut masalah tersebut melalui suatu penelitian ilmiah dengan judul : Dampak Sosial Keberadaan Prostitusi Pub Sabar Menanti Bagi Masyarakat Desa Pada Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata 1.2 Rumusan Masalah Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang diatas, maka untuk memudahkan proses penelitian guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan adanya perumusan masalah. Untuk itu rumusan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Dampak Keberadaan Prostitusi bagi masyarakat Desa Pada Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata? 1.3 Tujuan Dan Kegunaan A. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak sosial keberadaan prostitusi Sabar Menanti (SM) bagi masyarakat Desa Pada, Kota Lewoleba. B. Kegunaan
10 1. Bagi masyarakat sebagai bahan masukan informasi untuk ikut berpartisipasi membantu pemerintah dalam menanggulangi IMS, HIV/AIDS. 2. Bagi Instansi terkait sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Lewoleba dan instansi lain yang terkait dalam menentukan kebijakan strategis untuk mendukung program pencegahan IMS, HIV /AIDS. 3. Bagi Institusi Pendidikan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat dipakai sebagai bahan pustaka untuk penelitian lebih lanjut. 4. Sebagai bahan referensi kepustakaan pada FISIP Unwira Kupang khususnya Prodi Ilmu Pemerintahan.
BAB VI PENUTUP. penelitian dilapangan yakni penulis menemukan bahwa praktek prostitusi memberi
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisa pada bab-bab sebelumnya, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan oleh penulis dengan berdasarkan pada temuan-temuan penelitian dilapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang handal guna mendukung pembangunan.
A. PENDAHULUAN a. Latar Balakang Pelaksanaan pembangunan di Indonesia sangat diperlukan dari semua pihak, tidak juga dalam investasi yang berjumlah besar tapi juga di perlukan ketersediaan sumber daya
Lebih terperinciJika menertibkan monyet sudah, ditunggu aksi Gubernur Jokowi untuk menertibkan yang haram-haram
Jika menertibkan monyet sudah, ditunggu aksi Gubernur Jokowi untuk menertibkan yang haram-haram. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan para monyet di Jakarta yang tak bisa beraksi lagi. Sedih atau justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, di manapun berada, selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).
Lebih terperinciFaktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual
Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi dan salah satunya adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Selain itu, pada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak perilaku promiskuitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan reproduksi terutama
Lebih terperinciBAB I. merupakan jenis pekerjaan yang setua umur manusia itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membicarakan pelacuran sama artinya membicarakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya maka selalu menjadi relevan dengan setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia yang dicita-citakan tersebut harus dimulai pada usia anak-anak.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan adalah pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat pada umumnya. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembahasan seks yang di pandang tidak wajar. Tidak saja agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan
Lebih terperinciKUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON
KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI
SKRIPSI PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu golongan masyarakat yang termasuk dalam kategori generasi muda, dikaitkan dengan pembangunan suatu negara, sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan masyarakat dunia. Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria atau banci adalah laki-laki yang berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita, (Junaidi, 2012: 43). Waria adalah gabungan dari wanita-pria
Lebih terperinci2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan secara alamiah mereka mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya. dan pada dasarnya manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan pandemi global yang menimbulkan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.
Lebih terperinciPendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Pendidikan seksualitas remaja Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Alasan pentingnya pendidikan seksualitas remaja Manfaat pendidikan seksualitas remaja Pendidikan seksualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. terdapat orang terinfeksi HIV baru dan orang meninggal akibat AIDS.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius. AIDS dinyatakan sebagai penyakit mematikan karena memiliki Case Fatality Rate (CFR)
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontra dalam masyarakat. Prostitusi di sini bukanlah semata-mata merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial terdiri dari laki-laki dan perempuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial terdiri dari laki-laki dan perempuan yang hidup bersama-sama di masyarakat dan berinteraksi satu sama lain karena kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan Kemitraan Kementerian Kesehatan www.depkes.go.id hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk yang besar, sehat dan produktif merupakan potensi dan kekuatan efektif bangsa. Begitu pula sebaliknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROSTITUSI LIAR DI KELURAHAN SEMPAJA UTARA SAMARINDA. Oleh: MARIYADI
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROSTITUSI LIAR DI KELURAHAN SEMPAJA UTARA SAMARINDA Oleh: MARIYADI Email: djavadhie@gmail.com Abstrak Dalam kehidupan bermasyarakat ini memang selalu terjadi masalah-masalah
Lebih terperinciDINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : WENY KUSUMASTUTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dan anak jalanan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dalam bidang pendidikan, anak jalanan pada usia remaja yang secara proporsional paling banyak mengalami
Lebih terperinci1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Tahun 1997 silam membawa dampak pada krisis ekonomi. Meningkatnya angka kemiskinan yang menghantarkan pada permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun masyarakat yang belum maju. Hal ini
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) pada tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan IMS seperti perubahan demografi,
Lebih terperinciPOLA KOMUNIKASI PEMBIMBING DENGAN KLIEN DALAM PROSES REHABILITASI DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA KECAMATAN PALIMANAN KABUPATEN CIREBON
POLA KOMUNIKASI PEMBIMBING DENGAN KLIEN DALAM PROSES REHABILITASI DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA KECAMATAN PALIMANAN KABUPATEN CIREBON SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau keinginan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa pelacuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan
Lebih terperinciSosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang menyerang manusia melalui transmisi hubungan seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation (WHO) (2015) diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan seharihari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan,
Lebih terperinci3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immuno-defiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN , , ,793
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS pada saat ini merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada di kalangan masyarakat luas. Peningkatan penyebaran HIV dan AIDS saat ini semakin mengkuatirkan.
Lebih terperincimereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan dan kenakalan remaja tidak dapat dilepas dalam konteks kondisi sosial-budaya zamannya. Sebab setiap priode sifatnya khas dan memberikan jenis tantangan khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kejadian HIV dan AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak 15.589 kasus untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,
PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) 322460, Email : kpakabmimika@.yahoo.co.id LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS DAN IMS PERIODE JULI S/D SEPTEMBER
Lebih terperinciPENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015
PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKALISASI KARAOKE SUKOSARI BAWEN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKALISASI KARAOKE SUKOSARI BAWEN 4.1. Sejarah Berdirinya Berdirinya lokalisasi karaoke Sukosari, di Kec.Bawen, Kab. Semarang. Semula daerah yang dahulunya adalah persawahan dan perkebunan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini fenomena masalah moral pada kalangan remaja semakin meningkat dan menjadi lebih kompleks dari masa-masa sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya
Lebih terperinciPENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015
1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011
PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYEBARLUASAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau
BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang
Lebih terperinci