BAB III METODE PENELITIAN. seluruh aktifitas tradisi lisan upacara mangupa adat Angkola, sehingga diperoleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. seluruh aktifitas tradisi lisan upacara mangupa adat Angkola, sehingga diperoleh"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu data diperoleh dengan pengamatan secara alamiah seluruh aktifitas tradisi lisan upacara mangupa adat Angkola, sehingga diperoleh pendeskripsian upacara mangupa adat Angkola yang sebenarnya. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala sosial, yaitu keadaan atau fenomena secara alamiah dan apa adanya ketika penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif mengacu kepada makna konsep, definisi, ciri-ciri bahasa metafor, simbol, dan pendeskripsian sesuatu menurut Berg (1989:2). Pendekatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini, bertujuan untuk mendapatkan informasi secara emik dari data lapangan dari informan kunci dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan, mengumpulkan data primer dan data skunder. Penggunaan metode kualitatif dan pemanfaatan teori tuturan lisan Held (2005:136) menjelaskan, "The main focus of empirical methods is beginning to move in a qualitative direction: together with the criteria of speech-act theory this seems to guarantee the greatest success in researching politeness.

2 Rumusan masalah yang telah ditetapkan akan dijawab dalam penelitian ini dengan menggunakan dua teori yang ditetapkan sebagai pisau potong untuk mengolah data lapangan pada penelitian ini, yaitu: kajian teori antropolinguistik sebagai jalan masuk, mendeskripsikan pelaksanaan tradisi lisan mangupa adat Angkola, mengetahui bentuk dengan 97 mengkaji teks, ko-teks, dan konteks, mengetahui teks akan dikaji struktur makro, struktur alur, dan struktur mikro, menjabarkan ko-teks akan mengkaji paralinguistik proksemik, kinetik, dan unsur material lainnya, mengkaji konteks dengan kajian konteks budaya, sosial, situasi, dan ideologi dengan menggunakan teori upacara sesaji Smith, mengetahui isi yang akan dikaji yaitu nilai dan norma, pengkajian nilai akan mengkaji nilai-nilai tradisi lisan mangupa adat Angkola dengan menggunakan kajian nilai yang dikemukakan oleh Roland Barthes dan Kluckhohn, kemudian norma akan dikaji fungsi dan makna dengan menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce, mengetahui nilai-nilai kearifan lokal (Barthes dan Kluckhohn) apakah yang terdapat pada tradisi lisan upacara mangupa adat Angkola, dan upaya merevitalisasi pelaksanaan prosesi mangupa adat Angkola sebagai model pelestarian yang akan membantu dalam penelitian ini. Metode penelitian deskriptif, akan mendeskripsikan tradisi lisan mangupa adat Angkola yang akan menjawab rumusan masalah pertama yaitu: pelaksanaan upacara mangupa adat Angkola menggunakan teori antropolinguistik dan semiotik digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu: Bagaimanakah tradisi mangupa adat Angkola dalam kajian antropolinguistik, semiotik, dan tradisi lisan.

3 Yang akan menjawab rumusan masalah ke tiga yaitu tentang: nilai-nilai kearifan lokal apakah yang terdapat pada tradisi lisan mangupa adat Angkola maka digunakan teori yang dikemukakan oleh Barthes (1957: ) dan Kluckhohn. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Smith dan Cormaek dalam Moleong (2005:239) memaparkan penelitian kaji tindak sebagai proses untuk memperoleh hasil perubahan dan memanfaatkan hasil penelitian ini. Hasil analisis data dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan sejalan dengan Sudaryanto (1993), dengan menggunakan teknikteknik survey sosial seperti: wawancara terstruktur dan wawancara takterstruktur dan daftar pertanyaan yang tersusun, observasi terstruktur, analisis isi, dan analisis data formal dan sebagainya. Penelitian kualitatif juga berkaitan dengan pengamatan berpartisipasi secara emik, wawancara terstruktur dan wawancara takterstruktur, kelompokkelompok fokus, telaah teks kualitatif, dan teknik analisis kegiatan tradisi lisan yang dituliskan dalam bentuk teks. Kerangka model penelitian yang digunakan untuk memenuhi kriteria descriptive adequacy dan explanatory adequacy dirancang berdasarkan kerangka model yang dikembangkan Watts yakni dengan melalui prosedur sebagai berikut: 1) Performasi tradisi lisan mangupa adat Angkola. 2) Merumuskan permasalahan atau mengidentifikasi masalah. 3) Memilih metode penelitian dan evaluasi.

4 4) Mengidentifikasi masalah tradisi lisan upacara mangupa adat Angkola. 5) Menganalisis performansi dengan melakukan analisis teks, koteks, konteks untuk dapat melihat bentuk dan fungsi yang terdapat pada tradisi lisan mangupa adat Angkola. 6) Menemukan nilai-nilai kearifan lokal tradisi lisan yang terkandung pada tradisi lisan mangupa adat Angkola. 7) Mengetahui pelaksanaan performansi mangupa adat Angkola dan perubahan performansi adat Angkola pada masa kini. 8) Upaya revitalisasi tradisi mangupa adat Angkola sebagai model yang dapat didokumentasikan sebagai upaya pelestarian. 9) Upaya pembuatan model penelitian tradisi lisan mangupa adat Angkola sebagai model penelitian dan 10) Menyimpulkan hasil penelitian. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Wilayah Kota Padangsidimpuan Awal Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan sebelum pemekaran merupakan daerah yang terluas di Sumatera Utara yaitu ,50 kilometer atau hektar atau 26.36% dari seluruh luas Sumatera utara. Padangsidimpuan sebagai ibukota Kabupaten berjarak 550 km ke Medan, merupakan terjauh dari pusat pemerintahan provinsi. Secara garis besar Tapanuli Selatan terbagi atas lima wilayah budaya yaitu: Angkola-Sipirok, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Mandailing, Ulu dan Pesisir. Tiga wilayah yang disebutkan seperti: Angkola-Sipirok, Padang Lawas,

5 dan Mandailing (setelah otonomi daerah/ pemekaran berdiri sendiri) disebut dengan wilayah budaya Dalihan Na Tolu. Sekitar tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut padang na dimpu oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan, yang artinya suatu daratan di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II, di pinggiran sungai Sangkumpal Bonang. Melalui Trakrtat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk Recidency Tappanooli yang dibentuk Inggris Tahun Setelah menumpas gerakan Kaum Paderi Tahun 1830, Belanda membentuk district (setingkat kewedanan) Mandailing, District Angkola, dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan Government Sumatras West Kust yang berkedudukan di Padang. Pada Tahun 1838 dibentuk dengan asisten residen-nya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residente Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1824, antara Tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi ibu kota Residen Tapanuli. Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan merupakan pusat pemerintahan, dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Angkola Sipirok, dan Kabupaten Padang Lawas melalui Undang-undang Darurat Nomor 70/DRT/1956.

6 Ringkasan sejarah Tahun 1879 di Padangsidimpuan didirikan Kweek School (Sekolah Guru) yang dipimpin oleh Ch. A Van Ophuysen yang di kenal sebagai penggagas ejaan bahasa Indonesia. Lulusan sekolah ini banyak dikirim untuk menjadi guru di Aceh. salah seorang lulusan ini adalah Rajiun Harahap gelar Sutan Hasayangan, penggagas berdirinya Indische Veergining sebagai cikal bakal berdirinya Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dan merupakan organisasi pertama yang berwawasan nasional 1879 juga penggagas pengumpulan dana studi bagi guruguru yang akan di sekolahkan ke Negeri Belanda Peta Wilayah Kebudayaan Angkola Wilayah kebudayaan Angkola memiliki dua makna yaitu diartikan sebagai wilayah atau daerah dan makna yang lain Angkola sebagai suatu etnik yang berada di Sumatera Utara. Kata Angkola adalah nama sungai, Batang Angkola (Sungai Angkola) yang diberi nama seorang penguasa yang bernama Rajendra Kola (Angkola yang dipertuan kola) yang masuk melalui Padang Lawas yang berkuasa saat itu. Di sebelah selatan Batang Angkola diberi nama Angkola Jae (hilir) dan di sebelah utara sungai batang angkola diberi nama Angkola Julu (hulu). Suku Batak Angkola berpaham kekerabatan patrilineal sehingga mengambil sistem marga berdasarkan garis keturunan ayah dengan marga-marga: Harapap, Siregar, Hasibuan, Rambe, Daulay, Tanjung, Ritonga, dan Hutasuhut.

7 Masyarakat Angkola-Mandailing mendiami wilayah yang dialiri dua sungai besar dan bertemu di Muara Batang Gadis menuju Samudra Hindia. Kedua sungai itu adalah Sungai Batang Angkola dari Gunung Lubuk Raya dan Sungai Batang Gadis dari Gunung Kulabu. Budaya etnik Angkola-Mandailing memadukan tradisi dan agama Islam : Hombar do adat dohot ugamo (custom alongside religion). Adakalanya diungkapkan juga dengan kata-kata: Hombar do adat dohot ibadat (adat berdampingan dengan ibadat/ agama). Penduduk yang mendiami wilayah Angkola diperkirakan 9000 SM yang disebut etnik Angkola (asli Angkola bukan pecahan atau yang memisahkan diri sdari etnik lain). Wilayah Angkola merupakan luhak bermarga Harahap, sehingga marga selain Harahap apabila ingin mengadakan 109 upacara adat di Luhak Angkola harus menggunakan rompayan untuk menyembelih hewan adat, karena ada asumsi selain marga Harahap apabila menyelenggarakan upacara adat hewan adat tidak diperkenankan menyentuh tanah adat marga Harahap. Pada masa penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut afdeeling (daerah) Padangsidimpuan yang dikepalai oleh seorang Residen (kepala daerah) yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Afdeeling (daerah) Padangsidimpuan dibagi atas 3 onder afdeling, masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh masing-masing Demang, onder distrik membawahi luhak/ kuria yang dipegang oleh kepala kuria. meliputi kawasan Angkola dan Sipirok yang berpusat di Padangsidimpuan, Angkola membawahi tiga distrik masing-masing Angkola, Batang Toru, dan Sipirok yang dipimpin oleh bupati, namun setelah pemulihan pada tahun 1949, ketiga distrik itu digabung menjadi kabupaten Angkola.

8 1) Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padangsidimpuan. 2) Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan. 3) Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kota Nopan. Melalui Trakrtat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk Recidency Tappanooli yang dibentuk Inggris Tahun Setelah menumpas gerakan Kaum Padri Tahun 1830, Belanda membentuk district (setingkat kewedanan) Mandailing, District Angkola, dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan Government Sumatras West Kust yang berkedudukan di Padang. Pada Tahun 1838 dibentuk dengan asisten residen-nya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residente Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1824, antara Tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi ibu kota Residen Tapanuli. Sejalan dengan pembentukan onder afdeeling berdasarkan daerah budaya yang dikenal dengan luat atau ulayat Angkola berada di daerah induk Tapanuli Selatan, daerah kebudayaan atau ulayat terbagi atas empat daerah seperti: Ulayat Angkola, Ulayat Padang Lawas, Ulayat Mandailing,dan Ulayat Pesisir. Daerah budaya Angkola terdiri dari: a) Kecamatan Padangsidimpuan Utara, b) Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, c) Kecamatan Padangsidimpuan Barat, d) Kecamatan Padangsidimpuan Timur, e) Kecamatan Padangsidimpuan Batang Toru, f) Kecamatan Padangsidimpuan Batang Angkola, g) Kecamatan Padangsidimpuan Sipirok, h) Kecamatan Padangsidimpuan Saipar Dolok Hole, dan i) Kecamatan Padangsidimpuan Dolok. Pada kecamatan-kecamatan Ulayat

9 Angkola tersebut ada anjung-anjung daerah yang cukup dikenal sejak dahulu seperti: Marancar, Batang Toru, Sangkunur, Angkola Jae, Angkola Julu, Simarpinggan, Siondop, Sayur Matinggi, Sipirok, Saipar Dolok Hole, dan Sipiongot. Daerah Padang Lawas terdiri dari: a) Kecamatan Padangbolak, b) Kecamatan Sosopan, c) Kecamatan Barumun Tengah, d) Kecamatan Barumun, dan e) Kecamatan Sosa. Begitu pula anjung-anjung daerah yang cukup dikenal pada Ulayat Padang Lawas seperti: Barumun atau Sibuhuan, Sosa, Pinarik, Binanga, Huristak, Portibi, Padang Bolak, dan Sosopan. Kemudian Daerah Mandailing terdiri dari: Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Siabu, Kecamatan, Kotanopan, Kecamatan, Muarasipongi. Pada kecamatan ini dikenal juga anjung-anjung Mandailing Godang, Mandailing Julu, Siabu, Huta Bargot, Muarasipongi. Ulayat Pesisir memiliki dua Kecamatan yaitu: Kecamatan Batng Natal dan Kecamatan Natal. Pada kecamatan ini juga memiliki anjung-anjung yaitu: Batang Natal, Muarasoma, Tarlola, Parlampungan, Simpanggambir, Kun-kun, Singkuang, Siulang-aling, dan Natal. Maraknya otonomi daerah, begitu pula di Tapanuli Selatan yang mengalami pemekaran di beberapa kabupaten dan kotamadya Melalui PP No. 23 Tahun 1982 dan rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan No.15/KPTS/1992 menjadi Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai daerah induk pemekaran.

10 Sebelum pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan daerah yang terluas di Sumatera Utara yaitu ,50 Kilometer atau Hektar atau 26.36% dari seluruh luas Sumatera utara. Tapanuli Selatan dibagi atas lima wilayah budaya yaitu: Angkola-Sipirok, Padang Lawas, Mandailing, Ulu dan Pesisir. Tiga wilayah yang disebutkan seperti: Angkola-Sipirok, Padang Lawas, dan Mandailing (setelah otonomi daerah (pemekaran) masing-masing Kabupaten/ kota berdiri sendiri) daerah tersebut lebih dikenal sebagai wilayah budaya Dalihan Na Tolu. Setelah otonomi dan pemekaran daerah budaya Angkola-Sipirok (luat/ Kuria Angkola) kini berada di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan. Seluruh Daerah Kota Padangsidimpuan mulai dari Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Hutaimbaru, Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, dan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua. KABUPATEN TAPANULI SELATAN WILAYAH KEBUDAYAAN ANGKOLA

11 Gambar 5. Wilayah Kebudayaan Angkola Pada Kabupaten Tapanuli Selatan setelah pemekaran dibagi atas 4 Wilayah yang terdiri dari 14 kecamatan Seperti: Wilayah I, a) Kecamatan Aek Bilah b) Kecamatan Sipirok Dolok Hole (SDH), c) Kecamatan Arse, d) Kecamatan Sipirok, dan e) Kecamatan Angkola Timur. Wilayah II, e) Kecamatan Angkola Barat, f) Kecamatan Marancar, g) Kecamatan Batang Toru, h) Kecamatan Muara Batang Toru. Wilayah III, i) Kecamatan Angkola Selatan, j) Kecamatan Batang Angkola, k) Kecamatan Batang Angkola, l) Kecamatan Sayurmatinggi, m) Tana Tombangan (Tantom) Angkola.

12 pada daerah Marancar, Batang Toru, Sangkunur, Simarpinggan, Siondop, Sipirok, Saipar Dolok Hole, Arse, Batang Angkola, Angkola Sayurmatinggi, Angkola Tana Tombangan (Tantom), Batang Pane, dan Simangambat. Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribu kota kabupaten Gunung Tua, dan Kabupeten Padang Lawas pada anjungan-anjungan: Sipiongot, Padang Bolak, Aek Godang, Poken Salasa, Hutaimbaru, portibi Barumun atau Sibuhuan, Sosa, Pinarik, Binanga, Huristak, Portibi, Padang Bolak, dan Sosopan. Kedua kabupaten tersebut enggan disebut memiliki Adat Angkola karena pemahaman adat mereka dengan Angkola berbeda pada gerakan tarian adat tortor, upacara adat dan bahan adat sehingga komunitas adat Padang Bolak dan Padang Lawas tidak berada pada luhat adat Angkola. Kemudian, Daerah budaya sekarang dikenal dengan Kabupaten Mandailing- Natal terdiri dari 7 kecamatan menjadi 23 kecamatan sedangkan 2 kecamatn tidak mengalami pemekaran seperti Kecamatan Muara Sipongi dan Kecamatan Pakantan, dengan 5 daerah Induk yang mengalami Pemekaran yaitu: Kecamatan Panyabungan Kota, Kecamatan Siabu, Kecamatan Kotanopan, Kecamatan Batang Natal, dan Kecamatan Batang Natal. Yang berkembang menjadi 23 Kecamatan seperti: 1) Kecamatan Panyabungan Kota menjadi, 2) Kecamatan Panyabungan Timur, 3) Kecamatan Panyabungan Barat, 4) Kecamatan Panyabungan Selatan, 5) Kecamatan Panyabungan Utara, 6) Kecamatan Siabu menjadi, 7) Kecamatan Bukit Malintang, 8) Kecamatan Naga Juang, 9) Kecamatan Huta Bargot, 10) Kecamatan Kotanopan, 11) Kecamatan Puncak Sorik Marapi, 12) Kecamatan Tambangan, 13) Kecamatan Lembah Sorik Marapi, 14) Kecamatan Ulu Pungkut, 15) Kecamatan Muarasipongi. 16) Kecamatan Pakantan, 17) Kecamatan Batang

13 Natal menjadi, 18) Lingga Bayu, 19 Kecamatan Ranto Baek, 20) Kecamatan Natal menjadi, 21) Kecamatan Muara Batang Gadis, 22) Kecamatan Sinunukan, dan 23) Kecamatan Batahan. sedangkan Kabupaten Mandailing Natal, yang berada pada anjung-anjung daerah Mandailing Natal memiliki daerah budaya Mandailing yang berbeda dengan adat Angkola begitu pula dengan Muarasipongi sebagai daerah yang berbatas dengan daerah Sumatera Barat memiliki bahasa yang berbeda yang dikenal dengan bahasa Muarasipongi terjadi akulturasi bahasa dan budaya antara bahasa Mandailing dengan bahasa Minang dari Sumatera Barat, begitu pula dengan adat dan budaya yang dipakai terjadi percampuran budaya. Daerah budaya Batang Natal dan Kecamatan Natal, pada kecamatan ini juga memiliki anjung-anjung yaitu: Batang Natal, Muarasoma, Tarlola, Parlampungan, Simpanggambir, Kun-kun, Singkuang, Siulang-aling, dan Natal. Ulayat Pesisir yang lebih mendekati budaya campuran antara budaya Mandailing, Melayu Pesisir, dan Minang Kabau memiliki akulturasi budaya pesisir dan Minang Kabau, sehingga pada upacara adat dominan menggunakan adat Minang Kabau dan pesisir sehingga dikenal nilai budaya melayu pesisir dalam tetrapartit adat yaitu: adat yang sebenar adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat, dan adat istiadat. Jadi, Daerah Budaya Angkola-Sipirok memiliki daerah budaya yang cukup luas, yaitu seluruh Daerah Kota Padangsidimpuan mulai dari Angkola Hutaimbaru, Angkola Julu, Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Tenggara, dan Padangsidimpuan Batunadua. Serta anjunganjung di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu: Marancar, Batang Toru, Sangkunur, Simarpinggan, Siondop, Sipirok, Saipar Dolok Hole, Arse, Batang Angkola,

14 Sayurmatinggi, Tana Tombangan (Tantom), Batang Pane, dan Simangambat Sipirok Bahasa dan Kesenian Masyarakat Angkola 1) Bahasa Masyarakat Angkola Luhak Angkola yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan dihuni oleh suku Angkola-Sipirok-Madailing, sehingga masyarakat di wilalayah tersebut menggunakan bahasa Angkola yang berbeda pada dialek dan ideolek pada suku Mandailing yang lebih lembut. Tetapi, Bahasa Angkola bila dibandingkan dengan penggunaan bahasa di Daerah Gunung Tua yang tinggal di Padang Bolak cenderung penggunaan bahasanya lebih keras dan pada pengucapan suku kata-suku kata tertentu, sehingga apabila dibandingkan dengan ketiga wilayah tadi bahasa pada Suku Angkola berada di tengah dalam penggunaan kkeras lembutnya intonasi suara. Sedangkan apabila dibandingkan antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Padang Bolak tentunya bahasa Batak Toba lebih keras Intonasinya dibandingkan dengan Bahasa di Padang Bolak. Penggunaan bahasa Angkola di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, Sipirok, dan Padangsidimpuan dalam berkomunikasi setiap hari. Sedangkan penggunaan bahasa Indonesia hanya dipakai pada kegiatan formal saja, walaupun begitu pengajar yang lahir di Kota Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan tak jarang menggunakan bahasa daerah dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal itu bertujuan agar materi ajar lebih mudah diserap oleh peserta didik.

15 Intensitas pemakaian bahasa Angkola-Mandailing dipakai pada semua lapisan masyarakat, baik itu untuk kalangan orang tua maupun di kalangan anakanak dan remaja. Pada aktifitas formalpun tak jarang digunakan bahasa Angkola- Mandailing, bahkan bila ada penggunaan bahasa di luar bahasa Angkola (Bahasa Indonesia) akan mendapatkan kritikan dari sesama komunitas suku Angkola. Begitu kentalnya loyalitas pemakaian bahasa Angkola bagi penutur di Kedua wilayah pengguna bahasa Angkola tersebut. Penggunaan bahasa Angkola-Mandailing oleh bahasa penduduk asli atau pendatang yang sudah menetap cukup lama di Kota Padangsidimpuan dan Tapanuli Selatan. Di samping itu penduduk asli suku Angkola di Tapanuli Selatan ada juga pendatang yang bersuku Jawa, Minang, Batak Toba, dan lain-lain. Bahasa Jawa, Minang, bahasa Batak Toba, bahasa Minangkabau, bahasa Palembang, bahasa Aceh, bahasa Melayu, bahasa Pesisir, bahasa Cina, bahasa Tamil dan lainnya. Penduduk pendatang pada umumnya yang sudah lama menetap di Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan.. Penduduk sekitar Tapanuli Selatan juga berbahasa berbahasa Mandailingdialek Angkola, yang digunakan pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa Angkola seperti daerah Angkola Jae, Angkola Julu, Marancar, Batangtoru, Sipirok, Saipar Dolok Hole, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Barumun. Sedangkan yang menggunakan Bahasa Tapanuli Selatan berdialek Mandailing digunakan pada daerah: Siabu, Panyabungan, Kotanopan Muara Sipongi, dan Batang Natal.

16 Ada satu hal yang unik di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan, yang penggunaan bahasa Jawa oleh penduduk yang dulunya ekstransmigrasi yang bekerja di perkebunan, atau pelarian pada masa penjajahan Belanda yang kini menetap di Kota Padangsidimpuan. Jumlah penduduk kedua terbanyak adalah suku Jawa, sehingga di kantong-kantong wilayah tertentu di Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan di huni oleh suku Jawa. Oleh karena itu bahasa Jawa bukan lagi bahasa asing apabila kita mendengar sesama komunitas suku Jawa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa di daerah Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan. Penggunaan beberapa bahasa daerah yang digunakan oleh pendatang juga dipakai sebagai bahasa komunikasi, yakni bahasa Mandailing, bahasa Angkola, bahasa Batak Toba, bahasa Minang, bahasa Jawa, bahasa suku yang lain yaitu Cina, bahasa ini hanya dipakai ditingkat kelompok orang-orang yang telah dewasa, namun dalam pergaulan sehari-hari pada kalangan usia sekolah menggunakan bahasa Mandailing dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan pengaruh dominasi penduduk yang bersuku Angkola-Mandailing dan yang secara demografi bersuku Angkola-Mandailing menyebar di seluruh tanah Tapanuli Selatan. Hal inilah yang menyebabkan menggunakan bahasa Angkola-Mandailing sebagai bahasa pergaulan dan bahasa pengantar sehari-hari sangat besar. 2) Kesenian Masyarakat Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai induk kabupaten kini telah terpecahpecah menjadi 4 kabupaten dan 1 Kota dengan wilayah Angkola tinggal

17 Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan yang mendominasi penduduk berkebudayaan Angkola. Suku Angkola yang mendiami wilayah tersebut tidak mengalami perubahan setelah terjadinya pemekaran, hal yang mengalami pemekaran pada pemerintahan, tetapi pada wilayah budaya tetap karena tidak mempengaruhi hal tersebut. Wilayah kebudayaan Angkola-Sipirok di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan dalam berkesenian masih yang pada umumnya tetapi mengalami penurunan intensitas dan pengetahuan bagi generasi muda, hal ini seriring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang berdampak pada semakin termarginalnya kesenian tradisional. Hal ini karena, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ber-gadget dan dengan menjamurnya jasa warnet yang dapat digunakan oleh anak-anak untuk bermain game online atau dengan aktifitas internet atau bermedia sosial. Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus menggerus budaya dan kesenian di daerah sehingga perkembangan kebudayaan semakin kecil. Gaya hidup hedonis, kapitalis dan materialis dan instan merubah paradigm masyarakat di wilayah budaya, padahal budaya dan kesenian-kesenian Angkola bila dikajidan diretas mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang dapat mencerminkan karakteistik budaya kerja sama, gotong royong, tenggang rasa. Padahal budaya dan kesenian Angkola sebegai perekat persatuan dan kesatuan untuk saling menghargai perbedaan pendapat dengan beragam strata sosial. Agama Islam yang masuk ke Angkola-Sipirok dibawa oleh kaum Paderi dari daerah Minangkabau sekitar tahun 1820 melalui Mandailing dari Sumatera

18 Barat memberikan pengaruh bagi penduduk penganut kepercayaan arwah nenek moyang atau benda yang dikeramatkan atau pelebegu, yaitu kepercayaan yang intinya memuja roh nenek moyang. Penghubungnya disebut sibaso, orang (mediasi atau perantara) yang dapat berhubungan dengan roh nenek moyang dalam bentuk upacara ritual. kepercayaan Pelebegu ini tidak lagi dianut oleh masyarakatnya. Dengan masuknya agama Islam tentu hal itu berpengaruh terhadap kesenian yang sebelumnya digunakan sebagai pelipur lara masyarakat Angkola. Kesenian-kesenian yang masih bertahan di tengah derasnya arus budaya Islam dan pengaruh kesenian asing berpengaruh kepada kesenian lokal tersebut yaitu: ende (bernyanyi), Gondang, hapantunan (berbalas pantun), marmoncak (pencak silat), tarian tortor, gorga-ganaganaan (seni rupa). Di samping itu, ada bagian budaya dan kesenian yang penting dari kebudayaan Angkola- Sipirok, Tapanuli Selatan yang punah sama sekali, misalnya hata andung, hata sibaso, hata parkapur, dan hata teas dohot jampolak, yang masih dipakai hata somal, demikian juga gordang sambilan, gordang dua, dan juga sastra lisan. Gorgaganaganaan ini merupakan peninggalan seni Angkola-Mandailing. Keberadaanya juga sudah mengkhawatirkan sebab para pembina gorga-ganaganaan sendiri telah dimakan usia, bahkan sudah banyak yang meninggal dunia. Sedangkan generasi muda sebagai penerus kurang begitu menjiwai atau bahkan sistem penerusannya secara estafet terhenti. Bagi masyarakat Angkola-Sipirok pada masa pra-islam, kesenian daerah merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kegiatan religi dan upacaraupacara adat biasanya menggunakan alat musik untuk upacara bersifat suka cita

19 (siriaon) maupun untuk upacara duka cita (siluluton). Alat musik yang digunakan biasanya disebut gondang atau gendang Gendang atau gondang adalah salah satu jenis musik yang terdapat di daerah Angkola, Sipirok, dan Mandailing yang digunakan pada pelaksanaan upacara adat na godang (tingkatan upacara adat yang paling besar). Kata gondang mempunyai tiga macam pengetian. Pertama, gondang berarti alat musik yaitu gendang yang terdiri dari gondang inang atau gondang siayakkon dan gondang pangayakon. Kedua, gondang bisa berarti lagu, misalnya lagu untuk suhut sihabolonan maka disebut dengan gondang suhut sihabolonan, lagu untuk mora disebut dengan gondang mora. Ketiga, gondang dapat juga berarti ensambel musik, yakni alat-alat musik yang tergabung dalam satu unit. Ensambel musik tradisional Angkola, Sipirok, dan Mandailing dikenal dalam tiga klasifikasi: (1) gondang dua, (2) gondang lima, dan (3) gordang sambilan. Sehingga jika orang mengatakan main gondang, yang dimaksud bukan hanya memainkan instrumen gendang, tetapi memainkan satu ansambel musik yang terdiri dari 2 buah gondang (gondang inang dan gondang pangayakon), 2 buah ogung, 1 buah suling, 1 buah doal, sepasang tali sasayat (simbal), 7 buah salempong, dan onang-onang (nyanyian), juga tortor. Gondang menurut tradisi hanya dapat ditampilkan dalam konteks upacara adat nagodang dalam suasana siriaon (suka cita) saja, oleh karena itu pula disebut dengan gondang maradat. Selain gondang (musik instrumen) yang ditampilkan secara ensambel ada juga jenis-jenis instrumen yang dimainkan secara tunggal oleh perorangan sebagai hiburan pribadi, dan tentu saja musik ini tidak masuk ke dalam penampilan dalam

20 konteks adat. Oleh karena itu, musik ini biasanya ditampilkan di luar perkampungan yakni saat di sawah atau saat menggembalakan ternak atau boleh juga dalam perkampungan pada saat malam hari. Alat musik terebut antara lain adalah sebagai berikut. (1) Ole-ole atau uyup-uyup, adalah alat musik aerofon yang bahannya terbuat dari batang padi. Cara memainkannya adalah dengan ditiup dan dimainkan biasanya di sawah atau di ladang sebagai hiburan. (2) Nung-neng adalah idiophone yang bahannya terbuat dari bambu. Cara memainkannya adalah dengan memukul badan bambu tersebut. Fungsinya adalah untuk belajar bermain gondang dan hiburan, biasanya dimainkan pada malam hari oleh pemuda-pemudi di halaman bagas godang. (3) Suling, adalah aerofon yang bahannya terbuat dari bambu. Cara memainkannya adalah dengan ditiup, biasanya dimainkan di luar kampung atau pada malam hari di halaman bagas godang. (4) Tulila, adalah aerofon yang bahannya terbuat dari bambu, bentuk atau besar badannya lebih kecil dari bentuk suling. Cara memainkannya adalah dengan cara ditiup (Takari dkk, 2008: ). Ende (nyanyian) atau marende (bernyanyi) dalam bahasa Mandailing- Angkola-Sipirok nyanyian disebut juga dengan endo. Ende dalam musik Angkola terbagi lagi atas beberapa jenis menurut fungsi dan penggunaannya, antara lain adalah: (1) Onang-onang, secara harafiah onang-onang tidak dapat diartikan, tetapi menurut beberapa sumber kata onang berasal dari kata inang yang artinya "ibu". Kata onang tersebut adalah berawal dari ungkapan rasa kekecewaan seseorang anak yang sedang merantau jauh terhadap kehidupan yang belum membawa keberuntungan, rasa kecewa yang menimbulkan rasa rindu terhadap orang yang dikasihinya yaitu ibunya juga kekasih hatinya. Sehingga untuk

21 melepaskan rasa rindu dan kekecewaannya tersebut muncullah kata onang-onang dalam bentuk nyanyian. Pada awalnya onang-onang adalah nyanyian yang berfungsi sebagai ungkapan pelepas rasa rindu kepada orang yang dikasihinya. (2) Turke-turke adalah nyanyin rakyat (lullaby song) masyarakat Angkola yang dinyanyikan oleh orang tua (ayah atau ibu) untuk si buah hati (anak) 6 sampai 10 bulan. Turke-turke dinyanyikan sebagai ungkapan perasaan suka cita orang tua terhadap kesehatan dan pertumbuhan sang anak yang semakin bijak. (3) Ungut-ungut, nyanyian rakyat yang mengisahkan suasana kampung Sipirok atau Bunga Bondar. Ungut-ungut dinyanyikan oleh seorang pria sebagai ungkapan keluh kesahnya karena akan pergi merantau jauh dari kampung halaman untuk mencari pekerjaan yang lebih layak derni masa depan. Berpisah dengan sang kekasih menyebabkan munculnya perasaan sedih dan terharu; namun tetap berharap dan berpesan kiranya sang kekasih tetap setia menunggu kepulangannya dengan keberhasilan. (4) Ile Onang Baya, nyanyian pelepas rindu dimana bila kita mendengarnya akan terobati rasa rindu kepada orang yang kita cintai dan sayangi. Nyanyian ini dinyanyikan oleh pemuda/i untuk mengungkapkan perasaan hatinya. Biasanya nyanyian ini dinyanyikan oleh seseorang di tempat tertentu (tidak di tempat umum, masih banyak lagi musik vokal Angkola, Sipirok, dan Mandailing. Bondong adalah sejenis kesenian rakyat masyarakat Angkola, Sipirok, dan Mandailing dalarn bentuk teater dan digunakan dalam upacara adat khususnya di kalangan muda-mudi saat berkenalan, senda gurau, ajuk mengajuk hati, sampai kepada memadu kasih dilaksanakan dengan bondong. Kesenian bondong ini

22 biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah berakhimya acara perkawinan oleh anak muda dan gadis dengan bimbingan pengetua adat. Tetapi dapat juga dilaksanakan pada siang hari tergantung persiapan. Tempat pertunjukan kesenian bondong di dalam ruangan rumah yang lebih dahulu dipersiapkan khusus dengan beberapa hiasan terutama alat yang bernama bondong, serta tempat duduk para pernain di atas tikar dan perlengkapan lainnya yang diperlukan. Dengan demikian kesenian bondong belum dilaksanakan di atas pentas yang dibuat secara khusus. Kesenian bondong disajikan dengan cara yang sederhana, biasanya ditampilkan bersamaan dengan upacara pernikahan dalam, bentuk dialog yang dirangkaikan dengan berbagai pantun. Para pemain kesenian bondong bermain secara spontan sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan naskah cerita tidak ada, maka dialog tersusun dalam bentuk pantun yang timbul secara spontan dan alamiah. Urutan adegannya adalah diawali dengan keberangkatan sekumpulan anak muda dari sebuah rumah ke rumah lain tempat anak gadis berada. Diperdengarkan lagu sitogol secara bersahut-sahutan di antara anak gadis dan anak muda (na poso dan nauli bulung) yang sedang menunggu di halaman. Lagu tersebut diiringi bunyi-bunyian seperti tiupan suling atau tiupan ole (sejenis instrument terbuat dari batang padi) kadang-kadang diiringi musik pengiring seperangkat gondang dengan lagu onang-onang. Isi lagu umumnya berkeinginan untuk saling berkenalan dan memadu hati. Sampai di tempat calon pengantin wanita muda-mudi atau naposo dan nauli bulung mengadakan acara khusus untuk perkenalan di dalam sebuah rumah dengan kegiatan berbicara dan

23 berbalas pantun dan diawasi seorang ibu dan seorang bapak sekaligus menjadi pengarah acara. Dialog pertama dimulai oleh pria isinya mohon persetujuan anak gadis untuk memasuki ruangan yang disampatkan dalam bentuk pantun (Takari dkk, 2008: ). Kemudian selain itu, di Angkola, Sipirok, dan Tapanuli Selatan juga terdapat seni bela diri yakni moncak (Pencak Silat), pencak silat ini lebih dikenal dengan nama tarlak, seni bela diri tarlak merupakan seni asli tanah Angkola- Mandailing, tetapi marmoncak yang masih dimiliki oleh masyarakat Angkola- Mandailing. Seni moncak (pencak silat) ini pada masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan dapat berpungsi ganda, yakni satu sisi dapat menjadi hiburan pada acara pelengkap dalam hajatan perkawinan. Marmoncak (pencak silat). ini dihadirkan untuk seni ketika mempelai pria sudah sampai ke rumah calon istri. Untuk harihari tertentu silat ini juga digunakan untuk olah raga ataupun sebagai seni bela diri. Seni pencak silat ini jika dipakai pada acara perkawinan biasanya menggunakan pedang/ golok dan tombak pada saat mengiringi rombongan pengantin diringi musik gondang yang digunakan untuk mengiringi gerakan silat tersebut Lokasi Penelitian Melalui aspirasi masyarakat serta peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 dan melalaui rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 15/KPTS/1992 Kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II, bersamaan dengan pengusulan pembentukan Daerah Tingkat II Mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.

24 Setelah dibentuknya Kabupaten Mandailing Natal, maka melalui: 1. Surat Bupati Tapanuli Selatan Nomor 135/1078/2000 tanggal 30 Nopember 2000, dan 2. Keputusan DPRD Tapanuli Selatan Nomor 01/PIMP/2001 tanggal 25 Januari 2001, serta 3. Surat Gubernur Sumatera Utara Nomor 135/1595/2001 tanggal 5 Februari Maka diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Padangsidimpuan. Pada tanggal 17 Oktober Tahun 2001 oleh Menteri Dalam Negeri, atas nama Presiden Republik Indonesia, diresmikan Padangsidimpuan menjadi kota dan pada tanggal 9 November 2001 Gubernur Sumatera Utara melantik Drs. Zulkarnain Nasution,MM sebagai pejabat (Pj) Walikota Padangsidimpuan, dan memenangkan pemilihan walikota dua periode. Yang kini dijabat oleh Bapak Andar Amin Harahap, SST.,M.Si. sebagai Walikota Padangsidimpuan yang kedua. Kota Padangsidimpuan dibentuk atas dasar Undang-Undang Nomor 4 Tahun kota yang terletak pada 432 km dari Medan yang di kelilingi oleh beberapa bukit, dengan suhu udara rata-rata derajat Celsius dan dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Kota Padangsidimpuan secara geografis terletak pada Lintang Utara s.d Lintang Utara dan Bujur Timur s.d Bujur Timur dengan kota seluas Ha.

25 Pemerintah Kota Padangsidimpuan pada saat ini dibagi menjadi 6 (enam) wilayah kecamatan, masing-masing: 1) Kecamatan Padangsidimpuan Utara; 2) Kecamatan Padangsidimpuan Selatan; 3) Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara; 4) Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua; 5) Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru; 6) Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu. Hal ini karena umumnya penduduk di Kota Padangsidimpuan menggunakan bahasa Angkola- Tapanuli Selatan (Mandailing) sebagai bahasa pengantar, sehingga upacara perkawinan adat Angkola nagodang yang pada upacara perkawinan adat Angkola yang salah satu puncak mata acara tersebut dilakukan upacara mangupa adat Angkola Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padangsidimpuan yang bertempat di Jalan Sudirman Gang PUD Sadabuan Padangsidimpuan Utara, Provinsi Sumatetra Utara, penelitian awal pada bulan Januari 2013 sampai dengan November Pengambilan data upacara perkawinan adat nagodang yang pada upacara perkawinan adat Angkola yang salah satu puncak mata acara tersebut dilakukan upacara adat mangupa Angkola yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2013 sampai dengan tanggal 11 Februari 2013, Data kedua waktu upacara perkawinan adat Angkola Perkawinan ini berlangsung di Jalan MT Haryoni No. 56 Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan pada tanggal Oktober Sumber data

26 Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data primer dan data skunder, data primer penelitian ini yang diperoleh langsung ketika upacara perkawinan adat nagodang yang pada upacara perkawinan adat Angkola yang salah satu mata acara tersebut dilakukan upacara mangupa adat Angkola, sehingga tradisi lisan sebagai wadah berlangsungnya tradisi mangupa adat Angkola tersebut. Data primer juga didapat dengan mengambil data dari informan kunci yaitu pelaku adat dan raja-raja yang memahami tradisi mangupa adat Angkola. Data skunder adalah hasil wawancara terstruktur dan takterstruktur. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Lofland dan Lofland (1984) dalam Moleong (2005:157) menyebutkan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif, ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sejalan dengan pendapat di atas Heritage (1988) kajian analisis percakapan memerlukan data yang muncul secara alamiah, dalam hal ini sumber data utama adalah tradisi lisan upacara adat mangupa adat Angkola yang direkam dengan handycam dan dicatat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hutchby dan Woffit (1994) data yang dianalisis adalah data tradisi lisan yang direkam dan ditranskripsikan, kemudian dilengkapi dengan pengambilan foto. Data yang dikumpulkan dari mulai bulan Januari 2013 sampai dengan November Penggunaan teknik observasi partisipatoris yang bersifat pasif atau seperti istilah yang digunakan oleh Adler dan Adler dalam Spradley (1980). Observasi nonpartisipatoris atau observasi non-intervensionism. Observasi adalah tindakan

27 mengamati sebuah fenomena dengan menggunakan instrumen dan rekaman untuk tujuan ilmiah. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data dan bahan-bahan dari upacara mangupa adat Angkola yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Di dalam observasi data tidak dilakukan manipulasi data dan juga menstimulasi subjeknya, sehingga seluruh tradisi lisan mangupa adat Angkola berlangsung sesuai dengan yang semestinya, sehingga berjalan secara alami. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi instrumen pengumpulan data terdiri dari dua: a) lembar dokumentasi untuk data tertulis; dan b) teknik rekam untuk data tradisi lisan. Sumber data primer penelitian ini terdiri dari dua jenis yakni data yang diperoleh ketika upacara adat mangupa berlangsung dalam bentuk tradisi lisan dan wawancara dengan informan kunci yaitu dengan raja-raja adat, pelaku adat, tokoh masyarakat sedangkan untuk memahami antropolinguistik sebagai jalan masuk mengkaji tradisi lisan mangupa, sedangkan semiotik untuk mengkaji makna dan fungsi upacara mangupa adat Angkola dikumpulkan dari hasil rekaman dan wawancara terstruktur dan takterstruktur. Sumber data primer yaitu upacara mengupa adat Angkola yang merupakan acara puncak perkawinan, yaitu performansi upacara mangupa adat Angkola. Data sekunder yaitu dengan mengumpulkan data observasi lapangan, wawancara dengan narasumber, dan menganalisis data dokumentasi dan referensi buku. 3.4 Metode Pengumpulan Data

28 Metode yang digunakan dalam penelitian ini, pertama, metode survey yaitu mengumpulkan informasi yang sesuai dengan judul yang telah ditetapkan yaitu tradisi lisan yang digunakan pada upacara mangupa adat Angkola. Kedua, melakukan wawancara yang dalam (depth interview) terstruktur dan takterstruktur dengan informan kunci untuk menggali informasi yang berhubungan dengan tradisi mangupa adat Angkola, sehingga didapat tradisi mangupa adat Angkola yang cukup akurat untuk memperoleh data. Ketiga, mengumpulkan data-data yang digunakan pada tradisi lisan mangupa adat Angkola. Sumber data Observasi Non Partisipan Wawancara mendalam terstruktur dan Dokumentasi Rekaman/ Foto Observasi Partisipan Reduksi Data Pengklasifikasian Data Pengujian Data Pengecekan Hasil penelitian

29 Gambar 6. Pengumpulan Data Keempat, melakukan pengecekan keabsahan hasil penelitian yang dilakukan serta membahasnya dengan informan kunci. Kelima mengkonsultasikannya dengan promotor/ co-promotor disertasi. Apabila ada prosedur dan langkah-langkah penelitian yang tidak sesuai, sehingga dapat dilakukan revisi dan mengambil data yang belum sesuai (lihat gambar 4 di atas). 3.5 Metode Analisis Data Menganalisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (1982) dalam Moelong (2005:248) mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari, menemukan apa yang penting, apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses menganalisis dan mengorganisasikan data ke dalam suatu pola, mengkategorikan agar menjadi uraian dasar, sehingga dapat dikategorikan ke dalam hipotesis kerja, dengan menggunakan metode deskriptif dilakukan analisis dan interpretasi secara menyeluruh pada data performansi mangupa adat Angkola yang telah dikumpulkan. Berikutnya McDrury (1999) masih dalam Moleong (2005:248) menyebutkan tahapan penganalisisan data kualitatif antara lain:

30 1. Membaca dan mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada pada data upacara adat Angkola. 2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. 3. Menuliskan model yang ditemukan. 4. Koding yang telah dilakukan. 5. Merevitalisasi proses mangupa adat Angkola. Lebih jauh Saidel menjelaskan dalam Moleong (2005:248), proses penganalisisan yaitu: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal yang diberi kode agar sumber datanya tetap ditelusuri; 2. Mengumpulkan dan memilah-milah data, mengklasifikasikan data, mensintesiskan, membuat ikhtiar dan membuat indeksnya; 3. Berpikir dengan jalan membuat kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan umum. Penganalisisan data performansi mangupa adat Angkola serta jawaban dari setiap informan kunci, ditabulasikan berdasarkan klasifikasi sesuai urutan performansi upacara mangupa adat Angkola. Kemudian akan dianalisis hasil akhir, dengan wawancara dengan informan kunci, sehingga diperoleh data dan perubahan performansi upacara adat mangupa sehingga disimpulkan hasil data tradisi lisan tersebut, agar lebih jelas dapat digambarkan analisis data di bawah.

31 Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dokumen dianalisis dengan teknik analisis dokumen atau analisis isi. Hal ini disebabkan penelitian ini untuk mengumpulkan informasi kemudian melakukan pengujian data tradisi lisan upacara mangupa adat Angkola. Menurut Sigit (2003:240) analisis dokumen ialah mempelajari apa yang tertulis dan dapat dilihat dari dokumen-dokumen. Analisis dalam penelitian tradisi lisan mangupa adat Angkola meliputi tahap: 5. Mendeskripsikan data performansi tradisi lisan mangupa adat Angkola. 6. Menganalisis data performansi, mengklasifikasikan data, dan menafsirkan data atas bentuk dan fungsi melalui performansi, indeksikalitas, dan partisipan, analisis teks, koteks, dan konteks tradisi lisan mangupa adat Angkola dengan informan kunci. 7. Hasil akhir yang terdapat pada performansi tradisi lisan mangupa adat Angkola dan dikonsultasikan dengan pembimbing. 8. Temuan penelitian dan upaya merevitalisasi model tradisi lisan mangupa adat Angkola, untuk lebih jelas lihat gambar 5 pada bagan di bawah ini:

32 Mengumpulkan data dengan Wawancara kepada informan kunci Hasil Data dianalisis Hasil Data diklasifikasikan Hasil perolehan data ditafsirkan dengan wawancara kepada informan kunci Hasil akhir data dikonsultasikan kepada pembimbing Temuan penelitian Revitalisasi Penelitian Tradisi Mangupa Adat Angkola Membuat Model Penelitian Tradisi Mangupa Adat Angkola Gambar 7. Analisis Data

33 BAB IV PETA WILAYAH KEBUDAYAAN ANGKOLA DAN PERFORMANSI TRADISI LISAN MANGUPA HORJA GODANG ADAT ANGKOLA 4.1 Hakikat Mangupa Horja Godang Sebelum masuknya agama ke daerah Angkola-Sipirok, Batak, Mandailing, dan Tapanuli Selatan, masyarakat belum memiliki kepercayaan terhadap agama, sehingga beragam kepercayaan seperti: animisme, dinamisme, dan percaya kepada sipelebegu menyembah pepohonan, batu-batu, atau apa saja yang dianggap keramat. Kepercayaan masyarakat selain makhluk kasar (manusia) setiap orang memiliki roh dan kepercayaan pada zat yang gaib, sehingga dalam keyakinan masyarakat adat setiap orang tidak bisa sembarangan melakukan sesuatu karena hal tersebut tabu (pamali atau pantang). Setiap orang atau makhluk hidup memiliki tondi karena orang yang sudah meninggal dunia tidak memiliki tondi atau tidak lagi marsumangat. Kepercayaan kepada leluhur dengan meyakini kata-kata yang dianggap bertuah atau marsahala karena pesan leluhur disampaikan dari satu generasi ke generasi berikut secara estafet. Petuah-petuah leluhur sahala melahirkan semangat hidup dan tondi merupakan core inti kehidupan. Dengan menghormati dan melaksanakan petuah leluhur dianggap menghargai roh nenek moyang. Jadi tondi itu merupakan kekuatan semangat, tenaga power yang memelihara dan menyeimbangkan kekuatan jasmani dan rohani. Oleh karena itu, bila tidak mengindahan petuah-petuah leluhur maka tondi akan meninggalkan jasad, sehingga ia akan jatuh sakit.

34 Tondi tersebut diyakini sebagai aspek kejiwaan manusia yang mempengaruhi semangat dan kematangan psikologis individu. Tondi itu merupakan kekuatan yang memberi hidup pada bayi. Tondi merupakan kekuatan, tenaga, semangat jiwa yang 127 memelihara ketegaran rohani dan jasmani agar tetap seimbang, kukuh, keras dan menjaga harmoni kehidupan setiap individu. Dalam keadaan ketakutan yang mendadak misalnya diserang harimau di hutan, tondi juga bisa meninggalkan badan, tondi dapat mengembara sesukanya dan bahkan boleh jadi bertemu dan bergabung dengan roh jahat. Kepercayaan masyarakat setiap orang memiliki roh, roh tersebut memiliki tondi atau spirit. Karenanya tondi manusia dapat pergi atau meninggalkan roh, bila tondi meninggalkan raga, manusia tersebut akan sakit atau dikenal mago tondi atau kehilangan semangat. Kehilangan semangat (mago tondi) atau pergi tondi meninggalkan roh disebabkan oleh berbagai sebab seperti: gangguan makhluk gaib, ditegur oleh leluhur karena berbuat salah, buang air atau berbicara kasar (tabu) di tempat-tempat angker (hutan, kayu, gua, sungai, gunung, ngarai, mata air mual, bermain pada tempat-tempat terlarang, sangat menginginkan sesuatu (tarhirim), mencuri ikan di lubuk larangan, mendapat musibah (tabrakan, jatuh, kecelakaan, kebakaran, sakit, terkejut, ketakutan, diganggu makhluk halus tarsapo ) dan lain-lain. Tondi Manusia Jasad Ruh

35 Gambar 2. Setiap manusia memiliki hubungan antara jasad, ruh, dan tondi Agar dapat mengembalikan semangat ke dalam tubuh dikenal dengan istilah paulak tondi tu badan, hal itu dilakukan dengan upacara adat mangupa. Kepercayaan agar tondi kembali ke roh dilakukan dengan upacara adat mangupa dengan melengkapi persyaratan-persyaratan dan bahan-bahan pangupa, dengan demikian tondi tersebut dibujuk (dielek) untuk kembali ke badan. Leluhur suku Angkola dan Tapanuli dianggap memiliki sahala raja yang dapat memberi pengarahan pada tondi yang masih hidup. Tokoh-tokoh sebagai perwakilan untuk melakukan upacara adat mangupa dengan melengkapi bahan-bahan pangupa sebagai persyaratan agar arwah leluhur tidak murka dengan mengganggu turunannya yang telah melanggar aturan adat atau hal-hal yang dianggap tabu menurut keyakinan komunitas adat Angkola. Upacara mangupa atau upah-upah merupakan upacara adat di Angkola, Sipirok, dan Mandailing yang bertujuan untuk mengembalikan tondi ke dalam badan. Tondi atau semangat atau jiwa kematangan secara psikologis individu mempengaruhi manusianya. Tondi sebagai kekuatan (tenaga, semangat jiwa) yang memelihara ketegaran rohani dan jasmani agar tetap seimbang, kukuh, keras dan menjaga harmoni kehidupan setiap individu. Tondi dapat mengembara sesukanya dan bahkan boleh jadi bertemu dan bergabung dengan roh jahat.. Upacara mangupa bertujuan untuk mengembalikan tondi (semangat, spirit, tenaga, kekuatan) ke badan seseorang atau beberapa orang melalui kalimat-kalimat yang berfungsi untuk memberi semangat dalam bentuk kalimat-kalimat bermakna nasihat. Masuknya agama Islam dan Kristen ke luhat Angkola-Sipirok cukup signifikan mengubah upacara adat mangupa karena semua upacara mangupa selalu mengacu kepada ajaran agama Islam dan Kristen. Sehingga, kalimat nasihat pembuka, kalimat nasihat inti,

36 dan kalimat nasihat penutup pada upacara adat mangupa pun disampaikan sesuai dengan norma-norma agama Islam dan kristen. Upacara mangupa lebih dikenal dengan sebutan mangupa atau upah-upah sebagai upacara adat di Tapanuli Selatan begitu pula halnya di luhak Angkola. Tradisi mangupa bertujuan untuk mengembalikan semangat (spirit) ke dalam tubuh atau yang lebih dikenal dengan istilah paulak tondi tu badan. Tradisi mangupa bermaksud mememohon berkah dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa agar selalu selamat, sehat, dan murah rezeki dalam kehidupan. Disamping itu, tradisi lisan mangupa dipercaya masyarakat Angkola agar terhindar dari marabahaya, karena tercapainya suatu maksud (karena tercapainya cita-cita, karena berhasilnya pendidikan, karena menduduki jabatan, keluar sebagai juara, naik haji, selamat sampai ke tujuan). Upacara mangupa dilaksanakan supaya Horas tondi madingin, pir tondi matogu yang bermakna Selamatlah tondi dalam keadaan dingin/ sejuk/ nyaman, keraslah tondi semakin teguh bersatu dengan badan sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan yang dijalani. Tradisi mangupa adat Angkola dilakukan dengan menghidangkan seperangkat bahan-bahan pangupa (telur ayam, garam, ayam, kambing, dan kerbau) di hadapan pengantin kemudian dibuka sidang adat mangupa oleh Orang Kaya dengan memberikan bahan adat (seperangkat bahan adat sirih, tembakau, pinang, gambir, soda, dan tembakau, dan pisau) kepada seluruh peserta upacara mangupa, setelah menerima sirih sebagai simbol dibuka sidang adat. Kemudian, orang tua pengantin memberikan sirih yang dilipat empat (burangir sampe-sampe) yang dilanjutkan dengan memberikan kata-kata nasihat mangupa (hata pangupa; hata upa-upa) secara bergiliran oleh orang tua (suhut sihabolonan), nenek, harajaon, hatobangon dan tokoh-tokoh adat serta unsur dalihan na tolu (suhut, Anak boru, dan mora).

37 Pada tradisi lisan mangupa adat berfungsi sebagai sarana memberikan kata-kata nasihat, tuntunan hidup bermasyarakat dan hidup berumah tangga. Tradisi lisan mangupa sudah ada sejak zaman dahulu, walaupun keyakinan masyarakat sudah mengalami pelunturan yang diakibatkan oleh paradigma masyarakat yang telah mendapat pendidikan formal, masuknya ajaran agama Islam, dan adanya faktor-faktor lain, sehingga tradisi lisan mangupa sudah mulai mengalami dekadensi performansinya di masyarakat Angkola. Hal itu terjadi sejak masuknya agama Islam yang pada umumnya dianut oleh masyarakat etnik Angkola, sehingga performansi tradisi lisan mangupa disesuaikan dengan norma-norma agama Islam. Oleh karena itu, kata-kata nasihat lebih diutamakan dengan menggunakan ajaran agama Islam yang disertai dengan bahasa-bahasa adat. Tradisi lisan mangupa sebagai peristiwa komunikasi yang memiliki dimensi proses komunikasi yang bermuatan sosial, budaya, dan estetik sebagai bentuk aktifitas tindakan yang ditafsirkan melalui tindakan komunikasi dapat dipahami. Performansi tradisi tuturan yang diperagakan sebagai objek kajian sesuai kontekstual dengan menonjolkan suasana adat yang diwarnai dengan kasih sayang orang tua, sanak keluarga, tokoh adat, dan masyarakat adat. Performansi tradisi lisan mangupa adat Angkola menggunakan teori upacara mangupa yang dikemukakan terbagi atas empat komponen yaitu: a) tempat upacara, b) saat/ waktu upacara, c) benda-benda dan alat upacara, d) pemimpin dan peserta upacara. Berdasarkan penelusuran data di lapangan ditemukan data dengan menambahi paparan di atas dengan e) jenis-jenis upacara mangupa, dan f) bahan-bahan pangupa sebagai indikator yang menentukan besar kecilnya upacara mangupa. 4.2 Jenis-jenis Tradisi dan Tingkatan Mangupa Adat Angkola Jenis-jenis Tradisi Mangupa Adat Angkola

38 Kehidupan masyarakat adat di Luhat Angkola yang relegius yang pada umumnya beragama Islam, tetapi masih sangat peka terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Fenomena yang terjadi itu berupa peruntungan upacara naik pangkat, upacara lulus ujian, mendapat gelar akademis, upacara naik haji, upacara mendirikan dan memasuki rumah baru, upacara kelahiran. Begitu pula kejadiankejadian berupa musibah seperti, upacara lolos dari marabahaya, upacara sembuh dari sakit, sehingga dengan peristiwa-peristiwa itu masyarakat adat akan merasa terhindar dari mara bahaya dan merasa bersyukur atas tercapainya suatu maksud yang diinginkan. Pada masa kini, ada beberapa pembagian performansi upacara mangupa dilaksanakan oleh masyarakat adat, yaitu: (1) hasosorang ni daganak atau kelahiran anak (2) haroan boru atau sering dikenal juga sebagai patobang anak atau mangupa anak laki-laki, dan (3) marmasuk bagas na imbaru atau memasuki rumah baru, (4) mendapat jabatan (anggota DPR, bupati, walikota, gubernur dan lain-lain), (5) menyelesaikan pendidikan (naik kelas, diterima di perguruan tinggi, sarjana, dan pascasarjana, (6) terhindar dari bahaya, sembuh dari penyakit, dan (7) naik haji. Pada saat ini, perkembangan tradisi Mangupa telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Angkola sehingga terdapat banyak jenis mangupa sesuai dengan niat dan hajat tuan rumah (suhut sihabolonan) Tingkatan Tradisi Mangupa Adat Angkola Upacara perkawinan adat Angkola memiliki bagian upacara adat yang cukup penting yaitu mangupa, karena mangupa bertujuan untuk memberikan upah-upah kepada kedua mempelai setelah pulang dari upacara to tapian raya bangunan 2 (ke pinggir sungai), sehingga upacara mangupa tersebut akan diberi nasihat-nasihat tentang hidup 2 Upacara adat to tapian raya bangunan merupakan simbol adat pengantin untuk menghanyutkan masa lajang/ gadis.

39 berkeluarga dan bermasyarakat. Pada tradisi mangupa memiliki tingkatan-tingkatan sesuai dengan besar kecilnya lahanan (bahan pangupa) adat. Tradisi mangupa adat Angkola merupakan serangkaian upacara mangupa (seremonial) mempelai yang terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala yang dipimpin oleh pengetua adat atau pemuka agama. Pada upacara mangupa sesungguhnya memiliki tingkatan-tingkatan sesuai dengan besar kecilnya performansi upacara adat mangupa, penetuan besar kecilnya upacara mangupa disebut dengan tingkatan mangupa. Tingkatan mangupa ditentukan oleh bahan-bahan pangupa sebagai indikator yang mendasari upacara mangupa. Tingkatan upacara mangupa yang paling kecil sedikitnya harus dipenuhi bahan pangupa yaitu sebutir telur ayam. Tingkatan upacara mangupa yang kedua yaitu seekor ayam, dan tingkatan ketiga yaitu seekor kambing, dan tingkatan yang keempat atau tingkatan yang tertinggi yaitu seekor kerbau. Setiap mempersiapkan bahan-bahan mangupa yang tertinggi harus tetap mempersiapkan bahan pangupa hewan adat pada tingkatan yang di bawahnya yang lebih kecil. Contoh ketika mangupa dengan menggunakan bahan (lahananna) kerbau atau mangupa dengan tingkatan tertinggi dengan menggunakan hewan kerbau karena kerbaulah dianggap hewan adat. Begitu pulalah kambing selalu disebut dengan istilah horbo janggut atau pangkupange atau na di pagodang ni sirandorung atau na ditambat di taruma (kambing). Hal itu karena, hanya kerbaulah dianggap hewan adat, walaupun sebutannya kambing istilah adat menyebutnya horbo janggut (kerbau berjanggut). Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dalam upacara mangupa adat Angkola ada empat macam bahan/ hewan dalam menentukan tingkatan mangupa yaitu: a) pira manuk na nihobolan (telur ayam rebus), b) manuk (ayam), c) hambeng (kambing), d) horbo

40 (kerbau na bontar yang putih). Jadi tingkatan mangupa tertinggi menggunakan hewan adat kerbau, tingkatan mangupa yang kedua menggunakan hewan kambing, tingkatan mangupa ketiga menggunakan hewan ayam sebagai bahannya, dan tingkatan mangupa yang terkecil (keempat) menggunakan bahan telur ayam rebus. Tingkatan mangupa adat yang terkecil yaitu dengan bahan (lahananna) menggunakan telur ayam rebus dengan jumlah bahan pangupa dengan telur ayam (yang direbus yang sudah dikupas) dengan hitungan ganjil, jumlah telur rebusnya minimal satu butir, tiga butir, lima butir, dan tujuh butir (berjumlah ganjil). Perangkat pangupa dengan telur sebagai tingkatan terendah, dengan menggunakan piring yang berisi nasi putih yang di atasnya diletakkan telur ayam (pira manuk na ni hobolon) minimal satu butir. Di atas telur ayam rebus diletakkan garam atau garam diletakkan di pinggir piring atau garam dibungkus terbuka dengan daun pisang berbentuk kerucut atau garam diletakkan pada piring kaca didekat telur ayam rebus. Tingkatan pangupa yang kedua yaitu berupa bahan pangupa dengan ayam yang telah dimasak diletakkan di atas nasi putih yang di atasnya diletakkan telur ayam rebus (pira manuk na ni hobolon) minimal satu butir, di atas telur ayam rebus tersebut diletakkan garam atau garam diletakkan di pinggir piring atau garam dibungkus terbuka dengan daun pisang berbentuk kerucut. Di sebelah telur ayam rebus diletakkan dua paha ayam, semua hidangan diletakkan di atas piring kaca. Tingkatan pangupa yang ketiga, dengan menggunakan bahan pangupa berupa kambing (horbo janggut) atau kerbau berjanggut, yang disusun sebagai berikut: a) alas paling bawah adalah anduri (tampi), b) di atas anduri (tampi) ada tiga helai bulung ujung (daun pisang bagian ujung), c) di atas bulung ujung ditaruh indahan sibonang manita (nasi putih yang disebut siribu-ribu, d) di atas indahan sibonang manita diletakkan ikanikan kecil dari tujuh sungai, biasanya haporas dan incor, d) di kiri dan kanan, di atas nasi

41 diletakkan masing-masing seekor ikan, e) di bagian belakang ditaruh parmiakan ni manuk (bagian punggung ayam), f) di bagian kiri dan kanan dalam diletakkan paha kambing, g) di samping paha kambing diletakkan dua paha ayam, h) di depan paha kambing dan paha ayam diletakkan tiga pira manuk na dihobolan (telur ayam yang direbus dan sudah dikupas), yang dibubuhi garam di atas tepat ditengah, i) bagian paling depan adalah kepala kerbau, mata, telinga, bibir dan dagunya, j) semua pangupa ditutupi dengan sehelai bulung ujung (ujung daun pisang), k) paling atas adalah sehelai kain adat, abit godang (selimut adat). Tingkatan yang tertinggi mangupa atau mangupa yang keempat, dengan menyediakan hewan adat pangupa berupa kerbau (horbo na bontar) atau kerbau putih, yang disusun sebagai berikut: a) alas paling bawah adalah anduri (tampi), b) di atas anduri (tampi) ada tiga helai bulung ujung (daun pisang bagian ujung), c) di atas bulung ujung ditaruh indahan sibonang manita (nasi putih yang disebut siribu-ribu, d) di atas indahan sibonang manita diletakkan ikan-ikan kecil dari tujuh sungai, biasanya haporas dan incor, d) di kiri dan kanan, di atas nasi diletakkan masing-masing seekor ikan, e) di bagian belakang ditaruh parmiakan ni manuk (bagian punggung ayam), f) di bagian kiri dan kanan dalam diletakkan paha kerbau, g) di samping paha kerbau diletakkan dua paha ayam, h) di depan paha kerbau dan paha ayam diletakkan tiga pira manuk na dihobolan (telur ayam yang direbus dan sudah dikupas), yang dibubuhi garam di atas tepat ditengah, i) bagian paling depan adalah kepala kerbau, mata, telinga, bibir dan dagunya, j) semua pangupa ditutupi dengan sehelai bulung ujung (ujung daun pisang), k) paling atas adalah sehelai kain adat, abit godang (selimut adat). Hewan pangupa yang disediakan pada setiap tingkatan upacara mangupa adat Angkola yang terkecil dan sebagai syarat dasar dengan menyiapkan sebutir telur ayam, tingkat kedua harus menyediakan seekor ayam, tingkatan ketiga harus menyediakan seekor kambing, dan tingkatan tertinggi harus menyediakan seekor kerbau. Namun begitu,

42 setiap tingkatan dalam upacara mangupa yang lebih tinggi harus mengandung unsur bahan dan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkatan mangupa tertinggi, yang menyediakan hewan seperti kerbau, suhut sihabolon juga harus menyediakan hidangan pangupa yang lain yaitu kambing, ayam, dan telur, karena bahan pangupa hewan-hewan tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain. Begitu pula untuk upacara adat mangupa yang kedua dengan hewan pangupa berupa kambing harus disediakan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkatan hewan pangupa berupa kambing suhut juga menyediakan hewan pangupa ayam, dan telur. Begitu pula untuk tingkatan upacara adat mangupa yang menyediakan ayam suhut sihabolon juga harus menyediakan hidangan pangupa yang lain seperti telur, karena bahan pangupa hewan-hewan tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain. Jadi, setiap upacara mangupa ditentukan oleh besar kecilnya bahan yang digunakan pada upacara adat Angkola, ini pula sebagai indikator yang mendasari tingkatan upacara mangupa. Tingkatan upacara mangupa yang paling kecil sedikitnya harus dipenuhi bahan pangupa sebagai syarat mangupa yaitu sebutir telur ayam, tingkatan upacara mangupa yang kedua yaitu seekor ayam, dan tingkatan ketiga yaitu seekor kambing, dan tingkatan yang tertinggi yaitu seekor kerbau. Untuk menentukan besar kecilnya tingkatan mangupa yang paling tinggi harus menyediakan hewan adat yaitu kerbau. Ada asumsi pada komunitas Angkola bahwa hewan adat adalah kerbau sehingga bila bahan pangupa berupa kambing selalu disebut dengan istilah horbo janggut atau pangkupange atau na di pagodang ni randorung atau na ditambat di taruma (kambing), oleh karena itulah hanya kerbau dianggap hewan adat, walaupun sebutannya kambing istilah adat menyebutnya horbo janggut (kerbau berjanggut). Jadi untuk tingkatan mangupa adat yang tertinggi menggunakan hewan adat berupa satu ekor kerbau,

43 walaupun sudah disediakan kerbau bahan pangupa yang di bawahnya tetap harus disediakan yaitu hewan pangupa kambing, ayam, dan telur. 4.3 Persiapan Tradisi Mangupa Adat Angkola Tradisi lisan mangupa horja godang adat Angkola sebagai bagian dari upacara perkawinan adat Angkola (patobang Anak atau haroan boru), yang tradisi mangupa horja godang sebagai salah satu rangkaian mata upacara perkawinan adat Angkola. Tradisi mangupa horja godang sebagai puncak upacara adat, yang biasanya dilaksanakan pada pagi hari, yaitu sebelum matahari tepat di tengah (tengah hari), tetapi kini telah terjadi pergeseran waktu upacara mangupa horja godang yaitu dilakukan pada siang hari atau sore hari setelah kembali dari upacara adat to tapian raya bangunan (secara simbolik ke pinggir sungai 1) Mempersiapkan Bahan-bahan Pangupa Bahan-bahan yang dipersiapkan oleh pemilik hajat mangupa horja godang (suhut sihabolonan) terdiri dari benda-benda adat yang juga sebagai perlengkapan mangupa horja godang. Bahan-bahan pangupa memiliki makna-makna yang diperlambangkan dengan makna yang dituju sesuai dengan hajatan yang akan di-upaupa. Oleh karena itu, fungsi bahan-bahan yang dipilih dan disesuaikan dengan keinginan suhut bolon, sehingga pelaku adat dapat memberikan makna-makna sebagai perlambang dari bahan-bahan pangupa. Suhut sihabolonan (tuan rumah) harus mempersiapkan benda-benda yang dibutuhkan pada prosesi mangupa horja godang, bahan-bahan sebagai persyaratan mangupa horja godang dinamakan pangupa, pangupa terdiri dari berbagai makanan, makanan yang dihidangkan sesuai dengan besar kecilnya hajatan dan banyaknya tamu

44 dan undangan. Dan, benda-benda sebagai pelengkap adat yang dibutuhkan untuk upacara mangupa horja godang, antara lain: a) Tampi, b) daun pisang, c) anak ikan jurung, d) nasi putih, e) air putih, f) telur rebus, d) garam, e) ulos/ kain hitam, f) udang, g) ikan mas, h). kepala kambing/ kerbau, i) burangir (daun sirih) dan perlengkapannya, soda (kapur sirih), gambir dan lainnya. Perangkat mangupa horja godang berupa bahan-bahan makanan yang diletakkan di atas tampi (anduri) yang dilapisi daun pisang (bulung ujung) sebanyak tiga helai. Jenis bahan makanan yang diletakkan dalam mangupa horja godang menentukan besar-kecilnya pesta adat (horja). Makanan yang diolah dari hewan yang disajikan dalam perangkat tersebut menandakan tingkatan besar-kecilnya Mangupa horja godang yang sedang dilaksanakan. Ada empat jenis bahan dan hewan penting di dalam upacara mangupa horja godang, yaitu: a) pira manuk na nihobolan (telur ayam yang direbus), b) manuk (ayam), c) hambeng (kambing), d) horbo (kerbau), dalam pembicaraan adat dijuluki na bontar (yang putih). 2) Menentukan Urutan Pembicara Pada performansi upacara mangupa horja godang ada tatanan yang telah diatur adat tentang urutan pembicara dalam upacara mangupa horja godang adat disesuaikan dengan posisi pada dalihan na tolu. Agar lebih jelas, akan dijabarkan satu persatu: 1) suhut 2)kahanggi), 3) Anak Boru, 3) Pisang Rahut, 4) Mora, dan 5) Mora ni Mora (hula dongan). Setelah pihak suhut sihabolonan menyampaikan hajat pada upacara mangupa horja godang tersebut, maka pembicaraan selanjutnya akan dibalas oleh mora, untuk lebih jelas pembicaraan terdahulu disambut oleh 1) Hatongon, 2) alim ulama, 3) kepala

45 desa, 4) Harajaon, 5) orang kaya 6) Raja Pangundian (raja pamusuk), dan 7) Raja Panusunan bulung (hasil wawancara dengan Bapak Tinggi Barani Perkasa Alam). Agar lebih jelas pada performansi upacara mangupa horja godang adat Angkola, alur berbicara pada waktu menyampaikan kata-kata nasihat adat, agar lebih jelas diuaraikan sebagai berikut: a) Orang kaya (MC, pembukaan), b) kahanggi ibu mempelai laki-laki dan barisan suhut perempuan ayah mempelai laki-laki dan kahanggi (suhut laki-laki), c) anak boru, d) mora (Pisang rahut), e) hatobangan, alim ulama, mewakili pemerintahan, f) harajaon, g) orang kaya, k Raja Pangundian (Raja Pamusuk), dan l) Raja Panusunan Bulung. 3) Menentukan Pemimpin Upacara Mangupa Horja Godang Raja Panusunan Bulung memegang tampuk adat dalam upacara adat, Upacara adat biasanya dipimpin langsung oleh Raja Panusunan Bulung, begitu pula upacara adat mangupa horja godang. Raja Panusunan Bulung diangkat sebagai pemimpin adat di luhak, sesuai dengan luhak marga-marga, Raja Panusunan Bulung merupakan raja adat yang dianggap ahli tentang adat-istiadat. Raja Panusuan Bulung bertindak sebagai pemimpin yang merangkum semua hata pangupa dan menyampaikan kata-kata nasihat mangupa horja godang. Kata-kata nasihat mangupa horja godang yang disampaikan dalam bentuk lisan merupakan kalimat-kalimat yang berisi nasihat, ajaran tentang kebenaran, kebaikan, doa dan harapan-harapan, dan yang disampaikan dalam bentuk pantun (endeende, umpasa) yang memiliki nilai-nilai estetis. Kata-kata nasihat, harapan, dan doa dalam bentuk tradisi lisan yang disampaikan seluruh peserta upacara mangupa horja godang, begitu pula perangkat mangupa horja godang akan diterjemahkan oleh pemimpin upacara yaitu Raja Panusunan Bulung.

46 Setiap upacara mangupa horja godang harus dihadiri oleh dalihan na tolu, karena jika tidak dihadiri oleh salah satu unsur dalihan na tolu, maka upacara mangupa horja godang tidak bisa dilaksanakan karena struktur adat tidak terpenuhi. Ketiga unsur Dalihan na tolu itu adalah kahanggi, anak boru, dan mora. Adat istiadat mangupa horja godang dalam Masyarakat Angkola memberikan batasan terhadap ketiga unsur adat tersebut adalah: kahanggi, anak boru, dan mora. Di samping unsur dalihan na tolu, upacara mangupa horja godang dan upacara adat lainnya wajib dihadiri oleh unsur adat lainnya yang mencakup Pisang Rahut, Hatobangon, Raja Pamusuk, Raja Tording Balok, Raja Panusunan Bulung dan ulama (pemuka agama). Pada tradisi mangupa horja godang yang merupakan bagian akhir pada upacara perkawinan adat Angkola tanggal 17 Oktober 2014 dan 18 Oktober 2014 bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan oleh Harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir pada rapat raja-raja di Luat Tapanuli maka dipilihlah yang menjadi Raja Panusunan Bulung Sutan Panangaran. 4.4 Performansi Tradisi Mangupa Adat Angkola Performansi upacara mangupa melibatkan tokoh-tokoh adat, pelaku adat, pengantin, dalihan natolu, suhut sihabolonan serta seluruh komunitas adat Angkola (performer). Sedangkan partisipan orang-orang yang terlibat pada upacara mangupa adalah komunitas adat yang pada gilirannya mendapat giliran untuk terlibat pada upacara mangupa. Keterlibatan performer dalam upacara mangupa (performansi) sangat menentukan terlaksananya upacara mangupa, karena bila salah satu dari unsur dalam

47 dalihan natolu tidak hadir maka upacara mangupa tidak dapat dilaksanakan, tetapi walaupun begitu tokoh adat akan menempatkan salah satu komunitas adat untuk menempati posisi dalihan natolu agar upacara mangupa dapat terlaksana tanpa mengurangi nilai-nilai esensial prosesi mangupa tersebut. Peran pelaku adat (performer) adalah orang yang jadi pembicara pada upacara mangupa, sehingga ia yang diberi kesempatan menyampaikan hata pangupa sesuai alur bicara pada upacara mangupa. Partisipan adalah orang yang berpartisipasi dalam upacara mangupa, dalam hal ini semua pelaku adat dan tokoh-tokoh adat dalihan na tolu yang belum mendapat gilir bicara inilah yang menjadi partisipan. Sedangkan audiens adalah orang yang terlibat dalam upacara mangupa tetapi kehadirannya memang diwajibkan hadir tetapi perannya dalam upacara mangupa hanya sebagai pelengkap, tetapi mereka tidak mendapat gilir bicara hanya sebagai pendengar. Untuk lebih jelas performer dalam upacara mangupa adat Angkola akan dipaparkan pada tebel berikut: Tabel 3 Performansi Performer, Partisipan, dan Audiens dalam Menyampaikan Hata Pangupa Pada Upacara Mangupa Adat Angkola NO Performer Partisipan Audiens Adat 1. Orang kaya (MC), 2. Ibu mempelai laki-laki Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung, pengantin Orang kaya, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru

48 3. Ayah mempelai laki-laki (Suhut sihabolonan 4. Kahanggi Hombar suhut Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung, pengantin Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin Orang kaya Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak 5. Anak boru Orang kaya Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak 6. Mora Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, 7. Hatobangan, Harajaon huta, ni Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak 8. Raja Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu Pandongani laki-

49 pangundian 9. Orang kaya luat dan 10. Raja Panusunan Bulung. mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk), dan Raja Panusunan Bulung. Pengantin Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat, pengantin laki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak 11. Pengantin Orang kaya, Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi Hombar suhut, Anak boru, Mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk, Hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. Pandongani lakilaki (alak lai) Pandongani adaboru (perempuan)ibuibu yang menggendong anak-anak Performansi bagi masyarakat Angkola pada upacara perkawinan Angkola merupakan acara puncak karena upacara mangupa berfungsi sebagai jalan menyampaikan kata-kata nasihat kepada pengantin (hata sipaingot langka matobang). Performansi upacara mangupa dilakukan dengan urutan prosesi upacara yang terdiri atas: persiapan upacara mangupa, performansi upacara mangupa sebagai puncak upacara memberi nasihat dan tuntunan hidup berumah tangga yang diberikan gelar adat, dan penutup

50 upacara mangupa yang disertai dengan doa, untuk lebih jelas akan dibahas sebagai berikut Tokoh-tokoh Adat (Performer) pada Upacara Mangupa Pemimpin Upacara Mangupa (Performer) Upacara mangupa adat Angkola pada umumnya dihadiri oleh tokoh-tokoh adat, karena upacara adat dapat dilaksanakan bila unsur dalihan na tolu, hatobangon, harajaon, alim ulama, cerdik pandai dan seluruh undangan yang tidak berhalangan sudah hadir. Kehadiran pada upacara siriaon (suka cita) merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu, dengan kehadiran itu akan memberikan rasa suka cita dari tuan rumah (suhut sihabolonan). Setelah seluruh tamu dan undangan hadir maka upacara adat dapat dimulai. Upacara mangupa adat sudah dapat dimulai apabila telah disurduon (disodorkan/ dihantarkan) burangir sampe-sampe (daun sirih) oleh anak boru kepada seluruh komunitas/ tokoh adat, dan diterimanya burangir sampe-sampe 3 (daun sirih) sebagai pertanda dimulainya sidang adat. Sidang adat dapat dimulai dengan dibukanya sidang oleh orang kaya, sehingga orang kaya meminta petunjuk kepada Raja Panusunan Bulung. Sidang adat dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung, pada setiap sidang adat Angkola selalu menonjolkan suasana akrab dalam bertutur kata karena Raja Panusunan Bulung biasanya menggunakan bahasa adat yang halus, karena tutur kata yang menyentuh dengan kasih sayang yang didasari oleh rasa holong, dengan menggunakan ungkapan yang halus akan menggembirakan siapa saja yang mendengarkan dan memahaminya. Hal 3 Diterima burangir (daun sirih) pemberitahuan kepada seluruh tokoh adat bahwa upacara adat dapat dimulai karena sudah sampai berita kepada seluruh tamu dan undngan, dengan cara menyentuh bahan pangupa (sirih, tembakau, pinang, dan pisau yang diletakkan di atas piring yang dialasi kain adat dan kadangan.

51 ini disebabkan Raja Panusunan Bulung sebagai pemimpin dan berkuasa menurut adat. karena kepemimpinannnya dan menentukan keputusan pada upacara adat mangupa. Oleh karena, cukup besar kekuasaan Raja Panusunan Bulung pada upacara adat, sehingga banyak kata-kata yang menyanjung kebijaksanaannya. Oleh karena itu, banyak nama-nama dan gelar yang diberikan kepada Raja Panusunan Bulung seperti: a) sitiop tali paruntun, b) namamudun songon tali, namambobok songon soban, c) parasom unte sunde, parholong naso sude, d) pisang sitamba tua, nasolot di sopo roda, rajai namartua, patama patulus na di roha, e) gajagaja ni silindung, marsosopan tu aek sosa, raja namalo sumambut lidung, namalo pasaut na di roha, f) raja so tarjua, parhata naso bola nijua, g) naduman dan butuha, nasumiga jari-jari, napataya-taya adat napagana-gana ugari, h) siuanbangun-bangun, i) sitiptiptungko di adian, j) parmata-mata ni honas, k) haruaya parsilaungan, banir paronding-ondingan, banir parkolip-kolipan, naminggan nipetakna, namunggal di parauna. 1. Sitiop tali paruntun 2. Namamudun songon tali 3. Namambobok songon soban 4. Parasom unte sunde 5. Parholong naso sude 6. Pisang sitamba tua 7. Nasolot di sopo roda 8. Rajai namartua 9. Patama patulus na di roha 10. Gaja-gaja ni silindung 11. Marsosopan tu aek sosa 12. Raja namalo sumambut lidung

52 13. Namalo pasaut na di roha 14. Gaja-gaja ni silindung Raja Panusunan Bulung 15. Marsosopan tu aek sosa 16. Raja namalo sumambut lidung 17. Namalo pasaut na di roha 18. Raja so tarjua 19. Parhata naso bola nijua 20. Naduman dan butuha 21. Nasumiga jari-jari 22. Napataya-taya adat napaganagana ugari 23. Siuanbangun-bangun 24. Sitiptiptungko di adian, 25. Parmata-mata ni honas 26. Haruaya parsilaungan 27. Banir paronding-ondingan, 28. Banir parkolip-kolipan 29. Naminggan nipetakna 30. Namunggal di parauna Gambar 14. Kata-kata yang menyanjung Raja Panusunan Bulung Raja panusunan bulung sangat terampil menggunakan kata-kata yang bermakna tinggi dengan memberi kesan saling menghargai, menghormati dan saling menyenangkan hati atau tampar marsipagodangan antara kerabat dalihan na tolu, hatobangon, dan harajaon, natobang natoras. Raja panusunan bulung sebagai orang yang menjadi

53 panutan setiap orang memiliki karateristik yang kharismatik dalam segala hal pada satu luhak. Kata-kata yang menyanjung Raja Panusunan Bulung (lihat gambar di atas). Kearifan dan kebijaksanaan seorang tokoh adat sehingga memiliki karateristik seorang Raja Panusunan Bulung adalah: 1) partalaga nasohiang, parmual naso sude artinya sifat Raja Panusunan Bulung memiliki rezeki yang banyak sehingga tamu yang berkunjung cukup banyak sehingga, rezekinya tidak pernah berkurang. 2) parmata-mata ni honas, raja panusunan bulung memiliki perumpamaan sebagai mata nenas yang banyak artinya memiliki mata hati yang kuat untuk mengetahui yang sedang terjadi dan yang akan terjadi, kebijaksanaan dan kearifannya dalam memberikan sesuatu solusi pada setiap persoalan, sehingga setiap tingkah lakunya dapat menyesuaikan diri dengan rakyat pada umumnya atau raja-raja di luat. 3) parholong naso sude, raja panusunan bulung napintar dohot nabisuk, artinya Raja Panusuan Bulung seorang yang penyayang dan memiliki kasih sayang kepada sesama. 4) Ni somba di balian, raja panusuan bulung memiliki rasa hormat kepada orang lain sehingga tingkah laku yang sopan dan santun memeberikan rasa hormat kepadanya. Jadi, sebagai pemimpin pada upacara adat mangupa raja panusuan bulung yang memiliki sikap bijaksana, welas asih dan penyayang kepada sesama komunitas adat dan kepada semua orang. Hal inilah yang menjadi panutan dalam menunjukkan sikap dan karakteristik kebijaksanaan kepada raja panusuan bulung dalam memimpin sidang adat, sehingga setiap keputusannya merupakan masukan dari dalihan natolu, natobang natoras, hatobangon dohot harajaon alim ulama dan seluruh komunitas adat, sehingga raja panusuan bulung menyimpulkan keputusan akhir dari setiap sidang adat. Upacara adat mangupa dipimpin oleh raja panusunan bulung, yaitu orang yang diangkat sebagai pemimpin adat di lingkungan yang sedang mengadakan horja adat. Raja panusunan bulung memegang tampuk adat dalam upacara adat dan merupakan raja adat yang dianggap ahli tentang adat-istiadat.

54 Raja Panusuan Bulung bertindak sebagai pemimpin yang merangkum semua hata pangupa dan membacakan surat tumbago holing. Surat tumbaga holing adalah ayatayat atau kalimat-kalimat yang berisi ajaran tentang kebenaran, kebaikan, dan estetika. Raja Panusunan Bulung menerjemahkan semua perangkat pangupa dan esensi dari nasehat, harapan, dan doa dari berbagai pihak yang sudah memberikan hata pangupa berdasarkan nilai-nilai dalam Surat Tumbago Holing Partisipan Upacara Mangupa Adat Angkola Peserta pada upacara mangupa adat Angkola yang berada di lokasi Jalan MT. Haryono No.56 Kampung Marancar, Kota Padangsidimpuan terdapat ketiga unsur adat tersebut adalah: kahanggi, anak boru, dan mora. Di samping unsur dalihan na tolu, ambar balok (jiran tetangga) begitu pula pada upacara mangupa adat yang dihadiri oleh unsur adat yang mencakup dalihan natolu, natobang natoras, hatobangon dohot harajaon alim ulama Pisang Rahut, hatobangon, raja pamusuk, raja tording balok, Raja Panusunan Bulung dan ulama (pemuka agama). Ada yang unik pada upacara adat tersebut, suhut sihabolonan menghadirkan seluruh raja-raja se-tapanuli, harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir dari seluruh luhak di Tapanuli mulai dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Sipirok, Gunung Tua, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Tengah, dan Medan, Jakarta, dan lain-lain. Jadi untuk menghadirkan seluruh peserta se-tapanuli pada upacara adat bukan pekerjaan mudah, tetapi merupakan suatu hal yang besar telah dapat mengumpulkan peserta yang hadir raja-raja se-tapanuli. 3) Audien Upacara Mangupa (Audiens)

55 Audien pada upacara mangupa horja godang adalah dengan kehadiran tokohtokoh adat pada upacara mangupa adat Angkola cukup menentukan upacara adat tersebut, karena tokoh adat yang menentukan performansi upacara adat tersebut. Semakin banyak Tokoh-tokoh adat yang hadir upacara adat mangupa itu sudah pasti semakin baik. Tokohtokoh adat yang hadir adalah unsur dalihan na tolu (suhut/ kahanggi, anak boru, dan mora), hatobangon, harajaon torbing balok, raja pangundian, raja panususnan bulung, alim ulama, cerdik pandai dan seluruh undangan. Kehadiran audien pada upacara mangupa horja godang dengan hadirnya tokoh adat pada upacara siriaon (suka cita) menunjukkan eksistensi suhut dalam maradat 4 cukup besar karena kehadiran tokoh-tokoh adat tersebut, karena tokoh adat dianggap begitu penting pada upacara tersebut, dengan kehadiran itu akan memberikan rasa suka cita pada suhut sihabolonan juga pada tokoh-tokoh adat untuk dapat menyampaikan halhal adat pada upacara mangupa tersebut yang dimulai dari tuan rumah (suhut sihabolonan). Setelah seluruh tamu dan yang diundang hadir pada upacara adat dimulai, seluruh unsur tokoh-tokoh adat menyampaikan kata-kata adat mangupa. Bila ada tokoh adat tidak diberikan kesempatan untuk berbicara (mandokkon hata/ marhata) pada upacara adat mangupa tersebut maka tokoh adat tersebut akan sangat tersinggung dan malu, karena merasa kehadirannya dianggap tidak dihargai. 5 Pada pembukaan upacara mangupa adat Angkola ditandai dengan manyurduon burangir sampe-sampe (daun sirih) pertanda sidang adat yang dimulai setelah orang kaya bertanya kepada Raja Panusunan Bulung dengan meminta petunjuk apakah upacara adat dapat dimulai. Sidang adat dimulai setelah diatur urutan berbicara oleh orang kaya, 4 Maradat (beradat) mengerti adat dan sopan, ada asumsi di luhak Angkola orang-orang akan berusaha melaksanakan upacara adat karena upacara adat dianggap menambah prestise di masyarakat dan berusaha melaksanakan upacara adat pada setiap kegiatan. 5 Hasil wawancara dengan informan kunci pada tanggal 20, 25, 28 Agustus 2014 dengan Bapak Sorimuda Harahap Gelar Sutan Soripada Mulia Harahap (Ketua Forkala Tapsel).

56 sehingga sidang adat Angkola berjalan dengan tertib dengan menonjolkan suasana akrab dalam bertutur kata. Ada perbedaan dalam menyampaikan kata-kata nasihat pada adat mangupa di luhak Angkola dengan kata-kata nasihat pada adat mangupa di luhak Mandailing. Pada luhak Mandailing kata-kata nasihat hanya disampaikan oleh kaum/ barisan bapakbapak saja, karena kaum ibu telah mewakilkannya kepada kaum bapak. Sedangkan pada adat mangupa di luhak Angkola dengan kata-kata nasihat adat mangupa kaum ibu diberikan kesempatan menyampaikan kata-kata adat mangupa boru na marbagas. Jadi, pengaturan audien pada upacara mangupa horja godang dalam menyampaikan hata mangupa dan tuntunan hidup berumah tangga di mulai dari: suhut sihabolonan, kahanggi, anak boru, pisang rahut, mora, ompu ni kotuk, hatobangon, harajaon, orang kaya, raja pangundian, dan Raja Panusunan Bulung. Agar lebih jelas pengaturan pada upacara adat mangupa dalam urutan pandok hata (pembicara) mangupa dalam upacara adat Angkola, disesuaikan dengan kedudukan adatnya pada dalihan na tolu, anatara lain: suhut (kahanggi), anak boru, pisang rahut, mora, dan mora ni mora (hula dongan). Setelah menyuguhkan sirih selesai dilaksanakan, mulailah mengkobarkan pangupa (atau menyampaikan kata-kata mangupa. Penyampaian kata mangupa oleh dalihan na tolu (suhut sihabolonan) selanjutnya audien menyampaikan kata-kata mangupa sesuai dengan urutannya yaitu: 1) anak boru membuka hata pangupa dengan kalimat yang sopan, 2) ibu pengantin laki-laki mandok hata mangupa menyampaikan isi hatinya, sesuai dengan maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara mangupa adat Angkola, dan 3) kahanggi hombar suhut, anak boru, pisang ruhut, mora, hatobangonharajaon, semua kaum ibu.

57 Kemudian dibalas menyampaikan hata mangupa oleh: 1) hatobangon, 2) harajaon, 3) orang kaya luat, 4) orang kaya bayo-bayo, 5) raja pangundian (raja pamusuk), dan 6) raja panusunan bulung. Agar lebih jelas sidang adat akan dilihat alur berbicara pada waktu upacara mangupa adat Angkola menyampaikan kata-kata nasihat adat, untuk lebih jelas yaitu: 1) Orang kaya 2) Suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, 3) Ayah mempelai laki-laki dan, 4) Kahanggi 5) Hombar suhut 6) Anak boru 7) Mora dongan, 8) Mora ni mora (pisang rahut), 9) Ompu ni kotuk 10) Hatobangan, 11) Harajaon ni huta, 12) Harajaon torbing balok 13) Raja-raja luat 14) Raja pangundian (raja pamusuk),, 15) Orang kaya luat dan 16) Raja Panusunan Bulung. Pada upacara mangupa mereka yang disebutkan di ataslah yang menyampaikan kata-kata nasihat dan tuntunan hidup berumah tangga, jadi secara umum isi dari kata-kata tuntunan dan jenis isi kata-kata mangupa terdiri atas: 1) Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Doa ucapan selamat berumah tangga, 3) Pesan-pesan hidup rukun dan damai (keluarga sakinah), 4) Bersilaturahim dengan sanak keluarga dan masyarakat, 5) Taat beragama, 6) Diberi anak yang saleh dan saleha, 7) Rajin dan giat berusaha, dan 8) Hemat dalam menggunakan uang Tahapan Performansi Tradisi Mangupa Adat Angkola

58 Persiapan performansi upacara mangupa pada upacara perkawinan Angkola sebagai puncak acara, adalah dengan melakukan persiapan-persiapan teknis seperti: a) mempersiapkan bahan-bahan pangupa, b) mempersiapkan dimana tempat upacara, c) menentukan posisi tempat duduk upacara mangupa, dan d) siapa saja yang mendapat giliran dalam menyampaikan hata sipaingot nasihat sesuai dengan posisinya pada dalihan na tolu. Persiapan bahan-bahan pangupa merupakan sebagai salah satu syarat yang mutlak harus dipenuhi, karena tidak akan bisa terselenggara upacara mangupa tanpa adanya bahan-bahan pangupa. Mempersiapkan bahan-bahan pangupa merupakan pekerjaan anak boru yang telah berkordinasi dengan suhut bolon dan tokoh adat terutama orang kaya, sehingga bahan-bahan tersebut sesuai dengan persyaratan adat mangupa na godang, yaitu horbo sebagai lahanan na (kerbau sebagai syarat adatnya). Hal yang perlu disiapkan adalah disesuaikan dengan performansi upacara mangupa setelah semua yang diundang hadir pada performansi upacara mangupa yaitu pengaturan tempat duduk. Pengaturan tempat duduk harus sesuai dengan posisi adat dalihan na tolu. Karena sifatnya mutlak dan siapapun tidak dapat menempati tempat duduk orang lain yang tidak sesuai dengan posisinya pada dalihan natolu. Persiapan tempat upacara mangupa adat Angkola pada umumnya di dalam rumah (pattar tonga), hal itu, karena tempat untuk upacara mangupa harus luas dan cukup untuk unsur dalihan na tolu. Orang-orang yang telah ditentukan saja yang hadir pada upacara mangupa adat Angkola tersebut. selain unsur-unsur dalihan na tolu itu, tidak turut hadir pada upacara mangupa karena, yang hadir adalah suhut bolon, dalihan natolu, hatobangon, harajaon, alim ulama, unsur pemerintahan, dan raja panusunan bulung. Semua yang hadir itu akan menyampaikan kata-kata nasihat (hata pangupa atau hata sipaingot) kepada pengantin.

59 Setelah ditentukan unsur dalihan na tolu, langkah berikutnya adalah menentukan posisi tempat duduk upacara mangupa. Posisi tempat duduk pada upacara mangupa adat Angkola tanggal 17 Oktober 2014 dan 18 Oktober 2014 bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan antara: dr. Aditya Rizky Monang Pasaribu dengan Sheilla Nabila Asepti Br Siregar, S.Ked. Pada upacara adat mangupa telah diatur posisi tempat duduk sesuai dengan ketentuan adat Angkola. Tabel 4 Keterangan Gambar Posisi Tempat Duduk Tokoh adat (performer) pada Tradisi Upacara Mangupa Adat Angkola No Tokoh adat Keterangan 1. Raja Panusunan Bulung, Raja Pamusuk, Raja Torbing Balok, Hatongan, Alim Ulama 2. Pandongani laki-laki (alak lai) 3. Mempelai laki-laki dan mempelai perempuan (dua simanjujung) 4. Pandongani adaboru (perempuan) 5. Ibu-ibu yang menggendong anak-anak 6. Orang kaya (MC), 7. Orang tua mempelai laki-laki dan keluarga 8. Keluarga mempelai laki-laki 9 Anak boru 10 Bahan pangupa utama 11. Bahan pangupa pelengkap Pengaturan tempat duduk pelaku adat (performer) dimulai dengan pisang raut, harajaon, dan hatobangon. Dengan menggunakan Pakaian adat yang dikenakan ketika ke

60 tapian raya bangunan tetap dipakai (No.1), pengantin laki-laki menggunakan Pakaian adat (No.3) yang didampingi oleh pendamping pengantin laki-laki (No.2) di sebelah kanan pengantin laki-laki, di sebelah kiri pengantin laki-laki duduk pengantin perempuan menggunakan pakaian adat (No.3) yang didamping oleh pendamping perempuan (No.4) berada di sebelah kirinya. Kemudian di sebelah kiri pengantin perempuan duduk anak boru (No.5), di sebelah kirinya duduk keluarga perempuan (No.6). Di sebelah kiri keluarga pengantin perempuan duduk orang kaya (MC) (No.6) di hadapan pengantin duduk orang tua pengantin laki-laki dan suhut sihabolonan laki-laki dan perempuan (No.7), di sebelah kirinya duduk anak boru dekat pintu dapur (No.9), suhut laki-laki dan perempuan, di hadapan pengantin terhidang pangupa yang terdiri dari tiga wadah, talam sebagai wadah utama bahan pangupa utama (No. 10), dan pada wadah piring besar sebagai wadah pelengkap bahan pangupa pelengkap (No. 11), Setelah posisi tempat duduk pada sidang adat tradisi mangupa maka tokoh-tokoh adat yang berada pada ruang sidang adat Angkola dan duduk sesuai dengan posisinya pada posisi adat dalihan na tolu. Kemudian orang kaya (MC) memerintahkan anak boru untuk mengangkat bahanbahan pangupa, anak boru membawa masuk dan meletakkan bahan-bahan pangupa ke dalam ruang sidang adat, tepatnya di depan kedua pengantin. Orang kaya yang bertugas sebagai pembawa acara akan memeriksa bahan pangupa yang diletakkan tersebut bila ada yang kurang, sehingga upacara adat mangupa dapat dimulai. (lihat gambar 8 di bawah ini). Gambar 8 Pengaturan Tempat Duduk Tokoh adat (performer) pada Upacara Mangupa Sesuai dengan posisinya pada Dalihan Na Tolu.

61 U 8 7. Suhut bolon 4.5 Paparan Data Performansi Upacara Mangupa Horja Godang Adat Angkola Pembukaan Upacara Mangupa Horja Godang Adat Angkola Performer yang terlibat pada performansi upacara mangupa yaitu a) Orang kaya (MC, pembukaan), b) ibu mempelai laki-laki dan suhut sihabolonan, c) ayah mempelai laki-laki dan kahanggi, d) mora dongan, e) Pisang rahut, f) hatobangan, g) alim ulama, h) unsur pemerintahan, i) harajaon, j) orang kaya bayo-bayo, k) Raja Pangundian (Raja Pamusuk), dan l) Raja Panusunan Bulung.

62 Ada perbedaan performansi seni pertunjukan dengan performansi pada upacara mangupa adat Angkola, yaitu pada upacara mangupa adat Angkola yang tidak terlibat atau tidak ada perannya pada upacara mangupa, maka orang tersebut tidak diharapkan ada di tempat upacara, tetapi bila ia ingin hadir juga tidak mengurangi kesakralan upacara mangupa. Jadi, performer yang hadir pada upacara mangupa memiliki fungsi serta perannya masing-masing dan akan berganti-bergantian untuk jadi pelaku adat ketika melakukan perannya sesuai dengan posisinya pada adat dan akan jadi partisipan bila diminta untuk menanggapi dan akan menjadi audiens bila perannya dalam adat belum mendapat giliran. Tetapi pada seni pertunjukan, performansi melibatkan seluruh komponen pada pertunjukan seperti: performer, partisipan dan audiens. Performansi upacara mangupa adat Angkola dilaksanakan setelah semua persiapan dan perlengkapan pangupa diangkat dan dibawa anak boru kemudian diletakkan di depan pengantin, mulailah orang kaya (MC) melihat dan mengamati apakah masih ada perlengkapan/ bahan-bahan pangupa yang kurang. Kemudian orang kaya mulai memandu performansi tradisi mangupa. Hal itu dimulai oleh orang kaya (MC) dengan terlebih dahulu meminta petunjuk kepada raja panusunan bulung dengan kalimat yang santun seperti: Tokoh Adat Kalimat Pembuka Makna Orang (MC) Kaya Bayo pangoli songoni boru na dioli madung artina jala Situnggang Bosar, songoni artina ama dohot ina madung artina di son. Apalagi hatobangon dohot harajaon na adong di bagas na martuaon aturan ma hadir haramion na pande diangkat majolo hasayana harajaon di pantar bolakon botima. kepada kedua pengantin artinya sudah siap perlengkapan adat, kedua orang tua telah berada di sini, begitu pula orang yang dituakan dan harajaon sudah hadir di rumah yang bertuah, kemudian sudah hadir semua yang diundang, (orang kaya) tolong diangkat bahan-bahan yang digunakan pangupa ke hadapan pengantin dan tokoh-tokoh adat..

63 Sebelum upacara mangupa dimulai, bahan-bahan pangupa harus di kontrol lebih dahulu oleh anak boru, yang diperiksa ulang oleh orang kaya. Setelah itu tandanya upacara dimulai, maka terlebih dahulu kedua orang tua dan suhut sihabolonan memberikan daun sirih dalam keadaan yang terlipat kepada kedua mempelai, pandongani laki-laki dan perempuan, serta ibu-ibu yang menggendong anak sepulang dari tapian raya bangunan. Kedua orang tua serta suhut sihabolonan akan mengucapkan kalimat kepada kedua mempelai dengan kalimat adat seperti: (Ibu menyerahkan burangir sampe-sampe (Sirih) kepada pengantin laki-laki kemudian ke pengantin perempuan) On ma amang burangir sampe-sampe ama dohot ina disampeon ma aha na dibagasan roha yang artinya ini la anakku sirih ( sampe-sampe) ayah dan ibumu disampaikanlah apa yang ada di dalam hati. Gambar 9. Ibu mempelai pria memberikan burangir sampe-sampe (sirih) kepada mempelai perempuan

64 Performansi pada upacara mangupa seluruh tokoh adat dalihan na tolu menyampaikan kata-kata nasihat, yang semuanya telah diatur pada tatanan adat tentang alur bicara pada upacara mangupa adat Angkola sesuai dengan posisinya pada adat dan bukan tinggi rendahnya posisi adat pada dalihan na tolu. 6 Agar lebih jelas performansi pembukaan adat mangupa alur penyampaian hata pangupa pada tradisi lisan mangupa di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal Oktober 2014 dimulai dari: a) Orang kaya (MC, pembukaan), b) ibu mempelai laki-laki dan suhut sihabolonan, c) ayah mempelai laki-laki dan kahanggi, d) mora dongan, e) Pisang rahut, f) hatobangan, g) alim ulama, h) unsur pemerintahan, i) harajaon, j) orang kaya bayo-bayo, k) Raja Pangundian (Raja Pamusuk), dan l) Raja Panusunan Bulung. Kemudian dibalas oleh kedua pengantin, yang berfungsi memberi jawaban atas kata-kata nasihat yang telah disampaikan oleh kedua orang tua dan tokoh-tokoh adat, agar lebih jelas hata pangupa akan jabarkan satu persatu Performansi Upacara Mangupa Horja Godang Adat Angkola 1) Hata Pangupa 7 Orang Kaya Orang kaya dalam adat Angkola dianggap sebagai orang yang bijak dan memahami adat istiadat, sehingga orang kaya-lah yang mengatur jalannya upacara adat. Pada upacara mangupa orang kaya mempersiapkan bahan upah-upah kemudian mengatur jalannya upacara adat mangupa. Sehingga fungsi orang kaya dalam adat 6 Pada tatanan adat dalihan na tolu, setiap komunitas adat akan berganti posisi hal ini disesuaikan dengan yang memiliki hajatan atau horja siriaon (suka cita) atau siluluton (kemalangan atau duka cita). 7 Hata pangupa pada upacara perkawinan adat Angkola merupakan puncak upacara perkawinan adat, esensial dari hata pangupa adalah memberikan nasihat dan tuntunan perkawinan kepada mempelai agar memiliki bekal untuk hidup berumah tangga.

65 cukup menentukan dalam meletakkan tatanan adat sehingga semua tradisi adat mangupa masih berlangsung hingga kini. Sebagai pengatur jalannya prosesi adat Angkola orang kaya, tidak ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi, hingga menjadi orang kaya. Jadi, orang kaya itu dipilih oleh harajaon dan hatobangon karena keterampilan dan pengetahuan adat Angkola yang dimiliki sehingga terpilih menjadi orang kaya. Sebelum prosesi upacara mangupa adat Angkola, orang kaya memeriksa bahan-bahan pangupa apakah syarat-syarat bahan-bahan adat mangupa sudah lengkap atau belum. Setelah selesai mengontrol bahan pangupa, kemudian orang kaya membuka upacara mangupa dengan meminta anak boru membawa dan meletakkan bahan-bahan pangupa ke depan pengantin. Selanjutnya upacara mangupa dapat dimulai dengan mempersilahkan suhut sihabolonan untuk menyampaikan hata pangupa, berikutnya diikuti alur bicara pada tatanan dalihan na tolu. Orang kaya memandu dengan mendahulukan kaum/ pihak ibu-ibu menyampaikan hata pangupa, kaum ibu yang menyampaikan hata pangupa dimulai dari ibu mempelai laki-laki, kemudian ibu-ibu dari keluarga suhut, kahanggi, anak boru, dan pisang rahut. Jadi, dalam hal ini Orang kaya menyampaikan apa yang tepat menurut adat. Kemudian disampaikan harapan orang tua untuk membesarkan upacara adat, begitu pula niat dalam hati menyampaikan doa dan harapan kepada Tuhan Yang Maha kuasa dan Yang Maha Penyayang agar upacara mangupa adat terlaksana dan berjalan lancar sesuai dengan yang diinginkan. Jadi, orang kaya menyampaikan dan memandu kata pengantar pangupa kepada ibu pengantin pria, dengan kalimat berikut: Pelaku Adat Tradisi Mangupa Adat Angkola Makna Orang Kaya Assalamualaikum Wabarokatu Warohmatullahi Assalamualaikum Warohmatullahi

66 Bayo pangoli songoni boru na dioli madung artina jala Situnggang Bosar, songoni artina ama dohot ina madung artina di son. Apalagi hatobangon dohot harajaon na adong di bagas na martuaon aturan ma hadir haramion na pande 8 diangkat majolo hasayana harajaon di pantar bolakon botima. (kemudian anak boru mengangkat bahan pangupa dan diletakkan di depan pengantin dalam keadaan tertutup dengan ulos) Wabarokatu Begitu kepada kedua pengantin artinya sudah perlengkapan adat, kedua orang tua telah berada di sini, begitu pula orang yang dituakan dan harajaon sudah hadir di rumah yang bertuah kemudian sudah hadir semua yang diundang, (orang kaya) tolong diangkat bahan-bahan yang digunakan pangupa ke hadapan pengantin dan tokoh-tokoh adat. 2) Hata Pangupa Ibu (Orang Tua mempelai Laki-laki) Suhut Sihabolanan, Kahanggi, Anak Boru, dan Pisang Rahut dari Pihak Ibu Orang Kaya menuntun upacara mangupa dengan mempersilakan dan mendahulukan kaum ibu menyampaikan hata pangupa dengan kaum ibu-ibu yang menyampaikan hata pangupa adalah suhut, kahanggi, anak boru, dan pisang rahut. Penyampaian hata pangupa sebagai pembuka disampaikan oleh ibu pengantin laki-laki, hata pangupa yang disampaikan kaum ibu hampir sama dengan hata pangupa dari kahanggi dan pihak ibu-ibu isi hata pangupa biasanya sama dengan isi hata pangupa dari suhut (ibu pengantin laki-laki). Penyampaian hata pangupa dari suhut sihabolanan (tuan rumah yang punya hajat) yang pertama menyampaikan hata pangupa adalah ibu kandung pengantin laki-laki. Dia menguraikan maksud upacara mangupa dilaksanakan dengan tujuan agar semua yang hadir secara resmi mengetahui bahwa kewajiban orang tua untuk melakukan upacara adat mangupa terbayar sudah. 8 Napande istilah yang digunakan kepada orang kaya (pembawa acara) karena pandai dalam bersantun dalam bertutur pada sidang adat Angkola.

67 Penyampaian hata pangupa oleh ibu kandung pengantin laki-laki dengan menguraikan maksud upacara adat mangupa adat disampaikan dengan penuh keharuan dan biasanya sambil menangis karena bahagia. Hal-hal yang esensial pada upacara mangupa yaitu disampaikan orang tua kepada anaknya adalah kata-kata nasihat sebagai tuntunan hidup berumah tangga, karena telah habis tanggung jawab orang tua kepada anak, karena kini pengantin telah memiliki tanggung jawab masing-masing sebagai kepala keluarga sebagai suami dan istri. Hata sipaingot berupa kata-kata yang disampaikan orang tua juga memberikan nasihat hidup berumah tangga, bermasyarakat yang sesuai dengan aturan-aturan di masyarakat, juga sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat. Kedua orang tua serta seluruh keluarga memberikan harapan yang besar kepada kedua pengantin untuk saling menyayangi dan sabar. Ibu mempelai laki-laki, kaum ibu dan kahanggi menyampaikan hata pangupa yang sebelumnya berangan-angan untuk membesarkan pesta adat, begitu pula niat dalam hati kepada Tuhan kita, Yang Maha kuasa agar berjalan lancar upacara perkawinan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 4 Hata Pangupa ibu Mempelai Laki-laki dan Suhut Sihabolanan dari Kaum/ Ibu-ibu Pelaku Adat Ibu (Orang tua pengantin laki-laki) Anak Boru Tradisi Mangupa Adat Angkola (Ibu menyerahkan burangir sampesampe (Sirih) kepada pengantin laki-laki kemudian ke pengantin perempuan) On ma amang burangir sampesampe ama dohot ina disampeon ma aha na dibagasan roha (Ibu menyerahkan burangir sampesampe (Sirih) kepada pengantin Makna (Ibu menyerahkan burangir sampesampe (sirih) kepada pengantin laki-laki kemudian ke pengantin perempuan) ini la anakku sirih ( sampe-sampe) ayah dan ibumu disampaikanlah apa yang ada di dalam hati (Ibu menyerahkan sirih kepada pengantin laki-laki kemudian

68 Ibu (Orang tua pengantin laki-laki) laki-laki kemudian ke pengantin perempuan) Burangir lahan na baga-baga leng on ma dalan pangidoan tu Tuhanta na denggan basa angke hamu dung langka matobang diparjuguk kamu di juluan attong leng disurduon hamu di burangir sampe-sampe na pasampeon aha disitta munu di bagsan roha attong baen hamu aso hami dudukkon jalan tobing barumun jagit hamu so hami surduon aha na hami sambunion (kemudian membuka ulos yang menjadi penutup pangupa) Bismillah ma hata na mula-mula ni hata dohonon tontu dalan tu Tuhanta tontu tangkap ma jolo rap ta ligi sanga aha digasan na tarpayakon, hape madung tarpayak, payakon holong ni anak holong ni ina horbo ni Gunung Tua, la marjalangan manga robaroba marsalahan hamu jalang martua on ma pangidoan ama dohot ina. Dohot mai pira manuk sipitu-pitu na got tarida da bagian na gorsing. Attong magodang dipancarian, ro ma aek toras na lobina aek di saborang onsude ma hita mandokkon horas akke saut tulus na diangan-angan, horas horas. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, Songonon ma da amang baen na lewati attong amangadong rupana sadarion dope tarlaksana Amang, Parmaen mudah-mudahan Amang, Parmaen upa-upa ni tondi, ditarima tondi dohot badan muyu kepada pengantin perempuan) Sirih ini hanya sebagai jalan meminta kepada Tuhan yang baik kemudian pun yang telah menjadi pengantin, yang didudukkan di depan. Kemudian diberikan sirih adat yang bermaksud menyampaikan apa yang menjadi harapan kalian kepada kita semua. Dengan demikian kami dudukkan kalian sebagai pengantin (kemudian membuka ulos yang menjadi penutup pangupa) Bismillah kalimat yang pertama yang disampaikan tentu jalan kepada Tuhan dan sama kita buka apa yang terletak dihadapan kalian, bahan pangupa tanda saying ayah dan ibu. Kalimat pantun daerah on holong ni anak holong ni ina horbo ni Gunung Tua, la marjalangan manga roba-roba marsalahan hamu jalang martua on ma pangidoan ama dohot ina. Dohot mai pira manuk sipitu-pitu na got tarida da bagian na gorsing. Attong magodang dipancarian, ro ma aek toras na lobina aek di saborang onsude ma hita mandokkon horas akke saut tulus na diangan-angan, horas horas. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, Begini la anakku karena pada waktu yang lalu rupanya hari ini dapat terlaksana anakku, menantu mudah-mudahan anakku, menantu inilah upa-upa semangat kalian, kembalilah semangat kalian ke

69 Inanguda (Suhut) Ompung 1 (Nenek) Amang, Maen hita sehat-sehat ma nian hita na marbagasaon martambah-tambah rasoki ma ita dalam keadaan job ni roha, syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul ninna, rap tu jae rap tu julu on pe Amang, Parmaen ditarima tondi dohot badan munu na tarpayak di jolo munu on. Lek adong dope ompung sama amanguda, lek manambahnambahi hattakkon, wasalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, Songoni Amang, Parmaen, baen ma tarpayak pangupa di jolomunu mudah-mudahan ditarima tondi dohot badan munu, songoni mada Uma, Bapak mambaen pangupa dihamunu patidaon sada sagodang niroha, songoni hamu Maen holong rahamu tu Uma, Maen marsiahaan hamu da Maen, ulang adong ma lain, pade tu Edamu, Maen. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, pangupa tondi dohot badan munu mudah-mudahan diterima tondi dohot badan munu, panjang umur kamu na malo marpomparan. Songoni Anggion maradu rajin, nangkinan tarimo kasih mulai na tuari Pung, sude koum ma loja do on malo ma ho mambalas on. Maradu koum na ro on parateon sude koum tan a ro on, markasehatan mandapot rasoki. Diterima tondi dohot badan munu, bahat rasoki markasehatan ma hita sude, parmaenku sude marsehat- dalam badan kalian anakku, menantu yang berumah tangga ini bertambah rezekilah kita dalam keadaan baik. syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul ninna, rap tu jae rap tu julu on pe Amang, Parmaen ditarima tondi dohot badan munu na tarpayak di jolo munu on. Lek adong dope ompung sama amanguda, lek manambah-nambahi hattakkon, wasalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, Songoni Amang, Parmaen, baen ma tarpayak pangupa di jolomunu mudah-mudahan ditarima tondi dohot badan munu, songoni mada Uma, Bapak mambaen pangupa dihamunu patidaon sada sagodang niroha, songoni hamu Maen holong rahamu tu Uma, Maen marsiahaan hamu da Maen, ulang adong ma lain, pade tu Edamu, Maen. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, pangupa tondi dohot badan munu mudah-mudahan diterima tondi dohot badan munu, panjang umur kamu na malo marpomparan. Songoni Anggion maradu rajin, nangkinan tarimo kasih mulai na tuari Pung, sude koum ma loja do on malo ma ho mambalas on. Maradu koum na ro on parateon sude koum tan a ro on, markasehatan mandapot rasoki. Diterima tondi dohot badan munu, bahat rasoki markasehatan ma hita

70 Ompung 2 (Nenek PR) sehat, so get ro pahomppu songoni Abang, Akkang sehat ma, rap hita doa on, harana di son do anggittaon, anak boru, anggi. U sudahi ma Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, syukur alhamdulillah sholawat dohot salam tu junjunganta Muhammad Saw, tong songoni ma Pung, songoni Anggi harana parlaguttatta on diharion, na salah sian ro ro mnu hari na tuari on Oppung, surdu burangir taon-taon, muda taon do tondi dohot badan munu tu hari na solpu. Angkon ta nakkinani baen sagodang na roha tu hamu, attong sa karana da Pung, madung topet di ari na ari sadarion, ta kulling ka Tuhattan Na Markuasoi na palaluon nakkinani ahai hata ni burangir taon-taon Umatta dohot Ayatta di haroro munu di sadariani, attong muda hari di sadarion madung tuppuk nakkinani hatta ni raja digabasan hutaon bahaso hamu nakkinani dioban tut apian raya bangunan, mamangirkonhabujingon, dohot haposoon. Di sittong nakkini da Pung hata ni raja, nakkinani hata ni raja dipangir: sada, dua, tolu, opat, lima, onom, pitu, pitu cundut sai soada mara ninna. Di si nakkinani, I disi Pung tangging. I marmakna martujuan mendalam doi, tai au inda tarbahas au oppungi, adong I tong I si ipe madung I dokkon di si muda dung lalu tu bagas na bonar di si doma baru tarida aha na nakkinani na manjjadi huttang ni umatta dohot sude, parmaenku sude marsehatsehat, so get ro pahomppu songoni Abang, Akkang sehat ma, rap hita doa on, harana di son do anggittaon, anak boru, anggi. U sudahi ma Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu. Syukur Alhamdulillah kita hadiahkan kepada yang maha kuasa, Sholawat beriring salam kepada nabi kita Muhammad SAW. Jadi beginilah cu karena berkumpulnya kita di hari ini tidak salah lagi mengingat dari kedatangannmu dari kemarin, kupersembahkanlah daun sirih, daun sirih sitaon-taon. Kalau memang jiwa dan dan raga kalian tahan, harus dibuatlah yang namanya besar hati terhadap kalian. Jadi, dari situlah cu sudah tepat di hari ini diberi tuhan kita yang maha kuasa, yang tadinya menyampaikan kata-kata dari daun sirih taon-taon ibu dan ayah dikedatangan kalian. Jadi, alau hari ini udah raja sampaikan di dalam desa ini bahwasanya kalian tadi sudah dibawa ke tapian raya bangunan, menghanyutkan gelar gadis dan perjaka. Disitulah cu tadi raja menyampaikan disitu daun sirih satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, tujuh sundut suada mara begitulah tadi cu, dek itu bermakana dan mempunyai tujuan mendalam. Tapi nenek tidak bisa membahas itu cu. Sesudah itu disitu sudah dikatakanlah kalu nanti sudah sampe kerumah besar, disitulah baru terlihat apa yang menjadi hutangnya ibu dan ayah kepada kalian mengenai daun sirih taon-taon. Jadi kalau begitu cu

71 Ayatta di hamu tontang buranggir taon-taon, Attong annggo songoni da Pung ma lalu tu bagason on, on ma indonma surdu burangir, nakkinanii burangir ni raja na I surduon anak boru ima tu hamu, mandokkon burangir, burangir sampe-sampe Oppung diari na sadarion madung nakkinani on ma indon di jolo mon sebagai pangupa, pangupa nakkinani pardomuan on pe namangalehenkon tondi dohot badan munu, moga-moga sehat kamu dohot sisar on tu ginjang niari marasoki. Madungi songon na di dokkon halak du Oppung, sikkoru di ginjang pittu. Bia pandokkon na, inda ingot au be. laklak di ginjang pittu, sigoru digolom-golom maranak nakkin sapulu pitu marboru sapulu onom hamu. Mardakka mardupang abara munu di ginjang ni ari sehat, songoni olo songonon ma nakkin on sude na dijolottaon di son do natobang mambahas on sude. Na tarattak taridang na dijattaon marmakna martujuan tai na bagian na tobang namaon mambahas tu hamu da Pung. Madungi tu Ayatta t umatta indon, songoni mada maen dohot kohoma kohom. Hami ro sian huta, bope nakkinani sanga songondia tarsaima na taralo gogo nami da maen, marayoon parnikahan pahoppu on, moga-moga hamu martamba sehat, aha nakkinani natarsitta-sitta di roha munu madungi happisang ulang dua kali marda tarsahat nakkinani di ari na sadario, attong ta pa bahat doa songoni na hudokkanon Pahompu on, songoni na didokkon ni Maen, sudah sampai dirumah ii kuberikan daun sirih milik raja yang diberikan anak boru kepada kalian. Taringot burangir, burangir sampe-sampe cu di hari ini sudah tadi inilah yang di depanmu sebagai paangupanya tadi pertemuan ini. Ini pun kami berikanlah jiwa raga kalian mudahmudahan kalian sehat dan segar sampe seterusnya dan berezeki setelah itu seperti yang dikatakan orang cu, olo sikkoru di ginjang pittu, gimana ya cara bilangnya saya tidak ingat lagi. Dabe lakka di ginjang pittu, sikkoru digolomgolom, maranak nakkin sapulu pittu, marboru sapullu onom hamu, mardekka marduppang nakkinan habara munu. Dari sekarang sampe selanjutnya sehat berezeki, setelah itu beginilah tadi yang di depan kita bermakna dan bertujuan tapi nant bagian yang tualah yang akan menjelaskan kepada kalian ya cu. Setelah itu kepada ayah dan ibumu inilah menantu bersama kamu anakkku karena kami datang dari desa. Begitulah tadi yang bisa kami lakukan ya menantu untuk merayakan pernikahannya cucuku ini. Mudah-mudahan kalianpun bertambah sehat, apa tadi yang kalian cita-citakan di hati kalian sudah tercapaia di hari ini. Jadi, perbanyaklah berdo a seperti yang ku katakana kepada cucu, seperti yang ku katakana menantu sakali sappur ma nian pisang ulang dua kali mardakka marduppang, salakka saindege anso lek marsappang tujae tujulu. Jadi, jika dibalik dari itu kepada raja-raja, kalau memang kahanggi ya kahanggi, kalau memang anak boru ya anak boru yang ada di desa ini, apalagi tadi, natobang, natoras,

72 sakali sampur happisang ulang dua kali mardakka on marduppang aso tarsambung tu jae dohot tu julu. Attong muda sada sambalik siani tu maraud raja, muda ni kahanggi kahangiii, muda ni anak boru anak boru, di bagasan hutaon Oppung bagas godang, songon na didokkon Anggi Au sebotulna mula-mula na giot mambaen siulaon, jadi harga do roani biya baya sude sakomplek on dianakk on ninna da rohakkui tai mula natuari adong do ami dison, mengucapkan syukur Alhamdulillah hanyalah saja Tuhan yang membalas, hami marangan-angan get mambalas, tai nada tarbalas kami mada na Amang Boru Amang Boru, molo na Anggi Anggiku, molo n kahanggi kahanggiku hamu sude di komplek sadabuan on mandokkon tarimo kasih, ribuan tarimo kasih di hamu sude, sugari adong hata na get dokkonon dibalik tarimo kasih ima na giot dokkonon di hamu sude na, tapi ima batas-batas kalimat parkataan. Attong marsidoa-doa on ma hita sasudena on hata na baya dokkonon sehatton, marasoki siparroha on. aso bisa nakkinani marulak tu hamu sasudena, sanga songon dia nakkin, hanga loja munu, di ari mulai hari natuari on, torus diari sadarion. Attong songoni ma sude sanga aha na tarparkarejoon mulai dari natuari, loput sadarion, mudah-mudahan diberkati Tuhan na markuasai. Aropku tarsaima hata hurang lobi na parkataan mau na laju tu mau hurang au parjolo mangido maaf panusunan bulung di desa dari rumah yang besar, seperti yang dikatakan adek, saya pun sebetulnya membuat pertanyaan, seperti apakah sebenarnya sifatsifat di konplek dan di lingkungan ini semua, begitulah kata hatiku. Tapi mulai kemarin sudah datng kalian kesini saya mengucapkan Syukur Alhamdulillah hanya saja Tuhanlah yang membalas itu semua pada kalian, kami berangan-angan ingin membalas tetapi kami tidak dapat membalas Tuhan-lah yang membalas ini semua kepada kalian kalau memang mangboru ya mangboruku, kalau dia adikku ya adikku sama semua yang ada di komplek sadabuan ini. Saya ingin mengucapkan terimakasih beribu terimakasih kepada kalian semua. Seandainya ada kata yang ingin di katakana selain kata terimakasih itulah kata yang akan dikatakan kepada kalian semua,tetapi Cuma kata-kata yang ingin diucapkan saja. Jadi sekarang sama-sama mendoakanlah kita agar sama sehat. Kata yang cape, sehat, rezeki, berhati besar agar bisa yang tadi kembali kepada kalian semua. Bagaimana kalian tadi capeknya dari kemarin-kemarin sampe hari ini, jadi seperti itulah apapun yang dikerjakan mulai kemarin mudahmudahan diberkahi Tuhan yang maha kuasa. Mungkin sampai disinilah yang dapat saya sampaikan kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Assalamu alaikum wr. wb.

73 di hamu. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu. 3) Hata Pangupa Bapak, Suhut Sihabolanan, Kahanggi dan Anak Boru, dan Hatobangon dari Pihak mempelai Laki-laki Menyampaikan kata-kata nasihat yang mendapat giliran pertama dari kaum Bapak-bapak adalah orang tua mempelai laki-laki dan Suhut Sihabolonan, yaitu pihak pemilik upacara perkawinan adat Angkola atau tuan rumah, dalam hal ini ayah dari pengantin laki-laki. Setelah itu, orang kaya kemudian akan mempersilahkan kahanggi Suhut Sihabolonan untuk memberikan hata pangupa. Isi hata pangupa dari kahanggi umumnya sama dengan isi hata pangupa dari Suhut. Setelah kahanggi memberikan hata pangupa, kemudian tiba giliran anak boru dan hatobangon dari pihak bapak-bapak untuk memberikan hata pangupa, yang isinya pada umumnya sama dengan isi hata pangupa dari anak boru pihak ibu-ibu yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya. Tabel 5 Hata Pangupa Bapak Mempelai Laki-laki dan Suhut Sihabolanan dari Kaum Bapak Orang tua Mempelai Pria Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabarokatu. Tumaradu kahanggi anak boru songoni mora koum sasudena namarluhut dibagason artina dipotang niarion hami mangalehen hata paso-paso tuanak sengen harannii hita ucapkon pertama syukur Alhamdulillah tu Tuhanta namarkuasoi namararti Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabaro Katu. Semua kahanggi anak boru dan mora kaum kerabat yang berkumpul di rumah ini di sore hari ini kami memberikan nasehat kepada kalian, pertamatama sekali kita ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah

74 mangalehen dihita kesempatan sehingga tahap demi tahap acara pestattaon hita lewati jadi on na kedua salam dan salawat tujunjunganta Nabi besar Nabi Muhammad SAW nahita haropkon sapaatna. Abang tongku raja nami artina nalobi tu oppui sian bagas godang rap mahita mangalehen hata si paso-paso tuanak atau mangupa diadat batak ini adalah acara puncak dihalak hita, onma puncakna amang nalewat-lewati aekna doi harana on hita menyerahkan tutondi dohot badan. Baik nakkinan artina dipanipionmi ma guar-guar matobang songoni artina nalainlainon inda mararti sude damang on. Artina on mangido tu Tuhanta namarkuasoi bukan do hita manduakan artina bukan membanding-bandingkan dalam manduaon Tuhan, dalam mangido on artini on tu Tuhanta namarkuasoi on sebagai lambang do sasudena on sekalian tarbukti manyampaion na satu persatu anggo adong. Nahidupon artina songon naidokkon inangmi nakkin bia anak sarjana ate oppui hagiotgiot nia do kadang-kadang ribut inangna ribut ayak nabia dokkonon mula karas au ro inang nai sada do anggo nakaras ia hope matubekbek sajodo biade oppui let marsisonggakan ate oppui, padahal marsipajago aturan baen aturan au juo nasalah ate oppui. Jadi hita namangoluon amang tandana artina setiap manusia memang akkon adong hita alami demikian namun perpecahani ulang bege halak tuluar paingot mai ate iba sendiri manyelesaionna molo bisa ulang ikut campur pihak ketiga memberikan kesempatan kepada kita sehingga tahap demi tahap acara pesta ini dapat kita lewati, yang kedua salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan sapaatnya diakhir kelak nanti. Saudara Tongku Raja dan semua pihak yang berada di bagas godang marilah kita sama-sama memberikan nasehat kepada mereka beserta mangupa-upa tondi kedua mempelai karena di adat batak ini adalah acara puncak dalam adat kita, nak inilah puncaknya yang sudah lewat itu masih biasa jadi sekarang ini kami mangupaupa tondi kalian. Artinya tadi kita sudah memberikan nama atau gelar jadi nama yang lewat itu tidak berarti dalam adat kita artinya kita bukan menduakan Allah atau membandingbandingkan tapi ini semua hanya sebagai lambang saja yang hidup ini memang boleh-boleh saja atau kemauan kita sendiri tapi sekarang tidak bisa kemauan kita sendiri lagi karena sudah ada teman untuk bertukar pikiran harus sama-sama menjaga agar jangan ada masalah, Yang hidup ini nak artinya setiap manusia memang harus kita alami yang demikian namun perpecahan atau masalah itu jangan didengarkan orang yang ada di luar biarlah kita sendiri yang menyelesaikannya usahakan jangan ada ikut campur orang ketiga pandai-pandailah kalian menjaganya ayah tidak

75 malo-malo hamu amang songoni parumaen saya tidak mau mendengar masalah-masalah rumah tangga sampe top harana pandokkoni bou hudokkon ma tu hamu dohot amang boru nasi Gultom te maen, malo-malo hamu on adatni angkola masuk tu huta padang bolak parumaen maidaho markoum amang bahat koumta adong dijae adong dijulu jadi akkon malo-malo sada do ima donganmon dongan matobang mon hamudo atcogot contoh tumpuhan harapon sekian keluarga jadi sengen haranni i idiama tentu tarfokus tuhamu agar kebahagiaan do naro tuhamu. Rukun dan damai hamu suatu kebanggaan bagi hami namarbesan cek-cok hamu awal mala petaka namarkoum, ngen haranni i jadi jago-jago hamu maen dohot ko amang ate jagojago sakali nai hudokkon jagajaga betul-betul da malo hamu amang manyasuehon diri tumoratta naadong di pittu padang aha sebabna amang hupangido artina tumaradu rajanami di padangnulti diambukkon hamu artina di galanggang na somarlitta tujuanna nadong harana nasada ido somalo ia mambalos babere muyu nabahat on ido artina oppuida bukan do artina melawan aturan namarlaku di son atau menantang kami tidak, sakkibung do so malo ia mamatobang ia dongan predikat nia memang ginjang do mungkin dari pengalaman itulah membuat dia nanti jadi matang sengen haranni i amang begitu koum dohot oppungmu adongdo harajaon don namangalehen hata sipaingot mau mendengar masalah rumah tangga sampai besar dan diketahui orang banyak, adat ini adat angkola dan masuk kekampung padang bolak parumaen sudah kalian lihat famili nak banyak ada di sana dan di sini jadi pandai-pandai lah kalian menjaganya, satu di sampingmu dan satulah sampai tua nanti karena kalianlah nantinya jadi contoh dari sekian keluarga dan fokuslah kalian menjalaninya supaya kebahagiaan itu datang kepada kalian berdua. Rukun dan damai adalah suatu kebanggaan bagi kami kalau kalian tidak sejalan malah awal mala petaka yang datang pada kami nak sekali lagi ayah bilang jaga dan peliharalah pernikahan ini dan harus betu-betul kalian pandai menyesuaikan diri kalian kepada famili yang ada di pittu padang. Jadi tu maradu rajanami dilepaskan kalian artinya tugalanggan yang ada ini tujuannya supaya kalian bisa membalas jasa dari sekian orang ini artinya di sini kami bukan menantang aturan tidak dari situ dia bisa belajar agar pemikirannya lebih matang lagi, jadi masih banyak lagi nenek dan harajaon yang mau memberikan nasehat pada kalian satu lagi nasehat dari ayah pandai-pandailah kalian yang berumah tangga itu karena itulah bekal untuk selamanya mudah-mudahan rumah tangga kalian ini jadi rumah tangga yang sakinah mawaddah warohma yang

76 artina bokalmu malo hamu namarumah tanggai rumah tangga yang bahagia yang sejahtera rumah tangga yang mawaddah warohmah yang diridhoi Allah Subahana Wataala, tarsongonima rokku artina nadapat husampeon di potang niarion hurang lobina mangido maaf tu koum sasudena huakhiri Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabaro Katu. sejahtera rumah tangga yang diridhoi Allah SWT, mungkin cukup itulah yang dapat saya sampaikan kalau ada salah saya duluan minta maaf akhir kata Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabaro Katu. Jadi, hata sipaingot merupakan kata-kata yang memberikan nasihat hidup berumah tangga, bermasyarakat yang sesuai degan aturan-aturan di masyarakat juga sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat. Hata pangupa berharap yang besar kepada kedua pengantin untuk saling menyayangi dan sabar. Hata pangupa bermohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar upacara perkawinan terlaksana serta berjalan lancar sesuai dengan yang diinginkan, untuk lebih jelas lihat hata pangupa dari pihak bapak mempelai laki-laki dan suhut sihabolonan pada tabel No. 5 di atas. 4) Hata Pangupa Harajaon Kata-kata pangupa dari harajaon berbeda dari kata-kata pangupa yang disampaikan oleh tokoh-tokoh adat yang lain, penyampaian hata pangupa dari harajaon disampaikan setelah kata-kata pangupa dari hatobangon dan alim ulama. Kata-kata pangupa dari harajaon disebut berbeda dari kata-kata pangupa yang disampaikan oleh tokoh-tokoh adat yang lain karena penyampaian kata-kata pangupa sebagai simpulan dari seluruh hata pangupa. Kata-kata pangupa yang disampaikan harajaon merupakan kata-kata simpulan dari kata-kata nasihat yang disampaikan secara panjang lebar oleh pembicara terdahulu yaitu tokoh-tokoh adat Angkola, ungkapan Raja

77 Panusunan Bulung menyimpulkon songon tali, mambobok songon soban, sude hata pangupa artinya menyimpulkan seperti tali, mengikat seperti kayu api semua katakata pangupa. Kepiawaian Raja Panusunan Bulung dalam menyampaikan kata-kata nasihat dengan menggunakan bahasa yang santun, raja panusunan bulung memimpin sidang adat dengan pandai, arif, dan bijaksana. Sehingga, terangkum semua pembicaraan tokoh-tokoh adat yang telah menyampaikan kata-kata nasihat upah-upah yang terdahulu, kepandaian beliau menguraikan satu persatu nasihat hidup berumah tangga, di samping itu raja panusunan bulung juga menguraikan makna bahan-bahan/ perangkat pangupa, sehingga komunitas adat merasa yang disampaikan raja panusunan bulung memiliki keberkatan, sehingga nasihat-nasihat pada saat mangupa menjadi puncak upacara adat yang diharapkan oleh orang tua mempelai (suhut sihabolonan). Hata pangupa harajaon disampaikan oleh raja panusunan bulung dalam menyimpulkan hata pangupa dari seluruh penyampai hata pangupa. Raja panusunan bulung berbicara dengan tegas yang diikuti dengan menggunakan pantun-pantun, katakata bijak, begitu pula perumpamaan-perumpamaan yang memiliki arti serta nilai-nilai estetis, sehingga tanpa terasa waktu lama disita oleh raja panusunan bulung untuk menyampaikan hata pangupa. Tabel 6 Kata-kata Pangupa (Hata Pangupa) Harajaon No. Tokoh adat Makna Raja Panusunan Bulung Sattabi sappulu di anak ni raja-raja dohot namora-mora na ro sian jae dohot sian julu jana tarimo kasi disuhut sihabolonan sahat tu pisangrahutna. Dison ma na pasahat Sembah sepuluh kali kepada Anak Raja dan juga para bangsawan yang berasal dari hilir dan hulu, begitu pula ucapan terima kasih kepada suhut sihabolonan sampai

78 dohot na putuluskon baga-baga sitamunang di bagasan roha, anso ulang i songon singotngot di bagasan ipon tungkol di bagasaan ngadol. On ma i arina hape, ari na martua marsahala manurut datu parhala na pasampe sigodang ni roha taradop anak dohot parumaen. Sai marsangap ma hamu jana martua, panjang umur mura pancarian....on pe madung songon imbo di dolok, sarudung di parsiraisan madung sahata sapangondok, roha pe madung marsijagitan. On pe horas ma tondi madingin sayur matua bulung, pir tondi matogu on tu ginjang ni ari, boti ma jolo kepada pisang rautnya. Dalam hal ini, pada saat ini kita adalah melepas hajat dan niat yang sudah lama terpendam dalam hati agar jangan menjadi beban dalam sanubari. Ini semua kata-kata adat mufakat nenek moyang kita dahulu, pada hari ini dititipkan ke dalam tubuh kamu berdua. Ini pun sudah seperti siamang di bukit ikan kecil di tangguk sudah pula semufakat, hati mereka juga saling menerima. Ini pun selamat tondi yang sejuk selamat sampai keakhir zaman, kuatlah tondi dari sekarang sampai masa yang akan datang. Sekian... Selain itu, raja panusunan bulung sebagai harajoan (pemuka adat) yang mahir membaca makna-makna bahan-bahan pangupa. bahan-bahan pangupa menyimpan makna pangupa yang dalam bahasa adat disebut sebagai surat tumbaga holing. Upacara mangupa memiliki nilai-nilai yang esensial berupa doa dan harapan mengembalikan semangat ke tubuh (paulak tondi tu badan), hal tersebut dibaca melalui makna-makna yang dilambangkan melalui bahan-bahan yang terhidang berupa perangkat pangupa. Doa yang berisi harapan-harapan suhut sihabolonan dan seluruh komunitas adat yang semuanya sudah merpakan ketentuan adat yang diyakini oleh satu generasi ke generasi berikutnya, dari dahulu yang diteruskan dari generasi ke generasi adat berikutnya. Tabel 7 Kata-kata Pangupa (Hata Pangupa) Harajaon

79 No. Tokoh adat Makna Raja Panusunan Bulung Antong amang bope hamu inang, baen madung dipasu-pasu hatobangon dohot harajaon hamu, marbanjar mada tondimuyu mangadopi pangupa simangadang tua na godang on jana bege ma tondimuyu disise pangupa on. Baen madung diungkap pangupa na nitutup ni abit hagodangan i, abit sijugat-jagit na nitonun manghuntak-tak nianikkon manguntek-tek, tapangido ma di Tuhanta Naulibasa i mungkap ma hamomora, hatotorkis ana hadidingin di hamu. Tarpayak di jolo muyu pira manuk na nihobolan na nilompa ni orang tua, dia ma i na nidokna, sai gomgom marsigomgoman ma tondimuyu nadua sampai hamu matua. Dibaen do i tolu bangkiang, na gorsing di bagasan na bontar di balian, na paboahan mada on na sahata saoloan do dalihan natolu laho pasahatkon pangupa on tu hamu. Sai dijagit tondi dohot badanmuyu ma sinta-sinta dohot pangidoan ni rohanami on. Di tonga ni piramanuk na nihobolan i di baen do i sira na ancim pandaian, dia ma i na nidokna, sai mura ma rasoki dohot pancarian Duri ni pangkat ma i tu duri ni hotang Tu dia hamu mangalakka sai dapotdapotan Nisuak barse-barse di toru ni lambak pining Marringgit maruse-use marmanuk habangan ding-ding Tibal muse do disi ihan sayur, ibo rohana, sai sayur matua bulung ma hamu na niadopkon pangupa on. Laing ihan sahat mada i anso sahat mamora jana magabe, laing Ananda berdua (kedua pengantin), karena kalian berdua sudah didoakan oleh hatobangon dengan harajaon, maka siap dan kuat tondi ananda berdua menghadapi pangupa yang membawa tuah ini. Kemudian saya harapkan agar tondi kamu berdua siap mendengarkannya saya akan membacakannya. Pangupa yang ditutup dengan kain adat kebesaran sudah dibuka. Kain adat ini ditenun tak-tak tek-tek. Kita berdoa kepada Tuhan agar terbukalah hidup yang senang, sehat dan sejuk bagi kamu berdua. Terletak di hadapan kamu telur ayam yang bulat yang direbus orang tuamu. Apakah itu maknanya? Semoga saling menggeng- gam tondi kamu berdua sampai hari tua. Telur itu tiga buah, kuning di dalam dan putih di luar. Maksudnya sudah seia sekata dalihan na tolu melaksanakan upacara mangupa kepada kalian berdua. Semoga diterima tondi dan badan kamu berdua hajat dan permintaan kami ini. Di tengah-tengah telur ayam diletakkan garam yang rasanya asin. Apa pula maknanya? Semoga murah rezeki dan mudah pencaharian. Duri pangkat itulah duri rotan Kemana kamu pergi selalu kamu mendapat Dirobek barse-barse di bawah pelepah pinang

80 ihan simundur-undur do i na mangundurkon anak mengundurkon boru laho mangingani bagas na martua on. Taratak tarhidang muse do dison horbo simaradang tua, namamolus ombun manyap, dompak menek maroban tua dung godang maroban sangap. Ia horbo on na nioban sian luat Padangbolak, Na manjampal di padang na lomak, Marsobur di sosopan na so marlinta, Di galanggang na so marrongit Dibaen on sannari gabe upa-upa ni tondi, upa-upa ni badan muyu. Dipatibal do tulan rincan sian siamun, Tulan rincan sian siambirang, Na sian siamun bagian ni suhut sihabolonan, Sian siambirang bagian ni anakboru. Songon i huling-kuling dohot bobak na nisale, Malo-malo hamu mangkuling harana tua ni halak do na maroban dame. Horbo saeto tanduk boti mangasa gogo, Malo hamu marbisuk songon i marpangalaho, Dison dua mata na tiur panaili marnida borngin dohot arian, Tutur hamu marpangarohai, rama markoum malo mardongan. Songon i dila ni horbo, anso malo-malo hamu martutur poda, Mangalehen hata na denggan tu halak na bahat, songon i pinggol Ni horbo anso tangi-tangi di siluluton inte di siriaon. Sudena on payak di ginjang ni indahan, ima indahan sibonang manita, nada dope dipangan madung binoto daina, tanda godang ni roha ni ama-ina di parjolian muyu on. Indahan na nidippu mada i, na marsintahon anso dippu hamomora di hamu na niadopkon pangupa on, laing on mai indahan ribu-ribu anso Ringgit tumpah ruah, ayam berterbangan di dinding. Di situ terletak pula ikan sayur, semoga Tuhan memberikan hidup sejahtera kepada kamu yang sedang diupaupa. Mudah-mudahan kamu berdua hidup berbahagia dan kaya raya. Diharapkan kamu juga mendapatkan anak lakilaki dan anak perempuan menempati rumah yang bertuah ini. Terhidang rapi pula di atasnya kerbau yang menjelang tua, lewat di embun pagi, ketika kecil membawa tuah, sesudah besar membawa kharisma. Kerbau ini dibawa dari Padang Bolak, mencari makan di padang rumput, yang subur berendam di lubuk yang tidak berlintah di gelanggang yang tak bernyamuk, dibuat jadi pangupa tondi, upa-upa badan kamu berdua. Diletakkan pula daging empuk disebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan bagian suhut, sebelah kiri bagian anak boru. Begitu juga jangat dan kulit kerbau maksudnya agar kamu bijaksana berbicara. Karena tuah manusia membawa damai. Kerbau sehasta tanduk lagi pula tenaganya kuat Pandai kamu berprilaku begitu juga bertata krama Disini ada dua mata yang terang melihat malam dan siang Pandai bertenggang rasa, ramah berfamili akrab berteman Di dalamnya ada lidah kerbau, maksudnya agar kamu pandai bersopan santun. Di

81 hombang ratus hombang ribu pancarian dohot pancamotan muyu. Ia pangupa on payak di ginjang ni bulung ujung, sai ibo rohana ni Tuhanta sai marujung tu na dengganna ma sude na hita parsintahon di karenjonta na sadari on. Ia pangupa on dipayakkon do di ginjang ni anduri na bidang rapakna, dia ma i na nidokna, lainganduri on mada dalanta hiap-hiap tu jolo ni Tuhanta Naulibasa i anso dipasautdipasaut jana dipatulussa sude na tarsinta sadari on. Di bagasan ni i laing on ma mangajari hita, anso taboto maradat, maruhum dohot marugari tu hula dongan, hatobangon dohot harajaon tarlobi tu mora. Laing mangindo hita tu Tuhanta Naulibasa i, sai dipasu-pasu ia ma hamu : Tubuan laklak ma na so tubuan lak-lak, tubuan singkoru naso tubuan singkoru, laklak ma i di ginjang ni pintu singkoru digolom-golom, sai maranak ma sapulu pitu jana marboru sappulu onom, anggo dung mardakka abara muyu, margosta gosta margiring-giring, maroppa-oppa mangiring iring, lobi dope sian on nangkan baenon tanda godang ni roha ni ama dohot ina di pahompu nangkan na ro. Antong, bariba tor ma i bariba rura, aek mardomu tu muara, totor iba di adat niba, i do tanda ni anak ni namora. Malo-malo hamu marhula dongan songon i marhula marga, inda adong arti ni sinadongan, anggo na so malo iba martutur poda. On sude hata ni adat, padan ni oppunta na dung lalu, di ari na sadarion hami pasahat tu badan simanare muyu. On pe hehe hamu jolo pangupa jolo atasnya ada telinga kerbau maksudnya supaya tanggap kita terhadap hal masyarakat baik kemalangan maupun berita kebahagiaana. Semua bahan pangupa diletakkan di atas nasi. Nasi sibonang manita, belum lagi dimakan sudah tahu rasanya, sebagai tanda rasa bahagia kedua orang tuamu atas pernikahan kamu ini. Tamsil nasi ini juga adalah agar kedua pengantin mendapat kan kekayaan dan kebahagia an. Pangupa diletakkan di atas daun pisang bagian ujung. Maknanya addalah kita berharap agar Tuhan memberikan berkah kepada kedua pengantin agar semua yang dihajat dan dikerjakan selalu selesai dengan sempurna. Pangupa ini juga diletakkan di atas tampi. Maknanya kita semua berdoa kepada Tuhan yang Mahakuasa agar apa yang dicita-citakan hari ini dan masa yang akan datang selesai dengan sempurna. Lebarnya tampi ini memberikan tamsil pendidikan kepada kedua pengantin agar mereka mempertahankan adat, kebiasaan, aturan-aturan dalam masyarakat. Pandai menjaga hubungan yang baik kepada unsur dalihan na tolu. Kita selalu mendo akan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, agar kamu diberkati Nya mendapat keturunan anak lakilaki dan anak perempuan. Kalau diizinkan beranak lakilaki tujuh belas orang dan anak perempuan enam belas orang.

82 pangupa i, kata pembaca pangupa (beberapa orang mengangkat pangupa itu ke atas setinggi kepala kedua mempelai) seraya pembaca pangupa berkata manaek ma hamamora, hatotorkis jana hadidingin di hamu na niupa on. (Perangkat pangupa disuruh angkat setinggi kepala kedua pengantin). Dipahot ma pangupa, hot ma hamamora, hatotorkis jana hadidingin di hamu na niupa on. On pe nada adong be nahurang, madung hot di padanna, cocok dohot suringna, horas tondi madingin sayur matua bulung, pir tondi matogu sian on tu ginjang ni ari, na 1, 2, 3, 4, 5, 6 dohot 7, pitun sundut hamu suada mara, pitun sundut tong magabe. Horaskon bo orang kaya. horas..horas horas. Sekiranya anak kamu berdua sudah banyak kami akan membuat acara yang lebih meriah kepada kamu dan cucu kami kelak. Dengarkanlah, amalkanlah adat istiadat, itulah tanda anak yang dihormati. Pandai bermasyarakat, tidak ada gunanya harta kalau tidak pandai bergaul. Ini semua kata-kata adat pesan leluhur kita, hari ini kami titipkan kepada kamu berdua. (Perangkat pangupa disuruh angkat setinggi kepala kedua pengantin) Datanglah kebahagiaan, kesehatan, kesejukan hati kepada kamu berdua. Setelah diberikan abaaba dengan hitungan satu sampai tujuh, pembaca pangupa mengucapkan kata: horas-horas. (selamat, selamat, selamat). 5) Hata Mangupa Balasan Pengantin Tradisi mangupa adat Angkola berakhir setelah semua tokoh masyarakat adat dalihan na tolu menyampaikan hata pangupa itu ditandai dengan jawaban dari kedua pengantin yang telah diberi kata-kata nasihat hidup tuntunan hidup berumah tangga. Upacara perkawinan adat yang salah satu upacara adat adalah mangupa sebagai rangkaian horja patobang anak atau horja haroan boru. Penutup upacara mangupa adat Angkola

83 yang bertujuan untuk mengembalikan paulak tondi badan semangat ke badan. Hal yang esensial bermakna doa, harapan, dan nasihat terutama kepada pasangan pengantin. Setelah upacara mangupa adat dilaksanakan, hal itu sebagai bentuk rasa syukur karena pihak keluarga laki-laki memperoleh menantu perempuan sebagai jodoh anak lakilakinya. Harapan orang tua sejak tradisi mangupa adat pengantin dapat bertahan dengan kasih sayang menghadapi segala bentuk cobaan hidup berumah tangga. Ujian yang dihadapi dua simanjujung (pengantin) sebagai perwujudan mulak tondi tu badan (pemanggilan semangat ke dalam tubuh), sehingga tradisi mangupa adat Angkola telah merubah paradigma masa lajang telah berakhir dan kata-kata nasihat hata pangupa dapat diejawantahkan dengan memberikan jawaban kepada tokoh-tokoh adat dalihan natolu, hatobangon, harajaon terutama kepada kedua orang tua. Jawaban atas nasihat tersebut kami terima dan apa yang terhidang sebagai pangupa yang ada di depan kami ini, mudah-mudahan bisa diterima badan dan jiwa kami, jawaban pengantin seperti kalimat di bawah ini: Tabel 8 Jawaban Pengantin atas Hata Pangupa semua Kalimat Nasihat Mempelai Pria Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mangalusi hata ni uma, ayah, nanguda, oppung, raja nami, songoni nakkin hata na madung di lehen tu hami, hami tarimo mai. Mudah-mudahan bisa melaksanahon, bisa hami menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Aha na tarpayak di jolo nami, hami tarimo. Cukup sekian sian kami. Saya akhiri Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Untuk menjawab nasihat dari ibu, ayah, tante, nenek, penetua adat, begitu juga nasihat yang telah kami terima tadi. Mudahmudahan kami bisa melaksanaknnya, bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Apa yang berada di depan kami, kami terima. Cukup sekian dari kami. Saya sudahi Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

84 Mempelai Wanita Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mangalusi hata ni amang boru, bou, songoni abang, harajaon, dohot tu sude na adong di son. Mengenai sipaingot dohot na tarpayak di jolo nami, mudahmudahan tartarimo tondi dohot badan nami. Songonima hata natarsampehon. Tarimokasih sasudenaa. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Untuk menjawab nasihat dari paman, tante, dan juga abang, pengetua adat, dan semua yang ada di sini. Mengenai nasehat yang kami terima dan apa yang ada di depan kami ini mudahmudahan bisa diterima badan dan jiwa kami. Begitulah kata-kata yang dapat saya sampaikan. Terima kasih semuanya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Akhir dari upacara mangupa adat Angkola ditutup dengan kata jawaban dari pengantin, kata-kata jawaban pengantin tersebut sebagai balasan dari hata pangupa dari tokoh masyarakat dalihan na tolu terutama kedua orang tua. Jawaban sambutan mereka umumnya adalah ucapan terima kasih kepada para hadirin yang telah bersusah payah melaksanakan upacara adat yang sangat megah dan sakral itu, setelah itu kedua pengantin mencicipi hidangan pangupa Penutup Upacara Mangupa Horja Godang Adat Angkola Setelah hata pangupa disampaikan oleh raja panusunan bulung, sebagai penanda pengantin telah memasuki masa dipatobang adat, berarti seorang anak telah masuk pada fase orang tua yaitu telah memiliki tanggung jawab sebagai suami dan istri. Pintu masuk kematangan dalam bersikap dan bertindak karena telah dibebani tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Hal itu ditandai dengan diberikannya gelar harajaon bagi suami istri, sebagai tanda ditutup maka raja panusunan bulung meneriakkan kata horas horas horas.

85 Akhir dari upacara mangupa ditutup dengan kata jawaban dari sepasang pengantin. Setelah kedua pengantin mencicipi hidangan pangupa, mereka dipersilakan menyampaikan kata-kata jawaban dari hata pangupa dari berbagai kalangan di atas. Isi jawaban sambutan mereka umumnya adalah ucapan terima kasih kepada hadirin yang telah bersusah payah melaksanakan upacara adat yang sakral ini. Penutup pada puncak upacara mangupa adat Angkola dengan mambutongbutongi mangan (memberikan makan kedua pengantin dengan bahan upah-upah), kepada kedua pengantin untuk mencicipi hidangan pangupa. Gambar 10. Pengantin perempuan sedang mengambil bahan pangupa (pada upacara mambutong-butongi mangan) upacara adat mangupa. Ketika mencicipi makanan atau hidangan pangupa tersebut, pengantin harus terlebih dahulu memakan telur yang dimulai dari putih telur dan ke bagian kuning telurnya, setelah itu dilanjutkan dengan mengambil sedikit garam dan nasi, dimulai oleh pengantin laki-laki setelah itu diikuti oleh pengantin perempuan. Setelah mencicipi pira manuk na nihobolan (telur ayam rebus), pengantin kemudian menikmati makanan

86 pangupa. Kemudian harajaon, hatobangon, cerdik pandai serta tamu dan undangan mengikuti untuk bersantap atau makan bersama. Gambar 11. Pengantin pria sedang mengambil bahan pangupa (pada upacara mambutong-butongi mangan) pada upacara mangupa adat Angkola. 4.6 Waktu dan Tempat Tradisi Mangupa Horja Godang Adat Angkola Waktu Upacara Mangupa Horja Godang Adat Angkola Upacara mangupa adat Angkola dilaksanakan oleh orang tua sebagai wujud rasa syukur atas terhindar dari marabahaya atau tercapainya suatu keinginan. Tetapi, pada penelitian ini tradisi mangupa adat Angkola pada upacara patobang anak atau haroan boru yang upacara mangupa sebagai salah satu rangkaian mata upacara perkawinan adat Angkola.

87 Waktu performansi mangupa biasanya dilaksanakan pada pagi hari, yaitu sebelum matahari di tengah (tengah hari), tetapi kini telah terjadi perubahan performansi upacara mangupa yaitu dilakukan pada siang/ sore hari setelah kembali dari upacara adat to tapian raya bangunan (secara simbolik ke pinggir sungai). Jadi, telah terjadi perubahan waktu performansi upacara mangupa, tidak lagi dilaksanakan pada pagi hari, tetapi dilaksanakan pada sore hari. Waktu performansi upacara mangupa adat Angkola dilaksanakan setelah pulang dari tapian raya bangunan, lewat tengah hari di dalam rumah atau di tempat performansi acara adat pernikahan (horja) di rumah suhut sihabolonan Tempat Upacara Mangupa Tempat performansi upacara mangupa biasanya dilaksanakan di rumah suhut sihabolonan, pada umumnya berada di dalam ruangan, hal ini dengan tujuan penyampaian kata-kata nasehat mangupa oleh para tokoh adat tidak mengalami gangguan. Hal ini disebabkan, pelaksanaan upacara adat perkawinan berlangsung beberapa agenda kegiatan sehingga pada saat yang bersamaan di luar rumah tamu dan undangan sedang menikmati hiburan lain, yang tak jarang adanya hiburan organ tunggal (key board), sehingga hal ini mengganggu nilai sakral dari penyampaian kalimat-kalimat nasihat mangupa. Tempat Upacara mangupa pada Data pertama di Kota Padangsidimpuan yang bertempat di Jalan Sudirman Gang PUD Sadabuan Februari 2013 dan data kedua Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal sampai dengan Oktober 2014, sedangkan akad nikah dan horja boru untuk kedua mempelai telah dilangsungkan di Kota Medan pada tanggal 11 Oktober 2014 yang diselenggarakan oleh pihak mempelai perempuan antara: dr. Aditya Rizky Monang Pasaribu dengan Sheilla Nabila Asepti Br Siregar, S.Ked.

88 4.7 Indeksikalitas Bahan dan Alat (media) Pangupa Adat Angkola Bahan-bahan Pangupa Upacara mangupa adat Angkola dapat dilaksanakan apabila bahan-bahan pangupa sebagai persyaratan telah terpenuhi, kemudian dilakukan upacara mangupa sudah tersedia. Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan oleh pemilik horja adat mangupa atau tuan rumah (suhut sihabolonan), bahan-bahan tersebut terdiri dari benda-benda adat yang juga sebagai perlengkapan mangupa. Bahan-bahan pangupa memiliki makna-makna yang diperlambangkan dengan makna yang dituju sesuai dengan hajatan yang akan diupa-upa. Oleh karena itu, fungsi bahan-bahan yang dipilih dan disesuaikan dengan keinginan suhut sihabolonan, sehingga pelaku adat tokoh-tokoh adat: harjaon, hatobangon, orang kaya dan natobang natoras dapat memberikan makna-makna sebagai perlambang dari bahan-bahan pangupa. Suhut sihabolonan (tuan rumah) dalam mempersiapkan benda-benda yang dibutuhkan pada prosesi mangupa sudah lebih dahulu bertanya kepada tokoh adat apa saja bahan-bahan sebagai persyaratan mangupa, hal ini sesuai dengan besar kecilnya hajatan dan banyaknya tamu dan undangan. Benda-benda sebagai pelengkap adat yang yang dibutuhkan untuk upacara mangupa, antara lain: Tabel 9 Bahan-bahan yang digunakan sebagai pangupa No. Bahan Pangupa Makna Keterangan 1. Anduri Tampi Boleh menggunakan talam atau

89 piring 2. Bulung ujung daun pisang, Berjumlah 3 3. Incur anak ikan jurung 4. Indahan nasi putih Diletakkan sebagai alas bahan pangupa 5. Aek lan air putih Dituangkan pada gelas hingga penuh 6. Pira manuk nanihobolon telur rebus, Berjumlah ganjil (1, 3, 5, dan 7) 7. Sira garam, Diletakkan di atas telur rebus, atau di dalam daun pisang yang dibentuk kerucut 8. Abit adat Ulos 9. udang, udang, 10. Ihan/ gulaen ikan mas, 11. Hambeng Kambing Kepala/ seluruh bagian dari kepala (otak mata, hidung, telinga, lidah, mulut, dan kaki) 12. Horbo Kerbau Kepala/ seluruh bagian dari kepala (otak mata, hidung, telinga, lidah, mulut, dan kaki) 13. burangir daun sirih 14. soda kapur sirih. 15 Sontang gambir Bahan-bahan pangupa disusun dan diletakkan di atas tampi (anduri) yang dilapisi daun pisang (bulung ujung) sebanyak tiga helai. Jenis bahan makanan yang diletakkan dalam mangupa menentukan tingkat besar-kecilnya upacara mangupa adat (horja) Angkola. Pada upacara mangupa yang merupakan bagian upacara perkawinan antara: dr. Aditya Rizky Monang Pasaribu dengan Sheilla Nabila Asepti Br Siregar, S.Ked. pada

90 upacara perkawinan adat bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan bahan pangupa terdiri dari: Gambar 12. Bahan bahan pangupa yang diletakkan di hadapan pengantin. Tabel 10 Bahan-bahan yang Digunakan sebagai Pangupa No. Bahan Pangupa Bahan Pangupa yang digunakan di lokasi Keterangan 1. Horbo Kerbau Kepala/ bagian dari kepala dan kaki 2. Pira manuk nanihobolon tujuh butir pira manuk na hobolon 7 butir telur ayam yang direbus 3. Indahan nasi putih, Ada 4. Aek lan air putih, Ada

91 5. Manuk Ayam Ada 6. Sira Garam Ada 7. udang, udang, Ada 8. Ihan/ gulaen ikan mas, Ada 9. Incor ikan mas, Ada 10. Hambeng Alat-alat Pangupa Pembukaan sidang adat sebagai pertanda dimulainya adat Angkola, hal itu ditandai dengan bahan pangupa sudah lengkap yaitu: daun sirih yang disusun di atas piring dengan pinang, gambir, dan tembakau, di pinggir piring diletakkan pisau dapur. Setelah semua bahan-bahan diletakkan di atas piring, dan piring diletakkan di atas kain adat 9, dan lapis yang paling bawah diletakkan kadangan 10 sebagai tanda dibuka sidang adat Angkola. Alat-alat upacara mangupa adat Angkola sebagai alat yang digunakan untuk perlengkapan adat. Walaupun begitu bagi sebagian orang, alat-alat dianggap kurang begitu penting, tetapi keberadaan bahan/ alat-alat upacara adat cukup menentukan bisa tidaknya sidang adat dimulai. Upacara mangupa adat sudah dapat dilaksanakan apabila anak boru sudah manyuurduon 11 (disodorkan/ dihantarkan) burangir sampe-sampe (daun sirih) kepada seluruh komunitas tokoh adat dan dengan diterima burangir sampe-sampe (daun sirih) sebagai pertanda dimulainya sidang adat. Jadi, di samping bahan pangupa ada juga alat- 9 Kain adat yaitu kain bugis yang berwarna gelap 10 Kadangan berupa tas jinjing/ keranjang yang terbuat dari anyaman tikar pandan biasa digunakan ibu-ibu untuk membawa perlengkapan ke sawah atau ladang, kadangan juga dipakai sebagai alas meletakkkan bahan-bahan adat. 11 Disurduhon disodorkan/ dihantarkan ke depan komunitas adat, dalihan na tolu, tamu dan undangan bahwa perangkat/ alat-alat adat diterima sebagai pertanda upacara adat mangupa (siding adat) dapat dimulai.

92 alat yang digunakan sebagai perlengkapan yang digunakan saat upacara mangupa. Oleh karena itu, alat-alat apa saja yang digunakan sebagai perlengkapan akan dijelaskan sebagai berikut: a) Tampi/ talam/ piring, b) 3 helai daun pisang, c) ulos/ kain adat, d) kadangan, e) pisau dapur, burangir (daun sirih), e) soda (kapur sirih), f) gambir, g) tembakau, h) pisau dan lainnya. Pada tradisi mangupa pada upacara perkawinan adat Angkola yang bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan menggunakan alat-alat mangupa seperti: a) tiga bulung ujung (3 lembar daun pisang), b) ulos (kainn adat), c) daun sirih (burangir sampe-sampe). kadangan, d) pisau dapur, e) soda (kapur sirih), f) gambir, h) pining (pinang), dan i) timbako (tembakau). Tabel 11 Alat-alat yang Digunakan di Lokasi sebagai Pangupa No. Alat Pangupa Makna Keterangan 1. Anduri Tampih Tampi, dan 2 piring 2. Bulung ujung Bulung ujung 3 helai 3. Abit adat ulos. Ada 4. burangir Sirih Ada 5. soda Kapur sirih Ada 6. Timbako Tembakau Ada 7. Pining Pinang Ada 8. Pisau Pisau Ada 9. Sontang Gambir Ada Cara Menata Bahan-bahan dengan Alat-alat Upacara Mangupa

93 Bahan-bahan pangupa pada upacara mangupa sangat menentukan dilakukan upacara mangupa, karena bahan pangupa sebagai syarat dilakukannya upacara mangupa. Bagi komunitas adat penyajian perangkat pangupa yang yang terlihat diletakkan di atas tampi (anduri/ niru) yang diberi alas dengan 3 helai daun pisang (bulung ujung), hanya sebagai perangkat adat, padahal untuk dapat mengetahui bahan dan cara menyusunnya diperlukan pemahaman tentang pengetahuan adat. Suhut sihabolonan (tuan rumah) harus mempersiapkan benda-benda yang dibutuhkan pada prosesi mangupa, bahan-bahan sebagai persyaratan mangupa dinamakan pangupa, pangupa terdiri dari berbagai makanan, makanan yang dihidangkan sesuai dengan besar kecilnya hajatan dan banyaknya tamu dan undangan. Dan, bahan-bahan sebagai pelengkap adat yang yang dibutuhkan untuk upacara mangupa, antara lain: a) Tampi, b) daun pisang, c) anak ikan jurung, d) nasi putih, e) air putih, f) telur rebus, d) garam, e) ayam panggang, f) udang, g) ikan mas, h). kepala kambing/ kerbau, sirih dan perlengkapannya (burangir), soda (kapur sirih), dan gambir). air putih, ulos, dan lainnya. Bahan pangupa yang berasal dari hewan sebagai penentu performansi upacara mangupa ada tiga jenis, tetapi walaupun begitu telur ayam mutlak harus tetap ada pada setiap upacara mangupa adat Angkola, karena telur ayam rebus merupakan penentu dan atau syarat utama setiap upacara adat mangupa. Bahan pangupa dengan telur ayam juga menentukan tingkatan paling kecil mangupa adat. Hewan yang digunakan sebagai hewan pangupa ada tiga jenis seperti: ayam (manuk), kambing (hambeng), dan kerbau (horbo), Tingkatan upacara mangupa adat Angkola yang terkecil dan sebagai syarat dasar dengan menyiapkan sebutir telur ayam, tingkat kedua harus menyediakan seekor ayam, tingkatan ketiga harus menyediakan kambing, dan tingkatan tertinggi harus menyediakan kerbau. Namun begitu, setiap tingkatan dalam upacara mangupa yang lebih

94 tinggi harus mengandung unsur bahan dan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkatan mangupa tertinggi, yang menyediakan hewan seperti kerbau, suhut sihabolon juga harus menyediakan hidangan pangupa yang lain yaitu kambing, ayam, dan telur, karena bahan pangupa hewan-hewan tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain. Begitu pula untuk upacara mangupa yang kedua dengan hewan pangupa berupa kambing harus disediakan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkatan hewan pangupa berupa kambing suhut juga menyediakan hewan pangupa ayam, dan telur. Begitu pula untuk tingkatan upacara mangupa yang menyediakan ayam suhut sihabolon juga harus menyediakan hidangan pangupa yang lain seperti telur, karena bahan pangupa hewan-hewan tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain. Setelah semua bahan pangupa disediakan suhut bolon maka semua bahan yang telah disediakan perlu ditata, agar bahan pangupa ditata agar upacara mangupa adat dapat dimulai dan dimaknai oleh raja panusunan bulung, penataan bahan pangupa diatur oleh orang kaya sedangkan bahan pangupa dipersiapkan oleh suhut bolon. Ada perbedaan pada upacara mangupa sebagai puncak acara pada perkawinan adat Angkola dengan Tapanuli Utara atau Batak Toba yaitu pembicara pada adat Angkola tidak diwajibkan dalam mempersiapkan bahan pangupa atau memberikan sesuatu kepada suhut bolon, karena dalihan natolu dan masyarakat adat telah memberikan sumbangan pada upacara marpege-pege (memberikan bantuan kepada suhut bolon). Hal ini berbeda pada upacara adat Tapanuli Utara setiap dalihan na tolu dan masyarakat adat memiliki kewajiban membawa atau memberi sesuatu kepada suhut sihabolonan dan sebagai pertanda atau imbalannya mereka diberi juhut atau jambar mewakili posisinya pada dalihan natolu.

95 Upacara mangupa nagodang dengan menggunakan hewan pangupa kerbau, dengan model penataan sebagai berikut: a) Wadah bahan-bahan pangupa adalah anduri (tampi) sebagai alas paling bawah, b) sebagai alas pada anduri (tampi) diletakkan tiga helai bulung ujung (ujung daun pisang), c) daun pisang sebagai alas nasi putih (indahan sibonang manita atau siribu-ribu), d) di atas nasi putih diletakkan ikan kecil di kiri dan kanan (haporas dan incor) dari tujuh sungai, e) pada bagian belakang diletakkan punggung ayam (parmiakan ni manuk), Gambar 13. Bahan-bahan pangupa yang diletakkan di atas tampi anduri f) di dekat ikan diletakkan paha kerbau (kiri dan kanan), g) dekat paha kerbau diletakkan paha ayam, h) di depan paha kerbau dan paha ayam diletakkan tujuh pira manuk na dihobolan (telur ayam rebus yang dikupas), didekatnya diletakkan garam (dalam daun yang bentuk kerucut) atau dapat juga diletakkan di atas telur ayam rebus tersebut, i) kepala kerbau (kepala kerbau, mata, telinga, bibir dan dagunya) diletakkan paling depan, k) seluruh bahan pangupa ditutupi dengan sehelai daun pisang, dan terakhir l) semua bahan pangupa ditutup dengan ulos, kain adat untuk lebih jelas lihat gambar di atas.

96 Peserta pada upacara mangupa adat Angkola yang berada di lokasi Jalan MT. Haryono No.56 Kampung Marancar, Kota Padangsidimpuan terdapat ketiga unsur adat tersebut adalah: kahanggi, anak boru, dan mora. Di samping unsur dalihan na tolu, ambar balok (jiran tetangga) begitu pula pada upacara mangupa adat yang dihadiri oleh unsur adat yang mencakup dalihan natolu, natobang natoras, hatobangon dohot harajaon alim ulama Pisang Rahut, hatobangon, raja pamusuk, raja tording balok, Raja Panusunan Bulung dan ulama (pemuka agama). Ada yang unik pada upacara adat tersebut, suhut sihabolonan menghadirkan seluruh raja-raja se-tapanuli, harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir dari seluruh luhak di Tapanuli mulai dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Sipirok, Gunung Tua, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Tengah, dan Medan, Jakarta, dan lain-lain. Jadi untuk menghadirkan seluruh peserta se-tapanuli pada upacara adat bukan pekerjaan mudah, tetapi merupakan suatu hal yang besar telah dapat mengumpulkan peserta yang hadir raja-raja se-tapanuli. 4.8 Partisipan Upacara Mangupa Adat Angkola Peserta pada upacara mangupa adat Angkola yang berada di lokasi Jalan MT. Haryono No.56 Kampung Marancar, Kota Padangsidimpuan terdapat ketiga unsur adat tersebut adalah: kahanggi, anak boru, dan mora. Di samping unsur dalihan na tolu, ambar balok (jiran tetangga) begitu pula pada upacara mangupa adat yang dihadiri oleh unsur adat yang mencakup dalihan natolu, natobang natoras, hatobangon dohot harajaon alim ulama Pisang Rahut, hatobangon, raja pamusuk, raja tording balok, Raja Panusunan Bulung dan ulama (pemuka agama). Ada yang unik pada upacara adat tersebut, suhut sihabolonan menghadirkan seluruh raja-raja se-tapanuli, harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir dari seluruh luhak di Tapanuli mulai dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara,

97 Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Sipirok, Gunung Tua, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Tengah, dan Medan, Jakarta, dan lain-lain. Jadi untuk menghadirkan seluruh peserta se-tapanuli pada upacara adat bukan pekerjaan mudah, tetapi merupakan suatu hal yang besar telah dapat mengumpulkan peserta yang hadir raja-raja se-tapanuli. Pada upacara mangupa horja godang kehadiran tokoh-tokoh adat pada upacara mangupa adat Angkola cukup menentukan upacara adat tersebut, karena tokoh adat yang menentukan performansi upacara adat tersebut. Semakin banyak Tokoh-tokoh adat yang hadir upacara adat mangupa itu sudah pasti semakin baik. Tokoh-tokoh adat yang hadir adalah unsur dalihan na tolu (suhut/ kahanggi, anak boru, dan mora), hatobangon, harajaon torbing balok, raja pangundian, raja panususnan bulung, alim ulama, cerdik pandai dan seluruh undangan. Kehadiran partisipan pada upacara mangupa horja godang dengan hadirnya tokoh adat pada upacara siriaon (suka cita) menunjukkan eksistensi suhut dalam maradat 12 cukup besar karena kehadiran tokoh-tokoh adat tersebut, karena tokoh adat dianggap begitu penting pada upacara tersebut, dengan kehadiran itu akan memberikan rasa suka cita pada suhut sihabolonan juga pada tokoh-tokoh adat untuk dapat menyampaikan hal-hal adat pada upacara mangupa tersebut yang dimulai dari tuan rumah (suhut sihabolonan). Setelah seluruh tamu dan yang diundang hadir pada upacara adat dimulai, seluruh unsur tokoh-tokoh adat menyampaikan kata-kata adat mangupa. Bila ada tokoh adat tidak diberikan kesempatan untuk berbicara (mandokkon hata/ marhata) pada upacara adat mangupa tersebut maka tokoh adat tersebut akan sangat tersinggung dan malu, karena merasa kehadirannya dianggap tidak dihargai. 12 Maradat (beradat) mengerti adat dan sopan, ada asumsi di luhak Angkola orang-orang akan berusaha melaksanakan upacara adat karena upacara adat dianggap menambah prestise di masyarakat dan berusaha melaksanakan upacara adat pada setiap kegiatan.

98 Pada pembukaan upacara mangupa adat Angkola ditandai dengan manyurduon burangir sampe-sampe (daun sirih) pertanda sidang adat yang dimulai setelah orang kaya bertanya kepada Raja Panusunan Bulung dengan meminta petunjuk apakah upacara adat dapat dimulai. Sidang adat dimulai setelah diatur urutan berbicara oleh orang kaya, sehingga sidang adat Angkola berjalan dengan tertib dengan menonjolkan suasana akrab dalam bertutur kata. Ada perbedaan dalam menyampaikan kata-kata nasihat pada adat mangupa di luhak Angkola dengan kata-kata nasihat pada adat mangupa di luhak Mandailing. Pada luhak Mandailing kata-kata nasihat hanya disampaikan oleh kaum/ barisan bapakbapak saja, karena kaum ibu telah mewakilkannya kepada kaum bapak. Sedangkan pada adat mangupa di luhak Angkola dengan kata-kata nasihat adat mangupa kaum ibu diberikan kesempatan menyampaikan kata-kata adat mangupa boru na marbagas. Pengaturan partisipan pada upacara mangupa horja godang dalam menyampaikan hata mangupa dan tuntunan hidup berumah tangga di mulai dari: suhut sihabolonan, kahanggi, anak boru, pisang rahut, mora, ompu ni kotuk, hatobangon, harajaon, orang kaya, raja pangundian, dan Raja Panusunan Bulung. Agar lebih jelas pengaturan pada upacara adat mangupa dalam urutan pandok hata (pembicara) mangupa dalam upacara adat Angkola, disesuaikan dengan kedudukan adatnya pada dalihan na tolu, anatara lain: suhut (kahanggi), anak boru, pisang rahut, mora, dan mora ni mora (hula dongan). Setelah menyuguhkan sirih selesai dilaksanakan, mulailah mengkobarkan pangupa (atau menyampaikan kata-kata mangupa. Penyampaian kata mangupa oleh dalihan na tolu (suhut sihabolonan) selanjutnya audien menyampaikan kata-kata mangupa sesuai dengan urutannya yaitu: 1) anak boru membuka hata pangupa dengan kalimat yang sopan, 2) ibu pengantin laki-laki mandok hata mangupa menyampaikan isi

99 hatinya, sesuai dengan maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara mangupa adat Angkola, dan 3) kahanggi hombar suhut, anak boru, pisang ruhut, mora, hatobangonharajaon, semua kaum ibu. Kemudian dibalas menyampaikan hata mangupa oleh: 1) hatobangon, 2) harajaon, 3) orang kaya luat, 4) orang kaya bayo-bayo, 5) raja pangundian (raja pamusuk), dan 6) raja panusunan bulung. Agar lebih jelas sidang adat akan dilihat alur berbicara pada waktu upacara mangupa adat Angkola menyampaikan kata-kata nasihat adat, untuk lebih jelas yaitu: Orang kaya,suhut sihabolonan dimulai dari ibu mempelai laki-laki, Ayah mempelai laki-laki dan, Kahanggi, Hombar suhut, Anak boru,mora dongan, Mora ni mora (pisang rahut), Ompu ni kotuk,hatobangan, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Raja-raja luat, Raja pangundian (raja pamusuk),orang kaya luat dan Raja Panusunan Bulung. 4.8 Pemberian Gelar Adat Sebelum dilaksanakan upacara mangupa pada upacara perkawinan adat Angkola dilakukan musyawarah adat untuk memilih pemimpin upacara adat yaitu memilih raja panususnan bulung oleh para harajaon yang hadir sebanyak 123 harajaon yang hadir pada rapat raja-raja di Luat Tapanuli maka dipilihlah yang menjadi raja panusunan bulung adalah Sutan Panangaran. Keberadaan raja panusunan bulung yang akan memimpin seluruh upacara adat selama upacara adat di tempat tersebut. Begitu pula pada tradisi lisan mangupa adat Angkola yang puncaknya memberikan gelar matobang 13 berdasarkan hasil musyawarah adat. Gelar matobang merupakan gelar yang akan disebutkan selama upacara adat (berlaku sepanjang adat) atau gelar panggilan, karena 13 Gelar matobang gelar yang diberikan hanya kepada anak yang orang tuanya telah melakukan upacara adat, gelar matobang berlaku sepanjang adat, sebagai tanda bahwa pengantin telah membayar adat,.

100 menurut pemahaman adat memanggil nama dianggap tabu. Jadi, setiap masyarakat adat Angkola akan memanggil dengan gelar adat, atau marganya. Puncak tradisi lisan mangupa adat Angkola memberikan gelar adat matobang, yaitu dengan mengumumkan gelar adat kepada mempelai tetapi keluarga besar suhut sihabolonan yang hadir pada upacara adat mengupa tersebut diberi gelar adat. hal tersebut berdasarkan hasil rapat adat luat se-tapanuli, Raja Panusunan Bulung yang terpilih Sutan Panangaran yang memimpin upacara adat mangupa mengumumkan gelar adat matobang yang berlaku sepanjang adat yaitu: dr. Aditya Rizky Monang Pasaribu diberi gelar adat Baginda Monang Pinayungan dan Sheilla Nabila Asepti Br Siregar, S.Ked. diberi gelar adat Namora Nauli Basa gelar tersebut berlaku sepanjang adat. Gelar-gelar adat suhut sihabolonan (tuan rumah) disampaikan kepada seluruh masyarakat adat berdasarkan hasil musyawarah raja-raja adat, agar lebih jelas lihat tabel di bawah ini: Tabel 12 Penabalan Gelar Raja-raja Suhut Sihabolonan No Nama Gelar Adat Ket. 1. H. Bomer Pasaribu Patuan Satia Raja Anak ke-1 Hj. Sariana Lubis Naduma Sari Oloan 2. H. Panusunan Pasaribu Patuan Muda Parlindungan Anak ke-2 Hj. Isna Irawati Srg Naduma pardamean 3. H. Ibrahim Pasaribu Patuan Parlauangan Anak ke-3 Hj. Masmuda Siregar Naduma Parlaungan 4. H. Sahrul M. Pasaribu Patuan Mangarahon Anak ke-4 Hj. Saulina Siregar Naduma Parluhutan 5. H. gusirawan Pasaribu Patuan Pardamean Hadengganan Anak ke-5

101 Hj. Asrida Asri Siregar Naduma Pardomuann 6. H. Jon Suyadi Pasaribu T. Muda Padang Bolak Anak ke-6 Hj. Benita Muliati Srg Naduma Nauli Tobat 7. H.Indra Haruan Ritonga Sutan Hagabe Hatorkisan Anak ke-7 Hj. Lisnawati Pasaribu 8. KA. Mahmud Fitri K. Rangkuti H.Ubi Novita Pasaribu Naduma Sada Haholongan Sutan Aulia Sakti Namora Cahaya Bangis Keponakan 9. Boi Iskandar Makobul P Tongku Raja Pinayungan Keponakan Santi Dewi Wijayanti Nst Naduma Sinaran Bintang 10. M. Arif Dermawan Nst Baginda Di Aceh Keponakan Indra Netti Pasaribu 11. Agus maka kesuma Rangkuti Adi Tampus Pasaribu Sutan Sidik Palembang Sutan Sidik Palembang Namora Boru Nauli Keponakan 12. Indra Gunasti Munthe Baginda Raja Bolon Keponakan Dika Safitri Pasaribu Namora Oloan 13 H. doli Putra P. Psb Sutan Doli Parlindungan Keponakan Rosalina Siregar 14. Dodi Nurman Saputra Ritonga Elisa Harahap Namora Hasayangan T. Murung Parlagutan Keponakan Namora Natama Maharani 15. Harkin Pasaribu Baginda Halaosan Keponakan Yuridawati Daulay Namora Hadomuan 16. Mosour Pasaribu Baginda Parimpunan Keponakan Imawati Tambunan Namora Nadenggan 17. Hasidah Pasaribu Baginda Parlindungan Keponakan

102 Damro Pakpahana 18. Edo D. Darmadi Putra Pasaribu Leak Harti Nasution Namora Parlagutan Sutan Hadenggan Naora Hasian Keponakan 19. Ade Ahfit Pasaribu Sutan Oloan Nabisuk Keponakan Paramita Lestari Namora Nauli Roha 20. H. Ali Basrah Pasaribu Baginda Hamonangan Keponakan Hj. Asnawati Namora Nauli Hasanyangan Ditabalkan raja-raja adat dalihan Natolu di horja Bolon pada hari Sabtu tertanda suhut sihabolonan, Prof. Dr. Bomer Pasaribu. Padangsidimpuan, 18 Oktober 2014 Raja Panusunan Bulung Raja Pamusuk Orang Kaya Luhat Sutan Panangaran Baginda Martua Tongku Kumala Upacara mangupa horja godang yang merupakan bagian akhir pada upacara perkawinan adat Angkola tanggal 17 Oktober 2014 dan 18 Oktober 2014 bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan oleh Harajaon yang dipilih oleh 123 Harajaon yang hadir pada rapat raja-raja di Luat Tapanuli maka dipilihlah yang menjadi Raja Panusunan Bulung Sutan Panangaran. Keberadaan Raja Panusunan Bulung yang akan memimpin seluruh upacara adat selama upacara adat di tempat tersebut. Begitu pula pada upacara adat mangupa horja godang yang puncaknya memberikan gelar matobang berdasarkan hasil musyawarah adat. Gelar matobang merupakan gelar yang akan disebutkan selama berlaku upacara adat (sepanjang adat) atau gelar panggilan,

103 karena menurut pemahaman adat memanggil nama dianggap tabu. Jadi, setiap masyarakat adat Angkola akan memanggil dengan gelar adat, atau marganya. Puncak upacara mangupa horja godang memberikan gelar adat matobang, yaitu dengan mengumumkan gelar adat kepada seluruh yang hadir pada upacara adat mangupa horja godang tersebut. Berdasarkan hasil rapat adat, Raja Panusunan Bulung terpilih adalah Sutan Panangaran yang memimpin upacara adat mangupa horja godang mengumumkan gelar adat matobang yang berlaku sepanjang adat.

104 BAB V TEKS, KOTEKS, DAN KONTEKS TRADISI LISAN MANGUPA HORJA GODANG ADAT ANGKOLA 5.1 Teks Tradisi Mangupa Horja Godang Adat Angkola Performansi tradisi lisan mangupa adat Angkola sebagai wujud tanggung jawab kedua orang tua kepada anak maupun menantu, hal itu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur tercapainya suatu keinginan untuk merayakan upacara perkawinan atau suatu keinginan. Pada tradisi mangupa sebagai bagian dari upacara perkawinan adat Angkola (patobang Anak atau haroan boru), yang tradisi mangupa sebagai salah satu rangkaian mata upacara perkawinan adat Angkola. Performansi tradisi mangupa sebagai puncak upacara adat, yang biasanya dilaksanakan pada pagi hari, yaitu sebelum matahari tepat di tengah (tengah hari), tetapi kini telah terjadi pergeseran waktu Performansi upacara mangupa yaitu dilakukan pada siang hari atau sore hari setelah kembali dari upacara adat to tapian raya bangunan (secara simbolik ke pinggir sungai). Performansi teks kalimat mangupa yang disampaikan oleh dalihan na tolu pada alur tradisi lisan mangupa di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal sampai dengan Oktober 2014, yaitu dimulai dari: a) Orang kaya (MC, pembukaan), b) ibu mempelai laki-laki dan suhut sihabolonan, c) ayah mempelai laki-laki dan kahanggi, d) mora dongan, e) Pisang rahut, f) hatobangan, g)

105 alim ulama, h) unsur pemerintahan, i) harajaon, j) orang kaya bayo-bayo, k) Raja Pangundian (Raja Pamusuk), dan l) Raja Panusunan Bulung. Kemudian dibalas oleh kedua pengantin. Upacara adat mangupa acara inti adalah menyampaikan kata-kata nasihat dan tuntunan hidup berumah tangga. Jadi, intinya memberikan wejangan hidup berumah tangga berupa kata-kata nasihat mangupa. Tradisi mangupa kepada kedua mempelai yang mendapat wejangan dan tuntunan berupa kalimat-kalimat nasihat hidup berumah tangga dari seluruh keluarga dan seluruh komunitas adat. Kalimat-kalimat nasihat mangupa yang ditranskripsikan dalam bentuk teks mangupa kemudian dianalisis dan dikelompokkan menjadi delapan bagian yang terdiri dari: 1) Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Doa ucapan selamat berumah tangga, 3) Pesan-pesan hidup rukun dan damai (keluarga sakinah), 4) Bersilaturahim dengan sanak keluarga dan masyarakat, 5) Taat beragama, 6) Diberi anak yang saleh dan saleha, 7) Rajin dan giat berusaha, 8) Hemat dalam menggunakan uang, agar lebih jelas akan diuraikan satu persatu Teks Mangupa yang Isinya Mengucapkan Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa Rangkaian upacara perkawinan adat Angkola tradisi mangupa merupakan hal yang dinantikan karena, pada tradisi mangupa kedua mempelai mendapat wejangan dan kata-kata nasihat hidup berumah tangga dari seluruh keluarga dan seluruh komunitas adat. Kalimat-kalimat nasihat mangupa yang ditranskripsikan dalam bentuk teks mangupa kemudian dianalisis kata-kata nasihat yang disampaikan komunitas adat yang mengucapkan pujian kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Kalimat mangupa agar mengingatkan kedua

106 mempelai sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Dan agar kedua mempelai tetap ingat kepada yang kuasa. Isi teks mangupa yang disampaikan oleh suhut sihabolonan dan seluruh komunitas adat pada teks mangupa berikut: memberikan kata-kata nasihat merupakan tanggung jawab semua masyarakat adat, sehingga sakralnya upacara adat bertujuan menuntun kedua mempelai (dua simanjujung) agar lebih matang dalam bermasyarakat, Tabel 13 Teks Mangupa yang isinya Mengucapkan Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa Pelaku Adat Teks Mangupa Makna Teks Anak Boru Bismillah ma hata na Dengan nama Allah kata (posisi adat mula-mula ni hata dohonon yang pertama diucapkan pada dalihan tontu dalan tu Tuhanta merupakan jalan kepada natolu) tontu Tuhan kita tentunya Ompung (Nenek Perempuan)...loja munu di ari mulai hari natuari on, torus diari sadarion. Attong songoni ma sude sanga aha na tarparkarejoon mulai dari natuari, loput sadarion, mudah-mudahan diberkati Tuhan na markuasai lelah kalian mulai dari kemarin sampai hari ini, walaupun begitu semua yang kalian kerjakan mudah-mudahan diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa Kalimat optatif/ desideratif sebagai kalimat harapan juga merupakan kalimat doa agar keinginan, cita-cita, harapan dapat terwujud, namun pada teks mangupa hal tersebut dapat tercapai. Pada teks mangupa disebutkan: loput sadarion, mudah-mudahan diberkati Tuhan na markuasai artinya: lelah kalian mulai dari kemarin sampai hari ini, walaupun begitu semua yang kalian kerjakan mudah-mudahan diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa Tabel 14 Teks Mangupa yang Isinya Mengucapkan Keinginan, Cita-cita, Doa dan Harapan dapat Terwujud kepada Tuhan Yang Maha Esa

107 Pelaku Adat Teks Mangupa Makna Teks Orang Tua (Pengantin laki-laki) na dipotang arion malehen hata pasu-pasu tu anak sakarini hita ucapkan pertama-tama syukur alhamdulillah tu namar kuasoi na dung arti na malehen kesempatan sehingga tahap demi tahap sudah kita lewati jadi on,.. berarti na mangido do Tuhan namarkuasoi, on bukannya hita menduaduakan tidak, bukan kita artinya membandingbandingkan ndak, dalam mandoa tu Tuhan dalam mangido doa artina on dalam mangido tu Tuhan Namarkuasoi on sebagai lambang sasudena on Saya... pada sore hari ini yang memberikan kata-kata nasihat kepada anak kami, oleh karena itu, pertamatama kita ucapkan syukur segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi kesempatan sehingga tahap demi tahap sudah kita lewati meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, ini bukan artinya kita menduaduakan tidak, bukan kita membanding-banding tidak, dalam berdoa kepada Tuhan dalam meminta doa Tuhan Yang Maha Kuasa, ini semua hanya sebagai lambang Isi teks mangupa sebagai perwujudan keyakinan kepada Sang Khalik dengan memanjatkan doa sehingga tidak ada tempat meminta kecuali kepada Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa. Merujuk doa pada teks mangupa tersebut tersirat makna keyakinan yang mendalam pada setiap komunitas Angkola kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Angkola yang religiutas dan sangat meyakini keberadaan Tuhan sebagai Sang Khalik sebagai tempat meminta, atas tercapainya keinginan dan harapan-harapan, hal itu dipertegas dengan kalimat-kalimat di atas. Pada teks mangupa pada kalimat mangupa yang disampaikan orang tua mempelai laki-laki kepada pengantin atau kepada seluruh undangan dan komunitas adat tersirat makna yang mengkhawatirkan asumsi tamu dan undangan yang bukan komunitas adat, bahwa upacara mangupa tersebut

108 dengan menggunakan sesajen atau sejenisnya yang diyakini sebagai kepercayaan kepada selain Yang Maha Kuasa, hal ini disebabkan menggunakan media atau perangkat/ bahan pangupa menggunakan berbagai jenis hewan, dan perangkat pangupa lain. Hal itu dipertegas dengan teks pangupa:...on bukannya hita menduaduakan tidak, bukan kita artinya membanding-bandingkan ndak, dalam mandoa tu Tuhan dalam mangido doa artina on dalam mangido tu Tuhan Namarkuasoi on sebagai lambang sasudena on... artinya: meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, ini (upacara mangupa) bukan artinya kita mendua-duakan (Tuhan) tidak, bukan kita membanding-banding tidak, dalam berdoa kepada Tuhan dalam meminta doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, ini semua hanya sebagai lambang Penggunaan perangkat/ bahan pangupa yang terdiri dari hewan seperti kerbau, kambing, ayam dan telur ayam yag tersusun di atas anduri/ dianggap sebagai sesajen yang sebenarnya merupakan simbol yang memiliki makna yang dikhawatirkan pada para tamu dan undangan yang bukan komunitas adat, bahwa upacara mangupa tersebut dengan menggunakan sesajen atau sejenisnya yang diyakini sebagai kepercayaan kepada selain Yang Maha Kuasa Teks Mangupa yang Isinya Doa agar sehat-sehat dan Ucapan Selamat Berumah Tangga Teks mangupa adat yang disampaikan oleh suhut sihabolonan, dalihan na tolu, harajaon, hatobangon dan seluruh komunitas adat memiliki pesan-pesan yang disampaikan kepada kedua mempelai sebagai ucapan selamat berumah tangga dan doa untuk kesehatan keselamatan, cepat memiliki momongan, menjadi

109 keluarga sakinah dan lainnya. Pandok hata, yang menyampaikan kata-kata mangupa memiliki pesan yang dengan harapan setiap orang. Sehingga isi teks mangupa dijabarkan secara jelas sebagai bentuk besar hati komunitas adat atas upacara mangupa adat Angkola. Berikut teks mangupa yang yang menjelaskan doa dan ucapan selamat pada upacara adat mangupa melalui teks mangupa, Tabel 15 Teks Mangupa yang Isinya Doa agar Sehat-sehat dalam Berumah Tangga Pelaku Adat Teks Mangupa Makna Teks Orang kaya Anak boru hape madung tarpayak payakon holong ni anak holong ni ina sude ma hita mandokkon horas akke saut tulus na diangan-angan, horas horas... horas yang sudah terletak, meletakkan kasih sayang ibu kepada anak semua kita mengucapkan horas, agar tercapai apa yang kita dicita-citakan horas horas... horas Teks mangupa yang disampaikan ibu pada upacara mangupa kepada anak dan menantu menunjukkan kasih sayang ibu kepada anak dan menantu pada teks mangupa: hape madung tarpayak, payakon holong ni anak holong ni ina arti kalimat mangupa tersebut yang sudah terletak, meletakkan kasih sayang anak dan kasih sayang ibu Kalimat mangupa yang disampaikan ibu kepada anak dipertegas pula oleh anak boru ketika membuka bahan pangupa dengan kalimat: sude ma hita mandokkon horas akke saut tulus na diangan-angan, horas horas..horas artinya: semua kita mengucapkan horas, agar tercapai apa yang kita dicita-citakan horas..horas..horas

110 Makna teks mangupa yang disampaikan oleh nenek kepada pengantin pada upacara mangupa menguraikan maksud agar sehat-sehat dan menerima nasihat pada upacara mangupa sehingga memilik semangat dan seluruh maksud upacara mangupa diterima tubuh dan badan mempelai (mudah-mudahan diterima tondi dohot badan munu) hal itu yang disampaikan oleh seluruh tokoh adat dalihan na tolu seperti pada teks mangupa berikut: Tabel 16 Teks Mangupa yang Isinya Doa agar Sehat-sehat Pelaku Adat Teks Mangupa Makna Teks Nenek Perempuan (Ompung adaboru) markasehatan mandapot rasoki. Diterima tondi dohot badan munu, bahat rasoki markasehatan ma hita sude, parmaenku sude marsehatsehat, so get ro pahomppu songoni Abang, Akkang sehat ma, rap hita doa on sehat-sehat, mendapat rezeki diterima semangat dan tubuh kalian, banyak rezeki, berkesehatanlah kita semua, menantuku (pr) semua sehatsehat agar datang cucu, begitu pula abang, abang sehatlah, sama kita doakan Pada teks mangupa adat Angkola yang disampaikan oleh unsur dalihan na tolu sebagai doa agar memiliki kesehatan pada teks Diterima tondi dohot badan munu, bahat rasoki markasehatan ma hita sude, parmaenku sude marsehat-sehat, so get ro pahomppu songoni Abang, Akkang sehat ma, rap hita doa on... yang berarti: sehatsehat, mendapat rezeki diterima semangat dan tubuh kalian, banyak rezeki, berkesehatanlah kita semua, menantuku (pr) semua sehat-sehat agar datang cucu, begitu pula abang, abang sehatlah, sama kita doakan, dan panjang umur. Kesehatan sesuatu faktor penting dalam kehidupan sehingga kesehatan sesuatu yang diprioritaskan, begitu pula hidup berumah tangga agar semua yang hadir tetap diberi kesehatan, terutama kedua pengantin yang diupa-upa agar cepat memiliki momongan dan panjang umur. Jadi, semua

111 yang menyampaikan kata-kata pangupa mengharapkan kesehatan sebagai doa pada kalimat-kalimat mangupa di atas. Kalimat yang disampaikan ibu kepada anak/ menantu (pengantin) ketika menyerahkan sirih (manyurduon burangir) pada upacara mangupa adat Angkola dengan kalimat, Parmaen mudah-mudahan Amang, Parmaen upa-uspa ni tondi, ditarima tondi dohot badan muyu yang artinya: Mudah-mudahan anakku, Menantu (pr) upa-upa ini diterima semangat dan tubuh/ badan kalian Tabel 17 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Doa agar Seiya sekata dan Selamat Berumah Tangga Pelaku Adat Teks Mangupa Makna Teks Ibu pengantin laki-laki Inanguda (adik ayah pengantin pria) Amang, Maen hita sehat-sehat ma nian hita na marbagasaon martambah-tambah rasoki ma ita dalam keadaan job ni roha, syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul ninna, rap tu jae rap tu julu on pe Amang, Parmaen ditarima tondi dohot badan munu na tarpayak di jolo munu on (ibu) Songoni Amang, Parmaen, baen ma tarpayak pangupa di jolomunu mudah-mudahan ditarima tondi dohot badan munu, songoni mada Uma, Bapak mambaen pangupa dihamunu patidaon sada sagodang niroha, songoni hamu Anakku, menantu semoga kita sehat walafiat yang berumah tangga, bertambah rezeki, dalam keadaan senang hati, syukurlah seia sekata seperti siala sampagul katanya selalu bersama-sama ke sana ke mari anakku dan menantu (pr) diterima semangat dan dan tubuh kalian Begitulah anakku, menantu (pr) karena sudah diletakkan pangupa di hadapan kalian mudah-mudahan diterima semangat dan badan kalian, begitu pula umak dan bapak yang menyiapkan pangupa kepada kalian menunjukkan kebesaran hati, Begitu pula pada teks mangupa yang menguraikan tentang doa agar sehat-sehat dalam hidup berumah tangga hal itu pada teks mangupa: Amang, Maen hita sehat-sehat

112 ma nian hita na marbagasaon yang artinya seluruh keluarga sehat-sehat setelah upacara perkawinan, hal itu dipetegas dengan kalimat doa agar ditambah rezeki hal disebutkan pada teks mangupa: martambah-tambah rasoki ma ita dalam keadaan job ni roha, yang artinya bertambah tambah rezeki sehingga walaupun upacara perkawinan bagi Luhak Angkola sesuatu yang bersifat menghabiskan tetapi stelah kedua pengantin hidup berumah tangga rezeki bertambah (berlimpah) dan dalam keadaan baik sesuai yang dicita-citakan. Rasa syukur yang kepada Tuhan atas terselenggaranya seluruh rangkaian upacara perkawinan yang puncak upacara adalah upacara mangupa adat Angkola, pada teks mangupa disebutkan rasa syukur dan doa (ibu mempelai laki-laki) yang bersifat harapan agar kedua mempelai seiya sekata, karena kehidupan berumah tangga harus bisa saling memahami yang diibaratkan seperti buah siala sampagul hal itu diungkapkan dalam teks mangupa: syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul ninna, rap tu jae rap tu julu harapan yang besar dari kedua orang tua kepada anak dan menantu agar dapat menerima seluruh nasihat yang ditamsilkan dengan bahan-bahan pangupa pada teks mangupa: on pe Amang, Parmaen ditarima tondi dohot badan munu na tarpayak di jolo munu on Harapan yang besar dari kedua orang tua kepada anak dan menantu agar menerima seluruh nasihat yang diibaratkan dengan bahan-bahan pangupa ditegaskan pula oleh nenek pengantin laki-laki (ompung adaboru) dengan teks pangupa: songoni Amang, Parmaen, baen ma tarpayak pangupa di jolomunu mudah-mudahan ditarima tondi dohot badan munu, songoni mada Uma, Bapak mambaen pangupa dihamunu patidaon sada sagodang niroha, songoni hamu yang artinya: Begitulah anakku, menantu (pr) karena sudah diletakkan pangupa di hadapan kalian mudah-mudahan diterima semangat dan badan kalian, begitu pula umak dan bapak yang menyiapkan

113 pangupa kepada kalian menunjukkan kebesaran hati kedua orang tua kepada kedua mempelai Teks Mangupa yang isinya agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) Kasih sayang kedua orang tua kepada anak menurut pandangan adat Angkola tetap menjadi prioritas seperti pada pepatah menyebutkan anakkokki do hamoraon di au pepatah tersebut selalu diyakini setiap suku Tapanuli mengandung makna anak adalah raja bagi orang tuanya. Sehingga, pada upacara perkawinan orang tua berusaha agar upacara perkawinan tersebut semeriah mungkin, sehingga semakin besar upacara perkawinan akan memberikan kebanggaan pada upacara adat perkawinan, hal itu karena, puncak upacara perkawinan adalah tradisi mangupa yang berisikan nasihat-nasihat hidup berumah tangga. Nasihat hidup berumah tangga yang disampaikan oleh seluruh tokoh adat dalihan na tolu pada upacara mangupa adat Angkola yang bermakna agar hidup rukun dan damai (menjadi keluarga sakinah) dapat dikategorikan tiga bagian yaitu: 1) nasihat yang menggunakan kalimat kiasan, 2) nasihat yang menggunakan Kalimat lugas, 3) nasihat yang menggunakan Kalimat contoh konkret pada kehidupan, berdasarkan hal itu pada teks mangupa hal tersebut disebutkan pada teks mangupa di bawah ini: Teks dalam Performansi Mangupa Yang Berisi Nasihat agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan Menggunakan Kalimat Kiasan Kalimat nasihat yang disampaikan dalihan na tolu dan seluruh kerabat kepada mempelai, terutama suhut sihabolonan biasanya disampaikan dengan

114 penuh keharuan antara bahagia dan sedih. Bahagia karena tugas sebagai orang tua telah selesai mengantarkan putra-puterinya untuk hidup berumah tangga, sedih karena harus melepaskannya untuk hidup dengan keluarga yang dibinanya. Katakata pangupa yang disampaikan oleh kaum kerabat dalihan natolu berisikan doadoa dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar yang diupa-upa hidup rukun dan damai menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah disampaikan dalam kalimat kiasan seperti pada tabel 18 di bawah ini: Tabel 18 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Doa agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan Menggunakan Bahasa Kiasan PELAKU ADAT Ibu (Orang tua pengantin laki-laki) Inanguda (Suhut) Ompung 2 (Nenek PR) TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul ninna, rap tu jae rap tu julu Maen marsiahaan hamu da Maen, ulang adong ma lain, pade tu Edamu, Maen. moga-moga hamu martamba sehat, aha nakkinani natarsittasitta di roha munu. madungi happisang ulang dua kali mardakka tarsahat nakkinani di ari na sadario, attong ta pa bahat doa songoni na hudokkanon Pahompu on, songoni na didokkon ni Maen, sakali sampur happisang ulang dua kali mardakka on marduppang aso tarsambung tu jae dohot tu julu. MAKNA syukurlah seia sekata seperti siala sampagul katanya selalu bersama-sama ke sana ke mari begitu pula menantu jangan ada yang beda baik-baik kepada kakak iparmu menantu (pr) moga-moga kalian bartambah sehat, apa yang menjadi citacita di dalam hati kalian. setelah itu, pisang jangan sampai dua kali berbuah jadi kandali hari ini, begitupun banyaklah berdoa apa yang kusampaikan tadi cu begitu pula menantu (Maen), sakali pisang berbuah jangan dua kali pandai-pandai berkeluarga ke sana ke mari (menjalin silaturahim kepada berkeluarga besar ke pihak keluarga lakilaki dan keluarga perempuan)

115 Isi pembicaraan yang disampaikan pada saat menyampaikan kata-kata nasihat agar hidup rukun damai dalam berumah tangga dengan menggunakan bahasa kiasan pada tradisi mangupa adat Angkola seperti: syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul nina, rap tu jae rap tu julu yang artinya: syukurlah se-iya sekata seperti siala sampagul katanya selalu bersama-sama ke sana ke mari. Nasihat yang disampaikan dengan menggunakan kiasan buah siala sampagul yaitu buah yang rasanya asam bentuknya dalam bentuk tandan yang cukup kokoh karena bersatu. Kalimat nasihat yang disampaikan oleh nenek (perempuan), a) happisang ulang dua kali mardakka ta pa bahat doa songoni na hudokkanon Pahompu on, b) sakali sampur happisang ulang dua kali mardakka on marduppang aso tarsambung tu jae dohot tu julu Yang artinya: a) pisang jangan sampai dua kali berbuah b) sakali pisang berbuah jangan dua kali, pandai-pandai berkeluarga ke sana ke mari. Kalimat nasihat yang dimaksudkan dengan happisang ulang dua kali mardakka dipertegas dengan kalimat nasihat kedua. sakali sampur happisang ulang dua kali mardakka on marduppang aso tarsambung tu jae dohot tu julu makna kalimat bahwa kalau bisa sama dengan kiasan pohon pisang untuk berbuah hanya satu kali seumur pohon pisang tersebut, tamsilan itu juga digunakan nenek (pr) untuk perkawinan sebaiknya satu kali seumur hidup jangan sampai dua kali, yang dipertegas sampai dua kali. Jadi nasihat hidup berumah tangga tersebut berharap agar keluarga tersebut menjadi keluarga yang rukun damai dan sejahtera atau bahasa Arab dikenal dengan keluarga sakinah mawaddah warohmah. Hal itu

116 dipertegas pula dengan pula dengan pandai-pandai menyambung hubungan silaturahim kepada kerabat yang dipertegas dengan kalimat: tarsambung tu jae dohot tu julu yang artinya pandai-pandai hidup berkeluarga besar ke pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan. Penggunaan kalimat kiasan berikut juga disampaikan oleh Inanguda (suhut) Menggunakan kata kiasan, Maen, marsiahaan hamu da Maen, ulang adong ma lain, pade tu Edamu, Maen Yang artinya: menantu, saling menyayangi (makna dapat lebih luas yang positif) ya menantu, jangan bertingkah macam-macam, baik-baik kepada kakak iparmu, ya menantu (pr). Penggunaan kalimat bersayap yang dimaksudkan Inanguda pada saat menyampaikan nasihat mangupa tersebut cukup luas maknanya, karena pada bahasa adat Angkola untuk menyampaikan sesuatu kepada secara lugas dan langsung dianggap tidak sopan maka dengan menggunakan bahasa kiasan dapat dimaknai lebih luas. Hal itu terlihat pada teks mangupa, Maen, marsiahaan hamu da Maen dapat bermakna a) pandai-pandai memasukkan diri kepada suami, b) pandai-pandai untuk melayani suami, c) saling menyayangi, dengan menghilangkan sifat-sifat masa kanak-kanak. d) pandai-pandai memasukkan diri kepada keluarga besar suami, hal itu dipertegas dengan kalimat berikut, ulang adong ma lain, pade tu Edamu, Maen kalimat ma lain itu juga menggunakan bahasa kiasan yang bersayap sehingga jangan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tatanan adat, pandai membawakan diri, begitu pula pesan khusus yang disampaikan Inanguda kepada menantu perempuan ada pesan khusus tersebut bermakna: a) karena suaminya anak laki-aki satu-satunya (anak sakkibung), b) semua saudara suaminya adalah perempuan, c) saudara perempuan suaminya

117 merasa tersisih dalam kasih sayang saudaranya, d) saudara perempuan suaminya merasa menantu (pr) akan menguasai saudara laki-lakinya. Penggunaan bahasa pada kalimat nasihat mangupa yang cukup halus dan sopan, disamapaikan oleh Inanguda kepada menantu (pr) agar semua kalimat nasihat dilaksanakan oleh menantu. Di samping itu agar kalimat nasihat terasa lebih dekat seperti kalimat yang bersifat membuju, hal itu terlihat digunakan pada kalimat, Maen, marsiahaan hamu da Maen, ulang adong ma lain, pade tu Edamu, Maen Yang artinya: menantu, saling menyayangi (makna dapat lebih luas yang positif) ya menantu, jangan bertingkah macam-macam, baik-baik kepada kakak iparmu, menantu (pr). Penggunaan kalimat Maen yang merupakan singkatan dari parmaen yang berarti menantu (pr) diucapkan oleh Inanguda sebanyak tiga kali, dan disela itu dibujuk dengan kalimat da maen yang berarti ya menantu. Pemakaian kalimat nasihat itu biasanya diucapkan kepada anak-anak atau anak yang cukup disayangi sehingga, nasihat yang diucapkan sebenarnya memiliki fungsi memerintah secara halus dengan nada yang membujuk kepada anak sendiri. Begitulah kehalusan dan penggunaan kesantunan berbahasa pada masyarakat Angkola dalam bertutur sapa, sehingga yang mendengar merasa nyaman di telinga dan sejuk dihati unttuk melaksanakan seluruh amanah pada upacara mangupa tersebut Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Nasihat agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan Menggunakan Kalimat yang Lugas

118 Teks mangupa yang berupa kalimat nasihat hidup berumah tangga bagian kedua yaitu hidup rukun damai sehingga mempelai menjadi keluarga sakinah dengan mengggunakan bahasa yang lugas. Walaupun, pada umumnya menyampaikan dengan kalimat berkias dan kalimat bersayap dianggap dapat menyampaikan maksud sesuai dengan harapan tokoh adat dalihan na tolu. Di samping itu, teks mangupa yang disampaikan oleh tokoh adat Angkola diwujudkan dengan kalimat nasihat juga disampaikan dengan kalimatkalimat yang lugas atau langsung shingga makna yang diharapkan tokoh adat sama dengan makna yang ditangkap oleh kedua mempelai. Hal itu karena menghindari miskomunikasi antara tokoh adat dengan pengantin. Kalimat-kalimat lugas tersebut seperti pada tabel 19 teks mangupa di bawah ini yang disampaikan oleh orang tua pengantin laki-laki seperti: Tabel 19 Teks dalam Performansi Mangupa yang Disampaikan oleh Orang Tua (laki-laki) Isinya agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan Menggunakan Kalimat Lugas No Kalimat Nasihat Makna 1. Kadang-kadang ributma, rebut. Kadang-kadang ributlah, ribut ayahku ayahku bia dokkonon mada, kenapa rupanya, 2. 1karas inang nai hum sada doi, de mada karas ia ho pe do, 3. get mulak do pe bio do oppui songgokaon lek oppui, 4. padahal marsijagoon aturan hita na mangoluon 5. tanda na artina setiap manusia memang akan kita halangi, 6. namun perpecahan jangan sampai ke luar rel dei. karas emaknya Cuma satunya, kalau karas dia kaupun begitu! Mau pulang lagi, bagaimana ibumu, menangisnya ibumu, Padahal yang hidup ini mejaga aturan buktinya setiap manusia memang akan kita halangi (berpisah/ bertengkar) namun perpecahan jangan sampai ke luar rumah (tidak sesuai aturan).

119 7. Cukup kita sendiri menjaga setirnya jangan berpisah, Cukup kita (suami) sendiri memegang kendali, jangan berpisah 8. tanpa ikut campur pihak ke tiga. Jangan ikut campur pihak ke tiga. 9 Saya kira malo-malo hamu Amang... Parmaen 10 saya tidak mau mendengar masalah-masalah Rumah tangga sampai klop, 11 kalau bila perlu Hu dokkon tu Hamu, hida hamu Amang Boru kasi contoh hate Maen. 12 Malo ma Ho, hita markoum na bahat da, Hita on da bahat on, Saya piker, pandai-pandai kalian, anakku menantu saya tidak mau mendengar masalah-masalah rumah tangga (sampai kapanpun). kalau bila perlu, Ku katakana kepada kalian, contoh kami, beri contoh ya menantu. Pandai-pandailah kalian, kita memiliki keluarga yang banyak, banyaklah kita ini, 13 malo-malo ho sian jae sian julu do, Pandai-pandailah kalian memasukkan diri ke dalam keluarga dua belah pihak. 14 malo-malo ho soida ho, digorain dongan hamu do tukko harapan sude keluarga. 15 Mata terfokus tu Hamu, mata sekian ribu pasang di mana akhir dari perdagangan on.. Pandai-pandailah kalian biar kulihat kalian, ditegur seluruh keluarga, karena kalianlah harapan semua keluarga. Mata terfokus kepada kalian, mata sekian ribu pasang sampai di mana ini berakhir. 16 Tai tong sude pakaian halak on dipakai halak on adalah kebahagiaan di hamu on rukun damai hamu sebagai kebahagiaan di hamu di desa. 17 Cek-cok hamu awal malapetaka dina markoum. 18 Sakarani I ho do Maen Amang jago-jago. Sekali lagi saya bilang jaga-jaga, 19 betul-betul malo ma menyesuikan diri tu maradu moratta na adong artina di Pintu Padang. Aha sebab Walaupun begitu, semua ini pakaian, pakaian ini adalah kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Cek-cok kalian awal malapetaka yang berfamili. Oleh karena itu, kaliannya itu menantu anakku jaga-jaga. Sekali lagi saya bilang jaga-jaga, Pandai-pandailah menyesuikan diri kepada mora kita yang di Pintu Padang. apa sebabnya anakku

120 na Amang. 20 kira-kira harus dipilah sadia na giot mangan ma piga malam aturan yang berlalu, 21 sakkibung do atau habit pardandang, 22 hata-hata sipaingot, rumah tanggga yang baik, 23 rumah tangga bahagia, rumaha tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT harus dibagi-bagi berapa orang mau imakan sudah berapa hari yang telah dilewati. Anak satu-satunya atau kain pardandang. Kata-kata nasihat, rumah tanggga yang baik, rumah tangga bahagia, rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Pada teks mangupa digunakan kalimat nasihat yang lugas, dianggap cukup penting oleh tokoh masyarakat terutama orang tua mempelai hal itu, sebagai nasihat dan tuntunan hidup berumah tangga. Penggunaan kalimat yang lugas dianggap penting karena bila menggunakan kata berkias, dikhawatirkan kurang dipahami oleh kedua mempelai. Maka dengan menggunakan kalimat yang lugas orang tua berharap tuntunan dan nasihat itu dapat sebagai pegangan hidup berumah tangga. Kalimat yang lugas, di satu sisi dianggap cukup tegas untuk diikuti oleh anak dan menantu, agar semua kalimat nasihat dilaksanakan oleh kedua mempelai. Di samping itu agar kalimat nasihat itu sebagai karakteristik suku Angkola yang terbuka dan blak-blakan. Sehingga, karakter yang terus terang dapat lebih gamblang dipahami oleh pengantin yang di-upa-upa. Hal itu bertujuan agar keluarga yang rukun dan damai dapat dicapai. Kalimat nasihat yang disampaikan orang tua (pengantin pria) ketika mangupa, betul-betul digunakan kalimat yang lugas dan langsung ke tujuan mangupa yaitu menasihati agar hidup

121 rukun dan damai sehingga tujuan berkeluarga yaitu menjadi keluarga sakinah dapat terwujud. Hal itu dapat ditelaah pada teks mangupa dengan kalimat seperti: 1.Kadang-kadang ributma, ribut ayahku bia dokkonon mada, 2. karas inang nai hum sada doi, de mada karas ia, ho pe do, 3. get mulak do pe bio do oppui songgokaon lek oppui, yang artinya: 1) Kadang-kadang ribut la, ribut ayahku kok kenapa rupanya?, 2) keras emaknya Cuma satunya, kalau keras dia kaupun begitu! 3. Mau pulang lagi, bagaimana ibumu, menangisnya ibumu, Pada kalimat di atas ditujukan kepada anak dan orang tua (lk) karena kalimat nasihat itu bertujuan begitu sayangnya seorang ibu kepada anaknya, apalagi anak tersebut anak semata wayang (sakkibung) sehingga kasih sayang orang tua kepada anak pasti lebih, sehingga intervensi ibu kepada keluarga anak dan menantu cukup tinggi, istilah orang Angkola inangon 14 secara psikologis ini mengganggu kepada kenyamanan perasaan istri atas rumah tangga, karena suami selalu bertanya kepada ibunya, atau intervensi mertua kepada anak. Ini cukup jelas kalimat nasihat tersebut pada kalimat nasihat, karas inang nai hum sada doi, de mada karas ia, ho pe do Pada kalimat nasihat orang tua (lk) hal itu cukup tegas untuk mengingatkan anaknya jangan karena anak satu-satunya ibunya tidak dapat keras dalam menasihati atau istrinya jangan mencampuri urusan rumah tangga anak. Teks mangupa yang disampaikan oleh orang tua (laki-laki) isinya agar hidup rukun dan damai (menjadi keluarga sakinah) menggunakan kalimat lugas pada kalimat, 4. padahal marsijagoon aturan hita na mangoluon 5. tanda na 14 Inangon suatu sifat anak yang sangat patuh dan sayang kepada orang tua (ibu) sehingga semua keputusan rumah tangganya akan dikonsultasikan kepada ibunya, atau intervensi ibu pada setiap kebijakan rumah tangga anak.

122 artina setiap manusia memang akan kita halangi, 6. namun perpecahan jangan sampai ke luar rel dei. 7. Cukup kita sendiri menjaga setirnya jangan berpisah, yang artinya: 4. Padahal yang hidup ini mejaga aturan 5.buktinya setiap manusia memang akan kita halangi (berpisah/ bertengkar) 6. namun perpecahan jangan sampai ke luar rumah (tidak sesuai aturan). 7. Cukup kita (suami) sendiri memegang kendali, jangan berpisah. Pada kalimat nasihat ini cukup lugas karena tujuannya kepada kedua mempelai, yaitu semua rumah tangga berpulang kepada pribadinya asal tetap berpegang teguh pada aturan-aturan yang berlaku, pasti tidak ada kendala yang akan terjadi. Karena, semua kendali rumah tangga ada pada pihak suami, agar tetap memegang kendali rumah tangga, jangan malah sebaliknya. Karena keributan-keributan pasti ada tetapi, hal itu diupayakan jangan sampai keluar rumah, apalagi ke keluarga kedua belah pihak. Hal itu dipertegas lagi dengan kalimat berikut: 8. tanpa ikut campur pihak ke tiga. 9. Saya kira malo-malo hamu Amang... Parmaen. 10. saya tidak mau mendengar masalah-masalah Rumah tangga sampai klop, 11. kalau bila perlu Hu dokkon tu Hamu, hida hamu Amang Boru kasi contoh hate Maen.. Yang artinya: 8. Jangan ikut campur pihak ke tiga. 9. Saya pikir, pandai-pandai kalian, anakku menantu. 10. saya tidak mau mendengar masalah-masalah rumah tangga (sampai kapanpun). 11. kalau bila perlu, Ku katakan kepada kalian, contoh kami, beri contoh ya menantu. Kalimat kedelapan jelas bahwa orang ketiga selalu membuat masalah terhadap rumah tangga, pada kalimat tersebut itu harus dicermati bahwa kalimat 8. tanpa ikut campur pihak ke tiga digunakan oleh orang tua dengan lugas dan langsung dengan bahasa Indonesia

123 bukan bahasa Angkola, karena orang tua ingin kalimat itu jelas lugas dan langsung. Teks mangupa yang disampaikan oleh orang tua menggunakan kalimat lugas pada kalimat nasihat yang isinya rumah tangga yang rukun dan damai, akan dipantau oleh seluruh keluarga pihak laki-laki dan pihak perempuan dijelaskan dengan kalimat: 12. Malo ma Ho, hita markoum na bahat da, Hita on da bahat on, 13. malo-malo ho sian jae sian julu do, 14. malo-malo ho soida ho, digorain dongan hamu do tukko harapan sude keluarga. 15. Mata terfokus tu Hamu, mata sekian ribu pasang di mana akhir dari perdagangan on. 16. Tai tong sude pakaian halak on dipakai halak on adalah kebahagiaan di hamu on rukun damai hamu sebagai kebahagiaan di hamu di desa. Yang artinya: 12. Pandai-pandailah kalian, kita memiliki keluarga yang banyak, banyaklah kita ini, 13. Pandaipandailah kalian memasukkan diri ke dalam keluarga dua belah pihak. 14. Pandai-pandailah kalian biar kulihat kalian, ditegur seluruh keluarga, karena kalianlah harapan semua keluarga. 15. Mata terfokus kepada kalian, mata sekian ribu pasang sampai di mana ini berakhir. 16. Walaupun begitu, semua ini pakaian, pakaian ini adalah kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Pada kalimat nasihat mangupa secara lugas disampaikan bahwa mereka memiliki keluarga yang banyak, yang memantau dan melihat rumah tangga mereka, sehingga harus menjaga kerukunan itu sehingga kedua keluarga besar itu tetap akur. Karena, perkawinan itu, ialah mengawinkan kedua keluarga besar masing-masing, ditegaskan pada kalimat, 17. Cek-cok hamu awal malapetaka dina markoum. 18. Sakarani I ho do Maen Amang jago-jago. Sekali lagi saya

124 bilang jaga-jaga, Artinya: 17. Cek-cok kalian awal malapetaka yang berfamili. 18. Oleh karena itu, kaliannya itu menantu anakku jaga-jaga. Sekali lagi saya bilang jaga-jaga, apa sebabnya anakku. Jadi, kalimat nasihat itu dengan lugas dan tegas disampaikan orang tua bahwa pertikaian (cek-cok) di rumah tangga merupakan awal malapetaka berfamili, oleh karena itu jaga-jaga jangan sampai cekcok, hal itu sampai dua kali disebutkan yang diperkuat dengan kalimat, Sekali lagi saya bilang jaga-jaga. Hal itu mencerminkan ciri-ciri Luhak Angkola yang bersifat terus terang dalam menyampaikan sesuatu kepada anak dan menantu. Tetapi dalam hal menjaga hubungan kekerabatan kepada keluarga juga terlihat jelas dengan kalimat: 19. betul-betul malo ma menyesuikan diri tu maradu moratta na adong artina di Pintu Padang. Aha sebab na Amang. Yang artinya 19. Pandai-pandailah menyesuikan diri kepada mora kita yang di Pintu Padang. Kalimat nasihat berumah tangga pada upacara mangupa itu diharapkan tetap menjaga hubungan baik kepada seluruh kerabat terutama dengan mertua (tulang) sehingga terjalin hubungan yang harmonis kedua keluarga besar. Hidup rukun dan damai dipengaruhi oleh kemampuan dalam memenej keuangan, karena dalam rumah tangga hal itu cukup menentukan untuk rukun dan damai. Jadi pada upacara mangupa adat Angkola nasihat itu juga disampaikan oleh tokoh adat begitu juga orang tua mempelai, agar mengatur keuangan dengan bijak, kalimat nasihat mengenai hal itu disebutkan: 20..., kira-kira harus dipilah sadia na giot mangan ma piga malam aturan yang berlalu, yang artinya: 20. harus dibagi-bagi berapa orang mau dimakan sudah berapa hari yang telah dilewati, pada kalimat nasihat itu harus diatur keuangan dan disesuaikan dengan pos pengeluaran sehingga gaji cukup untuk kebutuhan sehari-hari, walaupun dia

125 anak satu-satunya harus dipikirkan semua pengeluaran disesuaikan dengan pemasukan sebagai contoh walaupun engkau anak tunggal upah pandandang harus kamu pikirkan, disampaikan dengan kalimat: 21. sakkibung do atau habit pardandang, yang artinya: 21.Anak satu-satunya atau kain pardandang. Pemakaian kalimat nasihat walaupun sifatnya lugas dan tegas hal tersebut menunjukkan kasih sayang orang tua kepada anak, apalagi anak laki-laki satu-satu yang pasti sangat disayangi sehingga, nasihat yang disampaikan agar anak hidup rukun damai, sehingga menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah disampaikan dengan kalimat nasihat: 22. hata-hata sipaingot, rumah tanggga yang baik, 23. rumah tangga bahagia, rumaha tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Yang artinya: 22. Kata-kata nasihat, rumah tanggga yang baik, rumah tangga bahagia, rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Sebagai kalimat nasihat penutup yang disampaikan tokoh adat kepada mempelai disampaikan dengan kalimat nasihat yang lugas dan jelas sebagai ciri khas Luhak Angkola Teks dalam Performansi Mangupa Yang Berisi Nasihat Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan menggunakan Kalimat contoh-contoh konkret pada kehidupan. Penggunaan kalimat-kalimat dengan contoh yang konkret dapat dengan mudah dipahami setiap pendengar, begitu pula pada teks mangupa yang digunakan sebagai wadah memberikan nasihat hidup rukun dan damai (agar menjadi keluarga sakinah). Nasihat hidup berumah tangga yang disampaikan oleh seluruh tokoh adat dalihan na tolu pada tradisi mangupa adat Angkola juga menggunakan kalimat nasihat dengan contoh-contoh yang konkret.

126 Memang, penggunaan kalimat-kalimat bersayap sudah digunakan, begitu pula kalimat-kalimat nasihat hidup berumah tangga dengan kalimat yang lugas dan tegas. Karena kalimat itu dianggap masih kurang cukup maka tokoh adat juga menggunakan kalimat-kalimat dengan contoh-contoh yang konkret dengan harapan, mempelai yang dinasihati dapat dengan mudah menyerap seluruh pesanpesan dalam bentuk nasihat dan tuntunan hidup berumah tangga, agar tercapai keluarga sakinah mawaddah warohmah. Teks mangupa yang isinya doa agar hidup rukun dan damai (menjadi keluarga sakinah) dengan menggunakan contoh konkret pada tabel 20 di bawah ini: Tabel 20 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Doa agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan Menggunakan Contoh Konkret No Kalimat Nasihat Makna 1 namun perpecahan jangan namun perpecahan jangan sampai sampai ke luar rel dei. ke luar rumah (tidak sesuai aturan). 2 kalau bila perlu Hu dokkon tu Hamu, hida hamu Amang Boru kasi contoh hate Maen. 3 Mata terfokus tu Hamu, mata sekian ribu pasang di mana akhir dari perdagangan on. 4 Tai tong sude pakaian halak on dipakai halak on adalah kebahagiaan di hamu on rukun damai hamu sebagai kebahagiaan di hamu di desa. kalau bila perlu, Ku katakana kepada kalian, contoh kami, beri contoh ya menantu. Mata terfokus kepada kalian, mata sekian ribu pasang sampai di mana ini berakhir. Walaupun begitu, semua ini pakaian, pakaian ini adalah kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Analisis pemakaian kalimat pada teks mangupa dengan contoh-contoh yang konkret dalam kehidupan lebih mudah dicerna kedua mempelai, karena pada teks mangupa bertujuan agar nasihat-nasihat dapat diterapkan sehingga rumah

127 tangga yang diharapkan hidup rukun dan damai menjadi keluarga sakinah). Teks mangupa yang disampaikan oleh orang tua (laki-laki) isinya agar hidup rukun dan damai (menjadi keluarga sakinah) menggunakan kalimat contoh yang konkret pada kalimat di atas, 1. namun perpecahan jangan sampai ke luar rel dei. yang artinya: namun perpecahan jangan sampai ke luar rumah (tidak sesuai aturan). Pada contoh di atas diuraikan bila terjadi perpecahan (bertengkar/ berselisih) jangan sampai ke luar rumah (tidak sesuai aturan). Sehingga dengan contoh tersebut konflik rumah tangga sekecil mungkin dapat dicegah. Pada contoh konkret yang lain, ada pada kalimat mangupa yang disampaikan orang tua sebagai berikut, 2. kalau bila perlu Hu dokkon tu Hamu, hida hamu Amang Boru kasi contoh hate Maen, yang artinya: kalau bila perlu, Ku katakan kepada kalian, contoh kami, beri contoh ya menantu. Pada kalimat dengan contoh konkret hida hamu Amang Boru atau lihat kalian amang boru (kami), yang bermakna begitu tegas orang tua mempelai laki-laki kepada kedua mempelai agar mencontoh rumah tangga mereka. Pada teks kalimat mangupa yang memberikan contoh-contoh kalimat konkret pada kalimat nasihat: Mata terfokus tu Hamu, mata sekian ribu pasang dimana akhir dari perdagangan on. Yang artinya: mata terfokus kepada kalian, mata sekian ribu pasang sampai di mana ini berakhir. Pada kalimat di atas mata terfokus diberikan contoh konkret mata sekian ribu pasang masyarakat Angkola atas perkawinan itu dan bila berakhir, rukun dan damai atau malah menjadi keluarga yang tidak utuh. Begitu tegas orang tua menguatkan contoh seolah-olah sekian ribu pasang mata mengawasi keluarga tersebut. Begitu keras orang tua mempelai pria memberikan contoh konkret di situ pula kelembutan yang

128 diberikan sehingga orang tua yang bijak harus memberikan wejangan dan nasihat kepada anak yang tidak saja harus keras tetapi harus dibarengi dengan kelembutan hal itu disebutkan dengan kalimat nasihat yang lebih bijaksana seperti; Tai tong sude pakaian halak on dipakai halak on adalah kebahagiaan di hamu on rukun damai hamu sebagai kebahagiaan di hamu di desa. Yang artinya: Walaupun begitu, semua ini pakaian, pakaian ini adalah kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Kalimat nasihat yang bersifat menyejukkan hati dengan kalimat, walaupun begitu, semua ini pakaian, kata pakaian dicontohkan dengan kebahagiaan dipertegas dengan kata penguat dipakai orang, sehingga setiap orang akan memakai kebahagiaan ini pertegas dengan kalimat, kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Setiap hidup rukun merupakan cita-cita setiap keluarga dan idaman setiap orang di tempat tinggal. Begitu bijaksana orang tua mempelai dalam memberikan contoh-contoh konkret, sehingga kedua mempelai akan melaksanakan seluruh amanat dalam bentuk nasihat. Tabel 21 Teks Mangupa disampaikan Ompung (kakek) yang Isinya Doa agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) dengan Menggunakan Contoh Konkret No TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA MAKNA 1. Adong muse sira, aso accim mada pandaian munu. 2. Sude nagule-guleon anggo na marsira na taboon 3. ndi bo adong rondang anggo na marsira, dia mataboi. Ada garam, agar asin pula kepandaian kalian. Semua gulai kalau tanpa garam tidak enak Itu, rendang bila tidak diberi garam tidak enak.

129 4. Jadi on ma sude kuncina disira on Jadi garamlah kunci dari rasa enak pada makanan 5. Jadi artina hu arappon dihamu nadua, bayo pangoli dohot boru na dioli dame-dame hamu, rusu-rusu hamu, 6. seiya sekata hamu, ulang sada tu hambirang sada tusiamun. 7. Ala na nadong sikola on namarumah tangga on. 8. Jadi naga-naga kus-kus mada naganaga ditombongan. Untuk kalian berdua, mempelai pria dan mempelai wanita rukun damailah saling menyayangi Seiya sekata, jangan sampai ada keributan, saling pengertian tidak sekolah yang berumah tangga itu. Kadang-kadang wangi kadangkadang bauk Lebih jauh contoh kalimat nasihat yang menggunakan contoh konkret teks mangupa pada contoh kalimat berikut: Adong muse sira, aso accim mada pandaian munu, yang artinya: Ada garam, agar bertambah pula pengetahuan (berumah tangga) kalian dijadikan contoh kalimat konkret yaitu: a) Sude naguleguleon anggo na marsira na taboon, b) ndi boa dong rondang anggo na marsira, dia mataboi. c) Jadi on ma sude kuncina disira on, d) Jadi artina hu arappon dihamu nadua, bayo pangoli dohot boru na dioli dame-dame hamu, rusu-rusu hamu, e) seiya sekata hamu, ulang sada tu hambirang sada tusiamun, f) Tai tong artina marsi boto-botoon ima na marumah tangga, g) Ala na nadong sikola on namarumah tangga on, h) Jadi naga-naga kus-kus mada naga-naga ditombongan. Berdasarkan kalimat nasihat, Ada garam, agar bertambah pula pengetahuan (berumah tangga) kalian. Dijadikan contoh kalimat konkret dengan: a) Semua gulai kalau tanpa garam tidak enak; b) Itu, rendang bila tidak diberi garam tidak enak; c) Jadi garamlah kunci dari rasa enak pada makanan; d) Untuk kalian berdua, mempelai pria dan mempelai wanita rukun damailah saling

130 menyayangi; e) jangan sampai ada keributan, saling pengertian; f) tidak sekolah yang berumah tangga itu; g) Kadang-kadang wangi kadang-kadang bauk. Kalimat nasihat garam memberikan contoh konkret pada garam, bahwa rumah tangga akan ada riak-riak kecil sehingga riak-riak itu pulalah sebagai bunganya hidup berumah tangga lihat tabel 22 di bawah: Tabel 22 Teks Mangupa disampaikan Mora yang Isinya Doa agar Hidup Rukun dan Damai (Menjadi Keluarga sakinah) Menggunakan Contoh Konkret No TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA MAKNA 1 Idiama satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, sedikit sama dimakan, kalau tak ada sama dicari. Muda adong bere, rap dipangan, nadong, rap dijalakan. 2 Ulang baen hamu songon daganak sannari, bayo matcari diligi anak boru i marcolak-colak tinggal di bagas manjojori tangga ni halak. Inda karejo on 3 Sabalikna adaboru matcari, diligi bayo P6. Aha dei P6 on? Pontang panting pahae pahulu patidahon potong 4 On na karejo bere on. Ingot on. Sikulakkak bana naduo, kayu bengkok dimakan penang, sekahandak hamu baduo, karam di laut kamu sanggup berenang 5 Molo madung do saia sakata iba na marrumatanggai kehe iba markapal karam kapal i rap dilange tu darat. 6 Sada nai bere jadi sipaingot hu, di hamu butet, muda hatia mangan bayo on, ulang muruki da, inda tola halak Idiama satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari,sedikit sama di makan,kalau tidak ada sama di cari. Jangan buat kalian seperti anak sekarang, laki-laki bekerja, perempuan hanya bersolek di rumah dan bertamu ke rumah orang. Itu bukan suatu pekerjaan.. Ini bukan pekerjaan. Sebaliknya perempuan bekerja, kita lihat laki-laki P6. Apa itu P6? Hilir mudik menampan-nampan Ingat ini. Sikulakkak bana naduo, kayu bengkok dimakan panang, sekehendak kalian berdua, karam di laut kamu sanggup berenang. Kalau sudah seia sekata kita yang berumahtangga pergi kita berlayar, karam kapal sama-sama direnangi. Satu hal lagi yang menjadi nasihat untuk kalian, ketika makan suamimu, jangan kamu marahi, tidak boleh

131 lai waktu mangan dimurukan, harani muruk na ho, inda tarbondut ia indahan i, sidung na bia? Ditaporkon ia pinggan i, diambukkon ia tu parikan. On ma, hati-hati, ulang muruki bayo on gara mangan. Ima jolo inang sipaingot hu, ulang muruki. 7 Adong sada pepatah, boto hamu da, seperang-perang Cina dapat diamankan, perang rumah tangga, piring beterbangan. 8 On ma on. Muda songoni pangalaho na. Ima akkan na ro i. 9. Selain sian i da. Ho butet, hati-hati ho, inang, na got ajarotku di ho, malo marsonduk di alaman, 10. malo mangalehen na soada, hatia ho di bagasi inang, mamolus halak di jolo bagasmi, ottang tu bagasi, ho kele maradian jolo, indahan madung masak do, inda pala ra ia maradian i tai on ma malo mangalehen na suada, malo marsonduk di alaman. sang suami dimarahi ketika makan, karena kemarahanmu, nasi itu tidak tertelannya lagi. Jadinya bagaimana? Dia akan memecahkan piring dan akan membuangnya ke parit. Inilah, hati-hati, jangan marahi suamimu ketika makan. Itulah dulu nasihat dariku, jangan marahi. Ada sebuah pepatah, supaya kalian tahu, perang Cina dapat dimankan, perang rumah tangga, piring beterbangan..inilah, kalau begitu kelakuannya, itulah yang akan datang Selain daripada itu. Untuk menantuku, berhati-hatilah, itulah yang ingin kusampaikan padamu. Pandai-pandailah bergaul di lingkunganmu Sukalah berbagi. Ketika kamu di ruma, ada orang lewat dari depan rumahmu, tawarkanlah ia untuk makan, ia tidak akan menerimanya, tetapi itulah bentuk dari kemurahan hati untuk berbagi. Contoh konkret yang disampaikan mora kepada kedua mempelai jauh lebih nyata pada kehidupan sehari-hari, hal itu disampaikan oleh mora sebagai tokoh adat pada teks mangupa menggunakan kalimat konkret dengan contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari seperti kalimat: a) Idiama satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, Muda adong bere, rap dipangan, nadong, rap dijalakan. artinya: di mana satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, sedikit sama di makan, kalau tidak ada sama di cari. Pada kalimat tersebut dipaparkan dengan menggunakan pantun (ende-ende) penggunaan

132 perumpamaan tersebut bertujuan untuk menimbulkan keindahan pada contoh konkret harus rajin berusaha dan sama-sama berbagi. Hal itu dipertegas pula pada kalimat nasihat dengan contoh konkret seperti anak-anak sekarang yang memiliki karakter yang kurang baik seperti pada kalimat kedua: b) Ulang baen hamu songon daganak sannari, bayo matcari diligi anak boru i marcolak-colak tinggal di bagas manjojori tangga ni halak. Inda karejo on. c). Sabalikna adaboru matcari, diligi bayo P6. Aha dei P6 on? Pontang panting pahae pahulu patidahon potong. d).on na karejo bere on. Ingot on. Sikulakkak bana naduo, kayu bengkok dimakan penang, sekahandak hamu baduo, karam di laut kamu sanggup berenang. Yang artinya: b) Jangan buat kalian seperti anak sekarang, laki-laki bekerja, perempuan hanya bersolek di rumah dan bertamu ke rumah orang. Itu bukan suatu pekerjaan. c) Sebaliknya perempuan bekerja, kita lihat laki-laki P6. Apa itu P6? Hilir mudik. Ini bukan pekerjaan. d) Ingat ini. Sikulaklak bana naduo, kayu bengkok dimakan panang, sekehendak kalian berdua, kalau karam di laut kamu sanggup berenang. Kalimat contoh konkret yang disampaikann menenjukkan kondisi kekinian di masyarakat agar dapat memahami dan memilih mana dari contoh itu yang harus dihindari, atau contoh pada kalimat a) yang memberikan contoh untuk bekerja keras, giat berusaha, dan sama-sama berbagi dalam suka dan duka. Pada contoh kalimat yang konkret bahwa hidup berumah tangga itu dicontohkan seperti kapal karam yaitu harus sama-sama diarungi/ berenang untuk menyelamatkan diri dan rumah tangga hal tiu dijelaskan dengan kalimat: e) Molo madung do saia sakata iba na marrumatanggai kehe iba markapal karam kapal i

133 rap dilange tu darat. Yang artinya Kalau sudah se-ia sekata kita yang berumah tangga pergi kita berlayar, karam kapal sama-sama diarungi. Begitu pula contoh-contoh konkret hidup berumah tangga agar jangan melakukan yang umumnya dilakukan seorang istri, hal itu cukup keras kalimat nasihat sesuai dengan contoh pada kalimat: Satu hal lagi yang menjadi nasihat untuk kalian, ketika makan suamimu, jangan kamu marahi, tidak boleh sang suami dimarahi ketika makan, karena kemarahanmu, nasi itu tidak tertelannya lagi. Jadi, makan adalah salah satu bentuk kesenangan yang harus dinikmati, sehingga apapun persoalan sebaiknya diutarakan ketika makan telah selesai agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal itu disampaikan pada kalimat nasihat: f). Sada nai bere jadi sipaingot hu, di hamu butet, muda hatia mangan bayo on, ulang muruki da, inda tola halak lai waktu mangan dimurukan, harani muruk na ho, inda tarbondut ia indahan i, sidung na bia? Ditaporkon ia pinggan i, diambukkon ia tu parikan. On ma, hati-hati, ulang muruki bayo on gara mangan. Ima jolo inang sipaingot hu, ulang muruki. g) Adong sada pepatah, boto hamu da, seperang-perang Cina dapat diamankan, perang rumah tangga, piring beterbangan. Yang artinya: Jadinya bagaimana? Dia akan memecahkan piring dan akan membuangnya ke parit. Inilah, hati-hati, jangan marahi suamimu ketika makan. Itulah dulu nasihat dariku, jangan marahi. Ada sebuah pepatah, supaya kalian tahu, perang Cina dapat diamankan, perang rumah tangga, piring beterbangan. Selain daripada itu, teks mangupa yang telah dianalisis diperoleh kalimat nasihat dengan contoh konkret bertujuan mengingatkan kedua mempelai agar rukun damai (agar menjadi keluarga sakinah) sehingga bertanggung jawab atas

134 rumah tangga yang dibinanya, sehingga sakralnya upacara mangupa adat Angkola bertujuan menuntun kedua mempelai (dua simanjujung) agar lebih matang dalam menjalani hidup berumah tangga, isi teks mangupa yang menguraikan kata-kata nasihat dengan kalimat konkret sebagai berikut: h) On ma on. Muda songoni pangalaho na, ima akkan na ro i. i) Selain sian i da. Ho butet, hati-hati ho, inang, na got ajarotku di ho, malo marsonduk di alaman, j) malo mangalehen na soada, hatia ho di bagasi inang, mamolus halak di jolo bagasmi, ottang tu bagasi, ho kele maradian jolo, indahan madung masak do, inda pala ra ia maradian i tai on ma malo mangalehen na suada, malo marsonduk di alaman. Contoh kalimat konkret di atas diungkapkan dengan teks mangupa yang artinya: Untukmu sang istri, berhati-hatilah, itulah yang ingin kusampaikan padamu. Pandai-pandailah bergaul di lingkunganmu. Sukalah berbagi. Ketika kamu di rumah, ada orang lewat dari depan rumahmu, tawarkanlah ia untuk makan, ia tidak akan menerimanya, tetapi itulah bentuk dari kemurahan hati untuk berbagi. Menawarkan sesuatu kepada jiran dan tetangga artinya berbagi rezeki kepada mereka, semua nasihat agar kedua mempelai betul-betul dapat menaati semua nasihat-nasihat dengan contoh-contoh konkret dan langsung yang terjadi pada di masyarakat sehingga, dengan contoh tersebut kedua mempelai dapat mewujudkannya dalam kehidupannya setelah mereka berada di tengahtengah masyarakat Teks Mangupa yang Isinya Berupa Nasihat agar Bersilaturahim dengan Sanak Keluarga dan Masyarakat Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan orang lain agar dapat memenuhi segala keinginannya, maka menjalin hubungan baik dengan

135 kerabat dan orang lain dikenal dengan istilah bersilaturahim. Karena oleh karena itu, hubungan baik dengan keluarga dan jiran tetangga dalam masyarakat Angkola sangat penting, karena kekerabatan bagi komunitas Angkola cukup penting. Karena, hidup berdampingan dengan sesama masyarakat adat akan membuat hidup damai dan rukun. Pada teks mangupa adat Angkola, kalimat nasihat yang isinya menjaga hubungan baik agar hidup rukun damai dengan keluarga dan jiran tetangga, hal itu terwujud dalam kalimat nasihat pada teks mangupa: Tabel 23 Teks dalam Performansi Mangupa yang Disampaikan Orang Tua yang Isinya agar Bersilaturahim dengan Sanak Keluarga dan Masyarakat No Kalimat Nasihat Makna 1. Malo ma Ho, hita markoum na bahat da, Hita on da bahat on, Pandai-pandailah kalian, kita memiliki keluarga yang banyak, banyaklah kita ini, 2. malo-malo ho sian jae sian julu do, Pandai-pandailah kalian memasukkan diri ke dalam keluarga dua belah pihak. 3. malo-malo ho soida ho, digorain dongan hamu do tukko harapan sude keluarga. 4. Mata terfokus tu Hamu, mata sekian ribu pasang di mana akhir dari perdagangan on.. Pandai-pandailah kalian biar kulihat kalian, ditegur seluruh keluarga, karena kalianlah harapan semua keluarga. Mata terfokus kepada kalian, mata sekian ribu pasang sampai di mana ini berakhir. 5. Tai tong sude pakaian halak on dipakai halak on adalah kebahagiaan di hamu on rukun damai hamu sebagai kebahagiaan di hamu di desa. 6. Cek-cok hamu awal malapetaka dina markoum. 7. betul-betul malo ma menyesuikan diri tu maradu moratta na adong artina di Pintu Padang. Aha sebab Walaupun begitu, semua ini pakaian, pakaian ini adalah kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Cek-cok kalian awal malapetaka yang berfamili. Pandai-pandailah menyesuikan diri kepada mora kita yang di Pintu

136 na Amang. Padang. apa sebabnya anakku Hidup bergaul dan bermasyarakat bagi komunitas Angkola sangat penting, karena setiap orang harus mampu memasukkan diri dengan lingkungan, karena bila tidak mampu bergaul dengan masyarakat diangggap sombong dan hal ini berakibat dijauhi oleh masyarakat. Karena, dianggap pentingnya hidup bersilaturahim itu, maka nasihat untuk mampu bergaul dengan keluarga suami/ istri begitu pula dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal itu, pada teks mangupa adat Angkola, tokoh adat tidak akan lupa mengingatkan kepada kedua mempelai yang sedang di-upa-upa agar bersilaturahim. Hasil analisis pada teks mangupa yang isi kalimat nasihat orang tua lakilaki yang bertujuan agar bergaul dan bersilaturahim dapat dibuktikan seperti pada teks kalimat nasihat seperti: Malo ma Ho, hita markoum na bahat da, Hita on da bahat on, yang artinya: Pandai-pandailah kalian, kita memiliki keluarga yang banyak, banyaklah kita ini. Dilanjutkan dengan kalimat nasihat:...betul-betul malo ma menyesuikan diri tu maradu moratta na adong artina di Pintu Padang. Aha sebab na Amang. Yang artinya: betul-betul pandailah menyesuikan diri kepada mora kita yang di Pintu Padang. Penggunaan kata-kata yang terakhir menggunakan bahasa Indonesia yang maksudnya penegas kata-kata daerah dari malo-malo. Kata-kata pandai-pandailah memiliki makna yang cukup luas yang berarti: pandai bertutur sapa, menjaga sikap hidup bermasyarakat, jangan sombong, bergaullah, saling berkunjungan, bergaullah, sopan santun, rajin menolong sesama, berlaku baik, ramah, dan lain-lain.

137 Pandai-pandailah kalian 1. Pandai bertutur sapa 2. Menjaga sikap hidup bermasyarakat, 3. Jangan sombong, bergaullah 4. Saling berkunjungan 5. Bergaullah 6. Sopan santun 7. Rajin menolong sesama 8. Berlaku baik Gambar 15. Pemakaian kata-kata nasihat malo-malo ma ho pada kalimat mangupa sebagai bentuk pemaknaan yang cukup luas Penjelasan kalimat pandai-pandai dipertegas kembali dengan kalimat nasihat oleh orang tua laki-laki dengan kalimat nasihat: malo-malo ho sian jae sian julu do. Yang artinya: Pandai-pandailah kalian memasukkan diri ke dalam keluarga dua belah pihak. Kalimat nasihat itu dipertegas kembali oleh nenek perempuan (ompung adaboru) kalimat nasihatnya yaitu: malo-malo ho soida ho, digorain dongan hamu do tukko harapan sude keluarga. Yang artinya: Pandaipandailah kalian biar kulihat kalian, ditegur seluruh keluarga, karena kalianlah harapan semua keluarga. Pada kalimat nasihat yang ketiga lebih tegas tujuan kalimat nasihat yaitu soida ho, digorain dongan hamu do tukko harapan sude keluarga, biar kulihat kalian ditegur/ dimarahi/ diingatkan karena kalian adalah harapan seluruh keluarga. Jadi nasihat itu tidak lagi sekedar nasihat, tetapi sudah berbentuk ancaman secara halus kepada kedua mempelai agar hidup rukun dan mamppu bergaul dan bersilaturahim dengan semua keluarga besar. Kalimat nasihat, yang bertujuan bergaul ini bersifat terbalik dengan kalimat pada umumnya, karena kalimat nasihat subjek aktif memasukkan diri yang lain jadi objek, pada kalimat nasihat bergaul berikut malah kedua pengantin

138 jadi objek, malah masyarakat dan seluruh kerabat yang aktif sedang kedua mempelai jadi objek perhatian, hal itu dijelaskan dengan kalimat nasihat: Mata terfokus tu Hamu, mata sekian ribu pasang di mana akhir dari perdagangan on. Yang artinya: Mata terfokus kepada kalian, mata sekian ribu pasang sampai di mana ini berakhir. jadi kalimat tersebut menyatakan bentuk membangun silaturahim bukan hanya kedua mempelai yang aktif, tetapi ketidakaktifan kedua mempelai menjadi pantauan seluruh masyarakat Angkola, di jelaskan dengan kalimat: Mata terfokus kepada kalian, yang kalimat tersebut dikuatkan dengan kalimat, mata sekian ribu pasang, kalimat penguat sebagai penegas bahwa, menjalin hubungan baik antara mempelai dengan masyarakat dan keluarga merupakan hukum kausalitas, bahwa masyarakat dan keluarga harus bersilaturahim begitu pula sebaliknya kedua mempelai dengan keluarga dan masyarakat adat. Kalimat nasihat yang juga menjabarkan hidup bersilaturahim dikemas dengan kalimat nasihat: Tai tong sude pakaian halak on dipakai halak on adalah kebahagiaan di hamu on rukun damai hamu sebagai kebahagiaan di hamu di desa. Yang artinya: Walaupun begitu, semua ini pakaian, pakaian ini adalah kebahagiaan sama kalian, rukun damai adalah kebahagiaan kalian di desa. Di sambung dengan kalimat: Cek-cok hamu awal malapetaka dina markoum. Yang artinya: Cek-cok kalian awal malapetaka yang berfamili. Pada kedua kalimat itu kebahagian dan damai kaliian di masyarakat, dikuatkan dengan kalimat nasihat: yang paradoks: Cek-cok kalian awal malapetaka yang berfamili, pertengkaran rumah tangga sebagai malapetaka yang berkeluarga dan damai adalah kebahagian bermasyarakat. Dua bentuk nasihat yang tidak biasa. Artinya

139 kedua kalimat itu bermuara di rumah tangga, yaitu keluarga yang damai dan sakinah memberikan kebahagiaan juga pada masyarakat dan cek-cok atau pertengkaran di rumah tangga menjadi preseden buruk hidup keluarga besar, pilihan yang baik menjalin hubungan baik, rukun, dan damai di keluarga akan membangun hubungan yang baik di masyarakat, begitu pula jangan sampai ada cek-cok atau pertengakaran agar jadi anugerah bagi kedua keluarga besar. Kalimat nasihat pada teks mangupa, agar kedua mempelai menjalin hubungan dengan keluarga besar dan masyarakat, sehingga nasihat itu betul-betul ditaati kedua mempelai dapat diwujudkan dalam kehidupan. sehingga mereka dapat bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat, hal itu dijelaskan pada kalimat nasihat mangupa berikut: Tabel 24 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Bersilaturahim dengan Sanak Keluarga dan Masyarakat Ompung 2 (Nenek laki-laki) adong pepatahnya: tangi siluluton itte sirion arti nii: mula adong na mate koum di mana saja jangankan sampai di rumahmu, hanya dikuping saja berangkat. Tapi, kalo siriaon ataupun pesta, kalau tidak diundang jangan pigi. Ada pepatah: dengar kabar duka cita dan tunggu kabar suka cita artinya: kalau ada kerabat yang meninggal dunia di mana saja, jangan dikabari ke rumahmu terdengar saja berangkatlah Teks mangupa yang berisikan kalimat nasihat agar pandai hidup bermasyarakat disampaikan oleh tokoh ada dengan kalimat nasihat seperti: adong pepatahnya: tangi siluluton itte sirion arti nii: mula adong na mate koum di mana saja jangankan sampai di rumahmu, hanya dikuping saja berangkat. Tapi, kalo siriaon ataupun pesta, kalau tidak diundang jangan pigi. Yang artinya; Ada pepatahnya: dengar kabar duka cita dan tunggu kabar suka cita

140 artinya: kalau ada kerabat yang meninggal dunia di mana saja, jangan dikabari ke rumahmu terdengar saja berangkatlah. Kalimat itu bermaksud agar setiap keluarga respek dengan kabar duka cita, jangan sampai diundang, terdengar saja segeralah berangkat untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat dan kaum kerabat. Secara tidak langsung respek terhadap kesulitan orang lain akan membanngun hubungan yang membangun silaturahmi dengan yang lain. songoni muse adong mata dison, mata guru ro asesean ligi ma nadia najeges, yang artinya: Begitu pula adat mata di sini, jadikanlah mata sebagai guru dan hati menimbang baik burunya yang mana yang terbaik, kalimat nasihat itu juga banyak pertimbangan terhadap sesuatu jadikanlah mata sebagai pengajaran dan hati menimbang baik buruknya, suatu bentuk sikap bergaul dengan sanak keluarga dan masyarakat, diuraikan pada kalimat nasihat berikut: Tabel 25 Teks dalam Performansi Mangupa yang Maknanya Bersilaturahim dengan Sanak Keluarga dan Masyarakat Oppung (Kakek) songoni muse adong mata dison, mata guru roa sesean ligi ma nadia najeges, Begitu pula adat mata di sini, jadikanlah mata sebagai guru dan hati menimbang baik burunya yang mana yang terbaik. Tabel 26 Teks dalam Performansi Mangupa Bersilaturahim dengan Sanak Keluarga dan Masyarakat No TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA MAKNA 1 Ho butet, hati-hati ho, inang, na got ajarotku di ho, malo marsonduk di alaman, menantuku, berhati-hatilah, itulah yang ingin kusampaikan padamu. Pandai-pandailah bergaul di lingkunganmu 2 malo mangalehen na soada, hatia ho di Sukalah berbagi. Ketika kamu di

141 bagasi inang, mamolus halak di jolo bagasmi, ottang tu bagasi, ho kele maradian jolo, indahan madung masak do, inda pala ra ia maradian i tai on ma malo mangalehen na suada, malo marsonduk di alaman. ruma, ada orang lewat dari depan rumahmu, tawarkanlah ia untuk makan, ia tidak akan menerimanya, tetapi itulah bentuk dari kemurahan hati untuk berbagi. Teks mangupa yang telah dianalisis diperoleh kalimat nasihat bertujuan mengingatkan kedua mempelai agar membangun silaturahim dengan jiran tetangga dan keluarga agar lebih matang dalam menjalani hidup berumah tangga, isi teks mangupa yang menguraikan kata-kata nasihat dengan kalimat konkret sebagai berikut: Ho butet, hati-hati ho, inang, na got ajarotku di ho, malo marsonduk di alaman, Yang artinya: Untukmu sang istri, berhati-hatilah, itulah yang ingin kusampaikan padamu. Pandai-pandailah bergaul di lingkunganmu. dan kalimat: malo mangalehen na soada, hatia ho di bagasi inang, mamolus halak di jolo bagasmi, ottang tu bagasi, ho kele maradian jolo, indahan madung masak do, inda pala ra ia maradian i tai on ma malo mangalehen na suada, malo marsonduk di alaman. Sukalah berbagi. Ketika kamu di rumah, ada orang lewat dari depan rumahmu, tawarkanlah ia untuk makan, ia tidak akan menerimanya, tetapi itulah bentuk dari kemurahan hati untuk berbagi. Teks mangupa yang merupakan acara puncak pada upacara perkawinan adat Angkola mmemberikan nasihat yang disampaikan tokoh adat kedua mempelai bergaul dan bermasyarakat. Bersosialisasi dengan komunitas Angkola sangat penting, karena setiap orang harus mampu memasukkan diri dengan lingkungan, karena bila tidak mampu bergaul dengan masyarakat diangggap sombong dan hal ini berakibat dijauhi oleh masyarakat. Karena, dianggap pentingnya hidup bersilaturahim itu, maka nasihat untuk mampu bergaul dengan

142 keluarga suami/ istri begitu pula dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal itu, pada teks mangupa adat Angkola, tokoh adat tidak akan lupa mengingatkan kepada kedua mempelai yang sedang diupa-upa agar bersilaturahim Teks Mangupa yang Isinya agar Taat Beragama Masyarakat Angkola dikenal sebagai orang yang taat beragama, ketaatan dalam menjalan ibadah agama akan tercermin ketika komunitas masyarakat dan tokoh-tokoh adat berkomunikasi pada upacara adat. Masyarakat Angkola pada umumnya beragama Islam tetapi agama lain seperti kristen merupakan agama kedua terbanyak setelah agama Islam. Sehingga masyarakat Angkola terkenal cukup toleransi dalam menjalankan ibadah agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Hal tersebut dapat dibuktikan berdirinya rumah ibadah yang berdampingan, sehingga masing-masing umat beragama cukup toleran dengan agama lain. Tetapi, ketika dalam upacara adat mereka tetap melakukannya secara bersama-sama, sesuai kedudukannya dalam tatanan adat dalihan na tolu. Sejalan dengan penjabaran di atas, teks mangupa yang isinya agar taat beragama pada upacara adat mangupa akan dijumpai melalui pembukaan dalam menyampaikan sambutan, pesan-pesan, atau pendapat ketika upacara adat mangupa. Kalimat-kalimat adat disampaikan menunjukkan contoh-contoh kalimat yang mencerminkan agama dalam setiap bahasa-bahasa adat. Hal ini tercermin pada kalimat sambutan pada pembukaan dan penutupan ketika menyampaikan sambutan. Contoh-contoh kalimat yang mencerminkan ketaatan beragama seperti: Tabel 27

143 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Taat Beragama ditandai dengan Kalimat Salam Pembuka dan Salam Penutup PELAKU ADAT sorang Kaya Anak Boru Ibu (Orang tua pengantin laki-laki) Inanguda (Suhut) Ompung 1 (Nenek) Nenek Mempelai Pria Anak boru TEKS MANGUPA ADAT ANGKOLA Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu Bismillah ma hata na mula-mula ni hata dohonon tontu dalan tu Tuhanta tontu Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, Maen hita sehat-sehat ma nian hita na marbagasaon martambah-tambah rasoki ma ita dalam keadaan job ni roha, syukur ma nian seia sekata songon siala sampagul ninna, wasalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, U sudahi ma Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu. mudah-mudahan diborkati Tuhan namarkuasoi, Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabaro katu. Assalamu alikum wr.wb pertama sekali hita bahat mangucapkon syukur ima tu hadirat ni Allah SWT namadung mangelehen dihita sada nikmat. Solawat dan salam marima hita sama-sama MAKNA Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih. Kata yang mula-mula disebutkan kepada Tuhan tentunya Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, menantu semoga kita sehat walafiat yang berumah tangga, bertambah rezeki, dalam keadaan senang hati, syukurlah seia sekata seperti siala sampagul katanya wasalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu anggi, kuakhirilah Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu mudah-mudahan diberkati yang maha kuasa, Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabaro Katu. Assalamu alaikum Wr.Wb pertama sekali kita banyak mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan kepada kita satu nikmat. Sholawat dan salam

144 hadiahkon ima tu ruh ni junjunganta Nabi besar Muhammad SAW, Tulangna pertemuan munu on hami marpangido tu Allah SWT semoga kokoh hamu maroban tua hurang gogo hamu maroban dame. marilah kita sama-sama hadiahkan kepada ruh junjungan Nabi besar Muhammad SAW, badan kalian di sore hari ini. pertemuan kalian ini kami meminta kepada Allah SWT semoga kalian kuat rumah tangga dan membawa kedamaian. Mempelai Pria Mempelai Wanita Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya akhiri Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tarimokasih sasudenaa. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Cukup sekian dari kami. Saya sudahi Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih semuanya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Upacara mangupa adat Angkola yang disampaikan tokoh-tokoh adat kepada kedua mempelai, dicoba ditranskripsikan dalam bentuk teks mangupa, kemudian teks mangupa dianalisis sesuai dengan bagian yang analisis yaitu isi teks agar kedua mempelai taat beragama. Pada upacara adat mangupa selalu dijumpai melalui pembukaan dan penutupan dalam penyampaian sambutan, pesan-pesan atau pendapat ketika upacara adat mangupa. Kalimat-kalimat sambutan yang isinya selalu dengan menyampaikan salam kepada Allah SWT, karena pada umumnya beragama Islam, hal itu disampaikan pada kalimat: Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu, jadi kalimat salam diucapkan oleh hampir semuanya tokoh adat dalihan natolu. Dari 13 (tiga belas) orang tokoh adat yang menyampaikan sambutan kepada mempelai hanya 2 (dua) orang tokoh

145 yang tidak mengucapkan salam yaitu: mora dan abang mempelai. Sedangkan: orang kaya, ibu, inanguda, nenek pr (ompung adaboru), ayah, kakek 1 (ompung laklai), kakek 2 (ompung laklai), anak boru, mora, raja panusunan bulung, pengantin laki-laki, pengantin perempuan semuanya mengucapkan salam pembuka dan salam penutup. Tetapi, ada juga yang mengucapkan kalimat pembukaan hanya kalimat salam dengan menggunakan bahasa Indonesia kalimat pembukaan seperti: Marilah hita mengucapkan puji dan tu Tuhan namarkuasoi dihita nikmat iman, kesehatan marpungu di bagas berbahagia dalam rangka mambaen upa-upa. Pada kalimat nasihat hidup berumah tangga tersebut ompung 2 (laki-laki) menggunakan bahasa Indonesia, sehingga yang hadir lebih mudah memahaminya, begitu pula mora tidak menggunakan kalimat salam pembuka tetapi pada kalimat penutup mereka menggunakan salam penutup, kemudian ditutup pula dengan kalimat adat seperti: Hu akhiri ma dohot salam. wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Horas... Horas... Horas...Horas... Horas... Horas... kalimat penutup yang ditutup dengan kata-kata horas... hanya boleh diucapkan oleh raja panusunan bulung sebagai penutup dari tradisi mangupa adat Angkola, lihat tabel 28 di bawah: Tabel 28 Teks dalam Performansi Mangupa Yang Isinya Taat Beragama ditandai dengan Kalimat Salam Pembuka dan Salam yang Ditutup dengan Bahasa Adat PELAKU ADAT Raja TEKS MANGUPA ADAT ANGKOLA Hu akhiri ma dohot salam. wassalamualaikum MAKNA Saya akhiri dengan salam. Assalamualaikum

146 Panusunan Bulung warahmatullahi wabarakatuh. Horas... Horas... Horas... warahmatullahi wabarakatuh. Horas... Horas... Horas... Masyarakat Angkola pada umumnya beragama Islam, sehingga jelas setiap memulai kalimat pembuka selalu menggunakan salam pembuka dengan kalimat salam yang berbahasa Arab seperti: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kemudian akan diikuti kalimat kedua yaitu dengan menggunakan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw digunakan kalimat kedua seperti: sholawat dohot salam tu junjunganta Muhammad Saw, setelah salam pembuka kemudia diikuti dengan shalawat dan pujian kepada Nabi Muhammad diucapkan dengan kalimat:...dan kedua salam dan salawat tu junjunganta Nabi besar Nabi Muhammad SAW nahita haropkon sapaatna. Yang menarik pada kalimat shalawat adalah mencampur dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Angkola (Tapanuli) yaitu:...tu junjunganta...yang artinya: kepada junjungan kita (Nabi besar Nabi Muhammad SAW) na hita haropkon syafaatna, yang artinya: yang kita harapkan syafaatnya. Jadi, pengggunaan bahasa Arab dan bahasa Angkola sudah menjadi hal yang biasa pada saat menyampaikan kata-kata sambutan, nasihat pada upacara mangupa adat Angkola. Tabel 29 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Taat Beragama ditandai dengan Kalimat Harapan dan doa kepada Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) PELAKU ADAT Ibu (Orang tua pengantin laki-laki) TEKS MANGUPA ADAT ANGKOLA Maen hita sehat-sehat ma nian hita na marbagasaon martambah-tambah rasoki ma ita dalam keadaan job ni roha, syukur ma nian seia sekata MAKNA menantu semoga kita sehat walafiat yang berumah tangga, bertambah rezeki, dalam keadaan senang hati, syukurlah seia sekata

147 songon siala sampagul ninna, seperti siala sampagul katanya... Ompung 2 (Nenek PR) ta kulling ka Tuhattan Na Markuasoi na palaluon nakkinani ahai hata ni burangir taon-taon Umatta dohot Ayatta di haroro munu di sadariani, Di sittong nakkini da Pung hata ni raja, nakkinani hata ni raja dipangir: sada, dua, tolu, opat, lima, onom, pitu, pitu cundut sai soada mara ninna. moga-moga sehat kamu dohot sisar on tu ginjang niari marasoki. moga-moga hamu martamba sehat, aha nakkinani natarsitta-sitta di roha munu syukur Alhamdulillah hanyalah saja Tuhan yang membalas, hami maranganangan get mambalas, tai nada tarbalas kami Attong marsidoadoa on ma hita sasudena on hata na baya dokkonon sehatton, marasoki siparroha on., mudah-mudahan diberkati Tuhan na markuasai. kita sampaikan kepada Tuhan yang berkuasa yang mengabulkan apa makna sirih (burangir taontaon) emak dan Ayah kita di kedatangan kalian hari ini, Di situ pula kata-kata nasihat raja disebutkan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, tujuh turunan tidak mendapat bahaya katanya. Di sini, semoga sehat, berezeki samapai tua. Setelah itu yang dibilang orang, moga-moga kalian bartambah sehat, apa yang menjadi cita-cita di dalam hati kami di sini. mengucapkan syukur Alhamdulillah hanyalah kepada Tuhan-lah yang membalas, kami barangan-angan mau mambalas, tapi tidak dapat terbalas. Jadi berdoa-doalah kita semua itulah kata yang bisa disebutkan saat ini, berezeki dan memiliki hatinya dia, agar dapat dikembalikan kepada kalian semua, mudahmudahan diberkati Tuhan yang maha kuasa.. ayah berarti na mangido do Tuhan namarkuasoi, on bukannya hita mendua-duakan tidak, bukan kita artinya membanding-bandingkan ndak, dalam mandoa tu Tuhan dalam mangido doa artina on dalam mangido tu Tuhan Namarkuasoi on sebagai lambang sasudena on Saya, rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah berarti na mangido do Tuhan namarkuasoi, on bukannya hita mendua-duakan tidak, bukan kita artinya membanding-bandingkan ndak, dalam mandoa kepada Tuhan dalam meminta Tuhan Yang Maha Kuasa ini semua sebagai lambang Saya, rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT.

148 SWT. Nenek (Pria) mudah-mudahan Tuhan namarkuasoi, diborkati mudah-mudahan diberkati yang maha kuasa, Anak boru Anak boru tuhan doma mambalos on di hamu panjang umur hamu sehat-sehat marendah rasoki, jadi onpe hami sorahkon di hamu tuhan doma mambalosna,.. mudah-mudahan nian nakkin dipertemuan taon nadi diridoi ni Allah SWT jadi songoni mada sattabi marsappulu mangido maaf ma au tuhamu dohot ampun tu tuhan. Tuhanlah yang membalasnya semoga kalian panjang umur sehat-sehat, rendah rezeki seterusnya kami serahkan semuanya kepada Tuhan, dialah yang bisa membalasnya. mudah-mudahanlah tadi dipertemuan kita ini diridhoi Allah SWT jadi seperti itulah sattabi marsappuluh minta maaf saya kepada kalian dan ampun kepada Tuhan... Tulangna pertemuan munu on hami marpangido tu Allah SWT semoga kokoh hamu maroban tua hurang gogo hamu maroban dame. pertemuan kalian ini kami meminta kepada Allah SWT semoga kalian kuat rumah tangga dan membawa kedamaian. Upacara mangupa adat Angkola disampaikan oleh tokoh-tokoh adat dalihan na tolu menunjukkan kalimat yang mencerminkan ketaatan dalam beragama, ketaatan yang disampaikan berupa kalimat-kalimat nasihat kepada kedua mempelai pada upacara mangupa adat Angkola. kalimat-kalimat nasihat kepada kedua mempelai pada upacara mangupa tercermin pada kalimat kalimat nasihat. Contoh-contoh kalimat yang mencerminkan ketaatan beragama pada kalimat yang disampaikan oleh tokoh itu setelah ditranskripsikan kemudian dianalisis. Maka, dari hasil analisis kalimat itu terbagi atas kalimat yang berupa: a) kalimat salam pembuka dan penutup berupa pujian dan permohonan maaf kepada Allah SWT, b) kalimat yang berupa nasihat-nasihat hidup rukun dan damai sehingga menjadi keluarga sakinah, c) kalimat-kalimat yang berisikan doa dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa, d) kalimat yang berisikan motivasi

149 dan kepada kedua mempelai untuk menjaga silaturahim yaitu hubungan baik kepada keluarga dan masyarakat. Kalimat nasihat yang disampaikan oleh tokoh adat setelah dianalisis menunjukkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga setiap mereka menyampaikan kalimat nasihat selalu menyertakan Yang Maha Kuasa. Teks mangupa setelah dianalisis dibagi menjadi 10 (sepuluh) bagian yang terdiri dari Kalimat-kalimat nasihat menunjukkan ketaatan kepada Tuhan semuanya doa dan harapan agar semua harapan itu dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, adapun rincian kalimat nasihat yang merupakan ketaatan kepada Tuhan sebagai berikut: 1) mendapat kesehatan 2) panjang umur, 3) semoga kuat, membawa keberuntungan, membawa kedamaian sehingga menjadi rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT, 4) Mendapat rezeki 5) tujuh turunan tidak pernah mendapat bahaya, 6) berdoa dengan meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, 7) memiliki hati yang baik, 8) diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa, 9) Tuhan-lah membalas kebaikan kalian, 10) Mohon ampunan kepada Tuhan, agar lebih jelas lihat rincian kalimat nasihat pada tabel 30 di bawah ini: Tabel 30 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya Taat Beragama ditandai dengan Kalimat harapan dan doa kepada Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) No. Kalimat Makna Tokoh adat 1. Maen hita sehat-sehat Menantu, kita sehat-sehat Ibu moga-moga sehat kamu Semoga sehat kalian Nenek pr moga-moga hamu Semoga kalian bertambah Nenek pr martamba sehat sehat sehatton, Semoga sehat sehat-sehat sehat-sehat Ibu sehat-sehat sehat-sehat 2. panjang umur hamu Panjang umur kalian Ibu 3. semoga kokoh hamu Semoga kuat kalian sogogo hamu, Biar kuat kalian Tulang

150 semoga kalian kuat Semoga kalian kuat maroban tua Membawa keberuntungan maroban dame Membawa kedamaian Tulang membawa kedamaian Membawa kedamaian rumah tangga yang rumah tangga yang diridhoi Ayah diridhoi Allah SWT Allah SWT rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT Ayah 4. ma rendah rasoki, Mudah rezeki martambah-tambah rasoki Bertambah-tambah rezeki marasoki Mempunyai/ Berezeki Ibu rendah rezeki Mudah rezeki 5. pitu cundut sai soada Tujuh turunan tidak Nenek (pr) mara pernah mendapat bahaya 6. Attong marsidoa-doa Begitupun, sama-sama on ma hita berdoa kita mangido doa artina on Meminta doa, artinya Nenek (pr) dalam mangido tu meminta kepada tuhan Tuhan Namarkuasoi o yang maha kuasa 7. Siparroha Memiliki hati yang baik Nenek (pr) 8. diberkati Tuhan na diberkati Tuhan Yang Nene (lk) markuasai Maha Kuasa mudah-mudahan Mudah-mudahan diberkati Anak boru diborkati Tuhan Tuhan dipertemuan taon nadi diridoi ni Allah SWT Pertemuan kita ini diridhoi Allah SWT mudah-mudahanlah mudah-mudahanlah tadi Nenek (Pria) tadi dipertemuan kita dipertemuan kita ini ini diridhoi Allah SWT diridhoi Allah SWT mudah-mudahan mudah-mudahan Anak boru diberkati yang maha diberkati Yang Maha kuasa Kuasa 9. Tuhan doma mambalos Tuhanlah membalas Nenek (pr) on di hamu a. Tuhan doma mambalosna, b. Tuhanlah yang membalasnya c. Dia-lah yang bisa membalasnya serahkan semuanya kepada Tuhan,. kebaikan kalian d. Tuhanlah yang mambalasnya, e. Tuhanlah yang membalasnya f. Dia-lah yang bisa membalasnya serahkan semuanya kepada Tuhan,. Anak boru Nenek (pr)

151 10. ampun kepada Tuhan ampun kepada Tuhan ampun tu Tuhan. jadi seperti itulah sattabi marsappuluh ampun kepada Tuhan. jadi seperti itulah sattabi marsappuluh mangido do Tuhan Memintanya kepada namarkuasoi Tuhan Yang Maha Kuasa meminta kepada Allah meminta kepada Allah SWT SWT marpangido tu Allah meminta kepada Allah SWT. SWT dalam mandoa tu dalam mendoa kepada Tuhan ta kulling ka Tuhantta Na Markuasoi na Tuhan Kita sampaikan kepada Tuhan Yang Berkuasa Raja Panususnan Bulung Ayah Ayah Ayah Tulang Nenek (pr) Teks mangupa yang disampaikan pada upacara perkawinan adat Angkola sebagai puncak acara adat yang berisikan kalimat nasihat yang disampaikan oleh tokoh adat menunjukkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga setiap mereka menyampaikan kalimat nasihat selalu menyertakan Yang Maha Kuasa. Teks mangupa setelah dianalisis dibagi menjadi 10 (sepuluh) bagian yang terdiri dari Kalimat-kalimat nasihat memohon kepada Tuhan agar semua doa dan harapan dikabulkan oleh Sang Khalik Teks Mangupa yang Isinya agar diberi Anak yang Saleh dan Saleha Nasihat-nasihat pada upacara mangupa adat Angkola disampaikan oleh tokohtokoh adat dalihan na tolu mengharapkan kedua mempelai mendapat momongan, karena anak sebagai penerus keturunan (pomparan) marga pihak keluarga besar laki-laki. Setiap keluarga yang baru dibina sangat mengharapkan keturunan, begitu pula kedua orang tua sangat mengharapkan seorang cucu. Maka, tak jarang seorang anak laki-laki dipaksa kawin dengan boru tulang (anak gadis dari saudara kandung ibunya) atau sebaliknya

152 (orang tua memaksa anak perempuannya dinikahkan dengan anak namborunya (anak dari saudara perempuan ayahnya). Sejalan dengan hal itu, nasihat-nasihat yang disampaikan tokoh adat pada upacara mengupa adat Angkola, kalimat nasihat agar memiliki anak dan keturunan yang saleh dan saleha disampaikan dengan kalimat seperti pada tabel 31 di bawah ini: Tabel 31 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar diberi Anak yang Saleh dan Saleha Ompung 1 (Nenek) mudah-mudahan diterima tondi dohot badan munu, panjang umur kamu na malo marpomparan. Songoni Diterima tondi dohot badan munu, bahat rasoki markasehatan ma hita sude, parmaenku sude marsehatsehat, so get ro pahomppu mudah-mudahan diterima semangat dan badan kalian, panjang umur kalian pandaipandai beranak, diterima semangat dan badan kalian. Sehat-sehat kita semua, agar cepat mendapat cucu, Kalimat nasihat di atas yang disampaikan oleh ompung 1 (nenek) mengharapkan keturunan yang disampaikan dengan kalimat: Mudah-mudahan diterima tondi dohot badan munu, panjang umur kamu na malo marpomparan. Songoni, Diterima tondi dohot badan munu, bahat rasoki markasehatan ma hita sude, parmaenku sude marsehat-sehat, so get ro pahomppu. Yang artinya: mudah-mudahan diterima semangat dan badan kalian, panjang umur kalian pandai-pandai beranak, diterima semangat dan badan kalian. Sehat-sehat kita semua, agar cepat mendapat cucu. Pada kalimat yang disampaikan oleh ompung 1 mencerminkan harapan yang besar agar memiliki keturunan

153 disampaikan dengan kalimat: panjang umur kamu na malo marpomparan, panjang umur kalian dan pandai meiliki keturunan (anak/ beranak) hal itu dipertegas dengan kalimat kedua: parmaenku sude marsehat-sehat, so get ro pahomppu, yang artinya semuanya sehat biar segera datang cucu. Memang kalimat tersebut lebih tepat disampaikan oleh ompung dan bukan orang tua (ibu atau ayah) karena hal itu dianggap kurang sopan. Kalimat nasihat yang bertujuan mengingatkan agar memiliki keturunan sebagai ikatan berkeluarga karena dengan kelahiran anak dianggap keluarga sudah lengkap dan tinggal mendidik anak agar menjadi anak yang soleh dan saleha. Tetapi, di sisi yang lain semakin banyak anak dalam suatu keluarga maka akan semakin besar nama keluarga itu, karena memiliki anak yang banyak menunjukkan kebesaran suatu keluarga. Sehingga bagi masyarakat di luhak Angkola khususnya dan di wilayah Tapanuli anak adalah suatu kebanggaan, hal ini dikenal dengan pepatah: anakkokki do hamoraon di ahu, dengan demikian dengan memilki anak yang banyak akan bertambah tinggi pula harkat keluarga itu di tengah-tengahh masyarakat. Walaupun hal itu berseberangan dengan program pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB) dari BKKBN, dengan moto: Dua Anak Cukup. Memang, anak sebagai buah cinta dan kasih sayang kedua orang tua, maka dengan memiliki anak bagi komunitas di Luhak Angkola hal itu menjadi suatu kebanggan. Berdasarkan hal tersebut maka setiap upacara perkawinan adat Angkola yang puncak acaranya adalah mangupa adat, selalu menasihati agar memiliki anak yang banyak yaitu 33 orang yang terdiri dari 17 orang anak lakilaki dan 16 orang anak perempuan, hal itu dikenal dengan pepatah:..., maranak

154 hamu sappulu pitu marboru sappulu onom. Muda maranak hamu sappulu pitu marboru sappulu onom. Yang artinya: kalau beranak anak laki-laki kalian 17 orang dan memiliki anak perempuan 16 orang, untuk lebih jelas lihat tabel 32 di bawah ini: Tabel 32 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Diberi Anak yang Saleh dan Saleha PELAKU ADAT Mora TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA sadoa hita, laklak hamu di pittu sikkoruon digolom-golom, maranak hamu sappulu pitu marboru sappulu onom. Muda maranak hamu sappulu pitu marboru sappulu onom, adong ma on na dotes, adong ma na dotus, adong mai na dotos. Muda adong daganak muyu sappulu onom dohot sappulu pitu, adong mai jadi insinyur, adong na jadi doktor, adong na jadi bidan desa, adong bage gabe supir motor. On ma. MAKNA Selain dari itu mudahmudahan kita satu dalam doa ini, laklak hamu di pittu sikkoruon digolom-golom, beranak anak laki-laki kalian 17 orang dan memiliki anak perempuan 16 orang. Jika ada anak laki-laki 17 orang dan memiliki anak perempuan 16 orang,ada yang jadi insinyur,ada yang jadi doktor,ada yang jadi bidan desa,ada pula jadi supir mobil. Pandangan tentang: banyak anak, banyak rezeki menurut orang di luhak Angkola dan Tapanuli, dengan memiliki anak yang banyak dengan jumlah 33 orang, yang terdiri dari 17 orang anak laki-laki dan 16 orang anak perempuan. Pada masa kini memang sudah jarang terjadi, tetapi hal itu menjadi pepatah yang tetap disampaikan pada upacara mangupa adat Angkola. Tetapi. mengingat situasi ekonomi dan kehidupan masyarakat di luhak Angkola yang pada umumnya belum memadai untuk membiayainya.

155 Hal itu, saat ini sudah jarang terjadi, ditambah pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang secara kontinu untuk mengajak orang tua untuk ber-kb dan menerapkan delapan fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari seperti: fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi, dan fungsi pelestarian lingkungan (Indonesia Kini Edisi 4/1/8 Juli 2015:10). Hal itu sesuai dengan kualitas sebuah bangsa yang ditentukan oleh kualitas sebuah keluarga, sehingga semua kualitas anak ditentukan dengan kualitas keluarga. Oleh karena itu, dengan jumlah anak sebanyak 33 orang pasti akan membutuhkan perhatian yang tidak sedikit, apalagi menciptakan keluarga yang berkualitas, maka sebuah keluarga dengan jumlah anak 33 orang sudah jarang terjadi. Sejalan dengan hal itu, memiliki yang mendapat perhatian, kasih sayang, serta kelengkapan fasilitas yang memadai, ditambah dengan tingginya biaya yang harus dipenuhi. Maka, pendidikan merupakan hal yang menjadi prioritas yang mutlak untuk diberikan kepada anak baik itu pendidikan pembentukan kepribadian di rumah tangga, begitu pula pendidikan formal, informal, dan nonformal, agar anakanak yang lahir menjadi anak yang soleh dan saleha. Karena, semakin banyak anak akan semakin sulit untuk memantau pendidikannya, sehingga setiap anak butuh perhatian yang lebih terutama pendidikan agama dan pendidikan dasar di rumah tangga. Akibatnya, anak tidak terkontrol yang secara implisit tokoh adat tidak menginginkannya hal itu disampaikan pada kalimat nasihat: Muda maranak hamu sappulu pitu marboru sappulu onom, adong ma on na dotes, adong ma na dotus, adong mai na dotos: sehingga kalimat itu bermakna kurang baik terhadap proses kelahiran dan mendidiknya, hal itu yang seolah-olah tidak

156 perhatian yang sama dan kurang dapat dikontrol pendidikannya sehingga anak yang diharapkan menjadi kebanggan orang tua malah sebaliknya. Hal itu, dipertegas dengan kalimat: Muda adong daganak muyu sappulu onom dohot sappulu pitu, adong mai jadi insinyur, adong na jadi doktor, adong na jadi bidan desa, adong bage gabe supir motor. Yang artinya: kalau anak laki-laki 17 orang dan anak perempuan 16 orang... adalah yang jadi insinyur, ada yang jadi doktor, ada yang jadi bidan desa, ada pula jadi supir angkot. Jadi, pepatah yang mengatakan Muda maranak hamu sappulu pitu marboru sappulu onom atau kalau anak yang dimiliki berjumlah 33 orang yang terdiri dari anak laki-laki 17 orang dan anak perempuan 16 orang atau semakin banyak anak semakin banyak rezeki. Keturunan yang banyak menjadi harapan setiap keluarga di Luhak Angkola dan Tapanuli, tetapi memiliki anak yang berhasil tentu membutuhkan perhatian dan faktor pendukung yang tidak sedikit karena keberhasilan anak tidak luput dari perhatian dan persiapan-persiapan agar anak berhasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, terjadi perubahan paradigma di luhak Angkola memiliki anak-anak yang berhasil seluruhnya sudah menjadi harapan setiap orang tua, dibandingkan dengan banyak anak, tetapi ada yang tidak berhasil oleh karena kurangnya perhatian dan persiapan orang tua untuk mempersiapkan jadi anakanak berhasil, yaitu anak yang saleh dan saleha Teks Mangupa yang Isinya agar Rajin dan Giat Berusaha Pada pesta perkawinan adat Angkola puncak mata acara yaitu upacara mangupa adat yang dipersiapkan dengan seperangkat bahan-bahan pangupa kemudian diberikan kata-kata nasihat hidup berumah tangga yang ditandai dengan

157 membaca makna-makna pada bahan-bahan pangupa(surat situmbaga holing). Kemudian diberikan nasihat-nasihat oleh tokoh adat dalihan na tolu harajaon, hatobangon, alim ulama, dan cerdik pandai. kepada kedua mempelai. Maksdud dan tujuan disampaikan nasihat-nasihat oleh tokoh-tokoh adat adalah sebagai pedoman hidup berumah tangga agar rajin dan giat berusaha agar rumah tangga dapat berjalan dengan dengan baik, karena dengan giat dan rajin berusaha seluruh kebutuhan hidup berumah tangga dapat terpenuhi. Pada teks mangupa tokohtokoh adat berperan penting menjelaskan dan menjabarkan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berumah tangga. Tokoh-tokoh adat dalam menyampaikan nasihat dengan menggunakan kalimat seperti: Tabel 33 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Rajin dan Giat Berusaha PELAKU ADAT Raja Panusunan Bulung TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA Idiama satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, sedikit sama dimakan, kalau tak ada sama dicari. Muda adong bere, rap dipangan, nadong, rap dijalakan. Ulang baen hamu songon daganak sannari, bayo matcari diligi anak boru i marcolakcolak tinggal di bagas manjojori tangga ni halak. Inda karejo on. Sabalikna adaboru matcari, diligi bayo P6. Aha dei P6 on? Pontang panting pahae pahulu patidahon potong. On MAKNA Di mana satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, sedikit sama di makan, kalau tidak ada sama di cari. Kalau ada keponakan, sama dimakan, bila tidak ada, sama dicari. Jangan buat kalian seperti anak sekarang, suami bekerja, istri hanya bersolek di rumah dan pergi ke setiap rumah orang. Itu bukan suatu pekerjaan. Sebaliknya perempuan bekerja, kita lihat suami P6. Apa itu P6? Hilir mudik ke sana ke mari bergaya-gaya. Ini juga bukan

158 na karejo bere on. Ingot on. pekerjaan. Ingat ini. Teks mangupa yang berisikan nasihat-nasihat agar rajin dan giat berusaha, disampaikan dengan bahasa yang lebih halus karena disampaikan seperti berpantun, supaya keluarga yang baru dibentuk dapat langgeng tanpa ada kendala dari sudut finansial, karena keuangan sangat meentukan terciptanya keluarga yang diharapkan. Kalimat nasihat agar rajin dan giat berusaha disampaikan oleh Raja Panusunan Bulung sebagai berikut: Idiama satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, sedikit sama dimakan, kalau tak ada sama dicari. Muda adong bere, rap dipangan, nadong, rap dijalakan. Yang artinya: Di mana satu ringgit tiga per delapan, satu bulan tiga puluh hari, sedikit sama di makan, kalau tidak ada sama di cari. Kalau ada keponakan, sama dimakan, bila tidak ada, sama dicari. Kalimat nasihat agar rajin dan giat berusaha dijelaskan oleh Raja Panusunan Bulung dengan bahasa yang mengandung nilai-nilai keindahan agar membuka pemikiran dan lebih mudah diingat. Kalimat nasihat apabila dianalisis dibentuk seperti pantun, yang terdiri dari 4 larik, yang terdiri atas dua larik pertama sebagai sampiran dan dua larik berikut sebagai isi, sedangkan persajakan terdiri atas persajakan ab-ab untuk lebih jelas lihat kata nasihat tersebut di bawah ini: 1. Idiama satu ringgit tiga per delapan / a 2. Satu bulan tiga puluh hari / b 3. Sedikit sama dimakan / a sampiran Isi

159 4. Kalau tak ada sama dicari / b Pada kalimat pantun nasihat yang disampaikan oleh tokoh adat dalihan na tolu pada sampiran diberi kalimat sampiran yang memikat dengan menggunakan kata satu ringgit tiga per delapan, padahal kata satu ringgit kurang dikenal oleh generasi muda kini, yang kuatkan dengan satu bulan tiga puluh hari, pemilihan kalimat sampiran cukup memikat. Diberikan dengan kalimat isi pada larik ke tiga dan keempat digunakan sedikit sama dimakan, kalau tidak ada sama dicari. Hal ini berarti memiliki pesan yang cukup menggigit karena mengajak dan mengingatkan agar kedua mempelai rajin dan giat berusaha. Hal itu ditegaskan dengan kalimat berikut yaitu:...muda adong bere, rap dipangan, nadong, rap dijalakan... yang artinya: kalau ada menantu (lk) sama dimakan dan bila tidak ada sama dicari. Jadi, inti kalimat nasihat yang disampaikan oleh Raja Panusunan Bulung itu, ialah giat dan rajinlah berusaha. Lebih lanjut Raja Panusunan Bulung memberikan nasihat mengenai giat dan rajin berusaha disebutkan dengan kalimat nasihat: Ulang baen hamu songon daganak sannari, bayo matcari diligi anak boru i marcolak-colak tinggal di bagas manjojori tangga ni halak. Inda karejo on. Yang artinya: Jangan buat kalian seperti anak sekarang, suami bekerja, istri hanya bersolek di rumah dan pergi ke setiap rumah orang. Itu bukan suatu pekerjaan. Hal tersebut bermaksud memberikan perbandingan bahwa suami istri harus saling bekerja mengurus rumah tangga, dan bukan pergi ke rumah tetangga (manjojori 15 ) untuk ngobrol 15 Manjojori: medatangi rumah tetangga satu persatu.

160 (manukek 16 ). Kebiasaan buruk seorang istri ketika pergi keluar rumah tanpa manfaat karena manukek akan memberikan dampak buruk karena membicarakan sesuatu yang tidak manfaat bagi keluarga, tetapi lebih banyak mudaratnya hal itulah yang perlu diingatkan bagi seorang istri yang saleh. Begitu pula dengan kalimat nasihat yang berikut: Sabalikna adaboru matcari, diligi bayo P6. Aha dei P6 on? Pontang panting pahae pahulu patidahon potong. On na karejo bere on. Ingot on. Yang artinya: malah sebaliknya perempuan bekerja, kita lihat suami P6. Apa itu P6? Hilir mudik ke sana ke mari bergaya-gaya. Ini juga bukan pekerjaan. Ingat ini. Pada kalimat nasihat ini berseberangan dengan yang sebelumnya yaitu apabila istri yang bekerja sang suami malah ke sana ke mari bergaya-gaya, tanpa pernah sadar kewajibannya sebagai seorang suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi nasihat giat bekerja untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga merupakan hal sangat urgen, kemudian saling membantu agar segala kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, kemudian mempunyai kesadaran atas tanggung jawab masing-masing dan saling melengkapi untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga agar rumah tangga dapat berjalan dengan dengan baik, karena dengan giat dan rajin berusaha seluruh kebutuhan hidup berumah tangga dapat terpenuhi. Kalimat nasihat berikut disampaikan tokoh adat ompung (kakek) agar rajin dan giat berusaha hal itu dapat dianalisis pada teks mangupa pada tabel 34 berikut ini: 16 Manukek: (istilah di luhak Angkola) yang digunakan untuk menggosip/ ngerumpi ke rumahrumah tetangga

161 Tabel 34 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Rajin dan Giat Berusaha PELAKU ADAT Oppung (Kakek) TRADISI MANGUPA ADAT ANGKOLA Indahan sigodang manita nia. Napodo di pangan ma binoto dai na. sanga ahape artina indahan siribu-ribu. Asa ombang mada ratus o mangaribu. Artina on, gogo ho mancari opung, maribu-ribu, marjuta-juta, marmiliyar. Tai ulang ho korupsi. Dikojar KPK naron. Na halal nai ma buat opung ate. MAKNA Begitu juga dengan nasi yang ada disini itu menunjukkan tanda suka cita. belum lagi kita makan kita sudah tahu rasanya. Semoga ke depannya lebih giat bekerja mencari uang beriburibu, berjuta-juta bahkan bermilyaran. Tapi jangan sampai korupsi. Yang halallah kamu kerjakan. Upacara adat mangupa berfungsi menyampaikan kata-kata nasihat kepada kedua mempelai (dua simanjujung), kata-kata nasihat sebagai perwujudan kasih sayang kedua dalihan natolu dan orang tua kepada anak-anaknya. Kata-kata nasihat merupakan modal hidup untuk diterapkan tengah-tengah masyarakat, yang kesemuanya bertujuan untuk mematangkan diri agar bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang baru dibentuk. Kata-kata nasihat yang disampaikan tokoh-tokoh adat yang juga perpanjangan tangan orang tua, dengan nasihat dapat menumbuhkan kepekaan dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat, terutama agar rajin dan giat berusaha seperti pada kalimat nasihat: Indahan sigodang manita nia. Napodo di pangan ma binoto dai na. sanga ahape artina indahan siribu-ribu. Asa ombang mada ratus o mangaribu. Artina on, gogo ho mancari opung, maribu-ribu, marjuta-juta, marmiliyar. Tai ulang ho korupsi, dikojar KPK naron. Na halal nai ma buat opung ate. Yang artinya: Begitu juga dengan nasi yang ada di sini, itu menunjukkan tanda suka cita. belum lagi kita makan kita sudah tahu rasanya. Semoga ke depannya lebih giat bekerja

162 mencari uang beribu-ribu, berjuta-juta bahkan bermilyaran. Tapi jangan sampai korupsi. Yang halallah kamu kerjakan. Berdasarkan kalimat nasihat pada teks mangupa berikut sama seperti diata dibuat seperti pantun tetapi memiliki perbedaan pada jumlah larik yang isinya pada larik ke lima, kemudian dilakukan analisis teks secara cermat diperoleh kata-kata nasihat agar dapat mengingatkan kedua mempelai bertanggung jawab dalam berusaha serta rajin dan giat. 1. Indahan sigodang manita nia / a 2. Napodo di pangan ma binoto dai na / a sampiran 3. sanga ahape artina indahan siribu-ribu / b 4. Asa ombang mada ratus o mangaribu / b 5. gogo ho mancari opung, maribu-ribu, marjuta-juta, marmiliyar/ c Isi Pada kalimat pantun nasihat yang disampaikan oleh tokoh adat pada sampiran diberi kalimat sampiran yang memikat dengan menggunakan kata adat Indahan sigodang manita nia 17, Napodo di pangan ma binoto dai na padahal kata tersebut nasi yang ada pada bahan pangupa, dikuatkan dengan kalimat: Napodo di pangan ma binoto dai na, artinya: walaupun belum dimakan sudah tahu rasanya. Pemilihan kalimat isi memberikan penguat agar rajin dan giat berusaha, kalimat isi pada larik ke lima: Artina on, gogo ho mancari opung, maribu-ribu, marjuta-juta, marmiliyar. Begitu pula kalimat keenam sebagai penegas yang lagi tren saat ini yaitu korupsi dipertegas dengan kalimat: Tai ulang ho korupsi, dikojar KPK naron. Na halal nai ma buat opung, ate. Pada kalimat tersebut carilah rezeki yang halal sebanyak-banyaknya karena, jangan korupsi nanti 17 Indahan sigodang manita nia; nasi yang dipakai pada bahan pangupa yang diletakkan di depan pengantin..

163 dikejar KPK. Maka, sebaiknya carilah rezeki dengan giatlah berusaha yang halal dan baik, karena rezeki yang halal itu akan berkat karena memberikan ketenangan di rumah tangga dari pada hasil yang didapat dari korupsi yang tentunya akan berdampak pada ketidaktenangan dalam rumah tangga Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Hemat dalam Menggunakan Uang Teks mangupa berfungsi memberikan nasihat kepada kedua mempelai (dua simanjujung), kalimat nasihat sebagai merupakan modal hidup di tengah-tengah masyarakat yang dulia dengan rajin dan giat berusaha, karena setelah diperoleh hasil dari usaha belum tentu cukup karena, hasil yang tidak dikelola dengan baik maka usaha tersebut akan sia-sia. Oleh karena itu, hidup hemat dan cermat dalam mengelola anggaran rumah tangga sangat menentukan agar hemat menggunakan uang sangat penting diberikan nasihat kepada kedua mempelai. Hal itu disampaikan oleh tokoh adat dalihan natolu sebagai berikut: Tabel 35 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Hemat dalam Menggunakan Uang Oppung (Kakek) Aha tarpayak dijolo munu on Artina on, gogo ho mancari opung, maribu-ribu, marjuta-juta, marmiliyar. Tai ulang ho korupsi. Dikojar KPK naron. Na halal nai ma buat opung ate. Makanan yang terletak di Semoga ke depannya lebih giat bekerja mencari uang beribu-ribu, berjuta-juta bahkan bermilyaran. Tapi jangan sampai korupsi. Yang halallah kamu kerjakan. Berusaha dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga merupakan sesuatu yang sangat esensial karena dengan terpenuhi kebutuhan rumah tangga maka, rumah tangga akan berjalan dengan baik. Tetapi, dalam sistem pengelolaan

164 keuangan di rumah tangga menjadi sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan oleh tokoh adat. Karena, banyak rumah tangga yang keliru dalam mengelola keuangan yang hidup tidak sesuai dengan pemasukan keuangan yang dimiliki sehingga besar pasak dari pada tiang, sudah tentu ini jadi masalah yang kurang baik. Hal ini disampaikan oleh tokoh adat dengan kalimat sebagai berikut: Aha tarpayak dijolo munu on Artina on, gogo ho mancari opung, maribu-ribu, marjuta-juta, marmiliyar. Tai ulang ho korupsi. Dikojar KPK naron. Na halal nai ma buat opung ate. Yang artinya: Makanan yang terletak di depan kalian ini, artinya semoga lebih giat bekerja mencari uang beribu-ribu, berjuta-juta bahkan bermilyaran. Tapi jangan sampai korupsi. Yang halallah kamu kerjakan. Materialistis banyak menjerat orang untuk berbuat curang dalam mencari rezeki karena, hal tersebut cara yang instan untuk memperoleh yang diinginkan. Jadi, tokoh adat telah mengingatkan untuk mencari usaha yang halal saja yang dikerjakan agar jangan sampai korupsi. Oleh karena itu, hemat menggunakan uang dan sesuaikan dengan kebutuhan serta kekuatan anggaran. Begitu pula pada kalimat-kalimat nasihat yang disampaikan oleh ayah mempelai laki-laki ketika menyampaikan kalimat nasihat kepada kedua mempelai, yang secara hakiki menjabarkan tentang penggunaan keuangan yang tertib dan hemat, hal tersebut disampaikan pada kalimat nasihat pada tabel 36 berikut ini: Tabel 36 Teks dalam Performansi Mangupa yang Isinya agar Hemat dalam Menggunakan Uang Ayah (pengantin laki-laki)..., kira-kira harus dipilah sadia na giot mangan ma piga malam aturan yang berlalu, sakkibung do atau habit pardandang, hata-hata sipaingot, rumah tanggga yang baik, rumah.., kira-kira harus dipilah berapa yang mau dimakan sudah berapa malam aturan yang berlalu hata-hata sipaingot, rumah tanggga yang baik, rumah tangga bahagia, rumaha

165 tangga bahagia, rumaha tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Rumah tangga yang ideal adalah rumah tangga yang memiliki faktor pendukung finansial yang memadai, karena finansial yang cukup akan memberikan kecukupan pada kebutuhan tumah tangga. Hal tersebut berarti sistem pengelolaan keuangan yang bijaklah yang membuat rumah tangga dapat berjalan sesuai dengan diinginkann. Sehingga, upacara mangupa adat Angkola bertujuan menuntun kedua mempelai (dua simanjujung) agar lebih matang dalam menngelola anggaran keuangan. isi teks mangupa yang menguraikan kata-kata nasihat tersebut adalah sebagai berikut:..., kira-kira harus dipilah sadia na giot mangan ma piga malam aturan yang berlalu, sakkibung do atau habit pardandang artinya: kira-kira harus dipilah berapa yang mau makan sudah berapa malam/ hari yang sudah berlalu. Pada kalimat nasihat tersebut orang tua memberikan peringatan dalam mengelola keuangan, yaitu harus dipilah berapa yang mau dimakan dan berapa untuk keperluan yang lain dan sudah berapa malam/ hari yang sudah berlalu. Yang berarti apakah keuangan masih mencukupi untuk sampai pada akhir bulan atau malah harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan pokok keperluan rumah tangga. Tetapi yang ada pesan yang perlu mendapat perhatian yaitu kalimat berikut: sakkibung do atau habit pardandang kalimat sakibung berarti mempelai pria adalah anak tunggal, bukan berarti anak tunggal semena-mena menghabiskan uang dengan maksud kalau uang habis tinggal minta kepada kedua orang tua. Sebelum hal itu terjadi orang tua telah mengingatkan jangan mentang-mentang anak laki-laki satu-satunya sesuka hati menghambur-hamburkan uang. Hal lain yang diingatkan orang tua yaitu: atau habit pardandang kalimat habit pandandang bermakna: pikirkan uang lelah orang lain yang

166 bekerja yang harus dibayar, karena tenaga orang yang (pardandang artinya tukang masang pada pesta perkawinan) telah dipakai harus dibayar, hal itu berarti hemat dalam mengelola keuangan sehingga akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Setiap kata nasihat mengandung makna yang sarat dengan pesan-pesan kepada kedua mempelai, ketika hal tersebut disadari ini akan sangat bermanfaat karena mampu berhemat dalam mengelola keuangan. Manfaat yang didapat apabila hemat dalam mengelola keuangan ditegaskan dengan kalimat nasihat seperti: hata-hata sipaingot, rumah tanggga yang baik, rumah tangga bahagia, rumaha tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT..., kira-kira harus dipilah berapa yang mau dimakan sudah berapa malam aturan yang berlalu. Yang artinya: hata-hata nasihat, agar menjadi rumah tanggga yang baik, rumah tangga bahagia, rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Jadi, nasihat agar rajin dan giat berusaha akan dapat finansial yang bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, disamping itu sistem keuangan juga harus dikelola keuangan dengan bijaksana. Apabila hal itu dilaksanakan maka harapan untuk menjadi keluarga yang baik yaitu rumah tangga bahagia, rumah tangga sakinah, rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Kalimat itu merupakan kontribusi dari bekerja lebih giat dan rajin kemudian dibutuhkan sistem pengelolaan keuangan yang bijak sehingga keluarga sakinah dapat terwujud. Teks mangupa adat Angkola pada umumnya menyampaikan kata-kata nasihat dan tuntunan hidup berumah tangga secara umum menyampaikan kata-kata tuntunan hidup berumah tangga atau kata-kata nasihat mangupa. Upacara mangupa adat yang disampaikan kepada kedua mempelai untuk mendapat wejangan dan tuntunan dalam bentuk kalimat-kalimat nasihat hidup berumah tangga dari tokoh adat dalihan natolu dan seluruh keluarga. Kalimat-kalimat nasihat mangupa yang ditranskripsikan dalam bentuk

167 teks mangupa dapat dikelompokkan menjadi delapan bagian yaitu: 1) Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Doa ucapan selamat berumah tangga, 3) Pesan-pesan hidup rukun dan damai (keluarga sakinah), 4) Bersilaturahim dengan sanak keluarga dan masyarakat, 5) Taat beragama, 6) Diberi anak yang saleh dan saleha, 7) Rajin dan giat berusaha, 8) Hemat dalam menggunakan uang. 5.2 Ko-teks dalam Performansi Mangupa Horja Godang Berdasarkan hasil pengamatan, penelusuran serta wawancara yang mendalam (dengan informan kunci Bapak H. G. Siregar Baumi Gelar Ch. Sutan Tinggibarani Perkasa Alam, Mahyuddin Hasibuan, Mara Gading Harahap gelar Sutan Batara Guru, dan Bapak Sorimuda Harahap ketua Forkala ) kemudian dikumpulkan keteranganketerangan dari pelaku adat, tokoh-tokoh adat diperoleh data primer, agar lebih jelas dipaparkan sebagai berikut: Upacara perkawinan adat yang puncak acaranya adalah upacara mangupa adat Angkola sebagai objek kajian, pada kajian koteks mengkaji tanda-tanda nonverbal pada upacara mangupa yaitu terfokus pada benda-benda yang digunakan masyarakat adat. Tanda-tanda nonverbal dengan membaca benda-benda yang digunakan masyarakat adat Angkola yang selalu diistilahkan masyarakat adat, membaca Surat Situmbaga Holing 18. Tanda-tanda nonverbal pada upacara mangupa yang puncak acaranya adalah membaca surat situmbaga holing (menguraikan makna bahan-bahan pangupa oleh raja panusunan bulung). Bahan-bahan yang digunakan pada upacara mangupa terdiri dari: a) 7 (tujuh) butir pira manuk na nihobolan (7 butir telur ayam yang direbus), b) manuk (ayam), c) horbo (kerbau) yang terdiri atas: 2 (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut, d) 18 Surat Situmbaga Holing yaitu surat atau huruf tembaga keling adalah membaca makna atau memaknai benda-benda adat yang digunakan pada upacara adat

168 sira (garam), e) udang, f) ikan mas, g) air bening, h) anduri (tampi), i) 3 (tiga) bulung ujung (3 lembar daun pisang), j) nasi putih, k) ulos, l) daun sirih (burangir sampe-sampe). Benda-benda adat dapat diklasifikasikan atas tiga kategori yaitu benda-benda adat yang berasal dari alam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 37 di bawah ini: Tabel 37 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari hewan Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari Hewan Makna 1. pira manuk telur ayam 2. manuk Ayam 3. horbo terdiri dari: (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut, Kerbau 4. Udang Udang 5. Gulaen ikan mas 6. Gulaen adat Ikan jurung

169 Gambar 11. Pengantin pria sedang mengambil bahan pangupa (pada upacara mambutong-butongi mangan) pada upacara mangupa adat Angkola. Benda-benda adat yang berasal dari hewan seperti: pira manuk na nihobolan (telur ayam yang direbus), manuk (ayam), horbo (kerbau yang terdiri atas: 2 (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut), udang, ikan mas, dan ikan jurung. Tabel 38 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari Tumbuhan Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari tumbuhan Makna 1. bulung ujung daun pisang 2. burangir sampe-sampe). daun sirih 3. Indahan nasi putih 4. ulos, Kain adat (kapas) 5. anduri Tampi (bambu)

170 6. Gambir Gambir 7. Imbako Tembakau 8. Pining Pinang 9. Amak lappisan Tikar pandan berlapis Benda-benda adat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti: anduri (tampi), bulung ujung (daun pisang), nasi putih, ulos, dan daun sirih (burangir sampe-sampe). Tabel 39 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari Alam Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari Hewan Makna 1 aek na lan air bening 2, Sira Garam 3. soda kapur sirih Benda-benda adat yang berasal dari alam seperti: air bening, garam (sira), dan soda (kapur sirih). Pemaknaan bahan pangupa sebagai tanda nonverbal yang digunakan secara simbolik dengan benda-benda pangupa yang lain merupakan simbolik makna tertentu pada upacara mangupa adat Angkola. Setiap benda yang digunakan pada upacara adat mangupa mempunyai makna simbolik, bahan pangupa memiliki makna simbolik yang memiliki makna penting sebagai simbol yang digunakan pada kehidupan. Berdasarkan data-data bahan pangupa akan dikaji dengan kajian semiotik Piersce mengkaji ikon, indeks, dan simbol dari bahan-bahan pangupa sebagai kajian koteks

171 mangupa adat Angkola. Ko-teks pada berfungsi untuk memperjelas pesan atau makna benda-benda sebagai bahan pangupa. Di samping itu kajian koteks bahan mangupa perlu dianalisis dengan sebagai tanda nonverbal dan tidak dapat dipisahkan dari teks lisan pada upacara mangupa Bahan Pangupa yang Berasal dari Hewan Perangkat mangupa berupa bahan-bahan makanan yang diletakkan di atas tampi (anduri) yang dilapisi daun pisang (bulung ujung) sebanyak tiga helai. Jenis bahan makanan yang diletakkan dalam mangupa menentukan besar-kecilnya pesta adat (horja). Makanan yang diolah dari hewan yang disajikan dalam perangkat tersebut menandakan tingkatan besar-kecilnya Mangupa yang sedang dilaksanakan. Bahan-bahan yang dipersiapkan oleh pemilik hajat mangupa (suhut sihabolonan) terdiri dari benda-benda adat yang berasal dari hewan yang dipakai sebagai perlengkapan mangupa. Bahan-bahan pangupa memiliki makna-makna simbolik yang melambangkan dengan makna yang dituju sesuai dengan hajatan yang akan di-upa-upa. Oleh karena itu, fungsi bahan-bahan yang dipilih dan disesuaikan dengan keinginan suhut bolon, sehingga pelaku adat (Raja Panususnan Bulung, Raja Pangundian, Raja Torbing Balok, Hatobangon, cerdik pandai, dan seluruh yang hadir) dapat memberikan makna-makna sebagai perlambang dari bahan-bahan pangupa. Suhut sihabolonan (tuan rumah) harus mempersiapkan benda-benda yang dibutuhkan pada prosesi mangupa, bahan-bahan sebagai persyaratan mangupa dinamakan pangupa, pangupa terdiri dari berbagai makanan, makanan yang berasal dari hewan seperti: ikan mas, anak ikan jurung (ikan jurung), telur ayam, udang, ikan mas, dan kerbau. Tabel 40 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari hewan

172 Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari Hewan Makna 1. pira manuk telur ayam 2. manuk Ayam 3. horbo terdiri dari: (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut Kerbau 4. Udang Udang 5. Gulaen ikan mas 6. Gulaen adat Ikan jurung Benda-benda adat yang berasal dari hewan seperti: pira manuk na ni hobolan (telur ayam yang direbus), manuk (ayam), horbo (kerbau yang terdiri atas: 2 (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut), udang, ikan mas, dan ikan jurung. Kajian segitiga semiotik oleh Peirce mengungkapkan tiga komponen tanda yaitu: 1) representamen, yaitu bentuk yang menyatakan tanda atau kenderaan tanda setara dengan penanda (signifier), 2) interpretant, yaitu makna yang didatangkan dari tanda itu atau makna yang dibuat seseorang; setara dengan signified, dan 3) object, yaitu sesuatu yang berada di luar tanda yang merupakan acuan. Proses semiosis terjadi melalui proses logical argumentation dalam urutan abduksi, deduksi, dan induksi kemudian melalui sistem triadic, yakni relasi antar unsur tanda dengan mengkaji setiap tahap dan kaitan masing-masing dalam konsep semiosis secara langsung atau tidak langsung antara objek dan realitas (garis terputus pada gambar 1). Pada tahap semiosis Hubungan triadik semiosis antara tanda (ground/ representament), objek dan interpretant diperjelas dengan tiga trikotomi menurut Pierce seperti yang diuraikan di bawah:

173 1) Pira Manuk (telur ayam) Pemahaman semiotik tentang kata telur ayam (pira manuk) yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu telur ayam, 2) mengacu kepada objek (benda berbentuk bulat yang di hasilkan oleh ayam, 3) penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang telur ayam. Dari pemaknaan tentang telur ayam (pira manuk), proses 1) disebut disebut dengan proses pemaknaan indrawian individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masing-masing individu sesuai dengan pengalaman individu. Telur ayam ini melambangkan kebulatan (seperti bentuk telur yang bulat), kesatuan (setiap bagian telur menyatu dalam satu kesatuan). Telur ayam bagian berwarna putih, bermakna berbuat dan bertindak ikhlas tanpa pamrih, dan berbudi pekerti yang baik. Adapun bagian dalam telur berwarna kuning, bermakna berkata dan bertutur kata dengan sopan santun, sehingga dicintai oleh masyarakat. Adapun pemilihan ayam sebagai bahan untuk telur (telur ayam, bukan telur hewan lain) adalah karena ayam memiliki sifat berani dan bertanggung jawab melindungi anak-anaknya dari marabahaya. Pada ayam, sifat tersebut sangat menonjol, bahkan induk ayam sangat melindungi anak-anaknya dari ancaman bahaya, seperti dari terkaman burung elang yang hendak memangsa anak-anak ayam. Induk ayam berjuang mati-matian mempertahankan anak-anaknya melawan musuh sambil melindungi anak-anaknya. Ayam juga memberikan pelajaran yang baik kepada anak-anaknya dalam hal mencari makanan untuk mempertahankan hidupnya. Tabel 41 Pira Manuk (telur ayam)

174 Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari hewan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Benda dasar adat Angkola 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Jiwa dan raga bersatu padu, tegar, dan kuat 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat Telur ayam rebus dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) representamen (r): telur ayam rebus, 2) objek (o): bentuk telur ayam rebus, 3) interpretan (i): telur ayam direbus agar tidak berubah bentuknya, tidak hancur, merupakan simbol dalihan na tolu (kekerabatan yang harus dipelihara) demi kesatuan seluruh keluarga dan kerabat. 4) gambar telur ayam rebus: ikon 5) aroma telur ayam rebus: indeks, 6) symbol: makna telur ayam rebus. 2) Manuk (ayam) Pemahaman semiotik tentang kata ayam (manuk) yang dimaksudkan oleh Peirce dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu ayam, 2) Mengacu kepada objek (hewan yang pandai mengerami dan memelihara anak-anak ayam hingga ayam dewasa), 3) Penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang ayam, dari pemaknaan tentang ayam (manuk) sebagai simbol agar pengantin yang di-upa-upa dapat mengurus anak-anaknya kelak, proses 1)

175 disebut disebut dengan proses pemaknaan indrawi individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masing-masing individu sesuai dengan pengalaman individu terhadap hewan ayam. Tabel 42 Manuk (ayam) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari hewan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Pisang raut/ anak boru ni anak boru 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Pekerja keras dan menganyomi anak 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat 3) Horbo (kerbau) Horbo (kerbau) sebagai hewan yang memiliki kekuatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membajak sawah atau yang dahulu digunakan sebagai alat transportasi barang dan manusia. Masyarakat pada luhak Angkola bila memiliki hewan kerbau dianggap sebagai orang yang memiliki harta yang berkecukupan. Dengan dasar itu pula, bila melakukan upacara adat besar (horja godang) wajib menggunakan landasan (lahananna) 19 minimal seekor kerbau. Horbo (kerbau) sebagai landasan (perangkat) upacara terbesar, karena upacara adat yang besar hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki finansial yang memadai. Pemahaman semiotik tentang kata horbo (kerbau) yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi 19 landasan (lahananna) bahan atau perlengkapan yang dijadikan sebagai ukuran besar kecilnya upacara adat Angkola

176 (representamen) qualisign tanda kebesaran beradat, sinsign tanda pesta adat besar/ pesta harajaon legisign tanda adat pisang raut/ anak boru ni anak boru, ikon kaki, kuping, mata, lidah, hidung otak, mulut, index kekuatan simbol lambang adat bahan adat tertinggi rheme tanda pesta adat harajaon dicent sign tanda beradat argument tanda adat yang besar/ pesta adat yang besar. Tabel 43 Horbo (kerbau) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari hewan 1. G Qualisign Tanda Kebesaran beradat Sinsign Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon Legisign Tanda adat Pisang raut/ anak boru ni anak boru 2. Ikon Index Symbol O Kaki, kuping, mata, lidah, hidung otak, mulut, Kekuatan Lambang Adat Bahan adat tertinggi 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda pesta adat harajaon Tanda beradat Tanda adat yang besar/ pesta adat yang besar Pemahaman semiotik tentang kata Horbo (kerbau) yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu horbo (kerbau), 2) mengacu kepada objek (benda berbentuk bulat yang di hasilkan oleh horbo (kerbau), 3) penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang horbo (kerbau). Dari pemaknaan tentang horbo (kerbau), proses 1) disebut dengan proses pemaknaan indrawian individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masingmasing.

177 4) Udang (udang) Pemahaman semiotik pada kata udang yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu udang, 2) mengacu kepada objek (benda berbentuk bulat yang udang, 3) penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang udang. Dari pemaknaan tentang udang, proses 1) disebut disebut dengan proses pemaknaan indrawian individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masing-masing yang sesuai dengan pengalaman. Tabel 44 Udang (udang) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari hewan 1. G Qualisign Tanda Kebesaran beradat Sinsign Tanda pesta adat besar/ pesta harajaon Legisign Tanda adat Pisang raut/ anak boru ni anak boru 2. Ikon Index Symbol O Udang Kecermatan Lambang dan bahan adat 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda pesta adat harajaon Tanda beradat Tanda adat yang besar/ pesta adat yang besar Udang digunakan sebagai perangkat mangupa, udang merupakan hewan air yang dijadikan lambang karena memiliki nilai-nilai makna filosofis. Dari pergerakan udang yang maju mundur dalam melangkah maju ke depan. Pergerakan udang yang maju mundur mengandung nilai-nilai filosofis yang hanya bergantung pada situasi yang paling menguntungkan. Hal itu bermakna sada buat tu jolo dua buat tu pudi. Maju satu langkah

178 mundur dua langkah untuk mengambil ancang-ancang maju kembali untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Jadi, nilai-nilai filosofis lebih baik mundur dua langkah untuk mengambil suatu sikap positif dari pada tergesa-gesa tetapi gagal, makna udang sebagai perangkat pangupa adalah simbol ketelitian, seksama, dan cermat dalam mengammbil setiap keputusan. 5) Gulaen (Ikan Mas) Ikan mas adalah ikan yang hidup di air yang bersih yang mengalir deras maupun di kolam yang tenang, sehingga pada tubuh ikan diketahui bentuk tubuhnya bulan dan pendek ikan mas tersebut hidup di kolam dan bila bertubuh lebih ramping dan panjang berarti ikan mas hidup di air yang mengalir dengan deras. Ikan mas bagi masyarakat di luhak Angkola cukup populer karena selalu disuguhkan untuk menghormati para tamu. Ikan mas juga digunakan sebagai perangkat adat mangupa. Pada upacara mangupa adat Angkola Gulaen (ikan mas) selalu dihidangkan sebagai ikan kebesaran baik itu dipanggang, di arsik, naniura, dan berbagai hidangan adat lain. Tetapi, untuk menghidangkannya kepada raja-raja, harajaon, tamu dan undangan harus diperhatikan hal berikut. Bagi raja-raja, harajaon, kepala rumah tangga harus diberikan kepalanya sebagai bentuk rasa hormat kepada mereka. Tabel 45 Gulaen (ikan mas) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari hewan 1. G Qualisign Tanda Kebesaran beradat Sinsign Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon Legisign Tanda adat

179 2. O Ikon ikan mas 3. I Rheme Tanda pesta adat Index Kebesaran Dicent Sign Tanda beradat Symbol Lambang Adat Argument Tanda pesta adat Pemahaman semiotik pada kata Gulaen (ikan mas) yang dimaksudkan oleh Peirce dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu Gulaen (ikan mas), 2) mengacu kepada objek (benda berbentuk bulat yang Gulaen (ikan mas), 3) penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang Gulaen (ikan mas). Dari pemaknaan tentang Gulaen (ikan mas), proses 1) disebut disebut dengan proses pemaknaan indrawian individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masing-masing yang sesuai dengan pengalaman. 5) Ihan adat (ikan jurung ikan merah) Ihan adat (ikan jurung) dikenal dengan ikan merah merupakan ikan yang hidup di air yang bersih dan mengalir deras, Ihan adat (ikan jurung) berbentuk pipih dan panjang karena ikan ini tumbuh di air bersih dan deras maka rasa ikan merah ini gurih dan manis. Pada upacara mangupa adat Angkola ihan adat (ikan jurung) selalu dihidangkan, Ihan adat (ikan jurung) sebagai ikan kebesaran yang umumnya disandingkan dengan kerbau. Tabel 46 Ihan adat (ikan jurung) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari hewan

180 1. G Qualisign Tanda Kebesaran beradat Sinsign Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon Legisign Tanda adat 2. Ikon Index Symbol O Ikan jurung Kebesaran Lambang Adat Bahan adat 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda pesta adat harajaon Tanda beradat Tanda pesta adat Ihan adat (ikan jurung) pada pemahaman semiotik tentang kata Ihan adat (ikan jurung) yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu Ihan adat (ikan jurung), 2) mengacu kepada objek (hewan yang hidup di air tawar bersisik lebih gepeng dan panjang, 3) penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang Ihan adat (ikan jurung). Dari pemaknaan tentang Ihan adat (ikan jurung), proses 1) disebut disebut dengan proses pemaknaan indrawian individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masing-masing individu sesuai dengan pengalaman individu. Tabel 47 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari hewan Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari Hewan Makna Legisign Qualisign/Sinsign/D icent SignArgument Index/ Rheme Simbol 7. pira manuk telur ayam Benda dasar adat Angkola Tanda adat Jiwa dan raga bersatu padu, tegar, dan kuat 8. manuk Ayam Benda dasar adat Angkola Tanda adat Pekerja keras dan menganyomi anak 9. horbo: (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut Kerbau Benda dasar adat Angkola Tanda adat Lambang Adat Bahan adat tertinggi

181 10. Udang Udang Benda dasar adat Angkola Tanda adat Lambang Adat 11. Gulaen ikan mas Benda dasar adat Angkola Tanda adat Lambang Adat 12. Gulaen adat Ikan jurung Benda dasar adat Angkola Tanda adat Lambang Adat a) Pira manuk (telur ayam) qualisign/sinsign /dicent, argument index/rheme tanda beradat, sign legisign sebagai benda dasar adat, ikon benda telur ayam dan index tidak ada hubungan, simbol Jiwa dan raga bersatu padu, tegar, dan kuat. b) Manuk (ayam) Qualisign/Sinsign /Dicent Sign Argument Index/Rheme tanda beradat, Ikon benda ayam dan Index tidak ada hubungan. simbol Pekerja keras dan menganyomi anak. c) horbo (kerbau) yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) qualisign tanda kebesaran beradat, sinsign tanda pesta adat besar/ pesta harajaon legisign tanda adat pisang raut/ anak boru ni anak boru, ikon kaki, kuping, mata, lidah, hidung otak, mulut, index kekuatan simbol lambang adat bahan adat tertinggi rheme tanda pesta adat harajaon dicent sign tanda beradat argument tanda adat yang besar/ pesta adat yang besar. d) Udang Qualisign/Sinsign /Dicent Sign Argument Index/Rheme tanda beradat, Ikon dan Index Kecermatan. simbol Pekerja keras dan menganyomi anak. e) Gulaen (ikan mas) qualisign/sinsign /dicent sign argument index/rheme Tanda pesta adat harajaon, ikon dan index kecermatan. simbol lambang adat bahan adat tertinggi. f) Ihan adat (ikan jurung) pada pemahaman semiotik tentang kata Ihan adat (ikan jurung) yang dimaksudkan dengan representamen, pemaknaan yang dimaksudkan melalui, 1) pemaknaan indrawi (representamen) yaitu Ihan adat (ikan jurung), 2) mengacu kepada objek (hewan yang hidup di air tawar bersisik lebih gepeng dan panjang, 3) penafsiran berdasarkan pengalaman (interpretan) tentang Ihan adat (ikan

182 jurung). Dari pemaknaan tentang Ihan adat (ikan jurung), proses 1) disebut dengan proses pemaknaan indrawian individu, dan 2) dan 3) terjadi pada benak masingmasing individu sesuai dengan pengalaman individu Bahan Pangupa Berasal dari Tumbuh-tumbuhan Pada upacara mangupa adat Angkola dibutuhkan perlengkapan pangupa yang digunakan sebagai bahan-bahan pangupa yang menentukan besar kecilnya upacara mangupa tersebut. Oleh karena itu, bahan atau perangkat pangupa diperlukan juga bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan di samping yang berasal dari hewan dan alam. Bahan-bahan yang berasal dari tumbuhtumbuhan itu ada yang masih asli atau yang sudah diolah menjadi bahan jadi. Berdasarkan hal itu bahan-bahan pangupa yang berasa dari tumbuh-tumbuhan anatara lain: bulung ujung (daun pisang), burangir sampe-sampe (daun sirih), indahan (nasi putih), ulos kain adat (kapas), anduri (tampi bambu ), gambir (gambir), imbako (tembakau), pining (pinang), amak lappisan (tikar pandan berlapis). 1) Bulung Ujung (daun pisang) Trikotomi Bulung ujung (daun pisang) daun pisang yang digunakan pada upacara adat mangupa, pemakaian daun pisang ini berfungsi sebagai alas perangkat pangupa dan digunakan sebagai penutup perangkat pangupa. Bulung ujung, atau daun pisang bagian ujungnya, dipilih dengan alasan karena bagian ujung melambangkan sikap lemah lembut dan sifat fleksibel, tidak robek ketika diterpa angin. Daun pisang tumbuhnya menghadap ke langit. Sifat-sifat daun pisang

183 tersebut dimaknai dengan kokohnya sifat yang dimiliki walaupun banyak cobaan dan tantangan dalam kehidupan. Bulung ujung (daun pisang) pada setiap upacara adat selalu digunakan, hal itu terlihat pada pemakaian bulung ujung (daun pisang) pada pintu jalan masuk rumah kediaman terselenggaranya upacara perkawinan adat. Begitu pula digunakan pada atap rumah setiap pemasangan bungkulan, 20 jadi daun pisang memiliki makna yang cukup berarti dalam adat Angkola. Tabel 48 Bulung Ujung (daun pisang) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari tumbuhan 1. G Qualisign Tanda Kebesaran beradat Sinsign Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon Legisign Tanda adat 2. Ikon Index Symbol O Bulung ujung Kebesaran Perlindungan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda pesta adat harajaon Tanda beradat Tanda pesta adat yang besar Bulung ujung (daun pisang) sebagai simbolik atau arbitrer karena tidak ada alasan yang berterima lagi mengapa bulung ujung (daun pisang) sebagai petanda disebut sebagai pelindung yang mampu memberikan kesejukan sebagai penanda, penggunaan kosakata atau kata dalam bahasa adat sebagai perwujudan lambang-lambang adat. Bulung ujung (daun pisang) bermakna filosofis merupakan pelindung pada adat Angkola, karena 20 Bungkulan atau bukkulan kuda-kuda atap rumah, tradisi pemasangan kayu sebagai kuda-kuda atap rumah yang baru hal itu dipercaya agar rumah tersebut terhindar dari berbagai bencana. Pemasangan bungkulan dengan menyiapkan bahan seperti: daun pisang sitabar lengkap dengan setandan pisang dan jantungnya, pohon tebu sebatang, segandeng bibit kelapa, gulo bargot, santan pamorgo-morgoi, itak mata.

184 digunakan pada setiap upacara adat. Bulung ujung (daun pisang) memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat pelindung yang mampu memberikan kesejukan. Tetapi, pada tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu juga merupakan simbol adat kebesaran dan perlindungan. 2) Indahan (nasi putih) Trikotomi Indahan (nasi putih) dikenal dengan istilah indahan (nasi putih) sibonang manita, nada podo dipangan madung diboto daina, indahan (nasi putih) sebagai makanan pokok masyarakat Angkola, sehingga nasi putih memiliki makna yang tinggi pernyataan kasih sayang yang tinggi orang tua kepada anak dan menantu, yang artinya walaupun belum disebutkan maksud upacara mangupa sudah diketahui maksud dan tujuan Performansi upacara tersebut. Nasi yang berwarna putih melambangkan ketulusan, keikhlasan, dan kesatuan. Nasi terdiri dari banyak butir (bukan cuma satu butir) memiliki sifat mudah lengket dan dapat menyatu, sehingga bermakna kesatuan dalam keluarga besar dalihan na tolu, dengan pengertian bahwa semua anggota keluarga dapat menyatu walaupun memiliki perbedaan. Warna putih pada nasi melambangkan kesucian, kebersihan, dan kebenaran. Tujuannya agar pengantin dapat membaur dengan semua keluarga besar, memiliki sifat ikhlas (tulus), benar, dan bersih jiwanya. Tabel 49 Indahan (nasi putih) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari tumbuhan 1. G Qualisign Tanda Kebesaran beradat Sinsign Tanda pesta adat besar/ pesta arajaon Legisign Tanda adat 2. Ikon Index Symbol Kasih sayang orang tua

185 O Indahan (nasi putih) Wangi kepada anak 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda pesta adat harajaon Tanda beradat Tanda pesta adat yang besar Indahan (nasi putih) sebagai simbolik atau arbitrar karena tidak ada alasan yang berterima lagi mengapa Indahan (nasi putih) sebagai petanda disebut sebagai lambang kasih sayang, penggunaan kosakata atau kata dalam bahasa adat sebagai perwujudan lambang-lambang adat. Indahan (nasi putih) sebagai perangkat dasar upacara mangupa bermakna filosofis. Indahan (nasi putih) memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat Anak Boru menandakan kasih sayang orang tua kepada anak dan menantu. Tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu indahan (nasi putih) juga merupakan simbol kasih sayang orang tua. Teori semiotika Pierce, nasi putih dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) nasi putih (Representamen), 2) makanan hidangan pangupa (Objek), 3) nasi putih (Interpretan) merupakan lambang kesucian dan kebersihan, simbol pengharapan untuk melahirkan keikhlasan. a) Gambar nasi putih (ikon), b) Wangi nasi putih (indeks), c) Makna nasi putih (simbol). 3) Ulos (kain adat Batak dari kapas) Ulos (kain adat Batak dari kapas) dikenal dengan nama abit Batak, Abit Godang atau Ulos Godang tenunan masyarakat Batak Angkola, begitu pula Tapanuli Selatan, Toba Samosir, Simalungun, Batak Karo dan lainnya disetiap tempat memiliki kain khas daerah. Begitu pula di Angkola dikenal dengan nama abit Batak, abit godang atau ulos godang tenunan masyarakat Batak Angkola. Jadi kain adat memiliki nilai yang tinggi karena dipakai setiap upacara adat. Abit Batak, Abit Godang atau Ulos Godang tenunan

186 masyarakat Batak Angkola memiliki corak dan warna atau gambaran yang dipakai dalam upacara adat. baik upacara adat siluluton dan siriaon. Abit godang, yakni kain adat yang melambangkan pelindung, dengan adanya penutup kain tersebut, maka bermakna adanya perlindungan bagi jiwa yang sedang bersuka cita. Maksudnya pengantin akan merasakan jiwa yang tenang dengan adanya perlindungan apabila adat dijiwai dan dihayati. Abit batak, abit godang atau ulos godang tenunan masyarakat Batak Angkola berfungsi untuk menghargai tamu kehormatan yang dipakai pada upacara adat seperti: a) pembungkus/ penutup luar hidangan pangupa, b) selendang manortor (sabe-sabe), c) pembungkus luar indahan tungkus paseo robu,d) selimut kayu kuda-kuda bungkulan kayu atap rumah, e) pemberian orang tua kepada anak (abit godang), f) alas hidangan sirih sebagai pembuka acara adat. dan beberapa simbol-simbol adat bila ulos yang diberikan orang tua kepada anak gadisnya pada upacara perkawinan 21, Paropa Sadun atau Panjangki Na Togu 22 Tabel 50 Ulos (kain adat Batak dari kapas) Trikotomi Benda pangupa yang berasal dari tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat perhargaan kepada tamu yang dihormati, harajaon, mora, dan anak 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan dan perlindungan 21 Simbol bila ulos diberikan orang tua kepada anak gadis saat upacara perkawinan bertujuan agar keluarga pengantin laki-laki segera melakukan upacara adat. 22 Paropa Sadun atau Panjangki Na Togukain gendong anak yang baru lahir dari pihak mora kepada anak boru.

187 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat Ulos (kain adat Batak) sebagai simbol-simbol yang digunakan pada setiap upacara adat walaupun penggunaannya disesuaikan dengan jenis upacara adat. Ulos (kain adat Batak) memiliki bermakna filosofis pada adat Angkola, karena digunakan pada setiap upacara adat, begitu pula pada setiap pembuka upacara adat. Ulos (kain adat Batak) memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat pemberian mora kepada anak boru. menandakan persaudaraan. Tetapi, pada tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu Ulos (kain adat Batak) juga merupakan simbol persatuan simbol harajaon dan simora-mora. 4) Burangir (daun sirih Piper Betle Latin) Daun sirih (burangir) sebagai makanan selingan yang merupakan perekat diantara komunitas adat di Luhak Angkola (suku-suku Batak). Sirih sebagai simbol dari dalihan na tolu, daun sirih mempunyai makna filosofis yang beragam bagi masyarakat Angkola, karena digunakan pada setiap upacara adat, begitu pula pada setiap pembuka upacara adat Sirih yang dipakai adalah daunnya. Daun sirih ini jika dimakan akan mengeluarkan warna merah, sama seperti warna darah, diibaratkan sebagai penanda hubungan dari suhut dan kahanggi karena yang menandakan bahwa antara suhut dan kahanggi ini adalah sedarah. Simbol sirih digunakan untuk melambangkan hubungan yang erat antara suhut dan kahanggi serta mora dan anak boru, dengan harapan jangan terjadi perpecahan dalam dalihan na tolu.

188 Dalam teori semiotika Pierce, sirih dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Representamen (R): sirih, 2) Objek (O): daun sirih, 3) Interpretan (I): sirih dengan sifat berwarna merah jika dimakan (dikunyah) merupakan lambang pengharapan dalam membina hubungan yang erat (kental) dalam unsur kekerabatan dalihan na tolu. 4) Gambar daun sirih: ikon, 5) Rasa sirih:indeks, 6) Makna rasa sirih: simbol. Tabel 51 Burangir (daun sirih Piper Betle Latin) Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Suhut dan kahanggi tanda ersaudaraan 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat Daun sirih memiliki makna yang beragam sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat Suhut dan kahanggi menandakan persaudaraan. Tetapi, pada tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu daun sirih juga merupakan simbol persatuan. Di samping itu, daun sirih juga sebagai tanda adat yang menyiratkan makna antara lain: 1. Burangir sampe-sampe bermakna sebagai pemberitahuan bahwa yang diimpikan sudah dapat diraih. 2. Burangir pudun-pudun bermakna undangan ke pesta.

189 3. Burangir dua sarangkap bermakna meminta bantuan atau pertolongan. 4. Burangir taon-taon yaitu Sirih yang berfungsi mengembalikan semangat ke dalam tubuh paulak tondi tu badan atau pataon tondi dohot badan dalam burangir taon-taon. Daun sirih (burangir) sebagai simbolik atau arbitrar karena tidak ada alasan yang berterima lagi mengapa burangir sebagai petanda disebut sebagai lambang suhut/ kahanggi sebagai penanda, penggunaan kosakata atau kata dalam bahasa adat sebagai perwujudan lambang-lambang adat. 5) Sontang (Daun Gambir Uncaria Gambir Latin) Daun gambir (sontang) memiliki rasa agak sepat dan apabila dimakan terus akan berubah menjadi manis, dalam adat Angkola daun gambir (sontang) melambangkan anak boru. Simbol ini menandakan posisi anak boru pada adat dalihan na tolu yaitu kehidupan yang sepat dan manis. Simbol itu dalam bahasa adat Angkola disebut: Anak boru na mamboto sapot dohot tonggi ni na Marmora. Tabel 52 Sontang (Daun Gambir Uncaria Gambir Latin) Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari Tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Anak Boru 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat

190 Daun gambir sebagai pelengkap untuk makan sirih bermakna filosofis Dalihan Na Tolu pada adat Angkola, karena digunakan pada setiap upacara adat, begitu pula pada setiap pembuka upacara adat. Daun gambir memiliki makna sebagai tanda adat dan beradat, pada tanda legisign secara konvensional merupakan tanda adat Anak Boru menandakan persaudaraan. Tetapi, pada tanda ikon dan index tidak ada hubungan hal itu daun gambir juga merupakan simbol persatuan, keuletan, dan kegigihan. 6) Timbako (tembakau Nicotiana tabacum Latin) Timbako (tembakau Nicotiana tabacum Latin) tumbuhan yang hidup pada dataran sedang, tumbuhan yang menghasilkan daun-daun yang lebar tumbuhan yang pemakaiannya diiris dan dijemur, tembakau memiliki rasa yang pahit dan memabukkan melambangkan tahan menghadapi segala cobaan daun-daunan melambangkan agar dijauhkan dari segala penyakit dari luar dan dari dalam, mendinginkan hati, pikiran dan nafsu yang menyimpang menghilangkan rasa dengki, tamak serta serakah. Tabel 53 Timbako (tembakau Nicotiana tabacum Latin) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari Tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Pisang raut/ anak boru ni anak boru 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan

191 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat 7) Soda (kapur sirih) Kapur sirih (soda) berasal dari kerang (lokan) yang hidup di pinggir pantai, kerang (lokan) tersebut dibakar sehingga arangnya dihaluskan kemudian dijadikan tepung. Fungsinya dimakan bersamaan dengan sirih yang rasanya pedas yang mengakibatkan sirih tersebut berwarna merah. Maka bila dimakan terlalu banyak lidah bisa melepuh, nilai-nilai makna filosofis adalah hubungan diantara sesama komunitas adat dalihan na tolu seperti hubungan sedarah. Tabel 54 Soda (kapur sirih) Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari Tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Mora 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Hubungan Persaudaran 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat Mora pada posisi adat dalihan natolu dilambangkan dengan kapur sirih, kapur sirih sebagai benda berwana putih, sebagai lambang mora yang arif bijaksana dan pengambil

192 kata putus dan mora-lah yang berhak menyoda atau menutup segala yang telah disepakati, mora pada posisi adat sebagai orang yang kedudukannya lebih tinggi sehingga mora memberikan pasu-pasu. Jadi bila mora telah menutup maka upacara adat dianggap selesai. 8) Pining (pinang) Pining (pinang) tumbuhan palm yang hidup memiliki batang lurus menjulang, pohon pinang memiliki banyak fungsi batang, buah, akar, dan daun. Tetapi pada upacara mangupa adat Angkola yang dipakai hanya buah pinang. Buah pinang berfungsi untuk dimakan sebagai makanan ringan atau dimakan bersamaan dengan sirih dan gambir. Pinang yang dimakan secara berlebihan atau yang belum biasa mengkonsumsinya akan merasa pusing, tetapi bagi mereka yang sudah terbiasa memakannya akan mendapati rasa nikmat atau mencari manfaat di balik buah pinang untuk dikonsumsi. Tabel 55 Pining (pinang) Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari Tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Mora ni mora 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat

193 Pinang (pining) bagi masyarakat adat Angkola berfungsi sebagai makanan ringan seperti bon-bon (gulo-gulo), jadi, pinang selalu dibawa untuk dikonsumsi atau dibagikan ketika upacara adat yang diletakkan di atas piring bersamaan dengan sirih, gambir, tembakau, dan soda (kapur sirih). Nilai-nilai makna filosofis adalah hubungan diantara sesama komunitas adat dalihan na tolu seperti hubungan kekeluargaan sebagai simbol persatuan dan tanda kekerabatan, sifat keras, berderajat tinggi, jujur, dan terbuka. 9) Amak Lappisan (Tikar pandan berlapis) Pengantin sebagai raja sehari, tiga hari atau tujuh hari hal itu bergantung besar kecilnya pesta adat yang dilakukan. Oleh karena itu, penghargaan kepada raja sehari pengantin itu ditandai dengan temmpat duduk pengantin ketika upacara mangupa yaitu didudukkan di atas amak lappisan (tikar pandan berlapis). Amak lappisan (tikar pandan berlapis) hanya tempat duduk bagi para raja-raja adat, begitu pula penghargaan pada kedua pengantin sehingga pada upacara adat mereka duduk di atas amak lappisan (tikar pandan berlapis). Pada amak lappisan (tikar pandan berlapis) ada tujuh lapis yang stiap lapisnya menggunakan warna yang berbeda, pada lapis paling bawah/ alas (pertama) berwarna merah, pada lapis yang kedua berwarna hijau, pada lapis yang ketiga berwarna orange, pada lapis yang keempat berwarna biru dongker, pada lapis yang kelima berwarna kuning, pada lapis yang keenam berwarna hijau, pada lapis yang ketujuh berwarna merah. Pemakaian amak lappisan hanya kepada raja-raja adat dan pengantin yang di-upaupa, sedangkan hatongan, mora, suhut, orang kaya, anak boru, cerdik pandai, tokoh adat, tamu dan undangan lainnya hanya menggunakan tikar biasa. Jadi perlakuan yang diberikan kepada pengantin duduk pada amak lappisan sebagai bentuk penghargaan kepada kedua pengantin perlakuan seperti itu agar pengantin betah dan sopan.

194 Tabel 57 Amak lappisan (Tikar pandan berlapis) Trikotomi Bahan pangupa yang berasal dari Tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Mora 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat Mora pada posisi adat dalihan natolu dilambangkan dengan kapur sirih, kapur sirih sebagai benda berwana putih, sebagai lambang mora yang arif bijaksana dan pengambil kata putus dan mora-lah yang berhak menyoda atau menutup segala yang telah disepakati, mora pada posisi adat sebagai orang yang kedudukannya lebih tinggi sehingga mora memberikan pasu-pasu. Jadi bila mora telah menutup maka upacara adat dianggap selesai. 10) Anduri (Tampi/ Nampan dari bambu) Anduri (tampi/ nampan dari bambu) alat yang biasanya digunakan untuk memilih beras dengan padi, sehingga saat untuk ditanak sudah bersih dari unsur padi. Anduri (tampi/ nampan) terbuat dari bambu yang dipilh berbentuk segi empat yang di sudut pinggirnya dianyam dengan anyaman rotan, walaupun begitu ada juga anduri (tampi/ nampan) berbentuk bulat. Pada upacara adat mangupa adat Angkola yang digunakan anduri berbentuk persegi empat yang berfungsi sebagai alas seluruh perangkat pangupa,

195 Makna anduri adalah: anduri, yakni tampi segi empat yang terbuat dari bambu, pada salah satu sudutnya dua ujung batang bambu yang dibuat sedikit berlebih dari besar/ lebar tampi diikat dengan rotan. Tampi tersebut merupakan landasan yang kuat dan menjadi titik kumpul karena terbuat dari anyaman bambu. Ikatan bambu tersebut melambangkan terjalin hubungan dalam masyarakat, kebersamaan, dan kegotongroyongan (saling tolong menolong yang dilambangkan dengan anyaman). Rotan yang digunakan untuk mengikat kedua ujung batang bambu diartikan sebagai pengikat hubungan pengantin dan hubungan kekeluargaan di antara dalihan na tolu. Digunakannya anduri sebagai dasar makanan pangupa adalah mengambil makna dari cara penggunaan anduri, yakni alat untuk menampi beras dengan cara mengipas ke atas dan ke bawah, yang melambangkan memanggil tondi (jiwa) kembali ke badan dan bertujuan agar pengantin dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Gerakan ke atas menandakan hal baik, harus diikuti. Gerakan ke bawah menandakan hal buruk, sebaiknya ditinggalkan. Masyarakat yang beradat harus dapat membedakan yang benar dan yang salah. Inilah falsafah digunakannya anduri sebagai alas (dasar) untuk hidangan pangupa. Tabel 58 Anduri (Tampi/ Nampan) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari Tumbuhan 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Mora 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan unsur dalihan na tolu dan paradaton 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat

196 Anduri (tampi/ nampan) terbuat dari bambu berbentuk segi empat yang di sudut pinggirnya dianyam dengan anyaman rotan, rotan di setiap sisi sebagai simbol yang digunakan sebagai aturan adat sebagai pago-pago paradaton seperti: patik uhum, ugari, hapantunon. Simbol rotan pada setiap sudut pinggir anduri bermakna rotan memiliki fungsi yang banyak mampu menyimpulkan, lentur, menganyam dan fungsi lainnya. Hal itu menyiratkan lambang peraturan paradaton yang lentur dan luwes, sehingga adat istiadat dan paradaton itu cukup lentur dalam menyikapi berbagai persoalan. Sehingga untuk menyelesaikan berbagai persolan digunakan jalan mufakat dengan menggunakan tatanan adat dalihan na tolu. Jadi anduri sebagai alat yang berfungsi memisahkan beras dengan padi, hal itu melambangkan masyarakat komunitas adat Angkola harus dapat memisahkan mana yang baik dan yang buruk, mana yang benar dan salah. Tabel 59 Benda Adat pada Upacara Mangupa Adat Angkola Berasal dari Tumbuh-tumbuhan No. Benda Adat dari Tumbuhtumbuhan Makna Legisign Qualisign/Sinsign /Dicent SignArgument Index/ Rheme Symbol 1. bulung ujung daun pisang Benda dasar adat Angkola Tanda adat kebesaran perlindungan Jiwa dan raga bersatu padu, tegar, dan kuat 2. burangir sam pe-sampe daun sirih Benda dasar adat Angkola Pekerja keras dan menganyomi anak 3. indahan nasi putih Lambang Adat Bahan tertinggi adat 4. ulos kain adat Kapas Benda adat Angkola Tanda adat kebesaran hubungan kekeluargaan Penghormatan tertinggi, penghargaan kepada tamu

197 5. anduri tampi bambu Benda adat Angkola Membersihkan hati, diri 6. Sontang Gambir Benda dasar adat Angkola 7. imbako Tembakau Benda dasar adat Angkola Hubungan kekeluargaan Hubungan kekeluargaan 8. pining Pinang Hubungan kekeluargaan 9. amak lappisan tikar pandan berlapis Benda adat Lambang adat tertinggi Bahan Pangupa Berasal dari Alam Kajian koteks sebagai tanda-tanda verbal pada mangupa yang dikaji adalah bendabenda pangupa yang berasal dari alam dapat dilihat dari perangkat mangupa berupa bahan-bahan makanan yang diletakkan di atas tampi (anduri). Bahan-bahan yang dipersiapkan oleh pemilik hajat mangupa (suhut sihabolonan) terdiri dari benda-benda adat yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam yang dipakai sebagai perlengkapan mangupa. Oleh karena itu, fungsi bahan-bahan yang dipilih dapat memberikan makna-makna sebagai perlambang dari bahan-bahan pangupa berasal hewan seperti: aek na lan (air bening), sira (garam), dan soda (kapur sirih), untuk lebih jelas akan dibahas satu persatu di bawah ini: 1) Aek na lan (air bening) Air sebagai kebutuhan pokok setiap manusia, oleh karena itu air sebagai sumber kehidupan dan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Aek na lan (air bening) pada upacara mangupa adat Angkola adalah lambang kekuatan dan menunjukkan bersihnya hati seperti beningnya air hias songon aek na lan. Penggunaan air dalam keperluan

198 sehari-hari memiliki manfaat yang sangat banyak bila digunakan sesuai takarannya, tetapi akan memiliki dampak negatif bila dalam jumlah yang besar bencana tsunami, air bah, banjir, dan bencana lain. Tetapi sebagai sumber kehidupan air menambah kekuatan, bersifat pembersih, menenangkan, adem, sejuk dan menambah tenaga bila diminum. air memiliki sifat perdamaian, maksudnya segala yang panas didinginkan oleh air, bersifat pembersih, menghilangkan segala yang kotor. Tabel 60 Aek na lan (air bening) Trikotomi Benda pangupa yang berasal dari alam 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Mora 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Persatuan unsur dalihan na tolu dan paradaton 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat 2) Sira (garam) Garam melambangkan kekuatan. Penggunaan garam dalam keperluan sehari-hari memiliki manfaat yang banyak, diantaranya dapat melezatkan makanan, dapat mengawetkan makanan, bahkan dapat menangkal sesuatu yang berbahaya seperti ancaman dari ular (ular takut kepada garam). Oleh karena itu, garam memiliki kekuatan, yaitu: 1) memiliki sifat pengawet (sifat positif), yakni dapat mengawetkan telur (telur asin), ikan (ikan asin) sehingga dapat bertahan lama. 2) memiliki sifat tangguh (sifat sanggup mengalahkan lawan), seperti benda logam dan besi dapat hancur dengan larutan garam. 3) menambah kekuatan, dalam kondisi menambah tenaga dengan minum

199 air garam (oralit). 4) memiliki sifat perdamaian, maksudnya segala bau dan aroma yang tidak sedap dapat dihilangkan dengan garam, seperti kadar garam dalam air laut dapat menghilangkan segala bau dalam lautan. 5) dapat menyesuaikan rasa, yakni dengan penggunaan garam dalam kadar yang pas, makanan dan minuman yang pahit, pedas, asam, dan kelat dapat menjadi lezat. Tabel 61 Sira (garam) Trikotomi Benda pangupa yang berasal dari alam 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Indra pencecap lebih peka, murah rezeki dan dapat menikmati kesenangan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat Berdasarkan semua nilai-nilai kekuatan yang terdapat pada garam, maka garam dalam pangupa berfungsi untuk melambangkan kekuatan. Kemudian juga bermakna seperti kata pepatah banyak makan garam, bermakna agar dapat memiliki banyak pengalaman hidup yang bermanfaat bagi masa depan. Dalam teori semiotika Pierce, garam dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Representamen (R): garam, 2) Objek (O): kristal-kristal garam, 3) Interpretan (I): garam dengan rasa asin merupakan lambang pengharapan untuk memperoleh banyak pengalaman hidup dan mampu bertahan dalam segala situasi. a) Gambar garam: ikon, 5) Rasa garam : indeks, 6) simbol: Makna rasa garam.

200 3) Sontang/ soda (kapur sirih) Tabel 62 Soda (kapur sirih) Trikotomi Benda mangupa yang berasal dari alam 1. G Qualisign Tanda beradat Sinsign Tanda adat Legisign Tanda adat Mora 2. Ikon Index Symbol O tidak ada hubungan tidak ada hubungan Indra pencecap lebih peka, murah rezeki dan dapat menikmati kesenangan 3. Rheme Dicent Sign Argument I Tanda beradat Tanda beradat Tanda adat 5.3 Konteks Mangupa Horja Godang Adat Angkola Konteks yang digunakan pada upacara mangupa adat Angkola menggunakan sistem konteks budaya, konteks sosial, konteks situasi, dan konteks ideologi, agar dapat dipahami makna, maksud, pesan, dan fungsi tradisi mangupa. Hal itu bertujuan agar lebih mudah memahami nilai dan norma budaya yang terdapat pada upacara mangupa, sehingga dengan mudah memahami nilai-nilai kearifan lokal masyarakat di Luhak Angkola. Pengkajian tradisi mangupa adat Angkola memerlukan interpretasi yang terfokus pada teks mangupa dengan tetap memperhatikan lingkungan sosialnya yaitu konteks situasi context of situation (register), konteks budaya (genre), dan konteks ideologi.

201 Semua konteks ini berhubungan dengan ciri linguistik teks (bahasa). Oleh karena itu, Halliday menghubungkan konteks dengan tiga fungsi bahasa, yakni menetapkan hubungan pembicara, menjelaskan pengalaman mereka dalam aktivitas sosial, dan menggabungkan proses penetapan, serta menganalisis semuanya tradisi lisan mangupa adat Angkola, berdasarkan pendapat Smith (1889) dan Martin (1993:494) maka dielaborasilah konteks upacara mangupa adat Angkola ada empat hal yang fundamental dalam melakukan upacara/ religi: a) Konteks budaya mangupa sebagai keyakinan masyarakat dan doktrin ideologi, b) konteks sosial dan situasi performansi upacara dilaksanakan oleh masyarakat, dan c) penyajian upacara biasanya dengan menyertakan hewan sebagai bahan upacara tersebut, agar lebih jelas akan diuraikan satu persatu di bawah ini: Konteks Budaya Mangupa sebagai Keyakinan Masyarakat dan Doktrin Masyarakat Angkola meyakini adat istiadat sebagai sesuatu yang masih melekat sebagai jati diri, karena masyarakat sangat tersinggung disebutkan tidak beradat daripada tidak beragama, sehingga adat bagi masyarakat Angkola masih berlangsung hingga kini. Begitu pula tradisi mangupa adat Angkola sebagai bentuk kepercayaan terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, seperti targora na sonida (ditegur yang tidak tampak makhluk halus ), fenomena berupa peruntungan, upacara mangupa yang naik haji/ pangkat, upacara lulus ujian, mendapat gelar akademis, upacara mendirikan dan memasuki rumah baru, upacara kelahiran dan kematian. Begitu pula kejadian-kejadian berupa musibah seperti, upacara lolos dari marabahaya, upacara sembuh dari sakit, sehingga dengan peristiwa-peristiwa itu masyarakat adat akan merasa terhindar dari mara bahaya dan merasa bersyukur atas tercapainya suatu maksud yang diinginkan.

202 Upacara mangupa bertujuan untuk mengembalikan tondi (semangat) ke badan dan memohon berkah dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa agar selalu mendapatkan keselamatan, kesehatan, dan memperoleh kemurahan rezeki dalam kehidupan. Prosesi mangupa dilakukan dengan cara menghidangkan seperangkat bahan (perangkat pangupa) dan sertai dengan nasihat mangupa (hata pangupa; hata upa-upa) yang disusun secara sistematis dan sampaikan oleh berbagai pihak yang terdiri dari orang tua (suhut), jiran tetangga (ambar balok), raja-raja, dan pelaku adat lainnya. Pada konteks tradisi mangupa ada beberapa persyaratan yang harus dipersiapkan suhut sihabolonan, yang persiapan tersebut turut mendukung tercapainya niat/ hajatan pada tradisi mangupa tersebut hal itu seperti prapersiapan tradisi mangupa, upacara mangupa, dan pasca-mangupa. Karena Performansi upacara mangupa sebagai keyakinan masyarakat yang sudah melekat pada setiap komunitas Angkola. Sebagai bentuk keyakinan yang melekat tersebut, walaupun bukan upacara besar (horja godang), tetapi upacara mangupa yang menggunakan hewan adat (lahananna) hanya seekor kambing masyarakat Angkola tetap melakukan upacara mangupa. Keyakinan masyarakat dalam malakukan upacara mangupa walaupun hanya dengan seekor ayam atau hanya dengan sebutir telur upacara adat tetap dilaksanakan. Begitu besar keyakinan masyarakat Angkola terhadap upacara mangupa, oleh karena itu, upacara mangupa dapat dilakukan siapa saja, bergantung hewan dan benda adat apa yang diinginkan sesuai dengan kemampuan ekonomi. Jadi, keyakinan masyarakat dengan melakukan upacara mangupa, bukan sebagai puncak upacara perkawinan adat semata, tetapi hampir di setiap terlepas dari musibah, mendapat rezeki, menyelesaikan studi, lepas dari marabahaya, naik haji, naik jabatan atau yang lainnya. Maka, upacara mangupa diselenggarakan masyarakat Angkola dalam berbagai kegiatan sesuai dengan niat yang dilakukan suhut sihabolonan.

203 Masyarakat Angkola meyakini adat istiadat sebagai sesuatu yang masih melekat sebagai jati diri, karena masyarakat sangat tersinggung disebutkan tidak beradat daripada tidak beragama, sehingga adat bagi masyarakat Angkola masih berlangsung hingga kini. Sehingga orang tua akan melakukan upacara adat walaupun sudah punya anak atau cucu, karena bila orang tua belum melakukan upacara adat, orang tersebut merasa masih memiliki hutang adat sehingga tidak dapat mengadati anaknya atau anaknya tidak boleh menggunakan upacara adat. hal itu berlaku sebagai bentuk hukuman adat di luhak Angkola Konteks Situasi Upacara Mangupa Adat Angkola Prosesi mangupa awal mulanya berkaitan erat dengan pemahaman budaya para leluhur tentang tradisi mangupa sebagai upacara paulak tondi tu badan (mengembalikan semangat ke dalam tubuh), sehingga, Performansinya disesuikan dengan kepercayaan masyarakat adat ketika itu, yaitu dengan menggunakan hewan adat sebagai lahananna (syarat adat). Tetapi, sejak masuknya agama Islam yang pada umumnya dianut oleh masyarakat etnik Angkola, Performansi tradisi mangupa disesuaikan dengan normanorma agama Islam. Oleh karena itu, kata nasihatnya juga menggunakan ajaran agama Islam dan bahasa-bahasa adat. Upacara adat mangupa atau mangupa tondi dohot badan dilaksanakan untuk memulihkan dan atau menguatkan semangat (spirit) serta badan. Pada prosesi mangupa yang akan diberikan perangkat pangupa dan kata-kata nasihat dari seluruh elemen masyarakat adat, kata-kata nasihat berisi petunjuk hidup bermasyarakat, berkeluarga, berorang tua, bertutur sapa. Sehingga, nasihat itu dijadikan pedoman hidup, oleh orang yang di-upah-upah.

204 Konteks Situasi Waktu dan Konteks Situasi Tempat Performansi Upacara Mangupa Adat Angkola Waktu Performansi upacara mangupa adat pada umumnya disesuaikan dengan kapan waktu yang luang yang disepakati oleh suhut sihabolonan. Tetapi ada istilah adat telah bertanya kepada ma marsapa tu halak na malo pistar pintar (orang yang dianggap memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengetahui hari baik dan buruk). Pada hakikinya penetapan waktu untuk melaksanakan upacara adat mangupa disesuaikan dengan hari yang baik dan bulan yang baik, yang telah dipersiapkan dengan matang dengan memperhitungkan seluruh unsur agar upacara itu berjalan lancar dan sukses. Pada upacara mangupa patobang anak atau haroan boru sebagai wujud rasa syukur dan kebesaran hati orang tua kepada anak yang berumah tangga. Upacara mangupa dilaksanakan sebelum tengah hari di rumah atau pada tempat Performansi acara adat pernikahan (horja). Pernikahan kedua mempelai telah berlangsung di Kota Medan pada tanggal 11 Oktober 2014 yang menyelenggarakan pihak mempelai perempuan. Performansi mangupa biasanya dilaksanakan pada pagi hari, yaitu sebelum matahari di tengah (tengah hari), tetapi kini telah terjadi perubahan Performansi upacara mangupa yaitu dilakukan pada sore hari setelah kembali dari upacara adat to tapian raya bangunan (secara simbolik ke pinggir sungai). Jadi, telah terjadi perubahan waktu Performansi upacara mangupa, tidak lagi dilaksanakan pada pagi hari, tetapi dilaksanakan pada sore hari. Pada upacara perkawinan adat Angkola tanggal 17 Oktober 2014 dan 18 Oktober 2014 bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan antara: dr. Aditya Rizky Monang Pasaribu dengan Sheilla Nabila Asepti Br Siregar, S.Ked. upacara mangupa adat Angkola dilakukan sebagai puncak acara adat yang dilaksanakan setelah pulang dari tapian raya bangunan

205 hal itu, berarti upacara mangupa adat Angkola dilaksanakan pada bagian akhir pada upacara perkawinan, sehingga upacara mangupa sebagai puncak mangupa adat Angkola Konteks Situasi Alat dan Bahan-bahan yang Digunakan pada Pelaksanaan Upacara Mangupa Adat Angkola Alat dan bahan-bahan yang dipersiapkan oleh pemilik hajat mangupa (suhut sihabolonan) terdiri dari benda-benda adat yang juga sebagai perlengkapan mangupa. Bahan-bahan pangupa memiliki makna-makna yang diperlambangkan dengan makna yang dituju sesuai dengan hajatan yang akan di-upa-upa yang hanya dapat dimaknai oleh Raja Panusunan Bulung pada Surat Situmbaga Holing ketika upacara mangupa adat Angkola. Oleh karena itu, fungsi bahan-bahan yang dipilih dan disesuaikan dengan keinginan suhut bolon, sehingga pelaku adat dapat memberikan makna-makna sebagai perlambang dari bahan-bahan pangupa. Suhut sihabolonan (tuan rumah) harus mempersiapkan benda-benda yang dibutuhkan pada prosesi mangupa, bahan-bahan sebagai persyaratan mangupa dinamakan pangupa, pangupa terdiri dari berbagai makanan, makanan yang dihidangkan sesuai dengan besar kecilnya hajatan dan banyaknya tamu dan undangan. Perangkat mangupa berupa bahan-bahan makanan yang diletakkan di atas tampi (anduri) yang dilapisi daun pisang (bulung ujung) sebanyak tiga helai. Jenis bahan makanan yang diletakkan dalam mangupa menentukan besar-kecilnya pesta adat (horja). Makanan yang diolah dari hewan yang disajikan dalam perangkat tersebut menandakan tingkatan besar-kecilnya mangupa yang sedang dilaksanakan. Pada upacara mangupa yang merupakan bagian upacara perkawinan antara: dr. Aditya Rizky Monang Pasaribu dengan Sheilla Nabila Asepti Br Siregar, S.Ked. pada

206 upacara perkawinan adat pada tanggal 17 Oktober 2014 dan 18 Oktober 2014 bertempat di Kampung Marancar Kota Padangsidimpuan bahan mangupa terdiri dari: Bahan-bahan yang digunakan pada upacara mangupa terdiri dari: a) 7 (tujuh) butir pira manuk na nihobolan (7 butir telur ayam yang direbus), b) manuk (ayam), c) horbo (kerbau) yang terdiri atas: 2 (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut, d) sira (garam), e) udang, f) ikan mas, g) air bening, h) anduri (tampi), i) 3 (tiga) bulung ujung (3 lembar daun pisang), j) nasi putih, k) ulos, l) daun sirih (burangir sampe-sampe). Benda-benda adat dapat diklasifikasikan atas tiga kategori yaitu benda-benda adat yang berasal dari alam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 63 di bawah ini: Tabel 63 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari hewan Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari Hewan Makna 7. pira manuk telur ayam 8. manuk Ayam 9. horbo terdiri dari: (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut, Kerbau 10. Udang Udang 11. Gulaen ikan mas 12. Gulaen adat Ikan jurung Benda-benda adat yang berasal dari hewan seperti: pira manuk na nihobolan (telur ayam yang direbus), manuk (ayam), horbo (kerbau yang terdiri atas: 2 (dua) kaki, kuping, lidah, hidung, mata, otak, mulut), udang, ikan mas, dan ikan jurung.

207 Tabel 64 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari Tumbuhan Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari tumbuhan Makna 9. bulung ujung daun pisang 10. burangir sampe-sampe). daun sirih 11. Indahan nasi putih 12. ulos, Kain adat (kapas) 13. anduri Tampi (bambu) 14. Gambir Gambir 15. Imbako Tembakau 16. Pining Pinang 9. Amak lappisan Tikar pandan berlapis Benda-benda adat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti: anduri (tampi), bulung ujung (daun pisang), nasi putih, ulos, dan daun sirih (burangir sampe-sampe). Tabel 65 Bahan-bahan Pangupa yang berasal dari Alam Digunakan untuk Mangupa Adat Angkola No. Benda Adat dari Hewan Makna 1 aek na lan air bening 2, Sira Garam 3. soda kapur sirih

208 Benda-benda adat yang berasal dari alam seperti: air bening, garam (sira), dan soda (kapur sirih). Setiap benda yang digunakan pada upacara adat mangupa mempunyai makna simbolik, bahan pangupa memiliki makna simbolik yang memiliki makna penting sebagai simbol yang digunakan pada kehidupan Konteks Penyajian Upacara Biasanya Menyertakan Hewan Sebagai Bahan Upacara Pada upacara mangupa tingkatan mangupa ditentukan oleh besar kecilnya upacara adat, inilah yang mendasari tingkatan upacara mangupa. Tingkatan upacara mangupa yang paling kecil sedikitnya harus memenuhi syarat mangupa yaitu sebutir telur ayam tingkatan yang terendah, tingkatan upacara mangupa yang kedua yaitu seekor ayam, dan tingkatan ketiga yaitu seekor kambing, dan tingkatan yang tertinggi yaitu seekor kerbau. Menentukan besar kecilnya tingkatan mangupa yang lebih tinggi harus menyiapkan hewan yang dianggap sebagai hewan adat yaitu kerbau, begitu pula kambing selalu disebut dengan istilah horbo janggut atau pangkupange atau na di pagodang ni randorung atau na ditambat di taruma (kambing), karena hanya kerbaulah dianggap hewan adat, walaupu sebutannya kambing istilah adat menyebutnya horbo janggut (kerbau berjanggut). Jadi untuk tingkatan mangupa tertinggi menggunakan hewan adat berupa satu ekor kerbau, hidangan pangupa itu juga harus menyajikan kambing, ayam, dan telur. Tingkatan pangupa yang kedua yaitu berupa perangkat Pangupa dengan hewan ayam yang diletakkan di atas nasi putih yang di atasnya diletakkan telur ayam (pira manuk na ni hobolon) minimal satu butir. Di sebelah telur ayam rebus diletakkan dua

209 paha ayam, yang dibubuhi garam di tengahnya, semua hidangan berada di atas piring kaca. Gambar 16. Pengantin dengan hewan adat (kerbau) yang disembelih sebagai syarat lahanan na pesta adat Tingkatan pangupa yang ketiga, dengan perangkat pangupa dengan hewan seperti kambing (horbo janggut) atau kerbau. Pada upacara mangupa ada beberapa persyaratan yang harus dipersiapkan suhut sihabolonan, yang persiapan tersebut turut mendukung tercapainya niat/ hajatan pada upacara mangupa tersebut hal itu seperti bahan-bahan pangupa yang harus dipersiapkan oleh suhut bolon seperti hewan adat yaitu kerbau.

210 Gambar 17. Pengantin dengan hewan adat (kerbau) yang disembelih syarat lahanan na pesta adat sebagai Pada tradisi upacara mangupa adat Angkola sebagai syarat adat dengan menyertakan hewan kerbau sebagai bahan penetuan (landasan) besar kecilnya upacara adat Angkola. Penyembelihan hewan kerbau dilakukan sebelum puncak horja (upacara adat) baik itu satu hari atau pun tiga hari. Penyembelihan pada umumnya dilakukan pada pagi hari sekitar jam Wib, pada saat pemotongan berkumpullah harajaon, hatobangon, masyarakat adat, alim ulama, suhut sihabolonan dan penduduk setempat. Pada pagi hari tersebut suhut menyerahkan kerbau dan Performansi upacara kepada harajaon dan hatongon, dan alim ulama, kemudian harajaon dan hatongon, dan alim ulama menaruh kerbau tersebut di atas rompayan 23 kemudian menyerahkan proses penyembelihan hewan adat (kerbau) kepada alim ulama untuk disembelih dan dibersihkan secara bergotong royong. 23 Rompayan adalah meja tempat menyembelih kerbau yang terbuat dari bambu, hal tersebut sebagai alas agar hewan tersebut tidak menyentuh tanah, karena suhut bermarga Pasaribu, karena luhak Padangsidimpuan adalah luhak Angkola, tanah bermarga Harahap.

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten B II GAMRAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Pengantar Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mandailing adalah sekolompok masyarakat yang mendiami daerah pesisir barat daya daratan di Pulau Sumatera, tepatnya di Tapanuli Selatan. Pada masyarakat Mandailing

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu melestarikan musiknya. setiap titik sudutnya adalah batu sebagaimana dalihan ( tungku).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu melestarikan musiknya. setiap titik sudutnya adalah batu sebagaimana dalihan ( tungku). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman budaya yang bersejarah dan bernilai tinggi, walau memiliki latar belakang budaya yang berbeda namun bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, baik kebudayaan yang bersifat tradisional ataupun modern. Setiap daerah memiliki tradisi yang bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang menopang keberadaan masyarakat dalam berbagai upacara adat, seperti upacara keagamaan, perkawinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinjauan ini dilakukan.tapanuli Utara,yang dikenal sebagai Afdeeling

BAB I PENDAHULUAN. tinjauan ini dilakukan.tapanuli Utara,yang dikenal sebagai Afdeeling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa Kolonial Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh Residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Afdeeling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah, yaitu bagaimanakah bentuk simbol-simbol yang terdapat dalam teks pangupa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN/KOTA PENGGAGAS PROVINSI SUMATERA TENGGARA

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN/KOTA PENGGAGAS PROVINSI SUMATERA TENGGARA BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN/KOTA PENGGAGAS PROVINSI SUMATERA TENGGARA 2.1. Kota Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan pada masa ini dapat didekati melalui tiga jalur utama, yakni: dari dan ke arah Tarutung/Rantau

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis, dimana setiap etnis memiliki kebudayaan atau ciri khas yang berbeda-beda kebudayaan. Ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, agama, dan ras. Salah satu provinsi yang ada di Indonesia adalah provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh provinsi di Indonesia, dan sekitar dari desa tergolong desa yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh provinsi di Indonesia, dan sekitar dari desa tergolong desa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki 70.611 desa yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan sekitar dari 32.376 desa tergolong desa yang tertinggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya masing-masing dan sesuai dengan kebudayaannya yang dipatuhi dan dilaksanakan kaumnya. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adat istiadat 1 sebagai ikatan hubungan kerja sama secara terbuka dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adat istiadat 1 sebagai ikatan hubungan kerja sama secara terbuka dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adat istiadat 1 sebagai ikatan hubungan kerja sama secara terbuka dalam berbagai kegiatan sosial bermasyarakat. Adat istiadat sebagai warisan leluhur yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN

TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN Deni Eva Masida Dalimunthe Program Studi Tari Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan ABSTRAK Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Penduduk

LAMPIRAN A. Penduduk LAMPIRAN A Kebutuhan Air Maksimum per Orang per Hari Menurut Kelompok Jumlah Penduduk Tabel 1. Jumlah kebutuhan air maksimum per orang per hari menurut kelompok jumlah penduduk Jummlah Penduduk (satuan

Lebih terperinci

BAB III PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN PENGATURANNYA DALAM PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

BAB III PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN PENGATURANNYA DALAM PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN BAB III PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN PENGATURANNYA DALAM PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN A. Landasan Yuridis dan Tujuan Pemekaran Daerah di Indonesia 1. Landasan Yuridis Pemekaran Daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH Nomor : 11 Tanggal : 1/9/214 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 214 URAIAN Jumlah Jumlah Rp 3 4 5=4-3 6 1 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

PREDIKSI KEADAAN DEMOGRAFI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010

PREDIKSI KEADAAN DEMOGRAFI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 PREDIKSI KEADAAN DEMOGRAFI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya ISMAIL MARZUKI SIREGAR 062407079 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Kabupaten Mandailing Natal

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Kabupaten Mandailing Natal BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kabupaten Mandailing Natal Nama Mandailing termaktub dalam Kitab Nagarakertagama, yang tercatat dalam perluasan wilayah Majapahit sekitar 1365

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA I. UMUM Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah ± 72.427,81

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN TARI TOR-TOR NAPOSO NAULI BULUNG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KELURAHAN PIDOLI DOLOK ABSTRAK

BENTUK PENYAJIAN TARI TOR-TOR NAPOSO NAULI BULUNG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KELURAHAN PIDOLI DOLOK ABSTRAK BENTUK PENYAJIAN TARI TOR-TOR NAPOSO NAULI BULUNG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KELURAHAN PIDOLI DOLOK PENDAHULUAN Siti Pratiwi A.F 1*, Taat Kurnita 1, Nurlaili 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sasaran Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian tentang struktur penyajian dan peranan masing-masing kelompok/bagian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kabupaten Padang Lawas Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman budaya adalah keunikan yang ada dimuka bumi belahan dunia dengan banyaknya berbagai macam suku bangsa yang ada didunia,begitu juga dengan keragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat tidaklah sempurna apabila tidak diiringi dengan kesenian yang akan membuat sebuah acara jadi lebih menarik terutama pada upacara pernikahan. Setiap upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di Propinsi Sumatera Utara, karena terjadi pemekaran daerah pada tanggal 24 Juni 2008, maka Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 18/DPD RI/I/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN PANTAI

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal) Instrumen Musik Minangkabau Kelompok Aerophone Kiriman: Wardizal Ssen., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Saluang Darek Merupakan jenis instrumen musik tiup yang sangat popoler di Minangkabau.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci