REKAPITULASI PERATURAN DAERAH YANG DIPERTIMBANGKAN UNTUK DIBATALKAN BESERTA ALASAN PEMBATALANNYA NO. NAMA OBJEK TARIF ALASAN PEMBATALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKAPITULASI PERATURAN DAERAH YANG DIPERTIMBANGKAN UNTUK DIBATALKAN BESERTA ALASAN PEMBATALANNYA NO. NAMA OBJEK TARIF ALASAN PEMBATALAN"

Transkripsi

1 REKAPITULASI PERATURAN DAERAH YANG DIPERTIMBANGKAN UNTUK DIBATALKAN BESERTA ALASAN PEMBATALANNYA NO. NAMA OBJEK TARIF ALASAN PEMBATALAN I. Pajak yang dikenakan terhadap komoditi (barang dan jasa) 1. Peraturan Daerah Kabupaten Tolkob Nomor 23 Tahun 2001 tentang Pajak Komoditi Komoditi yang akan diperdagangkan keluar daerah 5% s.d. 10% per meter kubik/ton dari harga jual yang berlaku di daerah untuk komoditi Hasil Kehutanan 1. Pengenaan pajak oleh tingkat pemerintahan yang lebih rendah (pajak daerah) atas barang, jasa yang diperdagangkan akan merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah dan kegiatan expor impor 2. Pada prinsipnya hasil produksi, khususnya hasil perkebunan telah diperhitungkan dalam pengenaan PBB sektor perkebunan sehingga tumpang tindih dengan pajak Pusat 3. Sementara itu, komoditi lainnya seperti hasil pabrikan telah dikenakan pajak Pusat (PPN) 2. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 05 Tahun 2001 tentang Pajak Produksi Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil/CPO) Dan Biji Sawit Dalam Kabupaten Bengkulu Selatan 3. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pajak Atas Pengeluaran Hasil Bumi, Hutan, Laut, Perindustrian dan hasil Alam lainnya Produksi minyak sawit kasar (CPO) dan biji sawit di daerah. Setiap hasil bumi, hutan, laut, perindustrian, hewan dan hasil alam lainnya yang dikeluarkan dari daerah. Tarif 2% 1. Pengenaan pajak-pajak daerah atas produksi CPO akan merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah dan kegiatan expor impor dan tumpang tindih dengn pajak Pusat (PPN) 2. Pada prinsipnya hasil perkebunan telah diperhitungkan dalam pengenaan PBB sektor perkebunan sehingga pengenaan pajak tersebut akan tumpang tindih dengan pajak Pusat a. Hasil bumi, laut dan hasil ternak ikutan sebesar 5% dr harga dasar b. Hasil hutan sebesar 10% dr harga dasar c. Hasil industri dan hasil alam lainnya sebesar 5% 1. Pengenaan pajak atas hasil produksi yang dikeluarkan dari daerah tidak memiliki dasar pertimbangan ekonomi yang kuat karena akan merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan expor impor. 2. Disamping itu terhadap hasil bumi, hutan, perindustrian, telah dikenakan pajak Pusat.

2 dr harga dasar d. Ternak hidup sebesar 2% dari harga dasar 4. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pajak Produksi Hasil Tanaman Perkebunan Negara/Daerah, Perusahaan Perkebunan Swasta Dan Perkebunan Rakyat Di Kabupaten Deli Serdang Produksi jenis tanaman tertentu dari perusahaan perkebunan yg luasnya sama denagn atau di atas 2 ha yg ada dalam daerah, yg menghasilkan karet, kelapa sawit, coklat, tembakau, dan tebu. a. Karet, paling tinggi Rp. 6/kg yang jml produksinya dikonversikan kadar karet kering b. Coklat, paling tinggi Rp. 5/kg Tandan Buah Segar c. Kelapa Sawit, paling tinggi Rp. 5/kg Tandan Buah Segar d. Tarif Pengenaan Produksi Hasil Tanaman Tembakau, Tebu, Kelapa Sawit diatur lebih lanjut denagn Keputusan Bupati 1. Pengenaan pajak atas produksi tertentu akan oleh tingkat pemerintahan daerah akan merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan expor impor. 2. Pada prinsipnya hasil produksi perkebunan, pertanian telah diperhitungkan dalam pengenaan PBB sehingga pengenaan pajak tersebut akan tumpang tindih dengan pajak Pusat II. Retribusi atas pemanfaatan fasilitas umum (jalan dan sungai) 5. Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 13 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Penggunaan Jalan Pemberian ijin penggunaan jalan dalam wilayah Kabupaten Batang Hari bagi kendaraan yg muatan sumbu terberat serta dimensi kendaraannya tidak sesuai dengan kelas jalan yang dilalui a Kendaraan Bus Besar kapasitas lebih dari 28 orang sebesar Rp ,- b. Kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter panjang tidak 1. Bertentangan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan merupakan prasarana perhubungan darat yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum. 2. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, penggunaan jalan oleh umum harus sesuai dengan peruntukan dan kelas jalan. 3. Sistem pembiayaan prasarana jalan yang diterapkan

3 melebihi milimeter dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton adalah sebesar Rp ,- c. Kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, panjang tidak melebihi milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton adalah sebesar Rp ,- d. dst. saat ini sudah dilakukan pungutan kepada pengguna jalan melalui Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 6. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 24 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Penggunaan Jalan Kabupaten Bekasi Penyediaan, pelayanan, dan penggunaan jalur jalan yang dikuasai dimiliki dan dipelihara Pemerintah. a. Kendaraan bermotor daya angkut barang 2750 s.d kg sebesar Rp ,- b. Kendaraan bermotor daya angkut barang 3500 s.d kg sebesar Rp ,- c. Kendaraan bermotor daya angkut barang 5000 s.d kg sebesar Rp ,- d. dst.

4 7. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Jalan Untuk Angkutan Barang Pelayanan Pemakaian jalan untuk angkutan barang. a. Pick up sebesar Rp ,- b. Truck Engkle sebesar Rp ,- c. Truck Double sebesar Rp ,- d. Tronton sebesar Rp ,- e. Truck gandengan, trailer dan sejenisnya sebesar Rp ,- 8. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 11 Tahun 2001 tentang Retribusi Dispensasi Bongkar Muat Barang Setiap pemberian dispensasi bongkar muat barang. a. dispensasi untuk 1 kali bongkar muat barang : 1. pick up dan sejenisnya (daya angkut s.d. 750 kg) Rp ,- 2. Truk dan sejenisnya : - daya angkut 751 kg s.d kg sebesar Rp daya angkut kg s.d kg sebesar Rp ,- - daya angkut diatas kg sebesar Rp ,- b. dispensasi terusan 1. pick up dan sejenisnya (daya angkut s.d. 750 kg) Rp ,- 1. Kegiatan Bongkar Muat Barang tidak dapat digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu, sebab tidak ada kepentingan umum yang perlu dilindungi 2. Pemanfaatan jalan dan atau tempat tertentu yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah untuk kegiatan bongkar muat dapat dikenakan retribusi parkir atau sewa tenpat.

5 2. truck dan sejenisnya : - daya angkut 751 kg s.d kg sebesar Rp ,- - daya angkut kg s.d kg sebesar Rp ,- - daya angkut diatas kg sebesar Rp ,- 3. trailer sebesar Rp ,- 9. Peraturan Dearah Kabupaten Indramayu Nomor 12 Tahun 2001 tentang Retribusi Dispensasi Jalan Setiap pelayanan dispensasi jalan atas penggunaan jalan-jalan umum yang pemeliharaan/ perbaikannya dan pengawasannya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah a. untuk jalan kelas III A - Muatan sumbu terberat 8 ton dgn ukuran lebar kendaraan 2.5m dan panjang 18m Rp ,- b. untuk jalan kelas III B - Muatan sumbu terberat 8 ton dgn ukuran lebar kendaraan 2.5m dan panjang 12m Rp ,- c. untuk jalan kelas III C - Muatan sumbu terberat 8 ton dgn ukuran lebar 1. Bertentangan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan merupakan prasarana perhubungan darat yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum. 2. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, penggunaan jalan oleh umum harus sesuai dengan peruntukan dan kelas jalan. 3. Sistem pembiayaan prasarana jalan yang diterapkan saat ini sudah dilakukan pungutan kepada pengguna jalan melalui Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

6 kendaraan 2.1m dan panjang 9m Rp ,- 10. Peraturan Dearah Kabupaten Jombang Nomor 4 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Penggunaan Jalan Pemberian ijin penggunaan jalan. a. Penggunaan Jalan Nasional dan jalan Propinsi dipungut Rp ,- per M²/hari b. Penggunaan jalan Kabupaten dipungut biaya sebesar Rp ,- per M²/hari 11. Peraturan Dearah Kabupaten Kapuas Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pungutan Daerah atas Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Kapuas Kendaraan roda tiga atau lebih yang melintasi jalan kabupaten. a. Angkutan Penumpang 4 s.d. 5 org Rp. 500,- 5 s.d. 9 org Rp. 750,- 6 s.d. 13 org Rp dst Angkutan barang/barang b. khusus 1. Pick up Rp ,- Truk sedang Rp ,- Truk gandeng/- 3. sambung Rp ,- 4. Truk proyek Rp ,- 12. Peraturan Dearah Kabupaten Kediri Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi dan Dispensasi a. Dispensasi Kelas Jalan b. Dispensasi masuk kota bagi mobil barang a. mobil barang san kendaraan lain yg mempunyai MST kg s.d kg sebesar

7 Jalan Rp ,- b. mobil barang dan kendaraan lain yg mempunyai MST lebih dari kg sebesar Rp Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2000 Tentang Retribusi Ijin Dispensasi Jalan Dan Retribusi Kompensasi Atas Muatan Lebih Angkutan Barang Yang Memanfaatkan Ruas Jalan Dan Jembatan Pada Jalan Nasional dan Jalan Propinsi Dalam Wilayah Propinsi Lampung a. Kendaraan bermotor angkutan barang yg mengangkut m,uatan alat berat, barang khusus dan barang berbahaya serta kendaraan yg melalui kelas jalan lebih rendah sesuai dengan ketetapan dalam buku uji. b. Kendaraan bermotor angkutan barang yg melakukan pengangkutan barang melebihi muatan dari jumlah berat yg diizinkan dan/atau muatan sumbu terberat dgn kelas jalan yg dilalui a. untuk dispensasi jalan : 1. pengangkutan alat berat Rp /- kendaraan 2. pengangkutan barang berbahaya Rp /kendaraan 3. pengangkutan barang khusus Rp /- kendaraan 4. pengangkutan barang pada kelas jalan lebih rendah Rp /kendaraan b. untuk kompensasi atas muatan lebih : 1. untuk kelebihan muatan 5% s.d. 10% sebesar Rp untuk kelebihan muatan diatas 25% sebesar Rp Peraturan Dearah Jasa pelayanan atas a. Pick up Rp. 700/lintas/-

8 Kabupaten Magetan Nomor 24 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemeliharaan Jalan penggunaan jalan bagi angkutan barang yang tidak sesuai dengan kelas jalan yang ditentukan. hari b. Truk kecil Rp /- lintas/hari c. Trusk besar Rp ,- /lintas/hari d. Truk gandeng Rp /lintas/hari e. dst 15. Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Retribusi Ijin Dispensasi Jalan Bagi Kendaraan Bermotor yang tidak Terdaftar Kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah. Tarif sesuai dengan tarif PKB yang berlaku dan besarnya Retribusi d PKB pertahun dibagi 12 dikali Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Retribusi Kebrsihan/Pemeliharaan Jalan Semua jasa pelayanan kebersihan/pemeliharaan jalan oelh Pemda yg meliputi : a. Membersihkan dan membuang sampah/air kotor di jalan. b. Pemeliharaan marka jalan dan perlengkapan jalan c. Pemeliharaan badan jalan. a. Pick up muatan sumbu terberat 500kg s.d kg Rp b. Truck Engkle muatan sumbu terberat 500kg s.d kg Rp c. Truck double/tronton muatan sumbu terberat 500kg s.d kg Rp d. Truck gandengan, trailer dan sejenisnya muatan sumbu terberat lebih dari kg Rp

9 17. Peraturan Dearah Kabupaten Tanggamus Nomor 20 Tahun 2000 tentang Izin Bongkar Muat Barang di Wilayah Kabupaten Tanggamus Pemberian ijin bongkar muat. a. tekanan ganda 8 ton keatas. Mobil barang dgn muatan sumbu diatas 5 ton sebesar Rp /- kendaraan b. tekanan ganda 5 ton s.d. 8 ton. Mobil barang dgn muatan sumbu antara 3,75 s.d. 5 ton sebesar Rp /- kendaraan c. tekanan ganda 3.5 ton s.d. 5 ton. Mobil barang dgn muatan sumbu dibawah 3,75 ton sebesar Rp /- kendaraan. 1. Dispensasi Bongkar Muat Barang tidak dapat digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu, sebab tidak ada kepentingan umum yang perlu dilindungi. 2. Pemanfaatan jalan dan tempat tertentu yang dimiliki atau dikuasai oelh pemerintah daerah, telah dikenakan pungutan retribusi antara lain retribusi parkir 18. Peraturan Dearah Kabupaten Probolinggo Nomor 04 Tahun 2001 tentang Izin Dispensasi Penggunaan Jalan a. Pemberian izin bagi kendaraan bermotor untuk menggunakan jalan yang tidak sesuai dengan kelanjutan b. Pemberian izin bagi orang pribadi/badan untuk menggunakan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya Rp /sekali jalan 19. Peraturan Dearah Kabupaten Jombang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pemberian Izin masuk kota kepada kendaraan mobil barang sebagai pemberian a. Muatan sumbu terberat lebih besar dari 10 ton atau ukuran lebar tidak

10 Retribusi Izin Masuk Kota izin masuk kota dalam wilayah daerah. melebihi mm atau ukuran panjang tidak melebihi mm Rp /sekali masuk. b. Muatan sumbu terberat lebih besar dari 8 mm atau ukuran lebar tidak melebihi mm atau ukuran panjang tidak melebihi mm Rp /sekali masuk. c. Muatan sumbu terberat lebih besar dari 10 ton atau ukuran lebar tidak melebihi mm atau ukuran panjang tidak melebihi mm Rp /sekali masuk. d. dst III. Retribusi yang bersifat pajak dan yang merintangi Lalu Lintas barang/modal/manusia 20. Peraturan Dearah Kabupaten Bengkulu Nomor 22 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Pengeluaran Hewan Ternak Keluar Kabupaten Bengkulu Selatan Setiap kegiatan pengeluaran hewan ternak keluar daerah. a. untuk 1 ekor Kerbau Jantan Rp b. untuk 1 ekor Kerbau Betina Rp c. untuk 1 ekor Sapi Jantan Rp d. untuk 1 ekor Sapi Betina Rp e. untuk 1 ekor Kuda Jantan Rp

11 f. untuk 1 ekor Kuda Betina Rp g. untuk 1 ekor Kambing dan domba Rp h. untuk 1 ekor Unggas Rp Peraturan Dearah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 23 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemeriksaan Kesehatan Hewan Ternak Dan Bahan Asal Hewan Ternak Keluar Daerah Setiap hewan ternak atau bahan asal hewan ternak yang akan dibawa keluar daerah 1. Tarif pemeriksaan kesehatan hewan ternak keluar daerah a. Kerbau, Sapi dan Kuda - Betina Rp /ekor - Jantan Rp /ekor b. Kambing dan Domba - Betina Rp /ekor - Jantan Rp /ekor c. dst. 2. Tarif pemeriksaan kesehatan bahan asal hewan ternak keluar daerah a. Daging segar/beku Rp. 300/kg b. Daging Unggas segar/beku Rp. 150/kg c. Kulit ternak basah Rp. 300/kg 1. Pada prinsipnya pemeriksaan hewan/ternak/daging dapat dilakukan namun hanya dilakukan atas inisiatif dari masyarakat (dilakukan secara sukarela oleh masyarakat) 2. Pemeriksaan terhadap daging dapat dilakukan sebelum dan sesudah hewan/ternak tersebut dipotong di rumah potong tidak dikaitkan dengan tujuan pemasaran daging tersebut. 3. Sesuai hal tersebut, pungutan yang dilakukan terhadap hewan/ternak/daging yang hanya dikaitkan dengan pengeluaran hewan/ternak/daging keluar daerah (tidak ada kegiatan pemeriksaan laboratorium) lebih bersifat pajak, tidak layak dikenakan tetribusi.

12 d. dst 22. Peraturan Dearah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2000 tentang Pemeriksaan Daging yang Berasal dari Luar Daerah dan Dipasarkan di kabupaten Blitar Pemeriksaan terhadap kualitas daging yang berasal dari luar daerah dan dipasarkan/diedarkan di Kabupaten Blitar Traif retribusi pemeriksaan ditetapkan sebesar Rp. 100/kg daging setiap hari pada setiap pemeriksaan. 1. Pada prinsipnya pemeriksaan terhadap makanan/daging dan minuman yang diperdagangkan di suatu daerah perlu dilakukan karena berkaitan dengan kepentingan dan kemanfaatan umum; 2. Kegiatan pemeriksaan tersebut merupakan fungsi pemerintahan yang seyogyanya dapat dibiayai dari penerimaan umum; 3. Pada umumnya daging yang diperdagangkan adalah daging yang telah dipotong ditempat pemotongan yang tentunya sebelum dan sesudah dipotong diperiksa. 4. Pengenaan pungutan terhadap kegiatan pemerikaan dimungkinkan apabila biaya yang perlukan dalam pelaksanaan fungsi tersebut cukup besar tetapi karena yang diperiksa hanya sampel dari daging yang diperdagangkan hingga tidak memerlukan biaya yang besar. Atas dasar pertimbangan tersebut kegiatan ersebut tidak seharusnya dikenakan retribusi (perizinan tertentu) 5. Besarnya biaya yang diperlukan untuk memeriksa daging yang diperdagangkan tidak berbanding lurus dengan jumlah daging yang diperdagangkan karena daging yang akan diperiksa hanya sebagian dari daging yang diperdagangkan (sampel) 6. Sesuai hal tersebut diatas, pengenaan pungutan atas pemeriksaan daging yang tarifnya didasarkan pada jumlah daging yang diperdagangkan lebih bersifat pajak sehingga bertentangan dengan kriteria

13 retribusi. 23. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 04 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemasukan dan Penampungan Serta Pengeluaran Hewan/Ternak Kegiatan usaha memasukkan dan menampung serta mengeluarkan hewan/ternak setelah dilakukan pemeriksaan dokumen kepemilikan. a. Biaya pemeriksaan pemasukan dan penampungan - Sapi dan Kerbau Rp /ekor - Kambing/domba Rp. 150/ekor b. Biaya pemeriksaan pengeluaran hewan - Sapi dan Kerbau Rp /ekor - Kambing/domba Rp. 150/ekor 1. Kegiatan usaha memasukkan dan menampung serta mengeluarkan hewan/ternak setelah dilakukan pemeriksaan dokumen kepemilikan, karena tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah Daerah maka tidak seharusnya dikenakan retribusi. 2. Kegiatan pemeriksaan terhadap kegiatan pemasukan, penampungan serta pengeluaran hewan ternak keluar daerah tidak diperlukan karena tidaka da aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 3. Pengenaan pungutan terhadap kegiatan pemasukan, penampungan serta pengeluaran hewan ternak keluar daerah mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang dapat merintangi arus keluar masuk barang. 24. Peraturan Dearah Kabupaten Bengkulu Nomor 25 Tahun 2000 tentang Retribusi Membawa Hasil Perkebunan Keluar Daerah Kabupaten bengkulu Selatan Pemberian pelayanan administrasi oleh Pemerintah Daerah untuk membawa hasil perkebunan keluar daerah. a. Kopi Rp /kg b. Lada hitam Rp /kg c. Lada putih Rp /kg d. Cengkeh Rp /kg e. Karet Rp /kg f. Durian Rp /kg g. Jengkol Rp.4.000/kg h. Pisang Rp /kg 1. Pengenaan pungutan terhadap setiap hasil perkebunan keluar daerah tidak seharusnya dikenakan retribusi, sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah. 2. Kegiatan membawa hasil perkebunan keluar daerah juga tidak memerlukan pengendalian, pengawasan dari pemerintah daerah (retribusi pemberian izin tertentu), sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 3. Pungutan daerah terhadap pengangkutan hasil perkebunan keluar daerah kabupaten/kota akan merintangi arus perdagangan antar daerah. 25. Peraturan Dearah Kabupaten Kapuas Nomor Kayu bulat dan kayu olahan yang diangkut dan a. Kayu bulat - Kel Meranti Rp. 1. Pengenaan pungutan terhadap setiap hasil perkebunan keluar daerah tidak seharusnya

14 10 Tahun 2000 tentang Pungutan Daerah atas Pengangkutan dan atau Penjualan Kayu Keluar Daerah Kabupaten Kapuas atau dijual ke luar daerah /M3 - Kel Kayu Indah Rp /M3 b. Kayu Olahan - Kel Meranti Rp /M3 - Kel Kayu Indah Rp /M3 - dst. dikenakan sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah. 2. Kegiatan membawa hasil perkebunan keluar daerah juga tidak memerlukan pengendalian, pengawasan dari pemerintah daerah (retribusi pemberian izin tertentu), sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 3. Pungutan daerah terhadap pengangkutan hasil perkebunan keluar daerah kabupaten/kota akan merintangi arus perdagangan antar daerah. 4. Pengenaan pungutan terhadap kayu bulat dan kayu olahan tumpang tindih dengan objek pungutan pusat (PPN). 26. Peraturan Dearah Kabupaten Kapuas Nomor 14 Tahun 2000 tentang Pungutan Daerah atas Pengangkutan dan atau Penjualan Hasil Pertanian dan Industri Keluar Daerah Kabupaten Kapuas Setiap pengangkutan dan atau penjualan hasil pertanian dan industri keluar wilayah Daerah. a. Beras 2%/ton b. Kerapu 3%/ton c. Kembung 2%/ton d. Sapi 0.5%/ekor e. Kelapa 0.5%/biji f. Rotan 4%/ton g. Kerupuk 1%/kg h. dst. 1. Pengenaan pungutan terhadap pengangkutan dan atau penjualan hasil pertanian dan industri tidak seharusnya dikenakan retribusi sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah dalam kegiatan tersebut. 2. Pungutan daerah terhadap pengangkutan dan atau penjualan hasil pertanian dan industri keluar daerah mengakibatkan ekonomi biaya tinggi sehingga dapat merintangi arus keluar masuk barang. 27. Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Komoditi keluar Propinsi Lampung Komoditi yang dibawa keluar Propinsi Lampung. Tarif sebesar 0.1% sampai 5% dari harga pasar yang berlaku diwilayah Daerah dan sekitarnya. 1. Pengenaan pungutan retribusi terhadap pengangkutan hasil komoditi keluar Propinsi tidak seharusnya dikenakan retribusi sebab tidak ada jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah. 2. Kegiatan pengangkutan hasil komoditi keluar dari Prop. Lampung tidak memerlukan pengendalian, pengawasan dari pemerintah karena tidak ada aspek

15 kepentingan umum yang perlu dilindungi sehingga tidak layak dikenakan retribusi perizinan tertentu. 3. Pungutan daerah terhadap pengangkutan hasil komoditi keluar Propinsi mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang dapat merintangi arus keluar masuk barang. 28. Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2000 tentang Retribusi Pengangkutan Bahan Galian Batubara, Bahan Baku Semen Dan Barang-Barang Potensial Lainnya. Setiap pengangkutan bahan galian batubara, bahan baku semen dan barang-barang potensial lainnya dari luar daerah ke Propinsi Lampung baik yang melalui kereta api dan jalan umum. a. Batubara Rp /ton b. Bahan baku semen Rp /ton Terhadap bahan galian batubara, bahan baku semen, dan barang-barang potensial lainnya sudah dikenakan pungutan Pusat yaitu PNBP atau PPN. 29. Peraturan Dearah Kabupaten Lebak Nomor 29 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemeriksaan Kesehatan Hewan/Ternak dan Hasil Ikutannya di Luar Rumah Potong Hewan yang dikeluarkan, dimasukkan dari dan ke Kabupaten Lebak Setiap pemanfaatan pemeriksaan kesehatan hewan/ternak, hasil ternak dan hasil ikutannya diluar Rumah Potong Hewan yang dimasukkan, dikeluarkan dari dan ke Kabupaten Lebak. Tarif ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. 1. Kegiatan pengeluaran dan pemasukan hewan ternak antar daerah tidak memerlukan pengawasan, pengendalian dari daerah karena tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi sehingga tidak layak sebagai objek retribusi perizinan tertentu. 2. Pungutan daerah terhadap pengeluaran hewan ternak keluar daerah akan merintangi arus masuk keluar barang antar daerah yang pada akhirnya mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. 31. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 2 Tahun 2001 tentang Retribusi Asal Pelayanan, pembinaan, dan pengawasan oleh Pemda terhadap komoditas di bidang a. Retribusi izin usaha komoditas sebesar Rp b. Retribusi Surat 1. Kegiatan perdagangan komoditi tidak memerlukan pengendalian, pengawasan dari Pemerintah Daerah sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi.

16 Komoditas perkebunan, tanaman pangan hortikultura, peternakan dan perikanan Keterangan Asal - Komoditas perkebunan 2% x harga dasar. - Komoditas pertanian dan hortikultura ½ 0/00 (permil) x harga dasar. - Komoditas peternakan sebesar ½ 0/00 (permil) x harga dasar. - Komoditas perikanan sebesar ½ 0/00 (permil) x harga dasar. 2. Pungutan daerah terhadap komoditas yang akan keluar dan masuk ke daerah akan merintangi arus keluar masuk barang sehingga akan berdampak terhadap ekonomi biaya tinggi. IV. Retribusi yang berkaitan dengan fungsi pengawasan/pengendalian dan pembinaan (Perizinan) Bidang Peternakan 32. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 21 Tahun 2000 tentang Retribusi Kartu Ternak. Pemberian kartu ternak oleh Pemerintahan Daerah dalam rangka pembinaan dan pengawasan. a. Sapi Rp /kartu b. Kerbau Rp /kartu c. Kuda Rp /kartu d. Domba Rp /kartu e. Kambing Rp /kartu 1. Pembinaan dan pengawasan ternak merupakan urusan umum pemerintahan yang seyogyanya dapat dibiayai dari penerimaan umum bukan dari pengenaan retribusi 2. Pemberian Kartu Ternak dalam rangka pembinaan tersebut tidak diperlukan mengingat pemberian kartu tersebut tidak memberikan manfaat secara khusus bagi peternak (sesuai prinsip retribusi). 33. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 39 Tahun Kartu tanda kepemilikan ternak untuk setiap ekor ternak tang memuat c. Sapi Rp /kartu/Ekor d. Sapi Rp /kartu/Ekor e. Sapi Rp /kartu/Ekor

17 2001 tentang Retribusi Kartu Ternak. identitas ternak, yaitu: sapi, kerbau, kuda, domba, kambing d. Sapi Rp /kartu/Ekor 34. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 23 Tahun 2000 tentang Retribusi Kartu Ternak. Pelayanan, penyediaan atau fasilitas kartu ternak yang berupa pemberian kartu ternak sebagai bukti kepemilikan ternak. Tarif sebesar Rp setiap penerbitan Kartu Ternak 35. Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 10 Tahun 2000 tentang Kartu Identitas Ternak. Semua hewan piaraan yang digolongkan : a. ternak besar, terdiri dari sapi, kerbau, dan kuda b. ternak kecil, terdiri dari domba, kambing, dan c. Ternak babi Tarif sebesar Rp per Kartu Ternak 36. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 23 Tahun 2000 tentang Retribusi Kepemilikan Kartu Ternak. Memberikan pelayanan kepada pemilik ternak tentang identitas jenis, umur, ciri-ciri dan ras ternak a. Ternak besar - Sapi Rp Kerbau Rp Kuda Rp b. Ternak khusus - Babi Rp Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Kepemilikan Kartu Ternak. Setiap Kepemilikan ternak c. Sapi perah Rp d. Sapi potong Rp e. Kerbau Rp d. Kuda Rp Peraturan Daerah Kepemilikan ternak baik a. Jenis ternak Sapi, Kerbau

18 Kabupaten Probolinggo Nomor 03 Tahun 2001 tentang Retribusi Kartu Ternak. yang diperoleh karena kelahiran, tukar menukar maupun pemberian/- hadiah dan Kuda Rp /ekor b. Babi bibit dewasa yang digemukkan Rp /ekor dan Babi yang digemukkan Rp /ekor 39. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 22 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemeriksaan Hewan/Ternak dan Hasil Ikutannya. Pelayanan pemeriksaan hewan ternak. 1. Pemeriksaan kesehatan hewan/ternak dan daging - Milik Pemerintah Daerah a. Ternak besar jantan Sapi/Kerbau/Kuda sebesar Rp /ekor b. dst. - Milik Pemerintah Swasta a. Ternak besar jantan Sapi/Kerbau/Kuda sebesar Rp /ekor b. dst. 2. Pemakaian kandang - Sapi/Kerbau/Kuda sebesar Rp /ekor - dst. 1. Pemeriksaan hewan/ternak dan hsil hutan ikutannya tidak dapat dikenakan retribusi, sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum. 2. Pungutan daerah terhadap pengeluaran hewan ternak keluar daerah mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang bertentangan dengan kebijakan nasional. 40. Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 64 Tahun 2000 Pembinaan, Pengamanan dan Pengawasan ternak. a. Unggas - Ayam/itik Rp. 50/ekor - Anak ayam Rp. Pembinaan, pengamanan, dan pengawasan peternakan merupakan urusan umum pemerintahan yang seyogyanya dapat dibiayai dari penerimaan umum,

19 tentang Retribusi Pengamanan, Pengawasan dan Pembinaan Peternakan 200/ekor - dst b. Ternak - Ternak kecil dan aneka ternak Rp. 500/ekor - dst. c. Hasil ikutan ternak - Telur Rp. 25/ekor - dst. sehingga tidak perlu dikenakan pungutan tersendiri. 41. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 8 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemeriksaan Hewan/Ternak dan Hasil Ternak dan Hasil Ikutannya. Pelayanan pemeriksaan hewan/ternak, hasil ternak dan hasil ikutannya a. Sapi, kerbau, kuda dan sejenisnya Rp /ekor b. Kambing, domba dan sejenisnya Rp. 500/ekor c. dst. 1. Pengenaan pungutan atas pengeluaran hewan ternak tidak seharusnya dikenakan retribusi sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah (tidak ada jasa pemeriksaan nyata). 2. Pengendalian, pengawasan dan pembinaan atas pengeluaran hewan ternak keluar daerah dalam bentuk perizinan tidak diperlukan sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi 3. Pungutan daerah terhadap pengeluaran hewan ternak keluar merintangi arus keluar masuk barang yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. Bidang Perkebunan 42. Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Timur Nomor 17 Tahun 2001 tentang Retribusi Hasil Usaha Perkebunan Hasil atau produksi dari semua tanaman perkebunan baik yang bersumber dari perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. a. Kelapa Sawit (TBS) Rp. 2/kg b. Kelapa bulat Rp. 3/buah c. Pinang biji kering Rp. 10/kg d. dst. 1. Pengenaan retribusi atas hasil usaha perkebunan tidak seharusnya dikenakan retribusi sebab tidak ada jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. 2. Pengendalian kegiatan perkebunan oleh daerah tidak diperlukan karena tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi

20 43. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 08 Tahun 2001 tentang Produksi Kayu Atas izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Tanah Milik Pemberian izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada tanah milik. 1. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu pada tanah milik pada prinsipnya tidak memerlukan pengendalian dari pemerintah daerah karena tidak adanya aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 2. Pada prinsipnya daerah dapat lebih mengoptimalkan penerimaannya dari pengenaan PBB. 44. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun 2000 tentang Retribusi Pabrik Pengolahan Hasil Produksi Teh Rakyat 45. Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Penebangan Kayu Dan Bambu Rakyat Setiap Pengolahan baku berupa pucuh teh rakyat oleh pabrik teh. Pemberian ijin penebangan kayu dan bambu rakyat. Tarif Rp. 15/kg pucuk teh. Tarif 1,5%/m#/batang Pengaturan lokasi pemetikan pucuk teh rakyat untuk diolah oleh pabrikd alam bentuk perizinan tidak diperlukan karena kegiatan tersebut tidak mengandung aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. Penebangan kayu dan bambu rakyat tidak memerlukan pengendalian dari daerah dalam bentuk perizinan sehingga tidak layak dikenakan retribusi perizinan tertentu. 46. Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 62 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Pengolahan, Pemupukan dan Penjualan Kayu Bakar 47. Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 65 Tahun 2000 tentang Retribusi Pengamanan, Pengawasan dan Pembinaan Usaha Pemberian izin pengolahan, pemupukan dan penjualan kayu bakar kepada orang pribadi dan badan. a. volume kayu bakar 1-5 m 3 Rp b. volume kayu bakar 6-10 m 3 Rp c. dst. Pengenaan retribusi atas pengolahan, pemupukan dan penjualan kayu tidak seharusnya dikenakan retribusi karena tidak diperlukan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan yang memerlukan biaya tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Izin usaha, pelayanan, pengamanan, pengawasan, dan pembinaan. a. Pengamanan, pengawasan dan pembinaan - Bibit kelapa Rp. 50/cikal - Bibit kakao Rp. 25/cikal 1. Pengenaan retribusi atas pengamanan, pengawasan, dan pembinaan usaha perkebunan tidak seharusnya dikenakan retribusi karena tidak diperlukan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan yang memerlukan biaya tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

21 Perkebunan - dst. b. Pendaftaran usaha perkebunan - usaha pembibitan kelapa 1000 bibit keatas Rp /tahun - usaha pembibitan kakao 2000 bibit keatas Rp /tahun 2. Pengamanan, pengawasan dan pembinaan merupakan urusan umum pemerintah sehingga seyogyanya dibiayai dari penerimaan umum. 48. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2000 tentang Penebangan Pohon pada Perkebunan Besar di Jawa Barat Izin penebangan pohon a. Pohon non perkebunan - yang digunakan di kebun Rp. 375/pohon - yang dibawa/dijual keluar kebun Rp. 750/pohon b. Pohon perkebunan - yang digunakan di kebun Rp. 250/pohon - yang dibawa/dijual keluar kebun Rp. 500/pohon Penebangan pohon pada perkebunan di Jawa Barat tidak perlu dilakukan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan oleh pemerintah daerah sebab telah dilakukan oleh perkebunan besar itu sendiri. Oleh karena itu, tidak seharusnya dikenakan retribusi perizinan. 49. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Usaha Pengolahan Teh Setiap pucuk teh yang akan diolah menjadi teh hijau dan atau teh hitam. Tarif sebesar 0/00 (permil) dari realisasi hasil pengolahan teh. 1. Retribusi izin usaha pengolahan teh tersebut bersifat pajak, sebab tarif retribusi ditetapkan berdasarkan volume produksi dan tidaka da jasa yang diberikan oleh daerah. 2. Pengendalian kegiatan pengolahan teh melalui perizinan tidak diperlukan karena tidak adanya secara nyata aspek kepentingan umum yang perlu

22 dilindungi. 50. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Kayu Kayu yang berada di Kabupaten Serang dan kayu yang berasal dari luar Kabupaten Serang a. kelompok jenis kayu indah Rp /m 3 b. kelompok jenis kayu Meranti Rp /m 3 c. Kayu jati Rp /m 3 d. kelompok rimba campuran Rp /m 3 1. Pengangkutan dan atau penjualan kayu keluar daerah tidak seharusnya dikenakan retribusi karena tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah. 2. Pungutan daerah terhadap pengangkutan dan atau penjualan kayu keluar daerah akan merintangi arus barang yang pada akhirnya berdampak pada ekonomi biaya yang tinggi. 3. Objek retribusi ini tumpang tindih dengan pungutan pusat, antara lain Provisi Sumber Daya Hutan, PPN dan bahkan PBB. 51. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah Nomor 02 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemeriksaan Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan 52. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 47 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Pengujian Alat Mesin Pertanian Pelayanan atas pemeriksaan, pengukuran dan pengujian hasil hutan. a. Pelayanan pengujian kelaikan traktor b. Pelayanan pengujian alat penggilingan padi c. Pelayanan pengujian pompa air Tarif Rp /m 3 /ton a. Hand tractor Rp /unit/-thn. b. Mini tractor Rp /unit/-thn. c. Mesin penggilingan dgn daya s.d. 18 PK Rp /- unit/thn d. Pompa air s.d. daya 10 PK Rp /unit/thn. e. dst Pada prinsipnya kegiatan yang berkaitan dengan pengambilan hasil hutan telah dikenakan PNBP berupa Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), sehingga tidak seharusnya dikenakan retribusi lagi. Pengujian alat mesin pertanian tidak seharusnya dikenakan retribusi karena tidak ada aspek kepenyingan umum yang perlu dilindungi.

23 53. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 3 Tahun 2000 tentang Retribusi Pembinaan Assosiasi Pedagang Pengumpul Hasil Perkebunan Pembinaan terhadap Assosiasi Pedagang Pengumpul Hasil Perkebuan a. Kopi Rp. 10/kg b. Lada Rp.50/kg c. Kakao Rp. 10/kg d. Karet Rp. 25/kg slab e. dst. 1. Pembinaan terhadap assosiasi pedagang pengumpul hasil perkebunan merupakan urusan umum pemerintahan yang seyogyanya dibiayai dari penerimaan umum. 2. Pungutan terhadap assosiasi pedangang pengumpul hasil perkebunan bukan bersifat pajak sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah yang memberikan manfaat bagi pedagang dan masyarakat secara umum. 3. Pungutan daerah kepada assosiasi yang dikenakan atas pengangkutan hasil perkebunan keluar daerah mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang bertentangan dengan kebijakan nasional. 54. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Usaha Alat Mesin Pertanian Izin usaha alat mesin pertanian. a. Hand tractor Rp /thn. b. Tractor mini Rp /thn. c. Traktor besar Rp /thn Ijin usaha alat mesin pertanian tidak dapat dikenakan retribusi, sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 55. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 06 Tahun 2001 tentang Penebangan Pohon Yang Tumbuh di luar Kawasan Hutan Cemara Dalam kabupaten Probolinggo Izin penebangan pohon a. jenis kelompok pohon kayu jati Rp /meter kubik b. jenis kelompok pohon kayu mewah Rp /meter kubik c. jenis kelompok pohon kayu jati Rp /meter kubik Izin penebangan pohon tidak diperlukan pembinaan, pengaturan, pengendalian dana pengawasan dengan biaya tinggi oleh pemerintah daerah hingga tidak seharusnya dikenakan retribusi.

24 56. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Kepemilikan Gergaji Rantai Pemberian izin kepemilikan gergaji rantai Tarif Rp /tahun/- gergaji Kepemilikan dan penggunaan gergaji rantai tidak memerlukan izin sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. Bidang Pertambangan 57. Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 9 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Penyimpanan/Penimbunan Semen Dan Batubara Serta Mineral Lainnya Setiap penyimpanan/penimbunan semen dan batubara serta mineral lainnya. a. Semen sebesar Rp /ton b. Batubara sebesar Rp /ton Penimbunan semen, batubara serta mineral lainnya dilakukan di lokasi/tempat yang disediakan oleh orang atau badan unutk keperluan pengangkutan semen, batubara dan mineral lainnya tidak perlu dikenakan karena tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 58. Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 63 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Kepemilikan Dan Penggunaan Gergaji Rantai Pemberian izin kepemilikan dan penggunaan gergaji rantai a. masa kepemilikan/- penguasaan 0 s.d. 5 thn dikenakan 5% b. masa kepemilikan/- penguasaan 6 s.d.85 thn dikenakan 3% c. masa kepemilikan/- penguasaan 9 thn keatas dikenakan 2% Ijin pemilikan dan penggunaan gergaji rantai tidak dapat dikenakan retribusi, sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi. 60. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 38 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pemilikan Dan Penggunaan Gergaji Rantai Pemberian izin kepemilikan dan penggunaan gergaji rantai Tarif Rp /gergaji rantai Ijin pemilikan dan penggunaan gergaji rantai tidak dapat dikenakan retribusi, sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi

25 61. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 30 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Pemilikan Dan Penggunaan Gergaji Rantai (Chain Saw) Pemberian izin kepemilikan dan penggunaan gergaji rantai Tarif Rp /gergaji rantai Ijin pemilikan dan penggunaan gergaji rantai tidak dapat dikenakan retribusi, sebab tidak ada aspek kepentingan umum yang perlu dilindungi Bidang Ketertiban Umum 62. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 5 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Usaha Beca 64. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 32 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin dan Biaya Pembongkaran Reklame Dalam Wilayah Kabupaten Tasikmalaya a. Beca angkutan orang b. Beca angkutan barang Setiap jasa pemberian ijin biaya pembongkaran reklame yang diberikan Pemerintah Kabupaten. a. Izin usaha beca Rp b. Surat Tanda Nomor Kendaraan Beca Rp c. Tanda Nomor Kendaraan Beca Rp d. Biaya Balik Nama Rp e. Biaya Pembuatan SIM Beca Rp a. Tarif retribusi ijin pemasangan : - papan merk produk pada kawasan khusus Rp perbuah/tahun - spanduk pada kawasan terbuka Rp perlembar/tahun - dst. 1. Izin usaha beca bukan merupakan golongan retribusi jasa umum, sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah unutk kepentingan dan kemanfaatan umum. 2. Ijin usaha beca juga tidak layak dikenakan retribusi pemberian izin tertentu, sebab biaya yang diperlukan dalam rangka pemberian ijin dan pengendalian relatif rendah yang dapat dibiayai dari penerimaan umum. 1. Retribusi pemberian izin dan pembongkaran reklame bersifat pajak sebab tarif retribusi tidak dikaitkan dengan besarnya biaya pembongkaran. 2. reklame telah menjadi objek pajak sehingga pengenaan retribusi terhadap reklame tersebut akan memberatkan masyarakat. 3. Golongan retribusi bukan merupakan jasa umum, karena tidak ada jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada pemegang ijin. 65. Peraturan Daerah Setiap pelayanan a. Rumah 1. Rumah kost/pemondokan dengan jumlah 10 kamar

26 Kota Palu Nomor 6 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Rumah Kost/Pemondokan pemberian izin usaha kost/pemondokan kost/pemondokan sederhana kelas III Rp /kamar b. Rumah kost/pemondokan sederhana kelas II Rp /kamar c. Rumah kost/pemondokan sederhana kelas I Rp /kamar Untuk setiap blok 100 lembar ditetapkan sebesar Rp. 400 keatas telah menjadi objek pajak hotel, sehingga berdasarkan pertimbangan kepentingan umum tidak layak dikenakan retribusi 2. Terhadap rumah kost/pemondokan dengan jumlah dibawah 10 (sepuluh) kamar, biaya pemeriksaan dan pengendaliannya relatif rendah dan dapat dibiayai dari penerimaan umum, sehingga tidak layak dikenakan retribusi 66. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 34 Tahun 2000 tentang Retribusi Penggunaan Bon Kontan Perusahaan/Toko Dalam Wilayah Kabupaten Tasikmalaya Penggunaan bon kontan/nota pembelian atas suatu barang Tidak dapat digolongkan sebagai retribusi jasa usaha, karena tidak ada jasa yang diberikan oleh daerah. Bidang Lingkungan 67. Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 6 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Air Perusahaan yang menggunakan air minum yang belum diuji dalam laboratorium, perusahaan yang menggunakan air bersih/air minum industri maupun home industri. a. Kelas A dengan pemakaian air lebih dari 300 M 3 per hari Rp b. Kelas B dengan pemakaian M 3 per hari Rp c. Kelas C dengan pemakaian M 3 per hari Rp Pengenaan retribusi terhadap pengamanan, pengawasan dan pemeriksaan air bersifat pajak, karena penetapan tarif didasarkan pada pemakaian air bukan atas dasar biaya pemeriksaan. 2. Pemakaian air oleh perusahaan telah dikenakan pajak (Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan) yang hasilnya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pengawasan dan pemeriksaan kualitas air< sehingga tidak perlu dikenakan pungutan tersendiri.

27 d. dst. Tarif 5% dari nilai jumlah atau harga standar yang ditetapkan secara triwulan oleh Bupati. 68. Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 2 Tahun 2000 tentang Sumbangan Atas Pengumpulan dan atau Pengeluaran Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan Dan Hasil Laut, Kehutanan Dan Hasil Perindustrian Kegiatan pengumpulan dan/atau pengeluaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan hasil laut, kehutanan dan hasil perindustrian. Bertentangan dengan kepentingan umum, karena sumbangan bersifat sukarela dab tidak terdapat unsur pemaksaan. 69. Peraturan Daerah Propinsi Jambi Nomor 8 Tahun 2001 tentang Sumbangan Wajib Pembangunan Propinsi (SWPP) Jambi dari Sektor Kehutanan. Setiap pemegang HPH, IPK, dan ISL dikenakan Sumbangan Wajib Pembangunan Propinsi (SWPP). Hutan Alam a. Produksi HPH - KB Rp /M 3 - Limbah Pembalakan Rp /M 3 b. Produksi LPK/ISL - KB Rp /M 3 - KBK Rp /M 3 - dst. 70. Peraturan Daerah Propinsi Jambi Nomor 9 Tahun 2001 tentang Sumbangan Wajib Pembangunan Propinsi (SWPP) Jambi dari Sub Sektor perkebunan Setiap eksportir, pedagang/perusahaan, pabrik pengelolaan hasil perkebunan dikenakan Sumbangan Wajib Pembangunan Propinsi (SWPP) a. CPO dikenakan Rp. 5/kg b. Minyak inti Rp. 7,5/kg c. Karet Rp. 10/kg d. dst. 71. Peraturan Daerah Hasil tambang batubara Sumbangan ditetapkan Rp.

28 Kabupaten Tapin Nomor 5 Tahun 2000 tentang Sumbangan Pihak Ketiga Atas Hasil Tambang Batubara yang Dibawa Keluar dari Areal Pertambangan yang sudah ditambang dan dibawa keluar areal pertambangan /ton hasil tambang batubara yang dibawa keluar areal penambangan.

PERTIMBANGAN MENTERI KEUANGAN ATAS PERDA TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI (Surat Menteri Keuangan No.S-486/MK.07/2001 Tanggal 2 November 2001)

PERTIMBANGAN MENTERI KEUANGAN ATAS PERDA TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI (Surat Menteri Keuangan No.S-486/MK.07/2001 Tanggal 2 November 2001) PERTIMBANGAN MENTERI KEUANGAN ATAS PERDA TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI (Surat Menteri Keuangan No.S-486/MK.07/2001 Tanggal 2 November 2001) Yth. Menteri Dalam Negeri Jakarta Sesuai amanat Pasal 5A dan Pasal

Lebih terperinci

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2003 KEPMENDAGRI. 1 No. 1 Tahun Januari 2003

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2003 KEPMENDAGRI. 1 No. 1 Tahun Januari 2003 1 No. 1 Tahun 2003 23 Januari 2003 2 No. 3 Tahun 2003 28 Januari 2003 3 No. 13 Tahun 2003 10 Maret 2003 Pembatalan PERDA Kab.Sanggau No.9/2001 ttg Retribusi Peredaran Kayu dan Hasil Hutan Ikutan. Pembatalan

Lebih terperinci

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2006 KEPMENDAGRI. 1 No.1 Tahun Januari No.2 Tahun Januari 2006

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2006 KEPMENDAGRI. 1 No.1 Tahun Januari No.2 Tahun Januari 2006 1 No.1 Tahun 2006 2 No.2 Tahun 2006 3 No.3 Tahun 2006 4 No.4 Tahun 2006 5 No.5 Tahun 2006 6 No.6 Tahun 2006 7 No.7 Tahun 2006 8 No.8 Tahun 2006 9 No.9 Tahun 2006 10 No.10 Tahun 2006 11 No.11 Tahun 2006

Lebih terperinci

Pembatalan Perda Kabupaten Hulu Sungai Selatan No.23 Th Pembatalan Keputusan Bupati Tapanuli Utara No.14 Th.2003.

Pembatalan Perda Kabupaten Hulu Sungai Selatan No.23 Th Pembatalan Keputusan Bupati Tapanuli Utara No.14 Th.2003. 1 No. 1 Tahun 2005 13 Januari 2005 2 No. 2 Tahun 2005 1 Pebruari 2005 3 No. 3 Tahun 2005 1 Pebruari 2005 4 No. 4 Tahun 2005 5 No. 5 Tahun 2005 6 No. 6 Tahun 2005 7 No. 7 Tahun 2005 8 No. 8 Tahun 2005 9

Lebih terperinci

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR NO. KABUPATEN/KOTA JML PERATURAN DAERAH PEMBATALAN PERATURAN BUPATI/ PERATURAN WALIKOTA KEPUTUSAN GUBERNUR

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G SALINAN NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMERIKSAAN HEWAN TERNAK, HASIL TERNAK DAN HASIL

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2004 KEPMENDAGRI. 1 No. 1 Tahun Januari 2004

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2004 KEPMENDAGRI. 1 No. 1 Tahun Januari 2004 1 No. 1 Tahun 2004 2 No. 2 Tahun 2004 3 No. 3 Tahun 2004 4 No. 4 Tahun 2004 5 No. 5 Tahun 2004 6 No. 6 Tahun 2004 Pembatalan Pasal 10 Huruf P Angka 5 PERDA Kab.Tanjung Jabung Barat No.10 Th. 2002 tentang

Lebih terperinci

Pembatalan Perda Kab. Tuban No.25 Th.2003 Tentang Retribusi Pengesahan Badan Hukum Koperasi

Pembatalan Perda Kab. Tuban No.25 Th.2003 Tentang Retribusi Pengesahan Badan Hukum Koperasi 1 No.1 Tahun 2009 2 No.2 Tahun 2009 3 No.3 Tahun 2009 4 No.4 Tahun 2009 5 No.5 Tahun 2009 6 No.6 Tahun 2009 7 No.7 Tahun 2009 8 No.8 Tahun 2009 9 No.9 Tahun 2009 10 No.10 Tahun 2009 11 No.11 Tahun 2009

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2007 KEPMENDAGRI. 1 No.1 Tahun Januari 2007

NOMOR/TGL PERATURAN TAHUN 2007 KEPMENDAGRI. 1 No.1 Tahun Januari 2007 1 No.1 Tahun 2007 2 No.2 Tahun 2007 3 No.3 Tahun 2007 4 No.4 Tahun 2007 5 No.5 Tahun 2007 6 No.6 Tahun 2007 7 No.7 Tahun 2007 8 No.8 Tahun 2007 9 No.9 Tahun 2007 10 No.10 Tahun 2007 Pembatalan PERDA Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN PASAR HEWAN DAN

Lebih terperinci

Laporan Sintesis Hasil Review 340 Perda * (Tim Peneliti KPPOD) **

Laporan Sintesis Hasil Review 340 Perda * (Tim Peneliti KPPOD) ** Laporan Sintesis Hasil Review 340 Perda * (Tim Peneliti KPPOD) ** I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setahun pelaksanaan otonomi daerah sejak 1 Januari 2001 telah memunculkan aneka persoalan yang sudah

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA DAN HASIL USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA DAN HASIL USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA DAN HASIL USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA WALI KOTA LANGSA, Menimbang : a. bahwa untuk ketertiban pengambilan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG DAN HASIL PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PASAR GROSIR/PERTOKOAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PASAR GROSIR/PERTOKOAN LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PASAR GROSIR/PERTOKOAN 1. Retribusi pedagang d areal pasar terdiri dari : A. Retribusi pelayanan pasar sebesar : 1)

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PENGATURAN PENJUALAN DAN IZIN KELUAR MASUK HEWAN SERTA BAHAN-BAHAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5. NO KOMODITAS POPULASI (EKOR) PRODUKSI DAGING (TON) 1 Sapi Potong 112.249 3.790,82 2 Sapi Perah 208 4,49 3 Kerbau 19.119 640,51 4 Kambing 377.350 235,33 5 Domba 5.238 17,30 6 Babi 6.482 24,55 7 Kuda 31

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI RUMAH

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR 2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 15 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 10

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 15 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 10 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 15 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH UTARA NOMOR 15 TAHUN 1997 T E N T A N G RETRIBUSI HASIL PRODUKSI KOMODITI

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 20007 PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Tujuan Sasaran RPJMD Kinerja Utama Program dan Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEMBATALAN PERATURAN DAERAH DAN KEPUTUSAN KDH TAHUN 2002

DAFTAR KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEMBATALAN PERATURAN DAERAH DAN KEPUTUSAN KDH TAHUN 2002 NO. KEPMENDAGRI TENTANG KET 1 2 3 4 1 Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 21 Tahun 2000 tentang 14 Tahun 2002 Retribusi Kartu Ternak 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 15 Tahun 2002 16 Tahun

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM LUAS WILAYAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015... 1 STATISTIK GEOGRAFIS PROVINSI JAMBI... 2 NAMA IBUKOTA KAB/KOTA DAN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2015... 3 JUMLAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) SUMBER DANA (INTERNAL DAN EKSTERNAL) 1 Meningkatnya layanan masyarakat tanbunakhut

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 Disampaikan pada: MUSRENBANGTANNAS 2015 Jakarta, 04 Juni 2015 1 TARGET PROGRAM

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN 2010 2015 JENIS BARANG TAHUN MINYAK BUMI (000 barel) GAS BUMI (MMBTU) BATUBARA (ton) BIJIH BESI (ton) 2010 6.588,05 17.410,00 3.876.280,00 317.300,00 2011

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 No. 33/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI BANTEN TAHUN 2013

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah- Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2679/AJ.307/DRJD/2011 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) DIREKTUR

Lebih terperinci

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Badan Pemeriksa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan SASARAN Dinas Tan. Pangan, Horti. & Peternakan Kalimantan Tengah 1 Meningkatkan Jumlah Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; 2 Meningkatkan Jumlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 37/05/21/Th. X, 4 Mei PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL Pada April NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,69 mengalami penurunan sebesar

Lebih terperinci

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam Bab 7 Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Potensi Alam Bab ini akan membahas tentang kegiatan ekonomi yang didasarkan pada potensi alam. Pelajarilah dengan saksama agar kamu dapat mengenal aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. BBM Jenis Tertentu. Perkebunan. Pertambangan. Pengendalian. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU A. Jenis Ternak/Unggas Jenis Kegiatan/Usaha :... (... dari...) : 1. Pengembangbiakan 2. Penggemukan 4. Lainnya A). Mutasi

Lebih terperinci

Potret Kebermasalahan Perda Perkebunan

Potret Kebermasalahan Perda Perkebunan Potret Kebermasalahan Perda Perkebunan Pengantar S etelah kajian dan publikasi sejumlah perda terkait isu ketenagakerjaan pada bulan Mei lalu, kembali KPPOD pada bulan Juni ini menyampaikan hasil kajian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 NOMOR 3 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 NOMOR 3 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan Pemerintah Daerah sangat penting dalam kegiatan percepatan pembangunan daerah. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH ANGKUTAN BARANG DI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN, PEMERIKSAAN TERNAK DAN HASIL TERNAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa jalan mempunyai

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG - 342 - PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG, HASIL PERKEBUNAN DAN ANGKUTAN BARANG LAINNYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MEI 2015 SEBESAR 95,24 ATAU TURUN 1,24 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MEI 2015 SEBESAR 95,24 ATAU TURUN 1,24 PERSEN No. 31/06/14/Th.XVI, 1 Juni 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MEI 2015 SEBESAR 95,24 ATAU TURUN 1,24 PERSEN Pada bulan Mei 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 95,24 atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian

Lebih terperinci

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN SPDT12-TRK Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan 1. Rumah tangga pertanian yang menjadi responden harus memiliki anggota

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci