BAB II SEJARAH DAN KONTEKS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SEJARAH DAN KONTEKS"

Transkripsi

1 13 BAB II SEJARAH DAN KONTEKS 2.1 Konsep dan Tujuan OBOR Pada akhir 2013, Presiden Cina Xi Jinping mengumumkan salah satu kebijakan luar negeri Cina yang paling ambisius. Presiden Xi Jinping menyerukan pembangunan Sabuk Ekonomi Jalan Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad 21, yang secara kolektif disebut One Belt, One Road (OBOR) namun juga dikenal sebagai Belt and Road Initiative (Cai, 2017). Visi Presiden Xi adalah program pembangunan infrastruktur yang ambisius untuk menghubungkan daerah perbatasan Cina yang kurang berkembang dengan negara-negara tetangga. OBOR dapat dikatakan merupakan salah satu rencana pembangunan terbesar dalam sejarah modern. Di darat, Beijing bertujuan untuk menghubungkan daerah pedalaman yang terbelakang ke Eropa melalui Asia Tengah. Rute ini dijuluki Silk Road Economic Belt. Langkah kedua rencana Presiden Xi adalah membangun Jalan Sutra Maritim Abad 21 yang menghubungkan kawasan Asia Tenggara yang berkembang pesat ke provinsi-provinsi selatan Cina melalui pelabuhan dan kereta api. Semua tingkat Pemerintah Cina, dari badan perencanaan ekonomi nasional hingga universitas provinsi, berebut untuk terlibat dalam OBOR. Hampir setiap provinsi di Cina telah mengembangkan rencana OBOR sendiri untuk melengkapi cetak biru nasional. Kebijakan utama pemerintah dan bank komersial telah mengumumkan rencana pendanaan untuk memenuhi visi ambisius Presiden Presiden Xi (Cai, 2017). Tujuan utama dari inisiatif OBOR adalah untuk mencapai koordinasi kebijakan di negara-negara OBOR, untuk membangun infrastruktur guna meningkatkan konektivitas di antara negara-negara OBOR, meningkatkan arus perdagangan dan investasi, mempromosikan integrasi keuangan, dan mendorong hubungan yang lebih baik antara masyarakat di negara-negara OBOR (National Development and Reform Commission, Ministry of Foreign Affairs, and Ministry of Commerce of the People s Republic of China, 2015). Koordinasi kebijakan akan diperlukan untuk mengembangkan dan kemudian mengoperasikan infrastruktur yang direncanakan sebagai bagian dari inisiatif OBOR. Cina berencana untuk mencoba menegosiasikan perjanjian perdagangan bebas dengan banyak jika tidak semua negara OBOR, serta kesepakatan untuk 13

2 14 menyederhanakan kebiasaan, inspeksi, dan persetujuan. Peningkatan konektivitas pada awalnya akan difokuskan untuk menghilangkan kemacetan dan memberikan missing link pada rute transportasi yang ada, membangun fasilitas pelabuhan, dan memperbaiki operasi intermodal. Akhirnya, tujuannya adalah untuk memiliki jalur kereta api, jalan raya, udara, telekomunikasi, minyak dan gas alam berkualitas tinggi, dan jaringan pelabuhan di seluruh wilayah OBOR, dengan tujuan untuk membina integrasi ekonomi yang lebih dekat di Asia dan antara Asia dan Eropa. Untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi tanpa hambatan, langkahlangkah akan diambil untuk mengurangi hambatan perdagangan dan investasi, menurunkan biaya perdagangan dan investasi, dan mendorong integrasi ekonomi regional (Enright, Scott & Assocciates, 2016). Integrasi keuangan akan dipromosikan oleh Cina dengan mencoba memperbaiki koordinasi dalam kebijakan moneter, memperluas penggunaan mata uang lokal (tidak menggunakan dolar AS) untuk perdagangan dan investasi di antara negara-negara OBOR, memperdalam kerjasama keuangan, menciptakan lembaga keuangan regional yang berfokus pada pengembangan, penguatan kerjasama dalam pemantauan dan pengelolaan risiko, dan mengembangkan mekanisme regional untuk mengelola risiko keuangan (Enright, Scott & Assocciates, 2016). 2.2 Cakupan OBOR Inisiatif OBOR merupakan visi ekonomi ambisius mengenai keterbukaan dan kerja sama antar negara di sepanjang jalur Belt and Road. Cina menghimbau negara-negara untuk bekerja sama dan bergerak menuju tujuan untuk saling menguntungkan dan memberikan keamanan bersama (National Development and Reform Commission, Ministry of Foreign Affairs, and Ministry of Commerce of the People s Republic of China, 2015). Isi kebijakan OBOR menyebutkan bahwa Cina dan negara-negara di sepanjang jalur Belt and Road perlu memperbaiki infrastruktur kawasan ini, meningkatkan fasilitas perdagangan dan investasi, membangun jaringan area perdagangan bebas yang memenuhi standar tinggi, menjaga hubungan ekonomi lebih dekat, memperdalam kepercayaan politik, meningkatkan pertukaran budaya, mendorong peradaban yang berbeda untuk belajar dengan satu sama lain dan berkembang bersama, serta mempromosikan saling pengertian, perdamaian dan persahabatan di antara orangorang dari semua negara. OBOR dengan kata lain mewakili perluasan, peningkatan, kombinasi, dan beberapa hal yang merupakan realisasi dari beberapa inisiatif penting di Cina.

3 15 Dalam kunjungan 2014 ke Eropa, Presiden Xi Jinping menunjukkan bahwa salah satu tujuan OBOR adalah untuk bekerja sama untuk mengintegrasikan pasar Eropa dan Asia dan menjadikan Cina dan Uni Eropa sebagai mesin kembar bagi pertumbuhan ekonomi global. Dalam hal ini, inisiatif OBOR dapat dipandang sebagai mitra kerja dan mitra potensial yang jauh lebih besar untuk program investasi UE sendiri, yang berharap dapat memobilisasi investasi publik dan swasta setidaknya 315 miliar dari tahun (Enright, Scott & Assocciates, 2016). Dengan demikian, kebijakan OBOR ini termasuk untuk meningkatkan keamanan energi Cina, memperluas pasar untuk industri Cina (termasuk yang memiliki kelebihan kapasitas dalam negeri), meningkatkan daya saing perusahaan Cina, meningkatkan Hard Power dan Soft Power Cina, memperluas pengaruh ekonomi dan geopolitik Cina, menggeser keseimbangan kekuasaan di Asia, meningkatkan Status Cina sebagai kekuatan besar, mendaur ulang beberapa cadangan sumber daya internasional Cina, dan meningkatkan pengembangan wilayah periferal Cina. Prakarsa OBOR dapat dilihat sebagai upaya untuk menegaskan kembali gagasan Center Kingdom di mana semua jalan (jalur kereta api, jalur pelayaran, dan lalu lintas udara juga) mengarah ke Beijing. 2.3 Konsep Economic Diplomacy Melalui Kebijakan OBOR oleh Cina Kerjasama ekonomi yang akan dilakukan oleh Cina adalah dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan infrastruktur di Asia. PWC memperkirakan bahwa negara-negara OBOR membutuhkan infrastruktur sebesar USD 5 triliun dari tahun 2016 sampai Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa Asia akan membutuhkan investasi infrastruktur senilai USD 8 triliun dari tahun 2010 sampai 2020, dan jumlah investasi yang telah terkumpul masih jauh dari kebutuhan (Lodge, 2016). Salah satu alasan untuk kurangnya investasi ini adalah bahwa sebagian besar negara yang tercakup dalam inisiatif OBOR adalah negara berkembang dengan sumber daya yang sederhana. Beberapa negara juga memiliki sistem dan institusi yang lemah. Cina melihat kurangnya investasi yang dibutuhkan hingga tahun 2020 ini sebagai penopang pembangunan kawasan ini. Cina juga melihat infrastruktur sebagai daerah di mana ia dapat memberikan kontribusi substansial mengingat pengalamannya sendiri dengan perkembangan infrastruktur yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Secara tradisional, "diplomasi ekonomi" didefinisikan sebagai kegiatan resmi negara untuk meningkatkan ekspor, menarik lebih banyak investasi asing dan memaksimalkan

4 16 kepentingan pribadi dalam organisasi ekonomi internasional, yaitu meningkatkan keuntungan ekonomi negara sendirin (Wong, 2015). Di dunia yang saling tergantung, satu negara harus mempengaruhi sektor ekonomi di negara lain untuk mencapai kepentingan diri sendiri. Dalam ekonomi global yang modern saat ini, instrumen ekonomi yang tersedia untuk penggunaan diplomatik, mulai dari perdagangan hingga bantuan ekonomi dan pinjaman, telah meningkat pesat (Wong, 2015). FDI dan transfer teknologi adalah contohnya.. Secara historis, praktik luar negeri Cina berakar pada konsep tradisional tatanan dunia yang tidak berdasarkan asas equality, namun diatur secara hierarkis, di mana kekaisaran Cina di masal lalu menjalankan peran sebagai hegemoni atas negara-negara kecil yang terletak di pinggiran kekaisaran tadi (Wong, 2015). Dalam mengelola hubungan dengan tetangganya, Kekaisaran Cina dikatakan sangat pragmatis. Hal ini mencakup pemaksaan dan penyuapan langsung secara terang-terangan. Di masa Maois Cina, politik dan ideologi Mao mengambil peran secara luas di berbagai aspek kegiatan pemerintah. Pertukaran perdagangan, olah raga dan budaya harus tunduk pada tujuan kebijakan luar negeri negara secara keseluruhan. Hal ini juga telah dipraktikan pada masa Perang Dingin di Asia Tenggara di mana ketika hubungan Cina dengan Malaya (Malaysia) berubah menjadi buruk pada tahun 1960an, Beijing segera mengalihkan pembelian karetnya dari Kuala Lumpur ke pihak yang menjual lebih mahal namun berkualitas lebih rendah (Wong, 2015). Selain itu, pada tahun 1980an, untuk menghargai inisiatif Presiden Marcos dalam menormalisasi hubungan dengan Cina, Beijing memasok minyak ke Filipina dengan "harga pertemanan" (jauh di bawah harga pasar dunia). Dapat dikatakan bahwa diplomasi ekonomi sudah banyak digunakan sejak lama oleh Cina. Presiden Xi Jinping pada KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) ke-22 di Beijing pada bulan November 2014 mengusulkan untuk membuat "Marshall Plan" dari Cina sendiri (istilah ini secara resmi dihindari oleh Beijing karena konotasi Perang Dinginnya) dengan menjanjikan USD 40 miliar untuk membantu negara-negara di zona Silk Road yang diusulkan untuk pembangunan infrastruktur di bawah skema "One Belt for One Road". Secara lebih konkret, Cina dengan cepat berhasil mendirikan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) untuk membantu pendanaan proyek-proyek pembangunan modal di wilayah tersebut dengan menyediakan USD 50 miliar atau setengah dari modal awal. Amerika Serikat pada awalnya menentang proyek yang disponsori Cina ini karena takut mempengaruhi institusi seperti World

5 17 Bank yang berada di bawah pengaruh AS. Pada akhir April 2015, 57 negara telah mendaftar sebagai Anggota Pendiri AIIB, termasuk sekutu dekat Amerika seperti Inggris, Jerman, Franc dan Italia, Australia, Selandia Baru dan Korea Selatan. Sebagai hasil dari dukungan rakyat yang luar biasa, AS telah melunakkan penentangannya terhadap proyek ini (Huang, 2015). Presiden World Bank Jim Yong Kim secara terbuka menyambut AIIB sebagai "sekutu potensial yang kuat" dari institusinya sendiri. Menghadiri pembukaan KTT Afro-Asia di Jakarta pada tanggal 22 April 2015, Presiden Indonesia Joko Widodo memberikan dukungan yang kuat kepada AIIB yang dipimpin oleh Cina ini dengan mengatakan: "Gagasan yang menyatakan bahwa masalah ekonomi global hanya dapat diselesaikan melalui World Bank, International Monetary Fund dan Asian Development Bank adalah gagasan yang usang dan harus dibuang. (Jakarta Post, 2015). Cina pada bagiannya juga meyakinkan bahwa operasi AIIB akan mematuhi kerangka kerja multilateral dan peraturan pasar dasar, dan beroperasi secara transparan, sesuai dengan garis IFC (International Financial Corporation) Bank Dunia (Wong, 2015). Cina juga telah berjanji bahwa AIIB akan bekerja sama dengan lembaga keuangan lain yang ada. Lembaga keuangan baru ini, yang diharapkan dapat mengisi kekurangan dana infrastruktur penting di negara berkembang, akan diluncurkan secara resmi pada bulan Juni Dapat dikatakan bahwa Cina telah mencetak terobosan diplomatik yang signifikan dengan menarik begitu banyak sekutu Amerika untuk mendukung proyeknya. Perlu ditekankan lagi bahwa semua inisiatif OBOR, yang lama dan yang baru, pada dasarnya adalah tentang "konektivitas" (Wong, 2015). Dalam pengertian ini, peran Cina sangat penting karena Cina memiliki teknologi kunci dan keterampilan teknik untuk membangun jaringan transportasi yang dibutuhkan, terutama untuk rel kecepatan tinggi. Cina juga memiliki kemampuan finansial yang kuat untuk membantu mendanai pembangunan infrastruktur. Maka dari itu tujuan akhir dari upaya konektivitas infrastruktur dalam kebijakan OBOR adalah untuk kelancaran jalur transportasi perdagangan sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi. Implikasi jangka panjang dari skema One Belt, One Road adalah munculnya beberapa "jembatan kontinental" raksasa yang akhirnya akan menghubungkan berbagai wilayah di Asia: Integrasi Asia Timur berbasis manufaktur dengan Asia Tenggara yang kaya sumber daya dan Asia

6 18 Tengah, dan kemudian penggabungan Asia Selatan dan Barat menjadi satu entitas ekonomi raksasa (Wong, 2015). 2.4 Aspek Politik OBOR Cina dengan kebijakan OBOR juga terlihat berusaha untuk mengambil peran yang lebih menonjol secara global. Cina mencoba untuk memperkuat dominasinya di ranah internasional melalui jalur yang berada di luar forum-forum internasional. Hal ini didapatkan dengan refleksi dari Trans-Pacific Partnership (TPP) yang didukung AS yang secara eksplisit mengecualikan Cina di dalam aktivitasnya. OBOR adalah cara untuk mengatasi TPP dengan presisi, dan dari sudut pandang Cina, dapat membuat posisi TPP melemah, tanpa menghadapinya secara langsung. OBOR merupakan salah satu manifestasi dari Cina yang ingin menjadi jauh lebih terlibat dan tegas dalam urusan internasional. Cina telah membangun hubungan ekonomi dan politik yang mendasar di seluruh dunia. Yang paling relevan dengan inisiatif OBOR adalah hubungan dengan Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Eropa Tengah dan Timur. Pejabat Cina telah mempromosikan inisiatif OBOR di beberapa forum internasional yang melibatkan daerah ini, termasuk Pertemuan Asia-Eropa (ASEM), Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), ASEAN + 1, Forum Kerjasama Cina-Arab, Forum Kerjasama Cina-Afrika dan juga Cina-CEE (Kerja sama antara enam belas negara Eropa Tengah dan Timur dengan Cina) atau dengan kata lain semua forum utama yang Cina miliki dengan dunia internasional (Enright, Scott & Assocciates, 2016). Asia Tenggara merupakan wilayah penting bagi inisiatif OBOR karena beberapa alasan. Asia Tenggara dekat dengan Cina dan negara-negaranya sudah terhubung dengan baik dengan Cina melalui ikatan perdagangan, keuangan, dan bisnis. Asia Tenggara adalah bagian penting dari bagian "One Road" dari OBOR (Bloomberg, 2017). Ada pelabuhan yang sangat bagus di Singapura dan Malaysia, namun di tempat lain di wilayah ini infrastruktur pelabuhan kurang dan negara-negara tersebut belum tentu memiliki sumber daya untuk memperbaiki situasi. Secara historis, Asian Development Bank telah aktif berusaha membangun koridor ekonomi di wilayah Asia Tenggara dengan keberhasilan yang terbatas. Maka dari itu, Asia Tenggara menjadi target utama investasi Cina untuk sekaligus memperbaiki hubungan dengan negara tetanggannya. Asia Tenggara juga merupakan rumah sejumlah negara yang bersahabat dengan Amerika Serikat dan beberapa anggota Kemitraan Trans-Pasifik. Asia Tenggara adalah wilayah di mana Cina di satu

7 19 sisi, dan Jepang dengan Amerika Serikat di sisi lain, bersaing untuk memberikan pengaruh. Asia Tenggara juga merupakan rumah negara, seperti Vietnam dan Filipina, dimana Cina memiliki sengketa teritorial. ASEAN telah menandatangani sejumlah kesepakatan kerjasama dengan Cina. ASEAN-Cina Free Trade Agreement, misalnya, mulai berlaku pada tahun Keterkaitan Kebijakan Poros Maritim Dunia dan OBOR Strategi inti Jokowi untuk mempromosikan peran internasional yang lebih besar bagi Indonesia adalah konsep "Poros Maritim Dunia", yang ia diskusikan selama pidatonya di KTT para pemimpin ASEAN tahunan di Naypyidaw pada bulan November Konsep tersebut mengemukakan bahwa jalur laut Indonesia yang memungkinkan lalu lintas maritim global antara samudera Pasifik dan India menempatkan negara tersebut tepat di tengah pergeseran dari Barat ke Asia Timur (Setkab RI, 2014). Beliau menetapkan agenda lima poin untuk mengubah Indonesia menjadi Poros Maritim Duniau : Membangun kembali budaya maritim, mengamankan dan mengelola sumber daya maritim, memprioritaskan infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, dan mengembangkan kapasitas pertahanan maritim di Indonesia. Kebijakan Poros Maritim Dunia berpotensi memberikan kesan baru terhadap kebijakan luar negeri Indonesia. Setidaknya ada dua ketidakpastian yang signifikan mengenai kebijakan tersebut. Yang pertama adalah apakah pendukung kebijakan Poros Maritim Dunia dapat bekerjasama untuk mempertahankan sentralitas dan koherensinya. Salah satu pencetus awal kebijakan tersebut, Rizal Sukma, menyatakan dalam sebuah pidato di Singapura pada bulan Maret 2015 bahwa kebijakan tersebut diumumkan sebelum diberitahukan secara rinci di berbagai kementerian (Sukma, 2015). Gambaran beragam kepentingan yang mungkin akan terjadi adalah, kebijakan tersebut mungkin memerlukan sebuah prioritas baru untuk pengeluaran pertahanan untuk angkatan laut. Rentang waktu yang panjang yang diperlukan untuk realisasi kemampuan infrastruktur dan pertahanan juga menyumbang ketidakpastian. Rentang waktu ini cenderung meluas jauh melampaui masa jabatan Jokowi saat ini, yang berarti mereka akan bergantung pada pemilihan ulang atau dukungan dari Presiden terpilih berikutnya sebagai penggantinya. Ketidakpastian kedua adalah apakah Indonesia bisa mendanai konsep Poros Maritim Dunia ini, baik secara infrastruktur atau pun komponen pertahanan maritime.kebijakan ini akan membutuhkan dana investasi yang besar.

8 20 Telah ada diskusi signifikan mengenai implikasi yang ditimbulkan oleh kebijakan Poros Maritim Dunia untuk menginisiasi hubungan dengan Cina, yang berfokus pada potensi sinergi antara titik kebijakan Poros Maritim Dunia dan kebijakan "Maritime Silk Road" Cina sendiri. Pernyataan bersama antara Cina dan Indonesia dikeluarkan setelah kunjungan Jokowi ke Cina pada bulan Maret 2015 (Kementrian Luar Negeri Cina, 2015). Kedua kebijakan tersebut sangat saling melengkapi satu sama lain. Di sisi lain kebijakan tersebut juga menyatakan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk mengeksplorasi sinergi dalam mengembangkan kemitraan maritim bersama. Sejalan dengan pernyataan ini, laporan pertemuan bilateral antara Jokowi dan Xi Pada Konferensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April 2015 menyarankan agar kedua negara menyetujui keterlibatan Cina yang signifikan dalam pembangunan 24 pelabuhan baru di Indonesia, serta infrastruktur lainnya (Setkab, 2015). Poros Maritim Dunia juga menimbulkan potensi konflik yang berbeda dengan Cina dibandingkan dengan Amerika Serikat. Secara khusus, tekad Indonesia untuk meningkatkan perlindungan sumber daya bahari, terutama perikanannya, dapat bertentangan dengan dukungan tegas Cina yang mendorong nelayannya agar beroperasi di perairan yang disengketakan. Indonesia telah menenggelamkan setidaknya satu kapal Cina sebagai bagian dari penegasan kontrol Indonesia atas perikanannya. Menteri perikanan baru Susi Pudjiastuti membatalkan MoU perikanan 2013 dengan Cina (Hart, 2015). Penegakan hukum yang disempurnakan oleh pihak berwenang Indonesia menimbulkan kemungkinan terjadinya konfrontasi lebih lanjut dengan kapal-kapal bersenjata Cina, yang mungkin sulit untuk dikurangi secara diam-diam di tengah upaya penegakan Hard Power pemerintah Indonesia.

"One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung" Antara Tiongkok dan Indonesia

One Belt One Road Sebuah Orkestra Angklung Antara Tiongkok dan Indonesia "One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung" Antara Tiongkok dan Indonesia 2017-05-09 09:45:17 CRI http://indonesian.cri.cn/201/2017/05/09/1s165475.htm "One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung"

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Indonesia-Maroko; Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral melalui Kerjasama Ekonomi (533/M)

Indonesia-Maroko; Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral melalui Kerjasama Ekonomi (533/M) KOPI, Berbeda dengan Indonesia yang terletak di Asia tenggara, Maroko merupakan negara yang berada di wilayah afrika Utara. Maroko berbentuk monarki konstitusional dengan kepala negara yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015 Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016

Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016 Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016 Pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda semakin memperkukuh kemitraan di antara keduanya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT...

HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Kolom IBRAHIM ISA Kemis, 03 Oktober 2013 -------------------- HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Hubungan dua negeri Asia: -- Indonesia dan Tiongkok--, Yang satu negeri kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

perdagangan, industri, pertania

perdagangan, industri, pertania 6. Organisasi Perdagangan Internasional Untuk mempelajari materi mengenai organisasi perdagangan internasional bisa dilihat pada link video berikut: https://bit.ly/2i9gt35. a. ASEAN (Association of South

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia telah memiliki hubungan bilateral dengan Amerika Serikat untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun 1949. Pada tahun tersebut

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Baru Silk Road Cina yang juga disebut One Belt One Road (OBOR), dimulai pada tahun 2013, oleh Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang (Estaban

Lebih terperinci

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

Memperkuat Persahabatan dan Kerja Sama

Memperkuat Persahabatan dan Kerja Sama Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

2016, No pelabuhan-pelabuhan Negara Anggota ASEAN dan Tiongkok; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mene

2016, No pelabuhan-pelabuhan Negara Anggota ASEAN dan Tiongkok; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mene LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.49, 2016 PENGESAHAN. Agreement. Transportasi Laut. ASEAN - RRT. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON MARITIME

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN-BADAN KERJASAMA EKONOMI KERJA SAMA EKONOMI BILATERAL: antara 2 negara KERJA SAMA EKONOMI REGIONAL: antara negara-negara dalam 1 wilayah/kawasan KERJA SAMA EKONOMI

Lebih terperinci

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

50 Tahun ASEAN, Menuju Episentrum Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jumat, 11 Agustus 2017

50 Tahun ASEAN, Menuju Episentrum Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jumat, 11 Agustus 2017 50 Tahun ASEAN, Menuju Episentrum Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jumat, 11 Agustus 2017 Terjaganya stabilitas kawasan dan terus bergerak mewujudkan kesejahteraan bersama menjadi dasar yang kuat bagi ASEAN untuk

Lebih terperinci

SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN

SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN Pertemuan Tingkat Tinggi Tentang Kewirausahaan akan menyoroti peran penting yang dapat dimainkan kewirausahaan dalam memperluas kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI)

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Duta Besar Nur Syahrir Rahardjo Wakil Ketua Harian Pokja Penguatan Diplomasi Ekonomi Bidang Pariwisata

Lebih terperinci

Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Internasional

Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Internasional Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu: 1. mendeskripsikan konsep dan kebijakan perdagangan internasional; 2. menganalisis kerja sama ekonomi internasional; 3. mengevaluasi dampak kebijakan perdagangan

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 02 Sesi KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Kalimantan Barat, Oesman Sapta Odang menilai Indonesia

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIKS 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN LUAR NEGERI 1. Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerjasama ASEAN Meningkatnya peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci