keselamatan penyedia jasa kesehatan serta pasien mereka (Gershon et al., 2000, Pronovost dan Sexton, 2005). Keselamatan dalam organisasi kesehatan
|
|
- Sudirman Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Safety Culture (budaya keselamatan) adalah produk yang dihasilkan dari individu, kelompok, sikap, persepsi dan juga pola perilaku yang menentukan komitmen dan kecakapan dalam menata organisasi keselamatan menurut International Atomic Energy Agency (1991). Safety Climate (iklim keselamatan) dapat dianggap sebagai fitur permukaan dari safety culture (Flin, 2000). Istilah safety culture dan safety climate terkadang digunakan secara bergantian, pada dasarnya safety climate mencerminkan safety culture suatu organisasi tetapi dapat lebih akurat diukur (Brand et al., 2010) Safety climate adalah komponen penting dari tanggung jawab pelayanan kesehatan dan safety climate survey menyediakan sebuah ukuran dari safety climate dalam organisasi dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan pelayanan. Dalam organisasi yang beresiko tinggi, safety climate umumnya di pandang sebagai indikator utama memberikan informasi tentang potensi yang memiliki risiko berbahaya, berbeda dengan indikator yang hanya mengidentifikasi setelah kecelakaan terjadi. Dengan demikian tujuan dari penilaian safety climate adalah untuk mengidentifikasi dan mengelola isu-isu keselamatan yang relevan dengan rutinitas atau kondisi kerja serta untuk memantau perubahan dari hasil penilaian (Flin, 2007, Nieva dan Sorra, 2003, 2004) Safety climate biasanya diukur dengan menggunakan kuesioner yang meminta karyawan untuk menilai komitmen dari manajemen terhadap penerapan keselamatan (DeJoy et al., 2004, Moore et al., 2005). Safety Climate digambarkan sebagai ringkasan dari persepsi karyawan tentang keamanan lingkungan kerja mereka (Zohar, 1980). Pembinaan nilai safety climate dalam organisasi kesehatan (healthcare) telah diakui sebagai strategi yang diperlukan untuk meningkatkan 1
2 2 keselamatan penyedia jasa kesehatan serta pasien mereka (Gershon et al., 2000, Pronovost dan Sexton, 2005). Keselamatan dalam organisasi kesehatan (healthcare) berbeda dalam beberapa hal dari keselamatan dibidang manufaktur, yang pertama pada tingkat yang paling tinggi, orang-orang yang berada ditop manajemen melakukan diskusi yang paling utama dalam keselamatan healtcare bukanlah karyawan tetapi penerima jasa yaitu pasien. Perbedaan utama kedua adalah sifat pekerjaan dan pekerja dalam healthcare (Helmreic et al., 1986). Safety climate/culture dibangun oleh berbagai faktor (dimensi), dan berbagai peneliti mencoba mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut. Dimulai dari penelitian oleh Zohar (1980) dengan 8 dimensi, diantaranya sikap manajemen terhadap keselamatan, dampak praktek-praktek keselamatan kerja terhadap promosi dan yang lainya. Kemudian berkembang secara luas khususnya di healthcare. Penelitian Gershon et al. (2000) menghasilkan 6 faktor/dimensi di antaranya adalah dukungan manajemen, umpan balik/pelatihan, minimal konflik/komunikasi yang baik dan yang lainya. Survei tentang safety culture pasien yang sering digunakan sebagai acuan diberbagai negara karena mempunyai sifat psikometris yang terbaik dan dirancang untuk seluruh pekerja di rumah sakit adalah yang dilakukan oleh Sorra dan Nieva (2004), yaitu Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC), yang mempunyai 12 dimensi budaya keselamatan dan 2 dimensi outcome. Masih banyak lagi penelitian tentang climate atau safety culture yang menghasilkan perbedaan dalam jumlah dimensi/faktor yang membangunnya, dan dinilai dapat mendeteksi perhatian staf rumah sakit terhadap patient safety. Penelitian lainnya oleh Matsubara et al. (2005), dengan setting Jepang dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi, sedangkan di Swiss penelitian yang dilakukan oleh Pfeiffer et al. (2008) menghasilkan 10 dimensi, begitu juga di Belanda menjadi 11 dimensi yang dilakukan oleh Smits et al. (2008). Griffin dan Hart (2000) menyatakan bahwa performansi keselamatan di rumah sakit dipengaruhi secara langsung oleh safety climate atau safety culture. Rendahnya safety culture memiliki kontribusi positif terhadap timbulnya
3 3 kesalahan dalam pelayanan kesehatan, terapi yang tidak aman, dan berbagai kecelakaan lain yang tak terduga (medical errors, unsafe therapies, and unintended injuries) (Hamaideh et al., 2004). Pada penelitian Glendon dan Litherland (2000) yang menyatakan bahwa safety climate atau safety culture mempengaruhi performansi keselamatan secara aktual. Gershon et al. (2000) yang menyatakan bahwa saat budaya keselamatan menguat, maka akan mengakibatkan meningkatnya performansi keselamatan. Penelitian yang berkenaan dengan pengembangan instrumen pengukuran dilakukan oleh Koon-Chuen et al. (2012) dimana pengembangan instrumen pengukuran dilakukan pada rumah lansia dengan mengembangkan instrumen pengukuran yang dikeluarkan oleh ocupational safety and health council (OSHC) untuk mengukur persepsi keamanan pada pekerja di rumah lansia. Pengembangan instrumen Hospital Survey on Patient Safety Culture yang dilakukan oleh Pfeiffer et al. (2010), pengembangan dilakukan pada versi Jerman untuk pekerja rumah sakit di Jerman. Kedua penelitian ini menggunakan metode subyektif yaitu dengan menggunakan kuesioner. Metode subyektif dilakukan dengan mengumpulkan informasi subyektif atas apa yang dirasakan oleh obyek penelitian. Penelitian subyektif biasanya dilakukan dengan menjawab kuesioner, mengisi buku harian ataupun dengan wawancara. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai perangkat penilaian safety climate dengan metode subyektif. Bentuk kuesioner paling banyak digunakan dalam metode subyektif karena memerlukan waktu yang cukup singkat De Vries et al. (2003). Di Indonesia beberapa peneliti sudah meneliti yang terkait dengan safety climate atapun safety culture yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mengakibatkan lemahnya climate/culture safety khusunsya di UGD Penerapan safety climate dibagi menjadi 2 bagian yaitu ekternal dan internal yang saling berhubungan untuk menciptakan safety climate yang lebih akurat dan dapat berjalan dengan maksimal, bagan safety climate dapat dilihat pada Gambar 1.1.
4 4 Safety Climate UGD Eksternal safety climate Alat 1. Ambulans 2. Alat Penyelamatan Petugas 1. Supir Ambulans 2. Personel Evakuasi Petugas UGD 1. Perawat 2. Dokter 3. Bidan 4. Pihak Manajeman Internal safety climate Alat-alat yang digunakan untuk penyelamatan pasien gawat darurat Gambar 1.1. Safety Climate UGD Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo dan Dumilah (2008) mengidentifikasi safety climate pada unit gawat darurat di rumah sakit yang dapat mengakibatkan kegagalan keselamatan dalam penanganan pasien. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi safety climate di unit gawat darurat antara lain. 1. Faktor Prosedur Tugas Ada beberapa bagian dari faktor prosedur tugas yang mencakup safety climate yang mengalami kegagalan. a. Protokol observasi intensif di UGD belum tersedia. b. Protokol atau SOP tindakan venaseksi belum tersedia di UGD. c. Prosedur Konsultasi kasus yang memerlukan penanganan dua atau lebih dokter konsulen/spesialis kurang jelas dan tidak spesifik. d. Prosedur registrasi pasien UGD kurang memadai. 2. Faktor Individu Beberapa bagian yang mengakibatkan safety climate tidak berjalan dengan baik. a. Keterampilan staf melakukan manajemen jalan napas pada saat tindakan resusitasi kurang memadai. b. Melakukan tindakan venaseksi kurang memadai. c. Keterampilan staf dalam melakukan initial assesment pada penderita gawat darurat kurang memadai. d. Keterampilan triase staf kurang memadai.
5 5 3. Faktor Kerjasama Tim dan Komunikasi. Bagian dari faktor yang berpengaruh terhadap safety climate antara lain. a. Supervisi atasan langsung kurang memadai. b. Instruksi tertulis tidak lengkap. c. Komunikasi antar dokter konsulen yang menangani pasien yang sama kurang memadai. d. Komunikasi lisan antara staf IGD dengan keluarga pasien kurang memadai. e. Komunikasi lisan antar staf rumah sakit kurang memadai. f. Komunikasi antar staf IGD kurang memadai. 4. Faktor Lingkungan Kerja. Bagian dari faktor yang berpengaruh terhadap safety climate antara lain. a. Beban kerja menangani pasien lebih dari satu pasien pada saat bersamaan sering terjadi. b. Peralatan untuk observasi intensif di IGD kurang memadai. 5. Faktor Organisasi dan Manajemen. Cakupan risiko di rumah sakit terdiri dari dua hal yaitu corporate risks dan clinical risks, paparan risiko ini berpotensi merugikan organisasi rumah sakit pada berbagai aspek antara lain aspek finansial, aspek legal, dan aspek reputasi. Pengorganisasian secara formal manajemen risiko klinis belum secara formal dibentuk, tetapi secara informal sudah ada struktur organisasi rumah sakit yang mengelola risiko klinis walaupun belum terintegrasi dalam satu manajemen risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsing dan Widodo (2011) menyatakan hal yang sama. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa safety culture belum benar-benar diterapkan di rumah sakit yaitu. 1. Rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien terutama dari masyarakat yang tidak mampu. 2. Beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampau berat terutama perawat. Perawatlah yang bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada
6 6 pasien sedangkan disisi lain masih ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban kerja mereka meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah sakit. 3. Orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi/keuntungan semata tanpa mempedulikan keselamatan pasien. 4. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan. Lemahnya pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas kesehatan. Peneltian yang dilakukan oleh Fadillah et al. (2013) memperlihatkan bahwa penerapan safety climate dari masing-masing faktor yang dilakukan pada rumah sakit di Sulawesi Selatan pada bagian instalasi gawat darurat, pada penelitian ini dihasilkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap safety climate masih memiliki hasil yang rendah untuk beberapa faktor yang diujikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Indonesia sebagai negara yang besar memiliki banyak penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan khususnya UGD, hal ini belum berjalan dengan maksimal berdasarkan Badan Litbang Kesehatan (2011) jumlah UGD di setiap propinsi yang ada di Indonesi belum terpenuhi 100%. Hal ini mengakibatkan penerapan safety climate pasien belum dapat dimaksimalkan pada bagian Unit Gawat Darurat yang mengakibatkan banyaknya kejadian yang tidak diinginkan terjadi di rumah sakit khususnya pada bagian Unit Gawat Darurat.
7 7 Tabel 1.1. Gambaran Safety Climate di IRD (Fadillah et al., 2013) Faktor Kriteria (%) Rendah Sedang Tinggi Ekspektasi Supervisor dan Tindakan Promosi Keselamatan 15% 66,7% 26,7% Pembelajaran Organisasi dan Peningkatan Berkelanjutan 13,3% 20% 66,7% Kerjasama Dalam Unit 6,7% 0% 93,3% Keterbukaan Komunikasi 6,7% 20% 73,3% Umpan Balik dan Komunikasi error 6,7% 20% 73,3% Respon Terhadap Error 13,3% 40% 46,7% Staffing 6,7% 93,3% 0% Merujuk pada model sistem milik Henriskey et al. (1993) dalam Henriksen (2008) bahwa elemen-elemen yang terkait pada kejadian insiden keselamatan pasien yang harus dipenuhi dengan baik agar keselamatan pasien dapat terjamin antara lain. 1. Karakteristik Individu Mencakup pengetahuan, keterampilan, kapabilitas sensor dan memori, training dan edukasi, kelelahan dan waspada, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia, motivasi dan keterampilan 2. Sifat Dasar Pekerjaan Mencakup alur cara kerja, beban pekerjaan, kerjasama tim, kompleksitas pekerjaan, kemampuan kognitif 3. Interaksi Antara Sistem dan Manusia Mencakup sistem peralatan dan teknologi informasi 4. Lingkungan Fisik Mencakup desain tempat dan peralatan kerja, suhu, kebisingan dan pencahayaan 5. Lingkungan sosial dan Organisasi Mencakup lingkungan organisasi, komunikasi 6. Manajemen Mencakup struktur organisasi, safety culture, kepemimpinan dan staf 7. Lingkungan Eksternal Mencakup kebijakan kesehatan, demograpi
8 8 Penelitian yang dilakukan oleh Maharnika (2009) tentang budaya organisasi pada rumah sakit, penelitian ini menjelaskan budaya yang terbentuk oleh pekerja yang ada di rumah sakit seperti perawat, pekerja laboratorium, kasir. Penilaian berdasarkan skala 1-6 yang dibentuk sendiri, berikut ini akan dipaparkan budaya pekerja perawat berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Aspek Budaya Perawat Di Rumah Sakit (Maharnika, 2009) Aspek Penilaian Budaya Perawat Pengambilan Keputusan Penyelasaian Tugas Hari-hari dalam bekerja Perhatian Masalah Pribadi Pembuatan Keputusan Penting Komunikasi Sikap terhadap orang luar Bekerja sama Usaha menemukan keinginan pasien Tanggung jawab Perhatian manajerial pada kesejahteraan perawat Keterangan Memilih cara aman tidak berani untuk bekerja dengan perubahan Bekerja dengan sedikit improvisasi Monoton Manajemen Kurang Proaktif Jarang diikutkan dalam pengambilan keputusan Cukup Komunikatif dan edukatif Sesuai dengan kepentingan Mudah Harus dilakukan oleh diri sendiri Bertanggung jawab Manajemen cukup bertanggung jawab Oleh karena itu penilaian safety climate adalah suatu hal yang penting dilakukan untuk dapat mengetahui penerapan safety climate yang telah dilakukan pada bagian healthcare. Karena pentingnya penilaian safety climate pada healthcare maka dalam penelitian ini mencoba untuk melakukan penilaian penerapan safety climate pada healthcare dengan mengembangkan sebuah instrumen penelitian sebagai salah satu bentuk penilaian safety climate secara subyektif di Unit Gawat Darurat rumah sakit Indonesia Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penilaian safety climate pada healthcare dalam hal ini rumah sakit dengan mengembangkan sebuah instrumen pengukuran untuk memperoleh indikator yang berperan dalam penerapan safety climate
9 Batasan Masalah Permasalahan yang akan diteliti memiliki batasan-batasan sebagai berikut: 1. Organisasi kesehatan yang diteliti pada penelitian ini adalah rumah sakit dengan tempat spesifik yaitu Unit Gawat Darurat 2. Rumah sakit yang diteliti berjumlah 3 rumah sakit dengan 12 atapun 16 jumlah pelayanan yang telah diakreditas oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 3. Pekerja yang diteliti minimal memiliki masa kerja 2 tahun pada bagian internal unit gawat darurat yaitu dokter, perawat, bidan. 4. Hanya dilakukan validitas internal untuk kuesioner yang dihasilkan 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk. 1. Mengembangkan instrumen pengukuran safety climate/culture rumah sakit khususnya pada unit gawat darurat berdasarkan persepsi tim medis unit gawat darurat. 2. Mengetahui gambaran umum kondisi safety climate yang terdapat pada rumah sakit Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mempunyai alat ukur yang sesuai dengan safety climate/culture yang bisa digunakan pada healthcare. 2. Membantu pihak-pihak terkait dalam hal ini manajemen healtcare maupun staff healthcare dalam menerapkan safety climate/culture yang ada di organisasi healthcare
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciJURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN ANALISIS FAKTOR KONTRIBUSI RISIKO KLINIS TERJADINYA ADVERSE OUTCOME DI IGD RS X TAHUN 2006
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 11 No. 02 Juni 2008 Halaman 66-71 Saptono Raharjo, dkk.: Analisis Faktor Kontribusi Risiko Klinis Artikel Penelitian ANALISIS FAKTOR KONTRIBUSI RISIKO KLINIS
Lebih terperinciEvaluasi Persepsi Safety Climate Pada Bagian Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit Daerah Propinsi Yogyakarta
Evaluasi Persepsi Safety Climate P Bagian Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit Daerah Propinsi Yogyakarta Chalis Fajri Hasibuan Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Medan Area
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengobati dan menyembuhkan pasien dari penyakit. Dalam menjalankan tujuannya, rumah sakit
Lebih terperinciSTRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )
STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Queen Latifa Yogyakarta, Kemudian dilakukan analisis antara Profesi, Intensitas
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional,mendeskripsikan budaya keselamatan pasien di RS Queen Latifa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih berfokus pada kualitas jasa/ produk yang dihasilkan telah mengalami pergeseran orientasi, yaitu mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan artinya kesehatan. Untuk
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN OLEH : SYAHARA HIKMAH FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Assalamualaikum w.w Selamat pagi/ siang/ sore Saya adalah mahasiswi semester akhir Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun gawat darurat yang bermutu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON
KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON BAB I PENDAHULUAN Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, m a k a s i s t e m n i l
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD.R.Syamsudin, SH dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keselamatan pasien (Patient Safety) adalah pencegahan dan perbaikan dari kejadian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Keselamatan Pasien The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai freedom from accidental injury. Seperti yang disebutkan dalam Depkes
Lebih terperinciSurvey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita PENDAHULUAN JCI Standard GLD 13. Hospital leadership creates and supports a culture of safety program throughout
Lebih terperinciRSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT
URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT Jl. Tanjung Jati No. 4 Dumai URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT I. Tanggung jawab Secara administrasi bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi iklim kerja diartikan sebagai persepsi tentang kebijakan, praktekpraktek dan prosedur-prosedur organisasional yang dirasa dan diterima oleh individu-individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan mengurangi resiko kejadian tidak diinginkan yang berhubungan dengan paparan terhadap
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang terjadi belakangan ini membawa dampak perubahan di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak diketemukan demikian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran
Lebih terperinciMEMBANGUN KAPASITAS DAN KAPABILITAS UNTUK MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN. Compliance for QPS standard
MEMBANGUN KAPASITAS DAN KAPABILITAS UNTUK MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Compliance for QPS standard Dr. Hermanto Nurya, MM Direktur Eka Hospital BSD Jakarta 19 November 2013 Jaringan Layanan Eka
Lebih terperinciManajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko
Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk di RS. Isu penting terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
Lebih terperinciLAPORAN EVALUASI PROGRAM
LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN S.D 217 KOMITE PMKP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN PERIODE S.D 217 I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks (mixed input multiple product), karena tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan di Indonesia sekarang ini sangat mendapat perhatian tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
Lebih terperinciPERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013
PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY Yogyakarta,25-26 februari 2013 Memberikan rekomendasi sebagai syarat perijinan bagi tenaga kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien.
Lebih terperinciTabel 1. Jumlah Residen di RSCM Tahun 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah terakreditasi Internasional Join Commision Internasional (JCI) sejak tahun 2012. Saat ini rumah sakit ini bahkan telah
Lebih terperinciBAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dibandingkan dengan standar normatif, serta mendeskripsikan persepsi
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah bertujuan untuk mendiskripsikan kondisi fisik di Instalasi Gawat Darurat, dilihat dari sisi keselamatan, kenyamanan dan memberikan kemudahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan
Lebih terperinciTata laksana dan metoda survey akreditasi
Tata laksana dan metoda survey akreditasi Pelaksanaan survei Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen eksternal dan internal Telusur: Wawancara: Pimpinan puskesmas Penanggung jawab program Staf puskesmas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di. Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job
234 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari analisis data maka dapat di simpulkan bahwa beban kerja dan kualitas kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di Instalasi Gawat Darurat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Response time merupakan waktu tanggap yang dilakukan kepada pasien saat pasien tiba sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan perbaikan dan peningkatan secara bertahap dari tahun ke tahun. Saat ini petugas kesehatan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit pada saat ini sudah berubah, dari yang sebelumnya hanya sebagai sarana untuk mendapatkan kesembuhan atas penyakit
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan area paling kritis sebagai pintu masuk pasien rumah sakit (RS), setiap keterlambatan pelayanan dapat mengakibatkan konsekuensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan dituntut untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat melalui pembangunan kesehatan. Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA NI WAYAN MARHENI NIM :
UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN SUPERVISI OLEH ATASAN LANGSUNG DENGAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH TENAGA KESEHATAN PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi aktif pasien dalam pelayanan kesehatan telah diakui secara internasional sebagai kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan kritis dalam rumah sakit yang sering dipublikasikan dan menjadi fokus internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan pelayanan kesehatan terpadu yang sedang trend digunakan di rumah sakit pada saat ini. CP merangkum
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Pasien 2.1.1 Definisi Keselamatan Pasien Keselamatan pasien didefinisikan sebagai layanan yang tidak mencederai dan merugikan pasien ataupun sebagai suatu sistem
Lebih terperinciProgram Peningkatan Mutu Klinis Dan Keselamatan Pasien1 KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS BANJARANGKAN 2
Program Peningkatan Mutu Klinis Dan Keselamatan Pasien1 KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS BANJARANGKAN 2 I. Pendahuluan Dalam memberikan kepada masyarakat,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciNo. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2
TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover. berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat saat ini, diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam persaingan global saat ini, khususnya dunia kesehatan mengalami kemajuan yang pesat dalam teknologi kesehatan, menajemen dan regulasi di bidang kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH
RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Lebih terperinciI.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip
I.Pengertian Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N
No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Lingkungan Kerja dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan di Rumah Sakit
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan
Lebih terperinciRUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA
Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA Layanan Islami, Profesional dengan Hati Jl. Raya Ngawi Solo Km 4, Watualang, Ngawi, Jawa Timur 1 Lampiran :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya tuntutan menghadapi era globalisasi membawa dampak pada dunia kesehatan. Dunia kesehatan dituntut agar dapat menyediakan layanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
46 BAB 6 HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian. Hasil penelitian diperoleh dari isian kuesioner yang sudah disebarkan ke responden (n = 44). Selanjutnya, isian kuesioner diolah
Lebih terperinciPELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS
PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS AKREDITASI PUSKESMAS DAN KLINIK Akreditasi puskesmas adalah proses penilaian eksternal oleh Komisioner Akreditasi terhadap puskesmas apakah sesuai dengan standar
Lebih terperinci1. Menyiapkan upaya penyelamatan
KODE UNIT : O.842340.039.01 JUDUL UNIT : MengikutiOperasi Penyelamatan DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk ambil bagian/ikut dalam kegiatan penyelamatan
Lebih terperinciKeselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan
Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Modul : Masalah Kesehatan Prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan masyarakat di Republik Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan layanan ini disebabkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit (RS) merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut
Lebih terperinciUPT PUSKESMAS SAITNIHUTA
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457 Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.
BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk menghadapi era globlalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciContoh topik penelitian manajemen rumahsakit
Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit Adi Utarini Penelitian di bidang manajemen rumah sakit merupakan penelitian terapan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan manajemen.
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT I. UMUM Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi
Lebih terperinci-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN
-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciJCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS
JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS QPS PCI GLD FMS SQE MCI Quality Improvement & Patient Safety Prevention & Control Of Infection Governance,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam
Lebih terperinciPENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)
PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) Putri Hartaningrum *, Binti Mualifatul, Haidar Natsir Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia yang mempengaruhi tingginya angka mortalitas dan morbiditas.
Lebih terperinci