RISK TREATMENT MANAJEMEN RISIKO. Disusun Oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISK TREATMENT MANAJEMEN RISIKO. Disusun Oleh:"

Transkripsi

1 2014 RISK TREATMENT MANAJEMEN RISIKO Disusun Oleh: 1. Aditia (2) 2. Nararia Sanggrama Wijaya (17) 3. Novriandini ermaningrum (20) 4. Rikki Okto Saputra (23) 5. Sandy Pratomo (26)

2 A. RISK TREATMENT MENURUT ISO Penanganan resiko melibatkan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk memodifikasi risiko, dan menerapkan pilihan tersebut. Setelah diimplementasikan, penanganan risiko menyediakan atau memodifikasi kontrol Penanganan resiko melibatkan proses siklus: 1) menilai penanganan risiko; 2) memutuskan apakah tingkat risiko residual dapat ditoleransi; 3) jika tidak dapat ditoleransi, menghasilkan penanganan resiko baru; dan 4) menilai efektivitas penanganan tersebut. Pilihan penanganan risiko tidak selalu saling eksklusif atau tepat dalam segala situasi. Pilihan dapat meliputi: 1) menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan dengan aktivitas yang menimbulkan risiko; 2) mengambil atau meningkatkan risiko untuk mengejar kesempatan/peluang; 3) menghilangkan sumber risiko; 4) mengubah kemungkinan; 5) mengubah konsekuensi; 6) berbagi risiko dengan pihak lain atau beberapa pihak (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko); dan 7) mempertahankan risiko dengan keputusan yang diinformasikan. 1. Pemilihan Opsi Penanganan Risiko Memilih opsi penanganan resiko yang paling tepat melibatkan penyeimbangan biaya dan upaya implementasi terhadap manfaat yang diperoleh, yang berkaitan dengan hukum, peraturan, dan persyaratan lain seperti tanggung jawab sosial dan perlindungan lingkungan alam. Keputusan juga harus memperhitungkan risiko yang dapat menjamin penanganan resiko yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan ekonomi, misalnyal risiko yang berat ( konsekuensi negatif yang tinggi) tapi jarang (kemungkinan rendah) terjadi. Sejumlah pilihan penanganan dapat dipertimbangkan dan diterapkan baik secara individual atau dalam kombinasi. Organisasi biasanya bisa mendapatkan keuntungan dari penerapan kombinasi pilihan penanganan tersebut. Ketika memilih opsi penanganan risiko, organisasi harus mempertimbangkan nilai-nilai dan persepsi pemangku kepentingan dan cara yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan mereka. Dimana pilihan penanganan risiko dapat berdampak pada risiko di tempat lain dalam organisasi atau dengan para pemangku kepentingan, harus dilibatkan dalam keputusan. Meskipun sama-sama efektif, beberapa penanganan risiko dapat lebih diterima oleh beberapa stakeholder daripada yang lainnya. Rencana penanganan risiko harus secara jelas mengidentifikasi urutan prioritas di mana penanganan risiko individu harus diimplementasikan. Perlakuan resiko itu sendiri dapat menimbulkan risiko. Sebuah risiko yang signifikan dapat menjadi kegagalan atau ketidakefektifan tindakan penanganan risiko. Pemantauan perlu menjadi bagian integral dari rencana penanganan risiko untuk memberikan jaminan bahwa langkah-langkah penanganan tetap efektif.

3 Penanganan resiko juga dapat memperkenalkan risiko sekunder yang perlu dinilai, diatasi, dipantau dan dikaji. Risiko sekunder ini harus dimasukkan ke dalam rencana penanganan yang sama seperti risiko original/asli dan tidak diatasi sebagai risiko baru. Hubungan antara dua risiko tersebut harus diidentifikasi dan dipertahankan. 2. Menyiapkan Dan Mengimplementasikan Rencana Penanganan Resiko Tujuan dari rencana penanganan resiko adalah untuk mendokumentasikan bagaimana pilihan penanganan yang dipilih akan dilaksanakan. Informasi yang disediakan dalam rencana penanganan harus mencakup: a. alasan pemilihan opsi penanganan, termasuk manfaat yang diharapkan dapat diperoleh; b. pihak yang bertanggung jawab untuk menyetujui rencana tersebut dan pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tersebut; c. tindakan yang diusulkan; d. kebutuhan sumber daya termasuk kontinjensi; e. ukuran kinerja dan kendala; f. pelaporan dan persyaratan pemantauan; dan g. waktu dan jadwal. Rencana penanganan harus diintegrasikan dengan proses manajemen organisasi dan didiskusikan dengan pemangku kepentingan yang berwenang. Pembuat keputusan dan pemangku kepentingan lainnya harus menyadari sifat dan tingkat risiko residual setelah penanganan resiko. Risiko residual harus didokumentasikan dan diawasi, direview dan, apabila dibutuhkan, dilakukan penanganan lebih lanjut. B. PENANGANAN RISIKO BERDASARKAN PMK 191/PK.09/2008 Proses penanganan risiko yang ada di dalam manajemen risiko di dalam lingkungan Kementerian keuangan di atur melalui PMK Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan, dan di rinci melalui petunjuk teknisnya. Penanganan risiko menyangkut identifikasi opsi penanganan risiko, menilai opsi-opsi tersebut, dan persiapan dan implementasi rencana penanganan, sehingga risiko dengan level tertentu bisa memiliki level risiko yang sesuai dengan selera risiko (risk appetite) dari Unit Pemilik Risiko (UPR) yang bersangkutan. Tujuan Penanganan Risiko adalah untuk menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien untuk suatu risiko. Sedangkan di dalam petunjuk teknisnya, tujuan penanganan risiko adalah: a. Menentukan langkah penanganan yang efektif dan efisien terhadap risiko dengan level tertentu. b. Memilih opsi penanganan risiko yang mungkin untuk diterapkan dalam UPR yang bersangkutan. c. Memutuskan rencana penanganan risiko yang akan dilakukan dengan mendasarkan pada pertimbangan yang logis dan rasional. d. Menentukan target kinerja dari rencana penanganan risiko yang akan dijalankan untuk mengukur tingkat keberhasilan aksi penanganan risiko. e. Menentukan jadual waktu pelaksanaan aksi penanganan risiko. f. Menentukan tingkat risiko residual yang diharapkan, dengan mempertimbangkan efektifitas aksi penanganan risiko yang dijalankan.

4 Penanggung jawab dari penanganan risiko terbagi menurut masing-masing level risikonya, yaitu: a. Risiko dengan potensi level risiko tinggi : Risiko dan Pemilik Risiko b. Risiko dengan potensi level risiko sedang : Pemilik Risiko c. Risiko dengan potensi level risiko tinggi : Koordinator pada masing-masing UPR di bawah pemantauan pemilik risiko Dokumen sumber bagi tahap penanganan risiko ini adalah: a. Formulir 4: Risk Register C Proses Evaluasi Risiko; b. Balanced Score Card; c. Rencana Anggaran dan Biaya (RAB); d. Rencana Kerja Tahunan (RKT); e. Program Kerja Organisasi; f. Piagam Risiko. Tahapan pelaksanaan proses penanganan risiko adalah sebagai berikut: a. Menentukan jenis pilihan penanganan risiko berdasrakan pada pedoman atau prosedur yang berlaku dengan mengkaji terlebih dulu kelengkapan dan kesesuaian penerapannya. b. Jika tidak tersedia pedoman penanganan risiko, maka urutan pilihan penanganan risiko yang harus diambil adalah: 1) menghindari risiko yang ada secara sepenuhnya: menghindari atau menghilangkan ancaman sepenuhnya memiliki konsekuensi hilangnya peluang yang ada. 2) menurunkan frekuensi terjadinya risiko (langkah-langkah preventif) 3) menurunkan tingkat konsekuensi risiko yang terjadi (langkah-langkah reduksi) c. Penanganan risiko diarahkan pada penanganan akar permasalahan (root cause) dan bukan hanya gejala permasalahan. d. UPR perlu mengembangkan rencana kontingensi bila risiko yang telah dianalisis bersama ketua manajemen risiko adalah risiko level tinggi yang melampaui kemampuan unit Eselon I untuk menyerap konsekuensinya. e. Rencana kontingensi mencakup: 1) Langkah-langkah darurat termasuk langkah-langkah pendeteksian dan pembatasan dampak. Langkah-langkah darurat harus dilakukan dalam hitungan jam hingga beberapa hari. Rencana penanganan kondisi darurat/ kritis mencakup: a) Rencana terperinci strategi dan manajemen krisis b) Tim penanganan krisis langsung di bawah kordinasi Risiko c) Rencana media dan saluran komunikasi d) Dana penanganan krisis 2) Langkah-langkah pemulihan, termasuk di dalamnya tahap-tahap pemulihan yakni: a) Rencana pemulihan tahap pertama (continuity response) mencakup: Rencana dan strategi pemulihan Infrastruktur pemulihan Rencana media dan saluran komunikasi

5 Dana pemulihan tahap pertama b) Rencana pemulihan tahap kedua (recovery response) mencakup: Kegiatan pemulihan Pengembangan proses baru/peningkatan proses yang ada Kajian pasca insiden Dana pemulihan f. Rencana kontingensi ini mengharuskan para Pemilik Risiko dan Risiko merujuk pada praktik terbaik yang bersifat praktis dan tepat untuk kondisi unit Eselon I. Sementara itu, langkah-langkah yang disebutkan menurut PMK Nomor 191/PMK.09/2008 di atas, dijabarkan di dalam petunjuk teknis pelaksanaan menjadi metodologi kegiatan, yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan rencana penanganan risiko dalam proses manajemen risiko dituangkan kedalam formulir 5 dari PMK 191 tahun b. Penyusunan rencana penanganan risiko harus mempertimbangkan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh UPR, yang meliputi antara lain: dana, manusia, waktu dan sarana serta prasarana. c. Pemilihan opsi penanganan risiko harus mempertimbangkan level dimensi konsekuensi dan level dimensi frekuensi dari masing-masing risiko. d. Opsi penanganan risiko yang mungkin untuk diambil antara lain: 1) Menerima risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya mengandung risiko, tidak dilakukan aksi penanganan terhadap risiko yang terkandung dalam kegiatan tersebut. 2) Menghindari risiko, artinya terhadap kegiatan yang mengandung risiko tidak jadi dilaksanakan sehingga organisasi terhindar dari risiko yang terkandung dalam kegiatan tersebut. 3) Menurunkan dampak atau konsekuensi risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya terkandung suatu risiko, atas risiko tersebut diberikan rencana langkah aksi untuk menurunkan dampak negatif apabila risiko tersebut benar-benar terjadi di kemudian hari. Beberapa contoh penanganan berupa penurunan dampak adalah rencana kontinjensi, pengaturan kontrak, rencana pemulihan bencana, rencana pengendalian kecurangan, perencanaan protofolio, hubungan masyarakat, dan pemberian ganti rugi. 4) kemungkinan terjadinya risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya terkandung suatu risiko, atas risiko tersebut diberikan rencana langkah aksi untuk menekan atau bahkan mungkin menghilangkan (apabila bisa) kemungkinan keterjadian atas risiko tersebut. Beberapa contoh penanganan penurunan kemungkinan terjadinya risiko adalah audit, peeliharaan, pemeliharaan kualitas, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan personil. 5) Mengalihkan atau membagi risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya terkandung suatu risiko, atas risiko tersebut diberikan langkah aksi berupa membagi risiko tersebut kepada pihak lain untuk menurunkan tingkat risiko yang dihadapi oleh UPR. e. Penyusunan rencana penanganan risiko harus memperhatikan penyebab yang menjadi pemicu terjadinya suatu risiko.

6 f. Rencana penanganan risiko sedapat mungkin diarahkan untuk menghilangkan atau menekan penyebab dari risiko yang bersangkutan. g. Rencana penanganan risiko ditujukan bagi risiko dengan level risiko tinggi dan sedang, sementara itu untuk risiko dengan level rendah tidak dilakukan penanganan risiko, tetapi cukup dipantau saja. h. Rencana penanganan risiko sedapat mungkin diarahkan untuk mampu menekan risiko hingga risiko residualnya berada pada level yang lebih rendah atau berada pada level yang sesuai dengan selera risiko dari UPR. i. Rencana penanganan risiko harus diintegrasikan dengan proses penganggaran dalam UPR. j. Rencana penanganan risiko harus dijalankan dan dipantau pelaksanaannya untuk mengefektifkan proses mitigasi risiko. k. Proses pelaksanaan rencana penanganan risiko harus diawasi oleh penanggung jawab sesuai dengan jabatan dalam struktur manajemen risiko. Hasil atau output dari tahapan penanganan risiko adalah Laporan Penanganan Risiko yang mencakup: a. Hasil identifikasi berbagai opsi penanganan risiko; b. Penilaian atas opsi-opsi tersebut; dan c. Rencana penanganan, persiapan serta implementasinya. Contoh Formulir 5, Rencana Penanganan Risiko: C. RISK TREATMENT MENURUT AS/NZS 4360:2004 Penanganan Risiko ( Risk Treatment) melibatkan identifikasi atas berbagai pilihan/opsi untuk menangani risiko, menilai opsi tersebut, serta persiapan dan pelaksanaan rencana penanganan risiko. 1. Mengidentifikasi Pilihan Untuk Penanganan Risiko Dengan Hasil Positif Pilihan penanganan untuk risiko memiliki hasil positif (peluang ) yang tidak selalu saling bergantung atau tepat dalam segala situasi, termasuk : a. Secara aktif mencari peluang dengan memutuskan untuk memulai atau melanjutkan kegiatan yang memiliki kemungkinan untuk membuat atau mempertahankan peluang tersebut (di mana hal ini

7 dapat dilakukan). Mengejar peluang yang tidak perlu tanpa mempertimbangkan potensi terjadinya hasil negatif dapat membahayakan peluang lainnya serta mengakibatkan kerugian yang tidak perlu b. Mengubah kemungkinan peluang, untuk meningkatkan kemungkinan hasil yang menguntungkan. c. Mengubah konsekuensi, untuk meningkatkan tingkat keuntungan. d. Membagi peluang Hal ini melibatkan pihak lain atau pihak-pihak yang menanggung atau berbagi sebagian hasil positif dari risiko, biasanya dengan menyediakan kemampuan tambahan atau sumber daya yang meningkatkan kemungkinan peluang yang timbul atau tingkat keuntungan jika itu terjadi. Mekanisme termasuk penggunaan kontrak dan struktur organisasi seperti kemitraan, joint venture, royalti dan perjanjian farm-in. Berbagi hasil positif biasanya melibatkan pembagian beberapa biaya yang muncul untuk mendapatkan hasil tersebut. Perjanjian atas pembagian hasil sering memperkenalkan risiko baru, bahwa pihak-pihak lain mungkin tidak memberikan kemampuan yang diinginkan atau sumber daya secara efektif. e. Mempertahankan Peluang Residual. Setelah peluang diubah atau dibagi, kemungkinan ada peluang residual yang tersisa tanpa tindakan spesifik yang harus segera dilakukan. 2. Mengidentifikasi Pilihan Untuk Menangani Risiko Dengan Hasil Negatif Pilihan penanganan untuk risiko dengan hasil negatif pada prinsipnya adalah sama dengan konsep penanganan risiko dengan hasil positif, meskipun interpretasi dan implikasinya jelas berbeda. Pilihanpilihan tersebut termasuk: a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai ataupun melanjutkan dengan kegiatan yang dapat menimbulkan risiko (di mana hal ini dapat dilakukan). Penghindaran risiko dapat terjadi secara tidak tepat jika individu atau organisasi memang tidak semestinya menghindari risiko. Menghindari risiko yang tidak pantas dapat meningkatkan signifikansi risiko lainnya atau dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. b. Mengubah, untuk mengurangi kemungkinan hasil negatif. c. Mengubah konsekuensi, untuk mengurangi tingkat kerugian. Ini termasuk langkah langkah preevent seperti pengurangan persediaan atau alat pelindung dan respon post-event misalnya rencana kontinuitas. d. Membagi Risiko Hal ini melibatkan pihak lain atau pihak-pihak yang menanggung atau berbagi sebagian dari risiko, yang didasarkan pada persetujuan bersama. Mekanisme termasuk penggunaan kontrak, perjanjian asuransi dan struktur organisasi seperti kemitraan dan joint venture untuk penyebaran tanggung jawab dan kewajiban. Umumnya terdapat beberapa biaya atau manfaat financial yang terkait dengan pembagian risiko dengan organisasi lain, seperti pembayaran premi asuransi. Dimana risiko dibagi secara keseluruhan ataupun sebagian, organisasi yang mentransfer risiko telah memperoleh risiko baru, yaitu organisasi dimana risiko ditransfer tidak dapat mengelola risiko secara efektif. e. Mempertahankan risiko.

8 Setelah risiko diubah atau dibagi, akan ada risiko residual yang tersisa. Risiko juga dapat tersisa secara default, misalnya ketika ada kegagalan untuk mengidentifikasi atau membagi secara tepat atau sebaliknya menangani risiko. 3. Menilai Pilihan Penanganan Risiko Memilih pilihan yang paling tepat melibatkan keseimbangan antara biaya pelaksanaan setiap pilihan terhadap manfaat yang akan diperoleh dari pilihan itu. Secara umum, biaya pengelolaan risiko harus sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Ketika membuat penilaian biaya dibandingkan manfaat, konteks harus diperhitungkan. Hal ini penting untuk mempertimbangkan semua biaya dan manfaat langsung maupun tidak langsung, apakah berwujud atau tidak berwujud, dan diukur dari segi keuangan atau lainnya. Sejumlah opsi dapat dipertimbangkan dan diterapkan baik secara individual atau dalam kombinasi. Analisis sensitivitas adalah salah satu cara untuk menguji efektivitas pilihan yang berbeda untuk menangani risiko. Organisasi dapat mengambil manfaat melalui penerapan kombinasi pilihan-pilihan tersebut. Contohnya adalah penggunaan efektif kontrak dan penanganan risiko tertentu yang didukung oleh jaminan dan pembiayaan risiko lainnya yang sesuai. Keputusan harus mempertimbangkan kebutuhan untuk mempertimbangkan dengan hati-hati resiko yang jarang terjadi namun merupakan risiko yang berat, yang mungkin memerlukan tindakan penanganan resiko yang tidak beralasan dalam lingkungan ekonomi yang ketat. Persyaratan tanggung jawab hukum dan sosial dapat mengesampingkan analisis biaya manfaat keuangan yang sederhana. Pilihan penanganan risiko harus mempertimbangkan nilai-nilai dan persepsi para pemangku kepentingan dan cara yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan mereka. Jika anggaran untuk penanganan risiko dibatasi, rencana penanganan harus secara jelas mengidentifikasi urutan prioritas di mana penanganan risiko individu harus dilaksanakan. Hal ini penting untuk membandingkan seluruh biaya dengan tidak diambilnya tindakan terhadap penghematan anggaran. Penanganan risiko dapat dengan sendirinya memperkenalkan risiko baru yang perlu diidentifikasi, dinilai, diatasi dan dipantau. Jika, setelah penanganan, terdapat risiko residual, keputusan harus diambil mengenai apakah untuk mempertahankan risiko ini atau mengulangi proses penanganan risiko. 4. Menyiapkan Dan Melaksanakan Rencana Penanganan Tujuan rencana penanganan adalah untuk mendokumentasikan bagaimana opsi yang dipilih akan dilaksanakan. Rencana penaganan harus meliputi: tindakan yang diusulkan; kebutuhan sumber daya; tanggung jawab; waktu; ukuran kinerja; dan kebutuhan pelaporan dan pemantauan persyaratan. Rencana penanganan harus diintegrasikan dengan manajemen dan proses penganggaran dalam organisasi.

9 D. Contoh Risk Treatment pada Ditjen Pengelolaan Utang DEPARTEMEN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DIREKTORAT SURAT UTANG NEGARA Formulir 5.0 : Rencana Penanganan Risiko A. Analisis Opsi Rencana Penanganan Risiko No. Risiko (Berdasarkan Prioritas Risiko dari Daftar Risiko) Opsi penanganan yang mungkin Opsi yang dipilih Dasar pemilihan opsi penanganan 1 Peningkatan yield secara drastis Menurunkan dampak risiko 2 Pasar tidak menerima instrumen baru yang ditawarkan 3 Lelang buyback undersubscribed 4 Pemberian informasi atau akses terhadap informasi yang tidak merata kepada semua investor 2. Menerima risiko 5 Penambahan target pembiayaan defisit APBN dari (dengan sasaran pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal) 1. Menurunkan dampak risiko 2. Menerima risiko Menurunkan dampak risiko 6 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran Stabilitas pasar ) 1. Menurunkan dampak risiko 2. Menerima risiko Menurunkan dampak risiko 7 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran mengembangkan instrumen yang efektif) 1. Menurunkan dampak risiko 2. Menerima risiko Menurunkan dampak risiko 8 Ketidakjelasan prosedur pelaksanaan tugas Efektvitas, efisiensi dan ketepatan waktu 9 Kegagalan atau terganggunya pelaksanaan Lelang 10 Terjadi kesalahan dalam penetapan lelang/penjualan Terjadi kegagalan pelaksanaan lelang buyback Terjadi kesalahan dalam penetapan lelang buyback

10 B. Rencana Penanganan Risiko No Risiko (Berdasarkan Prioritas Risiko dari Daftar Risiko) Peningkatan yield secara drastis Pasar tidak menerima instrumen baru yang ditawarkan Lelang buyback undersubscribed Pemberian informasi atau akses terhadap informasi yang tidak merata kepada semua investor 5 Penambahan target pembiayaan Jika terjadi penambahan target baru: Nominal Sesuai Sedang Semester Menerbitkan tambahan baru penerbitan nominal gap II Tahun termasuk valas. yang baru Anggaran defisit APBN dari (dengan sasaran pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal) Perincian rencana penanganan risiko 1. Komunikasi intensif dengan para pelaku pasar untuk mengetahui sebabnya, serta mengkaji bersama langkah-langkah penanggulangan. 2. Pemerintah dapat terjun langsung bertransaksi langsung di pasar sekunder 1. Mengkaji ulang instrumen baru yang akan diterbitkan 2. Market Intelligent untuk mengetahui preferensi pasar 1. Sosialisasi Surat Utang Negara 2. Menetapkan seri yang tepat untuk di buyback 1. Menegakkan kepatuhan terhadap kode etik; 2. Monitoring dan pelatihan SDM untuk menambah pemahaman terhadap peraturan dan kode etik; 3. Meningkatkan kemampuan teknologi informasi dalam mengamankan data yang bersifat rahasia; 4. Melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait. Ukuran Kinerja Frekuensi incoming bid untuk instrumen baru 1. Frekuensi 2. Jumlah buyback frekuensi Target kinerja Sesuai kebutuhan Jumlah bid yang masuk atas instrumen yang baru Sesuai kebutuhan dan nominal buyback sesuai target sesuai kebutuhan Risiko residual yang diharapkan setelah penanganan Sedang Sedang Sedang rendah Jadual Implemen tasi Selama dibutuhkan Setiap tahun Anggaran 1. Setiap pelaksana an lelang buyback 2. Tahun 2010 selama dibutuhkan Penanggung jawab

11 No Risiko (Berdasarkan Prioritas Risiko dari Daftar Risiko) Perincian rencana penanganan risiko Ukuran Kinerja Target kinerja Risiko residual yang diharapkan setelah penanganan Jadual Implementasi Penanggung jawab 5 Penambahan target pembiayaan defisit APBN dari (dengan sasaran pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal) Jika terjadi penambahan target baru: Menerbitkan tambahan baru termasuk valas. Nominal penerbitan Sesuai nominal gap yang baru Sedang Semester II Tahun Anggaran 6 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran Stabilitas pasar ) 1. Jika terjadi penambahan target baru: Meninjau ulang target buyback. 2. Koordinasi dengan BI untuk tujuan stabilisasi pasar. Frekuensi dan nominal buyback Sesuai target buyback yang direvisi Sedang Semester II Tahun Anggaran 7 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran mengembangkan instrumen yang efektif) Jika terjadi penambahan target baru: Menerbitkan instrumen baru atau menerbitkan seri baru. Seri atau instrumen baru dan nominal penerbitan Sesuai nominal gap yang baru Sedang Semester II Tahun Anggaran 8 Ketidakjelasan prosedur pelaksanaan tugas 1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan dalam SOP mengenai kesesuaiannya dengan business process yang ada, peraturan serta kebijakan dalam pelaksanaan tugas; 2. Koordinasi secara simultan dan berkesinambungan dengan para pihak terkait. 1. Frekuensi; 2. Frekuensi. 1. Sesuai rendah kebutuhan; 2. Sebanyak pelaksanaan penyusunan dan/atau perubahan SOP Selama dibutuhkan 9 Kegagalan atau terganggunya pelaksanaan Lelang 1. Koordinasi antara D, BI, dan PDs. 2. System backup dan System Recovery Jumlah backup data dan recovery system yang memadai Sebanyak rendah pelaksanaan lelang Selama dibutuhkan

12 E. Risk Treatment pada Adira Finance Berikut ini merupakan contoh sebagian risiko dan pengelolaannya oleh Adira Finance: Risk Event Action Risk Treatment 1. Risiko Kredit Konsumen tidak Reduce 1. Penerimaan mampu memenuhi Aplikasi Kredit kewajiban dalam yang selektif meluasi kredit 2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan Non Bank 3. Analisis Portofolio dan sistem manajemen informasi 4. Pendelegasian wewenang persetujuan kredit 2. Risiko 1. Tidak Reduce 1. Pelaksanaan risk Operasional berfungsinya control self proses internal assessment 2. Kegagalan sistem 2. Pengelolaan kecurangan 3. Kesalahan manusia 3. Tinjauan terhadap kebijakan dan SOP secara rutin 4. Menetapkan Pedoman pengelolaan kelangsungan usaha 3. Risiko Pasar Kenaikan tingkat Mitigasi Penerapan bunga kredit pengelolaan tingkat bunga tetap secara

13 konsisten dengan menyesuaikan tingkat bunga kredit terhadap tingkat bunga pinjaman dan beban dana 4. Risiko Tidak mematuhi atau Mitigasi Membuat divisi Kepatuhan melaksanakan peraturan sekretaris perusahaan untuk perundang-undangan melakukan dan peraturan lain pengawasan yang berlaku 5. Risiko Hukum Adanya tuntutan Mitigasi Membuat divisi hukum hukum untuk melakukan pengelolaan risiko hukum 6. Risiko Reputasi Adanya publikasi Mitigasi Membentuk tim dan Risiko negatif khusus untuk strategis mendukung penanganan kasus Risiko yang dikelola adalah berdasarkan pada selera risiko Adira Finance. Pada tahap ini Adira Finance mengelola risiko dengan mempertimbangkan dampak, frekuensi, biaya dan manfaat.

14 DAFTAR REFERENSI 1. PMK Nomor 191/PMK.09/ ISO AS/NZS 4360:2004

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Proses Manajemen Risiko PENANGANAN RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

Proses Manajemen Risiko PENANGANAN RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Proses Manajemen PENANGANAN RISIKO WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Tim Pembimbingan dan Konsultasi Manajemen Kementerian Keuangan Inspektorat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2017 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2017112015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PENETAPAN KONTEKS

BAB II PENETAPAN KONTEKS BAB I PENDAHULUAN Manajemen risiko adalah kegiatan kunci bagi suatu organisasi. Manajemen risiko yang berhasil akan menjamin pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Tujuan organisasi tersebut

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang :

Lebih terperinci

Proses Manajemen Risiko EVALUASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

Proses Manajemen Risiko EVALUASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Proses Manajemen EVALUASI RISIKO WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Tim Pembimbingan dan Konsultasi Manajemen Kementerian Keuangan Inspektorat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN I MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 2 /PMK.09/2016 TENT ANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja - 234-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara - 155-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No.1675, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Manajemen Risiko. PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga untuk selanjutnya disalurkan dalam bentuk pinjaman untuk memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara - 181-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis kinerja,

Lebih terperinci

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM Pendahuluan Tahun 2017 ini merupakan Tahun pertama pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi - 245-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja - 360-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja Direktorat meliputi perencanaan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KEMENTERIAN LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 246-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Instrumen Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Kebijakan KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Dalam menjalankan fungsi, Bank membentuk tata kelola manajemen risiko yang sehat, Satuan Kerja yang Independen, merumuskan tingkat risiko yang akan diambil

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

Proses Manajemen Risiko INDENTIFIKASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

Proses Manajemen Risiko INDENTIFIKASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Proses Manajemen INDENTIFIKASI RISIKO WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Gedung Juanda II Lantai 7, Jl. Dr. Wahidin No.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR Outline Latar Belakang Perumusan masalah Batasan masalah

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal - 169-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis dan kajian yang terkait dengan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja - 205-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MALANG GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA Pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja - 107-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja Direktorat meliputi perencanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif - 193-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis dan kajian

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

Proses Manajemen Risiko PENETAPAN KONTEKS. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

Proses Manajemen Risiko PENETAPAN KONTEKS. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Proses Manajemen Risiko PENETAPAN KONTEKS WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Gedung Juanda II Lantai 7, Jl. Dr. Wahidin

Lebih terperinci

2018, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

2018, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No No.399, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Penerapan Manajemen Risiko. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2018XXXX TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif - 53-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif mempunyai tugas melakukan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 116-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Hubungan Kelembagaan 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Hubungan Kelembagaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dengan instansi atau lembaga

Lebih terperinci

Membangun Budaya Peduli Risiko

Membangun Budaya Peduli Risiko Meraih Risk Managed 2015 Membangun Budaya Peduli Risiko Melalui Internalisasi Manajemen Risiko Tingkat Eksekutif di Lingkungan Direktorat Jenderal Anggaran 12 Mei 2015 Integritas Profesionalisme Sinergi

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor - 130-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. lainnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. lainnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari data yang diperoleh melalui wawancara kepada responden, kuisioner, dan data-data sekunder yang didapatkan, seperti SOP Perkreditan BRI dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Manajemen Resiko Bisnis Manajemen Resiko Manajemen risiko

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial

Lebih terperinci

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un No.1443, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca bencana. Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat. Hibah. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

Kemendagri REPUBLIK INDONESIA

Kemendagri REPUBLIK INDONESIA Kemendagri REPUBLIK INDONESIA SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM LATAR BELAKANG Pasal 58 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal. LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SAR.ANA MULTI INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci