Ende, Juli 2006 Penyusun. iii. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I dan II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ende, Juli 2006 Penyusun. iii. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I dan II"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Pada saat ini dunia pendidikan di Indonesia makin berkembang semakin maju, hal ini dapat terbukti dengan ditetapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum ini mendorong siswa untuk beraktivitas tanpa batas, memberi kebebasan kepada siswa untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan berdiskusi. Untuk mendukung Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka dibutuhkan banyak referensi sebagai bekal siswa untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin, khususnya untuk mata pelajaran Geografi yang menuntut suatu pemahaman yang luas. Kenyataan di lapangan untuk mendapatkan referensi materi pelajaran Geografi tidak mudah, hal ini bisa disebabkan oleh karena keterbatasan bukubuku yang tersedia atau bahkan dikarenakan keterbatasan siswa untuk mendapatkan buku-buku dari penerbit-penerbit nasional yang harganya bisa saja tidak terjangkau. Berdasarkan kenyataaan di atas dengan berlandaskan niat untuk membantu dan mendukung proses belajar mengajar, dengan mendapat restu dari Kepala Sekolah maka dengan ini terlahirlah modul pembelajaran geografi yang berisi rangkuman dari berbagai sumber referensi baik dari buku-buku paket, buku-buku penerbit nasional dan dari bahan yang ditayangkan di internet. Materi yang termuat dalam modul ini disesuaikan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 yang dikeluarkan Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Modul ini juga dilengkapi dengan bahan-bahan evaluasi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang disajikan. Modul ini disusun untuk dimanfaatkan dalam kalangan sendiri, sematamata hanya untuk membantu Siswa Kelas XI IPA/IPS mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta dapat meningkatkan kompetensinya, khususnya untuk mata pelajaran geografi. Demikianlah semoga dengan tersusunnya modul ini dapat memberi manfaat kepada siswa secara pribadi serta mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar, dan untuk lebih luasnya dapat meningkatkan mutu pendidikan di negara kita ini. Ende, Juli 2006 Penyusun Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I dan II iii

4 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul.... Lembar Pengesahan. i ii Kata pengantar. iii Daftar Isi..... iv BAGIAN I SEMESTER I MATERI I : BIOSFER 1 A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator D. Materi Pengertian Umum Jenis dan Persebaran Flora di Indonesia dan Dunia... 2 a. Jenis Flora Berdasarkan Faktor Geologi. 2 b. Jenis Flora Berdasarkan Iklim dan Ketinggian Tempat Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Keanekaragaman Flora dan Fauna 5 a. Iklim... 5 b. Tanah. 5 c. Air.. 5 d. Tinggi Rendahnya Permukaan Bumi e. Manusia, Hewan dan Tumbuh-tumbuhan Faktor Utama Penyebab Kerusakan Flora dan Fauna Upaya Penyelamatan Flora dan Fauna.. 8 E. Evaluasi MATERI II : ANTROPOSFER 12 A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator D. Materi Pertumbuhan Penduduk (Population Growth) Angka Kelahiran Angka Kematian Proyeksi Penduduk Komposisi Penduduk.. 14 Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I dan II iv

5 Halaman 6. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Mobilitas Penduduk. 15 E. Evaluasi MATERI III : SEBARAN, POLA DAN OBYEK GEOGRAFI 19 A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator D. Materi Pengertian Citra Kegunaan Citra Penginderaan Jauh Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh.. 21 E. Evaluasi BAGIAN II SEMESTER II MATERI IV : SUMBER DAYA ALAM 23 A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator D. Materi Macam-macam Sumber Daya Alam Persebaran Sumber Daya Alam Pengolahan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Ekoefisiensi E. Evaluasi MATERI V : KONSEP WILAYAH DAN PUSAT PERTUMBUHAN 28 A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator D. Materi Pengertian Fenomena Geografis dalam Perwilayahan Pusat-pusat Pertumbuhan Teori-Teori Pusat Pertumbuhan Pusat-pusat Pertumbuhan di Indonesia Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I dan II v

6 Halaman 6. Pengaruh Pusat Pertumbuhan Perwilayahan Formal dan Fungsional Batas wilayah Pertumbuhan Interaksi Wilayah Pertumbuhan. 32 E. Evaluasi DAFTAR PUSTAKA Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I dan II vi

7 MATERI I BIOSFER A. Standar Kompetensi : Kemampuan menganalisis gejala sosial di muka bumi, interaksinya, dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan perkembangan wilayah B. Kompetensi Dasar : Kemampuan memprediksi dinamika perubahan biosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi C. Indikator : 1. Mengidentifikasi sebaran flora dan fauna di permukaan bumi 2. Menganalisis persebaran flora dan fauna di Indonesia 3. Mengidentifikasi kerusakan flora dan fauna serta dampaknya terhadap kehidupan D. Materi : B I O S F E R 1. Pengertian Umum Asal kata bio = kehidupan dan sphere = lapisan, jadi biosfer adalah bagian dari muka bumi dimana organisme hidup dan melangsungkan kehidupannya, secara fisik meliputi lapisan air, lapisan tanah dan lapisan udara. Persebaran flora dan fauna di muka bumi dipengaruhi dua faktor berikut : a. Faktor horisontal: dipengaruhi oleh letak lintang geografis, jenis tanah, tingkat kelembaban dan curah hujannya. Di daerah iklim tropis flora dan fauna tersebar dalam jumlah dan jenis yang relatif banyak, di daerah sub tropis flora dan fauna relatif berkurang jumlah dan jenisnya, semakin menuju kutub semakin sedikit baik jumlah maupun jenisnya. 1) Faktor vertikal: secara vertikal persebaran flora dan fauna dipengaruhi oleh ketinggian tempat atau kondisi relief, jenis batuan, tingkat kelembaban, serta curah hujan. Di daerah dataran rendah flora dan fauna tersebar dalam jumlah dan jenis yang sangat bervariasi,sedangkan semakin tinggi tempat ada kecenderungan penurunan jumlah dan jenisnya. Sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada awal zaman es tersebut, suhu permukaan bumi turun sehingga permukaan air laut menjadi turun. Pada masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda masih menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut juga Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul juga masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat. Keadaan tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di Benua Asia. Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi Indonesia pada masa itu Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 1

8 menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka. 2. Jenis dan Persebaran Flora di Indonesia dan Dunia Jenis dan persebaran flora di Indonesia didasarkan atas beberapa faktor yaitu faktor geologi dan faktor iklim serta ketinggian tempat pada muka bumi. a. Jenis Flora berdasarkan Faktor Geologi Secara geologis, pulau-pulau di Indonesia Barat pernah menyatu dengan benua Asia sedangkan pulau-pulau di Indonesia Timur pernah menyatu dengan benua Australia. Oleh karena itu tumbuhan di benua Asia mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan tumbuhan di Indonesia Barat demikian pula ciri-ciri tumbuhan di Indonesia Timur mirip dengan tumbuhan di benua Australia. Berdasarkan hal tersebut, flora di Indonesia dibedakan dalam tiga wilayah, yaitu flora di dataran Sunda, di dataran Sahul dan di daerah Peralihan. Flora dan fauna Indonesia dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu: 1) Tipe Asia/fauna Indonesia bagian Barat: meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, memperlihatkan kesamaan dengan fauna Asia. Contohnya gajah,harimau, banteng dll. Batas daerah fauna Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian tengah disebut garis Wallace. 2) Tipe Australia/fauna Indonesia bagian Timur: meliputi Papua dan kepulauan Aru, memperlihatkan kesamaan dengan fauna Australia. Jenis hewan-hewan berkantung seperti kanguru, kus-kus, cendrawasih,dll. Daerah fauna Indonesia timur dan bagian tengah dipisahkan oleh garis Weber. 3) Tipe Peralihan/fauna Indonesia bagian tengah: meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara, terdapat jenis-jenis hewan yang tidak dijumpai di bagian barat maupun bagian timur, contohnya; komodo, anoa, babi rusa,dll. b. Jenis Flora berdasarkan Iklim dan Ketinggian Tempat Faktor iklim di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut (elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah. Perubahan suhu ini tentunya mengakibatkan perbedaan jenis tumbuhan pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan ketinggian tempatnya. Maka berdasarkan iklim dan ketinggian tempat, flora di Indonesia terdiri atas: 1) Hutan Hujan Tropik Indonesia berada di daerah katulistiwa, banyak mendapat sinar matahari, curah hujannya tinggi, dan suhu udaranya tinggi, menyebabkan banyak terdapat hutan hujan tropik. Ciri-ciri hutan ini adalah sangat lebat, selalu hijau sepanjang tahun, tidak mengalami musim gugur, dan jenisnya sangat heterogen. Hutan jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Irian Jaya. Beberapa jenis floranya misalnya kayu meranti, ulin, dan kapur. Pada pohon-pohon ini hidup menumpang berbagai tumbuhan seperti anggrek dan tumbuhan merambat.dan epifit. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 2

9 Tumbuhan merambat yang terkenal adalah rotan. Hutan ini terdiri dari Hutan Hujan Tanah Kering (ketinggian m dari muka laut) dan Hutan Hujan Tanah Rawa (ketinggian m dari muka laut). Hutan rawa gambut, hutan mangrove, dan hutan rawa air tawar termasuk dalam jenis hutan hujan tanah rawa. Sedangkan hutan fegaceae, hutan campuran Dipterocarpaceae, dan hutan belukar, termasuk jenis hutan hujan tanah kering. Gambar 1 Hutan Hujan Tropik, tempat 1% saja cahaya matahari mencapai lantai tanah. 2) Hutan Musim atau Hutan Meranggas Hutan ini terdapat di daerah yang suhu udaranya tinggi (terletak pada ketinggian antara m dari muka laut). Pohon-pohonnya jarang sehingga sinar matahari sampai ke tanah, tahan kekeringan, dan tingginya sekitar m. Daunnya selalu gugur pada musim kering/kemarau dan menghijau pada musim hujan. Contohnya pohon jati, kapuk, dan angsana. Gambar 2 Hutan Meranggas atau hutan Musim 3) Hutan Sabana Sabana adalah padang rumput yang disana sini ditumbuhi pepohonan yang berserakan atau bergerombol. Terdapat di daerah yang mempunyai musim kering lebih panjang dari musim penghujan, seperti di Nusa Tenggara. Terdiri dari hutan sabana dengan pohon-pohon dan palma (900 m dari muka laut) dan hutan sabana casnarina (terletak antara m dari muka laut). Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 3

10 Gambar 3 Pemandangan Hutan Sabana. Terdapat pada daerah yang mempunyai musim kering panjang dan musim penghujan pendek, seperti di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Padang rumput dapat terdapat di daerah dengan ketinggian antara m di atas permukaan laut, seperti misalnya padang rumput tanah, padang rumput pegunungan, komunitas rumput, dan lumut. Namun ada yang berada pada ketinggian kurang dari 100m di atas permukaan laut, yaitu Rawa gambut. 3. Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia Seorang berkebangsaan Inggris bernama Wallace mengadakan penelitian mengenai penyebaran hewan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hewan di Indonesia bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian Timur. Batasnya di mulai dari Selat Lombok sampai ke Selat Makasar. Oleh sebab itu garis batasnya dinamakan garis Wallace. Batas ini bersamaan pula dengan batas penyebaran binatang dan tumbuhan dari Asia ke Indonesia (lihat gambar ) Gambar 4. Peta daerah flora dan fauna di Indonesia menurut Wallace dan Weber. Sumber: Buku Geografi SMU, Drs. Priatna Sutisna, dkk. Di samping itu seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama Weber, berdasarkan penelitiannya tentang penyebaran fauna di Indonesia, menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia ke Indonesia bagian Timur. Garis batas tersebut dinamakan garis Weber (lihat gambar 4). Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 4

11 Sedangkan daerah diantara dataran Sunda dan dataran Sahul oleh para ahli biografi disebut daerah Wallace atau daerah Peralihan. Di daerah ini terdapat beberapa jenis hewan Asia dan Australia, jadi merupakan daerah transisi antara dataran Sunda dan dataran Sahul. Misalnya di daerah Sulawesi juga terdapat hewan yang ada juga di Jawa, contohnya rusa dan monyet, sedangkan di Halmahera juga ada burung Cendrawasih yang ada di Irian Jaya. 4. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Keanekaragaman Flora Dan Fauna di Dunia Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik). Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. a. Iklim Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.. Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar matahari. Berbeda dengan tanaman di daerah yang beriklim sedang, ragam tumbuhannya tidak sebanyak di daerah tropis yang kaya sinar matahari, di sana banyak ditemui pohon berkayu keras dan berdaun jarum. Daerah Gurun yang beriklim panas dan kurang curah hujan, hanya sedikit tumbuhan yang dapat menyesuaikan diri, seperti misalnya pohon Kaktus dapat tumbuh subur, karena mempunyai persediaan air dalam batangnya. Kehidupan faunanya juga sangat bergantung pada pengaruh iklim yang mampu memberikan kemungkinan bagi kelangsungan hidupnya. Binatang di daerah dingin beda dengan binatang di daerah tropis, dan sulit menyesuaikan diri bila hidup di daerah tropis yang beriklim panas. Gambar 5 Pohon kaktus dapat tumbuh subur di daerah gurun pasir berkat simpanan air dalam batangnya. Hujan hanya turun sekali setahun saja. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 5

12 Gambar 6 Beruang Kutub binatang khas daerah Kutub, berbulu tebal. b. Tanah Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur. Perhatikan hutan di daerah yang subur di pegunungan dengan hutan di daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur atau tanah liat. c. Air Gambar 6. Tanaman di daerah rawa ini tidak subur karena mineral sukar menyerap melalui lumpur. Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya. Misalnya di daerah gurun, hanya sedikit tumbuhan yang dapat hidup, contohnya adalah pohon Kaktus dan tanaman semak berdaun keras. Di daerah tropis banyak hutan lebat, pohonnya tinggi-tingi dan daunnya selalu hijau. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 6

13 d. Tinggi rendahnya permukaan bumi Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat tersebut berada pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu daerah semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu daerah semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan kering. Gambar 7. Dibatasi oleh jalan raya, di sebelah kiri jalan adalah daerah delta sungai Nil yang suburdan gurun tandus di sebelah kanan jalan. Airlah yang menyebabkan perbedaan itu. e. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Contohnya bakteri saprophit merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu penghancuran sampah-sampah di tanah sehingga dapat menyuburkkan tanah. 5. Faktor utama penyebab kerusakan flora dan fauna Hal ini dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut : a. Faktor alam, yaitu adanya perubahan-perubahan lingkungan alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, dll yang berlangsung secara temporer dan disebut seleksi alami (natural selection). b. Faktor manusia, misalnya pembakaran hutan untuk lahan pertanian yang dapat memusahkan sejumlah hewan besar dan kecil serta berbagai jenis flora, menangkap ikan dengan pestisida, bom dan listrik mematikan berbagai satwa air. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 7

14 6. Upaya penyelamatan flora dan fauna Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Ditetapkan tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar perkembangbiakannya tidak terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini berupa cagar alam bagi flora dan suaka margasatwa bagi fauna. b. Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi hewan-hewan tertentu, seperti: Pusat rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di Sumatera Daerah hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur. Pusat rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi. c. Pembangunan yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus memperhatikan keseimbangan yang sehat antara manusia dengan lingkungannya. d. Menetapkan beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi seperti: Soa-soa (biawak), Komodo, Landak Semut Irian, Kanguru Pohon, Bekantan, Orang Utan (Mawas), Kelinci liar, bajing terbang, bajing tanah, Siamang, macan Kumbang, beruang madu, macan dahan kuwuk, Pesut, ikan Duyung, gajah, tapir, badak, anoa, menjangan, banteng, kambing hutan, Sarudung, owa, Sing Puar, Peusing. e. Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain: mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar. perbaikan kondisi lingkungan hutan. menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang. sistem tebang pilih. f. Melakukan usaha pelestarian hewan, antara lain: melindungi hewan dari perburuan dan pembunuhan liar. mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya. mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri. g. Melakukan usaha pelestarian biota perairan, antara lain: mencegah perusakan wilayah perairan. melarang cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota lainnya, misalnya dengan bahan peledak. melindungi anak ikan dari gangguan dan penangkapan. Daerah-daerah Suaka Margasatwa dan Cagar Alam Kenyataan menunjukkan bahwa jumlah tumbuhan dan hewan yang dinyatakan langka semakin bertambah, lihat tabel di bawah ini. Sumber: Buku Geografi, Tim MGMP Geografi SMU. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 8

15 Data di atas belum termasuk flora langkanya atau yang dinyatakan langka. Berarti semakin banyak fauna dan flora di negeri kita yang terancam punah. Sejak tahun 1980, beberapa kawasan cagar alam atau suaka margasatwa telah diubah statusnya menjadi Taman Nasional. Dewasa ini terdapat 320 tempat untuk Taman Nasional dan Hutan Lindung, antara lain di Sumatera, Irian Jaya, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Taman nasional dan hutan lindung mempunyai fungsi sebagai: perlindungan sistem penyangga kehidupan. pengawetan jenis tumbuhan dan hewan. pelestarian pemanfaatan sumber daya hayati dan tata lingkungan. Di bawah ini tabel beberapa taman nasional, suaka alam, dan margasatwa di Indonesia.. Tabel 1. Beberapa Taman Nasional, suaka alam dan suaka margasatwa di Indonesia E. Evaluasi: 1. Ilmu pengetahuan yang mempunyai objek kajian hubungan dan pengaruh timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya adalah a. biologi b. ekologi c. ekosistem d. sosiologi e. biofisika 2. Bagi organisme, biosfer adalah tempat hidup. Oleh karena itu a. biosfer harus menyediakan makanan yang diperlukan organisme b. biosfer harus menunjang kelangsungan hidup organisme tanpa ketergantungan dengan organisme lain c. semua jenis organisme hidup d. di berbagai tempat di bumi, biosfer memiliki ketebalan yang sama e. organisme hanya dapat ditemukan di darat Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 9

16 3. Hutan hujan disebut paru-paru dunia karena a. berfungsi membersihkan udara b. sebagai tempat hidup berbagai macam fauna c. menghasilkan kayu untuk memnuhi kebutuhan manusia d. pohon-pohonnya hijau sepanjang tahun e. mengambil oksigen dari udara dan menggantinya dengan karbondioksida 4. Keistimewaan hutan peluruh (gugur) adalah a. pohon-pohonnya berdaun jarum b. dihuni fauna yang ukurannya relatif sangat besar c. pada musim gugur daunnya berwarna-warni d. hanya terdapat di daerah beriklim dingin e. pohon-pohonnya tahan terhadap kekeringan 5. Nama lain padang rumput tropis adalah a. stepa b. puszta c. prairie d. veldt e. sahara 6. Berbedanya tipe binatang Asia, Australia dan peralihan yang terdapat di Indonesia disebabkan oleh.. a. wilayah Indonesia yang terpecah-pecah menjadi kepulauan b. letak geografis Indonesia yang berada pada persilangan transportasi laut c. perbedaan struktur geologi d. secara klimatologis Indonesia berada di daerah tropis e. Indonesia merupakan pertemuan dua jalur hubungan besar di dunia 7. Berikut ini yang merupakan tipe binatang peralihan di Indonesia adalah a. burung cendrawasih b. ular berkaki c. harimau d. anoa e. koala 8. Upaya-upaya untuk memberikan perlindungan secara preventif terhadap berbagai kerusakan flora dan fauna di tanah air ialah a. menegakkan supremasi hukum b. menambah jumlah aparat penegak hukum c. membuat peraturan-peraturan baru dengan sangsi yang semakin mengikat d. membuat upaya penangkaran binatang e. membiarkan flora dan fauna berkembang secara alamiah 9. Negara-negara dibawah ini yang wilayahnya ditumbuhi tundra adalah a. Kanada, Swedia, dan India d. Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko b. Kanada, Finlandia dan Norwegia e. Mesir, Libia dan Aljazair c. Perancis, Inggris dan Italia 10. Ciri khas flora yang tumbuh di gurun adalah a. berdaun jarum c. berakar dalam e. tidak berdaun b. berdaun lebar d. berbatang lunak 11. Pencemaran tanah terutama disebabkan oleh a. penanaman lahan secara monoton b. pembuangan limbah-limbah keluarga yang bersifat non organik c. pengelolaan dan pengerjaan tanah yang kurang profesional d. penggunaan tanah untuk areal pengembalaan ternak e. pemupukkan melebihi dosis yang dianjurkan 12. Daerah kawasan Nusa Tenggara yang secara klimatologis mempunyai curah hujan yang relatif sedikit tetapi masih memiliki areal tanah yang relatif luas, maka sangat tepat dipergunakan untuk kegiatan a. pertanian intensif d. peternakan lembu dan kuda b. pertanian ekstensif e. perikanan darat c. perkebunan karet dan kopi Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 10

17 13. Salah satu penyebab semakin tingginya tingkat kerusakan hutan lindung maupun hutan produksi di Indonesia adalah a. penebangan hutan yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah b. sistem penebangan kayu secara mekanis dengan menggunakan peralatan yang canggih c. pergantian musim yang menyimpang dari pola musim yang ada d. berkurangnya curah hujan e. munculnya industri-industri mebeler yang memerlukan bahan baku dari kayu 14. Salah satu akibat yang merugikan petani karena penebangan hutan secara liar di daerah hulu sungai adalah.. a. suhu udara menjadi semakin tinggi b. matinya sejumlah mata air c. menurunnya tingkat kesuburan tanah d. hilangnya sejumlah populasi ikan e. sungai menjadi permanen 15. Berikut ini upaya-upaya konservasi tanah dari bahaya erosi adalah a. melakukan pengolahan tanah secara teratur b. menggunakan pupuk sesuai anjuran c. melakukan penanaman secara bergilir (rotasi) d. membuat cagar alam dan suaka margasatwa e. membuat sistem terasering, countur flowing dan sengkedan Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 11

18 MATERI - II ANTROPOSFER A. Standar Kompetensi : Kemampuan menganalisis gejala sosial di muka bumi, interaksinya, dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan perkembangan wilayah B. Kompetensi Dasar : Kemampuan memprediksi dinamika perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi C. Indikator : 3. Menganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamini 2. Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah 3. Menyajikan informasi kependudukan melalui peta, tabel, dan grafik/diagram D. Materi : A N T R O P O S F E R Antroposfer berasal dari bahasa Yunani Antropus artimya manusia dan sphaira artinya lapisan, jadi secara harfiah antroposfer berarti lingkungan di muka bumi tempat manusia hidup secara permanen, pada lapisan ini manusia hidup dan berbudaya.antroposfer bersifat dinamis artinya senantiasa mengalami perubahan. Untuk mengetahui jumlah penduduk suatu daerah, dapat dilakukan dengan cara sensus penduduk, registrasi atau pencatatan dan survei 1. Pertumbuhan Penduduk (population growth) Pertumbuhan penduduk ialah keseimbangan dinamis antar kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Penduduk akan bertambah melalui migrasi dan natalitas, sebaliknya penduduk berkurang melalui emigrasi dan mortalitas. Faktor pertumbuhan penduduk kelahiran dan kematian disebut faktor alami, sedangkan migrasi disebut faktor non alami. Pertumbuhan penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Pertumbuhan penduduk alami (natural increase) yaitu selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian. Rumus yang digunakan : T = pertumbuhan penduduk T = (L - M) L = jumlah kelahiran M = jumlah kematian b. Pertumbuhan penduduk total, selisih jumlah kelahiran dengan kematian ditambah selisih antara imigrasi dan emigrasi. Rumus yang digunakan : T = pertumbuhan penduduk L = jumlah kelahiran M = jumlah kematian T = (L M) + (I E) I = jumlah imigrasi E = jumlah emigrasi Pertumbuhan penduduk rendah bila T kurang dari 1%, sedang bila T antar 1 2%, dan tinggi apabila T di atas 2%. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 12

19 2. Angka Kelahiran (Natalitas) Angka kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat menambah jumlah penduduk, tingkat kelahiran tergantung pada banyaknya jumlah pasangan usia subur yang tercermin dalam jumlah bayi yang dilahirkan. Faktor-faktor yang menghambat kelahiran (antinatalitas), yaitu : a. kawin usia muda b. tingkat kesehatan yang rendah menyebabkan orang tua mempuyai anak cadangan. c. Anggapan banyak anak banyak rejeki Faktor-faktor yang mendukung kelahiran (pronatalitas), yaitu : a. pembatasan umur menikah b. program Keluarga Berencana c. Pembatasan tunjangan anak d. Anggapan anak merupakan beban Cara penghitungan angka kelahiran : a. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate), menunjukkan jumlah kelahiran tiap penduduk setiap tahun dengan rumus : B = banyaknya anak yang lahir pada tahun tertentu B P = jumlah penduduk CBR = x k k = konstanta (1.000) P Tingkat kelahiran kasar dibedakan menjadi tiga golongan : - Tinggi jika CBR lebih dari 30 tiap jiwa - Sedang jika CBR antara tiap jiwa - Rendah jika CBR kurang dari 30 tiap jiwa b. Angka kelahiran menurut umur (Age Specific Birth Rate), angka yang menunjukkan jumlah kelahiran setiap wanita golongan umur tertentu setiap tahun, dengan rumus: Bx Bx = jumlah anak yang lahir dari wanita kelompok umur x CBR = x k Px = jumlah wanita pada kelompok umur x Px k = konstanta (1.000) 3. Angka Kematian (Mortalitas) Angka kematian yaitu jumlah kematian setiap penduduk setiap tahun, angka kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk. Faktor-faktor yang menghambat kematian (antimortalitas), yaitu : a. fasilitas kesehatan yang memadai b. lingkungan yang bersih dan teratur c. ajaran agama yang melarang bunuh diri d. tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya jarang sakit Faktor-aktor yang mendukung kematian (promortalitas), yaitu : a. kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan b. kurangnnya fasilitas kesehatan yang memadai c. sering terjadi kecelakaan lalu lintas d. adanya bencana alam yang memakan korban jiwa e. terjadinya peperangan Cara penghitungan angka kematian : a. Angka kematian kasar (Crude Death Rate), menunjukkan jumlah kematian tiap penduduk setiap tahun dengan rumus : D D = jumlah kematian pada tahun tertentu CDR = x k P = jumlah penduduk P k = konstanta (1.000) Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 13

20 Tingkat kelahiran kasar dibedakan menjadi tiga golongan : - Tinggi jika CDR lebih dari 20 tiap jiwa - Sedang jika CDR antara tiap jiwa - Rendah jika CDR kurang dari 10 tiap jiwa b. Angka kelahiran menurut umur (Age Specific Death Rate), angka yang menunjukkan jumlah kematian setiap orang golongan umur tertentu setiap tahun, dengan rumus : Dx Dx = jumlah kematian pada kelompok umur x CDR = X k Px = jumlah penduduk pada kelompok umur x Px k = konstanta (1.000) 4. Proyeksi Penduduk yaitu perhitungan untuk mengetahui atau menghitung jumlah penduduk di masa yang akan datang. Perhitungan ini sangat penting untuk merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Rumus proyeksi penduduk diantaranya, yaitu : Pn = Po (1 + r) n Pn = jumlah penduduk pada tahun n (ditanyakan) Po = jumlah penduduk pada tahun o atau tahun dasar (diketahui) n = jumlah tahun antara 0 hingga n r = tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (dalam %) 5. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk ialah pengelompokkan penduduk atas dara kriteria tertentu, biasanya secara geografis, biologis, sosial dan ekonomi. Data tentang kom[osisi penduduk dapat menjadi dasar dalam menentukan kebijakan negara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Data komposisi penduduk dapat disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, untuk komposisi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk dapat digolongkan dalam 3 macam, yaitu: a. piramida penduduk muda: menunjukkan bahwa penduduk suatu wilayah tersebut sedang mengalami pertumbuhan, sebagian besar kelompok usia muda, dan menggambarkan tingkat kelahiran dan kematian tinggi. b. piramida penduduk stasioner: menunjukkan bahwa penduduk dalam suatu wilayah tersebut dalam keadaan tetap, jumlah kelahiran dan kematian seimbang. c. Piramida penduduk tua: menunjukkan bahwa penduduk dalam suatu wilayah sebagian besar berada pada kelompok usia tua. Cara menghitung rasio jenis kelamin (Sex Ratio): Rasio jenis kelamin adalah angka perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, rumus yang digunakan : Jumlah penduduk laki-laki Rasio jenis kelamin = x 100 Jumlah penduduk perempuan Besar rasio jenis kelamin di suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: a. jumlah kelahiran bayi perempuan lebih banyak dari laki-laki b. jumlah kematian bayi laki-laki lebih banyak daripada perempuan c. jumlah kematian penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 14

21 d. angka kematian ibu setelah melahirkan menurun e. perpindaham (migrasi) ke luar wilayah lebih banyak dilakukan laki-laki daripada perempuan. Cara menghitung Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) : Angka Beban Tanggungan (ABT) ialah angka yang menunjukkan jumlah penduduk tidak produktif yang menjadi tanggungan penduduk produktif dalam 100 jiwa. Dalam komposisi penduduk menurut umur, penduduk dapat dibagi menjadi : a. kelompok umur muda (kurang dari 14 tahun) b. kelompok dewasa ( tahun) c. kelompok umur tua (lebih dari 65 tahun) Kelompok umur muda dan umur tua merupakan penduduk tidak produktif dan menjadi tanggungan kelompok umur dewasa yang produktif. Rumus yang digunakan : Jumlah penduduk tidak produktif Rasio jenis kelamin = x 100 Jumlah penduduk produktif 6. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau negara,apakah tersebar merata atau tidak. Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk setiap km² pada suatu wilayah atau negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk tiap-tiap daerah atau wilayah ialah : a. faktor fisiografis: penduduk selalu memilih tempat tinggal yang baik, strategis, tanah subur, relief baik, cukup air dan daerah aman. b. faktor biologi : tingkat pertumbuhan penduduk berbeda-beda karena adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran dan angka perkawinan. c. faktor kebudayaan dan teknologi : daerah yang masyarakatnya maju, pola berfikirnya bagus, dan keadaan pembangunan fisiknya maju, maka akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan daerah terbelakang. Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : a. kepadatan penduduk aritmatik, yaitu jumlah rata-rata penduduk setiap km², mempergunakan rumus : Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk aritmatik = Luas wilayah (km²) b. kepadatan penduduk agraris, yaitu jumlah rata-rata penduduk petani setiap satuan luas lahan pertanian, mempergunakan rumus : Kepadatan penduduk agraris = Jumlah penduduk petani (jiwa) Luas lahan pertanian (km²) 7. Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk ialah gerakan/arus perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain, jika bertujuan menetap maka disebut migrasi, namun bila sementara disebut mobilitas saja. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 15

22 Macam-macam mobilitas penduduk : 1. Mobilitas permanen : perpindahan yang bertujuan untuk menetap (selama 6 bulan atau lebih), yang termasuk mobilitas permanen ialah : a. transmigrasi: dari pulau padat ke pulau yang jarang penduduknya b. urbanisasi: dari desa ke kota c. remigrasi: pindah kembali ke negara asal d. imigrasi: dari luar negeri ke dalam negeri e. Emigrasi: dari dalam negeri ke luar negeri f. Ruralisasi: dari kota ke desa 2. Mobilitas non permanen : perpindahan dengan tujuan tidak untuk menetap, yang termasuk mobilitas ini ialah : a. komutasi (mobilitas ulang alik): perpindahan dilakukan kurang dari satu hari b. sirkulasi (mobilitas sirkuler/musiman): perpindahan jangka pendek, sempat menginap tetapi tidak untuk menetap (mondok). c. Turisme: mengadakan perpindahan hanya untuk berwisata d. Week end: bepergian keluar kota hanya pada akhir minggu e. Evakuasi: perpindahan karena adanya gangguan keamanan atau bencana alam. Faktor-faktor penyebab mobilitas penduduk : terdapat empat faktor, yaitu : 1. faktor yang bersifat menarik (faktor sentrifugal) dari daerah tujuan, misalnya kemajuan transportasi dan komunikasi, lapangan kerja banyak, upah lebih tinggi, tersedianya fasilitas-fasilitas lain. 2. faktor yang bersifat mendorong (faktor sentripental) dari daerah asal, misalnya sempitnya lahan pertanian di daerah asal, kemiskinan, minimnya sarana dan prasarana masyarakat dan faktor keamanan. 3. faktor pribadi, 4. faktor antar, seperti jaringan transportasi dan keamanan Faktor yang menghambat mobilitas penduduk misalnya kuatnya kekerabatan di daerah asal, sistem gotong royong, keterkaitan terhadap pekerjaan turun temurun, dan keterkaitan terhadap tanah kelahiran. Dampak Mobilitas Penduduk Bagi Daerah Asal Dampak Positif 1. Meningkatkan kesejahteraan penduduk yang mendapat kiriman dari perantau. 2. Mendorong pembangunan daerah atas sumbangan perantau 3. Mengurangi jumlah penduduk jika mobilitasnya permanen 4. Kualitas penduduk meningkat bila mobilitas bertujuan melanjutkan pendidikan 5. Mengurangi masalah pengangguran di pedesaan Dampak Negatif 1. Di pedesaan akan kekurangan tenaga kerja. 2. Kekurangan tenaga produktif yang berkualitas 3. Masuknya pengaruh budaya kota yang negatif Bagi Daerah Tujuan Dampak Positif 1. Memperoleh banyak tenaga kerja dengan upah murah. 2. Mendorong percepatan pembangunan. 3. Terjadinya percampuran kebudayaan Dampak Negatif 1. Banyak terjadi pengangguran 2. Timbulnya perkampungan kumuh 3. Kriminalitas meningkat. 4. Kemacetan lalu lintas meningkat Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 16

23 E. Evaluasi 1. Penyataan yang benar antara biosfer dan antroposfer adalah. a. biosfer lebih luas dibanding antroposfer b. setiap ruang dalam biosfer adalah antroposfer c. biosfer adalah bagian dari antroposfer d. dinamika antroposfer tidak berpengaruh terhadap biosfer e. organisme yang ada di antroposfer lebih banyak dampak di biosfer 2. Komposisi penduduk yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan dan status perkawinan merupakan pengelompokkan menurut kriteria a. ekonomi b. biologis c. sosial d. geografis e. antropologis 3. Negara yang mempunyai tingkat kelahiran dan kematian rendah dapat diketahui dari piramida penduduknya yang. a. berbentuk sarang tawon d. berciri penduduk umur pertengahan rendah b. berbentuk segi tiga e. berciri ekspansif c. berbentuk segi empat 4. Angka Beban Tanggungan (ABT) suatu wilayah adalah 45%, artinya. a. penduduk yang produktif 45% b. penduduk yang tidak produktif 45% c. sebanyak 45 penduduk menanggung sebanyak 100 jiwa d. dalam setiap 100 penduduk produktif terdapat 45 penduduk tidak produktif e. terdapat 45 penduduk produktif dalam 100 penduduk tidak produktif 5. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, kecuali: a. kelahiran b. kematian c. imigrasi d. emigrasi e. transmigrasi 6. Secara umum yang termasuk usia produktif yaitu umur. a th b th c th d th e th 7. Angka kematian dikategorikan tinggi bila a. < dari 10 b. antara c. antara d. > dari 20 e. > dari Angka kelahiran yang tinggi di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. perkawinan di usia muda b. tingkat kesehatan yang rendah c. mobilitas penduduk yang tinggi d. kecenderungan orang tua mempunyai cadangan anak e. anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki 9. Pemerintah kota Ende ingin menyajikan perkembangan jumlah penduduk selama 10 tahun terakhir. Manakah yang paling sesuai digunakan untuk menyajikannya? a. diagram batang c. diagram lingkaran e. peta jumlah penduduk b. diagram garis d. piramida penduduk 10. Dalam perencanaan pembangunan perumahan rakyat diperlukan data kependudukan. Manakah data kependudukan yang paling diperlukan? a. jumlah penduduk d. jumlah penduduk berdasarkan perkawinan b. jumlah anak usia sekolah e. jumlah angkatan kerja c. jumlah peserta keluarga berencana 11. Sumber daya manusia tiap daerah berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan: a. pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan b. jumlah penduduk, tingkat pengangguran dan kesehatan c. tingkat kelahiran, tingkat kematian dan migrasi d. jumlah penduduk, jumlah kelahiran dan jumlah kematian e. kematian, migrasi dan imigrasi Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 17

24 12. Perhitungan penduduk disuatu tempat berdasarkan penduduk yang ada pada saat dilakukan perhitungan tanpa memperhatikan apakah semua penduduk yang dihitung itu beralamat ditempat perhitungan atau tidak. Perhitungan itu disebut a. sensus penduduk c. sensus de jure e. ledakan penduduk b. sensus de facto d. pertumbuhan penduduk 13. Angka kelahiran kasar dikatakan tinggi apabila angka kelahiran a. kurang dari 30 c. lebih dari 40 e. lebih dari 100 b. antara d. antara Pada tanggal 20 Maret 2007 jumlah penduduk di negara A tercatat 30 juta jiwa, selama tahun itu jumlah bayi yang lahir jiwa, meninggal jiwa, imigrasi jiwa dan emigrasi jiwa. Pertumbuhan penduduk total negara A selama tahun 2007 adalah a jiwa b c d e Tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk suatu negara ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu a. natalitas, fertilisasi dan emigrasi d. natalitas, migrasi dan evakuasi b. natalitas, mortalitas dan migrasi e. mortalitas, imigrasi dan natalitas c. mortalitas, emigrasi dan migrasi 16. Untuk mengetahui jumlah penduduk berusia subur maka sangat diperlukan data tentang a. angka kelahiran kasar b. jumlah seluruh penduduk c. komposisi penduduk meurut umur dan jenis kelamin d. jumlah wanita yang telah menikah e. angka ketergantungan 17. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat digunakan untuk mengetahui a. jumlah penduduk c. imigrasi dan emigrasi e. angka kematian b. angka kelahiran d. gambaran keadaan ekonomi 18. Perbandingan antara jumlah penduduk dengan seluruh luas wilayah, dinamakan. a. distribusi penduduk d. kepadatan penduduk aritmatik b. kepadatan penduduk e. ketergantungan penduduk c. kepadatan penduduk agraris 19. Persebaran penduduk satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat berbeda. Faktor non alami yang menyebabkan persebaran penduduk berbeda ialah a. tersedianya sumber daya alam d. iklim yang baik b. kesuburan tanah e. relief alam yang baik c. tersedianya fasilitas-fasilitas umum 20. Piramida penduduk yang menggambarkan bahwa penduduk suatu negara sedang mengalami petumbuhan adalah a. piramida penduduk stasioner d. piramida penduduk tetap b. piramida penduduk tua e. piramida penduduk campuran c. piramida penduduk muda Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 18

25 MATERI - III SEBARAN, POLA DAN OBJEK GEOGRAFI A. Standar Kompetensi : Kemampuan menganalisis gejala sosial di muka bumi, interaksinya, dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan perkembangan wilayah B. Kompetensi Dasar : Kemampuan menyimpulkan informasi tentang persebaran, pola, dan hubungan antar objek geografi melalui peta dan citra penginderaan jauh C. Indikator : 4. Mengidentifikasi persebaran objek geografi (fisik, sosial) melalui peta dan citra penginderaan jauh 2. Mengidentifikasi pola dan hubungan spasial obyek geografi (fisik, sosial) 3. Mengidentifikasi bentang alam dan bentang budaya melalui peta dan citra penginderaan jauh 4. Menghitung luas bentang budaya (pemukiman, perkebunan dan hutan) 5. Menganalisis pola dan hubungan spasial antar objek geografi D. Materi : 1. Pengertian Citra Pengertian citra adalah gambar objek yang nampak pada cermin melalui lensa kamera atau nampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor, antar lain ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral. Ciri spasial adalah ciri yang berkaiatan dengan ruang : meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi. Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat perekaman. Ciri spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman atau keabuan suatu gambar objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga, rona pada citra berwarna asli tampak cerah. Citra dibedakan menjadi 2 macam,yaitu : 1. Citra Foto : yaitu citra foto yang dibuat dari foto udara melalui pesawat udara dengan kamera sebagai alat dan menggunakan spektrum nampak mata dan perluasannya. Citra foto dapat dibedakan berdasarkan: a. Sistem wahana: - foto satelit (dibuat dari satelit) - foto udara (di buat dari pesawat udara atau balon udara) b. Spektrum elektromagnetik yang digunakan: yaitu ultraviolet, ortokromatik, pankromatik, inframerah warna asli (true color) dan inframerah palsu (false color). c. Sumbu kameranya: yaitu bersumbu tegak dan bersumbu condong d. Sudut pandang kamera: - sudut normal dengan daerah sudut pandang 60º dan panjang fokus cm. - sudut besar dengan sudut pandang 95º dan fokus tengah cm. - sudut sangat besar dengan sudut pandang 120º dan fokus cm. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 19

26 e. Jenis kamera yaitu kamera foto tunggal ataupun kamera foto jamak (menggunakan lebih dari satu kamera). f. Warna yang digunakan: - foto warna semu misalnya vegetasi yang berwarna hijau karena menggunakan sinar inframerah maka nampak berwarna merah. - foto warna asli, sesuai objek. 2. Citra non foto : yaitu merupakan citra yang diperoleh dari pemotretan mono kamera dengan berdasarkan atas penyinaran dengan alat skener untuk menghasilkan gambarnya. Citra nonfoto dibedakan menjadi : a. Berdasarkan wahana yang digunakan: citra dirgantara (dari udara) dan citra satelit ( dari angkasa luar). b. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan: citra radar, citra radar inframerah termal, dan citra gelombang mikro. c. Berdasarkan sensor yang digunakan: citra tunggal dan citra jamak/ multispektral. Terdapat delapan unsur interpretasi foto udara yang dijadikan kunci pengenalan objek, yaitu : a. Rona dan Warna. Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra. Warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit. b. Ukuran. Meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemiringan, dan volume dari suatu objek. c. Bentuk. Bentuk adalah konfigurasi umum dari suatu objek, banyak objek yang bentuknya spesifik sehingga pengenalannya pada citra berdasarkan bentuknya. Bentuk bentang budaya lebih teratur daripada bentuk bentang alam. d. Bayangan. Mencerminkan kondisi, ada objek yang menghalangi objek lainnya yang seharusnya terkena sinar matahari sehigga menimbulkan bayangan, bentuk bayangan mencerminkan profil objek, perbedaan panjang bayangan dapat mencerminkan perbedaan tinggi dari tiap-tiap objek. e. Pola. Adalah susunan keruangan dari suatu objek, pola dari bentuk umum merupakan karakteristik bagi banyak objek baik bentukan manusia maupun objek alamiah. f. Tekstur. Adalah frekuensi perubahan rona di dalam citra, tekstur berjenis kasar, halus, seragam, tak seragam, teratur dan tidak teratur. g. Site. Adalah lokasi dari suatu objek dalam kaitannya dengan lingkungan misalnya rawa, tanggul sungai dan daerah pasir. Site dapat melakukan deduksi (penarikan kesimpulan) terhadap lingkugan disekitarnya. h. Asosiasi. Adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai kunci pengenal. 2. Kegunaan Citra Penginderaan Jauh a. Sebagai alat bantu dalam menyusun teori: teori adalah serangkaian pernyataan tentang hubungan antara dua gejala atau lebih yang disusun berdasarkan fakta dan teori, foto udara merupakan penghubung yang baik antara fakta dan teori. b. Sebagai alat untuk menemukan fakta: citra menyajikan gambaran lengkap yang dapat disadap dengan cepat, interpretasi citranya dapat dilakukan setiap saat dan dalam segala cuaca. c. Sebagai alat penerima/deskripsi: menyajikan gambaran rekaman obyek, gejala atau daerah, sebagai alat ilustrasi dalam memahami lingkungan sekitar dan sebagai alat peneliti geografi. Wahyuni Budiasih: Modul Pembelajaran Kelas XI Smt I 20

Disusun Oleh: Faisal Rahmad H Fabian

Disusun Oleh: Faisal Rahmad H Fabian Disusun Oleh: Faisal Rahmad H. 1231010038 Fabian 1231010039 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup yang Dilakukan Pemerintah dalam Pembangunan Berkelanjutan Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang

Lebih terperinci

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER Antroposfer A. PENDAHULUAN Antroposfer berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Antroposfer adalah salah satu objek material dari geografi yang membahas mengenai

Lebih terperinci

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK A. PENDAHULUAN Antroposfer berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Antroposfer adalah salah satu objek material dari geografi yang membahas mengenai persoalan

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM) MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBALIUNG KABUPATEN PANDEGLANG

KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM) MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBALIUNG KABUPATEN PANDEGLANG KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM) MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBALIUNG KABUPATEN PANDEGLANG Jl. Raya Sukajadi Barat Blok Situ Sadang Cibaliung Pandeglang 42285 Email : man_cibeks@yahoo.com http//www.mancibaliung.blogspots.com

Lebih terperinci

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Indentitas Flora dan Fauna Indonesia Indonesia merupakan negara yang memiliki

Lebih terperinci

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Fenomena Biosfer dan Antroposfer Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER Disusun oleh : Nama NIM : Mohammad Farhan Arfiansyah : 13/346668/GE/07490 Hari, tanggal : Rabu, 4 November 2014

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

JUMLAH DAN PERTUMBUHAN, KOMPOSISI, SERTA PERSEBARAN DAN MIGRASI PENDUDUK

JUMLAH DAN PERTUMBUHAN, KOMPOSISI, SERTA PERSEBARAN DAN MIGRASI PENDUDUK JUMLAH DAN PERTUMBUHAN, KOMPOSISI, SERTA PERSEBARAN DAN MIGRASI PENDUDUK PENDUDUK 1. Orang yang tinggal di daerah tersebut 2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain

Lebih terperinci

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI Selamat Pagi, Semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan DTI_09 VEGETASI ASIA Iklim merupakan faktor utama yang

Lebih terperinci

Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region).

Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 20 Sesi NGAN WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 1 A. PENGERTIAN WILAYAH Wilayah adalah suatu area yang memiliki karakteristik tertentu atau sifat

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi Kelas : 8 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Selasa, 09 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

BAB 8: GEOGRAFI DINAMIKA BIOSFER

BAB 8: GEOGRAFI DINAMIKA BIOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Biosfer dibagi menjadi tiga lingkungan hidup dan masing-masing dipengaruhi faktor abiotik dan biotic. Berikut ini merupakan faktor-faktor abiotik (fisis), kecuali a. Iklim

Lebih terperinci

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II K-13 Geografi K e l a s XI POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami batas wilayah. 2. Memahami laut dangkal,

Lebih terperinci

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia : JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD V (LIMA) ILMU PENGETAHUAN ALAM KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA A. KENAMPAKAN ALAM 1. Ciri-Ciri Kenampakan Alam Kenampakan Alam di Indonesia mencakup

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data PENGINDERAAN JAUH KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data Lanjutan Sumber tenaga * Alamiah/sistem pasif : sinar matahari

Lebih terperinci

Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Paket : A Kelas : VIII Waktu : 60 Menit

Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Paket : A Kelas : VIII Waktu : 60 Menit Ulangan harian IPS Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Paket : A Kelas : VIII Waktu : 60 Menit A. PILIHAN GANDA Petunjuk: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan 2. Pilihlah jawaban yang paling tepat. 3.

Lebih terperinci

1. Masalah Jumlah Penduduk

1. Masalah Jumlah Penduduk Pengertian Penduduk Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam

Lebih terperinci

PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi

PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi MACAM BIOMA Macam macam Bioma : Tundra Taiga Hutan Gugur Hutan Hujan Tropis Gurun Padang Rumput Saparal PETA PERSEBARAN BIOMA DI DUNIA

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian antroposfer. 2. Memahami

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA LAMPIRAN 99 LAMPIRAN SURAT 100 LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA 101 102 103 LAMPIRAN SURAT VALIDASI PAKAR 104 105 106 107 108 109 110 LAMPIRAN SURAT SD PANGUDI LUHUR AMBARAWA 111 112

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya

Lebih terperinci

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM PENDAHULUAN Masalah lingkungan timbul sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri, dari hari ke hari ancaman terhadap kerusakan lingkungan semakin meningkat. Banyaknya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Geografi Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

Lebih terperinci

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

MATERI IPS KELAS VIII SMP KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK

MATERI IPS KELAS VIII SMP KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK MATERI IPS KELAS VIII SMP KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK STANDAR KOMPETENSI : 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk KOMPETENSI DASAR : 1.1 Mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

Deskripsi Singkat Topik :

Deskripsi Singkat Topik : 1 WILAYAH DAN RUANG LINGKUPNYA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : WILAYAH DAN RUANG LINGKUPNYA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN II. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN II. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami persebaran penduduk. 2. Memahami

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Sekolah : SMP Muhammadiyah 2 Depok Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas /Semester : VIII / 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.

Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat. Macam-macam bioma di Indonesia 1. Bioma Gurun dan Setengah Gurun Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat. 1. Curah hujan sangat rendah,

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma BIOMA Bioma, adalah kumpulan ekosistem yang berada pada satu iklim atau wilayah geografis yang dicirikan oleh vegetasi atau flora suatu tempat. Bioma dipengaruhi pula oleh iklim atau pun oleh wilayah geografis

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL 027 GEOGRAFI SMA/MA

TRY OUT UJIAN NASIONAL 027 GEOGRAFI SMA/MA TRY OUT UJIAN NASIONAL 027 GEOGRAFI SMA/MA Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum dan sesudah mengerjakan soal! 2. Sebelum mengerjakan soal, tulislah identitas anda pada Lembar Jawaban yang telah disediakan 3.

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud

Di Unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud 34 Geografi XI Antroposfer berasal dari kata latin antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Jadi, antroposer artinya lingkungan bagian dari bumi yang dihuni manusia. Pembahasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

SOAL KONSEP LINGKUNGAN

SOAL KONSEP LINGKUNGAN 131 SOAL KONSEP LINGKUNGAN 1. Ciri-ciri air yang tidak tercemar adalah a. Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa b. Berkurangnya keberagaman biota perairan c. Banyak biota perairan yang mati d.

Lebih terperinci

Judul FLORA DAN FAUNA. Penulis: Dra. Indrayanti Christanto, M.Pd. Penyunting Materi: Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd. Penyunting Media: Dra.

Judul FLORA DAN FAUNA. Penulis: Dra. Indrayanti Christanto, M.Pd. Penyunting Materi: Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd. Penyunting Media: Dra. Judul FLORA DAN FAUNA Mata Pelajaran Kelas Nomor Modul : Geografi : I (Satu) : Geo.I.10 Penulis: Dra. Indrayanti Christanto, M.Pd. Penyunting Materi: Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd. Penyunting Media: Dra.

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) EKOLOGI TANAMAN Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI 2.1. Ekosistem 2.2. Proses Produksi dan Dekomposisi 2.3. Konsep Homeostatis 2.4. Energi dalam Ekosistem 2.4.1. Rantai

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Pertambahan Perkembangan Penduduk

Pertumbuhan dan Pertambahan Perkembangan Penduduk Pertumbuhan dan Pertambahan Perkembangan Penduduk A. Pengertian Fenomena bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu wilayah tertentu dinamakan dinamika penduduk. Gejala

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Letak Geografis Indonesia

Letak Geografis Indonesia Kompetensi Setelah mempelajari materi ini siswa dapat : Materi 1. Menunjukkan letak geografis (posisi geografis) Indonesia. 2. Menyajikan informasi tentang arah angin muson di Indonesia 3. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer Geosfer merupakan satu istilah yang tidak pernah lepas dari ilmu geografi, karena pada dasarnya geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya gejala-gejala maupun fenomena geosfer berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

AssAlAmu AlAyku m wr.wb AssAlAmu AlAyku m wr.wb BIOMA Bioma adalah wilayah yang memiliki kondisi iklim tertentu dan batas-batas yang sebagian besar dikendalikan di daratan oleh iklim dan yang dibedakan oleh dominasi tertentu,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM MODUL ONLINE 21.2 DAMPAK LETAK GEOGRAFIS, LETAK ASTRONOMIS DAN LETAK GEOLOGI INDONESIA PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO Agroklimatologi Gambar : Pembagian daerah iklim matahari A. Iklim Matahari Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagiannya

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA EKOSISTEM: lingkungan biologis yang terdiri dari semua organisme hidup di daerah tertentu, serta semua benda tak hidup (abiotik), komponen fisik dari lingkungan seperti

Lebih terperinci

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi

Lebih terperinci

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran: BAB 4 PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat: 1. Mengetahui berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan. 2. Menjelaskan pentingnya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB VII KEPENDUDUKAN Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah

Lebih terperinci

JENIS CITRA

JENIS CITRA JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik.

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik. contoh interaksi keruangan antar wilayah di Indonesia: 1) menempatkan sebuah ruang publik (misalnya: rumah sakit) yang dapat dapat menjangkau wilayah2 sekitarnya dengan mudah, 2) membuka akses transportasi

Lebih terperinci

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2 SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI Pertemuan ke 2 Sumber daya habis terpakai yang dapat diperbaharui: memiliki titik kritis Ikan Hutan Tanah http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/148111-

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1 1. Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala alam atau fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1 1. Hasil penginderaan jauh yang berupa citra memiliki karakteristik yang

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi 01. Suatu ilmu atau teknik untuk mengetahui suatu benda, gejala, dan area dan jarak jauh dengan menggunakan alat pengindraan berupa sensor buatan disebut... (A) citra

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015 2016 Mata Pelajaran : ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 120 menit A. Pilih jawaban

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BAB. Keseimbangan Lingkungan

BAB. Keseimbangan Lingkungan BAB 3 Keseimbangan Lingkungan Pada hari minggu, Dimas dan keluarganya pergi menjenguk neneknya. Rumah nenek Dimas berada di Desa Jangkurang. Mereka membawa perbekalan secukupnya. Ketika tiba di tempat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci