SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI

Transkripsi

1 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Pada Acara Pertemuan Konsultasi mengenai Rencana Pembentukan Kelompok Kerja untuk Kota Inklusi (K3I) Hotel JS Luwansa Jakarta, 30 Maret 2017 Yang terhormat, Direktur dan Staff UNESCO Jakarta; Direktur Eksekutif dan Staff APEKSI; Perwakilan ILO dan WHO; serta Perwakilan Pemerintah Kota Ambon, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Metro, Mojokerto, Padang dan Yogyakarta yang tergabung dalam Jaringan Walikota Indonesia untuk Kota Inklusif; 1

2 Assalamu alaikum Wr.Wb, Salam sejahtera untuk kita semua, Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, hari ini kita bisa bersama-sama berkumpul di sini pada acara Pertemuan Konsultasi mengenai Rencana Pembentukan Kelompok Kerja untuk Kota Inklusi (K3I) yang terselenggara atas kerjasama UNESCO Jakarta dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI). Saya sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh UNESCO dalam rangka mempromosikan hak-hak penyandang disabilitas di Indonesia, khususnya dalam rangka pembentukan kebijakan-kebijakan inklusif baik di level lokal maupun nasional. Di level lokal, diantaranya melalui berbagai kegiatan peningkatan kapasitas untuk pemerintah kota dan organisasi disabilitas di tingkat lokal sejak tahun 2013 dan dukungan terhadap perwujudan Kota Inklusif. Di tingkat nasional, tentunya banyak sekali, terakhir di tahun 2016 UNESCO telah mendukung Kementerian Sosial dalam pembuatan Draft Peraturan Presiden tentang Komisi Nasional Disabilitas (KND) yang merupakan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Hadirin yang berbahagia, Terwujudnya masyarakat inklusif demi terciptanya penyandang disabilitas yang dapat berpartisipasi penuh, aktif 2

3 dan setara dalam semua aspek pembangunan, merupakan cita-cita dari berbagai upaya perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi penyandang disabilitas yang sudah kita lakukan bersama-sama selama ini. Dari sejumlah hak penyandang disabilitas yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, maka aksesibilitas merupakan hak kunci untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Baik itu akses terhadap lingkungan fisik dan akses non fisik seperti akses terhadap informasi dan komunikasi, serta akses terhadap pelayanan publik. Karena ketika kebutuhan atas aksesibilitas tersebut telah terpenuhi dengan baik, tidak ada lagi masyarakat yang mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi penuh, efektif dan setara dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak, dengan kata lain: ketika kebutuhan atas aksesibilitas tersebut telah terpenuhi dengan baik maka tidak ada lagi penyandang disabilitas. Pemenuhan terhadap aksesibilitas ini tentunya harus didukung oleh peraturan dan kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat, maupun di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Di tingkat daerah, sudah ada sekitar 16 peraturan daerah tentang penyandang disabilitas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, yaitu: 1. Perda No. 11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Jawa Tengah 3

4 2. Perda No. 9 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Bali 3. Perda No. 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pelayanan bagi Penyandang Disabilitas, Provinsi Jawa Timur 4. Perda No. 18 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas, Provinsi Riau 5. Perda No. 10 Tahun 2013 tentang Pelayanan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Lampung 6. Perda No. 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Yogyakarta 7. Perda No. 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas DKI Jakarta 8. Perda Kabupaten Manggarai No. 6 Tahun 2015 tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas, Provinsi Nusa Tenggara Timur 9. Perda No. 7 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Disabilitas, Provinsi Jawa Barat 10. Perda No. 5 tahun 2013 tentang Perlindungan terhadap Penyandang Disabilitas, Provinsi Papua 11. Perda No. 18 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Sulawesi Tengah 4

5 12. Perda No. 17 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Kalimantan Selatan 13. Perda No. 1 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Kalimantan Barat 14. Perda Kota Padang No. 3 Tahun 2015 tentang Pemenuhan dan Perlindungan Hak-hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Sumatera Barat 15. Perda No. 6 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Disabiltas, Provinsi Sumatera Selatan 16. Perda No. 10 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adanya peraturan daerah tentang penyandang disabilitas tersebut diharapkan dapat mendorong percepatan terwujudnya Kota Inklusi, yang diantaranya harus memenuhi indikator-indikator: 1. Lingkungan fisik yang akses (bangunan, infrastruktur, publik dan private; 2. Lingkungan sosial yang positif (sikap, persepsi dan pemahaman); 3. Keterjangkauan (affordability): financially accesible dan adanya investment by Govt and Private sector; 4. Ketersediaan (availability): lokasi, jarak, jumlah; 5

6 5. Quality: mainstream, cross sectoral, consistent, dan collaborative; 6. Meaningful participation (political process, civil affairs, in communities, nothing about us without us). Di tingkat pusat, pemerintah memiliki mandat untuk membuat rancangan peraturan pelaksanaan turunan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, diantaranya ada 15 Peraturan Pemerintah yang kemudian diringkas menjadi 7 (PP tentang perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi pemenuhan hak penyandang disabilitas, penyandang disabilitas dalam proses peradilan, penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas, pekerjaan dan pemberian insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas, perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas, pelayanan publik dan konsesi penyandang disabilitas), 2 Peraturan Presiden (tentang KND dan Syarat dan tata cara pemberian penghargaan kepada penyedia fasilitas publik) dan 1 Peraturan Menteri Sosial tentang Kartu Penyandang Disabilitas. Kementerian Sosial saat ini tengah mengerjakan Peraturan Menteri Sosial tentang Kartu Penyandang Disabilitas yang targetnya akan kami selesaikan tahun ini. Kemudian Peraturan Presiden tentang Komisi Nasional Disabilitas yang menurut amanat Pasal 149 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, harus sudah dibentuk paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang tersebut diberlakukan. Dan yang terakhir adalah Peraturan Pemerintah 6

7 tentang Perlindungan Sosial bagi Penyandang Disabilitas yang sudah mulai kami susun. Hadirin yang saya hormati, Mengakhiri sambutan saya, besar harapan dengan adanya upaya yang dilakukan oleh UNESCO dan APEKSI ini, dapat mempengaruhi kota/kabupaten lain untuk terus bekerja keras menciptakan lingkungan dan pelayanan yang akses bagi penyandang disabilitas demi terwujudnya masyarakat inklusi sebagai cita-cita kita tertinggi di bidang disabilitas. Atas nama lembaga dan masyarakat penyandang disabilitas, saya menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada UNESCO, APEKSI, serta pihak lainnya, khususnya kepada para bapak ibu yang mewakili pemerintah daerah, atas kerja kerasnya dalam melindungi, memajukan, menegakan dan memenuhi hak penyandang disabilitas. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlimpah atas tugas- tugas mulia yang telah dilakukan bagi masyarakat disabilitas di Indonesia. Terima Kasih Wabillahi taufik walhidayah, Wassalammu alaikum Wr. Wb. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Dr. Marjuki 7