BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maka dari itu, menurut Newalty, (2002: 19)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maka dari itu, menurut Newalty, (2002: 19)"

Transkripsi

1 2.1 Pengertian Koleksi Deposit BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deposit menurut Hasmaniah yang dikutip Panjaitan (2003) adalah sebagai pusat penyimpanan bahan pustaka yang menyangkut suatu daerah baik yang diterbitkan disuatu daerah ataupun di tempat lain. Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perustakaan koleksi adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak dan karya rekam dalam berbagai media yang memiliki nilai pendidikan yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Maka dari itu, menurut Newalty, (2002: 19) Koleksi deposit adalah kumpulan dari karya cetak dan karya rekam bangsa yang diserahkan oleh para penerbit dan pengusaha rekam kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai hasil dari pelaksanaan undang undang No. 4 tahun 1990 dan peraturan pelaksanaanya. Menjelaskan tentang karya cetak dan karya rekam yang wajib dilestarikan, sebagai warisan budaya bangsa dan sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia. Sedangkan menurut buku Panduan koleksi perpustakaan daerah yang dikutip oleh Panjaitan (2003: 4) koleksi deposit adalah pusat penyimpanan bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah provinsi di mana perpustakaan daerah berdomisili bahan pustaka yang berisi tentang aspek aspek diwilayah tersebut. Penyelenggaraan ataupun pelaksanaan koleksi deposit didasari oleh ketetapan: a. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1990 tentang penyerahan ataupun penyimpanan hasil karya cetak dan karya rekam terdapat di pasal 1 menyebutkan perpustakaan nasional ataupun daerah yang berkedudukan di ibukota negara ataupun propinsi yang mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di wilayah Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang kewajiban serah simpan karya cetak dan karya rekam dinyatakan dalam : 5

2 Pasal 2 : Setiap penerbit yang berada di wilayah Republik Indonesia, wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional dan kepada perpustakaan daerah di Ibukota provinsi yang bersangkutan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah diterbitkan. Pasal 3: 1) Setiap pengusaha rekaman yang berada di wilayah negara Republik Indonesian wajib menyerahkan sebuah rekaman dari setiap judul karya rekam yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan, selambatlambatnya 3 (tiga) bulan setalah proses rekaman selesai. 2) Dalam hal karya rekam tersebut menggunakan bahan baku yang memerlukan penyimpanan secara khusus, maka kewajiban menyerahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), di lakukan kepada Perpustakaan Nasional atau badan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. 3) Ketentuan mengenai badan penyimpanan hasil rekaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia RI No 70 tahun 1991 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam dinyatakan dalam : Pasal 3: 1) Setiap penerbit yang berada di wilayah negara Republik Indonesia yang menghasilkan karya cetak wajib, menyerahkan hasil karya cetaknya sebanyak 2 (dua) buah setiap judulnya kepada Perpustakan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan. 2) Setiap warga negara Indonesia yang hasil karyanya diterbitkan di luar negri, wajib menyerahkan 2 (dua) buah setiap judul kepada Perpustakaan Nasional. 3) Penyerahan hasil karya cetak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah selesai diterbitkan. Pasal 8 : 1) Setiap pengusha rekaman yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia yang menghasilkan karya rekam dan setiap warga Negara Indonesia yang hasil karyanya direkam di luar negri, wajib menyerahkan sebuah karya rekamnya kepada Perpustakaan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan 6

3 2) Penyerahan hasil karya rekam tersebut selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sejak disebarluaskan atau dipasarkan. Dari beberapa pendapat pakar dan ketetapan Undang-Undang yang ada dapat diambil kesimpulan yang dimaksud koleksi deposit adalah semua terbitan yang diserahkan oleh para penerbit dan pengusaha ke perpustakaan sebagai hasil pelaksanaan Undang-Undang Deposit, yang biasanya koleksi-koleksi deposit berupa koleksi khusus terbitan daerah. 2.2 Jenis Koleksi Deposit Menurut Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Tahun 2005 dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang jenis karya cetak dan karya rekam yang wajib diserahkan kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaa Umum Daerah ataupun Provinsi yang terdiri dari : a. Karya Cetak : Buku, surat kabar, majalah, pustaka kelabu, buletin, laporan, peta, brosur, poster, buklet. b. Karya rekam : Kaset Audio, laser disc, compact disc, video compact disc, CD-ROM, audio video CD, disket, open reel, digital audio tape, mikro film, mikrofis Sedangkan menurut Nasution, Sabirin yang dikutip oleh Panjaitan (2003: 5) menyebutkan jenis koleksi deposit terdiri dari : 1. Terbitan pemerintah seperti peraturan daerah, surat-surat keputusan, pidato-pidato resmi, lembaran negara, statistik, dan laporan tahunan. 2. Hasil-hasil penelitian dari segala bidang yang dilaksanakan di daerah, hasil seminar, loka karya, temu karya, dan bahan lain yang serupa baik dari instansi pemerintahan maupun swasta. 3. Hasil dari terbitan daerah seperti laporan tahunan dan tengah tahunan, bibliografi daerah, katalog induk, accesion list, majalah-majalah yang diterbitkan oleh Perpustakaan Daerah. 4. Buku-buku dokumen langka tentang daerah, peta bahan kartografis tentang daerah dan perjalanan. 5. Tulisan dan ringkasan lengkap atau rekaman lengkap tentang kepariwisataan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan turisme, tentang 7

4 sejarah daerah, tentang silsilah keturunan suatu bangsa disuatu daerah serta tentang hasil-hasil penelitian sejarah dan tentang kebudayaan, kesusastraan dan bahasa daerah. 6. Rekaman musik tradsional dan ciptaan-ciptaan baru di daerah rekaman kegiatan penelitian sejarah lisan baik berupa kaset, slide,film, video, dan rekaman tarian daerah serta permainan rakyat. 7. Cerita-cerita rakyat dalam berbagai bentuk dan bahan pustaka tentang organisasi atau swasta di daerah. 8. Direktori tentang : a. Rumah-rumah ibadah. b. Biro perjalanan umum. c. Kegiatan olahraga dan sarananya. d. Perusahaan dan perdagangan seperti bank, pabrik, dan pusat dagang di daerah. e. Badan penerangan dimasyarakat di tv, radio, kantor pos, dan telekomunikasi. f. Perhotelan, restoran, rumah hiburan, tempat-tempat hiburan g. Lembaga-lembaga pendidikan negri dan swasta, formal dan informal real estate, perkebunan, dan pertambangan. h. Pelayanan masyarakat seperti kepolisian angkatan bersenjata, rumah sakit, puskesmas, apotik, dan klinik. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis koleksi deposit yang tercetak adalah buku, surat kabar, majalah, pustaka kelabu, buletin, peta, brosur, poster, buklet. Sedangkan jenis koleksi deposit yang terekam adalah kaset audio, kaset video, laser disc, compact disc, video compact disc, CD-ROM, audio video CD, disket, open reel, digital audio tape, mikro film, dan mikrofis. 2.3 Fungsi dan Tujuan Koleksi Deposit Setiap koleksi yang dimiliki sebuah perpustakaan mempunyai fungsi dan tujuan yang sama untuk menambah wawasan serta informasi kepada pengguna. Koleksi juga sangat berperan penting terhadap perpustakaan dalam hal penyediaan informasi sesuai kebutuhan para pemustaka. Sehingga koleksi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna dan pengguna merasakan kepuasan mendapatkan informasi yang dibutukan. 8

5 2.3.1 Fungsi Koleksi Deposit Dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1989 yang menjelaskan bahwa Fungsi koleksi deposit adalah sebagai salah satu sarana pelestarian pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Sedangkan dalam profil Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara (BPADSU) tahun 2012 Fungsi koleksi deposit adalah sebagai pusat deposit yang memuat tentang karya cetak dan karya rekam suatu daerah sehingga Perpustakaan dapat berperan sebagai pusat informasi bagi pencari informasi dalam konteks penelitian dan pemenuhan informasi tentang kedaerahan Sumatera Utara. Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan fungsi koleksi deposit adalah pengumpulan, penyimpana dan pelestarian karya cetak dan karya rekam sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang sumber daya manusia yaitu pengguna ataupun pemustaka untuk melakukan penelitian dan pemenuhan informasi Tujuan Koleksi Deposit Tujuan koleksi deposit menurut Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan Republik Indonesia tahun 2005 tujuan koleksi deposit adalah : a. Sebagai tempat menghimpun, mencatat, menyimpan, dan melestarikan hasil karya intelektual bangsa yang berupa sumber informasi, ilmu pengetahuan dan budaya. b. Memberikan fasilitas dan sumber belajar yang komprenhensip, mudah dan dapat dipercaya. c. Mendokumentasikan hasil karya budaya manusia dalam bentuk bibliografi nasional. d. Menyediakan alat seleksi bahan pustaka untuk koleksi perpustakaan maupun untuk kajian keperluan bahan pustaka bagi para peneliti, mahasiswa ataupun masyarakat pada umumnya dengan menggunakan bibliografi nasional yang lengkap dan mutahir. 9

6 Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 dinyatakan bahwa Kewajiban serah-simpan karya rekam film ceritera atau film dokumenter bertujuan untuk mewujudkan koleksi nasional dan melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan menurut Nasution yang dikutip oleh Panjaitan (2003) dinyatakan bahwa tujuan koleksi deposit adalah : a. Agar perpustakaan wilayah menjadi pusat informasi yang lengkap tentang daerahnya sehingga setiap perpustakaan wilayah mampu memberikan jawaban dan informasi tentang daerah dimana perpustakaan itu berada. b. Agar perpustakaan wilayah dapat melakukan pengumpulan, pelestarian dan pengorganisasian semua jenis bahan pustaka yang bersifat kedaerahan dari daerahnya masing-masing baik yang sudah pernah terbit, terekam ataupun dalam bentuk manuskrip dan lain-lain. c. Agar perpustakaan wilayah dapat meningkatkan penelitian dan penginventarisasian terhadap bahan pustaka yang sudah pernah dipublikasikan dengan bekerja sama dengan semua instansi dan masyarakat yang relevan. d. Agar perpustakaan wilayah dapat menimbulkan usaha menggali dan meneliti sumber-sumber informasi daerah yang potensial untuk menunjang pembangunan bangsa. e. Meningkatkan upaya penerbitan bibliografi dan penyebaran informasi tentang daerahnya masing-masing. f. Menyempurnakan sarana untuk pelaksanaan layanan bahan pustaka dan informasi daerah secara regional dan nasional. Pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Republik Indonesia Tahun 1989 Tentang Perpustakaan Nasional pada pasal 13 menyatakan bahawa tugas dari deposit ialah : 1. Melaksanakan pengumpulan. 2. Melaksanakan penyimpanan terbitan nasional dan internasional baik yang tercetak maupun terekam. 3. Melaksanakan pelestarian terbitan nasional dan internasional baik yang tercetak maupun terekam. 4. Melakukan konfrensi. Uraian-uraian di atas menjelaskan tujuan koleksi deposit adalah melestarikan hasil budaya bangsa dan menjadi pusat informasi yang lengkap 10

7 tentang daerahnya serta memberikan sumber ilmu pengetahuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 2.4 Pengelolaan Koleksi Deposit Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat mencerdaskan bangsa. Selain itu perpustakaan juga berkontribusi penting dalam hal informasi dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan juga merupakan jantung bagi kehidupan akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Setiap perpustakaan memiliki tugas menyediakan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan. Sebelum bahan pustaka dilayankan kepada pengguna, terlebih dahulu diolah dan disusun secara sistematis untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Pengelolaan bahan pustaka menurut Suwarno (2010: 85) Kegiatan pengelolaan bahan pustaka atau koleksi adalah kegiatan pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi yang diterima meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah di telusuri kembali (temu balik informasi) dan di akses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan mengolah dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi. Sedangkan menurut Sutarno ( 2006 : 179) kegiatan pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi adalah proses dari bahan pustaka atau koleksi diterima sampai dengan penempatan di rak atau tempat tertentu yang telah disediakan dan dipakai oleh pengguna. Pekerjaan pengolahan bahan pustaka yang berbentuk tercetak (printed matter) dan terekam (recorded matter) dibedakan dan dipisahkan, meskipun ada pekerjaan yang memiliki kesamaan. 11

8 Maka dapat disimpulkan pengelolaan koleksi deposit adalah semua kegiatan mengelola bahan pustaka atau koleksi deposit dari penerimaan bahan pustaka baru sampai di simpan ataupun di susun dalam rak untuk dimanfaatkan atau dipergunakan oleh pengguna, yang bertujuan memberikan kemudahan penelusuran informasi Proses Pengelolaan Koleksi Deposit Setiap pengelolaan yang dilakukan perpustakaan pada bahan pustaka sudah memiliki ketentuan ataupun ketetapan yang sudah ada. Menurut Sari, Sulvia puspito (2009 : 18) pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi terbagi menjadi dua yaitu : 1. Sistem Manual Pengelolaan bahan pustaka sistem manual adalah kegiatan pengelolaan yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu komputer. Sistem manual initetap digunakan sehingga pada saat komputer mati masih bisa bekerja dengansistem ini. Tahap-tahap kegiatan pengelolaan bahan pustaka dengan system manual adalah pengecapan, inventaris, klasifikasi, penempelan label,penempelan barcode, penempelan lidah pengembalian buku, dan pengirimanbuku ke bagian sirkulasi. 2. Sistem Automasi Pengelolaan bahan pustaka sistem automasi adalah kegiatan mengolahbahan pustaka dengan sarana komputer. Tahap-tahap kegiatan pengelolaan bahan pustaka dengan sistem automasi adalah katalogisasi (pemasukan data buku), pencetakan kartu katalog, pembuatan label, dan pembuatan barcode. Berikut ini perpustakaan: beberapa para ahli berpendapat cara pengelolaan koleksi 1. Menurut Noerhayati (1988: 95) cara pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi pada perpustakaan yaitu : a. Setiap penerimaan bahan pustaka, harus diperiksa terlebih dahulu apakah bahan pustaka yang diterima sesuai dengan daftar bahan pustaka yang dibutuhkan perpustakaan. Kemudian sesuaikan dengan daftar pengiriman. b. Membubuhkan cap kepemilikan perpustakaan pada setiap eksemplar bahan pustaka yang diterima sesuai dengan peraturan yang berlaku dimasing masing perpustakaan. 12

9 c. Catatlah bahan pustaka tersebut kedalam buku pendaftaran (buku induk) sesuai dengan nomor urutandan catatlah nomor induk bahan pustaka itu sendiri. d. Memberikan nomor klasifikasi dan nomor pengenal pada bahan pustaka (penulisan nomor pengenal dapat dilakukan pada punggung bahan pustaka). e. Membuat kartu kartu katalog bahan pustaka. f. Bila sistem peminjaman menggunakan buku tulis, persiapkanlah buku tulisnya tetapi bila menggunakan sistem peminjaman menggunakan kantong buku, maka siapkanlah kantong buku. g. Menyampul semua bahan pustaka dengan menggunakan kertas sampul atau plastik agar bahan pustaka tidak mudah rusak. 2. Sumardji, P yang dikutip oleh Panjaitan (2003: 7) menyebutkan cara pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi meliputi : a. Pemberian cap ataupun stempel perpustakaan, yaitu pekerjaan memberi tanda atau ciri dengan cap ataupun stempel perpustakaan pada buku untuk menyatakan bahwa buku tersebut adalah milik perpustakaan. b. Inventarisasi, yaitu pekerjaan mendaftar buku yang diterima perpustakaan agar data mengenai penerimaan atau kepemilikan buku tercatat secara teratur. c. Penentuan nomor penempatan (call number) buku, yaitu pekerjaan memberi nomor letak atau urutan buku menurut sistem yang berlaku, agar memudahkan pencariannya apabila sewaktu-waktu dipergunakan dan sebaliknya memudahkan penempatan kembali apabila sudah selesai dipergunakan. d. Pembuatan T-Slip (slip sementara), yaitu pekerjaan membuat konsep catatan keterangan-keterangan mengenai buku untuk keperluan membuat kartu katalognya. e. Pembuatan dan pengetikan kartu katalog, yaitu pekerjaan membuat kartu katalog dengan tata cara pengetikan atau pencetakan tertentu pada setiap buku, untuk dipergunakan sebagai alat perlengkapan dalam tugas perpustakaan melayani peminjaman maupun pengembalian buku dalam tugas pengecekan buku apabila sewaktuwaktu diperlukan. f. Pemberian perlengkapan pada buku, yaitu pekerjaan memberi perlengkapan pada buku yang terutama juga untuk dipergunakan sebagai alat perlengkapan dalam tugas perpustakaan melayani peminjaman dan pengembalian buku. Perlengkapan tersebut antara lain : a. Label nomor penempatan b. Kartu buku c. Kantong kartu buku d. Blangko data 13

10 e. Lembaran peringatan Setelah semua proses pengolelolaan bahan pustaka di lakukan dan siap untuk digunakan, maka semua bahan pustaka dapat di simpan dan di susun di rakrak buku sesuai dengan sistem yang berlaku. Kemudian menyimpan kartu-kartu katalog 9 di lemari kartu katalog secara berurutan dan sesuai dengan sistem yang berlaku. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cara pengelolaan koleksi deposit meliputi proses inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, penomoran bahan pustaka, penyampulan dan pemberian label. Tetapi untuk koleksi deposit tidak menemplkan kartu buku, kantung kartu buku dan tidak bisa dipinjamkan kepada pengguna, tetapi bisa digunakan di dalam ruangan koleksi deposit tersebut. 2.5 Tahapan Pengelolaan Koleksi Deposit Inventarisasi Pengertian inventarisas Menurut Sutarno (2006) Merupakan kegiatan yang terdiri dari pemeriksaan dan pengecekan bahan pustaka atau koleksi yang datang ke Perpustakaan dan pembubuhan stempel Perpustakaan pada bagian atau lembar tertentu pada seetiap buku milik Perpustakaan. Sedangkan Staff Pengajar SMP Stella Duce (1986: 77) menyatakan Inventarisasi adalah kegiatan mencatat koleksi bahan pustaka sebagai bukti bahwa koleksi tersebut menjadi milik perpustakaan yang bersangkutan. Pelaksanaan inventarisasi ini menggunakan beberapa perlengkapan ialah buku inventarisasi, cap inventaris, dan cap perpustakaan. Isi dari buku inventarisasi yaitu : a. Nomor urut b. Tanggal masuk buku c. Asal buku d. Nama pengarang e. Judul buku f. Nama penerbit dan tahun terbit g. Jumlah eksemplar buku h. Harga satuan dan jumlah harga i. Jenis buku: teks, informasi, fiksi, dan referensi j. Bahasa yang digunakan: Indonesia, Inggris dan lain-lain k. Nomor inventaris dan nomor pustaka 14

11 l. Keterangan mengenai keadaan buku Kegiatan inventarisasi yang dilakukan perpustakaan pada bahan pustaka atau koleksi bertujuan agar pepustakaan dapat mengontrol kepemilikannya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik, menerima khasanah bahan pustaka yang dimiliki atau mengetahui bahan pustaka yang belum atau sudah dimiliki. Selain itu dapat mengetahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan pada kurun waktu tertentu, mengetahui bahan pustaka yang hilang. Serta memudahkan pustakawan dalam merencanakan pengadaan koleksi pada tahun-tahun berikutnya dan memudahkan pustakawan melakukan pengawasan terhadap koleksi yang dimilikinya. Adapun langkah-langkah menginventarisasi bahan pustaka deposit adalah: Menurut Staff Pengajar SMP Stella Duce (1986: 78) proses kerja inventarisasi sebagai berikut : a. Mencatat bahn pustaka satu persatu, mulai dari penerimaan yang paling awal sampai dengan penerimaan yang paling akhir. b. Mencatat mulai dari kolom urut dengan aka terkecil sampai nomor urut bahan pustaka yang terbaru. c. Kolom tanggal diisi dengan tanggal saat pencatatan penerimaan bahan pustaka tersebut. d. Kolom asal buku diisi dengan keterangan: nama toko buku atau enerbit bila berasa dari pembelian, nama perseorangan, badan, instansi, maupun lembaga bila buku berasal dari hadiah, dan nama perpustakaan bila bahan pustaka berasal dari pertukaran koleksi bahan pustaka dengan perpustakaan lainnya. e. Kolom pengarang diisi dengan nama pengarang dari buku tersebut. f. Kolom judul diisi dengan judul bahan pustaka yang diinventaris tersebut. g. Kolom jumlah eksemplar diisi keterangan jumlah eksemplar bahan pustaka. h. Kolom harga diisi disetiap eksemplar bila berasal dari pembelian. i. Kolom jumlah harga diisi dengan jumlah harga dari keseluruhan jumlah eksemplar yang diinventarisasi. j. Kolom jenis bahan pustaka diisi dengan jumlah masing-masing jenis bahan pustaka yang sedang diinvetarisasi. k. Kolom bahasa diisi dengan jumlah eksemplar setiap bahasa dari bahan pustaka yang sedang diinvetarisasi. l. Kolom nomor inventaris diisi dengan nomor inventaris yang sudah ditentukan untuk setiap eksemplarnya. 15

12 m. Kolom nomor pustaka diisi dengan nomor pustaka sesuai isi buku menurut Dewey. n. Kolom keterangan diisi dengan keterangan-keterangan mengenai keadaan buku yang diinventarisasi: baru atau bekas dalam keaadaan bagus ataupun keadaan rusak. Keterangan lain tidak dapat di masukkan kedalam kolom tersebut. o. Setelah halaman inventaris hampir habis, sebelum gantu halaman harus ditutup dengan garis memanjang selebar halaman buku, lalu catat rekapitulasi bahan pustaka yang sudah dicatat denga erincian jumlah eksemplar, judul, harga seluruh buku yang dibeli seperti tercatat pada halaman, jenis buku, bahasanya, dan lain-lain. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut di pindahkan ke halaman berikutnya pada baris paling atas. Sedangkan menurut Eryono, Muh Kaliani (1994) proses inventarisasi sebagai berikut : 1. Pemberian stempel buku a. Stempel inventarisasi Semua buku yang masuk ke perpustakaan harus dibubuhi stempel inventarisasi. Stempel ini dibubuhkan pada halaman balik judul tanpa menggangu teks yang ada. Stempel inventarisasi berisi kolom nomor induk buku, nomor panggil, sumber dan tanggal pendaftaranya pada buku induk perpustakaan. Tabel-1. Stempel Inventarisasi Tanggal Terima :... Asal dari :... Harga :... Tanda Buku :... Nomor Induk :... Tgl Inventarisasi :... Sumber : Eryono, 1994 : 20. b. Stempel milik perpustakaan Selain stempel inventarisasi, setiap buku juga harus dibubuhi stempel kepemilikan. Tempat tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu ; di balik halaman judul, bagian yang tidak ada tulisan atau gambar, pada halaman akhir, dan halaman halaman tertentu yang telah disepakati. 16

13 Contoh stempel milik perpustakaan: Tabel-2. Stempel Kepemilikan MILIK PERPUSTAKAAN Sumber : Eryono, 1994 : Pemberian nomor buku Setiap buku yang tersusun di rak harus diberikan nomor tersendiri untuk membedakan antara buku yang satu dengan yang lainnya. Pemberian nomor ini tidak hanya nomor induk saja, tetapi juga pemberian nomor panggil (call number). Nomor induk adalah nomor urut buku yang sudah ada dari nomor satu sampai nomor terakhir menunjukkan buku. Adapun hal-hal yang dicatat dalam buku induk adalah : a. Kolom tanggal pendaftaran Kolom ini diisi ketika buku didaftar di perpustakaan. Setelah buku diterima kemudian secepatnya didaftarkan pada buku induk, dan dalam pencatatan tanggal harus lengkap dengan bulan dan tahunnya. b. Kolom nomor induk Setiap buku yang masuk akan memperoleh nomor induk setelah pada buku induk. Nomor induk pendaftaran dimulai dengan nomor satu dan seterusnya secara berurut tanpa memperbaharuinya setiap tahun, atau setiap awal tahun dimulai kembali dengan nomor baru. c. Kolom judul buku Judul buku yang ditulis dalam kolom ini adalah judul yang tercantum dalam halaman judul secara lengkap. Jika judul buku terlalu panjang dapat dipersingakat, dengan memotong bagian yang kurang penting. d. Kolom nama pengarang Kolom ini diisi dengan nama pengarang buku baik perorangan maupun badan. Cara menulis nama orang pada perinsipnya seperti menulis nama pada tajuk. e. Kolom penerbit Kolom ini diisi dengan nama bada yang menerbitkan buku, baik badan pemerintah maupun swasta. Dalam penulisan nama penerbit tidak perlu mencantumkan jenis badan seperti PT, Penerbit, Yayasan, Company, dan sebagainnya. f. Kolom tahun terbit Kolom ini diisi dengan tahun penerbitan buku. Buku dari cetakan ulang dicatat copy right dan tahun cetak ulang. g. Kolom asal atau sumber Kolom ini diisi sesuai dengan sumber buku diterima (berasal), misalnya pembelian, tukar menukar dengan siapa, hadiah dari siapa, titipan dari siapa dan seterusnya. h. Kolom harga buku 17

14 Kolom ini diisi dengan harga yang tercantum di buku jika buku tersebut berasal dari pembelian tetapi jika buku tersebut tidak berasal dari pembelian, maka kolom ini dikosongkan. i. Kolom jumlah halaman Kolom ini diisi dengan jumlah halaman yang terdapat dalam buku. j. Kolom keterangan Kolom ini diisi dengan hal-hal lain yang dianggap perlu. Misalnya jika diketahui buku dengan nomor induk tertentu hilang, maka perlu dicatat dalam kolom keterangan. Pada intinya, inventarisasi koleksi deposit adalah kegiatan menempel atau memberi cap stempel kepemilikkan perpustakaan, memberikan nomor induk atau inventaris setiap bahan pustaka, dan mencatat setiap eksemplar bahan pustaka dalam buku induk atau inventaris sesuai dengan urutan bahan pustaka yang dilakukan petugas perustakaan atau pustakawan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan pustaka yang terdata, mengetahui bahan pustaka yang hilang dan memudahkan pustakawan melakukan pengawasan bahan pustaka atau koleksi Katalogisasi Pengertian katalogisasi menurut Sutarno,(2006:182) Katalogisasi adalah kegiatan yang dilakukan perpustakaan dengan membuat deskripsi data bibiliografi suatu bahan pustaka atau koleksi sesuai dengan standar atau peraturan tertentu. Hasil dari mengakatalogisasi behan pustaka berupa deskripsi (entry) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog atau yang dimuat dalam pangkalan data komputer. Katalog merupakan wakil koleksi bahan pustaka Sedangkan menurut Siahaan, Hotlan (2014: 12) Katalogisasi merupakan proses pengolahan data-data bibilografi yang terdapat dalam suatu bahan pustaka menjadi katalog yang berisikan uraian ringkas data-data fisik sebuah bahan pustaka atau koleksi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk efisiensi efektivitas proses temu kembali, sebaliknya bentuk katalog pada perpustakaan umumnya menggunakan katalog elektronik (OPAC). Katalogisasi memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Katalogisasi a. Memungkinkan seseorang atau pengguna menemukan sebuah buku yang diketahui atau dibutuhkan berdasarkan pengarangnya, judulnya, atau subjeknya. 18

15 b. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu, atau dalam jenis literature tertentu. c. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisinya atau karakternya. 2. Fungsi Katalogisasi a. sebagai sarana atau alat bantu dalam temu kembali informasi disuatu perpustakaan. b. Dapat menunjukkan bahan pustaka atau koleksi apa saja yang dimiliki perpustakaan. c. Sebagai suatu sistem komunikasi yang dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan. d. Sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya. e. Dapat membantu pada pemilihan sebuah bahan pustaka berdasarkan edisinya, ataupun berdasarkan karakternya sastra atau topik. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan katalogisasi adalah pembuatan katalog untuk semua bahan pustaka atau koleksi yang dilakukan perpustakaan dimana prosesnya mengikuti peraturan yang ada kemudian disusun secara alfabetis dan sistematis, sehingga memungkinkan seseorang atau pengguna menemukan sebuah buku yang diketahui atau dibutuhkan berdasarkan pengarangnya, judulnya, atau subjeknya. Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 5) bentuk fisik katalog terdiri dari beberapa macam yaitu: 1. Katalog cetak atau katalog buku Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan pustaka yang ditulis atau dicetak pada lembaran lembaran yang berbentuk buku. Kelebihannya: a. Biaya pembuatannya lebih murah b. Mudah dicetak c. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain d. Mudah dibawa kemana-mana e. Dapat dibuat dalam jumlah eksemplar yang cukup banyak Kelemahannya: Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan. 19

16 2. Katalog kartu Bentuk katalognya menggunakan kartu berukuran 7,5 cm x 12,5 cm Kelebihannya: a. Awet dan tahan lama. b. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang tidak diperlukan mudah dilaksanakan. c. Ringkas, yaitu hemat dalam tempat. d. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai dan beberapa pengguna sekaligus. e. Tersedia lebih dari satu pendekatan. Kartu katalog pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog subjek. f. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat. g. Ekonomis, tidak memerlukan biaya tinggi pada pembuatannya. Kelemahannya: Satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna harus antri menggunakannya, terutama bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya. 3. Katalog COM (Computer Output Microform) Dalam COM rekaman bibliografisnya dibuat dengan microfilm atau mikrofis sehingga biayanya mahal. Dan untuk dapat menggunakan katalog ini, diperlukan alat khusus yaitu microreader. Kelebihannya : a. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah disbanding katalog buku. b. Biaya pemeliharaannya lebih murah dari katalog kartu. c. Bentuknya ringkas dan mudah penyimpanannya Kelemahannya: Menggunakan microreader, dan banyak para pelanggan menemukan versi microfiche tidak menyenangkan digunakan. 4. Katalog komputer terpasang (online computer catalog) Sering disebut dengan OPAC (Online Public Access Catalogue). Program aplikasi yang digunakan diperpustakaan seperti CDS/ISIS, Inmagic, VTLS, Tinlib, dan lain-lain. Kelebihannya : a. Penelusuran informasi dapaat dilakukan secara cepat dan tepat. b. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu. c. Jajaran tertentu tidak perlu di file. d. Penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan sekaligus, misalnya lewat judul, pengarang, subjek, tahun 20

17 terbit, penerbit dsb, yaitu dengan memanfaatkan penelusuran Bolean Logic. e. Rekaman bibliografis yang dimasukkan kedalam entri katalog tidak terbatas. f. Penelusuran dapat dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi perpustakaan, yaitu dengan menggunakan sistem jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Dapat disimpulkan bahwa setiap bentuk katalog perpustakaan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam melakukan sistem temu balik informasi. Pemakaian dari beberapa macam katalog diatas tergantung pada kemampuan perpustakaan, karena setiap perpustakaan menggunakan bentuk katalog yang berbeda-beda Deskripsi Biblografi Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 13) Deskripsi biblografi disebut juga dengan katalogisasi deskriftif adalah kegiatan mencatat identitas setiap bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat memberikan gambaran tentang bahan pustaka yang bersangkutan, yang bertujuan untuk mengemukakan atau mendeskripsikan bahan pustaka atau koleksi secara fisik seperti pengarang, judul, tempat terbit, nama penerbit, jumlah halaman, dan lain-lain. Hasil dari identifikasi bahan pustaka disebut dengan deskripsi bibliografi yang memberikan sajian ringkas untuk membedakan satu bahan pustaka satu dengan bahan pustaka lainnya. Deskripsi bibliografi bahan pustaka adalah sebagai berikut: 1. Sumber informasi utama deskripsi bahan pustaka Tabel-3. Informasi deskripsi bahan pustaka DAERAH SUMBER INFORMASI UTAMA Judul dan pernyataan tanggung Halaman judul jawab Edisi Halaman judul, Halaman lain, kolofon Publikasi Halaman judul, Halaman lain, kolofon Deskripsi fisik Terbitan yang bersangkutan Seri Halaman judul seri, Halaman judul, kulit buku, bagian lain dari publikasi Catatan Sumber apa saja Nomor standard dan harga Sumber apa saja 21

18 Dari tabel diatas disimpulkan bahwa, sumber informasi utama deskripsi bahan pustaka koleksi deposit meliputi daerah judul, penanggung jawab, edisi, publikasi, deskripsi fisik, seri, catatan, nomor standar dan harga. 2. Tanda Baca Penulisan setiap daerah deskripsi bibliografi atau katalogisasi deskriftif digunakan tanda baca yang sudah ditentukan. Berikut ini uraian penggunaan tanda baca dan susunan deskripsi seperti yang dituliskan (Siahaan, Hotlan 2014 : 17) yaitu: a. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi Judul utamaa = judul pararel : judul lain atau anak judul / pernyataan kepengarangan yang pertama,pernyataan kepengarangan yang kedua dan selanjutnya ; pernyataan kepengarangan berikutnya yang berbeda peran dan kontribusinya b. Daerah edisi Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi,-- Pernyataan edisi / pernyataan tanggung jawab ; pernyataan tanggung jawab kedua dan selanjutnya sesuai dengan edisi c. Daerah terbitan dan publikasi Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi.-- Tempat terbit : nama penerbit, tahun terbit d. Daerah deskripsi fisik Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi Jumlah halaman: pernyataan iliustrasi; ukuran+bahan yang disertakan e. Daerah seri Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi.--pernyataan seri : pernyataan anak seri ; nomor seri f. Daerah catatan Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru g. Daerah nomor standar dan harga Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru Penentuan Tajuk Entri Utama Penentuan tajuk entri utama termasuk kedalam proses katalogisasi pada bahan pustaka atau koleksi perpustakaan. Tajuk entri utama biasanya merupakan entri pengarang, yaitu uraian katalog dengan tajuk berupa nama pengarang yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahan pustaka berua buku atau karya diperpustakaan. 22

19 Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 39) Tajuk entri utama adalah kata pertama yang dicantumkan dalam katalog utama, disebut juga sebagai tajuk (heading) suatu karya (bahan pustaka) yang digunakan sebagai titik telusur (access point) utama untuk mencari bahan pustaka yang telah diolah. Tajuk entri utama bisa berupa : 1. Nama pengarang perorangan 2. Nama badan korporasi atau judul Tajuk entri utama memiliki tujuan, menurut Siregar, Beling (2013: 43) dari pada pendekataan pada pengarang adalah agar dapat mengetahui apakah bahan pustaka tertentu dapat diketahui pengarangnya ada dalam koleksi perpustakaan dan bahan pustaka apa saja dari pengarang tertentu ada dalam koleksi perpustakaan. Menurut Siahaan, Hotlan (2014:31) cara menentukan tajuk entri utama menurut jenis karyanya yaitu: a. Administrasi yang berhubungan dengan badan korporasi yang bersangkutan, misalnya: laporan tahunan, kebijaksanaan, kegiatan, keuangan, personalia, hak milik, dan lain sebagainya. b. Suatu hukum atau kumpulan, peraturan administrasi, perjanjian c. Suatu laporan panitia, komisi. d. Suatu teks liturgy gereja, sekte. e. Suatu koleksi makalah yang disajikan pada suatu konferensi seperti prosiding Mengindeks Atau Menentukan Tajuk Subjek Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 13) penentuan tajuk subjek adalah proses katalogisasi yang berhubungan dengan penentuan subjek bahan pustaka atau menentukan isi buku dalam bentuk kata yang meliputi analisis subjek dan penerjemahan unsur-unsur itu kedalam salah satu bahasa indeks. Tajuk subjek dapat ditentukan dari judul, daftar isi, pendahuluan atau timbangan buku. Penentuan tajuk subjek bertujuan untuk mengetahui masalah yang akan dibicarakan dalam suatu terbitan dan untuk memudahkan bahan pustaka yang membahas suatu pokok masalah tertentu yang sedang dicari oleh pengguna. Menurut Siregar, Beling (2015 : 21).Fungsi daftar tajuk subjek adalah: a. Mencatat istilah-istilah yang digunakan dalam katalog, indeks, atau pangkalan data.(daftar hendak untuk istilah indeks) kata-kata indeks dan bentuknya. 23

20 b. Memberikan rekomendasi menguasai pembuatan acuan, untuk memandu pemakai dalam hal istilah yang berkaitan (menunjukkan hubungan semantik khususnya). Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang dikutip oleh Saputra (2014: 13) penentuan tajuk subjek ada beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh perpustakaan untuk menjaga keseragaman dalam mengindeks, untuk menentukan tajuk subjek suatu bahan pustaka atau koleksi biasanya dipergunakan beberapa pedoman yaitu: 1. Library Of Congress Subject Heading (LCSH) Pedoman ini digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah besar, dipergunakan untuk menentukan subjek buku ini secara detail. 2. Sears Lists Subject Headings Pedoman penentuan subjek secara umum, biasanya digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah yang tidak terlalu besar. 3. Medical Subjek Headings (MeSH) Pedoman ini digunakan khusus untuk bidang kesehatan dan kedokteran. 4. Pedoman tajuk subjek untuk perpustakaan, yang diterbitkan oleh pusat pembinaan perpustakaan departemen pendidikan dan kebudayaan Klasifikasi Menurut Siregar, Beling (2013 : 27) Dalam temu kembali informasi yang didalam hal ini disebut kelas adalah kelompok dokumen yang paling sedikit mempunyai ciri yang sama. Kegiatan pengelompokan atau pembentukan kelas disebut klasifikasi, yang dalam kaitannya dengan temu kembali informasi sering disebut klasifikasi perpusataan atau klasifikasi bibliografi. Sedangkan Menurut Sutarno (2006: 181) klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan isi atau subjeknya sehingga semua bahan pustaka yang sama isinya atau bentuknya terkumpul menjadi satu. Dapat disimpulkan bahwa klasifikasi adalah kegiatan yang dilakukan perpustakaan dengan cara mengelompokkan semua bahan pustaka berdasarkan isi dan subjeknya. 24

21 Suwarno, Wiji (2010 : ) mengemukakan bahwa klasifikasi terbagi dalam dua jenis yaitu: 1. Klasifikasi artificial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya, bahan pustaka berdasarkan warna kulit buku: buku yang berwarna merah dikelompokkan dengan warna merah, warna kuning dengan warna kuning dan sebagainya. 2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau objek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah. Klasifikasi fundamental yang paling sesuai digunaka diera sekarang ini, karena memiliki keuntungan sebagai berikut: d. Buku-buku yang sama atau mirip isinya akan terletak berdekatan. e. Memudahkan dalam mengadakan perimbangan koleksi yang dimiliki. f. Memudahkan mengadakan penelusuran terhadap bahan pustaka menurut subjek. g. Memudahkan dalam pembuatan bibliografi menurut pokok masalah. Tujuan klasifikasi yang dilakukan perpustakaan pada semua bahan pustaka ialah untuk : a. Memudahkan petugas dalam menyusun bahan pustaka dalam penyimpanannya dirak. Untuk kepentingan ini, bahan pustaka yang diberi label untuk tanda buku yang salah satu unsurnya adalah notasi klasifikasi. b. Untuk menyusun katalog berdasarkan nomor klasifikasi (clsified catalog). c. Memudahkan mengatur, menempatkan, dan menggunakan ataupun menemukan kembali informasi (information retrieval) sewaktu waktu dipergunakan. Menurut Suwarno, Wiji (2010) ada beberapa jenis bagan klasifikasi yang digunakan oleh perpustakaan yang ada di dunia yaitu: 1. DDC (Dewey Decimal Classification) Sistem klasifikasi ini menggunakan desimal dalam mengembangkan notasinya dengan menggunakan angka Arab. Sistem klasifikasi ini telah dikembangkan sejak tahun 1873 oleh seorang pustakawan Amherst Collage yang bernama Melvil Dewey. Pada garis besarnya sistem klasifikasi ini menyediakan bagan yang meliputi seluruh bidang pengetahuan yang dibagi menjadi 10 bidang. 25

22 2. UDC ( Universal Decimal Classificaton) UDC seharusnya merupakan ekstensi dari DDC, deterbitkan pertama kali tahun 1905 dengan nama Classification Decimal 3. LC (Library of Congress Classification) LCC melai dikembangkan pada awal tahun 1899 dan terbit pertama kali pada Adanya sistem klasifikasi ini terutama karena kepentingan perpustakaan Congress Amerika yang begitu besar koleksinya dan dirasa kurang sesuai jika menggunakan sistem klasifikasi yang lain. Dari beberapa bagan klasifikasi diatas, DDC merupakan sistem klasifikasi yang paling popular dan paling banyak digunakan oleh berbagai perpustakaan khususnya di Indonesia. Hampir semua perpustakaan yang ada di Indonesia menggunakan DDC sebagai sistem klasifikasi pada bahan pustaka. Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey ( ), Dewey menciptakan sistem klasifikasi ini saat ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amhers College, Massachusset Amerika Serikat. Pada tahun 1876, Dewey menerbitkan edisi pertama dengan judul; A Classificatin and Subject Index For Catalouging, and Arranging, the Boos and Pamphlets of Library. Edisi pertama ini hanya berjumlah 42 halaman dan terdiri atas 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan, dan 18 halaman indeks. DDC terus mengalami penyempurnaan dengan memasukkan subjek-subjek yang belum tercakup dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini telah terbit edisi 22 pada tahun 2003 yang terdiri dari 4 jilid: Introduction, Schedule , Schedule , dan Index Relatif, dengan ketebalan lebih dari 3000 halaman. Disamping edisi lengakap, DDC juga menerbitkan edisi ringkas yang dapat digunakan oleh perpustakaanperpustakaan yang tidak begitu besar dan bersifat umum. DDC telah mampu bertahan kurang lebih satu abad sejak diterbitkannya edisi pertama hingga sekarang karena memiliki keunggulan, berikut adalah keunggulan dari DDC yaitu: a. Paling banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di dunia. b. Pembagian bagannya sistematis. c. Bersifat universal, mencakup semua bidang ilmu pengetahuan. d. Bersifat fleksibel, dapat menampung subyek-subyek baru. e. Pembagian kelas logis dan konsisten. f. Bagan merupakan notasi atau kode yang mudah diingat karena menggunakan angka murni. g. Notasi klas dapat digunakan secara sederhana/secara lengkap sesuai dengan kebutuhan perpustakaan h. Memiliki indeks agar memudahkan penggunanya. 26

23 i. Ada badan / lembaga khusus yang mengawasi perkembangan skema klasifikasi. j. Pembagian kelas berlaku dari subjek yang umum ke khusus secara hirarki Dewey Decimal Classification (DDC) terdiri dari tiga komponen yaitu: 1. Bagan (Schedule) Sistem klasifikasi dewey disebut persepuluhan karena Dewey membawa pengelompokan, baik untuk kelompok yang paling global maupun mengembangkan masing-masing kelompok selanjutnya. Di dalam bagan ini semua ilmu disusun sedemikin rupa dan diberi kode angka yang disebut dengan notasi. Notasi dalam bentuk angka yang terdiri dari tiga angka. Apabila terdapat lebih dari tiga angka, maka antara angka ketiga dan keempat diberi tanda titik (.). contoh : ( Disiplin Sekolah) Dengan perinsip decimal, DDC memberikan tiga ringkasan yang terdiri dari: a. 10 Kelas utama b. 100 Divisi c Subdivisi Pembagian tersebut adalah sebagai berikut: Karya Umum Filsafat Agama Ilmu Sosial Bahasa Ilmu Pengetahuan murni Ilmu Terapan (Teknologi) Kesenian Kesusasteraan Sejarah, Geografi dan Biografi Setiap divisi dibagi kedalam seksi-seksi secara desimal menjadi 10 seksi, misalnya: 300 Ilmu-Ilmu Sosial 310 Statistik 320 Ilmu Politik 321 Bentuk Negara 322 Hubungan negara dengan organisasi dan anggotanya 323 Hubungan negara dengan individu 324 Pemilihan Umum 325 Migrasi Internasional 326 Penbudakan dan Emansipasi 327 Hubungan Internasional 27

24 328 Lembaga Legislatif 329 Politik Praktis, partai politik Setiap seksi dapat dibagi lagi menjadi 10 subseksi yang melebihi tigaangka penulisan notasi angkanya menggunakan tanda titik, misalnya: 371 Faktor- faktor Pendidikan Mengajar dan Pengajar Adminitrasi pendidikan Metode Belajar dan Mengajar Bimbingan dan Penyuluhan Disiplin Sekolah Sarana Fisik Sekolah Kesehatan dan Keselamatan Sekolah Peserta Didik (Siswa) Pendidikan Khusus 2. Indeks Relative (Index Relatives) Pada indeks relative ini terdapat sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilah-istilah tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam ini didaftarkan juga sinonim untuk suatu istilah, hubunganhubungan dengan subjek lain. Namun demikian tidak boleh menentukan klasifikasi berdasarkan indeks saja. Setelah notasi ditemukan dalam indeks, seharusnya diperiksa dalam bagan atau tabel. Contoh indeks relative untuk subjek Psikologi terdapat sebagai berikut Psikologi 150 Abnormal 157 Anak Pendidikan Perbandingan 156 Populer 131 Remaja Seks Terapan Tabel (Tables) Dalam sistem klasifikasi DDC, pembentukkan notasi dapat dilakukan dengan notasi-notasi tambahan sebagaimana yang tercantum dalam tabel-tabel tambahan atau sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam notasi tabel yaitu : 1. Tabel : Notasi Subdivisi Standar (T1) 2. Tabel : Notasi Wilayah (T2) 3. Tabel : Notasi Bentuk Sastra (T3) 4. Tabel : Notasi Bentuk Bahasa (T4) 5. Tabel : Notasi Ras, Etnis, dan Kebangsaan (T5) 6. Tabel : Notasi Bahasa bahasa 28

25 7. Tabel : Notasi Orang-orang atau profesi (T7) Perlengkapan Fisik Bahan Pustaka Koleksi Deposit Perlengakapan bahan pustaka kegiatan menyiapkan dan membuat perlengkapan pustaka agar siap dipakai, mudah dipergunakan, dan untuk memelihara agar koleksi tetap dalam keadaan baik dan terawat Perlabelan Menurut Suwarno (2010 : 140) Pelabelan adalah pemasangan label pada punggung buku yang berisi call number sesuai dengan yang tertulis dalam Katalog. Pelabelan ini sebaiknya diketik pada kertas label putih, atau pada kertas HVS biasa yang digunting satu ukuran (seragam), sesuai dengan kebutuhan perpustakaan yang bertujuan agar pengguna dapat dengan mudah mengenali bahan pustaka. Perabelan bahan pustaka biasanya ditempelkan dipunggung buku disudut bawah buku. sebelum label ditempel pada punggung buku, terlebih dahulu dibuat nomor panggil yang memuat keterangan nomor kelas, tiga huruf kependekan nama pengarang, dan satu huruf pertama dari judul buku dengan huruf kecil. Kemudian label tersebut ditempatkan pada punggung buku kira-kira 3cm dari bawah dalam posisi buku berdiri, agar jika buku dijajarkan akan tampak rapi. Tabel-4. Nomor panggil buku 200 Har P 150 Bim I 375 Nas K Suwarno, Wiji (2010: 140) Barcode (Kode Baris) Barcode yaitu kode baris yang hanya bisa dibaca dengan barcode reader. Menurut pendapat (Lasa Hs, 1998 : 9) Barcode reader yaitu pembaca sandi palang. 29

26 Barcode biasanya digunakan oleh perpustakaan yang sudah terautomasi atau sudah menggunakan sistem komputerisasi. Barcode memiliki tujuan dapat memudahkan pegawai atau pustakawan dibagian sirkulasi mendata peminjaman dan pengembalian buku sehingga tidak terjadi kesalahan pendataan Blanko Kartu Bahan Pustaka Blanko kartu buku ini berukuran tertentu yang berisi isian ataupun kolom untuk diisi dengan keterangan-keterangan yang berfungsi sebagai kartu kendali atau arsip peminjaman. Blanko ini memuat keterangan-keterangan, seperti: Call number, nama pengarang, judul buku, nomor induk buku, nama peminjam, tanggal peminjaman, tanggal kembali, dan paraf. Tabel-5. Blanko kartu buku /1982 Nas Nasution, A A Asas Asas Kurikulum No Nama peminjam Tanggal peminjaman Tanggal kembali Paraf Suwarno, Wiji (2010: 141) Tidak semua perpustakaan menggunakan blanko kartu buku, bagi perpus takaan yang tidak menggunakan blanko bisa menggunakan slip peminjaman berupa kertas yang ditempelkan dihalaman depan buku, jika pengguna meminjam buku maka slip diberikan stempel tanggal pengembalian buku yang dilakukan petugas atau pustakawan yang ada di perpustakaan Pemasangan Kantong Kartu Buku Kantong kartu buku dibuat dari kertas yang agak lebih tebal dan dibuat dengan perkiraan bisa untuk tempat kartu buku. Kantong ini berfungsi sebagai 30

27 tempat kartu buku yang ditempel dibagian belakang (sampul) dalam buku. Kantong ini ada baiknya jika ditandai pula dengan keterangan, seperti call number, nama pengarang dan judul buku yang berfungsi sebagai kontrol untuk kartu buku yang tidak sesuai. Bagi perpustakaan yang telah menggunakan sistem komputerisasi atau automasi, sebaiknya tetap menggunakan kartu katalog sebagai alternatif jika terjadi pemadaman listrik atau terjadi gangguan pada program automasi Penyampulan Bahan Pustaka Penyampulan pada bahan pustaka biasanya dilakukan setelah semua bahan pustaka selesai dilabel, bahan pustaka disampul bertujuan untuk menjaga agar buku tetap bersih dan tidak mudah rusak. Bahan pustaka disampul menggunakan sampul plastik yang bening agar pengguna tetap mudah dalam mencari buku yang dibutuhkan. Selain itu penyampulan juga menggunakan gunting atau pisau untuk merapikan sampul agar sesuai dengan bentuk buku, serta menggunakan lakban bening untuk merekatkan sampul ke buku. 2.6 Penyusunan Bahan Pustaka Koleksi Deposit Penyusunan bahan pustaka buku dilakukan perpustakaan dengan cara menempatkan buku yang sudah selesai diolah dan sudah dilengkapi dengan label ke dalam rak buku untuk dilayankan kepada pengguna. Penempatan buku buku tersebut disusun berurutan sesuai dengan nomor kelas atau nomor panggil buku. Dengan kata lain penyusunan buku adalah kegiatan menempatkan buku-buku yang sudah selesai diolah dan telah dilengkapi dengan label di dalam rak atau lemari. Buku diatur sesuai dengan sandi buku yang merupakan kode kelompok subjek atau isi buku. Dengan demikian dalam penyusunan buku di rak selalu diperhatikan nomor panggil buku karena fungsinya sebagai petunjuk tempat dan nomor urut dimana nomor urut ditempatkan. 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dibawah pengawasan dan dikelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan pusat informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan juga mempunyai peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan pusat informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan juga mempunyai peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan ialah kumpulan buku-buku yang diorganisasi sedemikian rupa untuk dipergunakan bagi keperluan membaca, konsultasi, dan studi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi. digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perpustakaan Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Pengolahan bahan pustaka telah dilakukan orang sejak zaman dahulu kala, dalam upaya mempermudah para pemakai perpustakaan menggunakan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Mulyati

Disusun Oleh : Mulyati Disusun Oleh : Mulyati Kegiatan pengolahan bahan pustaka dapat dibagi menjadi tiga kelompok 1. Pra-Katalog Merupakan awal dari kegiatan pengolahan bahan pustaka. Pra-katalog ini meliputi pengadaaan bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA A. Pengertian Y PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA Juhaeri ang dimaksud dengan pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan yang berkenaan dengan bahan pustaka, sejak bahan pustaka tiba di perpustakaan, sampai tersusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut F.Rahayuningsih dalam bukunya pengelolaan perpustakaan (2007 : 12) menyatakan bahwa, kegiatan-kegiatan pokok perpustakaan sebagai berikut : 1. Pengembangan

Lebih terperinci

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani A. PENDAHULUAN Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG. A. Sejarah Perpustakaan IKIP PGRI Semarang

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG. A. Sejarah Perpustakaan IKIP PGRI Semarang BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG A. Sejarah Semarang Berdasarkan buku Pedoman Pendidikan Sejarah Perjuangan PGRI (1998), sejarah IKIP PGRI Semarang berdiri pada tahun 1981 yang pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source Digilib Versi Rumah Cerdas Intikom Perpustakaan POLTEKKES Surakarta lebih memilih menggunakan Aplikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Katalog Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan ketersediaan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 91, 1991 (KEHAKIMAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA-REKAM PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI Nanik Arkiyah A. PENGANTAR Sistem temu kembali informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting. Tanpa sistem temu kembali,

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PERPUSTAKAAN

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PERPUSTAKAAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PERPUSTAKAAN Pembuatan perencanaan pembinaan dan pengembangan perpustakaan setiap awal tahun akademik : 1 Menyusun rencana kebijakan Ketua/ Sekretaris Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tahapan Pengelolaan Bahan Pustaka di Badan Perpustakaan dan Arsip. Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tahapan Pengelolaan Bahan Pustaka di Badan Perpustakaan dan Arsip. Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN Pengelolaan bahan pustaka di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY melalui beberapa tahap, mulai dari pengembangan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

Lebih terperinci

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Katalog Pengatalogan ( cataloging ) berasal dari kata katalog yang berarti suatu daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan yang disusun secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PUSDOKINFO. di Perpustakaan Umum Kabupaten Wonogiri pada 1 Februari 2016 sampai 24

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PUSDOKINFO. di Perpustakaan Umum Kabupaten Wonogiri pada 1 Februari 2016 sampai 24 BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PUSDOKINFO 3.1 Kegiatan selama Kuliah Kerja Pusdokinfo Pelaksanaan KKP ( Kuliah Kerja Pusdokinfo) dilaksanakan penulis di Perpustakaan Umum Kabupaten Wonogiri pada 1 Februari

Lebih terperinci

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2010 Rochani Nani Rahayu 1 dan Tupan 2 1 Pustakawan Madya PDII-LIPI 2 Pustakawan Madya PDII-LIPI *Korespondensi: nanipdii@yahoo.com ABSTRACT This study

Lebih terperinci

Katalog dan Minat Baca

Katalog dan Minat Baca Katalog dan Minat Baca Oleh Ika Laksmiwati Sejarah peradaban manusia di mulai dengan kehidupan yang sangat sederhana. Pada awalnya manusia hanya membutuhkan makanan dan tempat untuk bertahan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN 880 Un-11.JSOPP-11-01.R0 SOP PENERBITAN KARTU ANGGOTA PERPUSTAKAAN 1 Tujuan SOP ini dibuat sebagai pedoman untuk membantu, mendorong, dan menunjang kelancaran proses belajar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. Bahwa karya cetak

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN DDC. Oleh: Fiqru Mafar

MENGGUNAKAN DDC. Oleh: Fiqru Mafar MENGGUNAKAN DDC Oleh: Fiqru Mafar Skema umum Klasifikasi Schedules Notasi Index Number building Schedules Skema pengelompokan berdasarkan nomor urut tertentu, mulai dari yang paling umum ke yang paling

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PERPUSTAKAAN DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. Bahwa karya cetak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN PEMBAHASAN. Hampir disetiap perpustakaan pasti melakukan pengolahan bahan pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN PEMBAHASAN. Hampir disetiap perpustakaan pasti melakukan pengolahan bahan pustaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka Hampir disetiap perpustakaan pasti melakukan pengolahan bahan pustaka. Banyak karya ilmiah yang membahas tentang pengolahan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di BAB IV PEMBAHASAN Layanan penelusuran informasi koleksi di Perpustakaan Nasional RI merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di perpustakaan. Karena layanan penelusuran merupakan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KUNINGAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KUNINGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIVERSITAS KUNINGAN SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS KUNINGAN 2016 Area : Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh Kode/No : SPM-UNIKU.SOP.44.01 SOP PENERBITAN Tanggal :

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD) 37 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD) Pada awalnya perpustakaan yang berlokasi di Jl. W. Monginsidi ini disebut Perpustakaan Wilayah

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Oleh: Ir. Abdul R. Saleh, M.Sc dan Drs. B. Mustafa, M.Lib. 2 PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem dari sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1 Sistem Informasi III.1.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005). Sistem dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TERBITAN RESMI PEMERINTAH DI PERPUSTAKAAN DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGOLAHAN TERBITAN RESMI PEMERINTAH DI PERPUSTAKAAN DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT PENGOLAHAN TERBITAN RESMI PEMERINTAH DI PERPUSTAKAAN DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT Karina Fatmala Sari 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan

Lebih terperinci

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos.

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos. INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI Oleh : Damayanty, S.Sos. I. Pendahuluan Keberadaan perpustakaan dalam suatu lembaga akan sangat berarti bila perpustakaan itu dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Definisi Perpustakaan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Definisi Perpustakaan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perpustakaan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 KEMEN KP. Perpustakaan Khusus. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Lebih terperinci

MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN

MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 6 MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan merupakan tempat untuk untuk menyimpan dan memberikan sebuah informasi kepada pemustaka. Selanjutnya informasi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

Lebih terperinci

Morality Intellectuality Entrepreneurship

Morality Intellectuality Entrepreneurship STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN Morality Intellectuality Entrepreneurship UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Jl. Sutorejo 59 Surabaya Telp. 031-3811966 Fax. 0313813096 http://www.library.um-surabaya.ac.id,

Lebih terperinci

SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT

SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT Jumaidi Akhri 1, Elva Rahmah 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Oleh : Ardiansyah Eka Helena Gullo Rahma Dintia kartika Dewi Rizca Fitriawati Hidayat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS INPUT DATA TERBITAN BERKALA MAJALAH/ JURNAL/ BULETIN/ TERBITAN BERKALA LAINNYA Untuk Tingkat Deskriptor Pustaka

PETUNJUK TEKNIS INPUT DATA TERBITAN BERKALA MAJALAH/ JURNAL/ BULETIN/ TERBITAN BERKALA LAINNYA Untuk Tingkat Deskriptor Pustaka PETUNJUK TEKNIS INPUT DATA TERBITAN BERKALA MAJALAH/ JURNAL/ BULETIN/ TERBITAN BERKALA LAINNYA Untuk Tingkat Deskriptor Pustaka Oleh : Agustiawan Perpustakaan ISI Yogyakarta sebagai unit penunjang Tri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum Perpustakaan Umum adalah Perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum (Syarial-Pamuntjak 2000,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG DI UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA

BAB III PELAKSANAAN MAGANG DI UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA BAB III PELAKSANAAN MAGANG DI UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA Pelaksanaan Magang di UPT Perpustakaan Universitas Islam Batik Surakarta di Jl. H. Agus Salim No.10 Surakarta dimulai dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DI WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan Perpustakaan Pengelolaan Perpustakaan Pengelolaan Perpustakan A. Pengolahan Buku. Pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan yang meliputi: 1. inventaris 2. katalogisasi 3. klasifikasi 4. penyelesaian 5. penyusunan di

Lebih terperinci

BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Gambaran Umum Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 3.1.1 Sejarah Perpustakaan

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no.1 MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR 2000

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN

KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN PUST2290 1.1 P KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN erpustakaan merupakan tempat yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang membutuhkannya. Informasi dapat diperoleh dari berbagai jenis bacaan yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menulis dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya peradaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perpustakaan sebagai pusat informasi. Perpustakaan merupakan salah satu. sarana untuk temu kembali dalam penelusuran informasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perpustakaan sebagai pusat informasi. Perpustakaan merupakan salah satu. sarana untuk temu kembali dalam penelusuran informasi. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Pada umumnya perpustakaan berperan sebagai pusat informasi, maka perpustakaan harus mampu menyediakan segala kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH SRAGEN

BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH SRAGEN BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH SRAGEN A. Sejarah Singkat Perpustakaan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen berdiri pada tahun 1980. Pada waktu itu, pengelolaan perpustakaan masih

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa.perpustakaan mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT

PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT KEBIJAKAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN KOLEKSI Oktober 2009 ELSAM Jl. Siaga II No. 31, Pejaten Barat Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO : PER- 038/A/JA/09/2011

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO : PER- 038/A/JA/09/2011 JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO : PER- 038/A/JA/09/2011 TENTANG PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN HUKUM DAN DOKUMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan Oleh : LELY EMILIYANA, S.Sos. NIP : 19750101 200112 2 002 POLITEKNIK NEGERI MEDAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

FORM ISIAN DATA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PEMBUATAN NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN (NPP)

FORM ISIAN DATA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PEMBUATAN NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN (NPP) FORM ISIAN DATA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PEMBUATAN NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN (NPP) Petunjuk Pengisian : 1. Isilah kuesioner ini dengan huruf kapital secara lengkap dan jelas 2. Beri tanda

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS MURIA KUDUS Halaman 1 dari 13 UNIVERSITAS MURIA KUDUS IK. PBP UMK PERPUS- TEK 2 2 Revisi : 1 Tanggal : Dikaji ulang oleh : Ka. UPT Perpustakaan Dikendalikan oleh : Badan Penjaminan Mutu Disetujui oleh : Universitas

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 34 PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2005 Seri Pengembangan

Lebih terperinci

Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan Perpustakaan JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FIP UPI Pengelolaan Perpustakaan Dra. Permasih, M.Pd Laksmi Dewi, M.Pd Dian Andayani, M.Pd Pengelolaan Perpustakan A. PENGOLAHAN BUKU. Pengolahan bahan pustaka

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1141, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Karya Cetak. Karya Rekam. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.49/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 32 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Oleh Surya Mansjur Sulastuti Sophia Akhmad Syaikhu Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO A. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan Perpustakaan Fakultas Sastra berdiri seiring dengan berdirinya Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015 SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA PASCAGEMPA DI UPT PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA PASCAGEMPA DI UPT PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA PASCAGEMPA DI UPT PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X Tika Iman Sari 1, Desriyeni 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email: tikaimansary@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang mengumpulkan, merawat, menyimpan, mengatur dan melestarikan bahan-bahan perpustakaan yang selanjutnya digunakan masyarakat

Lebih terperinci

: Melakukan proses pengkatalogan buku. : Buku baru untuk diproses

: Melakukan proses pengkatalogan buku. : Buku baru untuk diproses PERPUSTAKAAN PTA MAKASSAR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Hal : 2 Revisi ke : Tgl. Efektif : Modul : Pengolahan Bahan Pustaka Tujuan : Melakukan proses pengkatalogan buku Ruang lingkup : Buku baru untuk diproses

Lebih terperinci

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh:

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh: Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh: Disusun Oleh: Nama : Heri Purnomo NIM : 015856697 Pokjar : Wonogiri

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699, 2017 PERPUSNAS. Perpustakaan Kabupaten/Kota. Standar Nasional. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. Bab ini membahas tentang penggunaan sistem shelving di Perpustakaan

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. Bab ini membahas tentang penggunaan sistem shelving di Perpustakaan BAB IV PEMBAHASAN MASALAH A. Analisis Masalah Bab ini membahas tentang penggunaan sistem shelving di Perpustakaan Umum Kabupaten Boyolali, serta hubungan antara sistem shelving dengan temu kembali informasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti: kitab,bukubuku,

BAB III LANDASAN TEORI. Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti: kitab,bukubuku, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Perpustakaan Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti: kitab,bukubuku, kitab primbon. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 Pengertian KATALOG??? Pengertian KATALOGISASI??? Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018 Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap atau komprehensif dari suatu bahan pustaka

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 9 PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan tinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang ada di perguruan tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 22 SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2001 1 Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian

Lebih terperinci

PELAYANAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

PELAYANAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN PELAYANAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan MEDAN Perpustakaan Politeknik Negeri Medan didirikan pada tahun 1983 dengan nama Perpustakaan Politeknik. Pada tahun

Lebih terperinci

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN 2014 Oleh : Sri Mulyani Butir kegiatan pustakawan Adalah kegiatan kepustakawanan yang dilakukan pustakawan dan dihargai

Lebih terperinci