HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 113 JAKARTA TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 113 JAKARTA TAHUN 2012"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 113 JAKARTA TAHUN 2012 Nurul Izati dan Adi Sasongko Pendidikan Kesehatan Dan llmu Perilaku FKM Universitas Indonesia ABSTRAK Pacaran tidak selamanya selalu indah bahkan ada beberapa yang mengaku pernah mengalami kekerasan dalam pacaran. Kasus kekerasan dalam pacaran seperti fenomena gunung es, di mana kasus yang lebih besar tidak muncul ke permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kekerasan dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data primer menggunakan instrumen berupa kuesioner, yang diisi oleh 138 siswa. Hasil penelitian ditemukan 91,3% responden pernah mengalami kekerasan dalam pacaran. Dari beberapa variabel yang diteliti, tidak ada yang mempunyai hubungan bermakna dengan kekerasan dalam pacaran. Kata Kunci: pengetahuan; sikap; kekerasan dalam pacaran ABSTRACT Dating is not always beautiful, as even claimed have ever dating violence. Cases of dating violence like a ice mountain phenomena, where the bigger cases are never known. The aim of this research is to get to know about the relation of knowledge and attitude towards dating violence on XI th grade students at SMA Negeri 113 Jakarta. The type of research is quantitative with the research design cross sectional. The primiere data was collected use instrument which is questionnaires. The result of the research shows 91,3% of respondents have ever dating violence. From some of the variables of the research, there is no have a significant relation to dating violence. Key Words: knowledge; attitude; dating violence PENDAHULUAN Pacaran tidak selamanya selalu indah dan romantis, bahkan ada beberapa yang telah mengalami kekerasan dalam pacaran. Kasus kekerasan dalam pacaran yang terjadi hanya kasus-kasus yang dilaporkan atau tanpa sengaja terbukti. Kasus ini merupakan fenomena gunung es, di mana kasus yang lebih besar lagi tidak muncul, salah satunya karena tidak dilaporkan. Dari beberapa kasus kekerasan dalam pacaran biasanya yang menjadi korban adalah perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan dalam pacaran.

2 Menurut Yuniyati Chuzalifah (Ketua Komnas Perempuan), yang sering menjadi korban kekerasan dalam pacaran adalah berusia tahun (Komnas Perlindungan Anak, 2011). Sepanjang tahun 2011 Komnas Perempuan mencatat ada kasus kekerasan terhadap perempuan. Ranah personal mencatat kasus terbanyak, yaitu kasus, dan sebanyak kasus adalah kekerasan dalam pacaran. Ranah personal adalah pelaku merupakan orang yang memiliki hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, perkawinan (suami) maupun relasi intim (pacaran) dengan korban (Komnas Perempuan, 2012). Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Dian Ariestina di salah satu SMAN di Jakarta, sebesar 72,1% siswi pernah mengalami kekerasan dalam pacaran dan 27,9% menjawab tidak pernah mengalami kekerasan dalam pacaran (Ariestina, 2008). Salah satu alasan penelitian yang membahas mengenai kekerasan dalam pacaran remaja di tingkat Sekolah Menengah Atas masih terbatas, karena masih sedikit orang yang peduli pada kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada remaja. Di SMA Negeri 113 Jakarta belum pernah ada penelitian yang membahas mengenai kekerasan dalam pacaran. Berdasarkan hasil survei awal yang peneliti lakukan di sekolah tersebut, bahwa sebagian besar siswa-siswa kelas XI berstatus pernah atau sedang berpacaran. Bahkan ada yang pernah dipanggil ke ruang BK karena tertangkap kamera CCTV sedang duduk bermesraan di lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kekerasan dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta tahun TINJAUAN TEORITIS Menurut Wolf dan Feiring (2000) Kekerasan Dalam Pacaran didefinisikan sebagai segala usaha untuk mengontrol atau mendominasi pasangan secara fisik, seksual, atau psikologi yang mengakibatkan luka atau kerugian (Trifiani & Margaretha, 2012). Definisi lain menurut Pusat Pencegahan dan Kesadaran Serangan Seksual pada Universitas Michigan di Ann Arbor, kekerasan dalam pacaran sebagai penggunaan dengan sengaja taktik kekerasan dan tekanan fisik untuk mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan dan kontrol terhadap pacarnya (Murray, 2000). Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran (Komnas Perempuan, 2002) 1) Kekerasan Ekonomi adalah kekerasan yang tampil dalam manifest atau terkait dengan berbagai dimensi ekonomi. Contohnya seperti meminta uang kepada pacar, meminta

3 dibelikan barang-barang yang mahal, menguasai uang pacar, selalu minta ditraktir, meminjam barang tanpa pernah mengembalikannya, dan lain sebagainya. 2) Kekerasan Psikologi biasa disebut kekerasan non fisik/ kekerasan emosional/ kekerasan mental. Contohnya adalah cemburu berlebihan, ucapan-ucapan menyakitkan, penghinaan, bentakan, mengontrol kehidupan, ancaman, dan lain sebagainya. 3) Kekerasan Fisik, yaitu kekerasan yang meninggalkan bekas nyata di tubuh korban. Contoh kekerasan fisik antara lain adalah mentoyor kepala, mencubit, menampar, memukul, menjambak, mendorong, menginjak, melempari dengan barang, sampai menusuk dengan pisau. 4) Kekerasan Seksual merupakan bentuk kekerasan yang sering berdampak sangat traumatik, dan mengubah keseluruhan hidup individu. Contoh kekerasan seksual antara lain adalah memaksa menonton film porno, meraba-raba tubuh di bagian yang tidak sepantasnya disentuh, mencium dengan paksa, memaksa petting, dan yang lebih parah memaksa melakukan hubungan seksual. Penyebab Kekerasan Dalam Pacaran Menurut Domestic and Dating Violence: An Information and Resource Handbook, yang disusun Metropolitan King City Council tahun 1996, ada beberapa faktor yang meningkatkan kekerasan dalam pacaran (Murray, 2000): 1) Teman sebaya memilki pengaruh besar dalam memberikan kontribusi kekerasan dalam pacaran karena remaja sangat bergantung pada pendapat teman sebaya. 2) Ekspektasi gender. 3) Remaja memiliki sedikit pengalaman dibandingkan orang dewasa dalam menjalin hubungan berpacaran, karena remaja belum mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berpacaran. 4) Menurut Nanci Worcester dalam A More Hidden Crime: Adolescent Battered Woman (The New York News, Juli/ Agustus 1993), yang menjadi salah satu penyebab remaja menutupi kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada diri mereka adalah karena remaja sering merasa bahwa orang dewasa tidak menanggapi mereka secara serius. 5) Anak di bawah usia 18 tahun kurang memiliki akses ke pengobatan medis dan meminta perlindungan ke tempat penampungan korban yang mengalami kekerasan. 6) Remaja umumnya memilki akses yang sedikit ke pengadilan dan bantuan polisi. 7) Penggunaan obat-obatan dapat meningkatkan peluang dan parahnya kekerasan dalam pacaran.

4 Dampak Kekerasan Dalam Pacaran Remaja yang menjadi korban kekerasan secara ekonomi mendapatkan dampak kerugian secara materil. Dampak psikis yaitu merasa cemas, murung, merasa tertekan, traumatik, depresi bahkan bunuh diri. Dampak fisik kekerasan dalam pacaran bisa meliputi luka ringan hingga berat dan yang lebih parah lagi dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus kekerasan seksual (pemaksaan hubungan seksual) implikasi bisa menyebabkan IMS bahkan HIV/AIDS dan KTD yang berujung pada tindakan aborsi yang tidak aman (Annisa 2012). Tindakan Penanganan Kekerasan Dalam Pacaran Di Indonesia, hukum yang melindungi korban kekerasan (termasuk KDP) yaitu pasal KUHP untuk penganiayaan fisik, pasal tentang pencabulan, jika mengalami pelecehan seksual pasal , pasal untuk kejahatan terhadap kesopanan, dan pasal untuk persetubuhan dengan perempuan dibawah umur. Jika dalam kasus KDP ini menimpa anak yang masih dibawah umur (dibawah 18 tahun) maka perlindungan lebih lanjut akan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak ( Kekerasan dalam pacaran merupakan kekerasan yang dilakukan di luar pernikahan yang sah maka kasus ini juga diatur dalam UU perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 2 mencakup kekerasan yang dilakukan oleh mantan suami, mantan pacar, dan pacar (Annisa, 2012). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain cross sectional yang dilaksanakan pada tanggal 8 November 2012 (Survei awal mencari populasi sampel) dan 20 November 2012 (Sampel mengisi Kuesioner) di SMA Negeri 113 Jakarta. Teknik pengambilan sampel dipilih melalui teknik simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut atau dengan penarikan nomor. Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu pertama dengan melakukan survei awal untuk mengetahui populasi siswa yang berstatus pernah atau sedang berpacaran dengan meminta para responden untuk mengisi angket. Pengumpulan data kedua, yaitu para responden yang menjadi sampel diminta mengisi kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan pengalaman kekerasan dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta yang berstatus pernah atau sedang berpacaran. Data

5 sekunder diperoleh dari dari hasil wawancara dengan pihak sekolah terutama guru BK di SMA Negeri 113 Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis Univariat yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi variabel dependent dan independent dengan menggunakan distribusi frekuensi. Untuk menguji normalitas distribusi frekuensi, peneliti mengunakan Uji Kolmogrov Smirnov, yaitu teknik dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Penelitian ini juga menggunakan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan dependent. HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Responden Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta Tahun 2012 Jenis Kelamin n % Laki-laki 51 37,0 Perempuan 87 63,0 Jumlah ,0 Jumlah siswa laki-laki kelas XI adalah 151 orang (43%), sedangkan siswi perempuannya adalah 197 orang (57%). Dan total keseluruhan siswa kelas XI adalah 348 orang. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan status siswa yang pernah atau sedang berpacaran dan dilanjutkan dengan pengambilan responden secara acak dengan cara penarikan nomor, maka dapat terlihat pada Tabel 1 bahwa jumlah responden sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 63%, sedangkan siswa yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 37%. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Menurut Pentingnya Pacaran Bagi Responden Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta Tahun 2012 Pentingnya Pacaran n % Tidak Penting 39 28,3 Penting 93 67,4 Sangat Penting 6 4,3 Jumlah Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat bahwa arti penting pacaran menurut pendapat para siswa adalah sebesar 28,3% siswa mengatakan Pacaran itu Tidak Penting, 67,4% siswa mengatakan Pacaran itu Penting, dan 4,3% siswa mengatakan Pacaran itu Sangat Penting.

6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kekerasan Dalam Pacaran Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengelompokkan Pengetahuan Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Tinggi Rendah Kelompok Pengetahuan n % n % Definisi KDP 62 44, ,1 Penyebab KDP 52 37, ,3 Bentuk-Bentuk KDP , ,0 Dampak KDP 5 3, ,4 Tindakan Penanganan Terhadap KDP 25 18, ,9 Hasil penelitian dari pengetahuan definisi kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 66,7. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa nilai pengetahuan responden mengenai definisi kekerasan dalam pacaran dengan nilai pengetahuan Tinggi (nilai 66,7) sebesar 44,9% dan nilai pengetahuan Rendah (nilai < 66,7) sebesar 55,1%. Hasil penelitian dari pengetahuan penyebab kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 66,7. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa nilai pengetahuan responden mengenai penyebab kekerasan dalam pacaran dengan nilai pengetahuan Tinggi (nilai 66,7) sebesar 37,7% dan nilai pengetahuan Rendah (nilai < 66,7) sebesar 62,3%. Hasil penelitian dari pertanyaan mengenai pengetahuan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 33,3. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa nilai pengetahuan responden mengenai pertanyaan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran mempunyai nilai pengetahuan Tinggi (nilai 33,3) sebesar 87% dan nilai pengetahuan Rendah (nilai < 33,3) sebesar 13%. Hasil penelitian dari pertanyaan mengenai pengetahuan dampak kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 66,7. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa nilai pengetahuan responden mengenai dampak kekerasan dalam pacaran mempunyai nilai pengetahuan Tinggi (nilai 66,7) sebesar 3,6% dan nilai pengetahuan Rendah (nilai < 66,7) sebesar 96,4%.

7 Hasil penelitian dari pertanyaan mengenai pengetahuan tindakan penanganan kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 66,7. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa nilai pengetahuan responden mengenai tindakan penanganan kekerasan dalam pacaran mempunyai nilai pengetahuan Tinggi (nilai 66,7) sebesar 18,1% dan nilai pengetahuan Rendah (nilai < 66,7) sebesar 81,9%. Jadi, berdasarkan penelitian secara keseluruhan dengan lima belas pernyataan di dalam kuesioner mengenai Pengetahuan Kekerasan Dalam Pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 60,0. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa responden berpengetahuan Tinggi (nilai 60,0) sebesar 63,8% dan reponden berpengetahuan Rendah (nilai < 60,0) sebesar 36,2%. Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan kekerasan dalam pacaran responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Tingkat Pengetahuan n % Tinggi 88 63,8 Rendah 50 36,2 Jumlah Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengelompokkan Sikap Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Kelompok Sikap Setuju Tidak Setuju n % n % Keyakinan atau Kepercayaan Terhadap 59 42, ,2 KDP Kecenderungan Untuk Bertindak Terhadap KDP 57 41, ,7 Hasil penelitian dari sikap mengenai keyakinan atau kepercayaan yang ditunjukkan responden terhadap kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 80,0. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa sikap mengenai keyakinan atau kepercayaan terhadap kekerasan dalam

8 pacaran yang ditunjukkan responden sebesar 42,8% bersikap Setuju (nilai < 80,0) dan sebesar 57,2% bersikap Tidak Setuju (nilai 80,0). Hasil penelitian dari sikap mengenai kecenderungan untuk bertindak yang ditunjukkan responden terhadap kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi tidak normal dan diketahui nilai median sebesar 76,0. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai median didapatkan bahwa sikap mengenai kecenderungan untuk bertindak terhadap kekerasan dalam pacaran yang ditunjukkan responden sebesar 41,3% bersikap Setuju (nilai < 76,0) dan sebesar 58,7% bersikap Tidak Setuju (nilai 76,0). Jadi, berdasarkan penelitian secara keseluruhan dengan lima belas pernyataan mengenai sikap yang ditunjukkan para responden terhadap kekerasan dalam pacaran, uji normalitasnya berdistribusi normal dan diketahui nilai mean sebesar 77,8. Dari pengkategorian baru menggunakan nilai mean didapatkan bahwa sikap yang ditunjukkan responden sebesar 49,3% bersikap Setuju (nilai < 77,8) dan sebesar 50,7% bersikap Tidak Setuju (nilai 77,8). Gambaran distribusi frekuensi sikap responden terhadap kekerasan dalam pacaran dapat dilihat pada tabel 6: Tabel 6 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Sikap Responden n % Setuju 68 49,3 Tidak Setuju 70 50,7 Jumlah Distribusi Frekuensi Kekerasan Dalam Pacaran Kekerasan Dalam Pacaran dibagi menjadi empat bentuk kekerasan yaitu berdasarkan Kekerasan ekonomi, Kekerasan Psikologi, Kekerasan Fisik, dan Kekerasan seksual. Responden dibedakan berdasarkan pengalaman mengalami kekerasan. Responden yang hanya mengalami satu tindakan kekerasan termasuk ke dalam responden yang mengalami kekerasan dalam pacaran.

9 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kekerasan Ekonomi Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Pernah Mengalami (N= 138) % Bentuk Kekerasan Ekonomi Total L P Pacar meminta uang ,7 Pacar meminta dibelikan ,3 pulsa Pacar meminta dibelikan ,3 barang mahal Pacar minta ditraktir ,0 Pacar meminjam barang ,2 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kekerasan Psikologi Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Pernah Mengalami (N= 138) % Bentuk Kekerasan Psikologi Total L P Pacar cemburu berlebihan ,9 Dihina atau dipanggil ,3 dengan kata buruk Diteriaki oleh pacar ,8 Kehidupan dikontrol oleh ,1 pacar Diancam ,1 Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kekerasan Fisik Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Pernah Mengalami (N= 138) % Bentuk Kekerasan Fisik Total L P Kepala ditoyor ,1 Dicubit ,8 Dipukul atau ditampar ,2 Tubuh didorong ,2 Dilempar barang ,6

10 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kekerasan Seksual Responden Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Pernah Mengalami (N= 138) % Bentuk Kekerasan Seksual Total L P Dipaksa nonton film porno ,9 Tubuh diraba-raba oleh ,8 pacar Dicium dengan paksa ,4 Dipaksa Petting ,3 Dipaksa berhubungan seksual ,4 Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dari 138 responden yang pernah atau sedang berpacaran, sebesar 91,3% (126 responden) pernah mengalami kekerasan dalam pacaran dan hanya 8,7% (12 responden) yang tidak pernah mengalami kekerasan dalam pacaran. Gambaran distribusi frekuensi Kekerasan Dalam Pacaran responden dapat dilihat pada tabel 11: Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kekerasan Dalam Pacaran Responden Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta Tahun 2012 Analisis Bivariat Pengalaman Mengalami Kekerasan n % Dalam Pacaran Pernah ,3 Tidak Pernah 12 8,7 Jumlah Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Tabel 12 Distribusi Frekuensi Hubungan Jenis Kelamin Dengan KDP Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Jenis Kelamin Kekerasan Dalam Pacaran Tidak Pernah Pernah Total N % N % N % P - Value OR (95% CI) Laki-laki Perempuan ,0 87, ,0 12, ,056 7,237 Total ,3 12 8,

11 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa dari 51 responden laki-laki, terdapat 98% (50 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Dari 87 responden perempuan terdapat 87,4% (76 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square terlihat bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan jenis kelamin karena nilai p- value (0,056) > α (0,05). Tabel 13 Distribusi Frekuensi Hubungan Pentingnya Pacaran Dengan KDP Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta Tahun 2012 Pentingnya Pacaran Kekerasan Dalam Pacaran Tidak Pernah Pernah Total N % N % N % P - Value OR (95%CI) Tidak Penting Penting ,9 90, ,1 9, ,587 0,27 Sangat Peting Total ,3 91, ,7 8, Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa dari 39 responden yang mengatakan Pacaran Tidak Penting, hanya terdapat 94,9% (37 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Dari 93 responden yang mengatakan Pacaran Penting terdapat 90,3% (84 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Sedangkan dari 6 responden yang mengatakan Pacaran Sangat Penting terdapat 83,3% (5 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square terlihat bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan arti penting pacaran karena nilai p-value (0,587) > α (0,05).

12 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Tabel 14 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Dengan KDP Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Pengetahuan Kekerasan Dalam Pacaran Tidak Pernah Pernah Total N % N % N % P - Value OR (95% CI) Tinggi Rendah ,8 94, ,2 6, ,536 0,560 Total ,3 12 8, Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 88 responden yang berpengetahuan tinggi, hanya terdapat 89,8% (79 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Dari 50 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 94% (47 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square terlihat bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan pengetahuan karena nilai p-value (0,536) > α (0,05). Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Tabel 15 Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Dengan KDP Pada Siswa Kelas XI SMA N 113 Jakarta Tahun 2012 Kekerasan Dalam Pacaran Total Sikap Pernah Tidak Pernah P - Value OR (95% CI) N % N % N % Setuju Tidak Setuju ,6 90, ,4 10, ,764 0,714 Total ,3 12 8,

13 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa dari 68 responden yang memberikan sikap Setuju terdapat 92,6% (63 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Dari 70 responden yang memberikan sikap Tidak setuju, hanya terdapat 90% (63 responden) yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square terlihat bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan sikap karena nilai p-value (0,764) > α (0,05). PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jenis Kelamin Peneliti mengambil sampel responden laki-laki dan perempuan, karena keduanya bisa menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Berdasarkan hasil analisis frekuensi didapatkan bahwa jumlah responden dari 138 orang sebagian besar adalah perempuan sebanyak 87 orang (63%) sedangkan responden laki-laki hanya 51 orang (37%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden perempuan banyak yang sudah berpacaran dan ini sesuai dengan penjelasan yang diungkapkan oleh Jill Murray dalam bukunya, bahwa anak perempuan di SMA diharapkan punya pacar untuk mendapatkan status diantara teman-teman sebayanya (Murray, 2000). Pentingnya Pacaran Bagi Responden Peneliti ingin mengetahui seberapa pentingkah pacaran bagi para responden. Berdasarkan hasil analisis frekuensi pentingnya pacaran bagi responden didapatkan bahwa dari 138 responden mengatakan pentingnya pacaran bagi mereka adalah Penting sebanyak 93 responden (67,4%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan pacaran itu penting bagi mereka saat ini. Pacaran terjadi karena pada usia remaja mulai butuh sesuatu untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Memiliki pacar juga menjadi salah satu cara remaja untuk menunjukkan eksistensinya karena dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Itulah sebabnya kadang remaja begitu cemas bila tidak memilki pacar (Adisti, 2010). Pengetahuan Kekerasan Dalam Pacaran Pengetahuan adalah hasil penginderaaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan hasil analisis frekuensi didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai definisi kekerasan dalam pacaran adalah Rendah (55,1%), tingkat pengetahuan responden mengenai penyebab

14 kekerasan dalam pacaran adalah Rendah dengan persentase sebesar 62,3%, tingkat pengetahuan responden mengenai dampak dari kekerasan dalam pacaran adalah sangat Rendah dengan persentase sebesar 96,4%, dan tingkat pengetahuan responden mengenai tindakan penanganan kekerasan dalam pacaran cukup Rendah dengan persentase sebesar 81,9%. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden belum banyak mengetahui mengenai definisi, penyebab, dampak serta tindakan penanganan kekerasan dalam pacaran dan hal ini bisa berbahaya karena apabila mereka dihadapkan dengan kekerasan dalam pacaran, mereka akan bingung untuk mengambil tindakan seperti apa karena mereka belum memahami betul mengenai kekerasan dalam pacaran itu sendiri apa. Berdasarkan hasil analisis frekuensi didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran cukup Tinggi dengan persentase 87%. Hal ini menunjukkan bahwa responden memilki pengetahuan tinggi mengenai bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran dan mereka mengetahui bentuk-bentuk dari kekerasan dalam pacaran. Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis frekuensi secara keseluruhan Pengetahuan didapatkan bahwa responden berpengetahuan Tinggi sebanyak 88 responden (63,8%) dan Rendah sebanyak 50 responden (36,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki pengetahuan tinggi mengenai kekerasan dalam pacaran. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ariestina (2008), bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kekerasan dalam pacaran sebagian besar adalah Baik atau Tinggi dengan persentase sebesar 50,5%. Sedangkan besar persentase tingkat pengetahuan kurang atau rendahnya adalah sebesar 49,5%. Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005). Dari hasil analisis frekuensi didapatkan bahwa sikap yang ditunjukkan responden mengenai keyakinan atau kepercayaan terhadap kekerasan dalam pacaran menunjukkan sikap Tidak Setuju dengan persentase sebesar 57,2% (79 responden) dan sikap yang ditunjukkan responden mengenai kecenderungan untuk bertindak terhadap kekerasan dalam pacaran menunjukkan sikap Tidak Setuju dengan persentase sebesar 58,7% (81 responden). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mengetahui bagaimana sikap yang harus diambil apabila dihadapkan dengan kekerasan dalam.

15 Jadi, dapat disimpulkan dari hasil keseluruhan analisis frekuensi sikap yang ditunjukkan oleh responden terhadap kekerasan dalam pacaran adalah sikap Setuju sebesar 49,3% (68 responden) dan sikap Tidak Setuju sebesar 50,7% (70 responden). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian responden memilki sikap tidak setuju terhadap kekerasan dalam pacaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ariestina (2008), bahwa sikap yang diberikan para responden terhadap kekerasan dalam pacaran sebagian besar adalah tidak setuju terhadap kekerasan dalam pacaran dengan persentase sebesar 54,8% dan sikap setuju terhadap kekerasan dalam pacaran 45,2%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astrid Farmawati Sianipar (2010) bahwa sebagian besar responden memberikan sikap tidak setuju terhadap kekerasan dalam pacaran 53,1% dan sikap setujunya hanya 46,9%. Kekerasan Dalam Pacaran Menurut Wolf dan Feiring (2000) Kekerasan Dalam Pacaran didefinisikan sebagai segala usaha untuk mengontrol atau mendominasi pasangan secara fisik, seksual, atau psikologi yang mengakibatkan luka atau kerugian (Trifiani & Margaretha, 2012). Dari hasil analisis frekuensi kekerasan ekonomi, yang paling banyak dialami responden adalah Pacar minta ditraktir sebesar 21% dan ini sejalan dengan penelitian Dian Ariestina (2008) dengan persentase sebesar 4,5%. Kekerasan ekonomi yang paling sedikit dialami oleh responden adalah Pacar meminta dibelikan barang mahal sebesar 4,3%., dan yang mendominasi menjadi korban kekerasan ekonomi adalah perempuan. Dari hasil analisis frekuensi kekerasan psikologi, yang paling banyak dialami responden adalah Pacar cemburu berlebihan sebesar 65,9% dan ini sejalan dengan penelitian Dian Ariestina (2008) dengan persentase sebesar 69,1%. Kekerasan psikologi yang paling sedikit dialami oleh responden adalah Diancam sebesar 10,1%, dan yang paling mendominasi menjadi korban kekerasan psikologi adalah perempuan. Dari hasil analisis frekuensi kekerasan fisik, yang paling banyak dialami oleh responden adalah Dicubit sebesar 47,8% dan ini sejalan dengan penelitian Dian Ariestina (2008) dengan persentase sebesar 53,4%. Kekerasan fisik yang paling sedikit dialami oleh responden adalah Dilempar barang sebesar 3,6%, dan yang paling mendominasi menjadi korban kekerasan fisik adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan Jill Murray (2000), bahwa anak laki-laki biasanya tidak melapor bila pacarnya melakukan kekerasan fisik kepada mereka, karena mereka merasa orang akan memperolok bahwa mereka kurang jantan.

16 Dari hasil analisis frekuensi kekerasan seksual, yang paling banyak dialami oleh responden adalah Tubuh diraba-raba oleh pacar sebesar 5,8%. Kekerasa seksual yang paling sedikit dialami oleh responden adalah Dicium dengan paksa dan Dipaksa berhubungan seksual sebesar 1,4%, dan yang mendominasi menjadi korban kekerasan seksual adalah lakilaki. Hal ini tidak sesuai dengan teori Heidensohn (2005), pada kekerasan domestik, yang korban utamanya adalah perempuan, dan pelaku utamanya adalah laki-laki (Shinta, 2009). Menurut Kate Millett dikutip dalam Tong (1998:73), Ideologi patriarkhal membandingbandingkan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, serta memastikan bahwa lakilaki selalu mempunyai peran yang maskulin dan dominan, sedangkan perempuan selalu mempunyai peran yang subordinat, atau feminin (Guamarawati, 2009). Jadi dapat disimpulkan dari hasil analisis frekuensi keseluruhan bentuk kekerasan dalam pacaran didapatkan bahwa pengalaman Kekerasan Dalam Pacaran yang pernah dialami responden adalah sebesar 91,3% (126 responden), sedangkan yang tidak pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran sebesar 8,7% (12 responden). Persentase pengalaman Kekerasan Dalam Pacaran yang dialami responden sangat besar, untuk itu perlu diberikan perhatian khusus terhadap remaja untuk mengurangi terjadinya tindakan kekerasan dalam pacaran karena bisa saja para responden sebenarnya mengalami Kekerasan Dalam Pacaran tetapi mereka tidak menyadarinya atau bahkan takut untuk mengungkapkannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Dian Ariestina (2008), bahwa pengalaman kekerasan dalam pacaran yang dialami siswa dan siswi SMA yang pernah mengalami persentasenya sebesar 72,1% dan yang tidak pernah mengalami sebesar 27,9%. Kekerasan yang dialami oleh korban seringkali dianggap sebagai hal yang biasa dan bahkan ada yang mengangapnya sebagai suatu hal yang romantis dan wajar dalam berpacaran. Hal tersebutlah yang melatar belakangi para korban dan pelaku tidak menyadari tindak kekerasan dalam pacaran. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Berdasarkan hasil analisis frekuensi bahwa dari 51 responden laki-laki, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 98% (50 responden). Dari 87 responden perempuan, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 87,4% (51 responden). Dari hasil uji statistik Tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan jenis kelamin p-value (p = 0,056).

17 Hal tersebut sejalan dengan sebuah diskusi KDP yang diungkapkan oleh Fitriya Agustin N. S.Pd. I, para remaja perempuan mengakui bahwa mereka menjadi korban pelecehan oleh pasangan mereka dalam 70% waktu pacaran dan para remaja laki-laki mengakui bahwa mereka menjadi korban pelecehan oleh pasangannya sebanyak 27% dari waktu pacaran (Panji, 2012). Oleh karena itu tidak hanya perempuan, laki-laki pun bisa menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Sehingga tidak ada hubungan antara kejadian kekerasan dalam pacaran dengan jenis kelamin. Hubungan Pentingnya Pacaran Bagi Responden Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Berdasarkan hasil analisis frekuensi bahwa dari 39 responden yang mengatakan Pacaran Tidak Penting, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 94,9% (37 responden). Dari 93 responden yang mengatakan Pacaran Penting, yang mengalami Kekerasan Dalam Pacaran Tinggi adalah sebesar 90,3% (84 responden). Sedangkan dari 6 responden yang mengatakan Pacaran Sangat Penting, yang mengalami Kekerasan Dalam Pacaran Tinggi adalah sebesar 83,3% (5 responden). Berdasarkan hasil uji statistik Tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan arti penting pacaran p-value (p = 0,587). Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Jill Murray (2000), umumnya remaja mempunyai pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa dalam berpacaran, sehingga belum mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sifat hubungan pacaran remaja adalah sementara dan intens, jadi mereka terhalang untuk melihat hal tersebut secara objektif karena pengalamannya sedikit (Murray, 2000). Oleh sebab itu karena hubungan remaja yang sifatnya sementara, mengakibatkan mereka kurang mengerti apa pentingnya pacaran yang sebenarnya dan bukan tidak mungkin pendapat mereka tentang pentingnya pacaran akan berubah-ubah nantinya. Sehingga tidak ada hubungan antara kejadian kekerasan dalam pacaran dengan pentingnya pacaran bagi responden. Hubungan Pengetahuan Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Dari hasil analisis frekuensi bahwa dari 88 responden yang berpengetahuan tinggi, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 89,8% (79 responden). Dari 50 responden yang berpengetahuan rendah, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 94% (47 responden). Dan berdasarkan hasil uji statistik bahwa Tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan pengetahuan p- value (p = 0,536).

18 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ariestina (2008) dengan nilai p = 0,111, hal ini karena remaja terkadang mengetahui tindakan yang mereka terima adalah bentuk kekerasan tetapi tidak mampu menolak atau menghindarinya dengan alasan takut kehilangan pasangannya tersebut. Hubungan Sikap Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Dari hasil analisis frekuensi bahwa dari 68 responden yang memberikan sikap setuju terhadap kekerasan dalam pacaran, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 92,6% (63 responden). Dari 70 responden yang memberikan sikap tidak setuju terhadap kekerasan dalam pacaran, yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Pacaran adalah sebesar 90% (63 responden). Berdasarkan hasil uji statistik bahwa Tidak ada hubungan bermakna antara kejadian Kekerasan Dalam Pacaran dengan sikap p-value (p = 0,764). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutardi (2010) dengan p =0,138 sehingga tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian kekerasan dalam pacaran. Hal tersebut sesuai dengan teori Newcomb, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksaan motif tertentu. Sehingga sikap belum tentu terwujud dalam tindakan (Notoatmodjo, 2005). KESIMPULAN 1. Siswa-siswa yang menjadi responden sebagian adalah perempuan sebesar 63% (87 orang) sedangkan laki-laki hanya sebesar 37% (51 orang). 2. Sebesar 64,7% (93 orang) responden mengatakan pentingnya pacaran bagi mereka saat ini adalah penting. 3. Tingkat pengetahuan responden terhadap kekerasan dalam pacaran adalah tinggi dengan persentase sebesar 63,8% (88 orang). 4. Sikap yang ditunjukkan oleh responden terhadap kekerasan dalam pacaran adalah tidak setuju dengan persentase sebesar 50,7% (70 orang). 5. Pengalaman kekerasan dalam pacaran yang pernah dialami responden siswa kelas XI SMA Negeri 113 Jakarta adalah sebesar 91,3% (126 orang). 6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kekerasan dalam pacaran (p-value= 0,056). 7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pentingnya pacaran bagi responden dengan kekerasan dalam pacaran (p-value= 0,587).

19 8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kekerasan dalam pacaran (p-value= 0,536). 9. Tidak ada hubungan yang bermakna anata sikap dengan kekerasan dalam pacaran (pvalue= 0,764). SARAN 1. Bagi SMA Negeri 113 jakarta Sebaiknya pihak sekolah menyisipkan materi diskusi dan bimbingan konseling tentang pacaran sehat di dalam pelajaran BK serta bekerjasama dengan para orang tua dalam melakukan pemantauan di rumah. 2. Bagi Orang Tua Sebaiknya para orang tua membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka dan tetap memantau perkembangan pacarannya. 3. Bagi Remaja Sebaiknya para remaja, hendaknya lebih waspada dengan perlakuan yang diberikan oleh pasangannya. 4. Bagi Puskesmas Bagi Puskesmas setempat sebaiknya melakukan program rutin memberikan penyuluhan atau konseling ke sekolah-sekolah dengan materi remaja khususnya pacaran sehat. 5. Bagi Peneliti Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya perlu adanya modifikasi dengan dengan penelitian yang bersifat kualitatif agar informasi yang didapatkan pada para korban atau bahkan para pelaku Kekerasan Dalam Pacaran lebih mendalam lagi. DAFTAR PUSTAKA 1. Adisti, Prisna Pesonality Plus for teens - Mencapai Kesuksesan selagi remaja. Yogyakarta: Pustaka Grhatama. +pacaran&hl=en&redir_esc=y (Diakses tanggal 24 Desember 2012 pukul WIB). 2. Annisa, Rifka Kekerasan Dalam Pacaran (Dating Violence). (Diakses tanggal 24 Desember 2012 pukul WIB).

20 3. Ariestina, Dian Studi Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) Pada Siswi SMAN Di Jakarta Tahun 2008-Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 4. Guamarawati, Nandika Ajeng Suatu Kajian Kriminologis Mengenai Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Relasi Pacaran Heteroseksual Jurnal Kriminologi Indonesia Vol.5 No.1 Februari 2009: (Diakses tanggal 24 Desember 2012 pukul WIB). 5. Komnas Perempuan Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia. Jakarta: Publikasi Komnas Perempuan. 6. Komnas Perempuan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Lembar Fakta Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan Tahun Tahunan-Catahu-Komnas-Perempuan pdf (Diakses tanggal 22/09/2012 pukul WIB). 7. Komnas Perlindungan Anak ABG Perempuan Rentan Terkena Kekerasan Dalam Pacaran. (Diakses tanggal 22/09/2012 pukul WIB). 8. Murray, Jill But I Love Him : mencegah Kekerasan dan Dominasi Pasangan Dalam Berpacaran. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 9. Panji Maraknya Kekerasan Masa Pacaran di Kalangan Remaja. (Diakses tanggal 18 September 2012 pukul WIB). 10. Sutardi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Pada Remaja Awal Di SMP Setia Negara Depok Tahun 2010-Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 11. Trifiani, Nessia Ragil & Margaretha Pengaruh Gaya Kelekatan Romantis Dewasa (Adult Romantic Attachment Style) terhadap Kecenderungan untuk Melakukan Kekerasan Dalam Pacaran Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 1, No. 02, Juni (Diakses tanggal 24 Desember 2012 pukul WIB).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat (Sriwahyuni,2007, di dalam buku Indriyani, Diyan 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Reproduksi adalah termasuk salah satu dari sekian banyak problem remaja yang perlu mendapat perhatian bagi semua kalangan, baik orang tua, guru, dan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya 2.1 Kekerasan dalam pacaran 2.1.1 Konsep Pacaran BAB II KAJIAN TEORI Menurut KBBI (1986) pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kekerasan 2.1.1. Pengertian Kekerasan Krug, Dahlberg, Mercy, Zwi, dan Lozano (2002) kesengajaan menggunakan kekuatan fisik atau kekuasaan, mengancam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada masa dewasa awal merupakan masa puncak dalam bersosialisasi. Individu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut masa persiapan untuk menempuh masa dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) remaja adalah suatu fase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi masyarakatindonesia. Pola perilaku generasi penerus akan terbentuk melalui dunia pendidikan, selain pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kota urban di Indonesia yang semakin berkembang adalah Bandung. Berdasarkan hasil riset Badan Pusat Statistik Jawa Barat, pertumbuhan penduduk semakin pesat

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

Kekerasan dalam Pacaran pada Siswi SMA di Jakarta

Kekerasan dalam Pacaran pada Siswi SMA di Jakarta KESEHATAN REPRODUKSI Kekerasan dalam Pacaran pada Siswi SMA di Jakarta Dian Ariestina* Abstrak Kekerasan terhadap perempuan berhubungan dengan ketimpangan gender dan berdampak pada kesehatan dan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rangsangan dari lingkungan seperti film, TV, VCD tentang perilaku seksual serta faktor gizi menyebabkan remaja sekarang lebih cepat perkembangan seksualnya karena hormon

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL Deby Priscika Putri 1, Sigid Kirana Lintang Bhima 2, Saebani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini, antara lain : 1. Penyebab kekerasan yang dialami pada masa

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Dalam penelitian mengenai perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali terjadi ketidakharmonisan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang sering berujung pada kekerasan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 SITI WAHYUNI 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

KEJADIAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015

KEJADIAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 Volume 2, Nomor 2, September 2015 ISSN 2442-7039 KEJADIAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 Irwanti Gustina* *Akademi Kebidanan Keris Husada Email korespodensi: md_iragustina80@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL Dewi Nurul Sari Akbid La Tansa Mashiro Jl.Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung dewiluvmama12@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cinta antara laki-laki dengan perempuan yang diikat dengan suatu komitmen atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cinta antara laki-laki dengan perempuan yang diikat dengan suatu komitmen atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekerasan Pada Masa Pacaran 2.1.1 Konsep Pacaran Menurut Rifka Anissa WCC Yogyakarta (2000: 1), masalah cinta dalam usia remaja sering dihubungkan dengan pacar atau pacaran.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH Ns. Pawestri, S.Kep, M.Kes2, Ratih Sari Wardani, S.Si M.Kes, Sonna M, SKep Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Masalah seksualitas

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7 ABSTRAK Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH SISWA SMA NEGERI 7 MANADO Triany Mamangkey*, Grace.D. Kandou*, Budi Ratag* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa atau adult adalah istilah dari bahasa latin merupakan bentuk kata lampau dari partisipel yang mempunyai kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak yang meliputi perubahan biologik,

Lebih terperinci

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri terhadap Perilaku Kekerasan dalam Pacaran di SMA X Kota Semarang. Khansa Maulidta Anantri *)

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri terhadap Perilaku Kekerasan dalam Pacaran di SMA X Kota Semarang. Khansa Maulidta Anantri *) Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri terhadap Perilaku Kekerasan dalam Pacaran di SMA X Kota Semarang Khansa Maulidta Anantri *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Risa Devita* 1, Desi Ulandari 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang berisfat deskriptif yaitu mendeskripsikan atau memaparkan peristiwaperistiwa penting

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI DWIMORA EFRINI I34052103 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk dibahas. Hal ini karena seksualitas adalah suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 Suherni 1, Anita Rahmawati 1 1 Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Gorontalo adalah sekolah menengah atas yang pertama berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen semu (Pre Experiment Design) yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya

Lebih terperinci

ABSTRACT. :Perception, PKPR, Adolescents Participation.

ABSTRACT. :Perception, PKPR, Adolescents Participation. HUBUNGAN PARTISIPASI REMAJA DALAM KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DENGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEBDOSARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012 1 PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh DWI PUTRI RUPITA SARI 201110104247 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Disusun Oleh : Robi i Pahlawan H.R J410130110 PROGRAM STUDI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG DATING VIOLENCE DI SMA NEGERI 2 UNGARAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG DATING VIOLENCE DI SMA NEGERI 2 UNGARAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG DATING VIOLENCE DI SMA NEGERI 2 UNGARAN Lia Khikmatul Maula 00112b07 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran

Lebih terperinci