E. Tujuan 1. Terlindunginya Harta Rumah Sakit dari kecurangan dan ketidak-efisiensienan.
|
|
- Ida Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto Nomor : Tanggal : Tentang : Kebijakan Keuangan Di RS Mutiara Hati Mojokerto KEBIJAKAN K E U A N G A N A. Pendahuluan Bagian keuangan merupakan ujung tombak pencatatan seluruh harta/aktiva, baik yang bersifat lancar maupun tidak lancar, serta pengakuan atas hutang maupun modal (equitas) milik rumah sakit. Mengingat pentingnya kedudukan bagian keuangan dalam sebuah rumah sakit, maka perlu ditetapkan suatu kebijakan yang ditetapkan direktur, dimana kebijakan ini sejalan dengan prinsip-prinsp akuntansi. B. Pengertian Kebijakan keuangan memberikan pedoman untuk pengelolaan keuangan dan pelaporan dalam penatalaksanaan keuangan sehari-hari, serta menjamin kebenaran dan keakuratan data yang sesuai dengan prinsip akuntansi. C. Ruang Lingkup Merupakan kebijakan yang meliputi seluruh kegiatan keuangan, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan operasional, pelaporan keuangan maupun pasien. D. Sasaran Kebijakan ini berlaku bagi : 1. Staf Keuangan di Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto; 2. Pasien/ keluarga 3. Pihak-pihak yang terkait. E. Tujuan 1. Terlindunginya Harta Rumah Sakit dari kecurangan dan ketidak-efisiensienan. Hal 1/11
2 2. Menjamin terlaksananya pelayanan secara prima, baik pada pasien maupun pihak ketiga. 3. Memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan keuangan telah melakukan tugas secara benar. 4. Memastikan bahwa pengendalian intern telah dilakukan. F. Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan 1. Semua dana yang diterima dan dikeluarkan, dibawah tanggung jawab direktur, oleh karena itu direktur berkewajiban mengarahkan penyediaan dan penggunaan dana secara efektif dan effisien. 2. Setiap pengeluaran dilakukan dengan otorisasi pejabat yang berwenang. 3. Fungsi otorisasi, fungsi pengeluaran, dan fungsi penyimpanan dilakukan oleh karyawan yang berbeda. G. Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa 1. Pengadaan barang dan jasa didapat melalui pembelian, hasil kerjasama dengan pihak ketiga, hibah dan lain-lain. 2. Pengadaan barang yang bersifat rutin atau yang dananya berasal dari anggaran belanja operasional, apabila berbentuk logistik umum dapat dilaksanakan langsung oleh Kepala Sub Bagian Logistik, sedangkan apabila berbentuk obat & alat kesehatan harus dilaksanakan oleh Tim Pengadaan Obat & Alkes yang ditunjuk oleh Direktur. 3. Pengadaan barang yang dananya berasal dari anggaran belanja, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila harga sampai dengan Rp ,- (Dua juta rupiah) dapat dilakukan langsung oleh Kepala Sub Bagian Logistik. b. Apabila harga antara Rp ,- (Dua juta rupiah) sampai dengan Rp ,- ( Dua Puluh Lima Juta rupiah) harus dilakukan oleh Tim Pengadaan Barang melalui proses penunjukan langsung dengan penawaran minimal 2 (dua ) pembanding atau apabila dipandang perlu akan dibentuk Tim Pengadaan Barang dan Jasa Insidentil. c. Apabila harganya lebih dari Rp ,- ( Dua puluh Lima juta rupiah ) harus dilakukan oleh Tim Pengadaan Barang melalui proses penunjukan langsung dengan penawaran minimal 3 (tiga) pembanding. Hal 2/11
3 4. Tim pengadaan Barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3.b) ditetapkan oleh Direktur yang terdiri dari unsur internal Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto, yaitu Bagian Rumah Tangga, Bagian Keuangan dan Pengguna Barang. 5. Tim Pengadaan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3.c) ditetapkan oleh Direktur, yang terdiri dari 2 unsur, yaitu Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto dan PT. Mutiara Hati Hazira Medika. 6. Tiap-tiap penerimaan atau penyerahan barang dan jasa wajib dilakukan pemeriksaan / penelitian, apabila jumlah dan kualifikasinya telah sesuai maka wajib dibuatkan berita acara penerimaan barang dan jasa oleh tim yang ditunjuk untuk itu oleh Pimpinan Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. 7. Pengadaan yang bersifat segera (Cito) dan mempunyai resiko yang lebih besar jika ditunda, maka pemberitahuan lisan pada pejabat yang berwenang tetap harus dilakukan, pada hari berikutnya akan diikuti dengan permintaan secara tertulis sesuai dengan tingkatan otoritasnya. (Direktur, Kepala Bagian Terkait dan Kepala Bagian Keuangan). H. Kebijakan Pengeluaran Tidak Rutin. 1. Pengeluaran keuangan yang bukan bersifat Rutin dengan nilai Rp (Lima juta rupiah) keatas, harus dengan persetujuan (disposisi) Direktur. 2. Pengeluaran keuangan kurang dari Rp (tiga juta rupiah), cukup disetujui oleh Kepala Bagian Keuangan, yang diketahui lebih dulu oleh Kepala Bagian terkait. 3. Bon Sementara (BS) digunakan untuk kepentingan operasional rumah sakit, bukan untuk kepentingan pribadi. Permintaan BS dengan persetujuan Kepala Unit Kerja terkait dan Kepala Bagian Keuangan, dengan nilai BS diatas Rp (Lima ratus ribu rupiah). 4. Penyelesaian Bon Sementara (BS) paling lama 1(satu) Minggu. I. Kebijakan Pengeluaran Rutin 1. Pengadaan BHP/ ATK, dilakukan oleh Kepala Sub-Bagian Logistik setelah mendapat persetujuan Kepala Bagian Keuangan. 2. Pemeliharan sarana/prasarana dilakukan dengan otorisasi Sub bagian RT diketahui oleh Kepala bagian Umum dan di setujui oleh Kepala Bagian Keuangan. Hal 3/11
4 3. Pembayaran hutang dagang obat/non obat akan langsung dibayarkan oleh kasir, setelah dibuatkan daftar usulan oleh Bag akuntansi, yang terlebih dahulu dilakukan verifikasi atas kepastian pengakuan hutang terlebih dahulu. J. Kebijakan Pembentukan dan Pencairan Cek/Giro Bilyet/Tabungan 1. Direktur dapat membuka satu atau lebih rekening bank atas nama Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto pada satu bank atau lebih. 2. Seluruh penerimaan uang dari instalasi-instalasi pelayanan kesehatan akan di simpan dalam rekening bank atas nama Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. 3. Direktur dapat menunjuk minimal dua orang yang menjadi penanda tanganan rekening atas nama Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto dan pencairannya harus ditanda tangani oleh keduanya. 4. Pencairan Cek/ Giro Bilyet / Tabungan yang bersifat Rutin akan langsung ditangani oleh sub bagian perbendaharaan dengan diketahui oleh Kepala Bagian Keuangan dan direksi.. K. Kebijakan Penyimpanan Dana Kas Kecil. 1. Penyimpanan Dana Kas Kecil dengan sistem Imprest (jumlah dana tetap) 2. Besaran dana kas kecil sesuai dengan surat keputusan direksi 3. System Imprest Fund ini akan berkembang sesuai dengan besaran rata-rata pengeluaran harian. L. Kebijakan Umum Akutansi dan Pelaporan Keuangan 1. Mengidentifikasi, mengelompokkan dan mencatat semua transaksi, sesuai dengan periodisasinya. 2. Menyajikan transaksi dalam pelaporan Keuangan, sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan. M. Kebijakan Piutang Piutang dicatat nilai Brutonya, penghapusan piutang tak tertagih dari penderita perorangan dihapuskan dengan kriteria : Hal 4/11
5 1. Piutang sudah berumur > 3 tahun. 2. Kaum Dhuafa disertai dengan bukti tertulis. 3. Jika Angsuran Piutang masih dilaksanakan meskipun lebih dari 3 tahun maka, diakui sebagai pendapatan lain-lain. N. Kebijakan Aktiva Tetap 1. Pencatatan a. Aktiva Tetap dicatat berdasarkan harga perolehannya. b. Penyusutan Aktiva dengan metode garis lurus c. Besarnya prosentase penyusutan ada dalam pedoman akuntansi. 2. Persediaan : Persediaan dicatat berdasarkan metode phisik, penilaian atas persediaan didasarkan harga perolehannya dengan METODE RATA-RATA BERGERAK. 3. Penghapusan Aktiva Tetap, akibat dari : Pelepasan, Penjualan, Pencurian atau Force Majeur: (a) Aktiva tetap yang dihapus karena dijual, maka nilai pembukuannya dicatat sebesar harga jual saat terjadi penjualan. (b) Aktiva tetap yang dihapus karena pencurian atau force majour, maka nilai penghapusannya dicatat berdasarkan sisa harga perolehan aktiva tetap setelah disusutkan. 4. Pendapatan dan Beban (a) Pendapatan diakui saat dilakukan pelayanan (Accrual Basis) (b) Pengakuan Beban pada umumnya Accrual Basis, kecuali Pos Beban Rutin dicatat dengan Cash Basis. O. Kebijakan Laporan Keuangan 1. Periode tahun buku adalah 01 Januari sampai dengan 31 Desember. 2. Jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan catatannya dibulatkan menjadi rupiah penuh. Hal 5/11
6 3. Setiap transaksi keuangan wajib didukung dengan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. 4. Laporan Keuangn kegiatan Operasional wajib dibuat maksimal setiap 3 ( tiga) bulan ( Tribulanan ) dan dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. 5. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), terdiri dari. (a) Neraca ( Balance Sheet ) (b) Laporan Hasil Usaha / Laporan Rugi Laba ( Incme Statement ) (c) Laporan Perubahan Modal (d) Laporan Arus Kas ( Cash Flow ) (e) Catatan atas laporan Keuangan. 6. Laporan Keuangan kegiatan pembangunan wajib dibuat setiap 1 ( satu) bulan ( bulanan ) dan dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dan feed back dari Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup disampaikan selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya. 7. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) terdiri dari : (a) Laporan realisasi anggaran per bulan. (b) Laporan perkembangan pelaksanaan proyek / pembangunan. (c) Catatan atas laporan keuangan. P. Kebijakan Penyusunan RAPB dan Program Kerja 1. Prinsip Penyusunan RAPB dan Program Kerja (a) Jumlah yang termuat dalam Anggaran Pendapatan merupakan batas terendah untuk masing-masing pendapatan. (b) Jumlah yang termuat dalam anggaran belanja merupakan batas tertinggi yang wajar untuk masing-masing pengeluaran. (c) Penyusunan program kerja berdasarkan prioritas dan mempunyai nilai tambah. (d) Efektif dan Efisien. (e) Surplus Anggaran. 2. RAPB dan Program Kerja disusun selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tutup tahun anggaran, kemudian diajukan dan dibahas pada rapat bersama PT. Mutiara Hati Hal 6/11
7 Hazira Medika dan Direktur Rumah sakit selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah usulan diterima. 3. Apabila karena satu hal RAPB tahun berjalan belum selesai, maka kegiatan akan berpedoman pada RAPB tahun lalu. 4. Apabila dipandang perlu, karena satu hal atau keadaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran, sehingga RAPB dan Program Kerja tidak dapat dipertahankan lagi, maka Direktur dapat mengajukan usulan perubahan (revisi) kepada PT Mutiara Hati Hazira Medika. 5. Format RAPB seperti pada Rugi Laba, yang terdiri dari : (a) Pendapatan (b) Pengeluaran (c) SHU (d) Investasi 6. Draf RAPB dan Program Kerja Rumah Sakit dibuat dan disusun oleh Bagian Keuangan dengan melibatkan unit-unit yang terkait dalam wadah Tim Anggaran yang dibentuk melalui SK Direktur untuk waktu tertentu. 7. RAPB dan Program Kerja disusun oleh Direktur akan dimintakan persetujuan kepada PT Mutiara Hati Hazira Medika dan disyahkan oleh Direktur PT Mtiara Hati Hazira Medika. Q. Kebijakan Biaya Perawatan Pasien 1. Memberikan pelayanan kepada pasien sesuai prosedur, namun tetap melihat kondisi riil pasien, baik ekonomi, ataupun tingkat kegawatan. 2. Penghitungan perkiraan Biaya Perawatan Pasien (Billing), dilakukan perhari oleh bagian perbendaharaan,. 3. Pembelian Obat pada dasarnya adalah tunai, mengingat kondisi pasien, maka dapat dimungkinkan terdapat over limit atas pembelian obat dengan uang muka, Nilai Batas atas obat, sebesar Rp (Lima Ratus Ribu Rupiah). Hal 7/11
8 R. Kebijakan Keuangan Pasien Dhuafa dan Piutang Pasien 1. Pasien tidak mampu/dhuafa yang dibuktikan dengan menunjukkan Keterangan Tidak Mampu dari RT/RW sesuai dengan KTP pasien diketahui oleh pejabat yang berwenang, pengurangan biaya sesuai dengan ketentuang yang berlaku. 2. Pasien dari Panti Asuhan diberikan maka pengurangan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Pengakuan Piutang pasien tetap dilakukan jika setelah pengurangan biaya masih menyisakan biaya yang tidak dimungkinkan untuk dipotong lagi, dengan tetap melihat kondisi pasien maka pemenuhan biaya dilakukan dengan cara mengangsur. 4. Akad Pengakuan Piutang yang dilakukan dengan cara mengangsur, dengan mengisi Lembar Pengakuan Piutang dan Batas Waktu pelunasan, serta penitipan Jaminan. 5. Ketidakmampuan pasien dalam melunasi biaya perawatan, yang dibuktikan dengan survei dari unit terkait (Humas, Bagian Keuangan dan Satpam), maka sebagian biaya dapat disubsidi dengan Dana Infak Karyawan, yang terlebih dahulu melewati prosedur Persetujuan Direktur. 6. Setiap piutang akan dilakukan penagihan oleh petugas bagian penagihan secara berkala dan tertib sampai dengan piutang dilunasi dengan tetap memperhatikan aspek kemanusiaan dan aspek kemaslahatan umat. S. Kebijakan Pelaksanaan Pajak dan Zakat 1. Bagi semua dokter organik dan dokter mitra yang telah memenuhi ketentuan perpajakan, dibebani pajak penghasilan pribadi sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pribadi dilakukan oleh Bagian Keuangan RS Mutiara Hati Mojokerto sebagai pihak wajib pungut yang akan disetorkan kepada pihak berwenang penerima setoran pajak secara kolektif. 3. Bagi karyawan non dokter, pajak penghasilan pribadi ditanggung Karyawan dan disetorkan kepada pihak berwenang penerima setoran pajak secara kolektif. 4. Bagi seluruh karyawan Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto dikenakan infak karyawan dari total pendapatan yang dibawa pulang (take home pay) sesuai dengan ketentuan Pimpinan PT Mutiara Hati Hazira Medika. Hal 8/11
9 5. Bagi dokter yang tidak berkenan dipotong kewajiban pajaknya oleh Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto, agar membuat surat pernyataan penolakan pemotongan pajak di atas kertas bermaterai Rp ,00 (enam ribu rupiah) dan sanggup menanggung segala konsekwensi yang terkait dengan penegakan Undang-Undang Perpajakan di Indonesia. 6. Bagi karyawan yang tidak berkenan dikenakan infak oleh Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto, agar membuat surat pernyataan penolakan pemotongan infak karyawan di atas kertas bermaterai Rp ,00 (enam ribu rupiah) dan sanggup menanggung segala konsekwensi yang terkait dengan penegakan Peraturan Pimpinan PT Mutiara Hati Hazira Medika. 7. Pajak penghasilan Badan Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto dihitung sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. T. Kebijakan Penghapusan Piutang 1. Piutang pasien yang menjadi tanggungan perorangan akan dihapuskan dari pembukuan setelah 3 tahun dan telah dilakukan penagihan sekurang-kurangnya 8 kali dalam masa 3 tahun. 2. Secara Pencatatan Akuntansi piutang pasien yang dihapus dimasukkan dalam Biaya Penghapusan Piutang. 3. Piutang Instansi akan dihapuskan dari pembukuan setelah 5 tahun berjalan dengan indikasi terjadinya kepailitan pada instansi yang bersangkutan yang dinyatakan berdasarkan hasil audit Akuntan Public atau audit internal Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. U. Kebijakan Pengawasan Keuangan 1. Pengawasan keuangan dilakukan diseluruh aspek keuangan, mulai dari unit penerima sampai dengan unit pengeluaran. 2. Pengawasan dan pengendalian keuangan dilakukan melalui : (a) Pengawasan dan pengendalian langsung (Internal Control) oleh atasan langsung di masing-masing unit kerja. (b) Pengawasan melalui mekanisme SPI. Hal 9/11
10 (c) Pengawasan melalui mekanisme Auditor Keuangan RSMH. (d) Bila dipandang perlu, pemeriksaan oleh Akuntan Publik yang ditunjuk untuk itu oleh Direktur dengan sepengetahuan dan/ persetujuan Pimpinan PT Mutiara Hati Hazira Medika. V. Kebijakan Transaksi Keuangan 1. Semua transaksi (pembayaran dan penerimaan) keuangan harus menggunakan kwitansi dan stempel Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto sebagai bukti yang sah. 2. Semua pengeluaran Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto dilakukan melalui Kasir yang diketahui oleh Sub bagian Perbendaharaan dan Kepala Bagian Keuangan. 3. Transaksi biaya pasien dengan kegawatan dilakukan setelah pelayanan diberikan dengan prinsip mengutamakan pertolongan kegawatan kepada pasien terlebih dahulu. 4. Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto menerima pembayaran dengan Cek/Giro Bilyet bagi pasien perorangan, maupun pasien yang ditanggung oleh lembaga penjamin pembiayaan kesehatan (asuransi atau perusahaan) yang telah mengadakan kerjasama pelayanan kesehatan. 5. Pembayaran pasien dari Instansi yang ada Kerjasama Pelayanan Kesehatan dengan Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto dilaksanakan segera setelah pasien pulang melalui mekanisme penagihan sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian kerja sama. 6. Pembayaran kepada supplier diatur sebagai berikut : (a) Pembayaran kepada PBF dilakukan setiap bulan mulai minggu ke II (dua). (b) Pembayaran kepada PBF dilakukan pada hari Senin s.d. Kamis jam WIB. (c) Pembayaran investasi disesuaikan dengan termin sebagaimana kontrak kerja yang disepakati. 7. Pembayaran Jasa medis DPJP dilakukan setiap awal bulan sampai dengan tanggal 10. Hal 10/11
11 8. Wewenang pemberian keringanan atas biaya layanan rumah sakit adalah berdasarkan ketentuan yang berlaku. 9. Wewenang pemberian keringanan atas jasa medis DPJP, dapat dilaksanakan setelah dikomunikasikan terlebih dahulu dengan DPJP. Mojokerto Direktur, RS Mutiara Hati Dr. M. N Geloed Asmara Hal 11/11
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI ANALISIS
59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan
Lebih terperinciTUGAS POKOK DAN FUNGSI BAGIAN KEUANGAN RUMAH SAKIT
Bagian Keuangan terdiri atas : 1. Sub Bagian Perbendaharaan 2. Sub bagian Penerimaan 3. Sub bagian Verifikasi 4. Sub bagian Akuntansi 1. Sub Bagian Perbendaharaan, mempunyai tugas : Melaksanakan pengelolaan
Lebih terperinciKebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 52
LAPORAN ARUS KAS Tujuan Pelaporan Arus Kas 255. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi serta saldo
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MELAKUKAN KEGIATAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN
PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI
ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut KOPERASI.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
Lebih terperinciBAB I. KETENTUAN UMUM
BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur. pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul:
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengeluaran Kas Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul: 1. Bagian yang terkait dan diskripsi
Lebih terperinciContoh laporan keuangan koperasi
Contoh laporan keuangan koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi
Lebih terperinciProses. Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar. Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan
Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar Proses Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan Penilaian Sebelum Penendatanganan Monitoring Atas Pembiayaan Persetujuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA MILIK PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kas dan Pengelolaan Kas BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Pengertian Kas Menurut Dwi (2012) kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan aset yang paling
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG
SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK DIREKSI Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2015
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT PRATAMA
Lebih terperinciPengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri
Pengelolaan Keuangan 3 Permodalan Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada pengelolaan keuangannya. Pengelolaan keuangan mencakup sumber pendanaan dan penggunaan modal koperasi. Banyak koperasi
Lebih terperinci32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN
Tambahan Berita - Negara R.I. Tanggal 28/7-2017 No. 60. Pengumuman dalam Berita - Negara R.I. sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. SALINAN KEPUTUSAN
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 50, 1983 FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Untuk mendukung pembuatan laporan ini, maka perlu dikemukakan hal
36 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Landasan Teori Untuk mendukung pembuatan laporan ini, maka perlu dikemukakan hal hal atau teori teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kas 2.1.1. Definisi Kas Setiap perusahaan pasti memiliki alat tukar transaksi yang berlaku resmi di Negara dimana perusahaan tersebut berlokasi, maupun yang berlaku secara internasional.
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi
Lebih terperinci2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang
No.19, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Iuran Pensiun. PNS. Pejabat Negara. Pengelolaan. Pelaporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.02/2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar dapat berperan sebagai alat perekonomian
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire
BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire Vennotschap/ Perseroan Komanditer). Perusahaan ini didirikan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar dapat berperan sebagai alat perekonomian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : bahwa guna
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGELOLAAN ADMINISTRASI DANA KAS KECIL. 1. Kas berarti tempat menyimpan uang. 2. Kas berarti uang ( uang tunai )
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGELOLAAN ADMINISTRASI DANA KAS KECIL 2.1.1. PENGERTIAN KAS Kata kas atau cash memiliki berbagai pengertian, antara lain : 1. Kas berarti tempat menyimpan uang 2. Kas berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih.
1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan strategis,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan Anggaran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.8, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyetoran. PNBP. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN
Lebih terperinciUndang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
Lebih terperinciAkuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G
Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SEJIRAN SETASON PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggali sumber potensi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG
SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 47/Kpts/KPU-Kab-011.329047/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)
Yogyakarta, 1 Mei 1982. LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 1982 Seri C -------------------------------------------------------------- PERATURAN
Lebih terperinci*9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright 2002 BPHN UU 20/1997, PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK *9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG PENGESAHAN ATAS PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN PERHUTANI DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang
Lebih terperinciUndang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.719, 2015 KPU. Peserta Pilkada. Dana Kampanye. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 34 /Kpts/KPU-SLG /2016
SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 34 /Kpts/KPU-SLG -012.329537/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI
LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH
BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.
No.593, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Survei Pendahuluan Sebelum melaksanakan audit keuangan pada PT Simran Jaya, penulis terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan kepada perusahaan yang akan di audit. Hal ini dilakukan
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang
KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011 Tentang DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa Dana Pensiun merupakan sarana penghimpun dana, guna
Lebih terperinciPELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang: Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENGERTIAN
LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR : 20/Kpts/KPU-Kab-012.329279/V/2015 TANGGAL 20 MEI 2015 TENTANG PEDOMAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI PEKALONGAN
Lebih terperinciPP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA
Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI
Lebih terperinci~ 1 ~ PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KEBUMEN TAHUN 2015
~ 1 ~ LAMPIRAN I SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 16/Kpts/KPU-Kab-012.329455/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KEBUMEN
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI
ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI Masjid Darussalam Jl. Boulevard Utama No. 1 Kota Wisata Cibubur Gunung Putri - Bogor BAB I NAMA TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Koperasi ini bernama Koperasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap KOPKAR ADIS adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis dan evaluasi
Lebih terperinciBUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk pemantapan
Lebih terperinciPENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) I. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 4 (empat), maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengendalian Internal Piutang
Lebih terperinciPROPOSAL INVESTASI KAYAMARA
PROFIL PRIBADI Nama Lengkap Alamat PROPOSAL INVESTASI KAYAMARA : Budi Prihono, S.Sos : Jl. Salak 5 No. 125 RT. 014/019, Ngrigo, Jaten, Karanganyar 57772 Telepon / HP : 0271-8202839 / 085725072225 Nomor
Lebih terperinci