BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa dimana melalui pendidikan dapat dicetak sumber daya yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa dimana melalui pendidikan dapat dicetak sumber daya yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ujian Nasional merupakan salah satu fase yang dialami oleh tiap siswa dalam menjalani pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah penentu perkembangan kemajuan suatu bangsa dimana melalui pendidikan dapat dicetak sumber daya yang berkompeten dan berkualitas. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan pembelajaran yang selama ini dilakukan guru terhadap para siswanya. Untuk menilai dan mengukur pembelajaran yang dilakukan guru terhadap para siswanya diperlukan evaluasi. Evaluasi itu dilakukan untuk menilai dan mengukur seberapa keberhasilan siswanya dalam mengikuti pembelajaran. Evaluasi tersebut dapat dilihat melalui ujian nasional yang biasanya dilaksanakan pada tingkat akhir pendidikan (Daryanto, 2001). Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menunjang pembangunan tersebut maka diperlukan peningkatan pendidikan nasional yang merata dan bermutu. Salah satu yang digagas oleh Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan saat ini, Anies Baswedan, adalah pelaksanaan Ujian Nasional yang berbasis komputer dan terdapat sistem perbaikan bagi siswa yang gagal dalam Ujian Nasional pertama. Seluruh Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) tersebut dituangkan dalam bentuk Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 0034/P/BSNP/XII/

2 2 Ujian Nasional merupakan kebijakan pemerintah untuk menentukan standar mutu pendidikan. Kebijakan tersebut berkaitan dengan berbagai aspek yang dinamis, seperti budaya, kondisi sosial ekonomi, bahkan politik, dan keamanan, sehingga akan selalu rentan terhadap perbedaan dan kontroversi sejalan dengan perkembangan masyarakat (Millatina, 2010). Perencanaan Ujian Nasional perlu diimbangi dengan kesiapan berbagai pihak, mulai dari sekolah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat hingga Kemdiknas. Perlunya koordinasi tersebut diupayakan agar anak tidak merasa cemas dalam menghadapi Ujian Nasional karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan dengan matang. Namun kenyataanya, bayang-bayang takut gagal dalam Ujian Nasional masih sering menjadi ancaman bagi siswa. Ujian Nasional menjadi agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2016 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Ujian Nasional (UN) sebanyak tiga kali. Rangkaian Ujian Nasional tersebut berupa ujian perbaikan bagi peserta Tahun Ajaran 2014/2015, Ujian Ujian Nasional utama, dan perbaikan Ujian Nasional Tahun Ajaran 2015/2016 ( ada- 3- kali- ujiannasional). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno, menjelaskan bahwa pelaksanaan, UN perbaikan 2015 akan dilakukan dengan berbasis komputer. ( Ujian Nasional yang akan diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah dipersiapkan secara matang dengan melalui berbagai pertimbangan yang dibuat oleh dinas tersebut. Upaya pengkonversian Ujian Nasional berbasis kertas (Paper Based Test) menjadi berbasis komputer (Computer Based Test) dinilai baik oleh beberapa kalangan karena dapat mampu membangun kepercayaan publkc dan

3 3 menambah indeks intergritas sekolah yang menerapkan ujian berbasis komputer indeks integritas tinggi ( Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan nampak optimis dengan sistem yang diberlakukan pada Ujian Nasional yang sudah berlangsung pada April yang lalu. Berbagai persiapan telah dibuat sedemikian rupa oleh Pemerintah. Namun, nampaknya masih terdapat beberapa kendala dalam penyelenggaraan Ujian Nasional. Hal tersebut terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik SMA Negeri 2 Kota Madiun, Bekti Patria Dwi Hastuti, para siswa SMA Negeri 2 Kota Madiun cukup cemas dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional Hal itu terkait segi teknis dikarenakan sekolah kekurangan fasilitas komputer. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah mengizinkan siswa kelas XII untuk membawa laptop yang nantinya akan dipasang beberapa siswa demi menunjang pelaksanaan Ujian Nasional. Bekti pun menambahkan bahwa para siswa juga tengah dihadapkan pada materi yang mengacu dua kurikulum sekaligus. Para siswa mengalami kebingungan untuk berkiblat pada kurikulum KTSP atau kurikulum 2013 ( tak- cukup-sma-kotamadiun- minta-siswa-bawa-laptop ). Ardiyansyah, siswa SMA Negeri 2 Kota Madiun, mengakui kecemasannya menghadapi UN karena belum terbiasa mengikuti ujian dengan berbasis komputer. Selain itu Wulan, siswi SMAN 1 Bantul menyampaikan pada Try Out ke-2, sekolahnya mengalami server down sehingga pelaksanaan try out hari itu dibatalkan. Hal itu juga membuat cemas siswa lain karena mereka takut kejadian serupa terjadi di hari pelaksanaan Ujian Nasional. Senada dengan hal itu, Ardiansyah juga takut terjadi kesalahan teknis pada perangkat komputer atau laptop serta jaringan internet selama mengerjakan soal Ujian Nasional ( un-2016-

4 4 komputer-tak-cukup-sma-kota-madiun-minta-siswa-bawa-laptop ). Lain hal dengan Ardiansyah, Ernest, siswa SMAN 3 Yogyakarta, menuturkan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional sekolahnya dibuat beberapa gelombang dalam pemakaian komputer. Hal itu ditempuh karena kekurangan fasilitas komputer dalam penyelenggaraan Ujian Nasional. Kendala seperti itu bukan cuma dirasakan siswa di pulau Jawa saja, namun juga di rasakan di pulau lainnya. Selain terkendala oleh jumlah komputer, Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Jayapura, Melkianus Mawene pun menuturkan bahwa koneksi internet juga tidak stabil saat pelaksanaan Try out berlangsung ( 6.com/ read/ / un di-papua- masih -terkendala-komputer). Dari berbagai kasus yang terjadi disimpulkan bahwa masih terdapat banyak kendala yang terjadi menjelang penyelenggaraan Ujian Nasional. Hal tersebut tentu bukan hanya membuat pihak sekolah was-was, para siswa selaku yang menjalani Ujian Nasional juga merasa cemas. Dari berbagai persiapan yang dilakukan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, nampaknya Ujian Nasional Berbasis Komputer sudah dapat diakomodasi oleh sejumlah pihak. Namun, pelaksanaan ini belum dapat menyentuh seluruh daerah di Indonesia. "Dari 50 ribu sekolah SMA/SMK, hanya yang ikut Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Tidak sampai satu persen," ungkap salah seorang Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji. (http: //www. jpnn.com /read/ 2016/05/03/ / Hanya- 1- Persen- Siswa- IkutUNBK- Kontribusi- Pemda- Dipertanyakan-). Ujian Nasional memunculkan kecemasan pada para siswa. Menurut Atkinson, dkk (1997) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkatan yang berbeda-beda. Kekhawatiran tersebut muncul akibat dari

5 5 peraturan yang diterapkan oleh pemerintah yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal itu tercermin pada Peraturan BSNP tahun Ada beberapa kebijakan yang berubah, salah satunya adalah kelulusan tiap siswa dikembalikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal tersebut, bila dilihat dari kacamata tiap sekolah, pasti tidak ada sekolah yang tidak meluluskan siswanya. Berkaitan dengan hal tersebut, seharusnya para siswa tidak perlu cemas dalam Ujian Nasional karena pihak sekolah pasti menolong dalam hal tersebut. Namun, kenyataannya Ujian Nasional tetap memberi dampak kekhawatiran, rasa was-was, dan rasa takut pada para siswa yang seolah menghadapi sesuatu hal yang belum pasti. Hal itu juga dikarenakan Ujian Nasional menjadi salah satu penentu dalam kelulusan SBMPTN sebab lebih menyangkut pada masa depan katanya. Berkaitan dengan SBMPTN hal ini termasuk pada ancaman yang tidak begitu jelas. Sudrajat (2008) menjelaskan bahwa kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya terkait dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan (Durland & Barlow, 2006). Dalam hal ini, kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional diharapkan dapat menjadi motivasi belajar para siswa agar mendapat hasil yang terbaik. Kecemasan dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, sering dikatakan sebagai bentuk kecemasan akademis. Menurut Viliante dan Pajares (dalam Pratiwi, 2009) kecemasan akademis merupakan suatu bentuk perasaan tegang dan takut pada sesuatu yang akan terjadi, dimana perasaan tersebut mengganggu pelaksanaan tugas dan beragam aktivitas dalam situasi akademis. Seorang tokoh terkenal yaitu, Chaplin

6 6 (2001) menjelaskan bahwa pada dasarnya kecemasan akan menyertai di setiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya konflik. Kecemasan merupakan suatu kondisi normal yang pernah dialami hampir oleh semua orang, namun tarafnya berbeda-beda. Kecemasan adalah perasaan campuran yang berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Pada kecemasan yang tingkatnya tinggi akan mengakibatkan stres. Kecemasan yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional adalah normal. Namun, tiap siswa belum tentu dapat mengatasi rasa cemasnya. Hal itu tergantung pada kemampuan siswa tersebut dalam merespon kecemasan yang dialaminya. Hal yang biasa dilakukan untuk mengurangi rasa cemas seperti belajar bersama teman, ikut bimbingan les, memperbanyak ibadah, hangout bersama teman, dan sebagainya. Dalam belajar diperlukan motivasi belajar karena poin tersebut berperan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar (Winkel, 2004). Ujian Nasional juga memberikan dampak kecemasan bagi para siswa yang akan menjalankannya. Dari berbagai kasus di atas dapat disimpulkan bahwa para siswa merasa cemas karena berbagai hal, salah satunya karena sistem yang baru diterapkan, yaitu Ujian Nasional Berbasis Komputer. Selain itu, para siswa juga diperhadapkan dengan dua kurikulum yang berbeda yaitu Kurikulum KTSP dan Kurikulum Beberapa dari antara subjek penelitian juga mengungkapkan tentang minimnya latihan penggunaan komputer dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Kecemasan berupa hal teknis dan psikis juga dapa melanda para siswa dalam menghadapi Ujian Nasional pada Tahun Ajaran 2015/2016. Pembahasan mengenai kecemasan lebih sering ditelaah melalui perspektif psikologi barat. Hal tersebut mungkin menjadi sangat berbeda bila di bahas

7 7 berdasarkan pemahaman kawruh jiwa Suryomentaram yang sedang giat digali serta ditumbuhkembangkan dalam ilmu psikologi, salah satunya melalui penelitian ini. Kawruh jiwa Suryomentaram belakangan ini kerap didiskusikan, ditelaah, dam diteliti konsepnya. Salah satu pandangan atau pemikiran dalam kawruh jiwa Suryomentaram adalah konsep yang disampaikan oleh Suryomentaram yang terkait dengan strategi koping. Konsep pemikiran Suryomentaram yang terkait dengan strategi koping adalah kemampuan mulur mungkret dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Mulur mungkret merupakan salah satu kemampuan dalam beradaptasi terhadap sesuatu yang menurut pandangan Suryomentaram akan membantu seseorang untuk mendapat kebahagiaan di dalam hidupnya (Waringah, 2015). Gagasan-gagasan Suryomentaram mengungkap bahwa kebahagiaan sejati dan jalan mencapai kebahagiaan tidak terdapat di luar diri manusia, melainkan ada dalam diri manusia itu sendiri, yakni sikap tabah. Dengan bersikap tabah, manusia dapat merasakan kebahagiaan (Prihartanti, 2004). Mulur mungkret merupakan kemampuan sikap elastis dalam menghadapi masalah dan menghayati kehidupan (Waringah, 2015). Mulur berasal dari bahasa Jawa yang secara bahasa berarti memanjang/mengembang. Mungkret berarti meringkus atau mengecil (Suryomentaram, 1989). Menurut pemikiran kawruh jiwa Suryomentaram, setiap manusia memiliki keinginan. Keinginan/karep membuat seseorang terdorong untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai keinginan tersebut. Keinginan/karep yang tercapai akan menimbulkan rasa senang. Selain itu, keinginan/karep yang tercapai pasti mulur (memanjang) dalam arti meningkat. Itu berarti bahwa hal yang diinginkan itu meningkat, entah jumlahnya entah mutunya. Bila keinginan yang mulur ini tetap terpenuhi, maka pasti akan mulur lagi. Sebaliknya, seseorang ketika memiliki

8 8 keinginan yang tinggi, namun tidak tercapai, maka secara otomatis karep/keinginan tersebut akan mungkret (mengecil). Selanjutnya, ketika karep/keinginan tersebut akan terus menerus tidak terpenuhi maka akan mencapai kondisi dimana dirinya akan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan (Suryomentaram, 1989). Seseorang yang mengikuti falsafah Mulur mungkret ini, maka dirinya akan dapat lebih menikmati hidup. Seseorang akan selalu termotivasi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, namun tidak akan stres jika ternyata cita-cita (keinginan) awalnya tidak dapat tercapai. Kemampuan tersebut akan diteliti melalui penelitian yang akan dijalankan ini. Peneliti akan mencermati hubungan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional dengan kemampuan mulur mungkret. Peneliti melakukan beberapa kali wawancara informal pada beberapa siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional. Seorang subjek menyebutkan bahwa telah mengalami kejenuhan belajar untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Hal itu mengakibatkan malas belajar dan prokrastinasi saat belajar di luar sekolah. Subjek lain menyatakan bahwa ia telah mempersiapkan Ujian Nasional dengan baik, namun ia masih merasa kurang puas dengan hasil pencapaiannya. Kedua subjek tersebut sama-sama menyatakan mengalami kecemasan terutama mendekati hari pelaksanaan Ujian Nasional. Kecemasan yang dialami oleh siswa dapat mengakibatkan banyak hal negatif dalam performa siswa di dalam kegiatan akademik seperti, prokrastinasi, menurunnya performa dalam pekerjaan sekolah, dan lain sebagainya (Attri & Neelam, 2013). Berbeda dengan Attri dan Neelam, Stuart dan Laraia (2001) menjelaskan bahwa ketika siswa berada dalam kecemasan pada kondisi yang ringan, kecemasan tersebut dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart dan Laraia, 2001). Namun, ketika kecemasan tersebut berada pada kecemasan yang tinggi,

9 9 maka individu akan mengalami panik dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. (Stuart dan Laraia, 2001). Tema ini menjadi menarik untuk diteliti mengingat kemampuan mulur mungkret pada tiap orang berbeda dan tergantung pada pribadi tersebut menyikapi masalah yang dihadapi. Kondisi tersebut bersesuaian dengan subjek pada tempat penelitian akan dilaksanakan, yaitu Sekolah Menengah Atas BOPKRI 2 Yogyakarta. Rata-rata siswa yang mendaftar dan masuk ke SMA BOPKRI 2 Yogyakarta karena tidak diterima di SMA negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa para subjek penelitian telah mengalami mungkret (karep/keinginan yang tidak tercapai) karena tida berhasil masuk di SMA negeri. Selain itu, siswa yang bersekolah di SMA swasta juga sudah mendapat label tersendiri bahwa kemampuannya masih di bawah siswa yang bersekolah di SMA negeri. Hal tersebut yang membuat peneliti memilih bahwa siswa kelas XII SMA BOPKRI 2 Ygoyakarta sangat tepat untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Santrock (2007) menyatakan tingkat kecemasan tinggi yang dialami oleh sejumlah remaja pada umunya disebabkan oleh ekspektasi dan tekanan untuk berprestasi yang tidak realistis dari orangtua atau dari pihak sekolah. Bagi banyak individu, kegelisahan dapat meningkat seiring dengan situasi yang sedang dihadapi seperti menghadapi evaluasi, perbandingan sosial, dan (bagi sebagian siswa) mengalami kegagalan. Lazarus & Folkman (1984) menyatakan bahwa bukan kegagalan itu sendiri yang menyebabkan kecemasan. Tetapi, yang terpenting adalah bagaimana orang memproses keberhasilan dan bangkit dari kegagalan secara objektif dan bagaimana melihat pengalaman dalam situasi yang dihadapi. Persepsi dan penilaian yang positif terhadap Ujian Nasional seorang siswa akan lebih mampu untuk mengelola kecemasan yang muncul sehingga perasaan-perasaan

10 10 yang muncul juga akan menjadi lebih positif. Emosi positif yang rutin dapat membuat orang lebih sehat dan lebih tangguh, mendorong seseorang berfungsi secara optimal, kesejahteraan, dan pengembangan (Frederikcson, 2001; Frederickson & Joiner, 2002). Emosi positif memperluas strategi pemecahan masalah (Frederickson & Branigan, 2000). Hal tersebut ditandai dengan siswa tetap bersemangat mengikuti Try out, walaupun mereka sudah mengikuti hal tersebut berulang kali. Ketika seorang siswa mampu untuk mengelola kecemasan yang muncul hal ini menandakan bahwa ia dapat menerapkan kemampuan mulur mungkret dalam dirinya. Rasa hidup yang ada pada diri manusia akan memunculkan adanya sikap mulur mungkret yaitu pemahaman dan pengendalian terhadap rasa yang meningkat. Rasa senang dan susah sebenarnya tidak ada yang kekal selamanya, sehingga manusia perlu mempunyai sisi fleksibilitas (Hartono, 2010). Manusia mempunyai kemampuan untuk mengerti tujuan hidup dan kebutuhan hidup dengan pikirannya. Tindakan manusia untuk mencukupi kebutuhannya didasarkan atas ilmu (Jatman, 1997). Dalam upaya mendapatkan hasil yang baik, siswa memiliki cara tersendiri ketika ia mempelajari dan mempersiapkan Ujian Nasional. Usaha-usaha tersebut menjadi bekal agar ia dapat menjalankan Ujian Nasional dengan lancar dan dapat menempuh pendidikan ke jenjang yang berikutnya (Firmantyo, 2016). Namun, ketika usaha tersebut kurang dimaksimalkan, maka akan timbul kecemasan tersendiri pada siswa. Persiapan yang dilakukan Seo (2012) menunjukkan bahwa jangka waktu persiapan belajar siswa untuk menghadapi ujian berpengaruh terhadap prestasi akademik. Semakin pendek jangka waktu persiapan belajar siswa dalam menghadapi ujian, siswa merasa terbebani dengan bahan materi ujian yang banyak sehingga prestasi akademik yang diperoleh siswa menjadi kurang maksimal. Siswa yang memahami kemampuan dirinya dalam mencapai hasil yang optimal akan

11 11 mempersiapkan diri dari awal saat pemberian materi pembelajaran untuk menghadapi ujian. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan mulur mungkret dalam mengakomodir usaha-usaha yang ditempuh dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Mulur mungkret erat kaitannya dengan rasa. Ketika seseorang mengerti rasa dalam hidupnya, maka hal tersebut dapat menimbulkan rasa merdeka. Bila dikaitkan dengan pergaulan, mengerti rasa diri sendiri akan menimbulkan rasa damai. Dalam pemahaman tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa meneliti dan mengerti rasa sendiri itu perlu (Jatman, 1997). Dari berbagai pemaparan yang sudah dijelaskan di atas, penelitian ini akan melihat hubungan antara kecemasan menghadapi Ujian Nasional dengan kemampuan mulur mungkret berdasarkan kawruh jiwa Suryomentaram. Dalam menghadapi Ujian Nasional, siswa pun dihadapkan pada keinginan pribadi, orangtua, dan sekolah untuk mencapai hasil yang terbaik. Ketika siswa dapat mengerti dan memahami seluruh keinginan tersebut, maka ia sudah mampu untuk menerapkan kemampuan mulur mungkret dalam dirinya. Sebaliknya ketika siswa belum atau hanya sebagian keinginan yang dapat ia pahami, maka timbulah kecemasan dalam dirinya menjelang pelaksanaan Ujian Nasional. Oleh karena itu, kemampuan mulur mungkret seseorang diperkirakan menjadi salah satu penentu naik atau turunnya kecemasan menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya maka peneliti merasa perlu untuk meneliti hubungan antara kecemasan menghadapi Ujian Nasional dengan kemampuan Mulur mungkret di lingkungan SMA. Maka dari itu diperoleh suatu rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah kecemasan

12 12 menghadapi ujian nasional berhubungan dengan kemampuan Mulur mungkret pada siswa SMA? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adanya hubungan antara kecemasan menghadapi Ujian Nasional dengan kemampuan Mulur mungkret pada siswa SMA. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah cakupan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu psikologi kepribadian dan psikologi pendidikan lebih khusus bagi pengembangan pemaknaan konsep psikologi Nusantara. 2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sekolah dalam mengetahui dinamika kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Pihak sekolah dapat dapat menempuh cara tertentu dalam memberikan penanganan yang tepat dalam mempersiapkan materi dan mental pada siswa yang akan menempuh Ujian Nasional. b. Bagi Siswa Peneliti berharap siswa dapat aktif dan mandiri dalam upaya mempersiapkan materi dan mental menjelang pelaksanaan Ujian Nasional. Siswa juga diharapkan

13 13 dapat mengenal dan memahami rasa sendiri sehingga dapat mempraktikkan kemampuan mulur mungkret dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada peneliti lain yang tertarik pada tema yang serupa.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing lagi di telinga. Menteri Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh (dalam Haryo, 2010) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang penting untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap negara sangat membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor keberhasilan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang ada. Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA N 3 MAGELANG Amanda Luthfi Arumsari 15010113120067 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres menurut Selye dalam Yusoff (2010) adalah respon tubuh nonspesifik terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013) didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Kegunaan matematika sangat besar bagi umat manusia pada umumnya dan siswa pada khususnya. Belajar matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, dan manfaat dari penelitian. 1.1 Latar Belakang UN tinggal 35 hari lagi, UN tinggal 20 hari lagi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas merupakan dua institusi yang memiliki perbedaan nyata baik dari segi fisik hingga sistem yang meliputinya. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) adalah salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan secara nasional dalam dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapaian hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Santrock, 1995). Masa remaja, menurut Monks, dkk berlangsung antara usia 12-21

BAB I PENDAHULUAN. (Santrock, 1995). Masa remaja, menurut Monks, dkk berlangsung antara usia 12-21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja yang sedang bertumbuh-kembang mempunyai kondisi yang dinamis. Banyak hal yang terkait dengan dinamika tersebut. Di satu sisi remaja sedang mencari jati

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia tengah gencar melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik peningkatan sarana prasarana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap ujian yang mereka lakukan, ataupun dalam tugas tugas yang mereka kerjakan, dan kadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah menetapkan Ujian Nasional (UN) pada siswa kelas XII sebagai salah satu syarat yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu akan memberikan penilaian bila berhadapan dengan suatu situasi. Sebelum situasi tersebut hadir dalam kehidupannya, individu akan bersiap terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG Rayhanatul Fitri 15010113130086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa SMAN 2 Bangkinang Barat, jika siswa tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 67 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial (Batubara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar menjadi sumber daya manusia (SDM), yang mampu bersaing dalam era persaingan bebas. Pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak akan terlepas dari kegiatan bekerja sebab dengan bekerja manusia bisa memenuhi suatu kebutuhan, baik untuk aktualisasi diri maupun untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi, pembentukan manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI Diajukan oleh : Rozi Januarti F. 100 050 098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya hidup untuk selalu memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Seperti kebutuhan fisik untuk pemuas rasa lapar, tempat tinggal, ketergantungan pada

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia seperti sekarang ini, tatkala persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. yang tidak diketahui atau dikenal (Laraia & Stuart, 1998). Sedangkan (Corey. tegang yang memaksa individu untuk berbuat sesuatu.

BAB 1. Pendahuluan. yang tidak diketahui atau dikenal (Laraia & Stuart, 1998). Sedangkan (Corey. tegang yang memaksa individu untuk berbuat sesuatu. BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, takut dari kenyataan, atau persepsi ancaman dari sumber aktual yang tidak diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak permasalahan yang dialami para pelaku pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak permasalahan yang dialami para pelaku pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan out put. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktifitas belajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut juga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat identik dengan proses belajar mengajar. Proses belajar tersebut merupakan proses adaptasi yang dilakukan individu untuk memahami dan menguasai ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sepanjang hayat, berlangsung di rumah, di sekolah, di unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sepanjang hayat, berlangsung di rumah, di sekolah, di unit-unit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Yang mana tujuan dari pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman dari waktu ke waktu menuntut setiap Negara untuk melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik, termasuk perbaikan dibidang pendidikan, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berpotensi membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. Sebagai lembaga pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan individu, dan untuk mencapai kesuksesan tersebut banyak hal yang harus dilakukan oleh individu, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah tidak asing lagi jika mendengar kata cemas. Kecemasan ini secara normal terjadi sebagai respon fisiologis pada suatu kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Universitas merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berfungsi menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional. Datang ke sekolah, belajar di kelas, dan mengikuti ujian dapat menimbulkan pengalaman emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ujian Nasional (UN) merupakan suatu tolak ukur untuk. mengukur pencapaian pembelajaran peserta didik selama belajar

BAB I PENDAHULUAN. Ujian Nasional (UN) merupakan suatu tolak ukur untuk. mengukur pencapaian pembelajaran peserta didik selama belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) merupakan suatu tolak ukur untuk mengukur pencapaian pembelajaran peserta didik selama belajar dalam satu satuan pendidikan. Melalui UN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci