KELANGSUNGAN HIDUP Pasteurella multocida SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELANGSUNGAN HIDUP Pasteurella multocida SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C"

Transkripsi

1 KELANGSUNGAN HIDUP Pasteurella multocida SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN 15 C (Survival of Pasteurella multocida after Long Term Storage at Room Temperature and 15 C) SITI CHOTIAH Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor ABSTRACT A wide variety of techniques are used for the preservation of microbes and it may be difficult to choose the most suitable for a particular microbes. The preservation method used should minimize loss of viability during processing and storage so that after preservation, cultures will survive for long periods. Survival of lyophilized Pasteurella multocida after long term storage at room temperature and 15 C have been evaluated for achieving the suitable and efficient monitoring in the microbial germ plasm preservation. A total of 93 lyophilized samples of 19 Pasteurella multocida collection prepared in vaccum glass ampoules, stored for more than 12 years at different temperatures were grown on specific medium and identified for the bacterial species. The results showed that 8 of 12 (66,7%) collections of Pasteurella multocida were still viable to life after storing at 15 C emperature during 15 until 24 years, whereas at room temperature during 12 until 22 years showed 4 of 19 (21,05%) collections were viable. There was an indication that survival of lyophilized Pasteurella multocida after long term stored at 15 C is better than at room temperature. Key Words: Survival, Pasteurella multocida, Storage, Temperature ABSTRAK Banyak teknik telah digunakan untuk preservasi mikroba dan terkadang sulit menentukan teknik yang sesuai dan tepat untuk mikroba tertentu. Metode preservasi yang digunakan harus meminimalkan kehilangan viabilitas selama proses dan penyimpanan, sehingga setelah preservasi kultur akan hidup untuk waktu yang lama. Kelangsungan hidup Pasteurella multocida setelah penyimpanan jangka waktu lama pada suhu kamar dan 15 C telah dievaluasi untuk mendapatkan cara pemantauan yang tepat dan efisien dalam pelestarian plasma nutfah mikroba. Sebanyak 93 sampel biakan kering di dalam kemasan ampul gelas dalam kondisi vakum berasal dari 19 koleksi Pasteurella multocida yang telah disimpan lebih dari 12 tahun pada 2 suhu yang berbeda telah ditumbuhkan dalam medium khusus, kemudian diuji viabilitas, kemurnian dan diidentifikasi sampai spesies. Hasil menunjukkan bahwa 8 dari 12 (66,7%) koleksi biakan Pasteurella multocida masih bertahan hidup setelah disimpan pada suhu 15 C selama 15 sampai 24 tahun, sedangkan pada suhu kamar sebanyak 4 dari 19 (21,05%) koleksi masih bertahan hidup selama 12 sampai 22 tahun. Ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup koleksi biakan Pasteurella multocida lebih lama pada suhu simpan 15 C dibandingkan dengan suhu kamar. Kata Kunci: Kelangsungan Hidup, Pasteurella multocida, Suhu Penyimpanan PENDAHULUAN Berbagai macam metode yang dipakai dalam preservasi mikroba yang dilakukan dalam koleksi kultur adalah metode subculture, drying, freezedrying dan freezing. Akan tetapi tidaklah mudah dalam memilih metode yang terbaik untuk keperluan tertentu. Penentuan teknik pengawetan atau penyimpanan mikroba memerlukan penelitian yang rumit, jangka waktu lama, perlu pemantauan dan dana yang besar. Hal itu berkaitan dengan dua hal penting dari tujuan pemilihan metode pemeliharaan mikroba adalah menghasilkan angka kelangsungan hidup yang maksimal dan menjaga stabilitas sifat genetiknya. 912

2 Menurut SNELL (1991) pemilihan metode preservasi mikroba ditentukan sendiri oleh koleksi kultur masingmasing berdasarkan kemampuan fasilitas yang ada dan dana yang tersedia. Metode freezedrying dipakai dalam konservasi sebagian besar koleksi mikroba di BBalitvet Culture Collection (BCC), termasuk diantaranya adalah koleksi mikroba bakteri Pasteurella multocida. Pasteurella multocida merupakan bakteri patogen pada hewan ternak menyebabkan hemorrhagic septicemia (penyakit ngorok), shipping fever dan atrophic rhinitis, pada unggas menyebabkan fowl cholera (kolera unggas) dan pada kelinci percobaan menyebabkan snauffles (ADLAM dand RUTTER, 1989) Lebih dari 12 tahun yang lalu, telah dilakukan preservasi dengan metode freezedrying menggunakan medium preservan 7,5% glukosa serum (LAPAGE, et al., 1970) terhadap koleksi biakan Pasteurella multocida di BCC. Proses freezedrying menggunakan mesin Edwards EF4 Medulyo freezedrier (Manor Royal, Crawley, West Sussex, U K) dilakukan pada suhu 40 C dengan dua tahapan pengeringan. Pada tahapan pertama menggunakan sentrifuge sampai tekanan mencapai 6,7 mbar, tahapan ini terus berlanjut hingga mencapai tekanan 1,3 x 10 1 mbar. Kemudian koleksi disimpan di dua tempat yang berbeda yaitu pada suhu kamar dan dalam freezer suhu 15 C. Setelah lebih dari 12 tahun dilakukan kontrol mutu (uji viabilitas, kemurnian dan reidentifikasi) terhadap koleksi mikroba yang ada di BCC, diantaranya koleksi Pasteurella multocida. Kelangsungan hidup koleksi Pasteurella multocida setelah penyimpanan jangka waktu lama pada suhu kamar dan 15 C telah dievaluasi untuk mendapatkan cara pemantauan yang tepat dan efisien dalam pelestarian plasma nutfah mikroba. MATERI DAN METODE Biakan Pasteurella multocida Sebanyak 69 sampel biakan plasma nutfah mikroba Pasteurella multocida di dalam kemasan ampul gelas dalam kondisi hampa udara yang berasal dari 19 koleksi yang disimpan pada suhu kamar tanpa pendingin dan 24 sampel yang berasal dari 9 koleksi yang sama dengan sebagian koleksi tersebut tetapi disimpan dalam suhu 15 C, telah digunakan sebagai bahan penelitian. Biakanbiakan mikroba tersebut merupakan koleksi pada BBalitvet Culture Collection (BCC) yang telah disimpan selama lebih dari sepuluh tahun (12 sampai dengan 24 tahun) dengan metode preservasi freeze drying menggunakan medium preservan 7,5% glukosa serum. Sampel diambil secara acak dari masingmasing tanggal proses freeze drying (nomor batch) dari setiap koleksi sebanyak 20% dari stok yang ada di BCC. Uji pertumbuhan dan reidentifikasi Masingmasing sampel ampul dicatat nomor koleksi dan tanggal proses freezedrying (nomor batch). Kondisi fisik ampul diperiksa dan bagian luarnya dibersihkan dengan alkohol 70%. Membuka ampul dilakukan di dalam ruang biohazard, dengan bagian ampul yang terbuka diletakkan pada nyala api, kemudian 0,5 ml medium kaldu brain hart infusion (BHI) dimasukkan kedalam ampul, isi ampul dilarutkan. Suspensi isi ampul dipindahkan ke dalam medium kaldu BHI volume 2 ml yang disiapkan dalam tabung bijou dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama 8 12 jam. Kultur bakteri dalam medium tersebut selanjutnya dibiakkan pada lempeng agar darah yang mengandung 5% darah domba dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama jam. Koloni murni yang tumbuh diidentifikasi menurut prosedur BARROW dan FELTHAM (2003) dan CARTER (1973). Identifikasi tahap pertama diuji dengan pewarnaan Gram, pergerakan dalam medium semi solid, pertumbuhan pada medium agar Mc. Conkey pada kondisi aerobik, aktifitas enzim katalase dan oksidase. Tahap kedua dilakukan uji terhadap: reduksi nitrat menjadi nitrit, pembentukan indol, fermentasi glukosa, hidrolisis arginin, aktifitas enzim urease, hidrolisis eskulin, hidrolisis gelatin, aktifitas enzim β galaktosidase, asimilasi glukosa, arabinosa, mannosa, manitol, Nasetilglukosamin, maltosa, potasium glukonat, asam kaprat, asam adipat, asam malat, trisodium sitrat, asam fenil asetat, sitokhrom oksisase. Hasil reaksi dibaca menggunakan API system 913

3 yaitu API 20 NE (Bio Merieux SA, La Balmes Les Grottes, France). HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan hidup biakan Pasteurella multocida koleksi BCC dalam bentuk kering setelah penyimpanan jangka lama (12 sampai dengan 22 tahun) pada suhu kamar dipaparkan di dalam Tabel 1. Sebanyak 4 dari 19 (21,05%) koleksi biakan Pasteurella multocida masih tahan hidup setelah disimpan pada suhu kamar tanpa pendingin selama 12 sampai 22 tahun. Empat koleksi tersebut adalah 2 koleksi masih tahan hidup setelah disimpan selama 15 tahun dan 2 koleksi lainnya setelah 17 tahun, dengan prosentase masingmasing 76, 25, 20 dan 25% dari sampel yang diuji. Tabel 1. Kelangsungan hidup biakan Pasteurella multocida koleksi BCC dalam bentuk kering setelah penyimpanan jangka lama pada suhu kamar Asal koleksi INA LN Nomor koleksi (BCC) 0299 Jumlah Jumlah sampel tahan hidup setelah dikonservasi tahun ke: sampel (ampul) Σ % sampel tahan hidup ,6 13, Σ koleksi tahan hidup INA = Indonesia; LN = Luar Negeri 914

4 Dalam konservasi eks situ mikroba akan terjadi kematian selsel selama proses preservasi, dan kemudian akan hilang selama dalam penyimpanan (SNELL, 1991). Penurunan viabilitas Pasteurella multocida pada konservasi eks situ dengan metode freeze drying dalam medium suspensi 7,5% glukosa serum terjadi sebanyak 1,3 x 10 1 CFU/ml, 10 2 CFU/ml dan 8,2x10 2 CFU/ml berturutturut masingmasing karena pengaruh proses, pengaruh penyimpanan selama 1 dan 2 bulan (CHOTIAH, 2006). Koleksi Pasteurella yang ada di National Collection of Type Cultures, Inggris masih tahan hidup sampai 30 tahun penyimpanan dengan metode freeze drying, walaupun sudah tidak terhitung secara logaritma (RUDGE, 1991). Kelangsungan hidup biakan Pasteurella multocida koleksi BCC dalam bentuk kering setelah penyimpanan jangka lama pada suhu 15 C dipaparkan di dalam Tabel 2. Sebanyak 8 dari 12 (66,7%) koleksi biakan Pasteurella multocida masih tahan hidup setelah disimpan pada suhu 15 C selama 15 sampai 24 tahun. Berdasarkan kelompok umur penyimpanan maka kelangsungan hidup koleksi biakan tersebut sebanyak 100, 83,3, 100, 59, 25 dan 0% dari sampel yang diuji masingmasing berturutturut setelah disimpan selama 15, 17, 19, 22 dan 24 tahun. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa konservasi Pasteurella multocida dengan metode frezze drying memiliki ketahanan hidup lebih lama pada suhu simpan 15 C dibanding dengan pada suhu kamar tanpa pendingin. Sesuai dengan pendapat CARTER (1984) semua Pasteurella tahan hidup selama beberapa tahun setelah frezze drying (lyophilized) menggunakan mediun suspensi konvensional; dalam medium suspensi fibrilasi darah, disimpan pada suhu 40 C sampai 70 C. akan tahan dalam jangka lama; viabilitas bisa tahan sampai waktu tidak terbatas jika disimpan pada suhu 180 C (nitrogen cair). Identifikasi terhadap 8 koleksi Pasteurella multocida menggunakan API system yaitu API 20 NE hasilnya dipaparkan didalam Tabel 3. Sebanyak 5 dari 8 koleksi yang masih berlangsung hidup menunjukkan karakteristik 99,6% Pasteurella multocida. Sedangkan 3 koleksi lainnya menunjukkan karakrter yang sedikit lain yaitu koleksi BCC B2158 dan BCC B2183 dapat memfermentasi glukosa, sedangkan koleksi BCC B0700 tidak memproduksi indol. Tabel 2. Kelangsungan hidup biakan Pasteurella multocida koleksi BCC dalam bentuk kering setelah penyimpanan jangka lama (15 24 tahun) pada suhu 15 C Asal koleksi INA LN Nomor koleksi (BCC B) Jumlah sampel (ampul) Jumlah sampel tahan hidup setelah dikonservasi tahun ke: Σ % sampel tahan hidup , Σ koleksi tahan hidup INA = Indonesia; LN = Luar Negeri 915

5 Tabel 3. Reaksi biokimia dari 8 koleksi Pasteurella multocida yang masih memiliki ketahanan hidup setelah dikonservasi lebih dari 15 tahun Uji Nomor koleksi BCC B Potasium nitrat Ltriptopan Dglukosa Larginin Urea Eskulin feri sitrat Gelatin 4nitrofenilβDglaktopiranosida Dglukosa Larabinosa Dmannosa Dmanitol Nasetilglukosamin Dmaltosa Potasium glukonat Asam kaprat Asam adipat Asam malat Trisodium sitrat Asam fenil asetat Oksidase Profil API 20 NE % ID API 20 NE 96,6 59,6 96,6 96,6 96,6 96,6 47,9 59,6 KESIMPULAN Telah dievaluasi 93 sampel biakan kering di dalam kemasan ampul gelas dalam kondisi vakum berasal dari 19 koleksi Pasteurella multocida yang telah disimpan selama 12 sampai 22 tahun pada suhu kamar dan pada suhu 15 C selama 15 sampai 24 tahun Kelangsungan hidup koleksi biakan Pasteurella multocida dalam konservasi eks situ dengan metode preservasi freeze drying akan lebih lama pada suhu simpan 15 C dibanding dengan suhu kamar. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Agus Wahyudin dan Sdr. Sukatma teknisi Bakteriologi BBalitvet yang telah membantu dalam kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA ADLAM, C. and J.M. RUTTER Pasteurella and Pasteurellosis. Academic Press. Ltd London, Englan. 916

6 BARROW, G.I. and R.K.A. FELTHAM Cowan and Steel`S Manual for the Identification of Medical Bacteria. 3 nd Ed. Cambridge University Press, UK. pp CARTER, G.R Pasteurella. In: Bergeys Manual of Systematic Bacteriology. Volume 1. NOEL R. KRIEG (Ed.) Williams & Wilkins, Baltomore, USA. CARTER, G.R Diagnostic Procedure in Veterinary Microbiology. 2 nd Ed. Charles C. Thomas Publicher, Springfield, Illinois, USA. CHOTIAH, S Pengaruh Proses Freeze Drying dan Penyimpanan Pada Suhu Kamar terhadap Viabilitas dan Patogenisitas Plasma Nutfah Mikroba Pasteurella multocida. Bull. Plasma Nutfah. 12(1): LAPAGE, S.P., JEAN E. SHELTON, T.G. MITCHELL and A.R. MACKENZIE Culture collection and the preservation of bacteria. In: Methods in Microbiology. Volume 3A. Academic Press London and New York. pp RUDGE, R.H Maintenance of Bacteria by Freezedrying. In: Maintenance of Microorganisms and Cultured Cells. KIRSOP, B.E. and A. DOYLE (Eds). Academic Press Limited. pp SNELL, J.J.S General Introduction To Maintenance Methode. In: Maintenance of Microorganisms and Cultured Cells. KIRSOP, B.E. and A. DOYLE (Eds). Academic Press Limited. pp

KELANGSUNGAN HIDUP PLASMA NUTFAH MIKROBA Pseudomonas SPP. SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C

KELANGSUNGAN HIDUP PLASMA NUTFAH MIKROBA Pseudomonas SPP. SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C KELANGSUNGAN HIDUP PLASMA NUTFAH MIKROBA Pseudomonas SPP. SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C (Viability of Pseudomonas spp. After Long Term Storage at Room Temperature and -15 )

Lebih terperinci

Pengaruh Proses Freeze-Drying dan Penyimpanan pada Suhu Kamar terhadap Viabilitas dan Patogenisitas Plasma Nutfah Mikroba Pasteurella Multocida

Pengaruh Proses Freeze-Drying dan Penyimpanan pada Suhu Kamar terhadap Viabilitas dan Patogenisitas Plasma Nutfah Mikroba Pasteurella Multocida Pengaruh Proses Freeze-Drying dan Penyimpanan pada Suhu Kamar terhadap Viabilitas dan Patogenisitas Plasma Nutfah Mikroba Pasteurella Multocida Siti Chotiah Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor 40 ABSTRACT

Lebih terperinci

VIABILITAS CLOSTRIDIUM SPP. SETELAH KONSERVASI EKS SITU DALAM JANGKA WAKTU LAMA PADA SUHU KAMAR

VIABILITAS CLOSTRIDIUM SPP. SETELAH KONSERVASI EKS SITU DALAM JANGKA WAKTU LAMA PADA SUHU KAMAR VIABILITAS CLOSTRIDIUM SPP. SETELAH KONSERVASI EKS SITU DALAM JANGKA WAKTU LAMA PADA SUHU KAMAR (Clostridium Spp. Viability after Ex Situ Conservation in Long Storage at Room Temperature) SITI CHOTIAH

Lebih terperinci

Ternu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Materi Biakan bakteri Bakteri yang diuji sebanyak 9 biakan, semua biakan tersebut berasal dari

Ternu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Materi Biakan bakteri Bakteri yang diuji sebanyak 9 biakan, semua biakan tersebut berasal dari UJI DAYA HIDUP DAN KEMURNIAN BAKTERI YANG DIAWETKAN DENGAN METODE KERING BEKU AGUS WAHYUDIN Balai Besar Penelitian I'eteriner, J1. R.E Alartadinata No. 30 PO BOX 151 Bogor RINGKASAN Dalam mempertahankan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS MIKROBA DALAM BIANG BIOPLUS

PENGARUH TEKNIK PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS MIKROBA DALAM BIANG BIOPLUS PENGARUH TEKNIK PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS MIKROBA DALAM BIANG BIOPLUS (The Effect of Preservation Technique on Microbial Activities of Bioplus Culture) M. WINUGROHO, Y. WIDIAWATI dan P. MAHYUDIN Balai

Lebih terperinci

HASIL Isolat-isolat Bakteri yang Didapatkan

HASIL Isolat-isolat Bakteri yang Didapatkan 50 HASIL Isolatisolat Bakteri yang Didapatkan Tanah sawah diambil dari Leuwisadeng dan Sipak yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, Situgede 1 dan Situgede 2 di Kota Bogor serta Belendung dan Cipete yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode deskriptif. B. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung, sebanyak 7 sampel diambil dari pasar tradisional dan 7 sampel diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serat kenaf dihasilkan dari tanaman kenaf (Hibiscus cannabicus L.)

BAB I PENDAHULUAN. Serat kenaf dihasilkan dari tanaman kenaf (Hibiscus cannabicus L.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat kenaf dihasilkan dari tanaman kenaf (Hibiscus cannabicus L.) yang merupakan salah satu varietas andalan penghasil serat indonesia. Serat dari kenaf dipergunakan

Lebih terperinci

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara Lampiran I Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan Lampiran 2 Morfologi Tumbuhan kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Gambar 3. Tumbuhan kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) suku Meliaceae Gambar 4. Daun kecapi

Lebih terperinci

VIABILITAS KUL TUR KERING SOSIS FERMENT ASI DENGAN BEBERAP A KOMBINASI MIKROBA PADA MEDIA TUMBUH DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA

VIABILITAS KUL TUR KERING SOSIS FERMENT ASI DENGAN BEBERAP A KOMBINASI MIKROBA PADA MEDIA TUMBUH DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA VIABILITAS KUL TUR KERING SOSIS FERMENT ASI DENGAN BEBERAP A KOMBINASI MIKROBA PADA MEDIA TUMBUH DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA Isnafia, I.A.I),J. Hermanianto,2) R. Ratihl ) l)jurusan Ilmu Produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboraturium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

AKTIVITAS ISOLAT MIKROBA RUMEN KERBAU YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

AKTIVITAS ISOLAT MIKROBA RUMEN KERBAU YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH AKTIVITAS ISOLAT MIKROBA RUMEN KERBAU YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH (Activity of Rumen Microbe Isolated from Buffalo Concerved on Low Temperature) Y. WIDIAWATI dan M. WINUGROHO Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

Reaksi BIOKIMIA PADA UJI BAKTERIOLOGI. No UJI BIOKIMIA KETERENGAN. 1. Uji fermentasi karbohidrat

Reaksi BIOKIMIA PADA UJI BAKTERIOLOGI. No UJI BIOKIMIA KETERENGAN. 1. Uji fermentasi karbohidrat Reaksi BIKIMIA PADA UJI BAKTERILGI o UJI BIKIMIA KETEREGA 1. Uji fermentasi karbohidrat Uji positif ditandai dengan perubahan warna indikator BTB (brom timol biru) pada media biakan dari biru menjadi kuning.

Lebih terperinci

VIABILITAS PLASMA NUTFAH MIKROBA Aspergillus spp. DAN Fusarium spp. SETELAH KONSERVASI EX SITU JANGKA LAMA

VIABILITAS PLASMA NUTFAH MIKROBA Aspergillus spp. DAN Fusarium spp. SETELAH KONSERVASI EX SITU JANGKA LAMA VIABILITAS PLASMA NUTFAH MIKROBA Aspergillus spp. DAN Fusarium spp. SETELAH KONSERVASI EX SITU JANGKA LAMA (Viability of Aspergillus spp. and Fusarium spp. After Long Periode of Ex Situ Conservation) DJAENUDIN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012 di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya, Weleri, Kendal, Jawa Tengah

Lebih terperinci

KONSISTENSI KEEFEKTIFAN BIOPLUS SERAT SELAMA MASA SIMPAN PADA SUHU RUANG

KONSISTENSI KEEFEKTIFAN BIOPLUS SERAT SELAMA MASA SIMPAN PADA SUHU RUANG KONSISTENSI KEEFEKTIFAN BIOPLUS SERAT SELAMA MASA SIMPAN PADA SUHU RUANG (Consistency of Fibre Bioplus Effectiveness during Storage Period at Room Temperature) M. WINUGROHO dan SRI MARIJATI Balai Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang.

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang. 7 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. A. Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April 2007 sampai dengan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) PENGARUH MEDIA PERTUMBUHAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN KINERJA KONSORSIUM MIKROBA PENDEGRADASI HIDROKARBON SETELAH PENYIMPANAN DALAM PENDINGIN DAN PENYIMPANAN BEKU

VIABILITAS DAN KINERJA KONSORSIUM MIKROBA PENDEGRADASI HIDROKARBON SETELAH PENYIMPANAN DALAM PENDINGIN DAN PENYIMPANAN BEKU VIABILITAS DAN KINERJA KONSORSIUM MIKROBA PENDEGRADASI HIDROKARBON SETELAH PENYIMPANAN DALAM PENDINGIN DAN PENYIMPANAN BEKU Erma Najmiyati dan Dominikus H. Akhadi 1) (Diterima tanggal 15-11-2011; Disetujui

Lebih terperinci

A. Isolasi Mikrobia merupakan proses pemisahan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan harus

A. Isolasi Mikrobia merupakan proses pemisahan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan harus A. Isolasi Mikrobia merupakan proses pemisahan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan harus diketahui cara-cara penumbuhan mikrobia pada media biakan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii ix xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian 6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pengambilan sampel limbah

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental labolatorik untuk mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan paramedis di Instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental murni secara laboratoris in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji 1. Bahan uji yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak daun sirih merah

Lebih terperinci

Matakuliah Bioproses JASAD PEMROSES DAN PENGEMBANGAN GALUR PEMROSES. By: KUSNADI,MSI.

Matakuliah Bioproses JASAD PEMROSES DAN PENGEMBANGAN GALUR PEMROSES. By: KUSNADI,MSI. Matakuliah Bioproses JASAD PEMROSES DAN PENGEMBANGAN GALUR PEMROSES By: KUSNADI,MSI. KELOMPOK MIKROORGANISME DALAM BIOPROSES 1. BAKTERI 2. FUNGI : YEAST/KHAMIR/RAGI MOLDS/KAPANG MUSHROOM/CENDAWAN 3. MIKROALGA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.) BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Uji Standar Karantina Ikan Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta dan Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi

Lebih terperinci

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe PEMBUATAN ANTIGEN KOKTO UNTUK SERUM ASCOLI Koko Barkah Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Antraks atau radang limpa adalah penyakit menular pada hewan yang disebabkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Patin a. Kolam pendederan b. Kolam pembesaran c. Kolam indukan Gambar lokasi pengambilan sampel pada Kecamatan Lau Bekri a. Kolam pendederan b. Kolam

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

... "". t'..' KEMUNGKINAN Pasteurella multocida SEBAGAI ZOONOSIS B NASIP BIN ELI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

... . t'..' KEMUNGKINAN Pasteurella multocida SEBAGAI ZOONOSIS B NASIP BIN ELI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. ',',~:' c '\"~l, ;, ~,,:,~~'".,1'."'... ;,;...~~'.t... J, ".:rr ",.,t;,:..'tr~,'".~"... :~... ;!.t:~* ( ' ~ \ KEMUNGKINAN Pasteurella multocida SEBAGAI ZOONOSIS Oleh NASIP BIN ELI Sarjana Kedokteran Hewan

Lebih terperinci

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN TUJUAN 1. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam proses pengubahan senyawa nitrogen organik menjadi ammonia (amonifikasi). 2. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam biokonversi

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum

Lebih terperinci

Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba

Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba Buletin AgroBio 4(1):24-32 Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba Muhammad Machmud Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor ABSTRACT Techniques for Conservation and Storage of Microbes.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,

Lebih terperinci

ABSTRAK KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN

ABSTRAK KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN ABSTRAK KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN Kurnia Baraq, 2010. Pembimbing I: Triswaty Winata, dr., M.Kes. Pembimbing II: Evi Yuniawati, dr., MKM. Kosmetik dikenal manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III A. Jenis Penelitian METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak kelopak bunga mawar yang diujikan pada bakteri P. gingivalis

Lebih terperinci

Pengaruh Stres Starvation dan Heat Shock Terhadap Viabilitas Sel Lactobacillus plantarum pada Bubuk Probiotik Jambu Biji Setelah Freeze-drying ABSTRAK

Pengaruh Stres Starvation dan Heat Shock Terhadap Viabilitas Sel Lactobacillus plantarum pada Bubuk Probiotik Jambu Biji Setelah Freeze-drying ABSTRAK Pengaruh Stres Starvation dan Heat Shock Terhadap Viabilitas Sel Lactobacillus plantarum pada Bubuk Probiotik Jambu Biji Setelah Freeze-drying Achmad Arief Wibowo,2011 Pembimbing : (I) Dr. Dra. Tjandra

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

Teknik Identifikasi Bakteri

Teknik Identifikasi Bakteri MODUL 5 Teknik Identifikasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Teknik Pewarnaan GRAM (Pewarnaan Differensial) 2. Uji Katalase 3. Pembuatan stok agar miring TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mempelajari cara menyiapkan apusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Desember 2014 bertempat

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Data 2.1.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI HARFAN TEGAS ADITYA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp.

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp. METODE Alur Penelitian Alur penelitian dan metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 tahapan, yaitu: peremajaan bakteri Salmonella sp., verifikasi bakteri Salmonella sp., isolasi fage,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk sekitar Kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan diantaranya Ujung, Ampel,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan atau Explanatory Research karena ingin mengetahui variabel-variabel

Lebih terperinci

PREPARASI DEINOCOCCUS RADIODURANS DAN KHAMIR DALAM MATERIAL KECAP L-DRYING SEBAGAI BAHAN UJI PROFISIENSI

PREPARASI DEINOCOCCUS RADIODURANS DAN KHAMIR DALAM MATERIAL KECAP L-DRYING SEBAGAI BAHAN UJI PROFISIENSI J. Tek. Ling Vol. 13 No. 1 Hal. 93-99 Jakarta, Januari 2012 ISSN 1441-318X PREPARASI DEINOCOCCUS RADIODURANS DAN KHAMIR DALAM MATERIAL KECAP L-DRYING SEBAGAI BAHAN UJI PROFISIENSI Titin Yulinery, Ratih

Lebih terperinci

Ketahanan Hidup Sel Acetobacter xylinum pada Pengawetan secara Kering-Beku Menggunakan Medium Pembawa

Ketahanan Hidup Sel Acetobacter xylinum pada Pengawetan secara Kering-Beku Menggunakan Medium Pembawa BIOSAINTIFIKA ISSN xxxx-xxxx Volume 1, Nomor 1 Maret 29 Halaman 41-48 Ketahanan Hidup Sel Acetobacter xylinum pada Pengawetan secara Kering-Beku Menggunakan Medium Pembawa (Viability of A. xylinum Subjected

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

Kualitas Bakteriologis Air Minum dalam Kemasan AC yang tidak Terdaftar di Bandung

Kualitas Bakteriologis Air Minum dalam Kemasan AC yang tidak Terdaftar di Bandung Kualitas Bakteriologis Air Minum dalam Kemasan AC yang tidak Terdaftar di Bandung Maya Sofa, Widura Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Abstrak Air minum dalam kemasan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 6. NUTRISI DAN MEDIA Kebutuhan dan syarat untuk pertumbuhan, ada 2 macam: fisik suhu, ph, dan tekanan osmosis. kimia

Lebih terperinci

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat 3 aseptik lalu diinkubasi selama 36 jam pada suhu 27 C. Setelah terlihat pertumbuhan bakteri, ditetesi lugol di sekitar biakan dan dibiarkan ±5 menit. Pengamatan dilakukan pada bagian berwarna biru dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi pasien ISK dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dalam penelitian ini adalah Ilmu Mikrobiologi dan Ilmu Bedah. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat penelitian 1.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 20 bulan yaitu dari bulan April 2006 sampai Desember 2007. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 C selama

Lebih terperinci

PERSIAPAN MEDIA DAN LARUTAN PENGENCER\

PERSIAPAN MEDIA DAN LARUTAN PENGENCER\ PERSIAPAN MEDIA DAN LARUTAN PENGENCER\ Tujuan: 1. Mengetahui media kultur dan larutan pengencer yang digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan mikrobiologi serta dapat membuatnya secara aseptik. 2. Untuk mensucihamakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi eksploratif untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi eksploratif untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi eksploratif untuk mengidentifikasi bakteri yang diisolasi dari limbah cair Tekstil di Instalasi Pengolahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi dan Ayam

Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi dan Ayam Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi dan Ayam (Detection of Salmonella sp in Beef and Chicken Meats) Iif Syarifah 1, Novarieta E 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Padjadjaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN

TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN Laporan Sementara Praktikum Mikrobiologi TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN Disusun Oleh : Kelompok B-3 Ira Asyura (1204103010006) Linda Hayani (1204103010020) Dian Pratama Putra (1204103010029)

Lebih terperinci

Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri

Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri No Media Komposisi 1 Media gelatin Sebanyak 150 g gelatin dilarutkan dengan akuades hingga 1000 ml, cek ph 6.7±7.0, lalu disterilisasi dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik laboratorik (Notoadmojo, 2012). Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009 MAKALAH PENELITIAN PENENTUAN ASAL YANG TERKAIT DALAM PROSES PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN MEMFERMENTASI SANTAN TANPA PENAMBAHAN RAGI Disusun Oleh : 1. Ajar Burhanudin Y L2C3 06007 2. Bagus Arbianto L2C3

Lebih terperinci

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK Slamet Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. 28 Oktober Siantan Hulu, Pontianak Abstrak:

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si. : Djaja Rusmana, dr., M.Si. Anna Noviana, 2008; Pembimbing I Pembimbing II

ABSTRAK. : Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si. : Djaja Rusmana, dr., M.Si. Anna Noviana, 2008; Pembimbing I Pembimbing II ABSTRAK IDENTIFIKASI Escherichia coli DAN BAKTERI coliform DALAM ES BATU PADA BEBERAPA KIOS MINUMAN DI SEPANJANG JALAN DEKAT SEBUAH PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG UTARA Anna Noviana, 2008; Pembimbing

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi karakteristik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir. Sterilisasi Permukaan

Lampiran 1. Diagram Alir. Sterilisasi Permukaan 80 Lampiran 1. Diagram Alir Sterilisasi Permukaan Dicuci air mengalir (3 menit) Ditimbang rimpang sebanyak 1 gram Direndam Etanol 75% 10 ml (3 menit) Direndam NaOCl 5,3% 10 ml (3 menit) Direndam Etanol

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi INVITRO. Lindawati Sudisman, Pembimbing : Fanny Rahardja,dr.

ABSTRAK. EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi INVITRO. Lindawati Sudisman, Pembimbing : Fanny Rahardja,dr. ABSTRAK EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi INVITRO Lindawati Sudisman, 2004. Pembimbing : Fanny Rahardja,dr.,MSi Salmonella typhi telah dilaporkan sensitifterhadap kloramfenikol dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO Agnes Setiawan, 2011. Pembimbing 1: Fanny Rahardja, dr., M.si. Pembimbing 2: Roys A. Pangayoman

Lebih terperinci

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator 81 LAMPIRAN Lampiran 1. Skema 1. Pembuatan Biakan A. xylinum Pada Media Agar 2,3 g nutrien agar diencerkan dengan 100 ml akuades di panaskan di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C Media Agar dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LACTOBACILLUS SPESIES YANG DIISOLASI DARI DAGING SAPI

KARAKTERISTIK LACTOBACILLUS SPESIES YANG DIISOLASI DARI DAGING SAPI KARAKTERISTIK LACTOBACILLUS SPESIES YANG DIISOLASI DARI DAGING SAPI (Characterization of Species Isolated From Beef) I.I. ARIEF 1, R.R.A. MAHESWARI 1, T. SURYATI 1 dan N. HIDAYATI 2 1 Departemen llmu Produksi

Lebih terperinci