JENDELA PENDIDIKAN JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Pelindung Rektor Universitas Gresik. Penasehat Dekan FKIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JENDELA PENDIDIKAN JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Pelindung Rektor Universitas Gresik. Penasehat Dekan FKIP"

Transkripsi

1 JENDELA PENDIDIKAN JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Pelindung Rektor Universitas Gresik Penasehat Dekan FKIP Pimpinan Redaksi Hj. Sri Sundari, S.Pd., M.Pd Dewan Redaksi Prof. Dr. H. Sukiyat, SH, M.Si Dra. Hj. Siti Bariroh, M.Pd Redaktur Pelaksana Dra. Adrijanti, M.Pd Etiyasningsih, S.Pd., M.Pd Sekretariat Penerbit Fauzia Masnah Alamat Penerbit / Redaksi Kampus Universitas Gresik Jl. Arif Rahman Hakim No. 2B Gresik Telp/Fax (031) Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analitis-kritis di bidang administrasi pendidikan

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah, sehingga Jurnal Jendela Pendidikan bisa hadir di kalangan pendidikan. Jurnal Jendela Pendidikan berisi tentang sejumlah artikel penelitian baik artikel bersifat empiris atau laporan penelitian maupun artikel yang bersifat kajian teori atau artikel konseptual. Penulis artikel berasal dari kalangan akademisi atau dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik yang akan dipublish pada para pemangku pendidikan dan masyarakat luas khusunya para pemerhati pendidikan. Hal ini sesuai dengan misi utama keberadaan Jurnal Jendela Pendidikan sebagai media komunikasi dan informasi yang bersifat ilmiah. Kami berharap partisipasi berbagai kalangan baik akademisi, praktisi, maupun birokrasi untuk menulis dalam jurnal ini, sehingga berbagai temuan, pemikiran dan ide serta gagasan dapat terkomunikasi dalam jurnal ini semoga terbitan ketiga Jurnal Jendela Pendidikan bermanfaat bagi kita semua. Gresik, Juni 2016 Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analitis-kritis di bidang administrasi pendidikan

3 DAFTAR ISI PENGARUH MODEL KEPEMIMPINAN GURU TERHADAP PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA KELAS 6 SDN 2 TAMBAK KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN GRESIK Subawadi, Azizatun Nufusiyah PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH DAN MOTIVASI TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SDN KEMUNINGSARI LOR 02 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER Sri Sundari, Achmad Ghozi PEMANFAATAN MEDIA BERBASIS EJARING SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN DALAM ASPEK KEPEDULIAN LINGKUNGAN Fahimatul Anis PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PENILAIAN KINERJA MENGAJAR GURU DI SDN KEPATIHAN 01 KECAMATAN KALIWATES Adrianti, Emy Sundari STUDI TENTANG HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DAN KARYAWAN DI SDN PANTI 01 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER Siti Bariroh, Ribut Irawan UPAYA PENINGKTAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 MELALUI METODE TANYA JAWAB, LATIHAN DAN CERAMAH DI SDN TANJUNGORI KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN GRESIK Adi Penata Rahmawan, Abdul Aziz Juni 2016

4 STUDI TENTANG HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DAN KARYAWAN DI SDN PANTI 02 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER Siti Bariroh dan Ribut Irawan Prodi Administrasi Pendidikan FKIP ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungankepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penelitian ini mengambil 34 guru sebagai populasi. Sedangkan tekhnik analisis data menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas dengan menggunakan tekhnik analisis data statistik korelasi dan regresi ganda.untuk memudahkan perhitungan akan digunakan bantuan software SPSS 16.0 version window. Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian dari hasil perhitungan hubungan total pada masing-masing jalurdiperoleh nilai regresisecara parsial antara variabel Kepemimpinan (X1) tdengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan (Y) sebesar 0,0143 yang termasuk kategori kuat (tinggi) maka berarti mempunyai hubungan yang signifikan, sedangkan Budaya Organisasi (X2)dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan(Y) sebesar 0,0428 yang termasuk kategori kuat (tinggi) maka berarti Budaya Organisasi dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan mempunyai hubungan yang signifikan.. Hubungan total terbesar adalah pada jalur X1 X2 Y; dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa variabel kepemimpinan (X1) dan budaya organisasi (X2) merupakan variabel dominan yang berhubungandengan disiplin kerja guru (Y). Kata Kunci : kepemimpinan, budaya organisasi, disiplin kerja guru dan karyawan. PENDAHULUAN tentang Sistim Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan nasional Latar Belakang Masalah berfungsi mengembangkan kemampuan Salah satu permasalahan pendidikan dan membentuk watak serta peradaban yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bangsa yang bermartabat dalam rangka adalah rendahnya mutu pendidikan pada mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan setiap jenjang dan satuan pendidikan, untuk mengembangkan potensi peserta khususnya pendidikan dasar dan menengah. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, 176

5 cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan diharapkan mampu menjawab tantangan pembangunan nasional pada umumnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari beberapa alasan, salah satu faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung pada keputusan yang memiliki jalur sangat panjang dan kadang kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi dari birokrasi di atasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembanganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai alat tujuan pendidikan nasional. Kepala sekolah sebagai manajemen puncak sebuah lembaga sekolah kurang memiliki ruang dalam mengembangkan lembaganya berdasar prinsip prinsip manajemen modern. Kepala sekolah tidak memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Berdasar kenyataan kenyataan tersebut, pemerintah telah melakukan upaya upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menjadi manajemen peningkatan berbasis sekolah (MBS). Menurut Umaedi (2009:108) tujuan utama MBS adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia, termasuk sumber daya manusia. Dalam konsep MBS, kepala sekolah merupakan komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Supriyadi (20088) dalam Mulyasa (2005:25) menyatakan bahwa : Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku kenakalan siswa. Namun di sisi lain tantangan kepala sekolah untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan sangatlah besar. Dalam kerangka inilah diperlukan upaya peningkatan manajemen kepala sekolah secara professional. Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu organisasi sosial perlu dikembangkan sebagaimana organisasi organisasi lainnya. Organisasi merupakan kumpulan dari orangorang memiliki tujuan yang sama. Organsisasi terbagi pada dua kelompok besar yang berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu : (1) organisasi sosial yang memiliki 177

6 tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya; dan (2) organisasi bisnis yaitu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai atau memperoleh keuntungan bagi pemiliknya. Pendekatan lain untuk membedakan suatu bentuk organisasi (sosial dan bisnis) adalah dari perkembangan organisasi itu berdasar pada fase pengembangannya. Organisasi sosial cenderung mengikuti fase pertumbuhan organisasi yang dikemukakan oleh Greiner (2012), sebagaimana dijelaskan dalam buku Teori Organisasi (Organization Theory) oleh Hatch (2007: ). Konsep teori lima fase pertumbuhan organisasi yang dikemukakan oleh Greiner sangat terkenal bagi para ilmuwan manajemen. Konsep yang dikemukakan oleh Greiner tersebut menjelaskan bahwa Fase-1 adalah mengawali bahwa organisasi itu ada disebabkan oleh kreativitas beberapa individu yang ingin memiliki wadah bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pada fase ini, individu anggota organisasi dihadapkan pada suatu kondisi yang kritis, kondisi antara organisasi terus ada (bisa terwujudkan) ataukah organisasi itu tidak terwujudkan, atau organisasi tersebut melebur menjadi tidak ada (bubar). Krisis tersebut ditandai dengan kondisi setiap individu dihadapkan pada pemilihan pimpinan, siapa yang disepakati untuk menjadi pemimpin. Bila kesepakatan untuk memilih pimpinan telah terwujudkan, maka organisasi telah lolos dari fase kritis tersebut. Fase-2 yang dikemukakan oleh Greiner tersebut ditandai dengan pertumbuhan organisasi melalui arahan dari pemimpinnya, karena ada seorang pemimpin yang telah disepakati bersama, semua kebijakan dari pimpinan merupakan arahan bagi anggotannya dan kebijakan tersebut diikuti atau tersentralisir pada pusat pengelolaan di mana organisasi itu berada. Pada lembaga sosial nirlaba seperti sekolah (SD khususnya) juga mengandung karakteristik pertumbuhan dan perkembangan organisasi pada kedua konsep tersebut di atas, karena : (1) Dalam organisasi Sekolah Dasar (SD) ada kepala sekolah sebagai pimpinan yang memegang kendali berputarnya roda organisasi. Pada organisasi tersebut krisis kepemimpinan terjadi pada awal pertumbuhan organisasi. Jika telah ada seorang pemimpin yang disepakati, maka organisasi Sekolah Dasar (SD) akan berkembang atas arahan kepala sekolah. (2) Organisasi Sekolah Dasar (SD) memiliki cara, kebiasaan dan aturan dalam mencapai tujuan dan misi organisasi, termasuk cara individu hidup berinteraksi satu sama lain (bermasyarakat), dan cara individu mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam organisasi. Kehidupan tersebut didasarkan pada keyakinan yang dimiliki, didasarkan pada falsafah hidup yang didasarkan pada hubungan mansusia dengan lingkungannya. Keyakinan tersebut dijadikan sebagai asumsi dasar (basic assumption) yang mendasari semua program, strategi dan rencana kegiatan organisasi Sekolah Dasar (SD). Atas dasar tersebut dibangun strategi jangka panjang dan jangka pendek, untuk memunculkan nilai yang tinggi manakala kegiatan yang dilakukan tidak menyalahi dari apa yang diprogramkan. Dengan kata lain, organisasi Sekolah Dasar (SD) memiliki budaya sekolah sesuai dengan asumsi dasar para kepala sekolahnya. (3) Perilaku tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di Sekolah Dasar (SD) dalam upaya melaksanakan program kerja yang telah disepakati ataupun yang diembannya akan memunculkan atau menciptakan disiplin kerja mereka khususnya tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (karyawan). Melihat karakteristik pertumbuhan dan perkembangan organisasi sekolah di 178

7 atas, maka dapat diketahui bahwa gaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kepemimpinan Kepala Sekolah dan budaya tujuan utamanya adalah meningkatkan organisasi di SDN Panti 02 Kecamatan Panti mutu pendidikan melalui peningkatan Kabupaten Jember kurang maksimal dalam kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, mempengaruhi kedisiplinan kerja guru dan keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas dan karyawannya. Berdasarkan kenyataan yang memberdayakan sumberdaya yang tersedia, ada dan sesuai dengan kondisi latar belakang termasuk sumber daya manusia :. di atas, maka kami selaku peneliti ingin Sesuai dengan konsep tersebut, melakukan penelitian dengan mengambil jelaslah bahwa seorang pemimpin (Kepala judul yaitu : Studi tentang Hubungan Sekolah) mempunyai peran ganda dan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi utama yaitu selaku seorang pemegang dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan kekuasaan maupun sebagai seorang guru di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten yang merupakan tenaga pendidik yang Jember. bertugas mengayomi semua tenaga pendidik Rumusan Masalah dan kependidikan maupun semua warga sekolah demi terciptanya lingkungan kerja Identifikasi Masalah yang kondusif. Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa gaya kepemimpinan seorang Rumusan Masalah Kepala Sekolah menjadi syarat utama Sesuai dengan penjelasan tersebut yang harus dimiliki oleh satuan pendidikan di atas, maka dapat dirumuskan berbagai guna menunjang kelancaran manajemen permasalahan yaitu : sekolah yang dipimpinnya, artinya 1. Bagaimanakah hubungan kepemimpinan sebuah lembaga /organisasi pendidikan dengan disiplin kerja guru dan karyawan pada khususnya dapat diketahui alur di SDN Panti 02 Kecamatan Panti kemajuan dan kemundurannya apabila Kabupaten Jember? gaya kepemimpinan seorang Kepala 2. Bagaimanakah hubungan budaya Sekolah dapat memberikan kenyamanan organisasi dengan disiplin kerja guru dan dan ketenangan pada iklim organisasi karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan sekolah yang dipimpinnya sehingga Panti Kabupaten Jember? tercipta lingkungan yang kondusif dan 3. Bagaimanakah hubungan kepemimpinan terbentuklah tingkat kedisiplinan yang dan budaya organisasi dengan disiplin tinggi pada guru dan karyawan di lembaga kerja guru dan karyawan di SDN Panti tersebut. Selain gaya kepemimpinan 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember? seorang pemimpin dalam sebuah lembaga, budaya organisasi juga sangat berhubungan dengan terbentuknya kedisplinan di Batasan Masalah kalangan guru dan karyawan dalam sebuah Berdasarkan permasalahan di atas lembaga pendidikan. Hal ini senada dengan dan luasnya permasalahan tentang hubungan pendapat dari Umaedi (2009:108) tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya konsep Manajemen Berbasis Sekolah organisasi terhadap disiplin kerja guru dan (MBS) yakni : Kepala sekolah merupakan komponen yang paling berperan dalam karyawan maka, penulis akan membatasi permasalahan permasalahan tersebut menjadi : 179

8 1. Bagaimanakah Kepala Sekolah selaku manajer dan supervisor dalam merencanakan, mengorganisasikan dan mengembangkan sumber daya manusia (guru dan karyawan) dan mengevaluasi tingkat kedisiplinan guru dan karyawan yang ada di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember? 2. Bagaimanakah bentuk kepemimpinan dan budaya organisasi yang dilakukan sebagai upaya memberdayakan dan meningkatkan kedisiplinan guru dan karyawan demi tercapainya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember? 3. Bagaimana upaya - upaya yang dilakukan para pengelola pendidikan untuk mengatasi masalah - masalah yang dihadapi? Tujuan Penelitian Setiap usaha pasti mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan penulis dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember ialah : 1. Tujuan Umum a. Bagi Pengawas TK / SD Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dimana Pengawas TK / SD selaku pengendali yang memberikan pembinaan di sekolah sekolah dalam kegiatan pembinaan selanjutnya. b. Bagi Lembaga / Institusi Dapat memberikan tambahan informasi bagi institusi, khususnya dalam mempertimbangkan penentuan kebijakan di sekolahnya. c. Korelasional antar variabel 1) Ingin mengetahui dan menganalisis hubungan kepemimpinan dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 2) Ingin mengetahui dan menganalisis hubungan budaya organisasi dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 3) Ingin mengetahui dan menganalisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 2. Tujuan Khusus Sesuai dengan tujuan umum diatas, maka tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan yang terjadi sehingga dapat ditemukannya solusi dari permasalahan tersebut dan berguna bagi obyek penelitian yaitu : a. Bagi Kepala Sekolah 1) Dengan informasi yang dihasilkan dari penelitian ini, kepala sekolah dapat menyusun strategi dan taktik operasional dalam peningkatan kualitas kedisiplinan guru dan karyawan di SD secara umum. 2) Dapat digunakan sebagai dasar pemikiran penyusunan program program peningkatan kualitas SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. b. Bagi Guru 1) Menambah khasanah keilmuan sehingga semakin luas wawasan kependidikannya. 2) Memperkaya bekal berimprovisasi dalam memperoleh strategi dalam kediplinan diri. c. Bagi Karyawan Dapat dijadikan tambahan / bekal dalam membantu terlaksananya tingkat kedisiplinan di sekolah yang lebih baik. 180

9 Manfaat Penelitian proses manajemen sekolah, seorang guru dan Hasil penelitian ini diharapkan karyawan bisa menuntut seorang pemimpin dapat memberikan kontribusi teoritis dan yaitu Kepala Sekolah melaksanakan praktis terhadap Studi tentang Hubungan kepemimpinan di sebuah lembaga sesuai Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan kondisi sekolah dan sumber daya dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan manusia di dalamnya sehingga guru dan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti karyawan secara sadar dapat meningkatkan Kabupaten Jember. Oleh karena itu, hasil kedisplinan diri tanpa adanya suatu paksaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan yang membuat semua guru dan karyawan manfaat kepada semua pihak baik kepada menjadi tertekan dalam dunia kerja yang pembuat kebijakan dan khususnya kepada selama ini digelutinya. Hal ini berarti seorang guru, tenaga kependidikan (karyawan) Kepala Sekolah tidak boleh mempunyai jiwa dalam meningkatkan kedisiplinan demi individualis dan semau gue. terlaksananya pelaksanaan Manajemen Selain itu, hasil penelitian ini juga Berbasis Sekolah (MBS). Manfaat dari dapat memperkaya proses budaya organisasi penelitian ini lebih jauh dapat dielaborasi dan tingkat krdisiplinan guru dan karyawan menjadi sebagai berikut : yang tinggi melalui gaya kepemimpinan 1. Manfaat secara Teoritis yang berirama dari seorang Kepala Sekolah Secara umum, hasil penelitian ini yang secara konsisten terus dilakukan di dapat dijadikan sebagai rambu rambu lembaga tersebut. dalam upaya pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan tugas kepala 2. Manfaat secara Praktis sekolah. Sedangkan secara teoritis kepala Pada manfaat praktis, hasil penelitian sekolah harus dapat memberikan tauladan ini dapat dijadikan bukti nyata kinerja atau contoh figur seorang pemimpin yang seorang Kepala Sekolah dan realitas tingkat mengayomi semua pihak terkait yang ada di kedisplinan guru dan karyawan (tenaga kependidikan). Penelitian ini memberikan bawah kepemimpinannya. masukan kepada Kepala Sekolah untuk Hal tersebut sejalan dengan teori melaksanakan dan mengimplementasikan yang dikemukakan oleh Supriyadi (2008) alur gaya kepemimpinannya dalam sebuah dalam Mulyasa (2005:25) yang menyatakan organisasi khususnya organisasi di dunia bahwa : pendidikan, dimana yang harus dihadapi Erat hubungannya antara mutu adalah figur seorang pendidik (guru) dan kepala sekolah dengan berbagai aspek tenaga kependidikan yang secara tidak kehidupan sekolah, seperti disiplin sekolah, langsung sangat berpengaruh juga pada iklim budaya sekolah dan menurunnya kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. perilaku kenakalan siswa. Sedangkan bagi guru dan tenaga kependidikan, Berdasarkan teori di atas, dapat dijadikan masukan dan motivasi maka tentang peningkatan kedisiplinan guru dan figur seorang pemimpin denga gaya tenaga kependidikan yang dilakukannya kepemimpinannya yang berbeda beda secara sadar tanpa adanya suatu paksaan dan merupakan kunci sukses atau tidaknya rasa tertekan dalam pekerjaannya. Namun sebuah manajerial sekolah yang dipimpinnya. peningkatan disiplin kerja guru dan karyawan Mengingat juga perkembangan sumber daya tersebut dapat tercapai dengan maksimal manusia yang sangat pesat sehingga dalam 181

10 jika kepemimpinan seorang Kepala Sekolah dapat dijadikan tauladan dan panutan serta kinerja yang dimiliki oleh Kepala Sekolah tersebut juga meningkat, dalam artian semua harus dilakukan secara seimbang dan tidak pandang bulu baik disiplin kerja yang dilakukan Kepala Sekolah maupun guru dan karyawan itu sendiri. 3. Manfaat secara Implementasi Hasil penelitian yang berjudul Hubungan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember, diharapkan dapat diimplementasikan khususnya di lembaga tempat penelitian dan umumnya bagi peneliti peneliti lain yang bisa dijadikan sebagai pembanding yang relevan. Selain itu, hasil penelitian ini bisa memberikan masukan yang sangat berharga kepada pimpinan dan pengambilan kebijakan pada lembaga pendidikan yakni peneliti selaku Kepala Sekolah (Supervisor) serta pelaksana pendidikan yang didalamnya terdiri dari guru (tenaga pendidik) dan kependidikan serta peserta didik yang secara tidak langsung terlibat dalam proses peningkatan disiplin kerja dan juga dapat menjadi rujukan bagi para peneliti selanjutnya. Definisi Operasional Variabel Guna menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipaparkan definisi operasional. Berikut ini definisi operasional dalam penelitian yaitu : 1. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari dari seluruh komponen sekolah (guru dan karyawan) untuk mencapai tujuan dan misi sekolah. 2. Budaya Organisasi Budaya organisasi adalah persepsi guru tentang sistim nilai yang digunakan oleh sekolah, penilaian perilaku tentang semangat dan suasana dalam organisasi untuk secara konsisten mengikuti norma, bekerjasama, merealisasikan misi organisasi dan menghargai prestasi dalam suatu organisasi 3. Disiplin Kerja Guru dan Karyawan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan adalah sikap patuh guru / karyawan kepada waktu dan peraturan yang ada. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teoritis Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan adalah salah satu proses di mana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum (Northouse, 2003:3). Pengertian ini dipertajam oleh Durbin yang menyatakan bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Durbin, 2011:5). Kepemimpinan itu ada pada diri pemimpin/manajer. Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin (leader) dan karakteristik manajer. Luthans (2008:576) menegaskan bahwa karakteristik pemimpin pada abad XXI adalah innovates (menciptakan sesuatu yang baru), original (ide asli tidak meniru orang lain), develops (mengembangkan), focus on people (berkosentrasi pada manusia), inspires trust (menimbulkan rasa percaya), longrange perspective (memiliki perspektif jangka panjang), ask what and why (menanyakan apa dan mengapa), eye on the horizon 182

11 (berpandangan sama dengan sesamanya), originate (memiliki keaslian), challenges the status quo (menentang kemapanan), own person (mengakui tanggung jawab ada pada pemimpin) dan does the wright thing (mengerjakan sesuatu yang benar). Pemimpin memiliki karakteristik selalu memiliki upaya untuk menciptakan hal baru. Gagasan gagasan yang dimiliki oleh pemimpin merupakan gagasannya sendiri, tidak meniru atau menjiplak. Pemimpin selalu berupaya untuk mengembangkan apa yang ia lakukan. Ia percaya pada bawahan, dan selalu menyalakan api kepercayaan pada anggota organisasi. Gagasannya memiliki prespektif jangka panjang. Ia bertanya pada bawahan dengan pertanyaan apa dan mengapa. Ia menentang status quo, ia tidak puas dengan apa yang ada. Ia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh bawahannya, dan ia mengerjakan yang benar. Luthans (20082:577) menyatakan bahwa : Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan, ada kalanya pemimpin tidak memberi kesempatan pada bawahannya untuk bertanya atau minta penjelasan (authoritarian); ada kalanya pemimpin memberi kesempatan bawahannya untuk berdiskusi dan bertanya (democratic). Ada pula pemimpin yang membiarkan kondisi yang ada terserah pada bawahannya (laissez-fair). Berikut studi yang dilakukan oleh The Ohio State Leadhership Study, pada akhir Perang Dunia II. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan ditujukan pada penyelesaian tugas atau orientasi pada sasaran (initiating structure), dan pengakuan terhadap kebutuhan individu dan hubungan (consideration). Selanjutnya penelitian dilanjutkan oleh The Early Michigan Leadership Study, hasilnya menujukkan bahwa kepemimpinan itu adalah perhatian terhadap karyawan (employee-oriented) dan juga perhatian terhadap proses produksi (productioncentered). Luthans (2008:589) juga menyebutkan bahwa kajian terhadap teori kepemimpinan terus berkembang pada teori Sifat (trait theories) teori kelompok dan tukar menukar (group and exchange theories), teori kontigensi, teori jalur dan hubungan (pathgoal leadership theories), teori kepemimpinan karismatik (Charismatic leadership theories) dan teori kepemimpinan transformasional (transformational leadership theories). Pembahasan kepemimpinan juga mengkaji tentang gaya kepemimpinan (leadership style). Studi klasik tentang teori kepemimpinan telah mengembangkan gaya kepemimpinan yang kontinum, boss centered and employee centered. Komponen dari boss centered meliputi : teori X, autocratic, production centered, close, initiating structure, task directed, directive. Sedangkan employee centered meliputi : teori Y, democratic, employee centered, general, consideration, human relations, supportive, participative. Gaya kepemimpinan tersebut telah mendasari teori Tannebaum and Schmidt Continuum of Leadership Behaviour. Gaya kepemimpinan yang mendasarkan pada dua dimensi yaitu perhatian terhadap tugas (concern for task) dan perhatian terhadap karyawan (concern for people) telah melahirkan teori gaya kepemimpinan yang terkenal dengan The Blake and Managerial Grid. Berikutnya berkembang pula gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Harsey dan Blanchard, yang kemudian dikenal dengan Harsey and Blancahrd s Situational Leadership Model. 183

12 Budaya Organisasi Piti Sithi Amnuai (2009) dalam Ndraha (2005:75) menjelaskan bahwa : Budaya organisasi sebagai a set of basic assumptions and beliefs that are the shared by members of an organization, being developed as they learn to cope with problems as external adaptation and internal integraction. Budaya organisasi itu berdasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu : (1) Asumsi dasar (basic assumptions); (2) Nilai (value); (3) Sesuatu yang ditinggalkan (artifact). Berikut ini akan dpaparkan sebagai berikut : 1. Asumsi dasar (basic assumptions) Tingakatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuhtumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri. Dalam hal ini asumsi dasar bisa diartikan sebagai filosofi, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tetapi ditanggung bahwa ada (niskala). 2. Nilai (value) Tingktan nilai, ini berhubungan dengan perbuatan atau tingkah laku. Untuk itu nilai bisa diukur (diuji) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk teknologi, seni, atau sesuatu yang bisa didengar. 3. Sesuatu yang ditinggalkan (artifact). Budaya organisasi itu merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa dipelajari untuk mengatasi dan hidup dalam organisasi. Budaya organisasi itu cenderung untuk diwujudkan oleh anggota organisasi (Brown, 2008:14). Robbins (2009:525) menjelaskan bahwa : Budaya organisasi itu merupakan suatu sistim nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga hal yang demikian bisa membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistim nilai tersebut dibangun oleh tujuh karakteristik sebagai intisari (essence) dari budaya organisasi, yaitu (1) Inovasi dan pengambilan resiko (innovation and risk taking). Tingkat di mana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil resiko; (2) Perhatian yang rinci (attention to detail). Tingkatan di mana para karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision). Analisis dan perhatian rincian; (3) Orientasi pada hasil (outcome orientation). Tingkatan di mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil; (4) Orientasi pada manusia (people orientation). Tingkatan di mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang anggota organisasi; (5) Orientasi tim kerja (team orientation). Tingkatan di mana kegiatan kerja diorganisir di sekitar tim-tim, bukan individu; (6) Keagresifan (agressiveness). Tingkatan di mana anggota ornganisasi memiliki sifat agresif dan kompetitif dan bukannya santai; (7) Stabilitas (stability). Tingkatan di mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo daripada pertumbuhan. Dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan memeprtahankan kelangsungan hidupnya, serta dalam melakukan integrasi internal, budaya melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya, 184

13 yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir misi dan strategi, tujuan, cara, ukuran, dan evaluasi. Disiplin Kerja Guru dan Karyawan Pengertian disiplin guru dan karyawan Banyak sekali dari kita yang mengerti dan paham disiplin tapi ketika ditanya tentang arti disiplin mereka agak kebingungan. Disiplin diri adalah sikap patuh kepada waktu dan peraturan yang ada. Dari pengertian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa disiplin itu mengandung dua makna yaitu patuh waktu dan juga peraturan atau tata tertib ataupun norma. Patuh pada waktu, tentunya kita sering mendengar kata disiplin waktu. Disiplin memiliki arti demikian ketika kita dihadapkan pada waktu dalam melakukan sesuatu artinya dalam melakukan sesuatu tersebut kita memiliki sebuah tanggungjawab kepada waktu. Contoh realnya seperti ini, sebagai pelajar kita tentu mengetahui jam masuk sekolah kita sehingga kita sebisa mungkin untuk datang ke sekolah lebih awal agar tidak terlambat. Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui kalau seorang pelajar yang disiplin itu memiliki tanggung jawap pada waktu yang berupa jam masuk sekolah. Patuh pada tata tertib atau peraturan, di sekolah sebagai pelajar tentunya kita telah mengetahui tata tertib sekolah. Di lingkungan masyarakat kita juga telah mengenal itu norma. Di dalam keluarga juga dapat di temui sebuah aturan meskipun biasa tak tertulis. Disiplin memiliki arti demikian ketika dihadapkan kepada peraturan peraturan atau tata tertib saat ingin melakukan sesuatu. Setiap peraturan itu bersifat mengikat artinya siapapun yang berada pada lingkungan yang memiliki suatu peraturan secara tidak langsung orang tersebut memiliki tanggung jawab pada peraturan tersebut. Ketika orang tersebut mematuhi peraturan tersebut maka ia telah bersikap disiplin dan ketika berbuat sebaliknya dia telah berbuat tidak disiplin dan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku. Kedua makna ini harus dipenuhi oleh setiap orang jika ingin disebut telah memiliki sikap disiplin diri. Sikap disiplin diri ini merupakan sebuah sikap kebiasaan, artinya sesorang yang telah terbiasa disiplin akan mudah untuk berlaku disiplin dimanapun dia berada tetapi ketika seseorang tersebut tidak terbiasa maka dia juga akan sulit untuk berlaku disiplin dimanapun itu. Ruang lingkup disiplin Sukses adalah hasil dari berbagai aspek seperti kerja keras, kepandaian, rencana dan pelaksanaan yang hati hati, serta, sedikit keberuntungan. Disamping itu, sukses juga ditentukan oleh displin atau tidaknya seseorang meraih segala sesuatu dan meletakkan sesuatu di tempat yang layak. Tanpa disiplin, seseorang tak akan mampu menyelesaikan segala apa yang telah direncanakannya. Dia tak akan mampu melakukan sebuah strategi secara berkesinambungan untuk meraih tujuan jika tidak punya disiplin. Disiplinlah yang membuat kita berada on track, tak peduli seberapa berat yang dihadapi. Orang yang disiplin tahu apa saja yang perlu dilakukan dan berfokus pada hal itu. Sebetulnya, disiplin tidak usah dibicarakan terlalu muluk. Secara sederhana, sejak pagi dimulai, kedisiplinan tanpa sadar sudah menyertai. Bangun pukul sekian, mandi, kemudian berangkat dari rumah, adalah contoh kecil tentang disiplin. Banyak orang sukses akan setuju bila faktor disiplin disertakan sebagai salah satu resep 185

14 keberhasilan mereka. Bila kita bangun dengan kaki yang salah misalnya, sebagai akibatnya kita merasa tidak enak badan, bisa dipastikan bahwa hari itu kita akan lebih tidak produktif ketimbang hari hari di mana segala sesuatunya berjalan lancar. Kiat penting untuk mengoptimalkan pagi hari adalah dengan membuat semacam rutinitas kecil. Bangunlah di waktu-waktu yang sama misalnya pukul 5 6 pagi (bukannya bisa bangun jam lima, bisa juga jam sepuluh nanti), dan kerjakan hal hal kecil yang efisien, seperti menyiapkan pakaian, atau memanaskan mobil, dan sebagainya. Jangan lupa pula sarapan pagi untuk memberi energi. Disiplin tak terlepas dari optimalisasi waktu kerja. Kalau di waktu kerja kita cenderung bermalas malasan, menunda pekerjaan, dan sebangsanya, kapan kesuksesan itu bakal muncul? Singgah saja pun jangan jangan tak sudi. Untuk itu, agar kedisiplinan kita berjalan teratur buatlah daftar tugas setiap hari. Kita bisa membaginya dalam beberapa periode, tergantung dari rutinitas atau proyek yang sedang dikerjakan. Dengan menuliskan manajemen waktu, kita bisa membayangkan segala tujuan, dan kemudian mengukur efisiensi kerja kita sendiri. Selain itu, kita juga bisa tahu sebanyak apa kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu. Dengan melihat hasilnya, kita juga bisa tahu apakah target yang kita tentukan itu gagal atau tidak. Kalau iya, apakah hal itu disebabkan rencana yang tidak layak, atau karena terinterupsi oleh orang lain, atau karena kita sendiri yang tidak disiplin mengerjakan tugas sesuai jadwal. Menurut penelitian ini definisi tentang disiplin Kerja Guru dan Karyawan adalah sikap patuh guru / karyawan kepada waktu dan peraturan yang ada. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan Budaya diciptakan oleh pemimpinnya, dan sebaliknya pemimpin juga diciptakan oleh budaya. Berdasarkan pada prespektif teori, budaya itu muncul melalui tiga proses, yaitu : (1) socio dynamic theory; (2) leadership theory; (3) organizational learning (Schein, 2012:143). Seorang pemimpin memiliki peran menentukan program kegiatan yang didasarkan pada asumsi dasar organisasi atau konsep manajemen yang digunakan, seperti Six Sigma. Bila perilaku bawahan sesuai dengan program yang telah digariskan oleh pimpinan maka nilai yang diperolehnya adalah tinggi, dan sebaliknya jika perilaku individu dalam organisasi jauh dari kebenaran sebagaimana yang dituangkan dalam program kerja oleh pemimpinnya, maka disitu nilainya rendah. Dengan demikian, budaya diciptakan oleh pemimpinnya (Schein, 2010:322). Fenomena ini bisa dikatakan mirip dengan fase pertumbuhan organisasi yang dikemukakan oleh Greiner (2012), khususnya pada fase pertumbuhan yang kedua, di mana suatu organisasi itu tumbuh atas dasar arahan (direction) dari seorang pemimpin yang telah disepakati oleh organisasi tersebut sebagai konsekuensi menjadi bagian di dalamnya. Fenomena bisa terbalik, artinya bisa jadi pemimpin diciptakan oleh budaya organisasi manakala pemimpin tersebut lahirnya sebagai penerus (succession) sedangkan budaya organisasi telah mengakar dan telah menjadi bagian dari kehidupan organisasi tersebut. Suatu contoh dalam organisasi pemerintahan, suatu negara lahir dengan bangunan pondasi Undang Undang Dasar dan falsafah hidup bernegara di mana 186

15 Undang Undang Dasar dan falsafah hidup bernegara merupakan asumsi dasar dari budaya organisasi pemerintahan tersebut. Lahirnya seorang pemimpin baru sebagai generasi penerus pemimpin sebelumnya akan melanjutkan asumsi dasar tersebut sehingga pemimpin baru tersebut berpegang dan melestarikan asumsi dasar dari budaya organisasi, maka pemimpin baru dapat dikatakan tercipta oleh budaya organisasi dan pengaruhnya terhadap tingkat disiplin kerja yang semakin tinggi. Namun dalam hal kepemimpinan transaksional ditemukan tidak ada perbedaan. Beberapa nilai budaya dapat pula diprediksi gaya kepemimpinan, tetapi hanya menjelaskan perbedaan dalam porsi yang kecil. Hal ini menerangkan bahwa nilai nilai budaya memiliki pengaruh kecil pada kepemimpinan, namun gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang besar dengan tingkat kedisiplinan kerja. Bila memasuki ruang perkantoran suatu organisasi akan berbeda dengan kantor organisasi lain yang memiliki pemimpin berbeda. Fenomena yang didapatkan pada suatu organisasi seperti : kesejukan, ketenangan, etos kerja karyawan, sikap, keramah tamahan, integritas, team work dan sebagainya, menggambarkan kepemimpinan dari pimpinan tersebut. Oleh karena itu Schein (2010) menegaskan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi bagaikan dua sisi mata uang yang sama yang mempunyai hubungan dengan tingkat kedisiplinan karyawan baik dalam organisasi kependidikan yaitu guru dan karyawan (tenaga kependidikan) maupun di organisasi yang lainnya. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis Kerja (Ha) Hipotesis Kerja (Ha) dalam penelitian ini yaitu : 1. Terdapat hubungan kepemimpinan dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 2. Terdapat hubungan budaya organisasi dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 3. Terdapat hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Hipotesis Null (Ho) Hipotesis Null (Ho) yang diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Tidak terdapat hubungan kepemimpinan dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 2. Tidak terdapat hubungan budaya organisasi dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 3. Tidak terdapat hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan disiplin kerja guru dan karyawan di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. METODE PENELITIAN Metode penelitian dalam penelitian ini terdiri dari rancangan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, istrumen penelitian, teknik analisis data dan pengujian hipotesis penelitian yang secara rinci akan kami jabarkan sebagai berikut : 187

16 (1) Rancangan Penelitian; (2) Populasi dan karena yang diteliti adalah : Hubungan sampel Penelitian; (3) Variabel Penelitian; Kepemimpinan dan Budaya Organisasi (4) Instrumen Penelitian; (5) Teknik Analisis dengan Disiplin Kerja Guru dan Karyawan Data; (6) Pengujian Hipotesis. di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Menurut Sugiyono (2007:326) Rancangan Penelitian bahwa : Rancangan penelitian ini merupakan Penelitian korelasional merupakan penelitian eksploratif menggunakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk deskriptif dan pendekatan kuantitatif. Tujuan mengetahui ada tidaknya pengaruh antara penelitian ini adalah untuk mengetahui dua atau beberapa variabel. (Sugiyono, pengaruh variabel variabel kepemimpinan, 2007:326). budaya organisasi terhadap disiplin Tujuan penelitian deskriptif kerja guru dan karyawan di SDN Panti kuantitatif adalah untuk membuat deskripsi 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember atau lukisan secara sistematis, faktual dan (explanatory research). Variabel variabel akurat mengenai fakta fakta serta pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi dan antar fenomena yang diselidiki. Melalui disiplin kerja guru merupakan variabel tidak analisis tersebut diharapkan diperoleh terukur (latent variable). Untuk itu pada jawaban terhadap hipotesis yang diajukan. setiap variabel latent tersebut akan dilakukan pengukuran melalui indikator indikator Populasi dan Sampel Penelitian (manifest) sebagai proxy. Sumber data yang menjadi unit Namun berdasarkan hubungan analisis penelitian ini adalah seluruh variabel yang ditelitinya, maka penelitian komponen yang menunjang judul penelitian ini juga termasuk penelitian asosiatif untuk ini yaitu Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga menggambarkan pengaruh (korelasional) TU di SDN Panti 02 Kecamatan Panti antara dua variabel atau lebih. Sesuai dengan Kabupaten Jember. pendapat Nasir (2008:83) menyatakan bahwa : Unit unit analisis tersebut dikategorikan sebagai wilayah sumber data Penelitian eksploratif adalah suatu penelitian. Sumber data penelitian terdiri metode penelitian yang meneliti status dari populasi dan sampel yang berada di kelompok manusia, suatu obyek, suatu set wilayah penelitian tersebut. kondisi, suatu sistim pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang Menurut Surakhmad (2008: 93) : dan bagaimana hubungan antar aspek- Populasi adalah sekelompok subjek, aspek tersebut itu terjadi. Tujuan penelitian baik manusia, gejala, nilai tes, benda benda eksploratif adalah membuat deskripsi ataupun peristiwa, jenis data yang digunakan gambaran secara sistimatis, faktual, dan dalam penelitian. akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan Berkaitan dengan teknik pengambilan antar fenomena yang diselidiki. sampel, Arikunto (2004:120) mengemukakan Sedangkan analisa terhadap bahwa : fokus permasalahan dilakukan dengan Untuk sekedar ancer-ancer apabila menggunakan metode analisis deskriptif subjek kurang dari 100, maka lebih baik korelasional. Penelitian korelasi digunakan 188

17 diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Dapat dijelaskan bahwa jenis data yang dikumpulkan tergantung pada jenis masalah yang diteliti. Dalam penelitian pendidikan, orang orang, lembaga, organisasi, benda benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Peneliti menggunakan tempat penelitian di SDN Panti 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Jadi populasi penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan karyawan (tenaga TU) yang berjumlah 34 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 18 guru kelas, 3 guru Agama, 3 guru Penjaskes, 3 Guru Mulok (Bahasa Inggris), 2 guru komputer, 2 tenaga TU, 1 penjaga sekolah dan 1 SATPAM. Variabel Penelitian Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Masri (Riduan, 2009:122) memberikan pengertian tentang : Definisi operasional yaitu unsur penelitian yang memberikan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi oprasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu variabel. Berikut ini definisi oprasional variabel penelitian antara lain : 1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ( X1 ) Kepemimpinan Kepala Sekolah didefinisikan sebagai kemampuan kepala sekolah dalam menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari seluruh komponen sekolah untuk mencapai tujuan dan misi sekolah. Salah satu proses di mana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum Pemimpin memiliki karakteristik selalu memiliki upaya untuk menciptakan hal baru. Gagasan gagasan yang dimiliki oleh pemimpin merupakan gagasannya sendiri, tidak meniru atau menjiplak. Indikator indikator untuk variabel ini adalah : a. Kemampuan kepala sekolah berkomunikasi secara verbal b. Ketepatan dalam mengambil keputusan c. Kemampuan memecahkan masalah d. Kemampuan memotivasi guru dalam bekerja e. Frekuensi pendelegasian tugas kepada guru bawahan f. Kemampuan dalam menjelaskan visi dalam memimpin sekolah g. Kemampuan membangun kerja tim h. Kemampuan memecahkan konflik di sekolah 2. Variabel Budaya Organisasi (X2) Budaya organisasi adalah persepsi guru tentang sistim nilai yang digunakan oleh sekolah, penilaian perilaku tentang semangat dan suasana dalam organisasi untuk secara konsisten mengikuti norma, bekerjasama, merealisasikan misi organisasi dan menghargai prestasi dalam suatu organisasi. Adapun indikator indikator budaya organisasi adalah : a. Keberanian sekolah berinovasi dan mengambil resiko b. Perhatian terhadap hal-hal detil c. Penentuan target hasi belajar siswa d. Penghargaan terhadap guru secara manusiawi e. Frekuensi penyelesaian masalah dengan tim f. Keagresifan dalam melaksanakan program g. Keadaan keamanan dan kenyamanan dalam sekolah 189

18 3. Variabel Disiplin Kerja Guru dan Tehnik Analisis Data Karyawan (Y ) Disiplin Kerja guru yaitu sikap patuh Teknik Pengumpulan Data seorang pendidik (guru) kepada Dalam penelitian kuantitatif, analisis waktu dan peraturan yang ada pada data merupakan kegiatan setelah data lembaga pendidikan tempat dia dari seluruh responden atau sumber lain bekerja. Dari pengertian diatas kita terkumpul. Kegiatan dalam analisis data dapat menyimpulkan bahwa disiplin adalah mengelompokan data berdasarkan itu mengandung dua makna yaitu patuh variabel jenis responden, mentabulasi waktu dan juga peraturan atau tata tertib data berdasarkan variabel dari seluruh ataupun norma. responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk Indikator dari Disiplin Kerja guru antara menjawab rumusan masalah dan melakukan lain : perhitungan untuk menguji hipotesis a. Tingkat disiplin dalam bekarja yang telah diajukan. Dalam penelitian b. Konsistensi guru dan karyawan dalam ini, penulis menggunakan teknik analisis bekerja sesuai dengan profesinya statistik yang dihitung menggunakan. c. Tingkat kreativitas dan inovatif guru Analisis ini digunakan untuk melaksanakan dan karyawan seluruh rangkaian kerja penelitian, seperti d. Tingkat presensi guru dan karyawan merumuskan hipotesis, menyusun instrumen e. Loyalitas guru dan karyawan sebagai penelitian, menentukan sampel, menganalisis warga sekolah dan menarik kesimpulan. f. Kualitas akademik guru dan karyawan Untuk memperoleh data dan hasil Instrumen Penelitian penelitian yang sempurna, maka kami menggunakan instrumen sebagai alat Dalam menganalisis besarnya pengumpul data dan sebagai jawaban dari pengaruh dari variabel bebas, yaitu : masalah masalah yang ada. Pengaruh Kepemimpinan ( X1 ) dan Budaya Dalam pengumpulan data, metode Organisasi ( X2 ) yang merupakan variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: Independent terhadap Disiplin Kerja Guru dan Karyawan ( Y ) yang merupakan variabel 1. Metode angket, diperoleh melalui Dependent (Penelitian di SDN SDN Panti beberapa jawaban dari pertanyaan 02 Kecamatan Panti Kabupaten Jember), tertulis yang diisi oleh responden, yang maka langkah langkah persiapan sebelum dapat dicari dengan metode ini adalah pengolahan data yang dilakukan yaitu : data tentang tingkat efektifitas belajar Mempersiapkan instrumen penelitian berupa siswa. angket skala garis model Likert dengan lima 2. Metode interview, yaitu pengumpulan alternatif jawaban. Sesuai dengan variabel data dengan mengajukan pertanyaan penelitian, maka digunakan 3 buah angket, secara langsung pada responden dan yaitu angket : jawabannya dicatat atau direkam. Adapun yang berkaitan dengan metode 1. Variabel Kepemimpinan ( X1 ) ini adalah tentang deskripsi data pada 2. Variabel Budaya Organisasi ( X2 ) bagian kondisi umum objek penelitian. 3. Variabel Disiplin Kerja Guru dan 3. Metode dokumentasi, yaitu mencari data Karyawan (Y ) mengenai hal-hal atau variabel yang 190

19 berupa catatan, transkrip, dan lain lain. 2. Percobaan Angket. Metode ini digunakan untuk mencari Berdasarkan hasil uji coba, perlu data tentang jumlah siswa, keadaan diadakan perbaikan pada petunjuk kecerdasan siswa dan raport siswa. pengisian diberikan contoh mengerjakan instrument dan menghilangkan nomor Tujuan digunakan teknik pengumpulan soal yang tidak valid dan tidak reliabel. data adalah untuk mendapatkan data yang Percobaan angket dilakukan dengan selanjutnya dipergunakan untuk menguji dan tujuan sebagai berikut : membuktikan hipotesa data adalah kumpulan a. Menguji keterbacaan materi angka, huruf, simbol, bagan atau grafik dan pertanyaan yang tertuang dalam lain-lain yang berperan sebagai bahan baku angket. Hal ini dilakukan untuk informasi. mengetahui apakah jawaban Teknik pengumpulan data yang responden sesuai dengan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik diharapkan. yang angket kuesioner (skala likert). Langkah- b. Mempertajam permasalahan. Hal ini langkah yang ditempuh dalam pengumpulan dimaksudkan untuk mengungkapkan; data ini sebagai berikut : apakah masalah tersebut ada di 1. Penyusunan Angket. lapangan. Dalam penyusunan angket, peneliti c. Menghindari ketertinggalan. Hal ini dimasudkan untuk mengecek; apakah melakukan kegiatan berupa : masih ada data penting dan relevan a. Menetapkan jenis variabel yang dengan penelitian yang masih belum penting untuk ditanyakan kepada terungkap dalam angket. responden dengan beberapa alternatif jawaban. 3. Penyebaran Angket. b. Menyusun pertanyaan-pertanyaan Setelah angket dikonsultasikan, yang sudah diklasifikasikan diujicobakan, dan direvisi, selanjutnya berdasarkan indikator (problematika peneliti menyebarkan angket kepada penelitian). Setiap item dilengkapi responden yaitu guru sekolah dasar. dengan lima alternative jawaban 4. Mengumpulkan kembali angket yang yang disusun secara berskala. telah diisi oleh sumber data. c. Melengkapi daftar pertanyaan dengan petunjuk pengisian angket, yaitu Teknik Pengolahan Data bagaimana cara menjawab masing- Setelah angket terkumpul dan masing pertanyaan tersebut. Petunjuk diadakan pemeriksaan kembali, peneliti ini dimaksudkan untuk memberikan menentukan alat dan cara untuk mengolah arahan kepada responden agar data. Menentukan alat dan cara pengolahan pada pengisiannya tidak terjadi data merupakan langkah yang menentukan kekeliruan. agar data yang disajikan mempunyai arti d. Mengkonsultasikan kepada pembimbing sehingga dapat menjawab problematika untuk penilaian, pengoreksian, perbaikan penelitian. Dengan terjawabnya (bila diperlukan) dan persetujuan problematika penelitian dan pembuktian mengenai kelayakannya sebagai alat hipotesa, peneliti dapat membuat pengumpul data. kesimpulan. 191

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini berkembang begitu pesat dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu.

Lebih terperinci

Landasan Teori dan Hipotesis

Landasan Teori dan Hipotesis Sistem Kepemimpinan dan Sarana Prasarana Sekolah terhadap Kinerja Guru Oleh: Joshua H. L. Tobing, Ph.D Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Advent Indonesia, Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat itu, yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung oleh strategi sumber daya manusia dan

Lebih terperinci

Landasan Teori dan Hipotesis

Landasan Teori dan Hipotesis Sistem Kepemimpinan dan Sarana Prasarana Sekolah terhadap Kinerja Guru Oleh: Joshua H. L. Tobing, Ph.D Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Advent Indonesia, Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari perusahaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi tersebut. Budaya tersebut dapat tercermin pada perilaku para karyawan, kebijakan-kebijakan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN ACEH BESAR

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN ACEH BESAR 42-46 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN ACEH BESAR Fadhilah dan Cut Nurul Fahmi Universitas Serambi Mekkah Email : FadhilahMpd@yahoo.com Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang kehidupan. Dengan manajemen, kinerja sebuah organisasi dapat berjalan secara maksimal. Demikian juga dengan

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO NOVRIYANTI SUMAS SI MANAJEMEN ABSTRAK Novriyanti Sumas, NIM 931 409 084 Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surakhmad (2001:139), metode deskriptif adalah ditujukan

III. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surakhmad (2001:139), metode deskriptif adalah ditujukan III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Winarno Surakhmad (001:139), metode deskriptif adalah ditujukan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri obat-obatan, yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi dan Misi bagi sebuah perusahaan sangat penting. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Visi dan Misi bagi sebuah perusahaan sangat penting. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi dan Misi bagi sebuah perusahaan sangat penting. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena dalam memberikan gambaran atas suatu peristiwa atau gejala menggunakan alat bantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu Negara, sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia tersebut merupakan aset terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

DIMENSI KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI KOPERASI KARYAWAN PT. PINDAD PERSERO. Hesti Budiwati STIE Widya Gama Lumajang

DIMENSI KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI KOPERASI KARYAWAN PT. PINDAD PERSERO. Hesti Budiwati STIE Widya Gama Lumajang 49 Jurnal WIGA.Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944 DIMENSI KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI KOPERASI KARYAWAN PT. PINDAD PERSERO STIE Widya Gama Lumajang Abstraction Leadership plays

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Selamat Sempurna Tbk. yang beralamat di Jl. LPPU Curug no.88, Tangerang, Banten 3.1. Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah dalam hal ini menempati peran penting sebagai tenaga kependidikan dengan tugasnya yang bukan hanya sekedar membantu sekolah dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah karyawan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bumi Serpong Damai yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Undang-Undang,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR ABSTRAK GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA Oleh : Resti Kurnia Yulianti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didayagunakan sedemikian rupa. Para guru perlu digerakkan secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. didayagunakan sedemikian rupa. Para guru perlu digerakkan secara efektif, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan fungsi inti dalam proses manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah direncanakan atau diorganisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan BAB I PENDAHULUAN Bab awal ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai implementasi kebijakan kepala sekolah mengenai adanya pelanggaran tata tertib di ruang lingkup SMP Negeri 1 Cerme yang

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi adalah mahasiswa yang rata-rata masuk perguruan tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi adalah mahasiswa yang rata-rata masuk perguruan tinggi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi merupakan sebagai bagian integral dari kehidupan bangsa dan Negara. Selain itu, memegang peranan dalam mengisi kehidupan bangsa dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini berkembang dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu. Lembaga pendidikan mulai banyak

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi reformasi pembangunan dalam upaya menyelamatkan kehidupan nasional yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan perekonomian yang semakin pesat dewasa ini membuat sumber daya manusia menjadi unsur yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan dalam arti sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar

Lebih terperinci

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang sekolah menengah yang mengembangkan kemampuan siswanya pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur untuk mengetahui dan mendapatkan data dengan tujuan tertentu yang menggunakan teori dan konsep yang bersifat empiris, rasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang. penelitian itu dilakukan, merupakan kantor pusat Perusahaan Daerah Air

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang. penelitian itu dilakukan, merupakan kantor pusat Perusahaan Daerah Air BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang yang bertempat di Jalan Danau Sentani No.100 Malang. Pemilihan lokasi ini didasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian tentang pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMK Otomotif merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu yaitu bidang otomotif. Pada prinsipnya

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS Oleh: UTIK SETYARTI Q. 100.050.196 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan, hal ini untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan dapat menjamin perkembangan dan keberlangsungan hidup suatu bangsa, oleh karena itu peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang penuh optimis, berani, tampil, berperilaku kooperatif, dan kecakapan

Lebih terperinci