STATUS GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA; ANALISIS HASIL PEMATAUAN STATUS GIZI SULAWESI SELATAN TAHUN 2014
|
|
- Adi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STATUS GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA; ANALISIS HASIL PEMATAUAN STATUS GIZI SULAWESI SELATAN TAHUN 214 Nadimin 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar Abstract Background: South Sulawesi is known as the Food Barn but also has under five malnutrition was high. In 214 held Nutritional Status Monitoring (PSG) in each province, including in South Sulawesi. PSG has been providing nutritional status information and the general state of the family of under five children, including the educational level of parents. Methods: a cross sectional study, children aged -59 months was selected by cluster random sampling. The sample selection is done through three stages: first, the selection of districts/cities by systematic random sampling; second, the selection of clusters (villages/rw) each 3 clusters; and the third selection of households (RT) RT using anti-mosquito cycle models. Nutritional status was determined based on the index of weight for age, height for age and weight for height, and the level of parental education were collected through interviews. Results: The level of parents' education both father and mother are the most complete primary school and high school graduation. Prevalence of underweight were 26.1%, stunting were 37.55% and wasting were 11.2%. District/city of the highest prevalence of underweight, stunting and wasting was Takalar and the lowest is the Luwu. Prevalence of underweight, stunting and wasting tends to decrease with an increase in the level of maternal education. Conclusion: The prevalence of underweight is still higher than Riskesdas 214 and 215 MDG targets despite a decline in malnutrition. There is a relationship between maternal education levels with the nutritional status of children. Keywords: Nutritional status, under five, mother's education. LATAR BELAKANG Masalah kekurangan gizi pada anak balita di Indonesia khusus di Sulawesi Selatan merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sulawesi Selatan sudah dikenal sebagai Lumbung Pangan khususnya untuk kawasan Indonesia Timur, namun di daerah ini rawan terhadap gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 213, Sulsel termasuk dalam sepuluh provinsi yang terbanyak angka gizi kurang (19,%) dan gizi buruk (6.6%), lebih tinggi dari angka nasional yang hanya mencapai 5.7% dan 13.9%. Proporsi balita yang mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan adalah pendek sebanyak 19.2% dan sangat pendek 18.%. Proporsi balita yang kurus maupun sangat kurus masingmasing 6.8% dan 5.3% (Kemenkes, 213). Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan balita. Balita dengan gizi kurang atau buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Dampak jangka pendek gizi buruk adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan perkembangan. Sedang dampak jangka panjang adalah penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensorik. Gizi buruk jika tidak dikelola dengan baik pada fase akutnya 6
2 akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya generasi bangsa (Anggraini D, 28). Masalah kekurangan gizi pada anak balita dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kurangnya asupan zat gizi dan gangguan kesehatan. Kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak langsung, salah satunya adalah rendahnya tingkat pendidikan orang tua (Supariasa, 213). Tingkat pendidikan orang tua baik ayah maupun ibu berhubungan yang signifikan dengan status gizi anak balita (Sebataraja LR, 214) maupun anak sekolah (Linda O, 211). Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi jenis pekerjaan dan penghasilan sehingga berpengaruh juga terhadap daya beli keluarga. Tingkat pendidikan orang tua secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Dalam rangka penyediaan informasi situasi status gizi khususnya di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, pada tahun 214 telah dilaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) di setiap provinsi termasuk di Sulawesi Selatan. PSG tersebut telah menyediakan informasi status gizi dan keadaan umum keluarga anak balita, diantaranya adalah tingkat pendidikan orang tua. Sehubungan dengan hal, penulis melakukan analisis hubungan status gizi dengan tingkat pendidikan ibu. METODE Pemantauan Status Gizi (PSG) dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan dilakukan dengan disain potong lintang (cross sectional survey). Sampel adalah balita usia -59 bulan yang dipilih secara cluster random sampling. Pemilihan sampel dilakukan secara bertahap, yaitu pertama, pemilihan sampel kabupaten/kota secara systematic random sampling; kedua, pemilihan kluster (desa di kabupaten dan RW/rukun warga di kota) masing-masing sebanyak 3 klaster disetiap kabupaten/kota. Ketiga, pemilihan rumah tangga masingmasing klaster sebanyak rumah tangga (RT) dengan cara purposive menggunakan model lingkaran anti nyamuk. Status gizi anak balita tentukan melalui antropometri menggunakan indek berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan diukur menggunakan timbangan salter dengan tingkat ketelitian,1 kg. Tinggi badan diukur dengan alat microtoise untuk anak yang sudah bisa berdiri (umur 24 bulan) dan panjang badan diukur dengan alat ukur panjang badan untuk anak yang belum bisa berdiri (umur 23 bulan) yaitu dengan posisi terlentang dengan skala masing-masing,1 cm. Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 26. Tingkat pendidikan orang tua dikumpulkan melalui wawancara dengan orang tua sampel mengggunakan kuesioner. Data status gizi dan tingkat pendidikan dientry pada program aplikasi PSG 214 yang dibuat Kementrian Kesehatan RI pada tahun 214. Selanjutnya, data tersebut dikonversi pada program SPSS untuk selanjutnya diolah dan dianalisis sesuai kebutuhan. Analisis data dilakukan secara diskriptif, menggunakan indikator nilai proporsi antar kabupaten/kota dan berdasarkan hasil Riskesdas tahun 27, 2 dan 213, serta berdasarkan target pencapaian MDG 215. HASIL PENELITIAN Karakteristik Keluarga Tabel 1 Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga n % <= 4 orang > 4 orang Jumlah 2. Tabel 1 menunjukkan kebanyakan keluarga yang menjadi responden dalam Pemmantauan Status Gizi (PSG) ini memiliki anggota keluarga berjumlah kurang atau sama dengan 4 orang (56.33%). Rerata anggota keluarga adalah 4 orang dengan jumlah anggota keluarga terendah sebanyak 2 orang dan terbanyak 12 orang. 61
3 Tabel 2 Tingkat pendidikan keluarga Tingkat pendidikan Ayah Ibu orang tua n % n % tidak pernah sekolah tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat PT tidak tahu Total 2. 2 Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa kebanyakan keluarga yang menjadi sampel PSG berpendidikan tamat SD dan tamat SMU. Anggota keluarga yang berpendidikan tamat perguruan tinggi untuk ayah sebanyak 6.4% dan ibu sebanyak 8.8%. Status Gizi Balita Status Gizi Balita Menurut indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Tabel 3 Status gizi balita menurut indeks BB/U Kabupaten Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Total n % n % n % n % n % Bone Bulukumba Luwu Maros Palopo Sidrap Takalar SULSEL Tabel 3 menunjukkan proporsi balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 5.57% dan gizi kurang sebanyak 2.53%. Balita yang mengalami gizi lebih hanya mencapai 1.15% ,6 26,1 22,93 2,53 21,94 17,22 18,73 18,83 18,65 16,67 18,7 7,53 4,28 1,51 2,16 5,57 6,67 5,6 36,17 3,97 28,61 25,37 25,29,88 Luwu Sidrap Bulukumba Palopo SULSEL Maros Bone Takalar Gizi kurang Gizi buruk Gizi kurang + gizi buruk Grafik 1. Proporsi Gizi Kurang pada Balita 62
4 Grafik 1 menunjukkan dari ke-7 kabupaten/kota yang terpilih sebagai sampel survey PSG, terdapat 4 kabupaten/kota yang memiliki angka kurang gizi akut (gizi kurang + gizi buruk) yang terendah yaitu memiliki proporsi kurang gizi akut (Z-skor BB/U <-2 SD) lebih rendah dari angka tingkat provinsi Sulsel (26.1%). Keempat kabupaten/kota yang dimaksud adalah Luwu (18.73%), Sidrap (18.83%), Bulukumba (22.9%) dan Palopo (25.6%). Kabupaten yang terbanyak angka kurang gizi akut adalah Takalar (36.17%), Bone (3.97%), dan Maros (28,61%). Status Gizi Balita Menurut indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tabel 4 Status gizi balita menurut indeks TB/U Kabupaten Tinggi Normal Pendek Sangat pendek Total n % n % n % n % n % Bone Bulukumba Luwu Maros Palopo Sidrap Takalar SULSEL Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah balita yang mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan atau pendek (stunting) sebanyak 35.98%, yaitu pendek (25.58%) dan sangat pendek (.4%). Grafik 2 menunjukkan proporsi balita pendek menurut kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang paling rendah angka balita pendek adalah Sidrap (22.49%) dan Bulukumba (31.88%) ,49 18,46 4,3 44,32 39,7 4,31 35,98 36,98 37,55 31,88 29,84 3,77 27,55 25,58 26,53 24,91 21,74,14,4 12,64 12,54 13,55 9,43,47 Sidrap Bulukumba SULSEL Luwu Palopo Maros Bone Takalar Pendek Sangat Pendek Pendek + sangat pendek Grafik 2. Proporsi Balita Kekurangan Gizi Kronis 63
5 Status Gizi Balita Menurut indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Tabel 5 Status gizi balita menurut indeks BB/TB Kabupaten Gemuk Normal Kurus Sangat kurus Total n % n % n % n % n % Bone Bulukumba Luwu Maros Palopo Sidrap Takalar SULSEL Tabel 5 menunjukkan proporsi balita kurus tingkat provinsi Sulawesi Selatan sebanyak.24%, terdiri kurus (BB/TB -2 sd - 3 SD) sebanyak 8.41% dan sangat kurus (BB/TB < -3 SD) sebanyak 1.84% ,69 12,5,76 11,2 11,21 11,24,24 9,81 9,22 8,7 8,41 8,81 7,83 8,18 4,83 3,98 3,19 3,3 2,43 1,83,85 1,15,95 1,19 Luwu Palopo SULSEL Sidrap Maros Bone Bulukumba Takalar Kurus Sangat kurus Kurus + sgt kurus Grafik 3. Proporsi balita yang kurus Grafik 3 menyajikan data proporsi balita kurus menurut kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang mempunyai proporsi balita kurus yang terendah adalah Luwu (4.83%) dan Palopo 9.22%. Sebaliknya, Kabupaten/kota yang paling tinggi proporsi balita kurus adalah Takalar (13.69%), Bulukumba (11.24%) dan Bone (11.21%). 64
6 ,32 4,31 39,7 35,98 36,98 37,55 36,17 31,88 3,97 28,61 25,6 26,1 22,49 22,93 18,73 18,83 13,69 9,22,24,76 11,2 11,21 11,24 4,83 Luwu Sidrap Bulukumba Palopo SULSEL Maros Bone Takalar Kurus Gizi kurang Pendek Grafik 4. Proporsi balita kurus, gizi kurang dan pendek Grafik 4 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki balita kurus, gizi kurang dan pendek terbanyak adalah kabupaten Takalar, Bone dan Maros. Sebaliknya, kabupaten/kota yang paling sedikit balita kurus, gizi kurang dan kurus adalah Luwu dan Sidrap. Data pada grafik 7 tersebut memberikan gambaran bahwa kekurangan gizi yang terjadi di kabupaten/kota di Sulsel bersifat akut dan kronis. Kabupaten/kota yang tinggi angka gizi kurang juga mempunyai balita yang kurus maupun pendek yang lebih banyak. Proporsi status gizi menurut tingkat pendidikan ibu 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15,, 5,, 4,9 4,5 tidak pernah sekolah 28,8 23,4 22,3 2,8 9,2 6,8 8,3 5,8 4,3 2,9 tidak tamat tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat PT SD Gizi kurang Gizi buruk Grafik 5. Proporsi balita gizi kurang dan gizi buruk menurut tingkat pendidikan ibu Grafik 5 di atas menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian gizi kurang maupun gizi buruk. Proporsi balita gizi kurang maupun gizi buruk cenderung mengalami penurunan seiring peningkatan pendidikan ibu. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik status gizi balitanya. Grafik 6 di atas menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting atau hambatan pertumbuhan tinggi badan pada balita. Proporsi balita yang pendek maupun sangat pendek cenderung mengalami penurunan seiring peningkatan pendidikan ibu. 65
7 ,74 8,7 tidak pernah sekolah 37,7 26,83 13, ,81 23,53 9,53 8,93 2,51 5,13 tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat PT Pendek Sgt Pendek Grafik 6. Proporsi balita pendek dan sangat pendek menurut tingkat pendidikan ibu 12 11, ,47 7, tidak pernah sekolah 4,69 tidak tamat SD KURUS 2,84 2,19 1,49 1,67 1,11 tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat PT SANGAT KURUS Grafik 7. Proporsi balita kurus dan sangat kurus menurut tingkat pendidikan ibu Grafik 7 di atas menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian kurus maupun sangat kurus pada balita. Proporsi balita kurus maupun sangat kurus cenderung mengalami penurunan seiring peningkatan pendidikan ibu. PEMBAHASAN Status gizi dalam PSG 214 ditentukan berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). BB/U merupakan salah satu indeks status gizi yang sering digunakan pada penentuan status gizi dilapangan. Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya proporsi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut (Balitbangkes, 28). Berdasarkan indeks BB/U menunjukkan terjadi penurunan proporsi balita penderita gizi kurang maupun gizi buruk tingkat Provinsi Sulsel, jika dibadingkan dengan data hasil survey sebelumnya yaitu Riskesda tahun 213 maupun Riskesda tahun 2. Proporsi gizi kurang tingkat Sulsel 214 sebesar 2.53%, menurun sekitar 5% dibandingkan angka Riskesda 2 (Kemenkes, 211) dan Riskesda 213 yang telah mencapai sekitar 25% ((Kemenkes, 214). Pada Riskesdas 2 maupun Riskesdas 213, Sulsel termasuk sepuluh provinsi yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam 66
8 penanganan masalah gizi karena memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk yang tinggi dari provinsi lainnya maupun angka nasional. Dilihat dari penderita gizi buruk terlihat terjadi penurunan yang signifikan pada angka gizi buruk yang telah mencapai angka proporsi 5.57%, menurun sekitar.8% dan 1.% dibandingkan hasil Riskesda tahun 2 (6.4%) dan Riskesdas 213 (6.6%). Proporsi gizi buruk tingkat Sulsel tersebut bahkan sudah lebih rendah dari data nasional hasil Riskesda tahun 213 (5.7%). Dibandingkan antar kabupaten/kota, terlihat kabupaten/kota yang tertinggi prevalensi gizi kurang dan gizi buruknya adalah kabupaten Takalar dan Bone dengan prevalensi di atas 3%. Sebaliknya, yang paling sedikit jumlah balita penderita gizi kurang dan gizi buruknya adalah kota Palopo dan kabupaten Sidrap dengan prevalensi di bawah 2%. Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) menetapkan target prevalensi gizi kurang dan gizi buruk paling tinggi 18.5% dan angka gizi buruk maksimal 3.15% (Kemenkes, 214). Diperlukan kerja yang sangat keras bagi Sulsel untuk mencapai target tersebut dalam sisa waktu satu tahun. Jumlah balita yang mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan atau pendek (stunting) sebanyak 35.98%, yaitu pendek (25.58%) dan sangat pendek (.4%). Angka balita pendek tingkat Sulsel tersebut lebih rendah sekitar 5% dibandingkan dengan hasil Riskesda tahun 213 yang mencapai sekitar 41%. Namun demikian, proporsi balita pendek tersebut masih lebih tinggi dari angka balita pendek tingkat nasional (Riskesda 213) yang hanya mencapai 37.2%, yaitu balita pendek sebesar 19.2% dan sangat pendek sebesar 18.%. Jumlah balita yang sangat pendek terlihat penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 213 (16.4%). Dibandingkan antar kabupaten/kota terlihat yang paling rendah prevalensi balita pendek adalah Sidrap (22.49%) dan Bulukumba (31.88%). Prevalensi balita pendek kedua kabupaten tersebut lebih rendah dari angka nasional (Riskesda 213) maupun tingkat Sulsel. Sebaliknya, kabupaten/kota yang paling tinggi angka balita pendek adalah (44.32%), Bone (4.31%) dan (Maros 39,7%). Gangguan pertumbuhan tinggi badan yang biasa dikenal dengan istilah Stunting merupakan masalah gizi yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada masa yang lalu (Supariasa, 213), mulai dari kandungan ibu sampai pada awal-awal kehidupan. Stunting yang terjadi pada anak balita berkaitan dengan panjang badan lahir, asupan zat gizi, penyakit dan infeksi, genetik, dan status sosial ekonomi keluarga (Kusuma KE, 213). Keadaan kesehatan dan status gizi ibu pada saat hamil sangat menentukan pertumbuhan tinggi badan anak balita dan keadaan kesehatannya sampai tahun yang akan datang anak (Achadi EL, 214). Prevalensi balita kurus tingkat provinsi Sulawesi Selatan sebanyak.24%, terdiri atas kurus (BB/TB -2 sd -3 SD) sebanyak 8.41% dan sangat kurus (BB/TB < -3 SD) sebanyak 1.84%. Angka tersebut sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan keadaan tahun 213 (Riskesda 213) yang mencapai sekitar 12%. Artinya, ada selisih proporsi balita kurus sekitar 2% antara data Riskesda 213 dengan hasil PSG Sulsel 214. Demikian juga dengan proporsi balita gemuk hanya mencapai 2.55%, mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan hasil Risekesda 2 yang mencapai 6.9%. Kabupaten/kota yang paling tinggi prevalensi balita kurus dan sangat kurus adalah kabupaten Takalar dan Bone. Sebaliknya, yang paling rendah angka balita kurus maupun sangat kurus adalah kabupaten Luwu dan kota Palopo. Dilihat gabungan ketiga indeks status gizi, dapat dilihat kabupaten/kota yang memiliki balita kurus, gizi kurang dan pendek terbanyak adalah kabupaten Takalar, Bone dan Maros. Sebaliknya, kabupaten/kota yang paling sedikit balita kurus, gizi kurang dan kurus adalah Luwu dan Sidrap. Data pada grafik 4 memberikan gambaran bahwa kekurangan gizi yang terjadi di kabupaten/kota di Sulsel bersifat akut dan kronis. Kabupaten/kota yang tinggi angka gizi kurang juga mempunyai balita yang kurus maupun pendek yang lebih banyak. Masalah gizi kurang pada anak balita dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kurangnya asupan zat gizi dan gangguan kesehatan. Kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak langsung, salah satunya adalah rendahnya tingkat pendidikan orang tua (Supariasa, 213). Hasil analisis data PSG Sulsel 214 ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu status gizi balita. Prevalensi balita gizi kurang, pendek maupun kurus cenderung meningkat pada ibu yang berpendidikan rendah. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin berkurang jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi. Hasil ini juga sejalan hasil analisis data Riskesdas, yang 67
9 menunjukkan penurunan prevalensi gizi kurang, kependekan dan kekurusan pada tingkat pendidikan orang tua (kepala keluarga) yang lebih tinggi (Depkes, 28; Depkes 2; Kemenkes 213). Tingkat pendidikan orang tua baik ayah maupun ibu berhubungan yang signifikan dengan status gizi anak balita (Sebataraja LR, 214) maupun anak sekolah (Linda O, 211). Ibu dengan latar belakang pendidikan yang memadai cenderung memiliki anak dengan status gizi yang lebih baik (Kusumaningrum, 23). Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga disinyalir meningkatkan risiko malnutrisi pada anak. Pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua terkait gizi dan pola pengasuhan anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko kejadian stunting (Chaudhury RH, 213). Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi jenis pekerjaan dan penghasilan sehingga berpengaruh juga terhadap daya beli keluarga. Tingkat pendidikan orang tua secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Orang tua terutama ibu yang berpendidikan memadai akan lebih mudah mendapat informasi tentang pengasuhan yang baik, perawatan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Ibu yang berpendidikan baik memiliki pengetahuan gizi yang baik tentang pemilihan bahan makanan yang bergizi serta dapat melakukan upaya-upaya preventif untuk peningkatan gizi anak, diantaranya tentang cara pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Taufiqurrahman, dkk (212) membuktikan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin baik pola penyediaan MP-ASI. Hal yang sama juga ditemukan oleh Nuraeni, 22 yang menyimpulkan tingkat pendidikan orang tua berhubungan dengan pola pemberian MP-ASI. KESIMPULAN 1. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Sulawesi Selatan masih lebih tinggi dari hasil Riskesdas 213 maupun target MDGs 215 meskipun terjadi penurunan pada prevalensi gizi buruk. 2. Terjadi penurunan prevalensi balita pendek (stunting) sebanyak 5% dibandingkan hasil Riskesdas Prevalensi balita kurus menurun 1.84% dibandingkan hasil Riskesdas Kabupaten/kota yang memiliki prevalensi balita gizi kurang, pendek dan kurus yang terbanyak adalah Bone dan Takalar, dan yang memiliki prevalensi terendah adalah Sidrap dan Luwu. 5. Terjadi penurunan prevalensi balita gizi kurang, pendek maupun kurus seiring peningkatan pendidikan orang tua (ibu). DAFTAR PUSTAKA Achadi EL, 214. Seribu hari pertama menentukan masa depan bangsa. Pidato Pengukuhan sebagai Guru besar tetap Gizi Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (diakses tanggal 31 desember 214). Anggraini, Dyah S. 28. Hubungan Makanan Bergizi dengan Status Gizi Balita. (Online). Diakses tanggal 31 Desember 214. Balitbangkes. 28. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes RI, Jakarta. Balitbangkes. 2. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes RI, Jakarta. Chaudhury RH Determinants of dietary intake and dietary adequacy for preschool children in Bangladesh. Bangladesh Institute of Development Studies. [accessed March 29, 213]. Available from: URL: F64e/8F64E4.htm Kemenkes RI Riskesdas dalam angka Provinsi Sulawesi Selatan. Kemenkes RI, Jakarta. Kemenkes RI Kebijakan Kementrian Kesehatan dalam Mencapai MDGs. ta/press-release/224-kebijakankementerian-kesehatan-dalammencapai-mdgs.html (diakses tanggal 31 Desember 214) Kusuma KE, Nuryanto. 213 Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Kusumaningrum NR. 23. Pengaruh tingkat pendidikan ibu, aktivitas ekonomi dan pendapatan keluarga terhadap status gizi balita di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Fakultas Ekonomi, Universtas Sebelas Maret. Surakarta. 68
10 Linda O, Hamal DK Hubungan pendidikan dan pekerjaan orang tua serta pola asuh dengan status gizi balita di Kota dan kabupaten Tangerang, Banten. Proseding penelitian bidang eksakta. Fakultas Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA Nuraeni. Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga dan Pendidikan Kesehatan dengan Perilaku Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor tahun 22. Thesis. Diakses tanggal 31 Desember 214. Available: mes/libri2. Sebataraja LR, Oenzil F, Asterina. 214.Hubungan status gizi dengan status social ekonomi keluarga murid Sekolah Dasar di daerah pusat dan pinggiran Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 214; 3(2). Taufiqurrahman., Herta Masthalina, Reni Gatri Wulandari Hubungan antara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pola pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan di Kelurahan Karang Baru Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Gizi Indonesia Vol 1, No 35 (212) 69
PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN
Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik
Lebih terperinciPENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS
PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS Asmarudin Pakhri 1, Fahrizal R. Pangestu 2, Salmiah
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR Lydia Fanny, Sirajuddin Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan
Lebih terperinciGAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009
GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi untuk
Lebih terperinciGAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013
GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG AT SEPTEMBER 2012
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1)
PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE 2006-2007 Silvia Susanti, 2008. Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : July Ivone, dr., MS.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA
ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA Andre Maharadja, 2011; Pembimbing I : Franky Saputra.S, dr, Sp.A Pembimbing II : Winny Suwindere,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG
HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village
Lebih terperinciPERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA
PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA Siti Handayani ¹, Sri Yatmihatun ², Hartono ³ Kementerian Kesehatan Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilakan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)
HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN DAN MP- DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) Atikah*, R. Djoko Nugroho**,Siti Fatimah P** * ) Mahasiswa Peminatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC
Lebih terperinciKata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.
HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN PEMBERIAN EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Ridzka Cristina* Nova H. Kapantow, Nancy
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang diekskpresikan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin
Lebih terperinciNurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat terlihat di dalam rumusan Millennium Development Goals (MDGs) goal pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi, khususnya anak stunting merupakan salah satu keadaan kekurangan gizi yang menjadi perhatian utama di dunia terutama di negara-negara berkembang,
Lebih terperinciSecara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.
ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama pada negara-negara berkembang dan kurang berkembang, masalah ini mempengaruhi kondisi
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKAN KECAMATAN LANGOWAN UTARA KABUPATEN MINAHASA Rodela A. Irot*, Nova H. Kapantow*, Maureen
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR
ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*
PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 29 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Children
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN Cholifatun Ni mah 1, Lailatul Muniroh 2 1,2 Departemen Gizi Kesehatan Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014 1 Risa K. F. Sahalessy 2 Nova H. Kapantow 2 Nelly Mayulu 1 Kandidat
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS
HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS Hendrayati 1, Nadimin 1, Sirajuddin 1 Siti Uswatun Hasanah 2 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERTAMA KALI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBOKEN Giovanny V. Wereh*, Shirley E.S Kawengian**,
Lebih terperinciSANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN ISSN : 1978-8843 (PRINT) Vol. 09 No. 01, 2018 : 1-5 THE ROLE OF INTAKE OF ENERGY, PROTEIN AND PARENTING WITH NUTRITION STATUS OF AGE 12-24 MONTHS IN SOUTHERN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah
Lebih terperinciHUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN Ony Linda, M.Kes Dian Kholika Hamal, M.Kes Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI Firdawsyi Nuzula 1, Maulida Nurfazriah Oktaviana 1, Roshinta Sony Anggari 1 1. Prodi D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan sumber daya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana Indonesia sekarang berada pada peringkat 108
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :
NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Balita The Correlation between Mother s Knowledge of Nutrition and Nutritional State of Children
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN
HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN Ahmad Faridi dan Rezanov Sagita Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
DETERMINAN STUNTING PADA BATITA USIA 13 36 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILOAM TAMAKO KABUPATEN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA Asnat W. R. Sedu*, Nancy S. H. Malonda*, Nova H. Kapantow* *Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sehat, cerdas, dan produktif. Pencapaian pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat
Lebih terperinciFAKTOR PENENTU STATUS GIZI PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TLOGOSARI WETAN KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG TAHUN 2007
Jurnal Ilmu Kedokteran & Kesehatan FAKTOR PENENTU STATUS GIZI PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TLOGOSARI WETAN KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG TAHUN 2007 Ignatius Hapsoro Wirandoko,
Lebih terperinciTINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET
66 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 01, Januari 2016 TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET Ranityas Kinasih 1, Era Revika 1, Diyah Yuliantina 1 ABSTRACT Background:
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI DESA KALINAUN KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA Christy Tampi*, Nancy S.H Malonda*, Budi T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAANAN BARU KECAMATAN MOTOLING BARAT Indri Tewu*, Maureen I. Punuh*,Rudolf B. Purba* *Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR Mustamin 1, Abdullah Tamrin 1, Putri Anggraeny 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes,
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN
JURNAL KESEHATAN TERPADU () : 25-29 ISSN : 2549-8479 TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN *Ni Putu Eny Sulistyadewi (), dan Dylla Hanggaeni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia maupun penyebabnya. Gizi buruk secara langsung
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013 Citra Kusuma Wenry RL, 2014. Pembimbing : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes.
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1336 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Okky Kezia Kainde*, Nancy S.H Malonda*, Paul A.T Kawatu*
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.
Lebih terperinciHUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL Rr. Dewi Ngaisyah INTISARI Kejadian stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
254 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Rona Firmana Putri 1, Delmi Sulastri 2, Yuniar Lestari 3 Abstrak Status gizi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
49 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Hasil pemilahan data dari sebanyak 2.822 rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-11 bulan yang berasal dari 10 provinsi di Sumatera, hanya 1.749 rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia sekarang masih memikul banyak beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan kesehatan di masyarakat
Lebih terperinciPROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG
PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1336 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Glaudia P. Gerungan*, Nancy S.H. Malonda*, Dina V. Rombot* *Fakultas
Lebih terperinciGAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO Senduk A. L * Iyone E. T. Siagian, Henry M. F. Palandeng + Abstract Based on National health Survey
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Lembaga Pangan Dunia (LPD) dalam penelitiannya pada awal tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta.
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI RW 2 WILAYAH PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI RW 2 WILAYAH PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR Manjilala 1, Donna Inrivianthy 2, Fatmawaty Suaib 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan
Lebih terperinciGizi Indon 2012, 35(1):73-80 Hubungan antara pendidikan dan pengetahuan Taufiqurrahman, dkk.
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN KARANG BARU SELAPARANG, MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT Taufiqurrahman, Herta Masthalina,
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015
Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015 The correlation of mother's knowledge with nutritional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan
Lebih terperinciPREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013
1 PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013 Kadek Sri Sasmita Dewi G Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan gizi pada anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita merupakan periode perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
Jurnal e-biomedik (ebm), Volume, Nomor 2, Mei-Agustus 205 HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Maya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross-sectional study. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 217 18 HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI Enggar Anggraeni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Mahdalena, Faridha BD (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The purpose of this research is: knowing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai dengan saat ini persoalan gizi masih menjadi masalah utama dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012). Berdasarkan data riset kesehatan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM
HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN KOMPOSIT DENGAN MORBIDITAS ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM ANALISIS INDEKS KOMPOSIT Penentuan prevalensi gangguan
Lebih terperinciDinas Kesehatan Aceh 2016
Dinas Kesehatan Aceh 2016 ARAH KEBIJAKAN 2015-2019 Peningkatan surveilans gizi termasuk 1 pemantauan pertumbuhan Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, dll 2 PERBAIKAN GIZI Peningkatan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT (Influence Analysis of Maternal Education to Under Five Years-old Children In West Kalimantan Province) M Rizal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciAdequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan
Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini diikuti dengan semakin bertambahnya
Lebih terperinciJUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro
Lebih terperinciSTUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS
STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT
Lebih terperinciVOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar
Community Health VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 37-42 Artikel Penelitian Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar Ni Made Ayu Suastiti * 1, Ni Ketut Sutiari 1 Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi menjadi penyebab dari sepertiga kematian anak di dunia. Gizi buruk dan juga gizi lebih masih menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan
Lebih terperinci