ANALISIS POTENSI DAN MASALAH ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) DALAM UPAYA PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DI ASIA TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POTENSI DAN MASALAH ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) DALAM UPAYA PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DI ASIA TENGGARA"

Transkripsi

1 ANALISIS POTENSI DAN MASALAH ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) DALAM UPAYA PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DI ASIA TENGGARA Agung Setiyo Wibowo Abstract ASEAN escalated its role from a regional forum in the region to a significant player at the international stage and a main platform to struggle regional concerns. When ASEAN Charter was enforced on 15 December 2008, ASEAN started to shift its paradigm from state-centric governance to a people-oriented approach. Unfortunately, non-intervention and consensus remain rigor as its decision making process. Thus, much civil society organizations disappoint due to these two approaches remains rigidly reflected in the term of reference of AICHR. This article analyzes historical development of human rights within the ASEAN which finally led to the establishment of the ASEAN Inter-governmental Commission on Human Rights (AICHR). It then examines whether the AICHR will be the initial step to the creation of a human rights regime in Southeast Asia, one that will respect, promote and protect human rights. In the end of article, the regard to AICHR s ability to fulfill its role to promote and protect the human rights of ASEAN peoples is identified. Keywords: AICHR, ASEAN, human rights Pendahuluan Secara geopolitik dan geoekonomi, Kawasan Asia Tenggara mempunyai nilai strategis dan menjadi incaran bahkan menjadi tempat pertentangan kepentingan negara-negara besar pasca Perang Dunia II. Karena tingginya intensitas konflik, tidak mengherankan apabila kawasan ini pernah dijuluki Balkan-nya Asia. 1 Persaingan antar negara adidaya dan kekuatan besar lainnya antara lain terlihat pada Perang Vietnam. Di samping itu, konflik kepentingan juga pernah terjadi di antara sesama negara-negara Asia Tenggara seperti konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, Malaysia-Filipina, Thailand-Kamboja, Malaysia-Singapura dan seterusnya. Perkembangan situasi pada saat itu membuat negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk suatu kerjasama yang dapat meredakan saling curiga sekaligus membangun rasa saling percaya serta mendorong pembangunan di kawasan melalui pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) pada 8 Agustus Pada tahun ini, ASEAN telah mengalami banyak perubahan serta perkembangan positif dan signifikan yang mengarah pada kematangan. Kerjasama ASEAN 1 Bambang Sucipto Hubungan Internasional Di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas Dan Masa Depan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm Ibid.

2 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM menuju tahapan baru yang lebih integratif dan berwawasan ke depan dengan dibentuknya Komunitas ASEAN Hal ini diperkuat dengan disahkannya Piagam ASEAN yang secara khusus akan menjadi landasan hukum dan landasan jati dirinya di masa mendatang. Berdasarkan Pasal 1:7 Piagam ASEAN dinyatakan bahwa salah satu tujuan organisasi ini adalah memperkuat demokrasi, meningkatkan tata pemerintahan yang baik dan aturan hukum, dan memajukan serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental, dengan memperhatikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari negara anggotanya. Lahirnya ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) merupakan terobosan baru organisasi kawasan Asia Tenggara dalam menjawab berbagai kecaman dari dunia internasional terkait banyaknya pelanggaran HAM yang tidak ada kejelasan penyelesaiannya karena terganjal oleh adanya prinsip non-interference. AICHR atau Komisi HAM Antarpemerintah ASEAN juga menjadi bukti konkrit dalam mendukung demokratisasi global menuju rakyat dunia yang madani, adil, dan setara. Tulisan ini menelusuri perkembangan historis wacana hak asasi manusia dalam ASEAN yang akhirnya menghasilkan pembentukan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR). Kemudian menganalisis apakah AICHR akan menjadi langkah awal untuk penciptaan rezim hak asasi manusia di Asia Tenggara yang memajukan sekaligus melindungi hak asasi manusia dengan melihat potensi dan masalahnya. Pengaruh Universal Declaration of Human Rights Terhadap ASEAN Sesungguhnya, pembentukan Komisi HAM ASEAN tidak terlepas dari campur tangan PBB. Mengingat seluruh negara anggota ASEAN ialah negara anggota PBB, maka negara-negara tersebut mendukung segala upaya penegakan HAM baik di dalam maupun di luar negara bangsanya. Pada tahun 1948, PBB meluncurkan deklarasi dalam sidang Majelis Umum dengan nama UNHR (Universal Declaration of Human Rights) yang berisi tentang dukungan dan resolusi PBB terhadap penegakan dan pengakuan HAM secara universal di seluruh dunia. 3 Dalil-dalil utama yang dilahirkan UNHR ini, pada akhirnya menjadi titik tolak ASEAN untuk ikut dalam Pakta San Severda dan meratifikasi beberapa perjanjian yang berkaitan dengan dukungan terhadap penegakan HAM, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Namun dalam konteks pelaksanaannya, ternyata standar pengakuan HAM di setiap negara di ASEAN masih belum merata. Hal ini mengakibatkan beberapa konvensi tidak diratifikasi oleh beberapa negara dengan berbagai alasan. Hipotesis yang dapat ditarik ialah, penegakan HAM di dalam negeri beberapa negara 3 Donald E.Weatherbee International Relations in Southeast Asia: The Struggle for Autonomy. Lanham: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., hlm

3 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: anggota belum siap untuk menerima intervensi dan keadilan merata di mata dunia. Dengan kata lain, strata hukum dalam negerinya belum sebaik strata penegakan hukum tingkat organisasi regional, dalam hal ini ASEAN. UNHCHR (United Nations High Commisioner for Human Rights), Komite PBB untuk masalah HAM di dunia, menerbitkan ECOSOC (United Nations Economic and Socia Council) pada level internasional. Dewan ini berisikan lima puluh hingga 53 negara anggota untuk menyelidiki perkembangan penegakan HAM di seluruh dunia. Berbagai masalah tentang HAM yang diselesaikan di seluruh dunia, dilaporkan pada dewan untuk dianalisa, apabila belum muncul jalan keluarnya, maka akan dibantu penyelesaiannya. 4 Selain itu, dewan ini juga ikut menangani kasus-kasus HAM di seluruh belahan dunia yang belum terselesaikan oleh pemerintah dalam negerinya, memberikan sorotan yang tajam, dan mendesak negara yang bersangkutan untuk menyelesaikan masalahnya. Di ASEAN, dewan ini menyoroti dengan seksama tentang kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar dan Kamboja. Dewan ini bahkan mengirim utusan resmi sebagai duta perdamaian yang mengusut masalah untuk Kamboja dan Myanmar. Lahirnya Komisi HAM Antarpemerintah ASEAN Tanggal 23 Oktober 2009 merupakan tonggak penting bagi perkembangan hak asasi manusia di ASEAN. Karena bertepatan dengan peresmian Komisi Hak Asasi Manusia Antarpemerintah ASEAN (AICHR) oleh sepuluh negara anggota selama KTT ASEAN ke-15 di Hua-hin, Thailand. Untuk sebuah organisasi yang awalnya didirikan sebagai reaksi terhadap Perang Dingin dan ancaman komunisme di kawasan, perkembangan terbaru untuk komisi hak asasi manusia di ASEAN perlu dihargai. Didirikan sebagai wahana untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan dengan lima negara pendiri (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura) pada tanggal 8 Agustus 1967 di Pattaya, Thailand, ASEAN tidak dimaksudkan untuk menjadi kendaraan bagi peningkatan dan perlindungan hak-hak asasi manusia di Asia Tenggara pada saat itu. Namun 42 tahun kemudian, ASEAN berevolusi dari perannya sebagai forum regional di Asia Tenggara menjadi pemain penting di arena internasional dan sebagai platform utama untuk menyuarakan keprihatinan kawasan. Dinamika politik ASEAN berubah dengan masuknya Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos dan Burma (1997) dan Kamboja (1999) sebagai anggota. Ketika Piagam ASEAN sudah diberlakukan pada 15 Desember 2008, ASEAN mulai bergeser dengan paradigma dari pendekatan yang berpusat pada negara ke arah pendekatan yang berorientasi pada masyarakat. Sayangnya, prinsip non-intervensi dan 4 Ibid. 252

4 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM konsensus tetap menjadi keharusan sebagai proses pengambilan keputusan ASEAN. Kedua prinsip ini terkesan kaku, tercermin dalam TOR (Term of Reference) dari AICHR. 5 Pada 1960-an, Komisi PBB tentang Hak Asasi Manusia (UNHCHR) mendirikan sebuah kelompok studi untuk mempertimbangkan kemungkinan mendirikan komisi hak asasi manusia regional di seluruh bagian dunia, khususnya negara-negara di Asia-Pasifik. Hal ini diperkuat pada tahun 1968 oleh permintaan UNHCHR kepada Sekretaris-Jenderal PBB guna menyelenggarakan seminar regional untuk mendiskusikan upaya berdirinya komisi hak asasi manusia di kawasan. Upaya-upaya untuk membangun mekanisme hak asasi manusia di Kawasan Asia Pasifik mulai menunjukkan kemajuan pada tahun 1982 ketika PBB mensponsori sebuah seminar nasional, lokal dan regional mengenai pengaturan untuk perlindungan dan peningkatan HAM di kawasan Asia Pasifik yang berlangsung di Kolombo, Sri Lanka. 6 Seminar ini diikuti oleh serangkaian lokakarya tahunan yang diselenggarakan oleh PBB. Pada tahun 1977, Majelis Umum PBB juga melewati resolusi pada pengaturan kawasan untuk pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. Ini didukung lebih lanjut, pada tahun 1978, oleh resolusi Majelis Umum PBB untuk pembentukan badan hak asasi manusia tingkat kawasan. Di kawasan Asia Pasifik, lokakarya regional pertama diadakan di Manila pada tahun 1990 untuk lokakarya Beijing pada tahun 2005, dan lokakarya tahunan lainnya yang diselenggarakan di bawah naungan Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR). 7 Pada tahun 1983, lahir deklarasi bersejarah yaitu "Declaration to the Basic Duties of ASEAN Peoples and Governments" oleh Regional Council for Human Rights in Asia (RCHRA), sebuah organisasi yang berbasis di Filipina. Deklarasi ini berisi kesepakatan anggota ASEAN dalam upaya penegakan HAM untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat ASEAN di bidang ekonomi, budaya, pendidikan, dan kehidupan sosial. Deklarasi ini diharapkan mampu menyelesaikan isu rasis, kesenjangan sosial, kecendrungan etnik, maupun korban politik. 8 Pengajuan itu ditolak dan tidak dimasukkan sebagai salah satu agenda selama pertemuan di KTT ASEAN. Sepuluh tahun kemudian, pada Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia di Wina, Austria pada bulan Juni 1993, pemerintah negara-negara anggota ASEAN mendukung Vienna 5 ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) pada diakses pada 20 Februari 2010 pukul WIB. 6 Ibid. 7 Yuyun Wahyuningrum, ASEAN s Road Map towards Creating a Human Rights Regime in Southeast Asia pada Human Rights Milestones: Challenges and development in Asia. Bangkok: Asian Forum for Human Rights and Development (FORUM-ASIA), hlm Ibid. 253

5 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: Declaration and Programme of Action (VDPA) yang menekankan perlunya mengatur mekanisme perlindungan hak asasi manusia regional untuk kawasan yang yang belum memilikinya. Sebelum Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia 1993, pemerintah negara-negara anggota ASEAN bersama negara Asia lainnya memperkenalkan wacana tentang "Asian Values" sebagai kontra argumen terhadap hak asasi manusia yang universal, dan dipromosikan sebagai alternatif wacana hak asasi manusia regional. Konferensi Wina tahun 1993 berhasil mempengaruhi ASEAN, sebagai kawasan yang dianggap memberikan pandangan non-barat atas hak asasi manusia yang akhirnya tercermin dalam VDPA. Pada saat yang sama, Konferensi memastikan bahwa wacana hak asasi manusia adalah fitur pada agenda ASEAN dengan cara yang substantif, sehingga dialog hak asasi manusia di tingkat kawasan dapat dimulai. ASEAN mendukung baik VDPA, selanjutnya organisasi ini berkomitmen untuk membangun mekanisme hak asasi manusia regional. Janji ini tercermin dalam Komunike Bersama ASEAN Minesterial Meeting ke 26 (AMM) di Singapura di mana dinyatakan bahwa para Menteri Luar Negeri menyambut baik kesepakatan internasional yang dicapai selama Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia dan menegaskan kembali komitmen ASEAN dan menghormati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental sebagaimana yang tercantum dalam Deklarasi Wina 25 Juni Hal ini sejalan dengan ketentuan bahwa dalam mendukung VDPA ASEAN juga harus mempertimbangkan pembentukan mekanisme hak asasi manusia regional yang sesuai. Kata "mekanisme hak asasi manusia regional yang sesuai" memang telah menimbulkan perdebatan dengan "Asian Values, konsolidasi kawasan dan membangun hubungan yang dapat dipercaya di tingkat kawasan. Deklarasi Hak Asasi Manusia pada tahun 1993 menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab negara-negara anggota adalah untuk membentuk mekanisme hak asasi manusia regional yang tepat". 10 Karena frustrasi dengan kurangnya pemajuan hak asasi manusia, sejumlah akademisi, aktivis politik, dan anggota kelompok-kelompok masyarakat sipil mulai membahas langkah-langkah menuju kebangkitan diskusi pada mekanisme hak asasi manusia regional yang mengakibatkan dibentuknya Working Group for an ASEAN Human Rights Mechanism pada tahun Kelompok Kerja diakui oleh Menteri Luar Negeri ASEAN sebagai jaringan regional tentang hak asasi manusia informal, dan pekerjaan yang dimaksud dalam komunike tahunan dikeluarkan sejak tahun Ibid. 10 Ibid. 254

6 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM Proposal yang paling penting dari Kelompok Kerja adalah untuk membentuk Komisi Buruh Migran ASEAN, Komisi tentang Perempuan dan Anak ASEAN, dan pusat pelatihan regional. Namun ada banyak kelompokkelompok informal lainnya membahas mekanisme hak asasi manusia antara 1994 dan 1997, yaitu pertemuan tahunan ASEAN-Institute of Strategic International Studies Colloquium on Human Rights (AICHR) dan Asia-Europe Meeting (ASEM) Informal Seminar on Human Rights. Pada ASEM 2000 di Seoul, hak asasi manusia dan demokrasi diterima sebagai topik diskusi dengan mitra Asia. Perdebatan mengenai mekanisme hak asasi manusia mengambil peran sentral di ASEAN dan penerimaan ide untuk mendirikan sebuah badan hak asasi manusia dalam Piagam ASEAN. 11 Pada KTT ASEAN ke-10 November 2004 di Vientiane, para pemimpin ASEAN resmi menegaskan maksud penyusunan Piagam ASEAN sebagaimana diatur pada tahun Pada KTT ASEAN 11 Desember 2005, pemimpin ASEAN mengeluarkan Deklarasi Kuala Lumpur pada Pembentukan Piagam ASEAN, di mana mereka berkomitmen pada piagam untuk menjadikan ASEAN sebagai yang berlandaskan hukum dan kerangka kelembagaan untuk menunjang terwujudnya tujuan dan sasaran. Deklarasi ini menyatakan bahwa piagam akan menegaskan kembali untuk peningkatan demokrasi, hak asasi manusia dan kewajiban, transparansi dan tata pemerintahan yang baik dan penguatan demokrasi. Mereka juga menyatakan komitmen untuk mendirikan sebuah Eminent Persons Group (EPG) guna memberikan rekomendasi praktis pada penyusunan piagam. 12 Pada tahun yang sama, Pertemuan Masyarakat Sipil ASEAN yang pertama diadakan pula di samping pertemuan resmi dan wakil-wakil LSM mampu hadir memberikan rekomendasi pula kepada para pejabat meskipun ada keprihatinan tentang kendala waktu intervensi tersebut, dan pertanyaan tentang jenis LSM yang mewakili masyarakat sipil di pertemuan itu. Pada tahun 2006, akhirnya EPG menyarankan kepada ASEAN untuk menyertakan referensi pada pendirian mekanisme hak asasi manusia regional dalam Piagam ASEAN. Laporan EPG itu didukung oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada Januari 2007 dalam Deklarasi Cebu melalui cetak biru Piagam ASEAN. Deklarasi tersebut dipimpin oleh sebuah High Level Task Force (HLTF) guna menyusun rancangan piagam untuk penandatanganan pada November 2007 selama KTT ASEAN ke-13 di Singapura. HLTF bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Februari 2007 dan mulai penyusunan piagam 11 Yuyun Wahyuningru, loc.cit. 12 Kavi Chongkittavorn, Activist pressure forcing AHRB into a make or break period, The Nation, diakses pada 10 Februari 2010 pukul WIB 255

7 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: berdasarkan arahan dari ASEAN Summits ke 11 dan 12, Laporan EPG dan dokumen penting ASEAN lainnya. 13 Piagam ini disetujui pada KTT ASEAN ke-13, November 2007 di Singapura yang menjembatani pembentukan komisi hak asasi manusia ASEAN dan ditandatangani oleh sepuluh anggota ASEAN, 15 Desember Pada Maret 2007, Menteri Luar Negeri ASEAN membahas dan menyetujui dimasukkannya mekanisme hak asasi manusia regional. Mereka menunda keputusan dan akhirnya mendukung penyusunan Kerangka Acuan (TOR) pada bulan Juli 2009 selama AMM ke-42 di Phuket, Thailand. AMM ke-42 akhirnya mengadopsi TOR tentang pendirian AICHR pada tanggal 20 Juli Pertemuan juga sepakat bahwa High Level Panel (HLP), sebuah tim dari 12 pejabat (mewakili 10 negara) yang awalnya disusun TOR, akan juga merancang deklarasi sebagai komitmen politik para pemimpin ASEAN untuk meningkatkan peningkatan dan perlindungan hak asasi manusia di wilayah ini. 14 Dalam pembukaan Workshop Tahunan ke-14 Kerangka Kerja Kerjasama Regional untuk Peningkatan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia kawasan Asia Pasifik, di Bali, Indonesia pada bulan Juli 2007, (maka) Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia, Louise Arbour, menyatakan bahwa mekanisme hak asasi manusia dipercaya dapat menjadi inspirasi dan model bagi pemajuan lebih lanjut terhadap sub-kawasan lain di Asia Pasifik. 15 Menanggapi perkembangan hak asasi manusia di kawasan sekelompok organisasi non-pemerintah di Asia Tenggara berkumpul di Kuala Lumpur, Malaysia untuk berpartisipasi dalam Konsultasi Regional pada Hak Asasi Manusia pertama yang diselenggarakan oleh Forum Asia untuk Hak Asasi Manusia dan Pembangunan (FORUM-ASIA) Agustus Konsultasi Masyarakat Sipil sepakat membentuk Satuan Tugas dan Hak Asasi Manusia ASEAN (TF-AHR) di bawah Solidarity for Asian People s Advocacy (SAPA) 16. Kelompok Kerja ASEAN yang bertujuan untuk: a) negara-negara anggota ASEAN terus bertanggung jawab kepada kewajiban hak asasi manusia domestik dan internasional, dan b) menjamin bahwa mekanisme hak asasi manusia ASEAN bertanggung jawab dan efektif diakses pada 20 Februari 2010 pukul WIB. 14 Ibid. 15 Yuyun Wahyuningrum, loc.cit. 16 Outcome of the ASEAN Foreign Ministers Meeting with the High-Level Panel (HLP) on Human Rights Body and the ASEAN Foreign Ministers Meeting with the High Level Legal Experts Group on Follow-up to the ASEAN Charter (HLEG), 19 July 2009, pada: diakses pada 9 Februari 2010 pukul WIB. 256

8 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM AICHR dan Upaya Perlindungan Hak Asasi Manusia Harus diakui bahwa Asia Tenggara masih menjadi tempat di mana para pembela HAM berisiko untuk hidup dan bebas berbicara, menentang impunitas dari pelanggar hak asasi manusia, dan berjuang membangun masyarakat yang menghormati dan menjunjung nilai-nilai martabat manusia. Komisi nasional hak asasi manusia baru didirikan di empat negara (Filipina, Indonesia, Malaysia dan Thailand), dan mereka memberikan kunci check and balances terhadap penyalahgunaan kekuasaan. 17 Esensi dari menciptakan mekanisme hak asasi manusia, baik nasional, regional maupun internasional adalah untuk melindungi hak-hak asasi manusia. Sedangkan tujuan utama dari AICHR sebagaimana diartikulasikan dalam TOR yaitu memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental dalam rangka melengkapi proses pembangunan masyarakat ASEAN yang terintegrasi. AICHR bertugas untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap hak asasi manusia, membentuk suatu kerangka kerjasama hak asasi manusia melalui pengembangan konvensi ASEAN dan instrumen lain yang relevan dengan hak asasi manusia. Komisi ini juga bertugas untuk menyediakan layanan penasehat dan bantuan teknis mengenai hak asasi manusia, dan melibatkan masyarakat sipil dan lembaga-lembaga nasional dan internasional dalam hal yang berhubungan dengan pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. Selain itu, AICHR bertugas untuk memperoleh informasi dari negaranegara anggota ASEAN, menyiapkan studi pada isu-isu tematik tentang hak asasi manusia di ASEAN, dan menyerahkan laporan tahunan Menteri Luar Negeri ASEAN. Komisi terdiri dari sepuluh wakil negara anggota ASEAN yang bertugas selama tiga tahun dan dapat berturut-turut diangkat untuk satu periode. TOR memerlukan wakil untuk memihak dalam melaksanakan tugas mereka. Walaupun bersifat antar-pemerintah, keputusan harus dibuat oleh konsultasi dan konsensus sehingga sebuah konsep 'peopleoriented' ASEAN dapat diwujudkan. Mandat AICHR terlibat dalam dialog dan konsultasi dengan pemangku kepentingan di luar ASEAN, termasuk organisasi masyarakat. Bahkan, HLP telah memiliki sejumlah dialog dengan wakil-wakil masyarakat sipil ASEAN untuk membahas penyusunan draft TOR. TOR 17 Press Release, UN Human Rights Chief welcomes important step towards establishment of ASEAN Commission on Human Rights, pada: /huricane.nsf/view01/ D27DBCDD08C3C06C12575FB003502C5?opendocument diakses pada 11 Februari 2010 pukul WIB. 257

9 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: menetapkan bahwa sementara AICHR akan menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia internasional, termasuk universalitas, dapat berbagi, interdependensi dan keterkaitan dari semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, objektivitas, non-selektivitas, non-diskriminasi, dan menghindari standar ganda serta politisasi. TOR juga menyatakan bahwa tanggung jawab utama untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia terletak pada masingmasing negara anggota. Sebagai bagian dari ASEAN, AICHR diminta untuk mengikuti prinsip-prinsip Piagam ASEAN yaitu menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial dan identitas nasional semua negara-negara anggota ASEAN, sesuai dengan kebijakan tidak mencampuri dalam urusan internal negara-negara anggota ASEAN. 18 Lahirnya AICHR diharapkan dapat menghormati Piagam PBB dan hukum internasional, yaitu aturan hukum, tata pemerintahan yang baik, demokrasi, kebebasan fundamental, dan sosial keadilan, dan mengadopsi pendekatan evolusioner selama pengembangan badan hak asasi manusia. Hal ini diamanatkan untuk meningkatkan pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia yang konstruktif, pendekatan non-konfrontatif dan kooperatif. Pasal 6,8 dari TOR menyatakan bahwa AICHR sebagai "badan menyeluruh" dalam hubungannya dengan badan-badan hak asasi manusia lainnya. Namun masyarakat sipil menyesalkan bahwa adopsi AICHR baru bersifat promotion first, protection later ". 19 Hal ini dirasakan bahwa ASEAN tidak memiliki komitmen untuk menegakkan hak asasi manusia di kawasan ini. Masyarakat sipil juga khawatir bahwa tidak ada jaminan kemerdekaan atau kebebasan dari komisi, para wakil dan dukungan sekretariat. Dalam sebuah surat terbuka kepada HLP pada 22 Juni 2009, 200 organisasi masyarakat sipil menyampaikan permintaan mereka untuk melihat bahwa AICHR mencakup setidaknya tiga tambahan mandat: a) negara melakukan kunjungan; b) menerima pengaduan dan melakukan penyelidikan; dan c) melakukan tinjauan berkala tentang situasi hak asasi manusia di kawasan. Rangkaian kampanye masyarakat sipil bermaksud untuk dimasukkan dalam perlindungan mandat yang digambarkan oleh harian Bangkok berbahasa Inggris, 'The Nation', sebagai make or break period. 20 Upaya untuk memajukan pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap hak asasi manusia di kawasan telah didukung oleh negara-negara di luar kawasan. Bersama dengan Thailand, Indonesia juga telah mendorong badan untuk memiliki mandat guna memantau dan meninjau situasi hak asasi manusia di setiap negara anggota dan melakukan kunjungan. Sayangnya, proposal itu ditolak oleh anggota lain seperti Blok CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam). Thailand mengakui bahwa 18 diakses pada 20 Februari 2010 pukul WIB. 19 Ibid. 20 Yuyun Wahyuningrum, loc.cit. 258

10 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM adalah "konsensus maksimum" bahwa mereka dapat mencapai untuk memastikan bahwa semua negara dapat mendukung TOR. Namun, Indonesia bersikeras bahwa pandangan-pandangan ini harus tercermin dalam pernyataan politik TOR, dan disajikan kepada para pemimpin ASEAN lalu menandatanganinya dalam KTT ASEAN ke Meskipun perlindungan hak asasi manusia dalam TOR belum memadai, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Navanethem Pillay, telah mengakui bahwa ASEAN telah membuat kemajuan penting menuju internasional yang memajukan dan melindungi standarisasi hak asasi manusia. Dia juga mendorong ASEAN untuk terlibat dalam partisipasi multipihak dan konsultasi dalam kegiatan AICHR. Dia berharap bahwa setelah peluncuran AICHR, perlindungan mandat yang jelas akan ditetapkan dalam deklarasi politik. 22 Deklarasi politik menekankan bahwa mekanisme perlindungan dalam AICHR hanya dapat dikembangkan secara bertahap di sepanjang proses review lima-tahunan dari TOR, TOR dari AICHR akan ditinjau setiap lima tahun setelah berlakunya untuk memperkuat mandat dan fungsi AICHR guna mengembangkan lebih lanjut pada kedua mekanisme perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia. Dimasukkannya mekanisme perlindungan baru adalah subjek persetujuan dari Menteri Luar Negeri ASEAN selama AMM. Sebenarnya artikel dalam TOR dari AICHR dapat digunakan secara bijak dan strategis untuk dapat mengatasi isu-isu sensitif kawasan. Misalnya Pasal 4.8, menyatakan bahwa AICHR harus terlibat dalam dialog dan konsultasi dengan badan-badan ASEAN lainnya, termasuk organisasi masyarakat sipil dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini menyediakan peluang bagi perwakilan pro-aktif melanjutkan dialog dengan kelompokkelompok masyarakat sipil, korban dan organisasi masyarakat. Pasal 4.10 menyatakan bahwa AICHR diberi mandat untuk mendapatkan informasi dari negara-negara anggota ASEAN pada pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia yang akan menyediakan ruang untuk manuver pada isu-isu yang akan disusun oleh masing-masing sepuluh perwakilan negara. Pasal 4.12 memberikan mandat AICHR untuk mempersiapkan studi tematik tentang isu-isu hak asasi manusia di ASEAN yang bertugas mencari informasi dan mengumpulkan data dari negara-negara anggota pada isu-isu yang relevan. Masyarakat sipil dapat menggunakan artikel ini bersamasama dengan Pasal 4.8 untuk mengadakan konsultasi guna menentukan isu-isu tematik di ASEAN Yuyun Wahyuningrum, loc.cit. 22 Yuyun Wahyuningrum, loc.cit diakses pada 20 Februari 2010 pukul WIB. 259

11 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: Berdasarkan penjelasan Pasal 4.8 dan Pasal 6.2, pada pertemuan tahunan, masyarakat sipil dapat mengajukan permohonan untuk sebuah forum yang didedikasikan untuk pertemuan antara wakil dan kelompok masyarakat sipil setiap tahunnya, di mana para korban dan yang selamat bisa dialog dengan AICHR secara langsung. Sebenarnya dari TOR juga memperluas saluran komunikasi antara masyarakat ASEAN dan asosiasi dengan memperkenalkan Pasal 7.1, yang menyatakan bahwa peran Sekretaris Jenderal ASEAN adalah untuk membawa isu-isu yang relevan dengan AICHR sesuai dengan Pasal 11.2 (a) dan (b) dari Piagam ASEAN. Tantangan Komisi HAM Antarpemerintah ASEAN Tantangan kerangka acuan AICHR terbesar adalah Pasal 2.1.b yaitu prinsip non-intervensi. Prinsip ini telah dilihat sebagai ciri-khas ASEAN sehingga digunakan oleh negara-negara anggota sebagai alasan atau pertahanan untuk menghindari pemenuhan kewajiban hak asasi manusia di bawah hukum internasional. Maka dari itu, banyak prinsip diabaikan yang mengakibatkan banyak negara mencari definisi baru. Namun, kebijakan non-intervensi bukan satu-satunya penemuan ASEAN melainkan merupakan prinsip yang diterima secara universal di bawah hukum yang merupakan salah satu prinsip-prinsip dasar internasional. Namun itu tidak boleh digunakan untuk menahan atau menghalangi pekerjaan AICHR untuk memenuhi mandat dan fungsi, ketika negara-negara anggota meminta pengertian "kedaulatan" atau "urusan internal" untuk menghindari pemeriksaan dari catatan hak asasi manusia. Tidak adanya mekanisme pengaduan dalam AICHR akan terus menjadi blok penghalang dalam melindungi hak-hak asasi manusia rakyat di ASEAN. Dengan demikian, AICHR hanya dapat menerima laporan hak asasi manusia dan penyalahgunaan tanpa mampu bereaksi terhadap laporan yang diajukan karena tidak ada fungsi yang menjaminnya. Singkatnya, AICHR adalah organisasi yang justru cacat hukum. Selain itu, masih dipertanyakan apakah AICHR dapat meningkatkan nasib etnis bangsa di Myanmar setelah peluncuran pada bulan Oktober 2009, dan mampu melampaui standar sebagai ekspresi penolakan Junta. Sebagaimana ditunjukkan dalam surat terbuka untuk menteri ASEAN, masyarakat sipil menyatakan ragu apakah negara-negara ASEAN memiliki kemauan politik yang diperlukan untuk mematuhi dengan mengikat dokumen secara hukum, Piagam ASEAN, terutama bila datang ke Myanmar. Pertanyaan yang selalu muncul adalah sikap setengah hati ASEAN dalam mencela tindakan Junta akan meningkat, atau apakah kita dapat mengandalkan TOR dari AICHR untuk memberikan solusi Burma is a Key Benchmark for ASEAN: Protect People-Centered Principles and Human Rights, Open Letter to ASEAN Foreign Ministers, 17 July 2009, pada diakses pada 11 Februari 2010 pukul WIB. 260

12 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM Dalam rangka menegakkan TOR, wakil dari AICHR harus kompeten di bidang hak asasi manusia dan dapat mengusulkan sesuai rekomendasi kepada Menteri Luar Negeri ASEAN. Oleh karena itu, pengembangan hak asasi manusia regional akan sangat bergantung pada komposisi akhir komisi. TOR dari AICHR menyediakan aturan dengan prosedur yang diperlukan pada bagaimana mereka dapat mengirimkan wakil-wakil mereka ke AICHR. Prosedurnya melalui penunjukan atau proses seleksi nasional. Selain itu, Pasal 5,2 menyatakan dengan sangat jelas bahwa perwakilan akan bertanggung jawab menunjuk kepada pemerintah, dan bukan kepada rakyat ASEAN. Selanjutnya, Deklarasi Politik TOR mengakui keterlibatan para pemangku kepentingan di AICHR, tetapi masih terlalu state-centric. Dari sepuluh negara anggota ASEAN, hanya Indonesia dan Thailand yang menempatkan wakilnya bukan dari kalangan pemerintah. ASEAN masih lebih banyak menerima preferensi pemerintah daripada masyarakat. Pengamatan di atas juga jelas menunjukkan bahwa lima masyarakat sipil delegasi dari Singapura, Malaysia, Laos, Kamboja dan Myanmar dilarang hadir dalam pertemuan para pemimpin ASEAN pada hari yang sama saat peresmian AICHR 23 Oktober Selain mendirikan komisi hak asasi manusia (Pasal 6.6), ASEAN juga ingin membangun sebuah mekanisme untuk memajukan dan melindungi hak-hak perempuan, anak-anak dan pekerja migran. Karena itu, X telah membentuk sebuah kelompok kerja untuk menyusun TOR Komisi ASEAN untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak (ACWC) dan Komite Pelaksanaan Deklarasi ASEAN untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Buruh Migran (ACMW). Komite penyusunan terdiri dari dua negara pengirim (Indonesia dan Filipina) dan dua penerima negara (Thailand dan Malaysia). 25 Piagam ASEAN sah karena merupakan dokumen hukum, sementara VAP tahun 2004 telah digantikan dengan cetak biru pada kerjasama sosialbudaya, yang tidak mengikat secara hukum. Mengenai masalah bentuk pelaporan, Pasal 6.6 dari TOR memerintahkan AICHR untuk menyerahkan laporan tahunan kepada Rapat Menteri Luar Negeri ASEAN. Sementara ACMW dan ACWC tidak diharuskan untuk melakukannya. laporan ACWC kepada ASEAN Ministerial Meeting of the Social Development and Welfare (AMMSWD), sebuah struktur baru dalam ASEAN. 25 Statement from the organisers of the ASEAN Peoples Forum/ASEAN Civil Society Conference, Friday, 23 October 2009 at: statement-from-the-organisers-of-the-asean-peoples-forumasean-civilsociety-conference.html diakses pada 12 Februari 2010 pukul WIB. 261

13 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: Pertanyaan tentang bagaimana kedua mekanisme hak asasi manusia dapat bekerja dalam koordinasi dan kolaborasi baik untuk melengkapi dan menyubsidi satu sama lain, telah lama menjadi subyek perdebatan. Ketidakpastian telah mendorong masyarakat sipil untuk mendesak ASEAN guna menyelaraskan inisiatif ini sehingga mereka dapat berada di bawah kerangka kerja menyeluruh AICHR, yang termasuk pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia bagi semua. Pendanaan dan dukungan sekretariat dari AICHR akan bergantung pada ketersediaan sumber daya dan keahlian AICHR dan Sekretariat ASEAN. Ada tantangan operasional untuk AICHR dan mekanisme hak asasi manusia regional lainnya, seperti ACWC dan ACMW. Negara-negara anggota ASEAN didorong mendukung pejabat mereka untuk Sekretariat ASEAN dalam rangka menyelesaikan masalah anggaran. Dalam hal kontrol atas anggaran mereka, AICHR perlu meminta persetujuan dari Menteri Luar Negeri ASEAN, dan rekomendasi dari Komite Perwakilan Tetap ASEAN. Hal ini juga sama halnya dengan program dan rencana kegiatan AICHR. Penutup Jejak-jejak sejarah perkembangan wacana hak asasi manusia di ASEAN menunjukkan proses adopsi yang tidak mudah untuk mengatur integrasi masyarakat di ASEAN. Terlepas dari itu, seluruh negara anggota ASEAN menerima Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948, dan menjadi pihak inti Konvensi Hak Asasi Manusia Internasional. Rezim hak asasi manusia belum sepenuhnya berlaku efektif di ASEAN. Terutama dengan kurangnya mandat perlindungan, kemerdekaan dari mekanisme dan perwakilan rakyat, begitu juga dengan definisi kedaulatan yang sudah ketinggalan zaman sebagaimana diatur dalam kerangka acuan AICHR. Namun, pembentukan mekanisme badan hak asasi manusia regional pertama di wilayah Asia Pasifik ini dapat membuka jalan untuk menciptakan sebuah rezim. Diperlukan waktu 16 tahun lagi untuk mencapai pembentukan rezim dengan menciptakan 3Cs: Commission (komisi), Convention (konvensi) dan Court (pengadilan). Pembentukan rezim tersebut akan memerlukan waktu proses yang lebih pendek dan akan bergantung terutama pada beberapa faktor yang akan mempengaruhi proses evolusi komisi untuk menjadi mekanisme regional yang lebih kuat untuk melindungi hak asasi manusia. Salah satu faktor pendukung pembentukan rezim adalah peran masyarakat sipil. Masyarakat sipil mempunyai peranan penting untuk memastikan bahwa AICHR akan mematuhi norma-norma dan standar hak asasi manusia internasional, dan dalam menilai AICHR apakah relevan untuk orang-orang di ASEAN. Pemantauan intensif penting, dan laporan tahunan hak asasi manusia serta tinjauan dari kinerja AICHR harus disajikan dan diterbitkan secara teratur. Masyarakat sipil harus menggunakan kesempatan mengevaluasi AICHR setelah 5 tahun guna mengidentifikasi dan melakukan perbaikan, dengan memberikan bukti 262

14 Agung Setiyo Wibowo Analisis Potensi dan Masalah AICHR dalam Upaya Pemajuan dan Perlindungan HAM untuk mendukung klaim dan menyusunnya dalam laporan tahunan yang diusulkan. Namun, ASEAN tidak memiliki peta jalan untuk bergerak ke arah panggung di mana ASEAN akan memiliki komisi yang bergigi, bertanggung jawab, independen dan efektif, seperti yang dibayangkan oleh SAPA Task Force of ASEAN and Human Rights. Bagi ASEAN, penciptaan AICHR harus mampu melengkapi peta jalan memajukan kerjasama yang people-centered antara negara-negara anggotanya, dan meningkatkan daya tawar dalam diplomasi internasional sehingga memungkinkan untuk menghadapi tantangan global. Dengan demikian peluncuran AICHR pada bulan Oktober 2009 di KTT ASEAN ke-15 di Thailand dapat menandai titik balik bagi hak asasi manusia di ASEAN dan kawasan secara keseluruhan. Atau sebaliknya, AICHR hanya sebagai isyarat hampa jika gagal untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia serius di seluruh kawasan Asia Tenggara. Daftar Pustaka Buku Abdulgani, Roeslan Problem Nasionalisme, Regionalisme dan Keamanan di Asia Tenggara. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Archer, Clive International Organizations. London: Allen & Unwin ltd. Bennet, A.Leroy International Organizations, New Jersey, Prentice Hall Inc. DW, Bowet The Law of International Institutions, 2 nd edition, London: Butterworth. E.Weatherbee, Donald International Relations in Southeast Asia: The Struggle for Autonomy. Lanham: Rowman & Littlefield Publishers. Wahyuningrum, Yuyun ASEAN s Road Map towards Creating a Human Rights Regime in Southeast Asia pada Human Rights Milestones: Challenges and development in Asia. Bangkok: Asian Forum for Human Rights and Development (FORUM-ASIA). Internet Burma is a Key Benchmark for ASEAN: Protect People-Centered Principles and Human Rights, Open Letter to ASEAN Foreign Ministers, 17 July 2009, pada diakses pada 11 Februari 2010 pukul WIB. Chongkittavorn, Kavi, Activist pressure forcing AHRB into a make or break period, The Nation, diakses pada 10 Februari 2010 pukul WIB. 263

15 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: NTS-Asia Secretariat pada diakses pada 17 Februari 2010 pukul WIB. Outcome of the ASEAN Foreign Ministers Meeting with the High-Level Panel (HLP) on Human Rights Body and the ASEAN Foreign Ministers Meeting with the High Level Legal Experts Group on Follow-up to the ASEAN Charter (HLEG), 19 July 2009, pada: pdf-amm diakses pada 9 Februari 2010 pukul WIB. Press Release, UN Human Rights Chief welcomes important step towards establishment of ASEAN Commission on Human Rights, pada: /huricane.nsf diakses pada 11 Februari 2010 pukul WIB. Statement from the organisers of the ASEAN Peoples Forum pada diakses pada 12 Februari 2010 pukul WIB. Term of Reference of AICHR pada AICHR.pdf diakses pada 20 Februari 2010 pukul WIB. 264

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Kantor Regional ILO untuk Asia & Pasifik (ROAP) Bangkok, Thailand Garis Besar Presentasi 1. Forum ASEAN tentang Pekerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR PERTEMUAN SELA NASIONAL MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL INDONESIA (PSNMHII) XXVI PROMOTING AND SUSTAINING BALI DECLARATION S PRIORITY AREAS ON

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR Workshop Penguatan Komunitas Sosio-Kultural ASEAN 2015: Perumusan lndikator Capaian dari Strategic Measures dalam Attendant Document ASEAN Socio-Cultural

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI As of 14 November 2013 I. Pendahuluan 1. Salah satu tujuan ASEAN seperti yang diatur dalam Piagam ASEAN adalah untuk memajukan ASEAN

Lebih terperinci

POINTERS ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) Jakarta, 12 April 2016

POINTERS ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) Jakarta, 12 April 2016 POINTERS ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) Jakarta, 12 April 2016 AICHR merupakan bagian integral dari struktur organisasi ASEAN yang berperan sebagai badan konsultasi dan bersifat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL

EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL Oleh : Elfia Farida 1 Abstrak Berlakunya Piagam ASEAN, akan merubah ASEAN dari suatu asosiasi longgar menjadi rule-based

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION AGAINST TRAFFICKING IN PERSONS, ESPECIALLY WOMEN AND CHILDREN (KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA

Lebih terperinci

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia I Made Agung Yudhawiranata Dermawan Mertha Putra Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM. Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM (KONVENSI ASEAN MENGENAI PEMBERANTASAN TERORISME) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA PERTEMUAN TATAP MUKA PEMIMPIN ASEAN DENGAN PERWAKILAN ASEAN INTER-PARLIAMENTARY

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Pidato Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Untuk Pembentukan ASEAN Supreme Audit Institutions (SAI), Jakarta, 13 Oktober 2011 Kamis, 13 Oktober 2011 Mohon diperiksa disesuaikan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persamaan dan Perbedaan Pemajuan dan Perlindungan Hak Ekosob di ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) dan European Commission for Human Rights

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

Mendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia

Mendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Mahkamah Pidana Internasional Coalition for the International Criminal Court Kerangka Acuan Seminar Nasional Memperingati Hari Keadilan Internasional Sedunia 17 Juli 2012

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Ma ruf Habibie Siregar TMJ 6 AeU 4811020011 Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Rangkuman Pada chapter ini dibahas tentang apa- apa yang akan dilakukan ASEAN menuju ke

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015):

Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015): Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015): Panel 1 Intinya tidak ada pertentangan antara The GP dengan legally binding treaty process,

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut

Lebih terperinci

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh : Butje Tampi, SH., MH. ABSTRAK Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015 Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015 Poin pembelajaran Konteks kelahiran Komnas HAM Dasar pembentukan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BADAN HAK ASASI MANUSIA ASEAN DALAM MENANGANI ISU HAK ASASI MANUSIA DALAM REGIONAL ASEAN

EFEKTIFITAS BADAN HAK ASASI MANUSIA ASEAN DALAM MENANGANI ISU HAK ASASI MANUSIA DALAM REGIONAL ASEAN Lily Husni Putri No. 61, Th. XV (Desember, 2013), pp. 491-503. EFEKTIFITAS BADAN HAK ASASI MANUSIA ASEAN DALAM MENANGANI ISU HAK ASASI MANUSIA DALAM REGIONAL ASEAN THE EFFECTIVENESS OF ASEAN HUMAN RIGHTS

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

AGENDA Kegiatan Divisi ASEPSW

AGENDA Kegiatan Divisi ASEPSW UNGEGN DIVISI ASIA TENGGARA DAN PASIFIK BARAT DAYA (Asia South-East & Pacific South-West Division) AGENDA Kegiatan Divisi ASEPSW Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) UNGEGN, ASEPSW

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan 1 Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan I.PENDAHULUAN Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat

Lebih terperinci

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Pengantar Memahami Hak Ekosob M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Manusia dan Perjuangan Pemajuan Hak Asasinya Semua manusia memperjuangkan hak hidup layak. Agama menginspirasi perjuangan manusia itu. Berbagai

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.144, 2015 HAM. Rencana Aksi. Nasional. Tahun 2015-2019. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional

Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua, Aryaduta, Jakarta 13 Desember 2010 Rafendi Djamin Wakil Indonesia

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation (selanjutnya disebut CMIM) adalah untuk menyusun pengaturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci