Resusitasi pada Neonatus
|
|
- Liana Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Resusitasi pada Neonatus Jhon Henry I Siregar / A9 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Latar Belakang Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah melahirkan. Asfiksia neonatorum dan trauma kelahiran pada umumnya disebabkan oleh manajemen persalinan yang buruk dan kurangnya akses ke pelayanan obstetri. Asupan kalori dan mikronutrien juga menyebabkan keluaran yang buruk. Telah diketahui bahwa hampir tiga per empat dari semua kematian neonatus dapat dicegah apabila wanita mendapatkan nutrisi yang cukup dan mendapatkan perawatan yang sesuai pada saat kehamilan, kelahiran dan periode pasca persalinan. 1 Asfiksia neonatorum adalah keadaan di mana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterin. 2 Transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin melibatkan serangkain perubahan fisiologi kompleks yang di mulai sebelum lahir. Yang mengejutkan adalah walaupun bayi mengalami sedikit hipoksemia intermeten selama persalinan, namun sebagian besar pada akhirnya menjalani transisi ini. 1
2 PEMBAHASAN 1. Penatalaksanaan Resusitasi Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuel) yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa : 1) faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan hemoestatis yang timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan timbulnya sekuel akan meningkat. 2) kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia/hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia/ hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi. 3) riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir. 4) penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat. Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat: 1) Memberikan lingkungan yang baik dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan bebas. 2) Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah. 3) Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi 4) Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik. 2
3 Cara resusitasi, terbagi atas tindakan umum dan tindakan khusus. Tindakan Umum : a. Pengawasan suhu. Penurunan suhu tubuh mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Harus dicegah/dikurangi kehilangan panas dari kulit. Pemakaian sinar lampu yang cukup kuat dikerjakan untuk mengurangi evaporasi. Badan dan kepala neonatus dikeringkan dengan kain kering hangat, dan diletakkan telanjang di bawah alat / lampu pemanas radiasi untuk mencegah kehilangan panas. Namun harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi b. Pembersihan jalan nafas. Bayi diletakkan terlentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trake dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan atau untuk pemasangan pipa endotrakeal c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan. - Pada sebagian besar bayi pengisapan lendir dan cairan amnion yang dilakuakn melalui nasofaring akan menimbulkan rangsangan pernafasan. - Pengaliran O2 yang cepat ke dalam mukosa hidung dapat merangsang refleks pernafasan yang sensitif dalam mukosa hidung dan faring. - Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamain K terhadap bayi tertentu. Tindakan Khusus Pada umumnya bayi baru lahir dengan depresi kardiorespirasi ringan sedang akan berespon baik terhadap rangsang taktil yang ditandai dengan meningkatnya denyut jantung dan bertambahnya usaha respirasi. Usaha yang lain adalah dengan menggosok punggung bayi dan memukul telapak kaki bayi. Mengeringkan tubuh bayi, pengisapan lendir atau cairan ketuban 3
4 dari mulut dan hidung, pada dasarnya adalah tindakan rangsangan. Untuk bayi yang sehat, prosedur tersebut sudah cukup untuk menimbulkan pernafasan. Setelah dilakukan tahapan awal diatas, kita pantau frekuensi napas, jantung, serta warna kulit. Bila bayi tidak bernapas (apneu), frekuensi jantung < 100/menit, lakukan Ventilasi Tekanan Positif. 2 Langkah ini digunakan untuk membantu usaha napas bayi. Menggunakan balon/sungkup resusitasi. Bayi diberikan oksigen 21%-100% dengan frekuensi 40-60/ menit. Setelah 30 detik melakukan VTP, periksa frekuensi jantung. Bila < 60/menit, lanjutkan dengan kompresi dada dan VTP tetap dijalankan. Pada kompresi dada diperlukan 2 orang. Lokasi kompresi dada : Gerakkan jari-jari sepanjang tepi bawah iga sampai mendapatkan sifoid.letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada di atas/superior sifoid. Dalamnya kompresi dada : sekitar 1/3 diameter antero posterior dada. Lama penekanan lebih pendek dari lama pelepasan à curah jantung maximum. Koordinasi VTP dan Kompresi dada : 1 siklus: 3 kompresi & 1 ventilasi dalam 2 detik (3:1) Frekuensi: 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit (berarti 120 kegiatan per menit) Dilakukan dalam 30 detik à 15 siklus Penilaian frekuensi denyut jantung: Bila < 60 / menit beri obat (epinefrin) melalui vena umbilikal atau pipa endotrakea. Obat2 lain sesuai indikasi. Bila > 60 / menit kompresi dada dihentikan. 4
5 VTP dilanjutkan sampai > 100 / menit dan bayi bernapas spontan. Langkah-Langkah Resusitasi 1 Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi. 2 Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar. 3 Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor). 4 Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung. 5 Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusapusap punggung bayi. 6 Nilai pernafasan Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV x / menit. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung. Kompresi jantung Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung : Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi. 7 Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada. 8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung >100x/menit dan bayi dapat nafas spontan. 5
6 9. Jika denyut jantung 0 atau <10x/menit, lakukan pemberian obat epineprin 1: dosis 0,2 0,3 ml/kgbb secara IV. 10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100x/menit hentikan obat. 11. Jika denyut jantung <80x/menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 5 menit. 12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. 3 Tindakan khusus Asfiksia berat Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum x/menit. Asfiksia sedang/ringan Pasang selang pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit Bila VTP perlu dilanjutkan lama, diharapkan memasang pipa orogastrik untuk mengatasi distensi lambung karena distensi lambung dapat menekan diafragma sehingga menghambat pengembangan paru dan mengakibatkan aspirasi dan regurgitasi. 6
7 7
8 ANAMNESIS Tujuan dari anamnesis adalah untuk menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi atau tidak. Hal-hal yang ditanyakan : Apakah bayi cukup bulan/tidak Apakah cairan amnion bersih dari mekonium atau tidak Apakah terjadi gangguan saat lahir/tidak 8
9 Apakah bayi bernapas atau menangis (perhatikan dada bayi) Apakah tonus otot baik/tidak (fleksi dan bergerak aktif) Bagaimaa warna kulit saat lahir PEMERIKSAAN Fisik Pemeriksaan tanda-tanda vital Pemeriksaan fisik untuk asfiksia neonatorum adalah penilaian score apgar pada bayi: Klinis Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas (lemah) dibersihkan Fleksi kuat gerak aktif Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) 4 A Nilai Apgar menit pertama 7-10 : biasanya bayi hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir / cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau suction unit tekanan rendah. Hati-hati, pengisapan yang terlalu kuat / traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti jantung. 9
10 B Nilai Apgar menit pertama 4-6 : hendaknya orofaring cepat diisap dan diberikan O2 100%. Dilakukan stimulasi sensorik dengan tepukan atau sentilan pada telapak kaki dan gosokan selimut kering pada punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus dipantau ketat. Bila frekuensi jantung menurun atau ventilasi tidak adekuat, harus diberikan ventilasi tekanan positif dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat bantu ventilasi, gunakan teknik pernapasan buatan dari mulut ke hidung-mulut. C Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang : bayi mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat dihisap. Ventilasi dengan tekanan positif dengan O2 100% sebanyak kali per menit harus segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Jika frekuensi jantung tidak meningkat sesudah 5-10 kali napas, kompresi jantung harus dimulai. Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum. Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman penekanan lebih baik. Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ± 1,5 cm dan dengan frekuensi 90 X / menit. Dalam 3 X penekanan dinding dada dilakukan 1X ventilasi sehingga didapatkan 30 X ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang dianjurkan adalah 3 : 1. Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon, kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan. Jika frekuensi jantung tetap di bawah 100 kali per menit setelah 2-3 menit, usahakan melakukan intubasi endotrakeal. 10
11 Kalau frekuensi jantung tetap kurang dari 100 setelah intubasi, berikan ml adrenalin (1:10.000). Dapat juga secara intrakardial atau intratrakeal, tapi lebih dianjurkan secara intravena. Jika tidak ada ahli yang berpengalaman untuk memasang infus pada vena perifer bayi, lakukan kateterisasi vena atau arteri umbilikalis pada tali pusat, dengan kateter umbilikalis. Sebelum penyuntikan obat, harus dipastikan ada aliran darah yang bebas hambatan. Dengan demikian pembuluh tali pusat dibuat menjadi drug/fluid transport line. Jangan memasukkan larutan hipertonik seperti glukosa 50% atau natrium bikarbonat yang tidak diencerkan melalui vena umbilikalis, karena dapat merusak parenkim hati. Bayi dengan asfiksia berat yang tidak responsif terhadap terapi atau mempunyai frekuensi jantung yang adekuat tetapi perfusinya buruk, hendaknya diberikan cairan ekspansi volume darah ( plasma volume expander ) : 10 ml/kgbb Plasmanate atau albumin 5% secara infus selama 10 menit. Kalau diduga banyak terjadi perdarahan, berikan transfusi 10 ml/kgbb darah lengkap (whole blood). Penunjang Bila bradikardia menetap : ulangi dosis adrenalin. Dapat juga diberikan kalsium glukonat 10% untuk efek inotropik mg/kgb intravena perlahan-lahan, atau sulfas atropin untuk antikolinergik / terapi bradikardia 0.01 mg/kgbb. Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat: 5 PaO 2 < 50 mm H 2 O PaCO 2 > 55 mm H 2 ph < 7,30 Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa : Darah perifer lengkap Pemeriksaan radiologi/foto dada Analisis gas darah sesudah lahir Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga posisi 11
12 Gula darah sewaktu Pemeriksaan USG Kepala Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium) Pemeriksaan EEG Ureum kreatinin CT scan kepala Laktat Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1 Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebihlebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 2 Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 3 Pemeriksaan ph darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa ph-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya ph. Apabila ph itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Faktor Resiko 12
13 Penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi yang terdiri dari: 1. Faktor ibu - Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam. - Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plaasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan; o o o gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat. hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan hipertensi pada penyakit eklamsia dan lain-lain. 2. Faktor Plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin di pengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain. 3. Faktor Fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain. 4. Faktor Neonatus Depresi pusat pernafasan paa bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu; o o pemakaian obat anatesia atau analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung, dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial 13
14 o kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diagframatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain. Perawatan Pasca Resusitasi Evaluasi setelah resusitasi Telah berhasil melakukan resusitasi maka bayi sangat rentan terhadap : 1) Terdapat hipotermia - Selama melakukan resusitasi - Masukan langsung pada incubator, sehingga hilangnya panas badan dapat dikurangi. 2) Gangguan pernafasan - Paru - Pneumotoraks - Penyakit membrane lain - Aspirasi mekoneum - Infeksi pneumonia 3) Gangguan susunan saraf pusat : - Terjadi depresi - Gangguan menelan atau makan - IQ rndah atau turun akibat kerusakan sel otak - Dapat terjadi konvulsi 4) Muntah-muntah : aspirasi mekoneum atau darah 5) Terjadi hipoglikemia - Perlu perhatikan karena dapat merusak metabolisme 14
15 - Merusak sel otak dan jantung 6). Perut kembung. Karena O2 masuk ke dalam usus atau lambung. Dengan demikian memerlukan perawatan khusus di unit pelayanan intensif neonatus. Kejadian ini kan berlangsung bila tenaga kesehatan yang melakukan resusitasi sudah terampil dan mengetahui tugasnya dengan baik. EPIDEMIOLOGI Asfiksia merupakan penyebab utama kematian pada neonatus. Di negara maju, asfiksia menyebabkan kematian neonatus 8-35%. Di daerah pedesaan Indonesia 31-56,5%. Insidensi asfiksia pada menit 1= 47/1000 lahir hidup dan pada menit 5= 15,7/1000 lahir hidup. Faktor predisposisi Ibu : 1 Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani 2 Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta previa 3 Hipertensi pada eklamsi 4 Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta Janin : 1 Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat 2 Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan kepada ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan 3 Ketuban keruh/meconium PENATALAKSANAAN 15
16 Obat yang diberikan pada fase akut resusitasi adalah epinefrin. Obat-obat lain digunakan pada pasca resusitasi atau pada keadaan khusus lainnya. 7 (1) Epinefrin Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik. Epinefrin tidak boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang diberikan 0,1-0,3 ml/kgbb larutan1: (setara dengan 0,01-0,03 mg/kgbb) intravena atau melalui selang endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5 menit secara intravena bila frekuensi jantung tidak meningkat. Dosis maksimal diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal (2) Volume Ekspander Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi, hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah banyak. (3) Bikarbonat Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 meq/kg BB atau 4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan konsetrasi 7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 meq/kgbb/menit. (4) Nalokson 16
17 Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Cara pemberian intravena atau melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat diberikan melalui intramuskuler atau subkutan. Dosis yang diberikan 0,1 mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 mg/ml dan 1 mg/ml. KOMPLIKASI Meliputi berbagai organ yaitu : 8 1 otak Hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis\ 2 Jantung dan paru Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru 3 gastrointestinal Enterokolitisnekrotikans 4 Ginjal Tubular nekrosis akut 5 Hematologi DIC PREVENTIF Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu 17
18 intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait. Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalah pahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin. Antisipasi dini perlunya dilakukan resusitasi pada bayi yang dicurigai mengalami depresi pernapasan untuk mencegah morbiditas dan mortilitas lebih lanjut Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan resusitasi yang lebih kompleks. Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan. PROGNOSIS Asfiksia Ringan : Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan Asfiksia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen, misalnya retardasi mental. 18
19 DAFTAR PUSTAKA 1 Santoso, Mardi. Pemeriksaan fisik diagnostic. Anamesa. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.h Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Beberapa Cara Pengukuran. Jakarta: CV Sagung Seto;2009.h Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 3. Dalam: Hasan R, Alatas H, penyunting. Perinatologi. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatric. Edisi ke 3. Jakarta: EGC; 2008.h Lissauer T, Fanaroff AA, Rodriguez RJ, Weidling M. At a Glance Neonatologi. Dalam: Amalia Safitri. Persalinan. Jakarta: Erlangga; 2009.h Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Pengantar kuliah obstetric. Kegawatadaruratan pada neonatus. Jakarta: EGC; 2007.h neonatal-resuscitation/ 19
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. BATASAN Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asfiksia Neonatorum 2.1.1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai
Lebih terperinciNEONATUS BERESIKO TINGGI
NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
Lebih terperinciKeterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp
No. Urut Sikap Total Skor Kategori Umur Pendidikan Lama Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 41 Positif 25 BIDAN 5 Tahun 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 22 Negatif
Lebih terperinciAsfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru
Lebih terperinciSOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
Lebih terperinciSOP RESISUTASI PADA ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
SOP RESISUTASI PADA ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR PUSKESMAS WAEHAONG KOTA AMBON SPO No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : 1 April 2016 Halaman : 1/4 DR. ADRIYATI ARIEF Nip. 19640111 200604 2 002 1. Pengertian
Lebih terperinciMANUAL KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS. Tim Penyusun
MANUAL KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS Tim Penyusun Dr. dr. Ema Alasiry, Sp(K) dr. A. Dwi Bahagia Febriani, PhD, SpA(K) Prof. dr. Djauhariah A. Madjid, SpA(K) CSL REPRODUKSI FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciRESUSITASI NEONATUS. Divisi Perinatologi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM
RESUSITASI NEONATUS Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM 1 Latar Belakang Kematian Neonatus di Indonesia masih tinggi. Kasus kegawatan bayi yang memerlukan resusitasi banyak
Lebih terperinciA. Definisi B. Etiologi
ASFIKSIA NEONATORUM A. Definisi Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
Lebih terperinciGANGGUAN NAPAS PADA BAYI
GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500
Lebih terperinciPengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.
Pengertian Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persalinan Normal Persalinan atau yang disebut juga partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Dasar Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Lahir asfiksia merupakan penyebab terbesar kelima kematian anak balita (8,5%) setelah pneumonia, diare, infeksi
Lebih terperinciPENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g
ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa gagal nafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan
BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan asfiksia neonatorum dengan daya reflek sucking bayi baru lahir umur 0 hari di RSUD Karanganyar menggunakan instrumen data rekam medis dan
Lebih terperinciDr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI
Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang
Lebih terperinciDerajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain
Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Definisi Emboli Cairan Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan
Lebih terperinciLBM 1 Bayiku Lahir Kecil
LBM 1 Bayiku Lahir Kecil STEP 1 1. Skor Ballard dan Dubowitz : penilaian dilakukan sebelum perawatan bayi, yang dinilai neurologisnya dan aktivitas fisik 2. Kurva lubschenko dan Nellhause : 3. Hyaline
Lebih terperinciPreeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketuban Pecah Dini 2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban Pecah
Lebih terperinciBANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Maturitas Kehamilan 1. Definisi Kehamilan merupakan rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.
Lebih terperinciEMBOLI CAIRAN KETUBAN
EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI
BAB I PENDAHULUAN Banyaknya jenis status epileptikus sesuai dengan bentuk klinis epilepsi : status petitmal, status psikomotor dan lain-lain. Di sini khusus dibicarakan status epileptikus dengan kejang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persalinan dan Kelahiran Normal Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan
Lebih terperinciRESUSITASI. By : Basyariah Lubis, SST, MKes
RESUSITASI By : Basyariah Lubis, SST, MKes Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PERSALINAN PRESENTASI BOKONG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN LAMPUNG UTARA Yeyen Putriana* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Pada persalinan
Lebih terperinciRESUSITASI NEONATUSPRINSIP-PRINSIP RESUSITASI Oleh Eko Prabowo
RESUSITASI NEONATUSPRINSIP-PRINSIP RESUSITASI Oleh Eko Prabowo Ventilasi pada paru-paru bayi baru lahir adalah tindakan yang paling penting dan efektif pada resusitasi neonates. Jika bayi tidak segera
Lebih terperinciPERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR
PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?
Lebih terperinciCAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009
CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI DiajukanOleh: DENTA ADITYA EPISANA J 500 060
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap. Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD Karanganyar dilakukan dengan manajemen 7 langkah
Lebih terperinciKOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta
KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum
Lebih terperinciANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K.
ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K. (14019) 6.Ratna A. (14024) 7.Tetie (14026) ADAPTASI BAYI
Lebih terperinciBAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14
BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 1. PENGERTIAN Bayi dari ibu diabetes Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes. Ibu penderita diabetes termasuk ibu yang berisiko tinggi pada saat kehamilan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR Mei Vita Cahya Ningsih D e f e n I s i Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi berat lahir
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah WaterBirth 2.2 Pengertian WaterBirth
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah WaterBirth Selama tahun 1960, peneliti Soviet Igor Charkovsky melakukan penelitian yang cukup besar ke keselamatan dan manfaat yang mungkin lahir air di Uni Soviet Pada akhir
Lebih terperinciPREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciMembantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta
Membantu Bayi Bernapas Buku Kerja Peserta 1 2 Untuk mereka yang merawat bayi pada saat kelahiran Membantu Bayi Bernapas mengajarkan kepada penolong persalinan untuk merawat bayi pada saat kelahiran. -
Lebih terperinciRESUSITASI PADA NEONATUS Susiana Candrawati
RESUSITASI PADA NEONATUS Susiana Candrawati A. TUJUAN PEMBELAJARAN S etelah menjalani kepaniteraan klinik muda ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Memahami kegawatan pada neonatus 2. Memahami indikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi Baru lahir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Bayi Baru Lahir Normal a. Pengertian Bayi baru lahir merupakan individu yang baru saja tumbuh dan mengalami trauma kelahiran serta harus dapat menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan
Lebih terperinci1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi
Lebih terperinciA. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup
Lebih terperinciTanda Bahaya Gawat napas
DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM 1 Tanda Bahaya Gawat napas Sianosis Apnea Stridor Kesulitan bernapas (gasping) Retraksi dada yang berat Perfusi buruk (syok) 2 1 Evaluasi
Lebih terperinciPANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG
PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran
Lebih terperinciBTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin
Lebih terperinciJudul: Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL) Sistem Lain - Lain Semester VI Penyusun: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Tingkat Keterampilan: 4A
Judul: Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL) Sistem Lain - Lain Semester VI Penyusun: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Tingkat Keterampilan: 4A Deskripsi Umum 1. Setiap Bayi Baru Lahir (BBL) senantiasa mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu
Lebih terperinciHipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 Negara, yang bertujuan membangun manusia menjadi paradigma landasan pembangunan Negara
Lebih terperinciSINDROM GANGGUAN PERNAFASAN
SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN A. Pengertian Sindrom Gangguan Pernapasan Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
Lebih terperinciMODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH ADAPTASI NEONATUS Semester 3 KEGIATAN BELAJAR I PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan waktu yang paling rawan untuk kelangsungan hidup anak. Pada tahun 2015, 2,7 juta neonatus meninggal, merepresentasikan 45% dari kematian anak
Lebih terperinciTujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan
Lebih terperinciEMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.
EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Persalinan Dan APN Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui janin lahir atau
Lebih terperinciDIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.
DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak
Lebih terperinciBASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas
BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami
Lebih terperinciMembantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator
Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator Mulai dengan sebuah cerita Sebelum memperlihatkan lembar balik, setiap peserta meletakkan satu tangannya di atas simulator atau boneka peraga. Katakan pada
Lebih terperinciPERTOLONGAN GAWAT DARURAT
PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat
Lebih terperinciGAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Adriana Palimbo 1, RR. Dwi Sogi Sri Redjeki 2, Arum Kartikasari
Lebih terperinciCarolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE
Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan lahir 48-52 cm. Lingkar dada 30-35 cm. Lingkar kepala 33-35 cm. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan fungsi otak. Sekuele
Lebih terperinciPusat Hiperked dan KK
Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,
Lebih terperinciPMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita
Lebih terperinciHUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO
HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO Risa Mundari Akademi Kebidanan Panca Bhakti risamundari@gmail.com ABSTRAK Kematian ibu di Indonesia terbanyak
Lebih terperinciKomplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia
Pendahuluan Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia
Lebih terperinciDAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS
DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS I. PEMERIKSAAN KEHAMILAN 1. Melakukan validasi klien 2. Melakukan kontrak 3. Menyiapkan alat 4. Mencuci tangan 5. Mengkaji keadaan umum klien 6. Melakukan
Lebih terperinciDETEKSI DINI, DIAGNOSIS KELAINAN KONGENITAL. dr.jalila Zamzam, Sp.A
DETEKSI DINI, DIAGNOSIS KELAINAN KONGENITAL dr.jalila Zamzam, Sp.A Deteksi Dini Tujuan : mencari kelainan koreksi penyimpangan tumbuh kembang dapat diatasi Dilakukan dengan : pendekatan epidemiologi (faktor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keperawatan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian keperawatan bayi dengan asfiksia ringan Keperawatan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam keadaan sakit maupun sehat dalam kegiatannya untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Perinatologi dan Sub Bagian Neurologi. 4.2 Waktu dan tempat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi ibu berdasarkan karakteristik umur saat bersalin di RSUD Sukoharjo didapatkan hasil ibu bersalin umur 20-35
Lebih terperinciPERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan
PERSALINAN KALA I Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala),
Lebih terperinciKejang Pada Neonatus
Kejang Pada Neonatus Guslihan Dasa Tjipta Emil Azlin Pertin Sianturi Bugis Mardina Lubis 1 DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan 2 Definisi : Kejang merupakan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK
BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (winjosastro,2007;h.709).
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORI MEDIS A. Definisi Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. (winjosastro,2007;h.709).
Lebih terperinciKEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
KEHAMILAN GANDA Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Materi pembelajaran (pengetahuan) Kehamilan Ganda Definisi Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKB (Angka Kematian Bayi) menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asfiksia Neonatorum 2.1.1 Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. kelahiran hidup, 334/ kelahiran hidup, dan 307/ kelahiran
1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Pada saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Gambaran penurunan AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator.
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah Catatan untuk fasilitator Rangkuman kasus Maya, 19 tahun yang hamil pertama kali (primi gravida), dibawa ke
Lebih terperinciRESUSITASI BAYI BARU LAHIR (BBL) UNTUK BIDAN. Ekawaty lutfia Haksari Perinatologi, IKA UGM/RSU Sardjito Yogyakarta
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR (BBL) UNTUK BIDAN Ekawaty lutfia Haksari Perinatologi, IKA UGM/RSU Sardjito Yogyakarta ASFIKSIA Kegagalan untuk memulai & melanjutkan pernafasan pada BBL Bayi tidak bernafas
Lebih terperinci