BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Politik Perkembangan komunikasi politik di Indonesia relatif masih baru, hal ini ditandai dengan runtuhnya rezim Orba, dan munculnya reformasi sebagai awal dari kebebasan berpendapat dan berekspresi, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan politik. Reformasi membawa perubahan dalam sistem politik Indonesia. Komunikasi politik mulai terbuka menjadi perbincangan hangat bagi semua masyarakat Indonesia. Tidak ada lagi ancaman bagi siapa pun yang berbicara dan berpendapat mengenai suatu persoalan yang berhubungan dengan kinerja pemerintah dan pengawasan DPR. Komunikasi politik menjadi pusat terbentuk diskusi dan forum untuk menyampaikan berbagai ide-ide atau gagasan. Media massa bertumbuh dengan sangat cepat. Berbagai media mulai muncul dengan pemberitaan dan hiburan bagi masyarakat. Demokrasi menjadi kata yang paling banyak digunakan pada masa reformasi saat ini. Menurut Gazali (2004) perkembangan komunikasi politik di Indonesia masih sangat terbatas dan belum ada data yang valid terkait dengan penelitian komunikasi politik hingga tahun Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Rakhmat (dalam kata pengantar terjemahan buku Nimmo, 2011), bahwa tidak ada yang pasti siapa Doktor komunikasi (politik) di Indonesia. Namun berdasarkan pengamatannya gelar Doktor komunikasi politik pernah ditulis oleh Doktor Astrid S. Sunarjo dalam disertasinya berjudul pengaruh kekuatan politik dengan pendirian dewan pers di Inggris (Die Politichen Krafte hinter der Enstehung Presserates) pada tahun 1964, dan disertasi Doktor Alwil Dahlan berjudul Anonymous Dislosure of Government Information as a Form of Political Communication. Hal ini menunjukkan minat terhadap penelitian komunikasi politik sudah ada namun belum begitu berkembang. Hasil pengamatan Gazali (2004) tentang perkembangan komunikasi politik terdapat empat hal yangcommit cukup berpengaruh to user terhadap di Indonesia yaitu;

2 pertama, ilmu komunikasi dan politik masih sama-sama berjuang untuk mendirikan pagar ilmu dalam mendapatkan pengakuan yang lebih signifikan sebagai lapangan studi, terutama berkaitan dengan bagaimana penerapan dan batasan-batasan ilmu tersebut dalam proses analisis, apalagi seringkali hal ini bersinggungan dengan disiplin ilmu sosial lainnya. Kedua, perkembangan ilmu komunikasi sebagai kajian disiplin ilmu di Indonesia seringkali tidak mendapatkan pengakuan dari berbagai disiplin ilmu sosial lainnya, khususnya berkaitan dengan media populer, masyarakat Indonesia seringkali mencampur-adukan masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek komunikasi (mana saja) dalam praktek-praktek politik yang mengarah pada proses analisis komunikasi politik sebagai bagian dari kegiatan akademisi. Hal ketiga adalah perkembangan bidang komunikasi politik sebagai suatu bidang ilmu di Indonesia yang bertumbuh pada tradisi pengkajian multi-disiplin atau interdisiplin masih belum mendapat perhatian serius dari ilmuan komunikasi dan politik. Hal keempat merupakan persoalan sejarah dalam sistem politik yang berkaitan dengan komunikasi politik di Indonesia, ditandai dengan penindasan yang luar biasa terhadap kebebasan pers (kebebasan media), dan berkaitan dengan rezim pemerintah yang berkuasa pada masa tersebut, serta sebagian pengamatan merujuk pada rezim orba Soeharto. Berdasarkan kajian-kajian tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan kajian komunikasi politik di Indonesia hingga saat ini masih sangat baru dan awal atau menurut Gazali (2004) masih disebut barang baru dalam proses penelitian untuk disiplin ilmu yang multidisiplin. Namun satu hal yang tidak dapat diingkari bahwa pengaruh luar (terutama Amerika Serikat) dalam proses dan komunikasi politik di Indonesia menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan. Riset awal mengenai komunikasi politik yang terkenal dan menjadi rujukan utama dalam penelitian-penelitian selanjutnya adalah riset oleh tiga ilmuan Amerika yaitu Walter Lippmann mengenai opini publik, Harold, D. Lasswell mengenai analisis propaganda, dan Paul L. Lazarsfeld tentang Erie County Study (Kaid, 2004:13). Perkembangan penelitian komunikasi politik selanjutnya bergeser mengikuti perubahan sosial, commit teknologi to user komunikasi, dan informasi yang

3 melandasinya. Gurevicth, Coleman, dan Blumber (2009), mencatat bahwa proses komunikasi politik mulai mengalami perubahan signifikan ketika ditemukannya radio, televisi, dan media baru seperti internet. Radio dan televisi menyediakan panggung (medium) sebagai praktek proses komunikasi politik bagi kandidat calon presiden atau kepala daerah untuk menyampaikan program kerja, visi dan misinya. Sedangkan internet merupakan pusat penyebaran informasi sekaligus menjadi media kampanye dengan biaya murah bagi daerah yang telah mendapat jangkauan jaringan informasi tanpa batas tersebut. Menurut Maarek dan Wolfsfeld (2003:3) komunikasi politik merupakan persoalan yang berkaitan dengan konsep komunikasi dan dunia politik. Mereka menyatakan bahwa komunikasi selalu atau telah menjadi komponen utama dalam proses politik, yang berkaitan dengan bagaimana pemimpin (pemerintah) berkomunikasi dengan publik, bagaimana calon kandidat (pasangan calon Presiden atau Kepala Daerah) berkomunikasi dengan masyarakat pemilih dalam memperebutkan hak suara rakyat, berkenaan dengan isu-isu yang ada di tingkat daerah, nasional bahkan internasional, yang merujuk pada bagaimana pemimpin-pemimpin daerah, nasional, dan dunia membentuk opini mereka untuk mempengaruhi simpati, perhatian masyarakat dan atau diskusi-diskusi publik mengenai isu-isu tertentu. Definisi dari Maarek dan Wolfsfeld lebih pada interaksi antara negara (the state) dan rakyat atau publik (public), yang menimbulkan berbagai pertanyaan dan berfokus pada pembagian tugas serta tanggungjawab yang jelas berdasarkan wewenang yang diberikan. Misalnya apa yang diperoleh rakyat, bagaimana keputusan-keputusan penyelenggara dibuat, dan sejauh mana rakyat dapat mengakses atau menerima penjatahan yang ada. Dalam hal ini komunikasi politik mempunyai tujuan jelas menyangkut penjatahan bagi apa yang rakyat dapatkan. Oleh karena itu McNair (2003:2) menegaskan bahwa komunikasi politik pada dasarnya adalah purposeful communication about politics (komunikasi yang diupayakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu). Komunikasi politik merupakan kajian yang menarik, dalam konteks sekarang, tidak hanya diminati oleh para sarjana politik dan komunikasi tetapi juga para sarjana hukum, sosiologi, commit to politisi user aktif di berbagai partai politik

4 hingga masyarakat awam yang seringkali berdiskusi mengenai politik di berbagai tempat. Proses komunikasi politik merupakan pertukaran pesan-pesan politik yang berkaitan dengan jalan suatu pemerintahan dalam sistem politik tertentu. Artinya bahwa proses komunikasi politik melibatkan berbagai aktor politik untuk mencapai suatu kepentingan tertentu demi tercapainya proses demokrasi bagi semua masyarakat. Lilleker (2006:6) menegaskan bahwa dalam Negara modern, rumusan terhadap komunikasi politik harus memperhatikan tiga aktor penting yang beroperasi di luar batas-batas negara tunggal yaitu: 1) merujuk pada politik itu sendiri yaitu negara dan aktor-aktor politik yang menyertainya. Peran mereka adalah berkomunikasi dan bertindak kepada publik untuk mendapatkan legitimasi di kalangan publik dan kepatuhan dalam masyarakat; 2) mencakup aktor-aktor non-negara yang terlibat dalam berbagai organisasi untuk motivasi politik, dan badan hukum masing-masing dari organisasi ini dapat mempengaruhi pemilih (dalam kampanye pemilu) dan pada tingkat tertentu memiliki pengaruh yang signifikan; dan 3) media menjadi saluran dan sekaligus berkomunikasi tentang politik pada tingkat tertentu dapat mempengaruhi komunikasi politik kepada masyarakat luas yang bebas, plural, dan terbuka. Pandangan ini melihat bahwa komunikasi politik terjadi melalui aktor politik pada tingkat tertentu, mereka saling mempengaruhi dan mengatakan apa yang mereka inginkan, serta pada kesempatan tertentu memungkinkan munculnya satu kelompok yang dapat merumuskan argumen, pendapat, persepsi atau sikap yang dominan dalam merumuskan apa yang dianggap paling tepat untuk suatu kebijakan atau persoalan tertentu. Pada tingkat yang paling awal dan sederhana biasanya terjadi melalui komunikasi interpersonal. Penelitian yang dilakukan penulis saat ini termasuk dalam konteks komunikasi politik. Komunikasi politik mencakup aspek-aspek komunikasi massa dan komunikasi interpersonal dan telah mengambil konsep dari banyak disiplin ilmu. Mulai dari jurnalisme sampai psikologi (Berger, Rolof, dan Ewoldsen, 2014:24). Pandangan ini sejalan dengan pendapat Graber atau Kaid yang menjelaskan bahwa riset komunikasi politik dipedomani empat perspektif dasar yaitu retorik, kritis, commit interpretif, to user dan efek. Selain itu juga ada

5 perspektif lain yang cukup berkembang yaitu penentuan agenda, penggunaan dan pemuasaan (uses and gratification) (Berger, Rolof, dan Ewoldsen, 2014:25). Topik-topik mengenai penelitian komunikasi politik seringkali tentang cakupan topik utama yang relevan antara lain debat politik, periklanan politik, retorika politik, liputan kampanye politik oleh media, dan peranan media dalam pembelajaran kewarganegaraan (Berger, Rolof, dan Ewoldsen, 2014:25). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka sebenarnya peran komunikasi politik menjadi hal yang penting untuk dicermati. Untuk itu penelitian ini menggunakan teori the two-step flow of communication (teori dua tahap aliran komunikasi) sebagai teori utama (main theory), konsep elemenelemen komunikasi politik yang dikembangkan oleh Harold, D. Lasswell dan konsep mengenai mediatization dan de-centralization komunikasi politik oleh Brants dan Voltmer (2011:2) dengan tujuan untuk membangun kerangka teori yang relevan terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. 2. Konsep dan Teori Proses Komunikasi a. The two-step flow of communication theory The two-step flow of communication theory adalah teori yang dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld dan para koleganya dalam serangkaian penelitian. Teori ini merupakan respon penolakan terhadap pengaruh media massa yang besar bagi individu oleh beberapa sarjana, terutama berkenaan dengan kegagalan Lasswell dalam membedakan pengaruh institusi media pada individu. Lazarsfeld dan Katz (dalam Laughey, 2007:8) menyatakan bahwa: it now has become increasingly clear that the individual person who reads something and talks about it with other people cannot be taken simply as a simile for social entities like newspapers or magazines. He himself [sic] needs to be studied in his two-fold capacity as a communicator and as a relay point in the network of mass communications. Artinya sekarang telah menjadi semakin jelas bahwa individu yang membaca dan berbicara tentang sesuatu dengan orang lain tidak dapat commit to user diambil hanya sebagai kiasan untuk entitas sosial seperti koran atau

6 majalah. Dia sendiri perlu dikaji dengan kapasitas dua kali lipat sebagai komunikator dan sebagai titik estafet dalam jaringan komunikasi massa. Lasswell merumuskan rantai komunikasi (elemen-elemen komunikasi) berdasarkan prinsip bahwa pesan media akan melalui sumber kelembagaan kepada individu A, dan dari individu A kepada individu B dan seterusnya dalam urutan yang relatif mudah. Sedangkan Lazarsfeld dan Katz mempelajari aliran pesan media menggunakan apa yang mereka sebut analisis dampak, yang membandingkan peran pemimpin opini untuk peran media dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu (dalam Laughey, 2007:8). Lazarsfeld dan Katz mengatakan bahwa kita harus tahu satu atau dua pemimpin opini di antara teman-teman dan anggota keluarga dengan siapa kita berbaur. Mereka adalah orang-orang yang memiliki opini tentang segala sesuatu; yang memimpin percakapan seolaholah berbicara secara alami; dan yang mungkin sebaliknya disebut penggerak dan pelopor di antara partai mereka (Laughey, 2007:9). Lazarsfeld dan Katz mempelajari dampak mengenai pemimpin opini di antara perempuan di Dekator, dan menemukan bahwa pemimpin opini nampaknya akan mendistribusikan opini mereka pada kelompok pekerja, dan setiap tingkat sosial dan ekonomi (Laughey, 2007:12). Mereka berpendapat bahwa pemimpin opini dapat ditemukan di setiap level masyarakat, dan pada kondisi tertentu cenderung mengekspos diri mereka untuk pesan media lebih daripada individu dogmatis. Hasil penelitian tersebut disebut sebagai two-step flow of communication theory. Asumsi dari teori ini yaitu ide-ide seringkali, nampaknya mengalir dari radio dan media cetak kepada pemimpin opini dan dari mereka ke bagian kurang aktif dari populasi (Katz, 1957; Laughey, 2007:12). Penelitian awal oleh Lazarsfeld dikenal dengan People's Choice, merupakan analisis proses komunikasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan individu selama kampanye pemilu. Mereka menyatakan bahwa aliran komunikasi massa mungkin mempunyai pengaruh tidak langsung daripada yang biasanya. Pengaruh media massa dialirkan pada pemimpin opini, selanjutnya menyampaikan commit apa to user yang mereka baca dan dengar (lihat)

7 dalam kehidupan sehari-hari, dan untuk menanamkan pengaruh pada masyarakat (Katz, 1957). Katz (1957) mencatat bahwa hampir tujuh belas tahun sejak penelitian mengenai pemungutan suara dilakukan, Biro Penelitian Sosial Terapan dari Universitas Columbia telah berusaha untuk menguji hipotesis dan membangun teori two-step flow of communication dengan melakukan empat studi yang berkaitan dengan teori tersebut yaitu penelitian Merton mengenai pengaruh interpersonal dan perilaku komunikasi di Rovere; Decatur tentang pengambilan keputusan dalam pemasaran, mode, menonton bioskop, dan urusan publik yang dilaporkan oleh Katz dan Lazarsfeld; Elmira tentang kampanye pemilu tahun 1948 yang dilaporkan oleh Berelson, Lazarsfeld dan McPee; dan penelitian terbaru oleh Coleman, Katz dan Menzel mengenai difusi obat baru di antara doktor. Serangkaian penelitian-penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat berfungsi sebagai kerangka upaya melaporkan keadaan sekarang dengan merumuskan sejauh mana teori tersebut dapat menemukan konfirmasi dan cara-cara yang diperpanjang, dikontrak, dan dirumuskan. Selain itu juga menyoroti strategi yang dikembangkan dalam upaya memperhitungkan sistematis hubungan interpersonal dalam desain komunikasi. Titik awal dari teori two-step flow of communication adalah pengujian Lazarsfeld dalam penelitian mengenai kampanye pemungutan suara tahun 1940 yang menguji tiga rangkaian rumusan asli dari hipotesis yang ada. Pertama, yang harus dilakukan adalah dampak pengaruh pribadi (individu). Asumsinya bahwa orang-orang membuat pikiran (keputusan memberikan hak suara) mereka di akhir kampanye, dan orang-orang yang mengubah pikiran mereka selama kampanye, lebih mungkin dibandingkan dengan orang lain menyebutkan pengaruh pribadi sebagai tindadakan dalam keputusan mereka. Tekanan politik dibawa untuk menanggung setiap hari dari kelompok seperti keluarga dan teman-teman yang diilustrasikan dengan mengacu pada homogenitas politik yang mencirikan kelompok tersebut. Dalam hal ini Katz (1957) mencatat bahwa kontak pribadi tampaknya lebih commit to user

8 sering dan efektif daripada media massa dalam mempengaruhi keputusan memilih. Rumusan kedua berhubungan dengan aliran pengaruh pribadi yaitu pengaruh interpersonal yang merujuk pada pertanyaan mengenai seberapa penting pengaruh beberapa orang daripada yang lainnya dalam transmisi pengaruh. Hal ini merujuk pada pengaruh pemimpin opini berdasarkan pada dua pertanyaan yaitu apakah Anda mencoba untuk meyakinkan orang dengan ide-ide politik Anda?, dan Apakah ada yang baru-baru ini meminta Anda untuk saran pada pertanyaan politik?. Hal ini untuk melihat pengaruh pemimpin opini di setiap kelas sosial dan pekerjaan melalui pengaruh teman-teman, rekan kerja dan kerabat atau keluarga. Artinya bahwa pemimpin opini dapat ditemukan di setiap lapisan masyarakat dan mungkin dalam kondisi tertentu dapat mempengaruhi orang-orang yang dapat dipengaruhi. Rumusan ketiga yaitu perbandingan lebih lanjut dari para pemimpin opini dan orang lain sehubungan dengan kebiasaan media massa. Asumsi ini menyatakan bahwa pemimpin opini jauh lebih terkena media komunikasi formal (radio, surat kabar, dan majalah) dibandingkan dengan penduduk biasa. Dengan demikian argumen menjadi jelas yaitu jika word of mout sangat penting, dan jika word of mouth spesialis (pemimpin opini) secara luas tersebar, dan jika spesialis ini lebih terekspos ke media daripada orang-orang yang mereka pengaruhi, maka mungkin pengaruhnya akan lebih kuat daripada yang lain. Untuk alasan demikian Berelson (2007) menyatakan bahwa komunikasi dipahami sebagai transmisi simbol-simbol pesan melalui media komunikasi massa radio, koran, film, majalah, buku dan saluran utama komunikasi personal (pribadi) percakapan pribadi. Sedangkan opini publik merupakan respon masyarakat (yaitu persetujuan, ketidaksetujuan, atau ketidakpedulian) untuk isu-isu politik dan sosial yang kontroversial menyita perhatian umum seperti hubungan internasional, kebijakan nasional (daerah), pasangan calon pada Pemilu dan sebagainya. Katz (2015) mengatakan bahwa penelitian Lazarsfeld telah banyak menginspirasi teori kontemporer commit saat to user ini, salah satunya adalah teori two-

9 step flow of communication dan pemimpin opini. Hal ini telah menjadi agenda penelitian media selama 70 tahun, sejak penerbitan edisi pertama the people's choice. Katz (2015) mengatakan bahwa awal dari penelitian tersebut berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam kampanye pemilu, perhatian terhadap kekuatan relatif dari pengaruh pribadi pada perubahan penilaian, dibandingkan dengan pengaruh media. Arah penelitian selanjutnya menurut Katz (2015) dapat direalisasikan pada media dan komunikasi interpersonal yang tidak dalam kompetisi, melainkan terhubung erat. Hal tersebut memunculkan hipotesis pada teori two-step flow of communication, di mana orang-orang di antara aktor politik cerdas dan percaya diri, dan suka berteman yang kemudian dikenal luas pemimpin opini telah bertindak menjadi sumber informasi bagi rakyat di kalangan lingkungan mereka. Mutz dan Young (2011) menyatakan bahwa penelitian Katz dan Lazarsfeld tentang pengaruh media dan komunikasi interpersonal telah membawa perubahan baru dalam masyarakat. Penelitian awal mengenai pengaruh media dan opini publik sebagian besar disebabkan oleh kekuatan persuasif dalam hubungan personal. Pengaruh personal seringkali berhubungan dengan legitimasi kekuasaan yang pada kondisi tertentu, orang dapat saling mempengaruhi satu sama lain untuk berbagi kegiatan sebagai akibat dari hubungan personal mereka. Pengaruh mereka (pemimpin opini) kadang-kadang melampaui isi komunikasi mereka yang menurut Mutz dan Young (2011) memiliki dua pengaruh utama. Sedangkan pengaruh media massa formal hanya memiliki satu pengaruh. Dengan kata lain orang-orang selalu peduli menjaga hubungan sosial sehingga mereka akan memperhatikan apa yang teman atau rekan kerja dan anggota keluarga mereka katakan untuk suatu alasan tertentu dalam isi komunikasinya. Hal ini disebut Mutz dan Young sebagai jaringan interpersonal (interpersonal networks). Penelitian Mutz dan Martin (2001) menggunakan data survei nasional untuk menguji sejauh mana berbagai sumber informasi politik mengekspos orang yang berbeda commit pandangan to user politik. Hipotesisnya adalah

10 kemampuan individu dan keinginan untuk berlatih selektif atas setiap paparan merupakan faktor kunci dalam menentukan apakah sumber tertentu berhasil memaparkan pandangan berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kurang beragamnya perspektif berita media Amerika, namun mereka menemukan individu yang terkena pandangan politik tertentu kurang berpengaruh dengan paparan media dibandingkan dengan diskusi politik interpersonal. Media hanya berguna sebagai sumber informasi yang relatif sulit dan sangat rendah untuk melakukan pengaruh mengingat sifat impersonal dari media massa. Studi selanjutnya adalah studi pustaka oleh Mutz dan Young (2011) yang berkenaan dengan tiga tema sentral dalam sejarah penelitian komunikasi dan opini publik dari masa lalu, sekarang, dan masa depan. Tema-tema tersebut adalah 1) berfokus pada berbagai proses komunikasi politik yang sedang berlangsung dalam lingkungan tertentu; 2) pemaparan selektif mengenai komunikasi politik; dan 3) hubungan antara media massa dan komunikasi politik interpersonal. Mutz dan Young menyatakan pentingnya tema-tema tersebut yang menekankan pada bagaimana perubahan teknologi telah membuat mereka (jika semuanya) lebih relevan daripada ketika pertama kali diidentifikasi sebagai perhatian utama sebagai disiplin ilmu. b. Konsep Proses Komunikasi menurut Lasswell Teori two-step flow memberikan penjelasan yang cukup baik dalam melihat pengaruh selektif komunikasi interpersonal pada pesan media massa, namun terbatas untuk menjelaskan bagaimana proses pesan politik dan komponen komunikasi lainnya yang juga berpengaruh terhadap perilaku memilih seseorang. Untuk itu menurut Lasswell (Laughey, 2007:16) setiap tindakan komunikasi, apakah tatap muka atau mediasi dapat dikaji melalui lima proses yang membutuhkan metode terpisah dari setiap analisis. Meskipun Lasswell tertarik pada lima proses komunikasi tersebut namun yang paling penting adalah pertanyaan mengenai ide-ide yang berhubungan dengan efek komunikasi. commit to user

11 Lima komponen komunikasi dalam bentuk pertanyaan yaitu; 1) who; 2) says what; 3) in which channel; 4) to whom; dan 5) with what effect. Menurut penulis, masing-masing komponen saling berhubungan satu dengan lainnya sehingga jika salah satu dari unsur tersebut hilang atau tidak dimasukkan maka akan menghambat proses jalannya komunikasi. Komponen pertama dapat merujuk pada komunikator, sumber, atau pengirim. Komponen kedua merujuk pada pesan yang disampaikan, sedangkan komponen ketiga pada media atau saluran yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Sedangkan komponen keempat merujuk pada komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) dan komponen terakhir merujuk pada efek (effect, impact, influence) (Cangara, 2014:21). Berdasarkan proses komunikasi menurut Lasswell tersebut maka McQuail dan Windahl (Laughey, 2007:17) mengatakan bahwa: Rumusan Lasswell menunjukkan sifat khas model komunikasi awal: kurang lebih membutuhkan waktu bahwa komunikator memiliki beberapa tujuan mempengaruhi penerima dan, karenanya, komunikasi harus diperlakukan terutama sebagai proses persuasif. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pesan selalu memiliki efek. Lasswell (Fiske, 2007:46) merumuskan definisi komunikasi cukup lengkap yang telah banyak dikutip. Rogers (dalam Kaid, 2004:14) menyatakan bahwa konseptual definisi komunikasi yang diciptakan oleh Lasswell sebenarnya merupakan penggunaan metodologi untuk menganalisis pesan-pesan media, khususnya pesan propaganda media pada masa perang. Akan tetapi konsep ini digunakan luas untuk riset komunikasi politik secara khususnya dan ilmu komunikasi secara umum. Proses komunikasi melibatkan unsur-unsur komunikasi sebagai body of knowledge meliputi sumber (komunikator), pesan, media, penerima, efek (pengaruh), umpan balik, dan lingkungan. Berikut penjelasan unsur atau elemen-elemen komunikasi sebagai berikut: commit to user

12 1) Komunikator Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan kepada khalayak (komunikan). Komunikator politik seringkali sebagai orang yang menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan langsung dengan aktivitas politik. Dalam arti umum semua orang adalah komunikator, namun dalam settingan politik siapa pun dapat disebut sebagai komunikator politik (Nimmo, 2011:28). Menurut Nimmo (2011:29) komunikator politik adalah orang yang menduduki posisi penting, yang peka di dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan memilih informasi, semuanya terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan. Popper menegaskan bahwa (dalam Nimmo 2011:29) komunikator politik adalah orang-orang yang dianggap sebagai para pemimpin yang menduduki posisi penting: Mereka menciptakan opini publik dan berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula ditolak, kemudian dipertimbangkan, dan akhirnya diterima, karena itu, di sini opini publik dipahami sebagai sejenis tanggapan publik terhadap pemikiran dan usaha para pemikir aristokrat yang menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru, dan argumenargumen baru. Komunikator politik seringkali memposisikan diri mereka dalam masyarakat sebagai bagian penting yang tak terpisah dalam situasi sosial yang sama dalam keadaan sosial masyarakat, terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat, dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam keadaan sosial yang dirasakan masyarakat. Namun dalam keadaan tertentu seringkali para komunikator memperbaharui gagasan-gagasan untuk mempengaruhi keadaan sosial di sekitarnya. Penelitian yang dilakukan saat ini menerapkan konsep menurut Nimmo yaitu dalam mengidentifikasi komunikator utama dalam politik. Nimmo (2011:30) mengikuti saran dari Dob bahwa komunikator politik harus diidentifikasi dan kedudukan mereka dalam masyarakat harus ditetapkan. Proses identifikasi meliputi tiga kategori komunikator utama dalam commit politik to user yaitu; 1) politikus yang bertindak

13 sebagai komunikator politik; 2) komunikator professional dalam politik; dan 3) aktivis atau komunikator paru waktu (part time). Kategori pertama, politikus yang bertindak sebagai komunikator adalah orang-orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah yang harus dan memang berkomunikasi tentang politik. Hal ini tidak penting apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier dan tidak mengindahkan apakah jabatan mereka adalah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun yang penting adalah mereka bekerja melalui proses komunikasi untuk kepentingan politik dalam mewakili orang banyak. Nimmo (2011:30) menjelaskan bahwa para politikus mencari pengaruh melalui komunikasi. Mereka adalah para pejabat pemerintah baik yang dipilih maupun diangkat, secara tetap berkomunikasi mengenai sejumlah besar masalah, subjek, dan materi politik yang beraneka ragam. Menurut Rosenau (dalam Nimmo, 2011:31) para politikus disebut sebagai pembuat opini pemerintah yang berkaitan dengan berbagai masalah, namun hanya berfokus pada masalah nasional dan karena itu kita perlu melihat kategori kedua yang disebut Nimmo professional sebagai komunikator politik. Menurut Carey (dalam Nimmo, 2011:33) seorang komunikator professional adalah seorang makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah komunitas bahasa yang lain, yang berbeda tetapi dapat dimengerti. Komunikator professional menjadi penghubung antara golongan elit dalam suatu organisasi manapun dengan khalayak umum dalam tingkat struktur sosial yang sama. Para professional komunikator ini adalah para jurnalis dan para promotor. Sebagai komunikator professional, jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang menghubungkan sumber berita dengan khalayak (Nimmo, 2011:34). Mereka secara langsung dapat mengatur para pemimpin pemerintah untuk berbicara satu dengan lainnya, menghubungkan pemimpin pemerintah dengan organisasi, lembaga masyarakat, dan publik umum. Pada tingkat commit lokal to misalnya user kita dapat mengindentifikasi

14 calon pemimpin (Gubernur, Bupati, dan Walikota) dan pemimpin partai yang mencurahkan perhatiannya pada tujuan-tujuan terbatas di daerah. Sedangkan promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu antara lain agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personal hubungan masyarakat dari pemerintah atau swasta, pejabat informasi publik pada pemerintah, sekretaris pers pemerintah, dan sebagainya (Nimmo, 2011:34). Kategori ketiga yaitu aktivis sebagai komunikator politik dikategorikan dalam dua hal; 1) mereka yang disebut sebagai juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi; dan 2) mereka yang berada dalam jaringan komunikasi interpersonal utama yang mencakup komunikator politik disebut pemuka pendapat (Nimmo, 2011:35). Kedua kategori aktivis tersebut memainkan peranan yang cukup penting yaitu mempengaruhi keputusan orang lain dan meyakinkan dengan cara berpikir mereka sehingga mereka sangat diperhitungkan sebagai komunikator politik. 2) Pesan Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan. Dalam pesan terdapat makna berisi simbol-simbol dan lambang-lambang verbal yang dapat dipahami melalui cara kerja kognitif manusia. Makna pesan yang disampaikan oleh komunikator akan diinterpretasikan sehingga menghasilkan pemahaman bersama. Namun dalam komunikasi politik, pesan tersebut akan dimaknai dalam pembicaraan politik. Penyampaian pesan politik tidak akan berlaku sama dalam semua situasi, untuk itu interpretasi terhadap pesan sangat diperlukan dalam mengenali peristiwa-peritiwa yang sama dan dapat mengelompokkan peristiwaperistiwa yang berbeda. Menurut Morissan (2013:5) pesan-pesan komunikasi pada umumnya dirumuskan dengan mempertimbangkan konteks verbal dan non verbal. Kedua konteks ini dipertimbangkan karena simbol-simbol yang digunakan akan commit memberikan to user pemahaman dalam makna pesan.

15 Secara verbal, pada dasarnya kata-kata tidak berdiri sendiri, mengandung makna untuk mentranformasikan pesan-pesan dan makna yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. Setiap rumusan verbal yang dijadikan sebagai simbol komunikasi selalu berkaitan dengan variabel-variabel lain seperti struktur pesan, makna yang terkandung di dalamnya, dan sebagainya. Sedangkan konteks non verbal merupakan hal penting dalam pembentukan makna dari setiap pesanpesan yang disampaikan. Pesan-pesan nonverbal dapat menjadi salah satu kekuatan pendorong yang memungkinkan munculnya persepsi individu sebelum seseorang bersikap dan berperilaku atas dasar stimulus yang diterimanya. Dalam pengamatan Nimmo (2011:74), pesan politik merujuk pada pembicaraan tentang aktivitas politik yang sampai kondisi tertentu membicarakan tentang tiga hal yaitu kekuasaan, pengaruh, dan otoritas (kewenangan). Pembicaraan kekuasaan merujuk pada usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji. Misalnya, jika Anda melakukan X maka saya akan melakukan Y, di sini X adalah sikap orang lain yang diinginkan oleh pembicara (komunikator politik), sedangkan Y adalah maksud yang dinyatakan untuk memberikan lebih banyak janji atau lebih sedikit ancaman atau kenikmatan akan sesuatu bila sikap itu dilakukan. Nimmo (2011:75) menyatakan bahwa kunci dari pembicaraan kekuasaan adalah Komunikator politik mempunyai cukup kemampuan untuk mendukung janji atau ancaman, dan yang lain mengira komunikator politik memiliki kekuasaan itu dan akan melakukannya. Pembicaraan pengaruh merupakan pembicaraan yang menghendaki terjadinya hal-hal yang Anda kehendaki dapat terjadi. Misalnya, Jika Anda melakukan X maka Anda akan melakukan (merasa, mengalami, dan sebagainya) Y. Artinya bahwa janji, ancaman, penyuapan, dan pemerasan merupakan alat tukar dari kekuatan komunikasi; yang pada komunikasi pengaruh alat-alat tersebut diganti dengan nasihat, commit dorongan, to user permintaan, dan peringatan. Hal ini

16 seperti yang diungkapkan Bell (dalam Nimmo, 2011:76) bahwa hubungan kekuasaan berdasar pada kemampuan manipulasi sanksi positif atau negatif, tetapi pemberi pengaruh (prestasi atau reputasinya) dengan berhasil memanipulasi persepsi terhadap pengharapan orang lain terhadap kemungkinan mendapat untung atau rugi. Artinya bahwa jika pemberi pengaruh (komunikator politik) mengatakan jika Anda melakukan X maka akan terjadi Y, yang pada kondisi tertentu terjadi Y benar-benar di luar kemampuan pemberi pengaruh (komunikator politik). Pembicaraan otoritas adalah pemberian perintah. Otoritas adalah pemegang kekuasaan yang sah yang telah dilegitimasi oleh UU dan aturan yang menghendaki semua orang taat dan tunduk padanya. Misalnya, lakukanlah X atau dilarang melakukan Y. Sumbersumber kekuasaan yang dijalankan berdasarkan otoritas yang dimiliki tidaklah sama tapi berbeda. Hal ini karena sumber kekuasaan dapat dikategorikan. Misalnya, keyakinan atau religius atas sifat-sifat penguasa yang bersifat supranatural, daya tarik pribadi penguasa, adat, kebiasaan, kedudukan resmi, dan doktrinasi subjek agar pejabat-pejabat tertentu harus dipatuhi. Berdasarkan uraian Nimmo mengenai pesan politik tersebut maka perlu untuk memahami bagaimana pesan politik direncanakan dan dirancang oleh komunikator politik, kemudian disebarkan dan disampaikan kepada khalayak atau komunikan (masyarakat pemilih). Littlejohn dan Foss (2011:9) menyatakan bahwa para komunikator (politik) seringkali mendisain pesan melalui berbagai model pesan dengan tujuan untuk menarik perhatian (mempersuasi) dalam situasi tertentu (contohnya dalam Pilkada). Dalam penjelasan Nimmo (2011:78), pesan politik merupakan pesan yang diusahakan dapat mempersuasi atau mempengaruhi perilaku dan sikap orang. Dengan kata lain pesan persuasi adalah cara untuk merubah sikap dan perilaku orang dengan kata-kata lisan dan tertulis, commit to user

17 menanamkan opini baru dan usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku orang melalui transmisi pesan. 3) Media dan Saluran Media atau saluran dalam konteks politik merupakan saluran penting untuk menyebarkan informasi yang berhubungan langsung dengan aktivitas politik. Menurut McQuail (2011b:13): media atau saluran horizontal (terutama di antara elit) dan vertikal untuk berkomunikasi dua arah. Sedangkan menurut Bennet (1982) media adalah proses saluran komunikasi yang dibentuk dengan cara-cara di mana hal ini terhubung lebih luas dalam keadaan sosial dan proses hubungan politik. Bennet (1982) menekankan pentingnya membagi kosakata media, massa, dan komunikasi yang sering melibatkan asumsi tertentu tentang sifat media. Sedangkan massa adalah istilah tersirat khalayak yang diciptakan oleh media dan dibedakan dalam struktur sosial. Hal ini menjadi jelas jika khalayak pada akhirnya merupakan tujuan akhir dari proses komunikasi pada tingkat yang eksplisit dianggap sebagai massa dari tujuan elit atau aktor politik menyampaikan pesan persuasif mereka. Cara tersebut kemudian dikenal dengan media massa dan media komunikasi massa yang dibangun dari masyarakat untuk menempatkan hubungan antara media dan proses sosial. Penelitian yang dilakukan Walgrave dan Aelst (2006) mengenai hubungan antara media dan agenda politik, tidak berusaha mendiskusikan secara umum atau membahas tentang teori media politik dan kekuatan agenda setting. Beberapa temuan dalam penelitian ini antara lain: 1) hasil penelitian bertentangan dengan bukti yang ada; 2) agenda setting politik melalui media bergantung pada sejumlah kondisi; dan 3) variabel input dari model ini bergantung pada isu-isu tertentu yang diuraikan oleh media dan jenis cakupannya. Sedangkan variabel konteks politik meliputi keistimewaan aktor politik dipertaruhkan berada pada model inti. Model ini mengusulkan lima macam hasil commit to user

18 (ouput) mulai dari yang tidak ada adopsi politik sampai yang cepat mengadopsi isu-isu politik dari media. Media merupakan saluran informasi yang dapat bersifat dari atas ke bawah dalam hal ini informasi dari politikus (presiden atau pejabat negara lainnya) kepada khalayak. Lang dan Lang (dalam McQuail, 2011a:33) menyatakan bahwa: Media menyajikan aktor politik dengan pencitraan cermin akan bagaimana mereka terlihat oleh orang luar. Apa yang mereka sebut sebagai publik penonton merujuk pada publik media secara umum; yang menyediakan kelompok rujukan yang signifikan bagi aktor politik, dan sering kali untuk kepentingan para publik penonton, sehingga mereka memberikan kerangka bagi banyak tindakan yang mereka lakukan, yang disebut sebagai proses koalisi. Pandangan Lang dan Lang (dalam McQuail, 2011a:33) sekaligus ditegaskan oleh Nimmo (2011:166) bahwa media adalah saluran komunikasi atau alat yang memudahkan penyampaian pesan. Secara khusus Burke mengatakan (dalam Nimmo, 2011:167) bahwa manusia adalah saluran sekaligus makhluk pencipta dan pemakai lambang untuk melancarkan atau saling tukar pesan. Pada perkembangan selanjutnya, manusia membutuhkan transmisi media (media massa) yang dapat mengirimkan dan menyebarkan pesan di berbagai tempat yang jauh dan beragam. Menurut Pawito (2009:91) dalam konteks politik modern, media massa tidak hanya bagian integral dari politik, tetapi memiliki posisi yang sentral dalam politik. Artinya media massa adalah saluran komunikasi massa yang menyebarluaskan informasi kepada rakyat untuk dapat diketahui dan diskusikan dalam berbagai bentuk forum diskusi publik. Media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan terkait dengan berbagai aktivitas politik. Zaller (1999:6) menyebut media massa sebagai media politik yang merupakan saluran informasi yang merujuk pada proses tawar-menawar tersembunyi para politikus yang hanya memiliki kekuatan relatif kecil. Media politik adalah suatu commit sistem to user politik yang memiliki kantor di mana

19 para politikus melakukan aktivitas politik melalui komunikasi pada media massa untuk memperoleh dukungan masyarakat. Media politik sebagai sistem artinya media politik disandingkan dengan sistem lain seperti sistem legislatif politik, birokrasi politik dan yudisial politik. Zaller (1999:7) mengkategorikan tiga pelaku utama dalam media politik yaitu para aktor politik (politikus), wartawan, dan publik yang menjadi sasaran informasi dan setiap pelaku utama mempunyai peran masing-masing. Misalnya para aktor politik menggunakan media politik sebagai saluran komunikasi massa untuk memobilisasi dukungan publik yang mereka butuhkan untuk memenangkan pemilu dan menginformasikan program-program kerja mereka. Wartawan menggunakan media politik untuk menghasilkan cerita yang menarik bagi publik luas yang menekankan pada aspek kerja wartawan yang independen dan berhubungan langsung dengan kode etik jurnalis. Sedangkan media politik untuk publik merujuk pada proses pengawasan terhadap kinerja dan program-program kerja aktor politik. Media massa memainkan peran sentral dalam aktivitas politik. Aspek paling penting adalah penyebaran informasi politik yang dapat di jangkau oleh publik dan masyarakat yang beragam dan tersebarluas di berbagai tempat. Untuk itu maka, Lasswell (dalam Pawito, 2009:93) melakukan kajian mendalam dan merumuskan tiga fungsi utama media massa yaitu: 1) the surveillance of the environment (pengawasan terhadap keadaan lingkungan); 2) the correlation of the parts of society in responding to the environment (menghubungkan bagian-bagian masyarakat dalam merespon lingkungan); dan 3) the transmission of the social hertage from one generation to next (mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya). Terkait fungsi pengawasan, media massa merujuk pada aktivitas melaporkan dan menyebarluaskan informasi kepada publik untuk diketahui. Kemudian publik merespon berbagai peristiwa yang terjadi dan khususnya berpartisipasi dalam mengontrol dan mengawasi kebijakan pemerintah yang commit berhubungan to user langsung dengan kepentingan

20 publik. Sedangkan fungsi penghubung merujuk pada saluran komunikasi yang dapat menjadi sarana bagi pertemuan pemerintah dan publik. Media massa menjadi alat penghubung yang dapat dijadikan forum diskusi, saling memperdengarkan pendapat, tuntutan, dan aspirasi-aspirasi bagi semua masyarakat. Fungsi terakhir media sebagai warisan sosial adalah proses media memberikan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat luas. Isi sosialisasi dapat berpusat pada norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat seperti aturan dan toleransi dalam masyarakat, keutuhan dan peraturan yang disepakati bersama untuk ditaati. Melalui jaringan media massa, pesan politik akan menjangkau masyarakat luas yang beragam dan heterogen. Nimmo (2011:167) membagi media menjadi tiga tipe saluran utama media dalam penyampaian pesan yaitu; 1) media massa yang juga disebut saluran dari satu ke banyak; 2) saluran komunikasi interpersonal merujuk pada bentukan dari hubungan satu kepada satu; dan 3) saluran terakhir yaitu komunikasi organisasi yang menggabungkan penyampaian pesan politik dari satu kepada satu dan satu kepada banyak. Alexander (1970) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah penting dalam dua hal bagi mereka yang memegang kekuasaan politik. Pertama, komunikasi efektif memungkinkan orang untuk mengontrol arah dan kegiatan pemerintah serta untuk menggabungkan pendapat dan preferensi tertentu dalam kebijakan dan hukum. Kedua, melalui proses komunikasi yang efektif calon kandidat politik dapat menanamkan kesadaran pada pemilih, partai politik, organisasi politik terkait, dan publik luas untuk mendapat perhatian dari media massa. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa media memainkan peran sentral dalam berbagai aktivitas politik. Moeller dan Vreese (2013) melakukan penelitian survei sosial di Eropa (N=5657) dengan analisis data sekunder untuk melihat pengaruh paparan berita dan konter hiburan pada kepercayaan commit politik. to user Mereka juga mengukur sistem politik

21 dan pendidikan untuk mengukur sikap politik dan keterlibatan remaja dalam sosialisasi politik. Hasil penelitiannya menunjukkan ada keterlibatan tingkat yang lebih tinggi di negara-negara dengan demokrasi yang berfungsi lebih baik. Pada tingkat individu, paparan berita positif dari media terkait dengan keterlibatan dengan konsumen politik, sedangkan pemberitaan hiburan berhubungan dengan mobilisasi negatif. Penelitian berbeda dilakukan oleh Yusuf (2012) mengenai peran media lokal dalam konstelasi komunikasi politik di daerah. Hasil penelitian menyatakan bahwa peran media lokal sangat berpengaruh pada tiga level yaitu mikro, meso dan makro. Pada level mikro merujuk pada produk media berupa isi atau teks media yang secara sederhana terlihat dari objektivitas yang disajikan. Level meso meliputi dinamika manajerial perusahan pers yang sehat secara ekonomi dan bisnis. Sedangkan level makro mencakup aturan dan UU yang jelas bagi pers lokal yang mengartikan fungsinya. Selain itu faktor idealisme yang terkait dengan partisipasi dan konsistensi media sebagai pemantauan kekuasaan di daerah guna untuk menciptakan good local goverenment, yaitu menjamin adanya partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas di daerah. McChesney (dalam Cangara, 2014:23) berpendapat bahwa hampir semua varian teori sosial dan politik menguraikan bahwa sistem media dan komunikasi merupakan landasan dari masyarakat modern. Dalam sistem politik tertentu, mereka (sistem media dan komunikasi) melayani dan membantu proses demokrasi. Artinya media massa merupakan sumber utama dalam berbagai aktivitas dan peristiwa politik yang dapat diketahui. Media massa melaporkan dan menyebarluaskan berbagai peristiwa politik, tentang berbagai pendapat dan pikirianpikiran pemimpin politik, pernyataan yang di sampaikan, calon kandidat kepala daerah, strategi dalam memenangkan Pilkada, visi dan misi, janji-janji yang akan dilakukan setelah terpilih menjadi pejabat nasional atau daerah, kampanye pemilu commit yang to user akan di gelar, kemampuan berdebat

22 melalui ruang dan tempat yang disediakan media, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Lichtenberg (dalam Cangara, 2014:27) bahwa media telah menjadi aktor utama dalam politik. Aktivitas media massa sebagai saluran informasi kepada publik, maka selalu mengemas berbagai pesan dan peristiwa (politik) yang menarik untuk dicermati oleh berbagai khalayak. McNair (2003:17) mengatakan bahwa fungsi media massa bagi komunikasi politik adalah menyampaikan (transmitters) pesan-pesan politik dari luar pihak dirinya sekaligus menjadi pengirim (senders) pesan politik yang dibuat oleh para wartawannya. Para aktor politik media massa digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan politik (program-program politik, berbagai kebijakan, kampanye pemilihan, dan sebagainya) kepada khalayak; sementara untuk para wartawan media massa adalah wadah (alat) untuk memproduksi pesan-pesan politiknya guna dapat menjangkau berbagai tempat tertentu. 4) Khalayak (Receiver) Khalayak komunikasi politik merupakan publik yang menerima pesanpesan politik dari komunikator melalui saluran komunikasi interpersonal, organisasi, dan saluran media massa. Menurut Nimmo (2010:2) khalayak komunikasi politik adalah publik yang kepada siapa pesan-pesan politik itu dituju. Sebagian khalayak itu merupakan khalayak massa yang terorganisasi, sebagian dari khalayak pluralis dari publik tertentu, dan sebagian adalah khalayak yang tersusun dari agregat individu. Lang & Lang (2009) mencatat bahwa konsep mengenai massa harus dilihat jauh kembali untuk menandai suatu masyarakat yang terdiri dari orang-orang, pada kondisi tertentu terhubung dengan komunikasi, pada saat yang sama juga tersebar dalam ruang dan pada dasarnya terpisah dari satu sama lain. Kemudian massa tersebut terhubung dengan komunikasi diartikan sebagai komunikasi massa, hingga pada kondisi di commit mana to orang-orang user mulai berbicara tentang

23 media, sebagai alat saluran (teknologi informasi modern) atau instansi pemerintah yang memungkinkan untuk menyebarluaskan konten seragam yang sama ke banyak geografis. Khalayak komunikasi politik merupakan tujuan dari semua komunikasi ini, seperti yang telah dicatat, adalah untuk mempersuasif (membujuk), dan target dari persuasi merujuk pada khalayak yang merupakan elemen pokok dari proses komunikasi politik tanpa ada politik pesan yang memiliki relevansi dengan keadaan apapun (McNair, 2003:23). Secara umum khalayak komunikasi politik dapat dibentuk dari setiap segmen opini publik yang terbagi dalam tiga segmen yaitu opini massa, opini kelompok, dan opini rakyat (Nimmo, 2010:3). Opini massa merujuk pada dua gagasan pokok yang terjemahan dari opini publik yaitu sebagai karakter nasional, komunitas, kesadaran jiwa, dan kumpulan mitos. Sedangkan yang kedua bersumber dari budaya politik dan konsensus politik. Opini kelompok merujuk pada dua hal yaitu kepentingan tak terorganisasi dan kepentingan yang terorganisasi (Nimmo, 2010:10). Kepentingan tak terorganisasi di definisikan sebagai bagian tertentu dari orang-orang dalam masyarakat yang diperlakukan tidak seperti massa fisik terpisah dari massa lain, tetapi sebagai kegiatan massa yang tidak menghalangi orang berpartisipasi di dalamnya kegiatan kelompok lainnya (Nimmo, 2010:11). Menurut Nimmo (2010:13) ada tiga tipe publik yang tak terorganisasi yaitu publik atentif (publik yang memperhatikan), publik berpikiran isu, dan publik ideologis. Publik atentif terdiri atas seluruh warga negara yang dibedakan berdasarkan tingkatnya yang tinggi dalam keterlibatan politik, informasi, perhatian, dan berpikir kewarganegaraan. Tipe tersebut sering berperan sebagai pemuka pendapat, seperti komunikator professional dan juru bicara kelompok. Sedangkan publik berpikiran isu adalah bagian dari publik atentif yang lebih tertarik pada isu khusus daripada politik pada umumnya. Publik ideologis merujuk pada kelompok orang commit yang memiliki to user sistem kepercayaan tertutup,

24 menggunakan ukuran nilai-nilai suka dan tidak suka, yang secara logis saling melekat dan tidak berkontradiksi satu dengan lainnya. Opini kelompok yang merujuk pada kepentingan terorganisasi menurut Truman (dalam Nimmo, 2010:35) adalah setiap kelompok yang berdasarkan satu atau lebih sikap yang dimiliki bersama, pemeliharaan, atau peningkatan bentuk perilakunya disiratkan oleh sikap bersama. Kelompok kepentingan terorganisasi merupakan orangorang yang berada dalam kelompok kepentingan yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah seperti lembaga sosial masyarakat, asosiasi, dan sebagainya. Opini rakyat merujuk pada seluruh masalah nasional dan internasional, mencakup jumlah ungkapan individual, yang distribusi jumlahnya atau persentase yang mendukung dan menentang pendirian. Meskipun mengenai berbagai masalah, individu mendapat sedikit relatif informasi, kebanyakan masih bersedia menyatakan preferensinya jika ditanya. Dalam hal ini isi kognitif opini rakyat relatif rendah namun isi afektifnya tinggi. Rakyat mengungkapkan kepercayaan, nilai, dan pengharapan mereka tentang objek politik yang sangat beragam. Opini rakyat dibentuk dalam saluran media massa mengenai suatu objek berita atau peristiwa (politik) tertentu yang mengakibatkan sejumlah besar orang yang berkaitan dengan isu politik tertentu. Opini publik harus dilihat dari konsep opini dan publik. Opini merujuk pada dua cara yaitu; pertama, dalam arti epistemologis, opini ditandai sebagai suatu fakta dan untuk beberapa alasan yang lebih luas diketahui, dibedakan dari persoalan keputusan atau pertimbangan (sebuah pendapat) dari persoalan yang dikenal sebagai fakta atau menyatakan keimanan. Kedua, istilah opini digunakan untuk menunjukkan pendapat atau keputusan (judgment), harga diri, atau reputasi (seperti pendapat yang lebih tinggi dari seseorang) (Price, 2007). Kedua indera tersebut terhubung pada gagasan dan kepercayaan yang dalam satu kasus penekanannya pada nilai kebenaran sesuatu yang commit to user

25 dipercaya, sedangkan pada sisi lain penekanannya pada dimensi keputusan moral, yaitu persetujuan atau kecaman. Kata publik berasal dari bahasa latin publicus artinya orangorang, dalam beberapa hal memiliki kesamaan makna yang dapat dilihat. Dalam beberapa hal yang, pertama: publik digunakan untuk akses umum dengan daerah terbuka untuk masyarakat umum yang dianggap publik. Kedua, publik merujuk pada keadaan umum dan baik, tidak dalam arti akses (atau milik) melainkan dalam arti yang mewakili (yaitu, dalam nama) seluruh rakyat (Price, 2007). Dengan demikian konsep mengenai opini publik (Price, 2007) adalah: Referred to the social customs and manners of this growing class of prosperous men of letters but by the close of the century it was being used in an expressly political context, often in conjunction with cousin phrases such as common will, and public conscience. Berinsky (1999) melakukan penelitian pada jajak pendapat publik sebagai bentuk representasi tradisional dari partisipasi politik. Data analisis diambil dari National Elections Study (NES) tahun 1992, hasilnya bahwa jajak pendapat publik menekankan pada upaya mendukung pemerintah untuk mengintegrasikan sekolah-sekolah. Secara khusus, hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang yang tidak setuju dengan diintegrasikan sekolah, cenderung menyembunyikan pendapat mereka yang tidak dapat diterima secara sosial. Sedangkan dalam temuan yang lebih umum dengan metode yang sama, jajak pendapat umum berlawanan dengan integrasi sekolah juga dapat memprediksi hasil pemilihan Walikota New York tahun 1989 lebih akurat daripada secara garis besar pada pra jajak pendapat pemilu. 5) Efek Proses komunikasi melibatkan pertukaran pesan-pesan politik para partisipan yang terlibat. Dalam situasi tertentu terjadi penyampaian pesan-pesan yang memiliki signifikan dengan politik. Pesan-pesan yang disampaikan, kemudian commit mendapatkan to user respon yang pada tahap

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12 Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik Pertemuan 11-12 Apa yang dimaksud dengan komunikasi? Proses komunikasi, Timbul balik Apa kriteria komunikan? Bisa menyaring informasi Bisa memberi respon yang baik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi

Lebih terperinci

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma

Lebih terperinci

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik Komunikasi Politik Definisi Steven H. Chaffee (1975) Political Communication...peran komunikasi dalam proses politik Brian McNair (1995) Introduction to Political Communication Setiap buku tentang komunikasi

Lebih terperinci

Karakteristik Komunikator politik 1

Karakteristik Komunikator politik 1 Karakteristik Komunikator politik 1 Oleh: Adiyana Slamet 2 Sosiolog J.D. Halloran, seorang pengamat komunikasi massa mengatakan, bahwa banyak studi komunikasi mangabaikan satu karakteristik proses yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia sebagai salah satu negara penganut demokrasi, sudah tentu melaksanakan pemilu sebagai perwujudan kedaulatanan rakyat. Seperti yang tertulis dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI MASSA

TEORI KOMUNIKASI MASSA BAB 6 Modul 9 TEORI KOMUNIKASI MASSA Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan model dasar komunikasi massa, menjelaskan teori dan model tentang pengaruh komunikasi massa terhadap

Lebih terperinci

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO Smile Indonesia LOBI DAN NEGOSIASI PENGERTIAN LOBI Istilah Lobi = lobbying. berarti orang atau berarti orang atau kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota parlemen KATA LOBI Lobby {kata benda}

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini informasi dapat di akses dengan sangat mudah. Informasi dapat di akses melalui media elektronik seperti televisi, radio,

Lebih terperinci

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Luas Lingkup Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? (Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi) Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI Modul ke: KOMUNIKASI MASSA Pengertian Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Radityo Muhamad, MA Program Studi ILMU KOMUNIKASI Pengertian Komunikasi KOMUNIKASI Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

Proses dan efek Media

Proses dan efek Media Proses dan efek Media McQuail Buku.2 bab.17 Kita di pengaruhi oleh media, tetapi mekanismenya seperti apa masih belum jelas. Penduduk empat musim berpakaian berdasarkan ramalan cuaca, membeli sesuatu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

Proses perkembangan studi ilmu komunikasi dalam beberapa perspektif pemikiran

Proses perkembangan studi ilmu komunikasi dalam beberapa perspektif pemikiran Proses perkembangan studi ilmu komunikasi dalam beberapa perspektif pemikiran 98) (Cangara, 2012 : 73 13 Oktober 2013 TUGAS (Kelas Pagi) Bacalah beberapa poin materi berikut Pilih salah satu tokoh dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi kelompok Proses komunikasi kelompok tidak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain. Sekumpulan orang yang melakukan suatu proses komunikasi tentunya memiliki

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEORI DAN MODEL DASAR KOMUNIKASI MASSA

PENGGUNAAN TEORI DAN MODEL DASAR KOMUNIKASI MASSA Modul ke: 11Fakultas FIKOM PENGGUNAAN TEORI DAN MODEL DASAR KOMUNIKASI MASSA Teori dan Model-Model Dasar Komunikasi Massa Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Teori dan Model Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI MASSA Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari Fauzi, M.Ed Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Sejumlah upaya

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION

Sosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION Modul ke: Sosiologi Komunikasi Aktivitas Komunikasi Massa Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Komunikasi Massa Sebagai Aktivitas Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses, misalnya seorang komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG - 1 - KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) DAERAH SULAWESI SELATAN Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TERKAIT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION Modul ke: 01 Fakultas Program Pascasarjana Pokok Bahasan 1. Konsep IMC 2. Manajemen IMC Dr. Inge Hutagalung, M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi KONSEP IMC PEMAHAMAN

Lebih terperinci

Modul ke: Komunikasi Massa. Bidang Kajian Komunikasi Massa. Radityo Muhammad, SH.,MA. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

Modul ke: Komunikasi Massa. Bidang Kajian Komunikasi Massa. Radityo Muhammad, SH.,MA. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: Komunikasi Massa Bidang Kajian Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Radityo Muhammad, SH.,MA Program Studi Public Relations Peran Penting Media Massa Peran Penting Media Massa (Dennis McQuail,1987)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA Dari berbagai pendapat para pakar, komunikasi massa didefenisikan jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar khalayak yang heterogen dan anonim melalui media

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik. berjalannya proses politik di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik. berjalannya proses politik di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pada saat ini momen-momen politik begitu banyak terjadi dan melibatkan masyarakat secara luas seperti melalui pemilihan umum secara langsung anggota

Lebih terperinci

KOMUNIKASI POLITIK MILIK: LELY ARRIANIE

KOMUNIKASI POLITIK MILIK: LELY ARRIANIE KOMUNIKASI POLITIK MILIK: LELY ARRIANIE KOMUNIKASI POLITIK AWAL LAHIRNYA : DIDASARKAN PADA 4 TRADISI PENELITIAN : 1. STUDI TTG PROPAGANDA PENDAPAT UMUM 2. STUDI TTG VOTING BEHAVIOR VOTING DECISIONS 3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

Mata Kuliah Media massa di Prancis Pengantar: Teori Media Massa

Mata Kuliah Media massa di Prancis Pengantar: Teori Media Massa Mata Kuliah Media massa di Prancis Pengantar: Teori Media Massa oleh Bernadeta S. Utami (Program Studi Prancis FIB-UI) Berbagai teori tentang komunikasi massa, media, dan media massa George Gerbner: Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ruh dari politik itu sendiri, yakni sebuah perjuangan untuk mencapai kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ruh dari politik itu sendiri, yakni sebuah perjuangan untuk mencapai kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik sejatinya adalah cara untuk mencapai kekuasaan yang dilandasi oleh semangat pengabdian perjuangan dalam mewujudkan kebaikan umum. Hal inilah yang kemudian

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa. Kabupaten Mojokerto guna terjun langsung ke desa-desa untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa. Kabupaten Mojokerto guna terjun langsung ke desa-desa untuk BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Upaya Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam melakukan Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa Sambang Desa merupakan salah satu program Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.

Lebih terperinci

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai Makhluk Sosial persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator (receiver) dan penerima informasi (audience) menjadi sangat

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim : Sikap Media, Citra Personal dan Penghapusan APBD Untuk Wartawan (Analisis Isi Berita Gubernur Jawa Tengah di Suara Merdeka, Tribun Jateng, dan Radar Semarang) Skripsi Disusun untuk memenuhin persyaratan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERSPEKTIF TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Oleh : Dr. M. Iqbal Sultan (Ketua Konsentrasi Komunikasi Massa PPs Unhas) BENGKEL KOMUNIKASI PEMBANGUNAN EFFEKTIF BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA MAKASSAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilihan kepala daerah selalu menjadi peristiwa menarik terutama bagi masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilihan kepala daerah selalu menjadi peristiwa menarik terutama bagi masyarakat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan kepala daerah selalu menjadi peristiwa menarik terutama bagi masyarakat di wilayah atau daerah pemilihan dilaksanakan. Peraturan pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut

BAB I PENDAHULUAN. common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut BAB I PENDAHULUAN Komunikasi atau communicare berarti membuat sama (to make common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi yang merupakan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Komunikasi massa Puri Kusuma D.Putriii 1. Apa yang Anda ketahui mengenai komunikasi massa? Sebutkan contohnya! 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk komunikasi tersebut dapat berupa simbol dan tanda-tanda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

URGENSI ETIKA DALAM KOMUNIKASI POLITIK

URGENSI ETIKA DALAM KOMUNIKASI POLITIK URGENSI ETIKA DALAM KOMUNIKASI POLITIK Andy Corry Wardhani Program Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Lampung andy.corry@fisip.unila.ac.id ABSTRAK Komunikasi yang beretika, kini menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi media baru (new media) menghasilkan perubahan besar dalam pengalaman politik masyarakat. Media baru yang dirancang untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*)

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*) PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Posisi penting press relase, yang pada dasanya merupakan domain public

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci