UNIVERSITAS INDONESIA UJI MARSHALL PADA CAMPURAN PANAS POLIMER SBR TERHADAP BETON ASPAL ANTARA AGREGAT DENGAN ASPAL KONVENSIONAL NON LOKAL SKRIPSI
|
|
- Hartanti Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA UJI MARSHALL PADA CAMPURAN PANAS POLIMER SBR TERHADAP BETON ASPAL ANTARA AGREGAT DENGAN ASPAL KONVENSIONAL NON LOKAL SKRIPSI Evfrat Sinna Al Akbar FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA PEMINATAN FISIKA MATERIAL DEPOK JUNI 2014
2 HALAMAN PENGESAHAN Nama : Evfrat Sinna Al Akbar NPM : Program studi : Fisika Peminatan : Fisika Material Judul : Uji Marshall Pada Campuran Panas Polimer SBR Terhadap Beton Aspal Antara Agregat dengan Aspal Konvensional Non-lokal Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Menyetujui, Pembimbing : Dr. rer. nat. Kebamoto ( ) Penguji I : Dr. Muhammad Hikam, M.Sc. ( ) Penguji II : Dr. Budhy Kurniawan, M.Si. ( )
3 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Evfrat Sinna Al Akbar NPM : Program Studi : S1 Fisika Departemen : Fisika Fakultas Jenis Karya : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Uji Marshall Pada Campuran Panas Polimer SBR Terhadap Beton Aspal Antara Agregat dengan Aspal Konvensional Non-lokal beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 4 Juni 2014 Yang Menyatakan, (Evfrat Sinna Al Akbar)
4 Uji Marshall Pada Campuran Panas Polimer SBR Terhadap Beton Aspal Antara Agregat dengan Aspal Konvensional Non-lokal Evfrat Sinna Al Akbar [1], Kebatomo Tanabi [1] 1. Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia evfrat.sinna@ui.ac.id, ktanabi@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan penelitian mengenai Polimer SBR untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hotmix menggunakan Aspal Non-lokal (Esso). Agregat yang tercampur dengan komposisi optimum, dipanaskan hingga suhu 150 o C lalu dicampurkan dengan Aspal, kemudian diaduk. Saat suhu turun hingga 80 o C, Polimer SBR dimasukkan ke dalam hotmix dan diaduk kembali. Setelah itu, dimasukkan ke dalam cetakan dan dilakukan pemadatan 2x75 kali tumbukan hingga dilakukan pengujian Marshall. Hasil pengujian Marshall yang mencampurkan hotmix dengan Polimer SBR dengan komposisi 1% dan 2% variasi 1:0, 1:1, 1:3, dan 1:6, yakni nilai Stabilitas berada antara Kg, nilai Kelelehan berada antara 4,8-5,8 mm, VIM berada antara %, VMA berada antara %, dan nilai MQ berada antara Kg/mm. Polimer SBR ini terlihat berpengaruh pada hotmix terhadap peningkatan kelelehan, namun stabilitas justru menurun. Hal ini karena Polimer SBR bersifat merekat, yang akan memberikan kelenturan yang lebih baik. Kata kunci : Hotmix ; Polimer SBR ; Pengujian Marshall. Abstract This work has been performed to evaluate the influence of SBR Polymer on asphalt hotmix using imported asphalt, so called ESSO asphalt. Using technical standard compositions of aggregates and Esso asphalt were heated separately until 150 o C and then mixed together until the homogenity reached. Following this mixtured procedure, this materials were cooled in air until the temperature reached to 80 o C and then compacted for Marshall test. The SBR Polymer composition were variated by persentage 1% and 2% and by ration between SBR Polymer and water of 1:0, 1:1, 1:3 and 1:6 were compacted using Proctor standard procedure. The Mashall test shows the results: stability between Kg, flow between mm, VIM between %, VMA between %, and MQ value between Kg/mm. The work concluded that the influence of SBR Polymer addition on Esso asphalt hotmix shows the increasing of the flow but decreases the stability due to the adhesive properties of the SBR polymer and therefore increase the ductility of the asphalt concrete. Keywords : Hotmix ; SBR Polymer ; Marshall Test.
5 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan transportasi pada beberapa tahun belakangan ini semakin pesat, khusunya transportasi darat. Volume kendaraan yang melalui jalan raya pun tiap harinya semakin meningkat. Mengingat beton aspal lebih banyak digunakan pada jalan dibandingkan dengan beton semen karena jauh lebih murah, maka diperlukan beton aspal dengan kekuatan yang cukup baik. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembebanan yang berlebihan karena banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat pertumbuhan jumlah kendaraan yang cepat terutama kendaraan komersial dan perubahan lingkungan atau oleh karena fungsi drainase yang kurang baik. Dengan semakin banyaknya permintaan akan pembangunan, perbaikan dan perawatan jalan raya, maka kualitas dari beton aspal tersebut perlu ditingkatkan. Polimer SBR (Styrene Butadiene Rubber) adalah salah satu bahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas beton aspal. SBR ini berbentuk lateks cair dan akan dicampurkan dengan beton aspal untuk meningkatkan kualitas beton aspal. 2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba mencampurkan polimer SBR (Styrene Butadiene Rubber) pada Hotmix. Variasi komposisi dilakukan berbagai macam komposisi polimer SBR yakni 1% dan 2%. Proses pembuatannya antara lain untuk mencari pencampuran agregat pada keadaan optimum, menghitung berat jenis dari agregat, mencampurkan aspal konvensional non lokal pada agregat, melakukan proses Hotmix hingga suhu 150 o C, menuangkan polimer SBR ke dalam Hotmix saat suhu turun pada 80 o C, melakukan pemadatan, membuat sampel berupa cetakan (mold), hingga melakukan uji Marshall. Kemudian data yang didapat akan dibuat kurva dan dianalisis berdasarkan hasil uji Marshall. 3. Batasan Masalah Supaya tidak terjadi perluasan dalam pembahasan, maka diberikan batasan-batasan secara teknis sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Depok.
6 2. Aspal yang digunakan adalah Aspal Esso (PT Jaya Trade Indonesia, Cirebon) dengan penetrasi 60/70 dengan komposisi 6%. 3. Agregat kasar, medium, halus dan filler yang digunakan dari Laboratorium Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Depok. 4. Variasi presentase Polimer SBR terhadap banyaknya campuran Hotmix (total berat agregat dan aspal konvensional) yaitu 0%, 1% dan 2%, dengan perbandingan Polimer SBR terhadap Air yaitu (1:0), (1:1), (1:3), dan (1:6). 5. Gradasi yang digunakan dari Standar Nasional Indonesia (SNI ) Laston. 6. Penentuan spesifikasi gravity batuan dan analisa campuran agregat. 7. Uji Marshall standar dengan 2x75 kali tumbukan (pemadatan sampel). 4. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari beton aspal antara agregat dengan aspal non lokal 2. Mempelajari beton aspal ditambah dengan polimer SBR. 3. Mengetahui pengaruh kualitas beton aspal pada Hotmix dengan polimer SBR. TINJAUAN PUSTAKA 1. Aspal Aspal adalah material bersifat semen berwarna coklat tua sampai hitam, padat atau semi padat, dengan bahan penyusun utamanya adalah bitumen, bisa diperoleh secara alami atau sebagai hasil pengolahan minyak bumi [1]. Aspal berasal dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 o C di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil [2]. Aspal minyak bumi perrtama kali digunakan di Amerika Serikat untuk perlakuan jalan pada tahun Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-ladang di Kentucky, Ohio, Michigan, Illinois, Mid-Continent,
7 Gulf-Coastal, Rocky Mountain, California, dan Alaska. Sebesar 32 juta ton telah digunakan pada tahun 1980 [5]. 2. Agregat Secara umum, lebih dari 90% dari berat material jalan merupakan agregat. Agregat adalah partikel - partikel butiran mineral yang digunakan dengan kombinasi berbagai jenis bahan perekat membentuk massa beton atau sebagai bahan dasar jalan. Agregat yang dipergunakan dalam pembuatan aspal beton, secara umum mempunyai persyaratan terhadap sifat-sifatnya, antara lain : susunan butir (gradasi), kebersihan agregat (cleanlines), berat jenis dan penyerapan air, bentuk dan tekstur [3]. Sifat fisik agregat dan hubungannya dengan kinerja campuran antara lain : 1. Gradasi Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya yang merupakan hal penting dalam menentukan stabilitas perkerasan, berpengaruh terhadap besarnya volume rongga (void), dan stabilitas dalam campuran [4]. 2. Kebersihan Agregat (cleanlines) Kebersihan agregat ditentukan oleh banyaknya bahan impurities yang ada pada agregat seperti butiran yang lewat saringan no. 200 [4]. 3. Berat Jenis Agregat dan Penyerapan Air Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dengan berat volume air. Berat jenis agregat sangat penting karena digunakan untuk menentukan komposisi berat pada rancangan campuran [4]. 4. Bentuk Butir dan Tekstur Agregat Bentuk butir agregat secara umum dapat ditemui dalam bentuk bulat, lonjong, pipih, kubus, tak beraturan, atau mempunyai bidang pecah. Tekstur agregat merupakan suatu kondisi yang menunjukkan susunan permukaan butir agregat, yang dibedakan dalam kondisi licin, kasar, atau berpori [4]. 3. Styrene Butadiene Rubber (SBR) Styrene Butadiene Rubber merupakan kopolimer dari stirena ( CH 2 = CH - C 6 H 5 ) dengan butadiene ( CH 2 = CH - CH = CH 2 ). SBR yang diproduksi pada suhu 50 o C
8 menghasilkan jenis karet panas (hot SBR), sedangkan pada suhu 4 o C dinamakan karet dingin (cold SBR) [5]. SBR ini merupakan salah satu polimer organik yang memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat [6]. Bahan ini terdispersi dengan stabil dalam suatu surfaktan yang mengandung air, berwarna putih seperti susu [7]. Beberapa jenis SBR seperti Syntetic Rubber telah digunakan pada bidang jalan untuk bahan pencampur aspal panas dengan hasil yang memuaskan. Didapat hasil dengan penambahan Syntetic Rubber sebesar 3% dalam aspal akan menaikkan ketahanan aspal pen 60 terhadap suhu dan menurunkan Aging Index. Sedangkan pada aspal pen 80, penambahan 3% Syntetic Rubber menaikkan kepekaan aspal terhadap suhu [8]. 4. Pengujian Marshall Pengujian Marshall pertama kali diperkenalkan oleh Bruce Marshall, yang hingga saat ini telah dikembangkan oleh U.S. Corps of Engineer. Pengujian ini berguna untuk mengukur kinerja dari beton aspal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan (flow) dari campuran aspal dan agregat. Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas runtuh [4] METODE PENELITIAN
9 Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian 1. Pengujian Agregat Pengujian terhadap agregat kasar, medium, dan halus dilakukan menggunakan standar SK-SNI, SII, ASTM, atau standar lainnya. Sedangkan pengujian campuran polimer SBR Cair dengan Hotmix menggunakan metoda Marshall, meliputi uji fisik dan uji mekanik. 2. Analisa Saringan Gradasi Agregat Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui susunan butiran di dalam agregat. Susunan butiran dalam agregat sangat mempengaruhi rongga dan stabilitas dari campuran. Karena ke dua sifat tersebut disyaratkan oleh Litbang Jalan atau Asphalt Institute, maka sebelum agregat digunakan sebagai bahan campuran, terlebih dahulu harus dilakukan analisa saringan. Jika
10 dari hasil analisa saringan ternyata gradasinya tidak memenuhi syarat, dapat dilakukan penggabungan agregat lain atau menambahkan filler berupa cement. 3. Pembuatan dan Pengujian Sampel Hasil dari analisa saringan yang didapat merupakan parameter untuk menentukan komposisi optimal agregat pada campuran. Cara penggabungan ke tiga agregat tersebut menggunakan metoda grafis, sehingga akan didapat persentase berat masing - masing agregat. Apabila belum mencapai standar yang sudah ada, maka bisa ditambahkan filler berupa cement agar mencapai standar. Setelah didapat komposisi optimal dari agregat pada campuran, selanjutnya dapat membuat sampel untuk pengujian Marshall. Setiap satu sampel berbentuk briket membutuhkan total campuran tidak kurang dari 1200 gram agregat yang dicampur dengan aspal konvensional, dalam hal ini aspal konvensional non lokal Esso. Dengan mencampurkan persen optimal dari aspal campuran panas sebesar 6% dan polimer SBR dengan variasi 1% dan 2%, yang masing - masing memiliki perbandingan polimer SBR terhadap air yakni 1:0 ; 1:1 ; 1;3 ; 1:6, maka briket sampel pada pengujian Marshall akan bisa dibuat dengan komposisi - komposisi yang sudah ada. Pembuatan sampel dilakukan dengan cara mencampur ketiga agregat ke dalam wadah hotmix dan dipanaskan serta diaduk - aduk hingga suhu 150 o C. Di wadah yang lain, aspal konvensional non lokal Esso juga harus dipanaskan terlebih dahulu hingga di atas suhu 130 o C. Setelah wadah hotmix sudah mencapai suhu 150 o C, api bisa dimatikan dan hotmix bisa diangkat. Setelah diangkat, agregat dan aspal dicampur pada suhu 150 o C, yakni menjadi hotmix. Setelah itu diaduk - aduk agar campurannya merata. Saat suhu hotmix turun hingga 80 o C, baru dimasukkan polimer SBR, dan diaduk hingga merata. Selanjutnya, campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan. Kedua lapis bagian permukaannya ditumbuk dari atas dan bawah dengan alat pemadat sebanyak masing - masing 75 kali. Setelah tumbukan selesai, diamkan sampel dalam cetakan selama 24 jam, setelah itu baru dibuka dari cetakan. HASIL DAN PEMBAHASAN
11 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar, Medium, dan Halus Tabel 4.1 Berat jenis agregat dan penyerapan air Jenis Agregat Berat Jenis Semu Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Penyerapan Air Agregat Kasar 2,52 2,36 2,43 2,67% Agregat Medium 2,56 2,36 2,44 3,27% Agregat Halus 2,68 2,55 2,60 1,83% Dari data baik agregat kasar, medium, dan halus dapat diklasifikasikan sebagai agregat normal, karena nilai berat jenis agregat sebagai standar untuk bahan konstruksi jalan berada pada kisaran 2,4-2,9. Untuk nilai penyerapan air, batasan maksimum untuk konstruksi jalan adalah 3%. Berdasarkan data, terlihat agregat kasar dan halus masih memenuhi standar. Namun untuk agregat medium, nilai yang didapat yakni 3,27%, dimana nilai tersebut melebihi standar. Sama halnya dengan berat jenis, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengelapan agregat sebelum ditimbang. 2. Pengujian Analisa Saringan Gradasi Agregat Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang optimum dari beberapa agregat yang sudah tersedia agar campurannya menjadi optimum dengan menentukan susunan butiran dalam agregat agar memenuhi standar. Standar yang digunakan pada pengujian ini yakni adalah ASTM. Tabel 4.2 Analisa Gradasi Campuran Gabungan (Agregat + Filler) Saringan Agregat Kasar Agregat Medium Agregat Halus Filler 100% 19% 100% 20% 100% 60% 100% 1% Total Spek Laston 3/4" /2" /8" # # # # # # Dengan hasil tersebut, maka hasil penggabungan komposisi yakni 19% Agregat Kasar ; 20% Agregat Medium ; 60% Agregat Halus ; dan 1% Filler berupa cement.
12 3. Perhitungan berat jenis agregat dan semu efektif pada campuran agregat Dengan menggunakan rumus berikut, didapatkan Berat Jenis Agregat Efektif dan Berat Jenis Bulk Efektif dari Berbagai Agregat dan Filler, yakni : Berat Jenis Agregat Efektif (gram) : 100 % agregat kasar + % agregat medium + % agregat halus %!"##$% + berat jenis semu agregat berat jenis semu Berat Jenis Bulk Efektif (gram) : 100 % agregat kasar + % agregat medium + % agregat halus %!"##$% + berat jenis bulk agregat berat jenis semu Berat Jenis Agregat Efektif (gram) : Agregat Kasar = 2,524 Agregat Medium = 2,564 Agregat Halus = 2,683 Berat Jenis Bulk Efektif (gram) Agregat Kasar = 2,365 Agregat Medium = 2,365 Agregat Halus = 2,554 dirata - ratakan maka akan didapatkan perhitungan, yakni : Berat Jenis Agregat Efektif (gram) : 2,590 Berat Jenis Bulk Efektif (gram) : 2, Perhitungan Berat Jenis Effektif Aspal Non Lokal (Esso) A = Berat Contoh B = Berat Contoh + Air C = Berat Contoh + Aspal = 36,26 gr = 59,83 gr = 50,57 gr D = Berat Contoh + Aspal + Air = 60,28 gr [9]. Bj Aspal eff. = =!!!!!!!!!!!",!"!!",!"!",!"!!",!"!!",!"!!",!"
13 = 1,032 gr 5. Hasil Pengujian Marshall Pengujian ini merupakan pengujian benda sampel berupa bricket yang campurannya, yakni hotmix antara agregat dengan aspal konvensional non lokal Esso yang dicampurkan dengan polimer SBR saat suhu telah mencapai 80 o C. Dengan menggunakan alat pengujian Marshall, didapatkan data Stabilitas, Kelelehan, VIM, VMA, dan Hasil Bagi Marshall, yakni sebagai berikut : a. Stabilitas Stabilitas (Kg) : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Polimer terhadap Air SBR 1% SBR 2% Min Gambar 4.1 Grafik hubungan antara Stabilitas dengan Polimer terhadap Air Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa nilai stabilitas dengan menggunakan SBR, baik pada SBR 1% maupun SBR 2% menjadi turun. Nilai stabilitas turun dikarenakan kecilnya presentase polimer yang diberikan pada hotmix yang menyebabkan polimer tidak dapat menyelimuti hotmix secara keseluruhan. Dengan semakin banyaknya air, maka komposisi SBR semakin sedikit, sehingga butiran polimernya menjadi jarang, akibatnya daya rekat antara polimer dengan hotmix menjadi lemah. b. Kelelehan (Flow)
14 Kelelehan (mm) : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Polimer terhadap Air SBR 1% SBR 2% Min Max Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Kelelehan dengan Polimer terhadap Air Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa nilai kelelehan berada pada kisaran 3-5 mm. Nilai kelelehan tertinggi ada pada saat ditambahkan SBR 2% dibandingkan dengan ditambahkan SBR 1%. Itu berarti, makin pekat suatu polimer SBR, maka semakin banyak butiran polimernya. Dengan memiliki kemampuan meregang yang tinggi, polimer SBR akan memberikan nilai flow yang lebih besar. c. VIM (Void In Mixture) % Rongga terhadap Campuran (VIM) : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Polimer tehadap Air SBR 1% SBR 2% Min Max Gambar 4.3 Grafik hubungan antara VIM dengan Polimer terhadap Air Jika nilai VIM (Void In Mix) yang terlalu tinggi berkurangnya keawetan dari lapis keras karena rongga yang terlalu besar akan memudahkan masuknya air dan udara kedalam lapis perkerasan. Udara akan mengoksidasi aspal sehingga selimut aspal menjadi tipis dan kohesi aspal menjadi berkurang. Jika hal ini terjadi akan menimbulkan
15 pelepasan butiran (raveling), sedangkan air akan melarutkan bagian aspal yang tidak teroksidasi sehingga pengurangan jumlah aspal akan lebih cepat. d. VMA (Void In Mineral Agregat) % Rongga terhadap Mineral (VMA) : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Polimer tehadap Air SBR 1% SBR 2% Min Gambar 4.4 Grafik hubungan antara VMA dengan Polimer terhadap Air Dilihat dari Gambar 4.4 yakni nilai VMA pada SBR 1% dan 2% berada pada standar Departemen Pekerjaan Umum, yakni minimal 15. Data yang didapat berada pada kisaran Nilai VMA ini merupakan % rongga dalam agregat, yakni rongga udara yang terdapat diantara agregat - agregat pada campuran beton aspal yang sudah dipadatkan. VMA berguna untuk menampung rongga udara yang ada pada mineral agregat terhadap campuran keseluruhan. Semakin tinggi atau rendah suhu pencampurannya dari standar, maka akan menjadikan campuran beton aspal sulit dipadatkan. e. Hasil Bagi Marshall 300 Hasil Bagi Marshall (Kg/mm) : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Polimer terhadap Air SBR 1% SBR 2% Min Gambar 4.5 Grafik hubungan antara Hasil Bagi Marshall dengan Polimer terhadap Air
16 Data yang didapat berada pada kisaran Nilai Hasil Bagi Marshall merupakan nilai hasil bagi dari stabilitas setelah dikalibrasi dan dikoreksi tinggi benda uji dengan kelelehan. Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) berpengaruh pada kekuatan dan kelenturan pada jalan agar tidak mengalami keretakan. Semakin besar nilai MQ, maka sifat fisik dari jalan akan semakin baik. Sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka sifat fisik dari jalan akan semakin kurang baik. Karena nilai stabilitas setelah dicampurkan Polimer SBR menurun, oleh karena itu nilai MQ menjadi rendah. PENUTUP 1. Kesimpulan Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan yakni sebagai berikut : 1. Komposisi optimum campuran agregat yakni 19% Agregat Kasar 10-20mm, 20% Agregat Medium (Screening), 60% Agregat Halus, dan 1% filler. 2. Pada campuran polimer SBR 1% dan 2%, sifat fisik berupa stabilitas menurun. Namun untuk nilai kelelelahan (flow) banyak meningkat dibandingkan dengan tanpa Polimer SBR. Hal ini menambah kelenturan pada kualitas beton aspal, karena sifat resiliensi Polimer SBR yang baik. 3. Penentuan hasil Marshall Test dipengaruhi oleh bahan material (Agregat dan Aspal) yang telah diuji secara optimum dan proses pembuatan sampel, baik pencampuran bahan material maupun pemadatan benda uji secara baik dan sesuai standar yang berlaku. 2. Saran Dari hasil pengujian yang dilakukan, diberikan saran yakni sebagai berikut: 1. Perlu dikaji lebih luas mengenai pengaruh Polimer SBR terhadap beton aspal pada hotmix dengan menambah variasi komposisi presentasi yang lebih banyak. 2. Suhu pencampuran dan pemadatan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian, oleh karena itu untuk mendapatkan suhu yang akurat perlu digunakan termometer digital.
17 DAFTAR PUSTAKA 1. American Society for Testing and Materials, (1997) ASTM Standard, Section 4, volume 04.03, The ASTM, Philadelphia 2. Wignall, Arthur et al Proyek Jalan Teori dan Praktek. Jakarta : Erlangga 3. Atkins H.N, 1997, Highway Materials, Soils and Concretes, 3th Edition Prentice Hall, New Jersey 4. Sukirman S, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung 5. V.Ramakrishnan, "Latex Modified Concretes and Mortars", Transportation Research Board, Washington DC, Edwin J. Bart, "Asphalt Science and Technologi", Gordon and Breach, New York, MP Stephens, terjemahan lis Sopyan, "Kimia Polimer", Pradnya Paramita, Jakarta, Tjitjik Wasiah Suroso, "Hasil Penelitian Pendahuluan Pengaruh Penambahan Syntetic Rubber (Polimer) terhadap ketahanan Aspal Pen 60 dan 80 terhadap suhu (Pi) dan Pelapukan (Aging Index)", Jurnal Pusat Litbang Jalan 3(XII), Bandung, Oktober Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,, 2014, Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Laboratorium Struktur dan Material, Jakarta.
BAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian
Lebih terperinciSumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Marshall Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciSTUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:
STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP: 9921035 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON
ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC
ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciTINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON Maria Rainy Lengkong Oscar H. Kaseke,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-
41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran
Lebih terperinciDAMPAK PENAMBAHAN POLIMER TERHADAP KARAKTERISTIK BETON ASPAL
DAMPAK PENAMBAHAN POLIMER TERHADAP KARAKTERISTIK BETON ASPAL Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad Sutjahjo Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru UI, Depok E mail: djedjen@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciAkhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS Steward Paulus Korompis Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 1 ) E-mail:cecesumi@yahoo.com
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )
KAJIAN PENYEBAB PERBEDAAN NILAI BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL PANAS YANG DIHITUNG BERDASARKAN METODE MARSHALL DENGAN YANG DICARI LANGSUNG BERDASARKAN AASHTO T209 Maria Estela Laoli O.H. Kaseke,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aspal Beton Menurut Sukirman (1999) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK
VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1
PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinciBATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji
BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji Abstract : Daerah Baturaja merupakan kawasan penghasil batu kapur yang ada
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas
III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung untuk pembuatan Arang Tempurung Kelapa, dan Laboratorium
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2
PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/ dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan INTISARI Jalan merupakan sarana penghubung mobilisasi dari satu
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.
PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. ABSTRAK Hot rolled sheet Wearing Course (HRS WC) adalah campuran lapis tipis
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)
PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciGRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT
Persentase Lolos (%) GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Nomor Saringan 00 30 8 3/8 / 3/4 90 80 70 60 50 40 30 0 0 0 No 00 No. 30 No.8 "3/8" /" 3/4" Grafik Pasir Grafik abu Batu Grafik kasar Garis Diagonal ANALISA
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA Charly Laos 1, Gedy Goestiawan 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Pertumbuhan jumlah kendaraan
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL
INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelessaikan Pendidikan Strata
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1
VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com
Lebih terperinciPENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT
PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT Irwanto Sinaga NRP : 0221038 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S, M.Sc, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciPEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)
PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA) Hendra Cahyadi 1, Nirwana Puspasari 2 Staf Pengajar Prodi
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciAgus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4
STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN DATA
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70, serat alam berupa sabut kelapa, Asbuton
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR INTISARI
NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti
Lebih terperinciANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi
ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)
ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) Michael Christianto Tanzil Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak
Lebih terperinciVol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X
KAJIAN CAMPURAN PANAS AGREGAT ( AC-BC ) DENGAN SEMEN SEBAGAI FILLER BERDASARKAN UJI MARSHALL Oleh: Hendri Nofrianto*), Zulfi Hendra**) *) Dosen, **) Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Kevin Chandra 1, Percy Tambran 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Penggunaan Campuran Aspal Emulsi Dingin
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS
PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS Sumarni Hamid Aly Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, 90445 Telp: (0411) 587636 marni_hamidaly@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.
Lebih terperinciPENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG
PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG Stevan Estevanus Rein Rumagit Oscar H. Kaseke, Steve Ch. N. Palenewen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC
KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC Rizky Mamangkey O.H. Kaseke, F. Jansen, M.R.E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)
PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG
PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON LAPIS AUS GRADASI SENJANG Risky Aynin Hamzah Oscar H. Kaseke, Mecky M. Manoppo
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC WC), terlebih dahulu melakukan uji coba dalam skala kecil terhadap agregat, aspal dan asbuton yang dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1. Pengujian Aspal Pada pengujian material aspal digunakan aspal minyak (AC Pen 60/70) atau aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciKamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI
STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B
PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B Sulfah Anjarwati 1*, Mahesa Anggi Pinandita 2 1,2 Teknik
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS
ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS TUGAS AKHIR Oleh : Putu Anggi Wedayanti (0719151037) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisis Sifat Agregat 4.1.1 Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Berikut adalah hasil pengujian untuk berat jenis dan penyerapan agregat kasar. Tabel
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciEFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL
Jurnal Teknik Sipil IT Vol. No. Januari 05 ISSN: 354-845 EFEK EMAKAIAN ASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS ADA CAMURAN ASAL ANAS (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : Ahmad Refi Dosen Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL
Jurnal Teknik Sipil IT Vol. No. Januari 05 ISSN: 354-845 ENGARUH VARIASI KADAR ASAL TERHADA NILAI KARAKTERISTIK CAMURAN ANAS ASAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : Misbah Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciBab IV Penyajian Data dan Analisis
6 Bab IV Penyajian Data dan Analisis IV.1 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat Agregat kasar, agregat halus dan filler abu batu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari mesin pemecah batu,
Lebih terperinciDAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS
BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS Lintong Elisabeth Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Oscar H. Kaseke Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian
BAB III METODOLOGI Dalam bab ini peneliti menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian tentang Studi komparasi antara beton aspal dengan aspal Buton Retona dan aspal minyak Pertamina
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Hot Rolled Asphalt Menutut Coc,J.B, Hot rolled Asphalt (HRA) adalah bahan konstruksi lapis keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot Rolled
Lebih terperinciStudi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal SYAMSI FAJRI, N.¹, SUKIRMAN,
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC NUR HARISMANTO NRP : 0021089 Pembimbing : SILVIA SUKIRMAN, Ir. Pembimbing Pendamping : SAMUN HARIS, Ir., MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC
PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC Ronni Olaswanda 1 Anton Ariyanto, M.Eng 2 dan Bambang Edison, S.Pd, MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL Harry Kusharto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL Harry Kusharto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
Lebih terperinciKAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON
KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON Louis Christian Lagonda O. H. Kaseke, S.V. Pandey Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)
KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC) TUGAS AKHIR Oleh : I WAYAN JUNIARTHA NIM : 1104105072 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2 3 ABSTRAK Setiap
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Karakteristik Marshall pada Asphalt Treated Base (ATB) 1. Stabilitas (Stability) Stabilitas merupakan kemampuan maksimum suatu benda uji campuran aspal dalam menahan beban sampai
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG
PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG ( LIMBAH BAJA ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERTAHAN SARINGAN / DAN 3/8 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN AC-WC Afif Ghina Hayati INTISARI Semakin banyaknya industri
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat
Lebih terperinci