KONSERVASI TANAH PADA LAHAN TEGALAN
|
|
- Devi Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KONSERVASI TANAH PADA LAHAN TEGALAN Ai Dariah Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor dan Anggota MKTI PENDAHULUAN Erosi merupakan penyebab utama penurunan produktivitas lahan kering, terutama yang ditanami tanaman semusim. Oleh karena itu, pemberdayaan lahan tegalan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan nasional sulit diharapkan keberlanjutannya, bila aplikasi teknik konservasi pada area ini tidak diperhatikan. Tidak seperti lahan sawah yang dapat berfungsi sebagai filter sedimen, lahan tegalan justru seringkali berperan sebagai penghasil sedimen. Hasil pengukuran di berbagai tempat (dikutip dari berbagai laporan) menunjukkan bahwa pada budidaya tanaman pangan semusim tanpa disertai konservasi tanah, besarnya erosi yang terjadi >40 t/ha/tahun (Sukmana, 1994; 1995). Erosi bukan hanya mengangkut lapisan tanah, namun juga mengangkut hara dan bahan organik, baik yang terkandung di dalam tanah maupun yang berupa input pertanian. Kerusakan sifat fisik tanah, baik yang diakibatkan oleh proses erosi maupun pengolahan tanah yang intensif, juga seringkali menjadi penyebab penurunan produktivitas lahan tegalan. Oleh karena itu berbagai tindakan yang dapat menekan erosi, mempertahankan/ meningkatkan kadar bahan organik tanah, dan mengurangi dampak negatif dari pengolahan tanah, merupakan usaha yang diperlukan dalam pelestarian lahan tegalan sebagai salah satu sumberdaya lahan pangan. Paper ini menguraikan berbagai pilihan tindakan konservasi tanah yang dapat diaplikasikan pada lahan tegalan. PENGENDALIAN EROSI PADA LAHAN TEGALAN Tanaman semusim pada lahan kering idealnya ditanam pada lereng <8%. Untuk lereng antara 8-15% hanya layak ditanami tanaman semusim bila kondisi tanahnya cukup baik, misalnya solumnya sedangdalam dan tanahnya tidak peka erosi. Pada tanah bersolum dangkal atau lapisan bawah permukaannya terlalu padat, sebaiknya penanaman tanaman semusim dibatasi hanya pada lereng <8%. Lahan dengan tanah bersolum sedang-dalam dengan lereng 15-40%, penanaman tanaman semusim masih dapat dilakukan, namun harus dikombinasikan dengan tanaman tahunan. Proporsi tanaman tahunan harus semakin besar dengan 138
2 semakin tingginya kemiringan lahan. Selain proporsi tanaman, penerapan teknik konservasi tanah juga harus dilakukan. Perlu disadari bahwa sangat sulit untuk menekan erosi dari suatu lahan budidaya sampai level 0 (tanpa erosi). Target yang harus dicapai adalah menekan erosi sampai di bawah erosi yang dapat dibiarkan (tolerable soil loss/tsl). Kisaran ambang batas erosi yang dapat ditoleransi adalah 1,1-13,5 ton/ha/tahun tergantung sifat tanah dan substratanya (Thompson dalam Arsyad, 2000). Untuk menekan erosi sampai di bawah ambang batas TSL, beberapa jenis teknik konservasi dapat diterapkan pada lahan tegalan. Namun demikian untuk mendapatkan hasil yang optimum, berbagai persyaratan untuk penerapan suatu jenis teknik konservasi harus diperhatikan (Puslitbangtanak, 2004, Agus et al., 1999). Secara garis besar teknik konservasi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu teknik konservasi vegetatif dan mekanik (sipil teknis). Untuk mencapai hasil yang maksimum dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, aplikasi dari kedua metode ini sebaiknya tidak dipisahkan (Dariah et al., 2004, Santoso et al., 2004). Sebagai contoh, teras (bangku atau gulud) yang tergolong tindakan mekanis, akan dapat berfungsi secara maksimal bila dilengkapi tanaman penguat teras. a. Metode Vegetatif Konservasi tanah vegetatif merupakan semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang menjalar, semak perdu atau pohon, maupun rumputrumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya, serta sisa-sisa tanaman yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan. Manfaat lain dari metode konservasi vegetatif adalah dapat mendukung sistem pengelolaan bahan organik, karena semua tindakan konservasi vegetatif dapat berperan sebagai penghasil bahan organik. Kalaupun tanaman konservasi digunakan sebagai pakan ternak, tidak berarti mengubah fungsinya sebagai penghasil bahan organik bila pupuk kandang dikembalikan ke lahan, bahkan perpanjangan rantai ini akan memperbaiki kualitas bahan organik yang dihasilkan. Beberapa contoh teknik konservasi yang tergolong sebagai metode konservasi vegetatif adalah pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan tanaman/sisa tanaman sebagai mulsa, sistem alley copping (budidaya lorong), strip rumput, dan wanatani (agroforestry). Penanaman penutup tanah/pupuk hijau seperti Cayanus cayan (gude), Mucuna sp. (benguk), kacang tunggak, atau komak sesudah tanaman pangan, merupakan pengaturan pola tanam yang bisa berdampak 139
3 positif terhadap perbaikan kesuburan kimia dan biologi serta sifat fisik tanah. Hijauan yang dihasilkan tanaman penutup atau tanaman konservasi lainnya seperti tanaman pagar atau strip, serta sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang mana penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan (Undang Kurnia et al., 2004; Rachman; 2004), yaitu (i) melindungi tanah dari pukulan air hujan; (ii) mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan kelembaban udara dan suhu dalam tanah; (iii) menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (iv) setelah bahan mulsa melapuk, akan meningkatkan bahan organik tanah; (v) memperlambat aliran permukaan yang berdampak pada penurunan erosi. Namun demikian Sukmana (1995) menyatakan bahwa dalam hal penanggulangan erosi, penggunaan mulsa harus dikombinasikan dengan teknik konservasi yang lain. Budidaya lorong (alley cropping) dan strip rumput) merupakan teknik konservasi vegetatif yang efektif dalam menekan erosi dan aliran permukaan (Tabel 1). Prinsip dari kedua teknik konservasi ini adalah sama, yaitu menanam tanaman konservasi dengan mengikuti garis kontur, jarak antar barisan tanaman konservasi ditentukan oleh kemiringan lahan (semakin miring jaraknya semakin rapat). Perbedaannya terletak pada jenis tanaman konservasi yang dipilih. Pada sistem alley cropping, jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman konservasi adalah tanaman legume pohon atau perdu, sedangkan pada sistem tanaman strip adalah tanaman rumput dan sejenisnya misalnya akar wangi (Vetiver). Tabel 1. Peranan sistem alley cropping dan strip rumput dalam menekan erosi pada tanah Haplorthox Citayam Tanaman pagar/strip Flemingia congesta jarak 4m, 1 baris Flemingia congesta jarak 4m, 2 baris Flemingia congesta jarak 6m 2 baris Vetiver grass jarak 4m, 1 baris Vetiver grass jarak 4m, 1 baris Flemingia congesta jarak 4m, 1 baris Flemingia congesta jarak 4m, 2 baris Flemingia congesta jarak 6m, 2 baris b. Metode sipil teknis (Mekanik) Tanaman Erosi Pangan (t/ha) jagung 14,3 6,2 8,1 14,3 5,1 Jagung// 4,85 kacang 1,31 tanah 0,45 Sumber Dariah et al,1988 Erfandy al., 1989 Semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningatkan kelas kemampuan tanah disebut sebagai metode konservasi secara sipil teknis/mekanik. Beberapa contoh et 140
4 metode konservasi mekanik adalah berbagai macam teras (bangku, gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan berbagai macam saluran pembuangan air, dan saluran drainase lainnya. Teras bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah banyak diaplikasikan petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Metode ini sangat efektif untuk mencegah erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Teknik konservasi ini juga tergolong mahal, sehingga sulit diterapkan petani tanpa disertai subsidi dalam pembuatannya. Jenis teras yang pembuatannya relatif murah adalah teras gulud, namun efektivitasnya dalam menahan erosi tidak sebaik teras bangku, kecuali bila diperkuat dengan tanaman konservasi. Penanaman tanaman konservasi, baik tanaman legum pohon/semak atau rumput dengan mengikuti kontur, juga dapat membentuk teras secara bertahap, dan dikenal sebagai teras kredit. Gambar 2 menunjukkan efektivitas dari ketiga jenis teras dalam mencegah erosi. 60 Erosi (ton/ha) Teras bangku Teras gulud Teras kridit / / /91 Tahun Gambar 2. Erosi pada berbagai jenis teras pada tanah Eutropept di Ungaran, Jawa Tengah selama 6 tahun (Haryati et al., 1995) 1992/ / /94 c. Olah tanah Konservasi Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap dispersi agregat, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst and Lynch, 1993). 141
5 Olah tanah konservasi (OTK) menjadi alternatif penyiapan lahan yang dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi (Brown et al., 1991; Wagger dan Deton, 1991, Suwardjo et al., 1989). Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang melaporkan terjadinya penurunan hasil tanaman akibat olah tanah konservasi (Swan et al., 1991; Ketcheson dalam Rachman et al., 2004) atau tidak mempengaruhi hasil tanaman (Rao dan Dao dalam Rachman et al., 2004). Hal yang menentukan keberhasilan olah tanah konservasi adalah pemberian bahan organik dalam bentuk mulsa yang cukup (Rachman et al., 2004). Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi laju pemadatan tanah. Beberapa cara pengolahan tanah yang memenuhi kriteria sebagai OTK di antaranya adalah tanpa olah tanah (Zero tillage), olah tanah seperlunya (reduced tillage), dan olah tanah strip (strip tillage). Aplikasi dari ketiga jenis OTK tersebut harus selalu disertai dengan penggunaan mulsa organik. Selain berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, struktur tanah (kegemburan dan porositas), aplikasi OTK juga dapat menghemat tenaga kerja. Pengaruh positif dari sistem olah tanah konservasi terhadap sifatsifat tanah, berdampak juga terhadap erosi yang terjadi. Hasil penelitian Suwardjo pada tanah Ultisol Lampung dan Oxisol Citayam menunjukkan pengaruh beberapa cara pengolahan tanah terhadap erosi yang terjadi (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh pemberian mulsa terhadap erosi Jenis tanah dan perlakuan Erosi pada tahun (ton/ha) Tropudult. Lampung, lereng 3,5% Bera (tanpa tanaman) Tanpa mulsa, diolah, ditanami Dengan mulsa, olah tanah minimum, ditanami 97,8 2,4 0,3 144,5 7,1 0,3 102,8 39,7 0 Haplorthox Citayam (Bogor), lereng 14% Bera (tanpa tanaman) Tanpa mulsa, diolah, ditanami 482,8 218,8 440,7 227,2 Td 108,6 Dengan mulsa, olah tanah minimum, 24,5 3,8 2,9 ditanami Sumber: Suwardjo et al., 1989 Keterangan Td=tidak ada data PENUTUP Erosi merupakan penyebab utama terjadinya degradasi lahan tegalan, oleh karena itu aplikasi teknik konservasi tanah merupakan prasyarat utama tercapainya keberlajutan usahatani pada ekosistem ini. 142
6 Penerapan teknik konservasi tanah dengan mengurangi derajat kemiringan lahan dan panjang lereng merupakan salah satu cara terbaik mengendalikan erosi. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan metode konservasi tanah baik secara mekanik maupun vegetatif. Pada prakteknya, metode konservasi tanah mekanik dan vegetatif sulit untuk dipisahkan, karena penerapan metode konservasi tanah mekanik akan lebih efektif dan efisien bila disertai dengan penerapaan metode vegetatif. Sebaliknya, meskipun penerapan metode vegetatif merupakan pilihan utama, namun perlakuan fisik mekanis seperti pembuatan saluran pembuang air masih tetap diperlukan. Pengolahan tanah merupakan komponen penting dalam kegiatan usaha tani, khususnya usaha tani tanaman semusim. Pengolahan tanah utamanya ditujukan untuk menyiapkan atau menciptakan media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman dapat berproduksi secara optimum. Namun demikian, pengolahan tanah secara berlebih dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, diantaranya terjadinya penghancuran struktur tanah. Olah tanah konservasi merupakan suatu metode pengolahan tanah dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, sehingga dampak negatif dari pengolahan tanah dapat ditekan sekecil mungkin. DAFTAR PUSTAKA Agus, F. A. Abdurachman, A. Rachman, S.H. Talao ohu, A. Dariah, B.R. Prawiradiputra, B. Hafif, dan S. Wiganda Teknik Konservasi Tanah dan Air. Sekretariat Tim Penendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. Departemen Kehutanan. Arsyad, S Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Brown, R.E, J.L. Havlin, D.J. Lyons, C.R. Fenster, and G.A. Peterson Longterm tillage and nitrogen effects on wheat production in a wheat fallow rotation. p. 326 In Agronomy Abstracts. Annual Meetings ASA, CSSA, and SSSA, Denver Colorado, Oct 27 Nov 1, Dariah, A., U. Haryati, dan T. Budhyastoro Teknologi Konservasi Mekanik. Hlm dalam Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Haryati, U., Haryono, dan A. Abdurachman Pengendalian erosi dan aliran permukaan serta produksi tanaman pangan dengan berbagai teknik konservasi pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran, Jawa Tengah. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk 13: Pankhurst, C.E., and J.M. Lynch The role of soil biota in sustainable agriculture. p 3-9. In C.E. Pankhurst, B.M. Doube, V.V.S.R. Gupta, and 143
7 P.R. Grace (Eds.) Soil Biota: Management in Sustainable Farming Systems. CSIRO Press, Melbourne, Australia. Puslitbangtanak Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen pertanian. Rachman, A., A. Dariah, dan E. Husen Olah Tanah Konservasi. Hlm dalam Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Santoso, D., J. Purnomo, I G. P. Wigena, dan E. Tuherkih Teknologi konservasi vegetatif. Olah Tanah Konservasi. Hlm dalam Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Sukmana, S Teknik konservasi tanah dalam penanggulangan degradasi tanah pertanian lahan kering. Hlm dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pulittanak. Badan Litbang Pertanian. Sukmana, S Budidaya lahan kering ditinjau dari konservasi tanah. Hlm dalam Prosiding Penanganan lahan Kering Marginal Melalui Pola Usahatani Terpadu. Jambi 2 Juli Puslittanak. Badan Litbang Pertanian. Suwardjo, H., A. Abdurachman, and S. Abujamin The use of crop residue mulch to minimize tillage frequency. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk 8: Swan, J.B., W.H. Paulson, A.E. Peterson, and R.L. Higgs Tillage-redisue management effetcs on seedbed physical conditions corn growth and yield. p In. AgronomyAbstract. Annual Meetings, ASA, CSSA, and SSSA, Denver Colorado, Oct. 27 Nov. 1, Undang Kurnia, Sudirman, dan H. Kusnadi Teknologi rehabilitasi dan reklamasi lahan. Hlm dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Wagger, M.G., and H.P. Denton Consequences of continuous and alternating tillage regimes on residue cover and grain yield in a cornsoybean rotation. p. 344 In Agronomy Abstracts. Annual Meetings ASA, CSSA, and SSSA, Denver Colorado, Oct 27 Nov 1,
KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (STUDI KASUS: KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN)
Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 44-50 KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (STUDI KASUS: KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN) Characteristics of Soil Physic on Soil
Lebih terperinci1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA
Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia 1 1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA Ai Dariah, Achmad Rachman, dan Undang Kurnia Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciPrestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng
KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan
Lebih terperinciTEKNOLOGI KONSERVASI TANAH PADA LAHAN PERTANIAN BERLERENG
TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH PADA LAHAN PERTANIAN BERLERENG PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAH DAN AGROKLIMAT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 1 2004 Penanggung jawab
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 PEMBUATAN GARIS KONTUR (SABUK GUNUNG)
Lebih terperinci1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA
1 1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA Ai Dariah, Achmad Rachman, dan Undang Kurnia Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi sebagai akibat dari makin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman
Lebih terperinciPENGENDALIAN EROSI DAN PENGELOLAAN BAHAN ORGANIK PADA LAHAN KERING BERLERENG MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN NASIONAL ABSTRAK
PENGENDALIAN EROSI DAN PENGELOLAAN BAHAN ORGANIK PADA LAHAN KERING BERLERENG MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN NASIONAL Ishak Juarsah Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda,98 Bogor ABSTRAK Laju peningkatan
Lebih terperinciSTRATEGI DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN KERING MENDUKUNG PENGADAAN PANGAN NASIONAL. A. Abdurachman, A. Dariah, dan A. Mulyani
STRATEGI DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN KERING MENDUKUNG PENGADAAN PANGAN NASIONAL A. Abdurachman, A. Dariah, dan A. Mulyani Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jalan Ir.
Lebih terperinciSoal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)
Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping
DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki
Lebih terperinciKonservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan
Data tahun 1992 menunjukkan bahwa luas lahan usahatani kritis di luar kawasan hutan telah mencapai ±18 juta hektar. Setelah hampir 13 tahun, lahan kritis diluar kawasan hutan pada tahun 2005 sekarang ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami
Lebih terperinciMAKALAH PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) Penyuluhan Pengelolaan Lahan Kering melalui Penerapan Sistem Pertanian Strategis
MAKALAH PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) Penyuluhan Pengelolaan Lahan Kering melalui Penerapan Sistem Pertanian Strategis Oleh: Nurdin, SP, MSi NIP 19800419 2005011003 Disampaikan pada Kegiatan Penyuluhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Lahan Kering Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan buahbuahan)
Lebih terperinciJakarta, Oktober Menteri Pertanian RI ANTON APRIYANTONO
KATA PENGANTAR Lahan pegunungan memiliki potensi yang besar sebagai kawasan pertanian produktif. Sejak berabad yang silam, jutaan petani bermukim dan memanfaatkan kawasan ini. Untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPENDAHULLUAN. Latar Belakang
PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Degradasi Lahan Pada sistem pertanian lahan kering yang kurang efektif mengendalikan aliran permukaan dapat mempercepat kehilangan bahan organik yang sangat ringan dan mudah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanah berfungsi sebagai tempat berkembangnya akar, penyedia
Lebih terperinciKONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP Pengertian Konservasi Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan
Lebih terperinciPanduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan
Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,
Lebih terperinciPENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI
PENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI oleh Diana Kustantini, AMd.(PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya A. Pendahuluan
Lebih terperinciREKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor
REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan
Lebih terperinciPENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG
PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG Elita Agus Manalu 1), Arsyad 2), dan Suryanto 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi elitamanalu115@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Usaha ekstensifikasi dilakukan dengan cara pembukaan lahan
Lebih terperinciSecara umum, kerusakan tanah atau perubahan sifat fisik dan kimia tanah dapat disajikan dalam hubungan deskriptif berbagai faktor, yaitu: iklim,
AMDAL (AGR77) Secara umum, kerusakan tanah atau perubahan sifat fisik dan kimia tanah dapat disajikan dalam hubungan deskriptif berbagai faktor, yaitu: iklim, vegetasi, topografi, sifat tanah, dan manusia
Lebih terperincipenyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25
penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May 2011 23:25 Penyebab terjadinya Erosi Tanah Gambar : Kebakaran hutan, hutan gundul dan daerah longsor Menurut kalian apakah tanah bisa mengalami
Lebih terperinciPOLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING
POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;
Lebih terperinciMETODE KONSERVASI LAHAN SECARA VEGETATIF
METODE KONSERVASI LAHAN SECARA VEGETATIF Kelompok 1: Ahmad Agung Masykuri, Ahmad Yasin, Ajeng Rizki Nugraheni, Okta Via Anggraini, Wahid Hasyim A. A., Gregorius Nopria A, Agung Pria S., Aan Nurdianto,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah
Lebih terperinciManusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat
AMDAL (AGR77) Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat pendapatan, penguasaan teknologi, dan
Lebih terperinciSeminar Nastonal Peternakan dan Vetertner 1997
Seminar Nastonal Peternakan dan Vetertner 1997 USAHATANI BUDIDAYA LORONG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI WILAYAH GUNUNG MAS KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH TATO
Lebih terperinciTri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Lahan Dengan Tanaman Koro Benguk Penghasil Bahan Organik
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 170-175 Peningkatan Kualitas Lahan Dengan Tanaman Koro Benguk Penghasil Bahan Organik
Lebih terperinciMETODE KONSERVASI TANAH DAN AIR
METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH Menjaga struktur tanah agar tidak terdispersi. Mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan. Pendekatan: (1) Menutup tanah, dengan tumbuhan/tanaman/sisa
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinciBEBERAPA UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAH DI LAHAN KERING
2004 Dedi Nursyamsi Posted: 14 May 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Mei 2004 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof.
Lebih terperinciMakalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )
KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari
Lebih terperinciPENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI BERBASIS TANAMAN SAYURAN DI SENTRA TEMBAKAU
PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI BERBASIS TANAMAN SAYURAN DI SENTRA TEMBAKAU H. Suganda dan Ai Dariah ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaikai
Lebih terperinciMETODE KONSERVASI TANAH DAN AIR
METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH Menjaga struktur tanah agar tidak terdispersi. Mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan. Pendekatan: (1) Menutup tanah, dengan tumbuhan/tanaman/sisa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciKAJIAN PERANAN TANAMAN HEDGEROW DALAM SISTEM USAHATANI KONSERVASI DI LAHAN KERING TERHADAP SIFAT FISIK TANAH
Rupa Matheus, Kajian Peranan Tanaman Hedgerow 61 KAJIAN PERANAN TANAMAN HEDGEROW DALAM SISTEM USAHATANI KONSERVASI DI LAHAN KERING TERHADAP SIFAT FISIK TANAH Rupa Matheus Program Studi Manajemen Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,
Lebih terperinciVIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR
VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH : Penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan tanah dan memperlakukan tanah tersebut agar tidak mengalami kerusakkan. Berarti : 1. menjaga tanah agar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan
Lebih terperinciPEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP
PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciPENGENDALIAN EROSI DAN KAHAT BAHAN ORGANIK TANAH PADA LAHAN KERING BERLERENG MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN NASIONAL
PENGENDALIAN EROSI DAN KAHAT BAHAN ORGANIK TANAH PADA LAHAN KERING BERLERENG MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN NASIONAL I. Juarsah, R.D. Yustika, dan A. Abdurachman ABSTRAK Laju peningkatan produksi bahan pangan
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciSistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi
Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi 37 Deddy Erfandi, Umi Haryati, dan Irawan Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah
Lebih terperinciFahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah
Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim 263 11. KESIMPULAN UMUM Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Gejala perubahan iklim semakin nyata yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN URUSAN EROSl, SEDIMENTASI DAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LINTAS KABUPATEN/ KOTA
Lebih terperinciPENGARUH PENGELOLAAN BAHAN ORGANIK PADA LAHAN SUB OPTIMAL TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI
PENGARUH PENGELOLAAN BAHAN ORGANIK PADA LAHAN SUB OPTIMAL TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI Ishak Juarsah dan Jati Purwani Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu Bogor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki banyak manfaat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis bahan makanan, bahan pakan ternak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinci4. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH VEGETATIF
Konservasi Tanah Vegetatif 71 4. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH VEGETATIF Djoko Santoso, Joko Purnomo, I G. P. Wigena, dan Enggis Tuherkih Usaha tani tanaman pangan secara intensif dan menetap pada lahan kering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring
Lebih terperinciSYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK
SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Dasar Pertanian Organik 1.2. Kegunaan Budi Daya Organik II. PUPUK ORGANIK 2.1. Pupuk Organik 2.1.1. Karakteristik Umum Pupuk Organik
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Produktivitas Tanah Pada Lahan Kering Di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Nurlaili
Upaya Peningkatan Produktivitas Tanah Pada Lahan Kering Di Kabupaten Ogan Komering Ulu Oleh: Nurlaili Abstract OKU Regency has Tofografi and altitude ranges from 100 to 1000 meters above sea level. OKU
Lebih terperinciPERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM
PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM anah dan air merupakan komponen yang sangat vital dalam menopang
Lebih terperinciAlternatif Teknik Konservasi Tanah untuk Pertanaman Kubis Di Dataran Tinggi Kerinci
Alternatif Teknik Konservasi Tanah untuk Pertanaman Kubis Di Dataran Tinggi Kerinci 38 Umi Haryati, Dedy Erfandi, dan Yoyo Soelaeman Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan
Lebih terperinciPENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN POLA TANAM TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH ULTISOL DAN HASIL JAGUNG
ISSN 14101939 PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN POLA TANA TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH ULTISOL DAN HASIL JAGUNG [THE EFFECT OF CONSERVATION TILLAGE AND CROPPING SYSTE ON PHYSICAL SOIL PROPERTIES AND AIZE
Lebih terperinciRehabilitasi Lahan Marginal dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Konservasi Air
Rehabilitasi Lahan Marginal dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Konservasi Air Q. D. Ernawanto, dan T. Sudaryono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km.4 Malang,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang
Lebih terperinci5. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH MEKANIK
Teknologi Konservasi Tanah Mekanik 103 5. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH MEKANIK Ai Dariah, Umi Haryati, dan Torry Budhyastoro Konservasi tanah mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan tanaman sumber bahan pangan, kandungan karbohidrat pada umbi tanaman ini tinggi. Selain itu, ubikayu juga berpotensi sebagai bahan baku
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang
Lebih terperinciKemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30
Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id air. Upaya tersebut dapat berupa perlambatan kecepatan aliran air dengan membuat
PENDAHULUAN STRATEGI KONSERVASI SUMBERDAYA TANAH DAN AIR Oleh: Dr. Dwi Nugroho Wibowo, MS Staf Pengajar Fakultas Biologi Unsoed Pada dasarnya konservasi tanah dan air dilakukan agar energi yang dihasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) adalah pengelolaan lahan secara terpadu berbasis ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan serat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting untuk dijadikan bahan utama pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan primer
Lebih terperinciGambar 1. Lahan pertanian intensif
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yakni penelitian rumah kaca dan penelitian
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yakni penelitian rumah kaca dan penelitian lapangan. Penelitian rumah kaca dilaksanakan di rumah kaca Pusat Penelitian
Lebih terperinci