BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak a. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestrasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2006). b. Fungsi Pajak Terdapat dua fungsi pajak (Resmi, 2009), yaitu: a) Fungsi Budgetair/Finansial Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran negara. b) Fungsi Regulerend/Mengatur Pajak berfungsi untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan sosial dibidang sosial dan ekonomi. c. Jenis-Jenis Pajak Pajak dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar menurut golongan, sifat, lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2008). Berikut ini adalah pengelompokannya: 13

2 digilib.uns.ac.id 14 1) Menurut golongannya a) Pajak Langsung Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan b) Pajak tidak langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang yang akhirnya dapat dialihkan atau dibebankan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2) Menurut Sifatnya a) Pajak Subjektif Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan b) Pajak Objektif Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPN dan PPnBM 3) Menurut Lembaga Pemungutnya a) Pajak Pusat Pajak pusat adalah pajak yang yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PPB dan Bea Materai.

3 digilib.uns.ac.id 15 b) Pajak Daerah Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas: Pajak Propinsi, contoh: Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Pajak kabupaten/kota, contoh: Pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan. d. Sistem Pemungutan Pajak Waluyo (2007) mengemukakan sistem pemungutan pajak, yaitu: 1) Official Assesment System Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus. 2) Self Assesment System Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang sepenuhnya untuk menghitung besarnya pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.

4 digilib.uns.ac.id 16 3) Withholding System Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memungut atau memotong besarnya pajak yang terutang. 3. Wajib Pajak a. Pengertian wajib pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Resmi, 2009). b. Jenis-jenis Wajib Pajak 1) Wajib Pajak Orang Pribadi Wajib Pajak Orang Pribadi adlah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di indonesia atau di luar Indonesia, dan tidak melihat batasan umur dan juga jenjang sosial ekonomi dengan kata lain berlaku sama untuk semua (non drescrimination). 2) Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, persereoan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam

5 digilib.uns.ac.id 17 bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi dan pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial, politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif atau usaha tetap. 3) Wajib Badan Bendaharawan Wajib Badan Bendaharawan adalah bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, Lembaga Negara lainnya dan kedutaan besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan. 3. Surat Pemberitahuan (SPT) a. Pengertian SPT Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, Objek pajak dan atau bukan Objek Pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

6 digilib.uns.ac.id 18 b. Fungsi SPT Adapun Fungsi Pajak dapat dilihat dari Wajib Pajak, Pengusaha Kena pajak atau Pemotong/Pemungut Pajak adalah sebagai berikut: 1) Wajib Pajak PPh a) Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: i. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; ii. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak; iii. iv. Harta dan kewajiban; Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak. 2) Pengusaha Kena Pajak Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; b) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa

7 digilib.uns.ac.id 19 pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. 3) Pemotong/ Pemungut Pajak Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkanannya (Waluyo, 2007). c. Pengisian dan Penyampaian SPT Cara mengisi dan penyampaian SPT adalah: 1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan; 2) Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan. d. Jenis SPT Memerhatikan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi dua (waluyo, 2007): 1) SPT-Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat;

8 digilib.uns.ac.id 20 2) SPT-Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Tahun Pajak. e. Batas waktu penyampaian SPT Sesuai Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur: 1) Untuk SPT Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak; 2) Untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak. Untuk memudahkan dalam menetapkan batas waktu penyampaian SPT baik Masa maupun Tahun, berikut disampaikan batas waktu penyampaian SPT sebagai berikut: a) SPT Masa Untuk mengetahui batas waktu yang lebih jelas tentang SPT Masa, dapat dilihat di tabel II.1.

9 digilib.uns.ac.id 21 Tabel II.1 Batas Waktu Penyampaian SPT Masa No Jenis Pajak Yang Menyampaikan Batas Waktu Penyampaian Pajak 1. PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 21 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir 2. PPh pasal 22- Impor Bea Cukai 14 (emapt belas) hari setelah Masa Pajak berakhir 3. PPh Pasal 22 Bendaharawan pemerintah 14 (emapt belas) hari setelah Masa Pajak berakhir 4. PPh Pasal 22 oleh DJBC Pemungut Pajak (DJBC) Secara mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran 5. PPh Pasal 22 Pihak yang melakukan penyerahan 6. PPh Pasal 22 badan tertentu Pihak yang melakukan penyerahan berakhir Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir 7. PPh Pasal 23 Pemotongan PPh Pasal 23 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir 8. PPh Pasal 23 Wajib Pajak yang mempunyai NPWp Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir 9. PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal 26 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir 10. PPN dan PPnBM 11. PPN dan PPnBM DJBC 12. PPN dan PPnBM Pengusaha Kena Pajak Bea Cukai Pemungut pajak selain Bendaharawan Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir Paling lambat 7 (tujuh) harii setelah batas waktu penyampaian pajak berakhir Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir Sumber: Dalam buku Waluyo, 2007

10 digilib.uns.ac.id 22 Wajib Pajak yang melakukan pembukuan, SPT Tahunan PPh harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa Neraca dan Perhitungan Laba Rugi serta keterangan lain yang digunakan sebagai dasar menghitung Penghasilan Kena pajak. b) SPT Tahunan Tabel II.2 Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan No Jenis pajak. 1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadin(1770) 2. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (1770SS) yang tidak melakukan kegiatan usaha pekerjaan bebas Yang Menyampaikan SPT Wajib Pajak yang mempunyai NPWP Wajib Pajak yang mempunyai NPWP 3. SPT Tahunan PPh Badan Wajib Pajak yang mempunyai NPWP 4. SPT Tahunan PPh Pasal 21 (1721) Pemotong PPh Pasal 21 Batasan Waktu Penyampaian Selambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir Selambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir Sumber: Dalam buku Waluyo, 2007 f. Sanksi Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam waktu yang telah ditetapkan atau melebihi batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda. Besar dendanya adalah sebagai berikut (Waluyo, 2007): 1) Sebesar Rp ,00 (Lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa PPN;

11 digilib.uns.ac.id 23 2) Sebesar Rp ,00 (Seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya; 3) Sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan; 4) Sebesar Rp ,00 (Seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Orang Pribadi. 4. E-filing Penyampaian SPT melalui e-filing ada dua jenis, antara lain: a. Melalui ASP untuk semua jenis SPT baik orang pribadi maupun badan 1) Pengertian e-filing Menurut KEP-05 /PJ./2005 pengertian e-filing adalah adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). 2) Alat kelengkapan e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) Alat kelengkapan e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)meliputi:

12 digilib.uns.ac.id 24 a) ASP adalah Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak untuk menyalurkan penyampaian SPT secara elektronik ke DJP. b) Surat permohonan e-fin adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagai permohonan untuk melaksanakan e- filing. c) Electronic Filing Identification Number (e-fin) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e Filing). d) Digital Certificate adalah sebuah sertifikat berbentuk digital yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk kepentingan pengamanan data SPT. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encription (Pengacakan) sehingga hanya bisa dibaca oleh sistem tertentu dalam hal ini sistem penerimaan Penyedia Jasa aplikasi (ASP) dan Direktorat Jendral Pajak dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tertentu pula. e) Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan

13 digilib.uns.ac.id 25 Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), yang tertera pada hasil cetakan SPT lnduk, dalam hal e-filing dilakukan melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). f) SPT yang dapat disampaikan tidak hanya SPT Tahunan PPh, namun juga SPT Masa, yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer (e-spt). SPT yang dilaporkan melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider-ASP) yang telah ditunjuk oleh Dirketorat Jenderal Pajak, yaitu: i. ii. iii. iv. Perusahaan ASP wajib memberikan jaminan kepada wajib pajak bahwa SPT yang disampaikan secara e-filing dijamin kerahasiaannya, diterima di Ditjen Pajak secara lengkap dan real time serta diakui oleh pihak wajib pajak dan Ditjen Pajak. b. Melalui web untuk jenis SPT 1770 S dan 1770 SS 1) Pengertian e-filing Menurut PER- 39 /PJ/2011 pengertian e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan atau penyampaian Pemberitahuan

14 digilib.uns.ac.id 26 Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak ( 2) Kelebihan fasilitas e-filing Kelebihan fasilitas e-filing melalui antara lain: a) Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan kapan saja (24/7); b) Murah, tidak dikenakan biaya pada saat pelaporan SPT; c) Penghitungan dilakukan secara tepat karena menggunakan sistem komputer; d) Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT dalam bentuk wizard; e) Data yang disampaikan WP selalu lengkap karena ada validasi pengisian SPT; f) Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas; g) Dokumen pelengkap (Fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong PPh, SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29, Surat Kuasa Khusus, Perhitungan PPh terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau Mempunyai NPWP Sendiri, Fotokopi Bukti Pembayaran Zakat) tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh KPP melalui Account Representative (AR).

15 digilib.uns.ac.id 27 3) Alat kelengkapan e-filing melalui Alat kelengkapan e-filing melalui meliputi: a) SPT Tahunan adalah SPT Pajak Penghasilan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. b) Formulir SPT Tahunan 1770S adalah bentuk formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja; dari dalam negeri lainnya; dan/atau yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final. c) Formulir SPT Tahunan 1770SS adalah bentuk formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp ,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi. d) e-spt adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-spt yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. e) Electronic Filing Identification Number yang selanjutnya disebut e-fin adalah nomor identitas yang diterbitkan oleh

16 digilib.uns.ac.id 28 Kantor Pelayanan Pajak kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-filing. f) Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan, dalam hal e-filing dilakukan melalui website Direktorat Jenderal Pajak. Tanda Tangan Elektronik atau Tanda Tangan Digital adalah informasi elektronik yang dilekatkan, memiliki hubungan langsung atau terasosiasi pada suatu informasi elektronik lain termasuk sarana administrasi perpajakan yang ditujukan oleh Wajib Pajak untuk menunjukkan identitas dan status yang bersangkutan. g) Kode verifikasi adalah sekumpulan angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf yang di-generate oleh Sistem Direktorat Jenderal Pajak yang digunakan untuk keamanan dalam proses e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( h) Notifikasi adalah pemberitahuan kepada Wajib Pajak mengenai status e-spt yang disampaikan melalui e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (

17 digilib.uns.ac.id 29 B. Teknik Analisis Data 1. Metode Penelitian Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan (Azwar, 1997). a. Objek Penelitian Objek penelitian yang diambil penulis yaitu analisis penyampian SPT melalui e-filing di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali. b. Jenis Data 1) Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Nazir, 2003). Penulis menggunakan data kuantitatif berupa jumlah wajib pajak yang menyampaikan SPT melalui e- filing pada tahun 2008 sampai dengan ) Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat sketsa dan gambar (Nazir, 2003). Penulis menggunakan data kualitatif tentang prosedur penyampaian SPT melalui e-filing. c. Sumber Data Sumber data menurut Moleong (2002) dalam bukunya metode penelitian Kualitatif menyatakan bahwa sumber data yang pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.

18 digilib.uns.ac.id 30 1) Data Primer Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung pada bagian Pengolahan Data Informasi (PDI) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dan data tentang aplikasi e-filing. 2) Data Sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari undang-undang yang berlaku, literatur, makalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan. d. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data dan informasi yaitu: 1) Wawancara Metode wawancara adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan terwawancara (nara sumber) yang dilakukan berhadap-hadapan (Hanitijo, 1994). Dengan metode wawancara, penulis dapat langsung bertanya secara langsung kepada pegawai bagian Pengolahan Data dan Informasi (PDI) di KPP Pratama Boyolali mengenai sistem penyampaian SPT melalui e-filing, kendalakendala yang muncul dalam penyampaian SPT melalui e- filing. 2) Studi Kepustakaan Pengumpulan data dan informasi dengan cara mengambil dari literatur-literatur seperti undang-undang perpajakan yang

19 digilib.uns.ac.id 31 berkaitan dengan tema, Keputusan Dirjen Pajak dan sumbersumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 3) Studi Kuesioner Kuesioner merupakan suatu bentuk instrument pengumpulan data yang fleksibel dan relatif mudah digunakan (Azwar, 1997). Untuk penyusunan kuesioner, penulis melakukan prasurvai terlebih dahulu ke wajib pajak dan fiskus guna memperoleh gambaran umum mengenai data e-filing. e. Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 2004). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskrptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 1997). C. Pembahasan 1. Pelaksanaan penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama Boyolali. a. Mekanisme Penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama Boyolali.

20 digilib.uns.ac.id 32 Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Direktorat Jenderal Pajak Penyedia Jasa Aplikasi Mulai Menerima surat permohonan e FIN secara tertulis Menerima e-fin meneruskan ke KPP dimana WP terdaftar e-fin Menerbitkan efin Menerima pendaftaran e-fin, lalu mengirimkan tata cara penyampaian SPT mll e-filing, Aplikasi espt disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya. Menerbitkan Digital Certificate dari DJP Digital Certificate Menerima penyampaian SPT beserta lampirannya SPT Dinyataka n lengkap Membubuhkan bukti penerimaan secara elektronik pada bawah SPT induk Mencetak dan menanda tangani SPT Gambar II.1 Proses E-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)

21 digilib.uns.ac.id 33 Penulis meneliti Prosedur penggunaan e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) langsung ke wajib Pajak atas nama CV. Karunia Jaya Abadi dengan alamat Jl. Bandara Adi Sumarmo Taman Loby kedatangan Ngesrep Ngemplak. CV. Karunia Jaya Abadi menyampaian SPT secara e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) sesuai prosedur yang sudah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut ini. a) Wajib pajak mengajukan surat permohonan Electronic Filing Identification Number (efin) secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan melampirkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. b) Surat Permohonan e-fin dapat disetujui apabila: i. Alamat yang tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (master file) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak; dan ii. Bagi Wajib Pajak yang telah mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan, telah menyampaikan:

22 digilib.uns.ac.id 34 i) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau Badan untuk Tahun Pajak terakhir; ii) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Tahun Pajak terakhir; iii) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk 6 (enam) Masa Pajak terakhir. c) Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (efin) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. d) Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing Identification Number (efin) dapat mendaftarkan diri melalui website satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. e) Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) mengirimkan kepada Wajib Pajak tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filing), aplikasi espt disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya.

23 digilib.uns.ac.id 35 f) Wajib Pajak meminta Sertifikat (digital certificate) ke Direktorat Jenderal Pajak melalui website Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) g) Sertifikat (digital certificate) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filing) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak. h) Wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang telah diisi secara benar, jelas dan lengkap secara elektronik melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) oleh Wajib Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak. i) Apabila Surat Pemberitahuan telah dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan secara elektronik yang dibubuhkan pada bagian bawah induk Surat Pemberitahuan yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak. j) Bukti Penerimaan secara elektronik berisi informasi yang meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Transaksi Penyampaian Surat Pemberitahuan (NTPS) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).

24 digilib.uns.ac.id 36 k) Wajib Pajak mencetak dan menandatangani induk Surat Pemberitahuan yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak l) Wajib Pajak wajib menyampaikan induk Surat Pemberitahuan beserta Surat Setoran Pajak (bila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos secara tercatat, paling lama: i. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan sebelum batas akhir penyampaian; ii. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian. m) Surat Pemberitahuan dianggap telah diterima dan tanggal penerimaan Surat Pemberitahuan sesuai dengan tanggal yang tercantum pada Bukti Penerimaan secara elektronik.

25 digilib.uns.ac.id 37 Wajib Pajak Server e-filing Direktorat Teknologi Informasi Pelaksanaan Seksi PelayananKPP dimana WP terdaftar Kepala Seksi Pelayanan Perpajakan Mulai Mengisi formulir permohonan e- FIN melalui website DJP Menerima permohonan meneruskan ke KPP dimana WP terdaftar Menerima permohonan mencetak e-fin serta meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan Meneliti dan mendatangani e-fin e-fin Mencatat pada buku registrasi e-fin dan mengirimkan e-fin ke alamat WP yang tercantum dalam Materi File WP Selesai Gambar II.2 Tata Cara Pemberian e-fin melalui website DJP

26 digilib.uns.ac.id 38 Wajib Pajak Petugas TPT Pelaksana Seksi Pelayanan Kepala Seksi Pelayanan Mulai Surat Permohonan Menerima, meneliti kelengkapan surat, dan meneruskan Merekam permohonan, mencetak e-fin serta meneruskan e-fin ke Kepala Seksi Pelayanan Alamat WP berbeda dengan MF Nasional? Ya Member dan mengisi formulir perubahan data/perpindahan WP Mengisi formulir perubahan serta lampiran ke KPP dimana WP terdaftar Tidak Alamat WP di wilayah kerja KPP? Ya SOP Tata Cara penyampaian Dokumen di KPP SOP Tata Cara Perubahan Data Identitas WP Tidak Meneliti dan menandatangani e-fin e-fin Mencatat pada buku register e-fin dan menyerahkan e-fin kepada WP SOP Tata Cara penyampaian Dokumen di WP Selesai Gambar II.3 Tata Cara Penerbitan e-fin melalui commit to user di Kantor Pelayanan Pajak

27 digilib.uns.ac.id 39 Server e-filing Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Wajib Pajak Mulai Membuka aplikasi pendaftaran Wajib Pajak e-filing melalui website DJP di Memasukkan NPWP dan e-fin Validasi NPWP dan e-fin by sytem Cocok Tidak Ya Memasukkan alamat , nomor telepon yang dapat menerima SMS dan password yang akan digunakan Merekam alamat , nomor telepon dan password, membuat account WP dengan username berupa alamat WP Halamn Login Wajib Pajak e- Filling melalui website DJP ( 1. Login dengan memasukkan alamat sebagai username dan password 2. Logout Selesai Gambar II. 4 Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak e-filing melalui Website DJP (

28 digilib.uns.ac.id 40 Server e-filing Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Wajib Pajak Mulai Validasi username dan password by sytem Membuka aplikasi e-filing di website Direktorat Jenderal Pajak Cocok Login ke aplikasi e-filing dengan memasukkan username berupa alamat dan password Tidak Mengisi aplikasi e-spt dan meneliti kembali data yang sudah di-entry Generate Kode Verifikasi by system Meminta kode verifikasi untuk pengiriman SPT e-filing 1. Menerima kode verifikasi melalui dan SMS 2. Memasukkan kode verifikasi 3. Mengirimkan e-spt secara e-filing melalui website DJP ( Generate Notifikasi by system Nontifikasi melalui dan SMS Meneliti e-spt by system Bukti Penyampaian SPT berupa BPE Tidak Ya Lengkap? Selesai Gambar II.5 Alur Pengelolahan SPT secara e-filing malalui website Direktorat Jenderal Pajak

29 digilib.uns.ac.id 41. Penulis menganalisis Prosedur Penyampaian SPT secara e-filing melalui yang dilakukan oleh Saudara Okky Cahyo Wibowo dengan Alamat Krangkungan Rt 03 Rw 06 Gagaksipat Ngemplak Boyolali. Menurut Saudara Okky selama menyampaikan SPT secara e-filing hampir tidak ada kendala. Karena beliau sudah paham dengan istilah-istilah dalam e-filing. Justru beliau merasa dimudahkan penyampaian SPTnya melalui e-filing. Prosedur yang dilakukan saudara Okky sesuai dengan PER- 39 /PJ/2011. Berikut prosedurnya: a) Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan secara e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( harus memiliki e- FIN. b) e-fin diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau kuasanya. c) Permohonan disampaikan secara : i. on-line melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( atau ii. langsung ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat dengan menggunakan formulir. d) Dalam hal permohonan disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak atau kuasanya harus : i. menunjukkan asli kartu identitas diri Wajib Pajak atau kuasanya; dan ii. menyampaikan surat kuasa bermeterai dan fotokopi identitas diri Wajib

30 digilib.uns.ac.id 42 Pajak dalam hal permohonan disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak. e) Permohonan dianggap lengkap dan benar dalam hal : nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang tercantum sesuai dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam Master File Nasional Direktorat Jenderal Pajak; dan f) Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan e-fin paling lama : i. 3 (tiga) hari kerja, dalam hal permohonan e-fin disampaikan secara online melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( atau ii. 1 (satu) hari kerja, dalam hal permohonan e-fin disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar. g) e-fin disampaikan kepada Wajib Pajak atau kuasanya dengan : i. dikirimkan melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi, atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke alamat Wajib Pajak yang tercantum pada Master File Nasional Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal permohonan e-fin disampaikan secara on-line melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( atau ii. disampaikan secara langsung, dalam hal permohonan e-fin disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak. h) Untuk terdaftar sebagai Wajib Pajak e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-fin harus mendaftarkan diri paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterbitkannya e-fin.

31 digilib.uns.ac.id 43 i) Pendaftaran e-filing dilakukan melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( dengan mencantumkan : i. alamat surat elektronik ( address); dan ii. nomor telepon genggam (handphone), untuk pengiriman kode verifikasi dan notifikasi. j) Dalam hal Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-fin tetapi tidak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak ( sampai batas waktu yang ditentukan atau e-fin hilang sebelum Wajib Pajak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( Wajib Pajak dapat mengajukan kembali permohonan e-fin. k) Wajib Pajak yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( dapat menyampaikan SPT Tahunan dengan cara mengisi e-spt dengan benar, lengkap dan jelas. l) Wajib Pajak yang telah mengisi e-spt) meminta kode verifikasi pada website Direktorat Jenderal Pajak ( m) SPT Tahunan dibubuhi tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital dengan cara memasukkan kode verifikasi yang didapat dari Direktorat Jenderal Pajak. n) Dalam hal SPT Tahunan menunjukkan status kurang bayar, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) atas pembayaran PPh Pasal 29 harus diisikan pada e-spt sebagai bukti pembayaran yang telah divalidasi.

32 digilib.uns.ac.id 44 o) Wajib Pajak mendapatkan notifikasi setiap menyampaikan SPT Tahunan secara e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( p) Dalam hal e-spt dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik sebagai tanda terima penyampaian SPT Tahunan. q) Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan wajib menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain terkait SPT Tahunan yang tidak dapat disampaikan secara e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak ( ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar apabila diminta oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan. b. Data-data Wajib Pajak yang menyampaikan SPT secara e-filing melalui ASP dan Penggunaan e-filing di KPP Pratama Boyolali melalui ASP dimulai dari tahun 2008, sedangkan aplikasi e-filing melalui dimulai tahun Berikut ini data Wajib Pajak yang menggunakan aplikasi e-filing melalui ASP dan yaitu:

33 digilib.uns.ac.id 45 Tahun Tabel II.2 Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT secara e-filing melalui ASP Tahun (Per 18 Maret 2013) SPT Masa SPT Masa SPT Masa SPT Grand PPh Pasal PPh Pasal PPh Pasal Masa Total 21/26 23/26 4 ayat (2) PPN dan PPnBM Grand Total Sumber: KPP Pratama Boyolali Analisis yang dilakukan penulis tentang Tabel.II.2 adalah jumlah wajib pajak yang meyampaikan SPT secara e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan dari wajib pajak yang sudah tahu dan paham menggunakan fasilitas e-filing, sehingga wajib pajak lebih mudah dan cepat dalam menyampaikan SPTnya. Kendala dalam penyampaian SPT secara e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi adalah sinkronisasi antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dengan Direktorat Jenderal Pajak yang tiba-tiba terputus koneksinya atau membutuhkan waktu lama dalam

34 digilib.uns.ac.id 46 pemrosesan datanya. Fiskus berharap agar pelaporan SPT dengan e-filing setiap tahunnya meningkat, karena membantu kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam mengurangi penumpukan antrian dan volume proses penerimaan SPT, sehingga menciptakan suasana nyaman dalam bekerja. Dengan cepat dan mudahnya pelaporan pajak ini berarti juga akan memberikan dukungan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam hal percepatan penerimaan laporan SPT dan perampingan kegiatan administrasi, pendataan (juga akurasi data), distribusi dan pengarsipan laporan SPT. Tabel II.3 Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT secara e-filing melalui Tahun (Per 18 Maret 2013) Tahun SPT 1770 S dan 1770 SS Grand Total Grand Total Sumber: KPP Pratama Boyolali Analisis yang dilakukan oleh penulis tentang Tabel II.3 adalah Jumlah wajib pajak yang Menyampaikan SPT secara e-filing melalui cenderung menurun. Menurut salah satu fiscus di KPP Pratama Boyolali, hal tersebut dikarenakan sinkronisasi antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dengan Direktorat Jenderal Pajak pusat tiba-tiba terputus koneksinya dan membutuhkan waktu lama dalam pemrosesan data. Hal lain juga dikarenakan Wajib Pajak orang pribadi masih

35 digilib.uns.ac.id 47 banyak yang awam dengan e-filing. Istilah-istilah dalam e-filing yang masih sangat teknis, mengakibatkan wajib pajak rawan ketidakpahaman cara memanfaatkan e-filing. b. Format kuesioner untuk Wajib Pajak dan Fiskus sebagai operator Untuk mengetahui lebih jelas tentang format kuesioner untuk Wajib pajak dan Fiskus sebagai operator terlampir di lampiran 7dan Faktor-faktor yang dapat meningkatkan penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama Boyolali. E-filing Membantu para Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas pelaporan SPT secara elektronik (via internet), sehingga wajib pajak orang pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja, sedangkan wajib pajak badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali secara benar dan tepat waktu. a. Berikut ini faktor-faktor yang dapat meningkatkan penyampaian SPT melalui e-filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali. 1) Sosialisasi secara Langsung Sosialisasi yang dilakukan oleh sebagian Account Representatif dengan mengarahkan wajib pajak untuk menyampaikan SPT melalui e-filing.

36 digilib.uns.ac.id 48 2) Sosialisasi secara tidak langsung Sosialisasi secara tidak langsung mengenai e-filing dan tentang perpajakan lainnya contohnya melalui media televisi lokal, radio lokal, spanduk dan media cetak lainnya. 3) Wajib pajak Meningkatnya penyampaian SPT melalui e-filing berasal dari wajib pajak. Kembali kepada wajib pajak badan maupun orang pribadi yang tertarik dan mau ataupun tidak tertarik untuk memanfaatkan e-filing. Salah satu contoh yang menyebabkan wajib pajak menggunakan e-filing, yaitu dikarenakan hari kerja wajib pajak yang sama dengan fiscus. Jadi hal tersebut membuat wajib pajak lebih memilih menggunakan e-filing dalam melaporkan SPTnya di tempat kerja atau di rumah selama 24 jam dan 7 hari seminggu dengan standar waktu indonesia bagian barat. b. Berikut ini adalah pengumpulan data hasil dari kuesioner mengenai penyampaian SPT melalui e-filing oleh Fiskus dan Wajib Pajak. 1) Kuesioner untuk Wajib Pajak Wajib Pajak sebagian besar yang berasal dari pedesaan menyatakan bahwa mereka tidak tahu apa itu e-filing dan belum pernah menyampaikan SPTnya melalui e-filing. Sedangkan sebagian kecil Wajib Pajak yang menggunakan e-filing menyatakan bahwa

37 digilib.uns.ac.id 49 mereka merasa mendapat kenyamanan, kemudahan dan keuntungankeuntungan lainnya dalam menyampaikan SPTnya. 2) Kuesioner untuk Fiskus sebagai Operator Pihak Fiskus menyatakan bahwa dengan aplikasi e-filing, beban pengolahan SPT menjadi lebih ringan. Kedepannya e-filing akan berprospek baik. Fiskus berharap e-filing dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPTnya. 3) Hasil data kuesioner di lapangan Wajib pajak yang tahu tentang penyampaian SPT melalui e- filing ada 10 orang, yang menggunakan cara e-filing untuk menyampaikan SPT ada 10 orang, bagi yang sudah menggunakan e- filing dan mendapat kenyamanan serta kemudahan dalam menggunakan aplikasi e-filing ada 10 orang. Menurut fiskus e-filing dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT ada 5 orang, yang berpendapat e-filing berprospek baik ke depannya ada 5 orang, yang berpendapat dengan cara e-filing beban pengolahan SPT menjadi lebih ringan ada 5 orang. 3. Kendala-kendala yang terjadi dalam penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama Boyolali serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.

38 digilib.uns.ac.id 50 a. Kendala 1) Sinkronisasi server pusat dan lokal membutuhkan waktu yang lama. Dalam penyampaian SPT melalui e-filing, proses diterimanya data antara kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak dengan kantor wilayah membutuhkan waktu yang lama. Sehingga penyampaian SPT melalui e-filing menjadi tidak efektif dan efisien. 2) Minimnya sosialisasi kepada masyarakat Kurangnya sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak kepada masyarakat, sehingga banyak yang tidak tahu apa itu e-filing, kelebihan e-filing, dan penggunaan e-filing untuk menyampaikan SPT. 3) Jaringan Internet yang belum menyebar ke seluruh wilayah Masih banyak wilayah yang belum adanya akses internet, sehingga Wajib Pajak sulit untuk mengakses website yang sudah disediakan Direktorat Jenderal Pajak dan tidak dapat menikmati pelayanan dan kemudahan yang diberikan Direktorat Jenderal pajak secara online. b. Upaya 1) Perlu adanya perbaikan sistem yag lebih berkualitas dari Direktorat Jenderal Pajak untuk peningkatan pelayanan melalui on-line. Sinkronisasi server pusat dengan lokal harus menjadi perhatian bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dan pada khususnya bagi Direktorat Jenderal Pajak dengan langkah seperti

39 digilib.uns.ac.id 51 meningkatkan kualitas alat jaringan telekomunikasi seperti (LAN, modem, wireless, dan lain-lain) agar kecepatan durasi waktu analisis processing pada aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan kecepatan akses data/informasi melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dapat meningkat. Sehingga penyampaian SPT melalui e-filing lebih efektif dan efisien. 2) Adanya sosialisasi mengenai penyampian SPT melalui e-filing kepada Wajib Pajak Memberikan sosialisasi yang rutin kepada Wajib Pajak mengenai apa itu SPT, cara mengisi SPT, syarat apa saja yang dilengkapi dalam penyampaian SPT dan cara menyampaikan SPT melalui e-filing. Sehingga Wajib Pajak dapat menikmati pelayanan dan kemudahan yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak secara online. 3) Penyebaran internet ke seluruh wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan. Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya Internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu dan pandangan dunia. Kementerian Keuangan sebagai instansi pemerintah menyelenggarakan dalam menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Dalam

40 digilib.uns.ac.id 52 melaksanakan tugas dan kewenanganannya Kementerian Keuangan, melalui Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan dan memberikan layanan on-line kepada masyarakat wajib pajak dalam tatacara pengadministrasian dan pembayaran pajak, baik untuk perseorangan maupun perusahaan dengan memanfaatkan teknologi elektronik, internet global. Jadi Pemerintah Daerah harus menyediakan akses internet ke seluruh daerah. 4) Penyebaran Informasi Selain sosialisasi, petugas harus rutin dalam penyebaran informasi kepada Wajib Pajak agar mereka tahu dan tidak ketinggalan tentang informasi yang ada. Penyebaran informasi bisa secara langsung maupun melalui brosur, spanduk, media cetak, media elektronik dan sebagainya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2014 TANGGAL 6 JANUARI 2014 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 47/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI MENGAJUKAN PERMOHONAN e-fin. e-fin

TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI  MENGAJUKAN PERMOHONAN e-fin. e-fin TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI www.pajak.go.id 1 MENGAJUKAN PERMOHONAN a MELALUI WEBSITE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (www.pajak.go.id) b MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK TERDEKAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN PENDAHULUAN BAB I H. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang mencapai 85,6%, sehingga pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pemenuhan Anggaran Pendapatan Belanja Negara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama (Tahun) 1. Avianto et al., 2016) 2. Sisilia Abdurrohm an et.al., (2015) Judul/Jurnal Analisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Naranthaka (2010) menggunakan teknik analisis data dengan metode silogisme dan interpretasi. Teknik analisis data tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Prosedur e-filing dalam pengadministrasian perpajakan Sesuai dengan peraturan PER-146/PJ/2006 tanggal 29 September 2006, tentang Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN dan Lampiran

Lebih terperinci

PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA

PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA Contributed by Administrator Friday, 23 December 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat. memanfaatkan internet dalam melakukan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat. memanfaatkan internet dalam melakukan pelayanan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi berkembang sangat pesat termasuk juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat terselesaikan

Lebih terperinci

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan) Definisi SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITAN. pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai

BAB III HASIL PENELITAN. pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai BAB III HASIL PENELITAN A.Pengertian a. NPWP (Nomor Pokok wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2014 TANGGAL 7 MARET 2014 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA

Lebih terperinci

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. amanitanovi@uny.ac.id *Makalah disampaikan pada Program Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan tentang Implementasi

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi a. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib rakyat kepada negara yang diatur berdasarkan undangundang yang bersifat memaksa, tanpa imbalan atau balas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai penyampaian Surat Pemberitahuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat BAB IV PEMBAHASAN Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat membantu pembangunan nasional, besar dan kecilnya pajak suatu negara ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KPP Pratama Bandung Cibeunying, Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing

KPP Pratama Bandung Cibeunying, Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing KPP Pratama Bandung Cibeunying, 2014 Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing Definisi dan Dasar Hukum e-filing : suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan

Lebih terperinci

LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET

LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET Amin Isnanto Penerbit: CV. Gunung Perahu Banjarnegara 2014 *landscape lebih baik LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET Amin Isnanto Penerbit: CV. Gunung Perahu

Lebih terperinci

: Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi ABSTRAK

: Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi ABSTRAK Judul Nama : Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi Nim : 1406043046 ABSTRAK e-spt adalah Surat Pemberitahuan beserta lampiran-lampirannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS. Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat

Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS. Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat Latar belakang Proses penerimaan SPT Tahunan selama ini menimbulkan efek antrian WP di

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007 TENTANG BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN, SERTA TATA CARA PENGAMBILAN, PENGISIAN, PENANDATANGANAN, DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Perpajakan Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang telah berkembang dan menerapkannya dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang telah berkembang dan menerapkannya dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan negara dari sektor pajak merupakan peran penting terhadap kelangsungan sistem pemerintahan di suatu negara. Pajak merupakan kontribusi wajib dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE Contributed by Administrator Tuesday, 08 December 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER -Â

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengajuan. Penyelesaian Keberatan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN... i PENGERTIAN DAN DEFINISI... 1 CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK... 1 ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN... 1 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK... 4 i PENGERTIAN DAN DEFINISI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PERPAJAKAN 1. Pengertian Pajak Menurut Waluyo (2013: 2) pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 menyebutkan bahwa arti pajak adalah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah penerimaan dari sektor perpajakan. Hal ini membuat pajak mempunyai peranan yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN e-spt TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEKAYU

PELAKSANAAN e-spt TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEKAYU ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, Februari 2015, h. 11-20 PELAKSANAAN e-spt TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEKAYU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan penurunan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perpajakan Indonesia 1. Pengertian Dan Fungsi Pajak Sumber pendapatan paling populer bagi negara saat ini adalah penerimaan dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Dari berbagai sudut pandang dan pemikiran yang berbeda, memberikan batasan pengertian yang berbeda pula mengenai pajak. Berikut beberapa pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat berdasarkan undang-undang dan ketentuan pelaksanaannya. Pajak merupakan salah satu penerimaan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Sebagaimana tujuan dari negara Indonesia juga dapat sama-sama kita

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Sebagaimana tujuan dari negara Indonesia juga dapat sama-sama kita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas Akhir Pajak memegang peranan penting terhadap penerimaan negara dan bertujuan untuk pembangunan nasional serta kemakmuran rakyat. Dengan adanya pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dan Jenis Surat Pemberitahuan Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 11, menyebutkan bahwa Surat Pemberitahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1, tentang Ketentuan Umum dan Tata

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah: digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah: Kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak dilakukannya reformasi pajak yang pertama pada tahun 1984, diharapkan penerimaan pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata serta partisipasi masyarakat dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemahaman Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: 1. Soemahamidjaja yang dikutip oleh Ilyas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

DIREKTORAT PENYULUHAN, PELAYANAN, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT

DIREKTORAT PENYULUHAN, PELAYANAN, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT DIREKTORAT PENYULUHAN, PELAYANAN, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Undang-undang perpajakan dibuat sebagai pedoman bagi berbagai pihak, terutama bagi Wajib

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah :

BAB III PEMBAHASAN. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah : BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Teori Keperilakuan dalam Pengembangan dan Implementasi Teknologi

Lebih terperinci