PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG"

Transkripsi

1 PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Oleh Anto Sugianto A PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Anto Sugianto A PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

3 RINGKASAN ANTO SUGIANTO. Pengaruh Interstock terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Interstock terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng yang dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan pada bulan Nopember 2004 Juni Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah batang atas yang terdiri dari kultivar Nambangan (V1) dan kultivar Cikoneng (V2). Faktor kedua adalah jenis Interstock yaitu : Flying Dragon (I1), Troyer (I2), Citrumelo (I3), dan Rangpur lime (I4), diulang sebanyak 4 kali. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, tanaman telah berumur 2 tahun saat dipindahkan ke drum. Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan Interstock terpilih. Hasil okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan dan Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Bibit yang sebelumnya ditanam di dalam polybag, dipindahkan ke wadah drum diameter 60 cm, tinggi 40 cm dengan media yang baru yaitu : campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (2:1:1). Pemindahan tanaman ke dalam drum dilakukan pada 2-3 januari Penyiraman bibit dilakukan setiap satu hari sekali sebanyak 3 liter air untuk tiap bibit dalam drum. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya dan diberikan pupuk daun pada minggu ke-3 setiap bulannya sebanyak 2 ppm. Secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Jenis Interstock Flying Dragon bersifat menghambat pertumbuhan batang atas, sebaliknya Interstock Citrumelo bersifat memacu pertumbuhan batang atas. Sementara itu, Interstock Troyer dan Rangpur Lime bersifat intermediate berada diantara sifat Flying Dragon dan Citrumelo. Pertumbuhan tanaman batang atas Nambangan dengan Interstock Citrumelo cenderung lebih cepat dan lebih besar dari kombinasi perlakuan yang lain.

4 Judul : PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Nama : Anto Sugianto NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Lepang Besar Kota Bumi, Lampung Utara pada tanggal 01 Nopember Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara dari Bapak Udin A. dan Ibu Sulaida. Tahun 1995 penulis lulus dari SDN 01 Lepang Besar, kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 08 Bandar Lampung. Selanjutnya pada tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 09 Bandar Lampung. Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN. Penulis diterima sebagai mahasiswa Hortikultura, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjabat sebagai ketua divisi beasiswa SCFC (Student's Centre For Charity) BEM Faperta IPB 2002/2003. Penulis juga pernah menjadi humas pada kepanitiaan Festival Tanaman ke XXV Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB 2004/2005. Pada tahun 2004 penulis berhasil mendapatkan penghargaan Outstanding Academic Excellence Odd Semester. Selanjutnya Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Hortikultura dan Dasar-dasar Hortikultura semester genap 2004/2005. Pada semester ganjil 2005/2006 menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Dasardasar Agronomi.

6 KATA PENGANTAR Puji Syukur ke hadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Interstock terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan dan Cikoneng. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan yang diberikan selama penelitian berlangsung hingga tulisan ini dibuat. 2. Prof. Dr. Ir. G. A. Wattimena, MSc dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS sebagai dosen penguji atas petunjuk yang diberikan. 3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing akademik. 4. Keluarga tercinta, Bapak, Umak, Bang Imam, Yuk Lina, Bang Iwan, Yuk Eni, Yuk Dian, Berlin, Arung, Calvin, Puput dan Akbar, atas kasih sayang yang diberikan selama ini, i love you so much Teman-teman seperjuangan Angkatan 38 Hortikultura : Encep, Fajar, Hendi, Mono, Rully, Aldi, Felix, Devis, Surya, Syamsul, Jimmy, Sun-sun, Ita, Ara, Turi, Gina, Leli, Mami, Herlin, Puput, Zaqi, Tince, Maya dan lain-lain yang saya cintai dan banggakan. 6. Teman-teman satu bimbingan Bhayu, Rohma dan Veti. 7. Anak-anak kosan Pondok Delapan (plus) atas kebersamaannya. 8. Mas Gandi dan seluruh staf kebun percobaan IPB Cikabayan. 9. Mbak Sri dan Mas Herik atas saran-sarannya. 10. Pihak-pihak yang telah membantu penyelesain skripsi ini Akhirnya, semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat khususnya petani, civitas akademik dan penulis sendiri. Bogor, Oktober 2005 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Deskripsi Jeruk Besar... 5 Jeruk Besar Nambangan... 6 Jeruk Besar Cikoneng... 6 Javansche Citroen... 7 Jenis Interstock... 7 Flying Dragon... 7 Troyer... 7 Citrumelo... 8 Rangpur Lime... 8 Okulasi dengan Interstock... 8 METODOLOGI...10 Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tinggi Tanaman Jumlah Daun...16 Luas Daun Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas Jumlah Tunas Panjang Tunas Cabang Sekunder Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 32

8 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Jumlah Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Jumlah Cabang Sekunder Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Jumlah Daun Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Luas Daun Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Diameter Batang Bawah Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Diameter Interstock Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Diameter Batang Atas Tanaman... 38

9 7. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Jumlah Tunas Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Panjang Tunas Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Jumlah Cabang Sekunder Tanaman... 39

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) Berbagai Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock Keragaan Interstock Tanaman; V1 = Nambangan; V2 = Cikoneng; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP... 27

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Besar (Citrus Grandis (L.) Osbeck) merupakan buah nasional yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah. Permintaan terhadap jeruk ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Harjadi (1989), permintaan jeruk meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan kesadaran gizi masyarakat serta kemajuan sektor pariwisata dan industri olahan yang pesat. Jeruk besar mempunyai keunggulan komparatif karena beberapa kultivar hanya ditemukan di Indonesia, namun sebagian telah hilang karena pelestariannya kurang diperhatikan maupun karena serangan penyakit (Susanto, 2000). Dua diantara kultivar yang masih dibudidayakan adalah jeruk besar Cikoneng dan Nambangan. Kultivar Nambangan adalah satu-satunya jeruk besar yang berkembang pesat dan menguasai pasar Jeruk besar di Jakarta dan sekitarnya (Poerwanto et al., 2002). Kultivar Cikoneng pernah popular di kabupaten Sumedang, tetapi hampir punah karena serangan Citrus Vien Phloem Degeneration (CVPD) (Susanto, 2000). Jeruk besar cukup populer di dalam dan luar negeri, mempunyai karasteristik yang khas yaitu ukurannya besar, rasanya segar dan daya simpannya lama (Setiawan dan Sunarjono, 2003). Jeruk ini juga memiliki banyak manfaat yaitu: daging buahnya yang mengandung banyak air dapat langsung dimakan atau dicampur dengan rujak, kadang-kadang sari buahnya diekstrak. Kulit buahnya yang berwarna putih dapat dijadikan manisan (kaula) setelah dibuang kulitnya yang mengandung banyak kelenjar minyak. Di Vietnam bunganya yang harum digunakan untuk membuat parfum, kayunya digunakan sebagai gagang perkakas. Daun, bunga, buah dan bijinya dapat digunakan sebagai obat batuk, demam dan gangguan pencernaan (Niyomdham, 1997; Rukmana, 2002). Perdagangan jeruk besar telah menembus pasar internasional seperti Hongkong, Singapura dan Malaysia (Niyomdham, 1997), namun produksi jeruk besar Indonesia masih belum dapat memenuhi permintaaan yang setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2000 Indonesia tercatat mengekspor kg

12 jeruk besar segar dengan nilai US$ Selain itu Indonesia juga mengimpor sebanyak kg dengan nilai US$ berasal dari Taiwan, Thailand, Australia dan Amerika Latin. Sedangkan pada tahun 2001, jumlah impor jeruk besar segar Indonesia sekitar kg dengan nilai US$ berasal dari Cina, Singapura, Vietnam, Australia, dan beberapa negara Amerika Latin. Nilai ekspornya hanya sebesar 183 kg atau senilai US$ 734 dengan negara tujuan Singapura (Biro Pusat Statistik, 2002). Rendahnya produksi jeruk besar di Indonesia disebabkan oleh kurangnya kemampuan teknik budidaya para petani dan penggunaan bibit jeruk yang terinfeksi penyakit. Ketersediaan bibit bermutu pada saat yang tepat merupakan kunci dalam mengusahakan tanaman jeruk (Poerwanto, 2000). Kesalahan dalam memilih bibit akan berakibat fatal oleh sebab itu pengembangan bibit yang berkualitas perlu diusahakan. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang bermutu adalah dengan melakukan penyambungan, yaitu menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah. Tujuannya adalah untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan tanaman aslinya (Rochiman dan Harjadi, 1973). Di Indonesia, penempelan merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk perbanyakan tanaman jeruk besar secara komersial (Supriyanto, 1990). Iwamasa et al. (1994) menyatakan bahwa fase juvenile seedling jeruk dapat dipersingkat dengan mengokulasikan mata tempel pada tanaman batang bawah dewasa. Hasil penyambungan batang atas diharapkan menghasilkan pertumbuhan optimum dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas buah yang baik. Sedangkan batang bawah diharapkan memiliki sistem perakaran yang kokoh sehingga dapat beradaptasi pada lahan yang kurang subur dan tahan terhadap penyakit (Garner, 1976). Kultivar batang bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah Rough Lemon dan Javansche Citroen. Kedua kultivar tersebut dipilih karena berbagai keunggulan yang dimiliki. Flying Dragon, Citrumelo, Volkameriana, dan Rangpur Lime merupakan kultivar batang bawah yang banyak dipakai di luar negeri. Tetapi varietas tersebut tidak semua dapat digunakan sebagai batang bawah di

13 Indonesia, misalnya Flying Dragon merupakan tanaman daerah sub-tropika, sehingga kurang adaptif di daerah tropika. Batang bawah tersebut dapat digunakan di Indonesia sebagai interstock yang disambungkan dengan batang bawah yang adaptif seperti Javansche Citroen dan Rough lemon (Susanto, 2000). Penggabungan antara batang atas dan batang bawah dapat menyebabkan kecocokan atau ketidakcocokan yang akan mempengaruhi perkembangan dan prokdutivitas tanaman. Untuk menghindari ketidakcocokan antara batang atas dan batang bawah dapat digunakan interstock. Interstock adalah bagian batang yang dipakai sebagai batang perantara antara batang atas dan batang bawah, untuk membentuk bentukan khusus yang tidak dapat dirangsang oleh batang atas maupun batang bawah. Dalam beberapa hal, pengaruh yang ditimbulkan oleh interstock sama dengan pengaruh batang bawah. Interstock dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan generatif batang atas (Hartmann et al., 1997). Penelitian tentang penggunaaan interstock di Indonesia belum banyak dilakukan. Pada tanaman buah-buahan belum ada yang memadai tentang penggunaan interstock dan pengaruhnya terhadap penampilan batang atas. Menurut Susanto et al., (2004) daya gabung dan pertumbuhan tanaman jeruk Cikoneng hasil penyambungan dengan berbagai interstock cukup baik. Tidak terjadi incompatible antara batang atas dan batang bawah. Jenis interstock Rangpur lime bersifat paling menghambat pertumbuhan jeruk besar Cikoneng, sebaliknya interstock Citromelo bersifat memacu pertmbuhannya. Sementara Flying dragon dan Troyer bersifat intermediet, berada diantara sifat Rangpur lime dan Citrumelo. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng hasil penyambungan dengan beberapa interstock yang berbeda.

14 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatif dari batang atas Nambangan dan Cikoneng. 2. Interstock yang berbeda mempunyai kemampuan berbeda dalam mengendalikan pertumbuahan vegetatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara batang atas dan interstock terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman.

15 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jeruk Besar Jeruk besar merupakan tanaman asli Asia. Jeruk ini telah tersebar ke Indocina, Cina bagian selatan, bagian paling selatan Jepang, India, wilayah mediteran, dan Amerika tropik (Niyomdham, 1997). Jeruk Besar termasuk tanaman jeruk yang banyak dibudidayakan, tergolong dalam anggota famili jerukjerukan (Rutaceae), yang beranggotakan tak kurang dari 1300 jenis tanaman (Setiawan dan Sunarjono, 2003). Di Indonesia jeruk besar tersebar di Aceh Timur, Gianyar, Banggai, Bone, Pangka Jene dan Buton, sedangkan di Jawa terdapat di Garut, Pemalang, Magetan dan Jember (Harjadi, 1989). Jeruk besar banyak tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 400 meter diatas permukaan laut (dpl). Daerah yang cocok untuk pertanaman jeruk besar adalah daerah basah sampai setengah kering, asal air tanah letaknya di bawah 50 cm dari permukaan tanah dan tidak kurang dari 150 cm dari permukaan tanah (Sarwono, 1994). Tanaman jeruk besar berbentuk pohon. Tingginya antara 5-15 meter. Batangnya kuat, agak bengkok. Garis tengah batang antara cm. Kulit batang agak tebal, dari luar berwarna coklat kuning, dari dalam kuning. Dahan waktu masih muda bersudut, lama-kelamaan menjadi bulat dan berwarna hijau tua. Tajuk pohon agak rendah tidak beraturan. Cabangnya berjauhan dengan ujung yang merunduk. Dahan dan cabang tanaman ini ada yang berduri, ada yang tidak. Letak daun terpencar-pencar, bentuk daun bulat telur, besar dan ujung daun tumpul. Tepi daun agak rata, dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun bersayap lebar, warna hijau kuning, berbulu agak suram, daun muda tidak berbulu (Sarwono, 1994; Niyomdham, 1997). Bunga jeruk besar merupakan bunga tunggal atau majemuk yang bertandan. Bentuk bunganya agak besar, baunya harum, kelopak bunga berbentuk lonceng atau cawan. Tajuk bunga 4-5, waktu masih kuncup tersusun seperti genting. Benang sari 25-35, tegak, berbekas 4-5. Setelah mendapat sinar matahari terlepas satu sama lainnya. Panjang benang sari tidak seragam. Waktu berbunga terutama pada akhir musim kering (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

16 Buah jeruk besar berbentuk agak bulat sampai lonjong, berdiameter cm, berwarna kuning kehijauan, mempunyai banyak sekali bintik kelenjar, kulit buahnya setebal 1-4 cm, segmennya berisi daging buah yang besar-besar, berwarna kuning pucat sampai merah jambu, berisi cairan yang rasanya agak manis. Biji berukuran besar, jumlahnya tidak banyak, berpinggiran, berwarna kekuning-kuningan, dan berembrio tunggal (Niyomdham, 1997). Jeruk Besar Nambangan Jeruk besar yang berasal dari Nambangan sebuah kelurahan di Kodya Madiun, Jawa Timur ini sangat populer di daerah Magetan dan merupakan varietas unggulan. Jeruk ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun, memiliki karakteristik buah yang bulat, pendek, dengan kulit buah berwarna kuning kehijauan. Daging buahnya berwarna merah muda hingga jingga bila buah jeruk ini telah tua (dewasa). Rasa buahnya sedikit masam serta banyak mengandung air. Jeruk ini memiliki daya simpan yang cukup lama pada suhu kamar sekitar 4 bulan. Setelah penyimpanan, kulit buahnya menjadi sedikit keriput tetapi daging buahnya tetap segar (Setiawan dan Sunarjono, 2003). Jeruk Besar Cikoneng Jeruk besar Cikoneng banyak ditanam di daerah Sumedang, Jawa Barat. Punahnya jeruk Cikoneng, disebabkan oleh serangan penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) sekitar tahun 80-an sehingga tanaman yang terserang menjadi mati kering (Susanto, 2000). Deskripsi jeruk Cikoneng adalah memiliki bentuk tanaman yang seperti payung tinggi tanaman 5-10 m, bentuk daun bulat panjang dengan ujung melebar, warna permukaan daun bagian atas hijau tua dengan perabaan halus dan bagian bawah kekuningan, warna bunga putih dengan posisi di percabangan, jumlah bunga ± 10 per tandan. Buahnya dicirikan dengan kulit buahnya yang berwarna kuning, daging buahnya besar dengan warna kemerah-merahan, kulitnya yang tipis dan kasar dan rasanya yang cukup manis dengan sedikit rasa getir (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

17 Javansche Citroen Javansche Citoen merupakan hasil persilangan (Citus paradisi Citrus limonia). Karasteristik Javansche Citroen mirip denagn Rough lemon, tahan terhadap kekeringan, dapat merangsang pembentukan buah lebih awal dari biasanya dan menghasilkan produksi tinggi dengan kualitas yang baik. Jenis ini peka terhadap Exocortis (Sugiyarto, 1994). Exocortis adalah sejenis virus yang dapat menyebabkan terganggunya kulit tanaman dan menyebabkan tanaman menjadi kerdil (Niyomdham, 1997). Hasil penelitian Rahayuni dan Hadijah (1996) dalam Susanto (2003) tanaman yang ditanam dengan batang bawah Javansche Citroen tumbuh vigor sehingga berukuran lebih besar dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah Rough lemon, Citrus aurantifolia, Citrus amblycarpa, dan Citroen nobilis. Jenis Interstock Flying Dragon Flying Dragon (Poncirus trifoliata var. monstrosa), merupakan hasil silangan dari Rangpur x Troyer. Batang bawah ini sering dipakai untuk jenis jeruk Mandarin, Orange dan Kumquat. Flying Dragon mempunyai karakteristik mampu mengurangi ukuran pohon apabila dipakai sebagai batang bawah pada berbagai jenis jeruk (Roose et al., 1989). Menurut Ashkenazi et al. (1999) produktivitasnya tinggi, tahan terhadap penyakit busuk akar, toleran terhadap tristeza, Phythopthora, dan Nematoda. Troyer Troyer merupakan batang bawah yang sering dipakai di California, Meksiko, Afrika Selatan, dan Australia dan sering digunakan sebagai batang bawah Orange, Grapefruit (jeruk besar), Lemon dan jeruk Mandarin. Karakteristik dari batang bawah ini adalah mampu mendorong tanaman tumbuh lebih vigor, produktivitasnya tinggi, tahan terhadap exocortis tetapi rentan terhadap serangan xyloporosis (Saunt, 1990). Menurut Wah (1991) Troyer dan Citrumelo dapat digunakan pada tanah yang tergenang karena tidak terkena tristeza.

18 Citrumelo Citrumelo merupakan kultivar dihasilkan dari persilangan Citrus paradisi dengan Poncirus trifoliata. Swingle Citrumelo merupakan salah satu batang bawah yang paling potensial untuk grapefruit dan jeruk manis. Kultivar ini mempunyai derajat poliembrioni tinggi dan sangat vigor dalam pembibitan. Menurut Wutcher dan Dube (1977), grapefruit Redblush yang disambung dengan batang bawah Swingle Citrumelo menghasilkan produksi buah tertinggi dibandingkan dengan 17 batang bawah lainnya. Penyambungan grapefruit dengan Swingle Citrumelo dapat meningkatkan kualitas buah dan efisiensi hasil, sehingga dapat ditanam dengan kerapatan tinggi (Fallahi et al., 1989). Menurut Sugiyarto (1994) Citrumelo mempunyai pertumbuhan subur, resisten terhadap Nematoda, sangat resisten terhadap Phythopthora dan busuk akar dan dapat beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan daerah dengan salinitas tinggi. Rangpur Lime Rangpur Lime adalah batang bawah hasil persilangan Citrus reticulata var. austera dengan Citrus limonia yang memiliki sifat yang mirip Rough Lemon dan Javansche Citroen yaitu dapat beradaptasi dengan baik pada daerah kering. Rangpur Lime dapat beradaptasi dengan baik pada daerah yang kadar lempungnya tinggi dan daerah yang salinitasnya tinggi, akan tetapi kurang baik pada daerah dingin dan tergenang (Wah 1991). Rangpur Lime bersifat toleran terhadap virus tristeza dan Phythopthora dan banyak digunakan sebagai batang bawah lemon. Batang bawah ini sifatnya rentan terhadap serangan exocortis dan xyloporosis (Sugiyarto, 1994). Okulasi dengan Interstock Okulasi adalah pembiakan tanaman dengan cara vegetatif yang melibatkan penyatuan bagian-bagian tanaman dengan jalan regenerasi, yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh menjadi satu tanaman tunggal dimana batang atas yang digunakan terdiri atas satu mata tunas. Batang bawah yang digunakan sebaiknya berasal dari biji karena tidak membawa virus dari pohon induk, dan untuk menyeragamkan genetiknya dapat dipilih bibit nuselar (Harjadi, 1989).

19 Interstock merupakan batang antara yang disisipkan diantara batang bawah dan batang atas. Tanaman yang memakai interstock terdiri dari tiga bagian tanaman yaitu batang bawah, bagian tengah (interstock) dan batang atas yang berasal dari kultivar yang direkomendasikan. Alasan penggunaan interstock adalah untuk menghindari ketidakcocokan (incompatibility) antara batang atas dan batang bawah serta merangsang bentukan khusus yang tidak dirangsang oleh batang atas maupun batang bawah (Hartmann et al., 1997) serta mengontrol pertumbuhan batang atas (Castle and Krezdorn, 1992). Setelah disambungkan akan terjadi pertautan yang terbentuk dari bersatunya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang atas dan batang bawah sebagai tanggap atas pelukaan. Penyatuan batang atas dan batang bawah terjadi dalam waktu 24 jam, selanjutnya pembelahan sel membentuk kalus terjadi pada 2-3 hari setelah penyambungan. Jaringan kalus terdiri dari jaringan parenkimatik. Dengan adanya kambium, jaringan kalus berdeferensiasi menjadi jaringan kambium baru yang akan berkembang menjadi xilem dan floem yang menjadi penghubung hidup antara batang bawah dan batang atas. Dasar dari teknik sambungan ialah meletakkan kambium batang bawah dan kambium batang atas dengan tekanan agar dapat menyatu satu dengan yang lain. Penekanan ini dapat dilakukan dengan pengikatan daerah sambungan dengan tali atau benda lain yang dapat menyatukan kambium batang atas dan batang bawah.

20 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2004 sampai Juni 2005 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan dan Laboratorium Pendidikan Hortikultura (Lab. Dikhort) IPB Dramaga. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan tahun sebelumnya. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan telah berumur 2 tahun terdiri dari batang bawah (rootstock), batang antara (interstock), dan batang atas (scion). Batang bawah yang digunakan adalah Javansche Citroen (JC). Interstock yang digunakan adalah Flying Dragon, Troyer, Citrumelo (Citrus paradisi x Poncirus trifoliata), dan Rangpur Lime (Citrus reticulata x Citrus limonia). Sedangkan batang atas yang digunakan adalah kultivar Nambangan dan Cikoneng. Bahan media tanam berupa campuran tanah, arang sekam, pupuk kandang, dengan perbandingan 2:1:1 satuan volume. Tanaman ditanam pada drum diameter 60 cm dan tinggi 40 cm. Untuk penanggulangan hama dan penyakit digunakan insektisida dan fungisida. Alat yang digunakan adalah jangka sorong, meteran, gunting pangkas, hand sprayer, label, gembor, timbangan analitik dan alat budidaya lainnya Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu kultivar batang atas yang terdiri atas V 1 : Nambangan dan V 2 : Cikoneng. Faktor yang kedua yaitu pemakaian interstock, yang mana I 1 : Flying Dragon, I 2 : Troyer, I 3 : Citrumelo dan I 4 : Rangpur Lime. Dengan demikian, percobaan ini terdiri atas 8 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi dilakukan pengulangan sebanyak 4 ulangan. Kombinasi Perlakuan adalah sebagai berikut: V 1 I 1 : Batang atas Nambangan, interstock Flying Dragon V 1 I 2 : Batang atas Nambangan, interstock Troyer V 1 I 3 : Batang atas Nambangan, interstock Citrumelo

21 V 1 I 4 : Batang atas Nambangan, interstock Rangpur Lime V 2 I 1 : Batang atas Cikoneng, interstock Flying Dragon V 2 I 2 : Batang atas Cikoneng, interstock Troyer V 2 I 3 : Batang atas Cikoneng, interstock Citrumelo V 2 I 4 : Batang atas Cikoneng, interstock Rangpur Lime Model aditif untuk percobaan ini adalah: Y ijk = µ + V i + I j + (VI) ij + ε ijk Keterangan: Yijk : Nilai pengamatan peubah tertentu pada bibit jeruk pada ulangan ke-k, pada kombinasi perlakuan (taraf ke-i dari kultivar batang atas dan taraf ke-j dari pemakaian interstock terpilih). µ : Nilai rataan umum. Vi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari kultivar batang atas. Ij : Pengaruh aditif taraf ke-j dari penggunaan interstock terpilih. (VI)ij : Pengaruh interaksi pada taraf ke-i kultivar batang atas dan taraf ke-j pemakaian interstock terpilih. εijk : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan kultivar batang atas ke-i, interstock ke-j dan pada ulangan ke-k. i : 1,2 j : 1,2,3,4 k : 1,2,3,4 Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata secara statistik pada α = 5% dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Pelaksanaan Penelitian ini menggunakan bibit yang telah berumur kurang lebih 2 tahun terhitung semenjak okulasi pertama saat dipindahkan ke dalam drum. Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan interstock terpilih. Hasil okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan dan Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Bibit yang sebelumnya ditanam di dalam polybag dipindahkan ke wadah drum berukuran cm dengan media yang baru. Pemindahan tanaman ke dalam drum dilakukan pada 2-3 Januari 2005.

22 Penyiraman bibit dilakukan setiap hari sekali untuk memberikan air pada keseluruhan bibit. Setiap penyiraman diberikan 3 liter air untuk tiap bibit dalam drum (Harjadi, 1986). Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya dan diberikan pupuk daun Gandasil D sebanyak 2 g per liter air pada minggu ke-3 setiap bulannya. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual dan penyemprotan dengan pestisida (insektisida ataupun fungisida) dengan konsentrasi sesuai anjuran. Pengamatan Variabel atau peubah yang diamati adalah: 1. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari batas sambungan (tempat penempelan / okulasi) antara batang atas dan interstock sampai dengan titik tumbuh. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali. 2. Jumlah daun. Dihitung dari daun-daun yang muncul setelah tanaman pecah tunas dan daun telah terbentuk sempurna pada satu tanaman, dengan pengamatan dua minggu sekali. 3. Total Luas Daun. Total Luas Daun dihitung dengan menggunakan metode gravimetri. Penghitungan dilakukan satu bulan sekali. 4. Diameter batang. Batang yang diukur meliputi batang bawah, interstock dan batang atas. Batang diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong. Bagian batang yang diukur diberi tanda dengan menggunakan spidol anti air yang berwarna hitam. Pengamatan dilakukan satu bulan sekali. 5. Jumlah dan Panjang Tunas. Jumlah tunas yang muncul dari batang atas dihitung dan diukur panjangnya. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali. 6. Jumlah Cabang Sekunder. Pengamatan ini dilakukan dua minggu sekali.

23 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung pertumbuhan vegetatif tanaman cukup baik. Sampai akhir penelitian belum terlihat gejala ketidakcocokan antara batang atas, interstock, dan batang bawah (Gambar 1). V1I1 V1I2 V1I3 V1I4 V2I1 V2I2 V2I3 V2I4 Gambar 1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP. Jenis hama yang menyerang tanaman cukup banyak walaupun tanaman ditanam di dalam rumah kaca. Pada awal penelitian tanaman banyak yang terserang hama kutu perisai, serangan hama diatasi secara manual dengan cara membersihkan kutu dengan sikat. Hama lainnya yang menyerang tanaman yaitu belalang (Valanga nigricornis), ulat anjing (Papilio demodocus Esper ordo Lepidoptera), ulat pengorok daun (Phyillocnictis citrella staint), Kutu putih (Planococcus citri Risco) dan Tungau (Tenuipalsus sp.). Serangan hanya

24 menyerang sebagian kecil dari keseluruhan tanaman yang digunakan. Pada akhir penelitian ada beberapa tanaman yang terserang penyakit embun jelaga (Capnodium citri). Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dikendalikan secara manual dan secara kimia. Hama ulat, belalang, dan tungau dikendalikan dengan mematikan hama yang menyerang tanaman, serangan hama tidak membahayakan karena pengendalian cepat dilakukan saat tingkat serangan masih rendah. Secara kimia pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis (2 cc/liter). Tinggi Tanaman Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman tidak dipengaruhi secara nyata oleh batang atas dan penggunaan interstock ( Tabel Lampiran 1). Batang atas Nambangan memiliki tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi dibandingkan batang atas Cikoneng selama penelitian berlangsung. Pada akhir penelitian (23 MSP) batang atas Nambangan memiliki tinggi sebesar cm sedangkan batang atas Cikoneng memiliki tinggi sebesar cm (Gambar 2) Tinggi Tanaman (c Nam bangan Cik oneng Minggu Setelah Tanam (MST) Gambar 2. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Tanaman yang disambungkan dengan interstock Citrumelo mempunyai tinggi tanaman cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang disambung dengan ketiga interstock lainnya yang digunakan pada penelitian ini. Hingga 23 MSP batang atas dengan interstock Citrumelo memiliki tinggi sebesar cm. Pada minggu yang sama batang atas dengan interstock Flying Dragon

25 memiliki tinggi tanaman cm, sedangkan batang atas dengan interstock Troyer dan Rangpur Lime masing-masing memiliki tinggi tanaman sebesar cm dan cm (Gambar 3) Tinggi Tanaman ( F.Dragon Troy er Citrum elo R.Lim e M inggu Setelah Pemindahan (MSP) Gambar 3. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock Pada 23 MSP batang atas Nambangan yang disambungkan dengan interstock Flying Dragon memiliki tinggi tanaman yang paling rendah yaitu cm, sedangkan yang paling tinggi yaitu Nambangan yang disambung dengan interstock Citrumelo dengan tinggi cm. Sementara itu pada batang atas Cikoneng, tanaman yang tertinggi adalah tanaman yang disambung dengan interstock Citrumelo (56.68 cm) sedangkan yang terendah pada tanaman dengan interstock Rangpur Lime (41.08 cm) (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata Tinggi Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan (MSP) cm V1I V1I V1I V1I V2I V2I V2I V2I Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime

26 Jumlah Daun Jumlah daun menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel Lampiran 2). Batang atas Nambangan nyata memiliki jumlah daun yang lebih banyak pada 3, 19 dan 23 MSP. Pada 23 MSP rata-rata jumlah daun batang atas Nambangan sebanyak helai dan helai daun pada batang atas Cikoneng (Tabel 2). Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Batang Atas helai Nambangan (V1) 18.25a a 52.06a Cikoneng (V2) 11.69b b 40.25b Interstock F. Dragon (I1) b 34.75b Troyer (I2) ab 42.38ab Citrumelo (I3) a 51.00ab R. Lime (I4) a 56.50a Interaksi V1I V1I V1I V1I V2I V2I V2I V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Penggunaan interstock mulai memberikan pengaruh yang nyata pada periode akhir pengamatan yaitu 19 MSP hingga 23 MSP. Tanaman dengan Interstock Rangpur Lime memiliki rata-rata jumlah daun yang terbanyak sebesar helai. Jumlah daun tersebut tidak berbeda nyata pada tanaman yang disambungkan pada interstock Citrumelo (51.00 helai) dan Troyer (42.38 helai) tetapi berbeda nyata dengan tanaman yang disambung dengan interstock Flying Dragon yang mempunyai daun sebanyak helai (Tabel 2). Pada batang atas Nambangan, batang atas yang disambung dengan interstock Rangpur Lime yang yang menghasilkan jumlah daun yang cenderung lebih banyak dari ke tiga interstock lainnya yaitu sebanyak helai daun. Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, tanaman yang disambung dengan

27 interstock Citrumelo yang memiliki jumlah daun yang cenderung lebih banyak yaitu sebanyak helai. Penggunaan interstock Flying Dargon menyebabkan batang atas menghasilkan jumlah daun yang cenderung lebih sedikit dibandingkan interstock lainnya (Tabel 2). Luas Daun Luas daun tanaman dipengaruhi oleh penggunaan batang atas dan interstock tetapi tidak ada interaksi antara kedua faktor. Pengaruh batang atas terhadap luas daun terlihat selama masa penelitian, kecuali pada 15 MSP. Pengaruh sangat nyata terjadi pada 23 MSP. Perlakuan interstock menunjukkan berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas daun batang MSP (Tabel 3; Tabel Lampiran 3). Tabel 3. Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Batang Atas cm 2 Nambangan (V1) a a a a a Cikoneng (V2) b b b b b Interstock F. Dragon (I1) b b Troyer (I2) ab ab Citrumelo (I3) a a R. Lime (I4) ab ab Interaksi V1I V1I V1I V1I V2I V2I V2I V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Luas daun batang atas Nambangan terlihat lebih besar dari batang atas Cikoneng sejak awal hingga akhir dari penelitian, kecuali pada 15 MSP. Pada akhir penelitian nilai rata-rata luas daun batang atas Nambangan sebesar cm 2, sedangkan batang atas Cikoneng memiliki rata-rata luas daun sebesar

28 cm 2 (Tabel 3). Interstock Citrumelo mempunyai luas daun yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan interstock yang lain selama penelitian berlangsung. Pada 23 MSP interstock ini nyata menghasilkan luas daun batang atas yang tertinggi yaitu sebesar cm 2, tidak berbeda nyata dengan tanaman yang disambungkan pada interstock Rangpur Lime yang memiliki luas daun sebesar cm 2 dan tanaman dengan interstock Troyer yang memiliki luas daun sebesar cm 2. Sementara itu, tanaman dengan interstock Flying Dragon memiliki rata-rata luas daun yang terkecil yaitu sebesar cm 2, namun pada akhir penelitian penggunaan interstock tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun tanaman (Tabel 3). Pada batang atas Nambangan, tanaman yang disambung dengan interstock Rangpur Lime cenderung memiliki luas daun yang lebih besar dari tanaman yang disambung dengan interstock yang lain pada 23 MSP yaitu sebesar cm 2. Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, batang atas yang memiliki luas daun terbesar yaitu pada batang atas Cikoneng yang disambungkan dengan interstock Citrumelo sebesar cm 2 (Tabel 3). Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas Diameter batang bawah Nambangan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan Cikoneng sampai dengan akhir penelitian. Pada 23 MSP rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Nambangan sebesar cm cenderung lebih besar dari rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Cikoneng yang memiliki rata-rata diameter sebesar cm. Rata-rata diameter batang bawah pada penggunaan interstock berkisar antara mm pada tanaman dengan interstock Rangpur Lime sampai mm pada tanaman yang disambungkan pada interstock Flying Dragon (Tabel 4). Pada batang atas Nambangan diameter batang bawah tanaman urutannya yaitu: Nambangan dengan interstock Citrumelo (13.15 mm) < Nambangan dengan interstock Troyer (13.30 mm) < Nambangan dengan intestock Rangpur Lime (13.43 mm) < Nambangan dengan interstock Flying Dragon (14.10 mm). Sedangkan pada batang atas Cikoneng, Cikoneng dengan interstock Rangpur Lime (12.35 mm) < Cikoneng dengan interstock Troyer (12.85 mm) < Cikoneng

29 dengan intestock Citrumelo (14.13 mm) < Nambangan dengan interstock Flying Dragon (14.45 mm) (Tabel 4). Tabel 4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Batang Atas mm Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock F. Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) R. Lime (I4) Interaksi V1I V1I V1I V1I V2I V2I V2I V2I Keterangan :Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Diameter interstock tanaman hanya dipengaruhi oleh jenis interstock yang digunakan. Pengaruh interstock telah tampak sejak 3 MSP sampai akhir pengamatan. Rata-rata diameter tanaman dengan batang atas Nambangan dan Cikoneng tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Selama penelitian berlangsung tanaman dengan interstock Cirtumelo mempunyai rata-rata diameter yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga interstock lainnya dengan ukuran sebesar mm. Diameter Interstock Flying Dragon sebesar mm, diikuti Troyer sebesar mm, dan Rangpur Lime memiliki ukuran terendah yaitu sebesar mm pada akhir penelitian (Tabel 5). Pada batang atas Nambangan, tanaman yang memiliki diameter interstock yang terbesar adalah tanaman Nambangan yang disambung dengan interstock Citrumelo (20.50 mm) kemudian Nambangan dengan interstock Flying Dragon (18.28 mm), Nambangan dengan interstock Troyer (15.63 mm) dan yang terkecil adalah Nambangan dengan interstock Rangpur Lime (12.88 mm). Tidak berbeda

30 dengan batang atas Nambangan, pada batang atas Cikoneng tanaman yang memiliki diameter yang paling besar, yaitu Cikoneng dengan interstock Citrumelo (21.88 mm), diikuti Cikoneng dengan interstock Flying Dragon (18.58 mm) lalu Cikoneng dengan interstock troyer (14.08 mm) dan yang terkecil pada batang atas Cikoneng dengan interstock Rangpur Lime yaitu sebesar mm (Tabel 5). Tabel 5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Batang Atas mm Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock F. Dragon (I1) 16.98a 17.43a 17.68a 17.64b 17.99b 18.43b Troyer (I2) 12.94b 13.44b 13.70b 13.88c 14.30c 14.85c Citrumelo (I3) 18.93a 19.39a 19.61a 19.88a 20.53a 21.19a R. Lime (I4) 10.25c 10.89c 11.18c 11.45d 12.08d 12.45d Interaksi V1I V1I V1I V1I V2I V2I V2I V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Batang atas Nambangan cenderung memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Pada minggu terakhir pengamatan tanaman dengan interstock Citrumelo memiliki ukuran diameter batang atas sebesar mm, tanaman dengan interstock Rangpur lime sebesar mm, kemudian tanaman dengan interstock Flying Dragon mm dan tanaman dengan interstock Troyer sebesar mm (Tabel 6). Diameter batang atas Nambangan berkisar antara mm yaitu pada tanaman Nambangan dengan interstock Troyer sampai mm pada tanaman Nambangan dengan interstock Rangpur Lime. Sementara itu pada tanaman batang atas Cikoneng ukuran diameter batang atas berkisar antara mm pada

31 tanaman Nambangan dengan interstock Troyer sampai mm pada tanaman Nambangan yang dengan interstock Citrumelo (Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Batang Atas mm Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock F. Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) Rangpur L. (I4) Interaksi V1I V1I V1I V1I V2I V2I V2I V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Jumlah Tunas Peubah jumlah tunas dipengaruhi secara nyata oleh penggunaan interstock tetapi tidak dipengaruhi oleh penggunaan batang atas. Pada akhir penelitian (23 MSP) jumlah tunas batang atas Nambangan sebanyak 4.19 cenderung lebih tinggi dari batang atas Cikoneng yang memiliki jumlah tunas sebanyak 3.94 (Tabel 7). Perlakuan interstock berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas batang atas pada 23 MSP. Ada kecenderungan batang atas dengan interstock Rangpur Lime memiliki jumlah tunas yang tertinggi. Pada 23 MSP tanaman yang disambungkan dengan interstock Rangpur Lime mempunyai jumlah tunas sebanyak 5.25, kemudian tanaman dengan interstock Citrumelo menghasilkan tunas sebanyak 4.75 dan tanaman dengan interstock Troyer memiliki jumlah tunas sebanyak Tanaman dengan interstock Flying Dragron yang mempunyai jumlah tunas yang paling sedikit yaitu sebanyak 2.63 (Tabel 7).

32 Tabel 7. Rata-rata Jumlah Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan 23 MSP Interaksi Batang Atas V1I Nambangan (V1) 4.19 V1I Cikoneng (V2) 3.94 V1I Interstock V1I F. Dragon (I1) 2.63b V2I Troyer (I2) 3.63ab V2I Citrumelo (I3) 4.75a V2I R. Lime (I4) 5.25a V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Pada batang atas Nambangan jumlah tunas terbanyak dihasilkan tanaman Nambangan yang disambungkan dengan interstock Rangpur lime yaitu sebanyak 6.25, sedangkan jumlah tunas yang paling sedikit dihasilkan tanaman Nambangan yang disambungkan dengan interstock Flying Dragon yaitu sebanyak Sementara itu pada tanaman batang atas Cikoneng jumlah tunas terbanyak dihasilkan oleh tanaman Cikoneng dengan interstock Citrumelo yaitu sebanyak 5.75 dan yang paling sedikit pada tanaman Cikoneng yang disambung dengan interstock Flying Dragon yaitu sebanayak 2.50 tunas (Tabel 7). Panjang Tunas Panjang tunas tidak dipengaruhi secara nyata oleh batang atas maupun penggunaan interstock (Tabel 8). Tanaman dengan batang atas Nambangan memiliki panjang tunas cm yang cenderung lebih panjang dibandingkan tanaman dengan batang atas Cikoneng dengan panjang tunas cm. Panjang tunas tanaman berkisar antara cm yaitu pada tanaman yang disambungkan dengan interstock Flying Dragon sampai cm pada tanaman yang disambungkan dengan interstock Citrumelo. Pada tanaman dengan interstock Rangpur Lime memiliki panjang tunas cm dan tanaman dengan interstock Troyer menghasilkan tunas sepanjang cm (Gambar 8). Batang atas Nambangan yang disambungkan dengan interstock Citrumelo memiliki panjang tunas (18.90 cm) yang cenderung lebih panjang dibandingkan batang atas Nambangan yang disambungkan dengan interstock yang lain, sedangkan panjang tunas terpendek terdapat pada batang atas Nambangan dengan

33 interstock Rangpur Lime (16.23 cm). Pada batang atas Cikoneng, panjang tunas berkisar antara cm pada batang atas Cikoneng dengan interstock Flying Dragon sampai cm pada batang atas Cikoneng dengan interstock Citrumelo (Tabel 8). Tabel 8. Rata-rata Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan 23 MSP Interaksi...cm... Batang Atas...cm V1I Nambangan (V1) V1I Cikoneng (V2) V1I Interstock V1I F. Dragon (I1) V2I Troyer (I2) V2I Citrumelo (I3) V2I R. Lime (I4) V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 % Cabang Sekunder Cabang sekunder tidak dipengaruhi secara nyata baik oleh batang atas, jenis interstock maupun interaksi keduannya (Tabel 9). Pada akhir pengamatan (23 MSP) batang atas Nambangan memiliki cabang sekunder (3.06) yang cenderung lebih banyak dari batang atas Cikoneng (1.94). Pada keempat interstock yang digunakan, terlihat batang atas yang disambung dengan interstock Rangpur Lime mempunyai cabang sekunder yang cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 3.75 (Tabel 9). Tabel 9. Rata-rata Jumlah Cabang Sekunder Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan 23 MSP Interaksi Batang Atas V1I Nambangan (V1) 3.06 V1I Cikoneng (V2) 1.94 V1I Interstock V1I F. Dragon (I1) 1.50 V2I Troyer (I2) 1.75 V2I Citrumelo (I3) 3.00 V2I R. Lime (I4) 3.75 V2I Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %

34 Pada batang atas Nambangan, Nambangan yang disambung dengan interstock Rangpur Lime menghasilkan jumlah cabang sekunder yang cenderung lebih banyak dari ketiga interstock lainnya yaitu sebanyak 5.57, sebaliknya Nambangan dengan interstock Troyer memiliki jumlah cabang sekunder yang cenderung lebih sedikit dibandingkan interstock lainnya yaitu Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, Cikoneng yang disambung dengan interstock Citrumelo yang memiliki jumlah cabang sekunder yang cenderung lebih banyak yaitu sebanyak Penggunaan interstock Flying Dargon menyebabkan batang atas Cikoneng menghasilkan cabang sekunder yang cenderung lebih sedikit dibandingkan interstock lainnya yaitu sebanyak 0.75 (Tabel9).

35 Pembahasan Penggunaan interstock dapat mengatasi ketidakcocokan (incompatible) antara batang atas dan batang bawah. Gejala-gejala tidak cocok pada penyambungan tanaman belum terlihat selama penelitian berlangsung. Hartmann et al. (1997) menyatakan beberapa kriteria tidak cocok pada tanaman yang disambungkan adalah tanaman yang telah berhasil tumbuh daunnya menguning, rontok, mati tunas dan mati muda, serta terjadi retak pada bagian penyambungan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pertumbuhan antara batang atas Nambangan dan batang atas Cikoneng. Sejak umur 3 MSP sampai akhir penelitian (23 MSP) secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan batang atas Cikoneng. Batang atas Nambangan memilki jumlah daun dan luas daun yang lebih besar pada periode akhir penelitian. Daun adalah organ fotosintesis yang berperan dalam menghasilkan bahan untuk pertumbuhan yang berfungsi mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman. Selama pertumbuhan vegetatifnya tanaman memerlukan karbohidrat untuk perbesaran sel, perbanyakan dan tahap pertama dari diferensiasi sel (Ashari, 1995). Jumlah dan luas daun batang atas Nambangan yang lebih banyak menyebabkan batang atas ini memiliki jumlah dan panjang tunas yang cenderung lebih besar dari pada batang atas Cikoneng sehingga memiliki kanopi yang lebih besar. Perbedaan pertumbuhan pada batang atas ini disebabkan oleh perbedaan genetik dari batang atas itu sendiri. Makmur (1992) menyatakan ragam genetik terjadi sebagai akibat, tanaman mempunyai karakter genetik yang berbeda. Umumnya dapat dilihat bila varietas-varietas yang berbeda ditanam pada lingkungan yang sama. Pengaruh interstock yang dapat mengendalikan pertumbuhan batang atas merupakan sifat interstock yang penting khususnya dalam pengembangan budidaya tanaman jeruk besar karena hal ini berhubungan dengan kerapatan tanaman di lapang. Tanaman yang pendek memudahkan dalam teknik budidaya seperti penyemprotan, pemangkasan, pemanenan dan lain-lain.

36 Hasil penelitian menunjukkan dari keempat interstock yang digunakan, Flying Dragon merupkan interstock yang paling mengendalikan pertumbuhan batang atas. Tanaman yang disambungkan dengan Interstock Flying Dragon memiliki jumlah daun, luas daun dan jumlah tunas yang terkecil serta memiliki tinggi tanaman yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tanaman dengan interstock lainnya. Sedikitnya jumlah dan luas daun menyebabkan rendahnya jumlah dan panjang tunas yang terbentuk sehingga menghasilkan kanopi tanaman yang kecil disebabkan sedikitnya fotosintat yang dihasilkan yang tidak cukup mendukung pertumbuhan tanaman yang tinggi. Flying Dragon merupakan interstock yang mampu mengerdilkan batang atas. Hal ini terlihat dari hampir keseluruhan peubah pengamatan terlihat tanaman dengan interstock Flying Dragon cenderung lebih kecil. Menurut Ashkenazi et al. (1999) Flying Dragon (Poncirus trifoliata var monstrosa) merupakan salah satu batang bawah yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman jeruk. Grapefruit 'Star Ruby' diokulasikan pada interstock Flying Dragon dengan batang bawah Citrumelo menghasilkan pertumbuhan sekitar 14.7 % lebih rendah dibandingkan dengan 'Star Ruby' yang diokulasikan langsung dengan batang bawah Citrumelo. Interstock ini dapat digunakan untuk sistem pertanaman dengan populasi tinggi Tanaman yang disambung dengan Interstock Citrumelo, Rangpur Lime dan Troyer mempunyai jumlah daun, luas daun, jumlah tunas yang lebih besar dibandingkan interstock Flying Dragon. Hal ini didukung oleh sifat interstock tersebut yang mendorong pertumbuhan batang atas menjadi vigor. Berdasarkan penelitian Susanto et al. (2004) interstock Citrumelo dan Troyer mendorong pertumbuhan jeruk besar Cikoneng. Demikian pula menurut Wutscher (1989) yang menggolong Rangpur Lime bersama-sama dengan Rough Lemon kedalam kelompok batang bawah yang menyebabkan kandungan nitrogen yang tinggi pada daun batang atas jeruk. Umumnya batang bawah yang demikian juga akan menyebabkan pertumbuhan batang atas yang vigor (Davies dan Albrigo, 1994). Citrumelo dapat memacu pertumbuhan batang atas apabila dipakai sebagai batang bawah karena sifat vigor yang dimilikinya. Menurut Hartmann et al. (1997) tanaman yang mempunyai batang bawah vigor akan sangat mempengaruhi pertumbuhan batang atas tanaman tersebut. Hasil penelitian Wutscher dan Dube

37 (1997) melaporkan bahwa pada tanaman nucellar grapefruit berbatang bawah Citrumelo mempunyai kanopi yang lebih besar dan berbeda secara nyata bila dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah Rough Lemon. Tanaman dengan interstock Rangpur Lime mempunyai pertumbuhan yang hampir sama dengan Citrumelo dan Troyer. Batang atas dengan interstock Citrumelo cenderung memiliki tanaman yang lebih tinggi, luas daun yang lebih luas, dan tunas yang lebih panjang. Batang atas dengan interstock Rangpur Lime cenderung memiliki Jumlah daun dan cabang sekunder yang lebih banyak. Tanaman dengan interstock Citrumelo lebih vigor. Roose et al. (1989) menyatakan bahwa tanaman berbatang bawah Citrumelo mempunyai kanopi yang lebih besar bila dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah Rangpur Lime. Pertumbuhan tanaman dengan interstock Troyer lebih cepat dibandingkan dengan interstock Flying Dragon. Interstock ini mempunyai sifat yang hampir mirip interstock Citrumelo dalam mendukung pertumbuhan batang atas, tetapi tanaman dengan interstock Citrumelo cenderung mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk semua peubah yang diamati. V1I1 V1I2 V1I3 V1I4 V2I1 V2I2 V2I3 V2I4 Gambar 4. Keragaan Interstock Tanaman; V1 = Nambangan; V2 = Cikoneng; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP.

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG. Oleh : Ulfah Alifia A

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG. Oleh : Ulfah Alifia A PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Oleh : Ulfah Alifia A34302001 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG. Oleh : Ulfah Alifia A

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG. Oleh : Ulfah Alifia A PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Oleh : Ulfah Alifia A34302001 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

Oleh: Lollie Agustina Pancawaraswati Putri A /AGR

Oleh: Lollie Agustina Pancawaraswati Putri A /AGR 2004 Lollie Agustina Pancawaraswati Putri Posted: 19 December, 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Batang Atas Jeruk Pamelo Nambangan pada Empat Jenis Interstok

Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Batang Atas Jeruk Pamelo Nambangan pada Empat Jenis Interstok Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Batang Atas Jeruk Pamelo Nambangan pada Empat Jenis Interstok The Vegetative and Generative Growth of Nambangan Pummelo as Affected by Four Interstocks Slamet Susanto

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan 1717 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO Oleh Riyanti Catrina Helena Siringo ringo A34404062 PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN DAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG

PENGARUH NAUNGAN DAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG PENGARUH NAUNGAN DAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG Oleh : RULLY PAISHAL A34301051 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

PERBEDAAN BATANG BAWAH DAN MASA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis)

PERBEDAAN BATANG BAWAH DAN MASA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis) Jurnal Agroteknologi, Vol. 8 No. 1, Agustus 2017: 35 40 PERBEDAAN BATANG BAWAH DAN MASA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis) (Different Type of Rootstock

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jemk Besar Jeruk besar (Citrus grarrdis L) merupakan tanaman asli Indonesia. Selain di Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar dikenal

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut: m. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina widya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

POTENSI PENGGUNAAN BEBERAPA VARIETAS BATANG BAWAH SEBAGAI INTERSTOCK UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BENIH JERUK

POTENSI PENGGUNAAN BEBERAPA VARIETAS BATANG BAWAH SEBAGAI INTERSTOCK UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BENIH JERUK iptek hortikultura POTENSI PENGGUNAAN BEBERAPA VARIETAS BATANG BAWAH SEBAGAI INTERSTOCK UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BENIH JERUK Perbanyakan pada tanaman jeruk umumnya dilakukan secara okulasi dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, 2009.Pupuk Hantu untuk Pertanian Organik.www.pencerah.com.25 Januari 2010.

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, 2009.Pupuk Hantu untuk Pertanian Organik.www.pencerah.com.25 Januari 2010. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2009.Pupuk Hantu untuk Pertanian Organik.www.pencerah.com.25 Januari 2010. Diyansyah, B., 2013. Ketahanan Lima Varietas Semangka Terhadap Inveksi Virus CMV.Diunduh dari pustakapertanian.staff.ub.ac.id.

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN Oleh Whenny Fahruroh A34404009 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A34304035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DIMAS PURWO ANGGORO.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

RESPON UBIJALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) VARIETAS SHIROYUTAKA TERHADAP PEMUPUKAN FOSFOR DAN PEMANGKASAN DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT PRODUKTIF

RESPON UBIJALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) VARIETAS SHIROYUTAKA TERHADAP PEMUPUKAN FOSFOR DAN PEMANGKASAN DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT PRODUKTIF RESPON UBIJALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) VARIETAS SHIROYUTAKA TERHADAP PEMUPUKAN FOSFOR DAN PEMANGKASAN DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT PRODUKTIF Oleh: WIDI ATMOKO A34101038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci