BAB 1. Pendahuluan. kemajemukan yang tampak dari masyarakat Indonesia. Suryadinata (1997:9)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1. Pendahuluan. kemajemukan yang tampak dari masyarakat Indonesia. Suryadinata (1997:9)"

Transkripsi

1 BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia merupakan salah satu dari kemajemukan yang tampak dari masyarakat Indonesia. Suryadinata (1997:9) membagi etnis Cina di Indonesia menjadi dua kelompok, berdasarkan tingkat asimilasi dengan kebudayaan pribumi, yakni Peranakan dan Totok. Secara umum Cina Peranakan mengacu pada kelompok Cina yang telah banyak mengadopsi kebudayaan lokal dan sudah tidak terikat kuat dengan kebudayaan Cina. Sementara Cina Totok mengacu pada kelompok Cina yang masih memegang teguh banyak aspek kebudayaan Cina. Etnis Tionghoa sudah ada di Indonesia sejak abad ke-4. Orang Cina pertama yang datang berkunjung ke Indonesia bernama Fa Hien, seorang pendeta agama Buddha yang singgah di pulau Jawa tahun 413 (Lubis 1995:33). Fa Hien dapat dikatakan pembuka pintu bagi lalu lintas Tionghoa menuju kepulauan Nusantara karena sejak itulah arus masuk etnis Tionghoa ke Kepulauan Nusantara melalui laut dimulai dan dalam jumlah yang semakin lama semakin besar selama beberapa ratus tahun kemudian. Dengan kedatangan Fa Hien ke Indonesia membuat banyak orang Cina berpindah tempat keluar dari negera Cina dengan berbagai alasan seperti mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik dimana mereka seorang buruh yang tidak memiliki tanah yang hendak mencari peluang dengan merantau ke daerah orang, menghindari perang saudara yang sedang terjadi pada waktu itu (Lubis, 1995). Pada mulanya, para imigran dari Cina tersebut tidak berencana menetap selamanya di wilayah baru. Mereka hanya menetap sementara untuk mencari kehidupan lalu kemudian kembali ke tanah kelahirannya. Demikian seterusnya 1

2 berulang-ulang. Oleh karena itulah mereka sering disebut Huaqiao, yang menurut terminologi Cina berarti Tionghoa yang merantau dan akan kembali lagi.mereka para imigran meruapakan Imigran yang melakukan diaspora esensialis. Diaspora Tionghoa inilah yang antara lain kemudian menjadikan masyarakat Nusanatara menjadi masyarakat yang makin majemuk, plural dan multikultur serta tidak lagi homogen. Ketika akhirnya mereka menetap di wilayah di wilayah baru dan bercampur dengan penduduk setempat, sebagian dari mereka melakukan proses asimilasi dengan penduduk setempat dengan cara melakukan perkawinan dengan gadis Indonesia. Kemudian mereka berkembang menjadi komunitas sendiri yang disebut dengan kelompok-kelompok minoritas yang terbentuk karena proses akulturasi. Meski pada gilirannya melahirkan generasi yang baru yang tidak mengenal Tionghoa atau tidak sepenuhnya etnis Cina asli namun tidak dapat dibantahkan isu tentang etnisitas dan etnis dalam konteks Indonesia yang multikultural masihlah bersifat kodrati dan alamiah. Dengan banyaknya orang Cina yang menetap di Indonesia menyebabkan munculnya daerah yang dikenal Pecinan. Munculnya daerah Pecinan disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor politik dan faktor sosial. Faktor politik, pemerintah menginginkan masyarakat Tionghoa dikonsentrasikan di wilayah-wilayah tertentu supaya mudah diorganisir. Kondisi ini sudah dijumpai masa kolonial Belanda. Faktor sosial, muncul keinginan sendiri masyarakat Tionghoa untuk hidup berkelompok karena adanya persamaan aman dan saling bantu-membantuh.(hakim,2015). Akibatnya terbentuk identitas dan karekteristik etnis Tionghoa itu sendiri yang enggan bergaul dengan lingkungan sekitar karena sistem sosial yang menjadi tertutup. Sehingga memunculkan stigma buruk, kecurigaan, prasangka (stereotipe) dari masyarakat pribumi terhadap masyarakat Cina (Tionghoa) hingga sampai saat ini 2

3 tetap masih ada dan hal ini juga merupakan titik awal tumbuhnya sikap eksklusifitas etnis Tionghoa. Citra tersebut sebenarnya bukan keinginan masyarakat Cina (Tionghoa) tetapi dari bentukan pada masa kolonial Belanda yang melokalisasikan pemukiman orangorang Tionghoa untuk hidup terpisah dari masyarakat Bumiputra, supaya tidak lagi terjadi peristiwa Geger Pecinan tahun , pemberontakan yang mengakumulasikan kekuatan etnis Tionghoa dan Bumiputera dalam melawan penjajah atau Belanda. Sebelum insiden ini terjadi, adanya pembantaian etnis Tionghoa oleh Belanda di Batavia yang menewaskan kurang lebih orang etnis Cina karena etnis Tionghoa melakukan pemberontakan terhadap Belanda, insiden tersebut dikenal Batavia Massacre. (Daradjaji,2013) Kehidupan istimewa etnis Cina yang dibentuk pada masa kolonial tersebut membuat keberadaan mereka menimbulkan berbagai masalah dibandingkan dengan keberadaan orang asing lainnya seperti Arab, India, dan sebagainya. Di samping itu kelompok etnis Cina pula lah yang memiliki jumlah yang paling banyak dibanding dengan etnis pendatang lainnya. Mereka hidup dengan gaya eksklusif dan mereka juga yang paling dominan menguasai lingkungan ekonomi dan perdagangan di Indonesia, pada kelompok etnis ini jugalah yang paling sering dijumpai pertikaian dengan kelompok etnik pribumi, sehingga penyelesaian masalah etnik Cina tetap menjadi isu yang menarik (Lubis 1995:6). Belum diterimanya secara penuh etnis Cina sebagai bagian dari bangsa, kemungkinan juga disebabkan oleh tidak adanya istilah yang baku bagi orang Cina yang telah menanggalkan akar-akar kultural mereka dari negeri asal. Diaspora Cina, sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan tentang orang Cina yang menyebar ke berbagai belahan dunia, tidak dapat diterima oleh etnis Cina karena mereka sebenarnya memiliki rasa ikut memiliki terhadap negara di mana 3

4 mereka tinggal, namun pemerintah masih memperlakukan mereka sebagai orang asing (Raharjo, 2005: 15). Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa tidak berhenti hanya pada masa Kolonial Belanda, namun terus berlanjut hingga Orde lama dan Orde Baru. Pada awal kemerdekaan tahun 1945 hingga 1959, pemerintah belum mengambil kebijakan makro yang bersifat diskriminatif terhadap etnis Tionghoa dimana diantaranya banyak etnis Tionghoa diangkat menjadi menteri, anggota kabinet bahkan menjadi anggota TNI.Dan Pada 14 Mei 1959 menjadi awal mulainya kebijakan diskriminasi pemerintah Orde Lama terhadap etnis Tionghoa, pemerintah mengeluarkan PP No. 10/1959 yang isinya Indonesianisasi bidang ekonomi. Kebijakan ini bertujuan untuk mengembangkan dan melindungi pengusaha-pengusaha pribumi dan untuk menekan kekuasaan ekonomi yang berada di tangan etnis Cina. Alhasil, semakin mengeraslah perlakuan rasis terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Bahkan sebagai akibat dari PP No. 10/1959 itu, selama tahun tercatat lebih dari orang Tionghoa meninggalkan Indonesia dan secara tipikal mereka mengalami banyak kesengsaraan. ( Dengan kebijakan tersebut bukan membuat Indonesia menjadi membaik melainkan memperparah kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami krisis ekonomi. Krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang menumpuk membuat pemerintah mengambil langkah-langkah dengan menaikan harga. Krisis ini juga menandai berakhirnya era Soekarno. Berakhirnya era Soekarno ditandai munculnya 3 kekuatan yang mempengaruhi Indonesia yakni PKI, Soekarno dan militer. Pada tanggal 30 September 1965 terjadi pembantaian para petinggi di TNI AD yang dilakukan oleh PKI sehingga dikenal dengan gerakan G.30 S/ PKI. Atas kejadian ini etnis Tionghoa 4

5 dipandang sebagai antek komunis yang menyebarkan paham komunisme di Indonesia karena pada saat itu Presiden Soekarno sangatlah dengan negara komunis Rusia dan RRC (Vinia, 2005). Pemilihan Etnis Tionghoa untuk dijadikan kambing hitam dengan pertimbangan bahwa mereka adalah golongan yang secara politis sangat lemah, tanpa perlindungan dan mudah dipermainkan. Kenyataan ini begitu menyakitkan dan akan membekas dalam setiap orang Etnis Tionghoa yang mengalaminya (Agus wawancara tanggal 18 April 2005). Runtuhnya Orde Lama dan bergantinya Orde Baru merupakan babak baru bagi pemerintahan Soeharto. Pada masa Orde Baru kepemimpinan Soeharto ( ) mengeluarkan program-program dengan kebijakan asimilasi yang menyeruluh pada Keputusan Presidium Kabinet no. 127/U/KEP/12/1966 yang baru diterapkan antara lainnya dengan dikeluarkannya kebijakan dan perundang-undangan kewarganegaraan dan pengantian nama dan merupakan titik awal penghapusan identitas etnis Tionghoa. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan tersebut malah membuat akses yang diberikan negara kepada etnis Tionghoa semakin berbau keterasingan dan terbatas baik dalam politik, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Setelah itu, kebijakan terus silih berganti dengan dikeluarkannya PP No.14/1967 yang berisi tentang pelarangan aktivitas ritual keagamaan. Melalui serangkaian kebijakan tersebut 3 pilar utama eksistensi Tionghoa dihapuskan yaitu media masa berbahasa Cina, sekolah berpengantar bahasa Cina, dan organisasi kemasyarakatan Tionghoa. (Suryadinata,2003). Akibatnya masyarakat Tionghoa merasa jauh dari dan terasing dari kebudayaannya yang selama ini menjadi identitas mereka. Keterasingan etnis Tionghoa dari kehidupan nyata terjadi karena adanya pembatasan-pembatasan yang diterapkan. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan tersebut merupakan awal 5

6 munculnya istilah benteng antara etnis Tionghoa dengan Negara dan pribumi. Insecurity (rasa tidak aman) terhadap Negara dan pribumi kemudian disebut-sebut sebagai penyebab eksklusif nya etnis Tionghoa dibandingkan dengan pribumi dan etnis lainnya. Eksklusifitas ini yang kemudian mulai berkembang menjadi pola hidup dan kebiasaan, bahkan budaya bagi beberapa lapisan etnis golongan Tionghoa itu sendiri. Maka tidak mengherankan timbul gesekan-gesekan di dalam masyarakat karena ini lah yang merupakan akar permasalahan dari kecemburuan sosial, kesenjangan ekonomi maupun stereotipe yang selama ini melekat pada etnis Tionghoa pada masa berakhirnya Orde Baru Mei 1998 (Tim UGM,2014). Berakhirnya Masa Orde Baru merupakan babak baru persoalan Tionghoa. Melalui Instruksi Presiden Habibie dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 26 tahun 1998 menjadi titik awal kebijakan ini dan merupakan Politik Penerimaan. Kebijakan tersebut berisi tentang penghapusan penggunaan istilah pribumi dan non pribumi. Dengan kebijakan tersebut pembedaan status sosiologis dan golongan terhadap Tionghoa, secara de jure tidak ada lagi. Disamping itu, presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan yang sama kepada semua masyarakat untuk berorganisasi dan bebas mengeluarkan pendapat dan tentunya ini merupakan angin segar bagi etnis Tionghoa yang telah terbebaskan dari pembedaan yang selama ini mereka rasakan. Kebebasan etnis Tionghoa dan adanya politik penerimaan yang dibuat oleh presiden B.J.Habibie pada masa berakhirnya Orde Baru yang diganti dengan masa Reformasi, Ketionghoaan di Indonesia mengalami rekonstruksi, sebab identitas Tionghoa baik historis dan budayanya kini diperbolehkan untuk diekspresikan secara terbuka. Kedudukan etnis Tionghoa mengalami perubahan yang cukup mendasar dengan terhapusnya berbagai diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Dalam keadaan inilah muncul tiga kemungkinan perubahan identitas etnis Tionghoa pasca hadirnya 6

7 organisasi kemasyarakatan pada masa runtuhnya Orde baru, yakni (1) semakin berbeda dengan kelompok etnik lainnya di Indonesia (semakin Tionghoa ), (2) semakin terasimilasi, dan (3) mengalami transformasi bertahap hingga menjadi anggota bangsa Indonesia yang setara dengan etnis lain sebagai wujud konstruksi identitas etnis Tionghoa dalam kaitannya mempertahankan identitasnya (Kunriawan,2015). Di masa reformasi, eksistensi Tionghoa kemudian dipulihkan kembali 3 pilar utama yang telah diruntuhkan pada masa Orde baru yaitu Organisasi Kemasyarakatan Tionghoa, media massa berbahasa Cina, sekolah berpengantar bahasa Cina. Masyarakat Tionghoa kemudian membentuk partai berbasis etnis dan tercatat sebagai partai yang aktif masa tersebut yaitu Partai Reformasi Tionghoa Indonesia, Partai Pembauran Indonesia dan Partai Bhinneka Tunggal Ika. Sebagian tokoh Tionghoa yang sejak awal tidak setuju dengan berdirinya partai etnis, memilih bergabung dengan partai bentukan masyarakat Indonesia non Tionghoa atau mendirikan organisasi masa yang lebih berfungsi sebagai presure group. Ini dapat dimaknai bahwa mereka (etnis Tionghoa) adalah masyarakat tidak homogen, tetapi multi etnik dan multi budaya yang memiliki orientasi politik sebagai cerminan orientasi budaya yang berbeda-beda dan beragam. (Suryadinata,2003). Walaupun bermacam-macam tujuan dan kegiatannya namun memiliki kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya yaitu beranggotakan warga Tionghoa. Beberapa organisasi yang menonjol adalah Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) dan Perhimpunan Keturunan Tionghoa Indonesia. Beberapa tokoh PSMTI kemudian memisahkan diri dan membentuk perkumpulan INTI, disusul dengan beberapa organisasi lainnya seperti LSM yang digerakkan oleh para pemuda Tionghoa yaitu Gandi, Solidaritas Nusa-Bangsa, SIMPATIK, dll. 7

8 Dengan munculnya organisasi-organisasi sosial inilah budaya Tionghoa yang dulunya sudah pudar mulai dipulihkan kembali. (Suryadinata,2010). Dengan berhimpunnya masyarakat Tionghoa dalam berbagai organisasi dan bahkan partai politik adalah sebuah praktek representasi untuk menunjukkan posisi atau kemampuannya menyatakan diri sebagai pihak yang bebas dan merdeka. Itu muncul karena adanya perasaan untuk mempertahankan etnisnya dan untuk mepertahankan identitas sosialnya. Sehingga dapat memberi upaya pemberian ruang bagi yang lain (identitas yang berbeda/kaum minoritas) untuk dapat tumbuh berkembang dan mengartikulasi dirinya tanpa rasa takut dan tertekan. Disinilah, identitas Tionghoa maupun bukan Tionghoa menampakkan eksistensinya. Dengan representasi tersebut, akan didapatkan pengakuan keberadaan identitas etnis Tionghoa dan budayanya. (Lubis, 2015: 188) Pada Era Reformasi perjuangan etnis Tionghoa berlanjut dalam memulihkan identitasnya tepatnya tanggal 28 September 1998 Organisasi Kemasyarakatan Tionghoa yaitu Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia atau disingkat PSMTI didirikan mengambil Momentum Era Reformasi yang Demokratis ini. PSMTI mendata ada 14 (empat belas) peraturan serta perundang-undangan yang bersifat diskriminatif terhadap etnis Tionghoa setelah mendata PSMTI mengajukan permohonan kepada Lembaga dan Instansi yang berwenang agar peraturan serta perundang-undangan yang diskriminatif tersebut dicabut, hasilnya sebagian besar peraturan dan perundang-undangan tersebut diatas sudah dicabut, tetapi masih ada 1 (satu) surat yang dirasakan masih mengganjal oleh Masyarakat Tionghoa yaitu : Surat edaran Presidenan Kabinet AMPERA Nomor SE 06 / PRES.K AB / 6 / 1967 Yang isinya adalah penggunaan kata Tjina untuk penyebutan 8

9 terhadap Golongan Tionghoa. ( /Buletin_Edisi_4_Februari_2015.pdf). Pada tanggal 1 Desember 1999 Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) mengajukan Permohonan Pencabutan 14 Peraturan Diskriminatif terhadap Etnis Tionghoa ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. PSMTI mengajukan permohonan kepada Presiden Republik Indonesia untuk mencabut Surat Edaran Presidium Kabinet AMPERA. PSMTI tidak berjalan sendiri dalam memperjuangkan haknya, tokoh masyarakat Tionghoa seperti Murdaya Poo, Sugeng Pranoto (Ketum Hakka) dan organisasi kemasyarakatan lainnya turut membantu dalam mengajukan permohonan Pencabutan surat Edaran tersebut. Pada tanggal 12 Maret 2014, perjuangan etnis Tionghoa akhirnya berbuah hasil, Presiden Republik Indonesia DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan: Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun Tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet AMPERA Nomor SE-06/PRES. KAB/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 Tentang Masalah Tjina. ( Buletin_Edisi_4_Februari_2015(all).pdf). Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk membahas lebih dalam tentang perjuangan etnis Tionghoa dalam mempertahankan identitas etnis yang mempunyai makna yang sangat luas dan multi dimensi dan juga dapat dilihat dari berbagai sudut mulai dari historis, kultur dan budaya nya. Sehingga melalui kehadiran PSMTI dapat menjadi sebuah jembatan dalam mempertahankan identitas yang dimiliki etnis Tionghoa. 9

10 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana PSMTI (Paguyuban Sosial marga Tionghoa Indonesia) dalam rekonstruksi Identitas Tionghoa? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan tentang bagaiamana peran PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) dalam merekonstruksi identitas etnis Tionghoa Manfaat Penelitian Sebuah penelitian diharapakan dapat memberikan manfaat yang baik baik bagi peneliti maupun orang lain. Adapun manfaat yang diberikan adalah sebagai berikut: Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Sosiologi akan pemahaman tentang peran PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) dalam merekonstruksi identitas etnis Tionghoa serta juga dapat memberi referensi kepada peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan penelitian ini Manfaat Praktis Hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini secara praktis diharapakan dapat menambah wawasan dan kemampuan berpikir dalam menyusun karya tulis 10

11 ilmiah, serta hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak baik sebagai bahan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam penelitian sebelumnya atau sebagai referensi yang berkaitan dengan identitas etnis Tionghoa. 1.5.Definisi Konsep 1. Rekonstruksi Identitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rekonstruksi berarti pengembalian ke keadaan semula. Rekonstruksi Identitas ini dapat dikatakan sebagai upaya memulihkan kembali identitas suatu kelompok, etnik atau masyarakat tertentu. Dalam hal ini kelompok tersebut akan berusaha merepresentasi kembali identitas mereka sebagai wujud dari eksistensi yang ada dalam kelompok, etnik atau masyararakat tertentu. 2. Identitas Identitas adalah tanda-tanda, ciri-ciri, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Terbentuknya identitas itu didasari pada kesamaan suku bangsa, persamaan agama yang dianutnya, dan juga kebudayaan dan bahasa yang digunakan untuk berinteraksi. 3. Masyarakat Plural Masyarakat plural (plural society) merupakan suatu masyarakat yang hidup berdampingan secara fisik, tetapi karena perbedaan sosial mereka terpisah-pisah dan tidak terintegrasi dalam satu kesatuan politik. Masyarakat Indonesia pada masa kolonial Belanda sebagai contoh dimana adanya pembagian berdasarkan 11

12 unit-unit ekonomi dimana unit-unit ekslusif hidup menyendiri pada pemukimanpemukiman tertentu dengan sistem sosial masing-masing. 4. Etnik Etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. 5. Etnis Tionghoa Tionghoa adalah salah satu etnis pendatang di Indonesia yang berasal dari RRC. Biasanya mereka menyebutnya dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren atau lazim disebut Huaren. Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa Tionghoa di Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok bagian Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri mereka sebagai orang Han. 6. Paguyuban Sosial Paguyuban sosial merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya terbentuk dari persamaan ikatan yang kuat antar anggota baik bersifat hubungan darah, hubungan kekerabatan maupun tempat asalnya yang memiliki tujuan bersama. 12

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat BAB V Kesimpulan A. Masalah Cina di Indonesia Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat melihat Masalah Cina, khususnya identitas Tionghoa, melalui kacamata kultur subjektif

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan masalah yang krusial dalam tatanan pemerintahan Soeharto. Masalah tersebut begitu kompleks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1].

KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1]. KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1]. WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur warganegara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul 153 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Cina Benteng di Tangerang Pada Masa Orde Baru (1966-1998) kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49 Tanggal 3 Februari 2011 kita semua merayakan Hari Raya Imlek 2562. Bagi penganut Tao, Kong Hu Cu atau Budha yang merayakan Imlek dengan ritual keagamaan mereka. Bagi kita yang bukan penganut agama-agama

Lebih terperinci

Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan. pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau

Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan. pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah sosial politik.

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah sosial politik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnis Tionghoa di Indonesia memiliki sifat politis dan dinamis dalam arti mereka menaruh perhatian pada keadaan dan perkembangan politik disekitarnya. Meski

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya serta adat-istiadat. Diantara sekian banyaknya etnis yang ada di Indonesia, etnis Tionghoa

Lebih terperinci

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Kita memiliki banyak sekali jenis tarian, makanan khas, upacara adat, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Etnis Tionghoa merupakan suku yang berasal dari dataran Tiongkok yang merantau dan mengadu nasib di Indonesia. Mereka bukan seperti suku lainnya di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang luas yang memiliki banyak pulau dan penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan penduduk masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010

BAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010 BAB 4 KESIMPULAN Berbagai bentukan memori seperti memisahkan, mengatasi, dan memasarkan memori telah membangun konstruksi memori kolektif kota Jakarta. Kota Jakarta sejak masa pemerintahan kolonial tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan panggilan Cina sering kali menjadi suatu keambiguan bagi masyarakat Indonesia, sehingga banyak dari mereka yang salah mengartikan kata tersebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, sensitivitas terhadap perbedaan budaya dan perubahan demografis, memberi implikasi pada semakin pentingnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Warga negara diartikan sebagai bagian dari suatu penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Warga negara diartikan sebagai bagian dari suatu penduduk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warga negara diartikan sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Istilah warga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan Diskriminasi di Indonesia

Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan Diskriminasi di Indonesia Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan Diskriminasi di Diskriminasi dalam konteks kultural, hubungan antar-individu, sebenarnya merupakan fenomena yang umum terjadi di manapun di belahan dunia

Lebih terperinci

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL Seminar Dies ke-22 Fakultas Sastra Pergulatan Multikulturalisme di Yogyakarta dalam Perspektif Bahasa, Sastra, dan Sejarah MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL oleh Hilmar Farid Universitas

Lebih terperinci

.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Dab. VII.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan sebelumnya mengenai masalah pembauran di sekolah yang menjadi obyek penelitian khususnya, dan kota Medan umumnya dapat ditarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Kemajemukan ini. yang tercakup di dalamnya, serta ditunjang dengan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Kemajemukan ini. yang tercakup di dalamnya, serta ditunjang dengan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah masyarakat multi etnis yang mencakup lebih dari 360 kelompok etnis, serta dengan banyaknya variasi bahasa yang mereka pakai. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ini di isi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan. Perbedaan tersebut mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah. Walaupun sebenarnya tak hanya

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih BAB I PENDAHULUAN Tidak mungkin ada monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi ( Suara Yogya, 26/11/2010). Itulah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi

Lebih terperinci

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar Wawasan Kebangsaan Dewi Fortuna Anwar Munculnya konsep Westphalian State Perjanjian Westphalia 1648 yang mengakhiri perang 30 tahun antar agama Katholik Roma dan Protestan di Eropa melahirkan konsep Westphalian

Lebih terperinci

Tentang Permohonannya.

Tentang Permohonannya. P U T U S A N No. 42 P/HUM/TH.2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa dan memutus perkara permohonan keberatan Hak Uji Materiil dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan. keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan. keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman dahulu kala dimana setiap daerah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak lahirnya orde baru sampai sekarang ini, kita perlu memperhatikan pokok-pokok pikiran yang mendasari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab V membahas tentang simpulan dan saran. Mengacu pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di Indonesia saja melainkan di dunia karena kemajuannya yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di Indonesia saja melainkan di dunia karena kemajuannya yang pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis yang tidak hanya diperhitungkan tidak hanya di Indonesia saja melainkan di dunia karena kemajuannya yang pesat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akhirnya menetap di Indonesia. Mereka berbaur dengan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. namun akhirnya menetap di Indonesia. Mereka berbaur dengan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia. Etnis ini berasal dari Tiongkok. Mereka adalah pedagang yang berlayar mencari rempahrempah namun

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN 23 BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN A. Pengertian Umum Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap Warga Negara Indonesia dalam arti hak memperoleh akta autentik dari

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN.

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN. Bab Satu Pendahuluan Hela Rotan 1 Hela hela rotan e rotan e tifa jawa, jawa e babunyi Reff, rotan, rotan sudah putus sudah putus ujung dua, dua bakudapa e. Ciptaan: NN. Syair lagu di atas mengingatkan

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci

KISI-KISI UAS SEJARAH

KISI-KISI UAS SEJARAH KISI-KISI UAS SEJARAH Reformasi Kondisi politik masa B.J. Habibie ABRI masa B.J. Habibie Kebijakan Gusdur terhadap etnis Tionghoa Kebijakan politik masa Gusdur Kebijakan ekonomi masa Megawati Prestasi

Lebih terperinci

TERBUKANYA KRAN DEMOKRASI ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA

TERBUKANYA KRAN DEMOKRASI ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA TERBUKANYA KRAN DEMOKRASI ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA Oleh Yuni Maryuni Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon Abstrak: Secara historis,

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis BAB 5 RINGKASAN Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis atau suku bangsa tinggal di dalamnya. Salah satu etnis yang paling menonjol perannya dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa

Lebih terperinci

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa ABSTRAKSI Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok.Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mewadahi berbagai etnis atau suku-bangsa, baik dari lokal Indonesia sendiri maupun asing. Berbagai etnis tersebut memiliki budayanya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc. Modul ke: 03 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Identitas Nasional 2. Parameter

Lebih terperinci

Menanggapi Seruan Bubarkan Perkumpulan Tionghoa

Menanggapi Seruan Bubarkan Perkumpulan Tionghoa Menanggapi Seruan Bubarkan Perkumpulan Tionghoa ChanCT (GELORA45 16-05-2012) Cukup menarik surat Pembaca di Tempo yang ditulis oleh Sastrawinata dengan judul "Bubarkan Perkumpulan Tionghoa", hanya karena

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti.

11. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. 11. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa

Lebih terperinci

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang saat ini dinikmati oleh bangsa Indonesia bukanlah usaha mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu penduduk asli

Lebih terperinci

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa

Lebih terperinci

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5339 DAERAH ISTIMEWA. PEMERINTAHAN. Pemerintah Daerah. Yogyakarta. Keistimewaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. "Dasar Cina lu." "Eh Cina lu! Cina lu!" "Woi Cina ngapain disini?"

BAB IV SIMPULAN. Dasar Cina lu. Eh Cina lu! Cina lu! Woi Cina ngapain disini? BAB IV SIMPULAN Melihat tindakan yang diambil pemerintah dengan menghilangkan panggilan Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa ataupun Tiongkok ke depannya memang merupakan suatu keputusan yang bagus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki keberagaman budaya, termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun sebelum

Lebih terperinci

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan PERTEMUAN KE 2 1 Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Di atas keanekaragaman suku bangsa inilah, konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Di atas keanekaragaman suku bangsa inilah, konstruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masyarakat plural, terdiri dari berbagai suku bangsa yang beraneka ragam. Di atas keanekaragaman suku bangsa inilah, konstruksi kebangsaan Indonesia melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Suatu praktik dalam masyarakat tidak mungkin terpisah sepenuhnya dari kondisi riel masyarakat itu sendiri. Kondisi yang terkait dengan intensitas pelaksanaan

Lebih terperinci

PERISTIWA MEI 1998 DAN IDENTITAS ORANG TIONGHOA DI JAKARTA. C.Dewi Hartati Program Studi Sastra Cina Fakultas Sastra

PERISTIWA MEI 1998 DAN IDENTITAS ORANG TIONGHOA DI JAKARTA. C.Dewi Hartati Program Studi Sastra Cina Fakultas Sastra PERISTIWA MEI 1998 DAN IDENTITAS ORANG TIONGHOA DI JAKARTA C.Dewi Hartati Program Studi Sastra Cina Fakultas Sastra c.dewihartati@gmail.com Abstrak Identitas adalah sebuah konsep pengakuan diri berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan suku yang berstatus penduduk asli dan pendatang mendiami pulau-pulau di Indonesia yang jumlahnya

Lebih terperinci