PERISTIWA MEI 1998 DAN IDENTITAS ORANG TIONGHOA DI JAKARTA. C.Dewi Hartati Program Studi Sastra Cina Fakultas Sastra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERISTIWA MEI 1998 DAN IDENTITAS ORANG TIONGHOA DI JAKARTA. C.Dewi Hartati Program Studi Sastra Cina Fakultas Sastra"

Transkripsi

1

2 PERISTIWA MEI 1998 DAN IDENTITAS ORANG TIONGHOA DI JAKARTA C.Dewi Hartati Program Studi Sastra Cina Fakultas Sastra Abstrak Identitas adalah sebuah konsep pengakuan diri berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada dirinya sehingga berdasarkan ciri-ciri tersebut ia dapat menggolongkan dirinya dalam suatu kelompok tertentu. Dalam penelitian ini mencoba melihat bagaimana orang Tionghoa memaknai kembali identitasnya sebagai orang Tionghoa setelah peristiwa Mei 1998? Apakah peristiwa Mei 1998 memunculkan pertanyaan mendasar di kalangan orang Tionghoa bahwa mereka berbeda dengan kelompok lainnya sehingga mereka mendefinisikan ulang atau memaknai kembali identitas mereka. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: metode wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi yang dipakai dalah triangulasi sumber yang membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Kata kunci : Identitas, Peristiwa Mei 1998, identitas ke Cinaan 1. Pendahuluan Setiap individu memerlukan identitas untuk memberi sense of belonging dan eksistensi sosial dan juga memberi rasa aman melalui belonging tersebut dengan sekelompok orang yang sama. Identitas pada dasarnya untuk menjamin keberadaan diri dengan meminjam kekuatan bersama dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Identitas bukanlah sesuatu yang bersifat baku namun ia sangat cair dan tak berbatas. Dalam antropologi kajian mengenai identitas dapat terlihat seperti yang dikemukakan oleh Fredrik Barth yang mengenalkan konsep kajian kesukubangsaan yang berfokus kepada identitas suku bangsa yang muncul dan ada dalam interaksi sosial dimana fokus kajiannya akan mengarah kepada bagaimana proses identitas/jati diri suku bangsa tersebut dibentuk, dimiliki, dan dipelihara. Kajian suatu kelompok etnis akan menyandarkan dirinya kepada kajian interaksi sosial dimana identitas suku bangsa para pelaku digunakan sebagai atribut dalam berinteraksi (Suparlan,1998;38-39). Sebagai suatu tatanan sosial, suku bangsa mempunyai ciri khas yang mendasar dan secara umum menentukan seseorang termasuk kelompok suku bangsa yang mana, yaitu ciri khasnya yang sifatnya kategori askripsi (categorical ascription) atau ciri khas yang mendasarkan

3 seseorang termasuk ke dalam kelompok suku bangsa tertentu berdasarkan dari latar belakang asal-usulnya. Dalam lingkungan yang berbeda tentunya akan menuntut penampilan yang berbeda pula karena identitas suku bangsa berkaitan dengan nilai budaya standar yang ada, sehingga pada keadaan tertentu seseorang dapat tampil dengan identitasnya tetapi di lain lingkungan atau keadaan dibutuhkan nilai standar yang berbeda pula (Barth,1980). Proses pembentukan identitas suku bangsa sebagai suatu proses perluasan atau pengecilan batas-batas suku bangsa yang dasar penilaiannya mereka buat sendiri (Horowitz,1975;118). Dengan demikian maka seseorang sebagai anggota kelompok dapat berafiliasi secara kolektif dengan identitas kelompok tertentu sesuai dengan keinginannya. Bagi Horowitz perubahan identitas suku bangsa terjadi lebih karena akibat dari modifikasi perilaku kelompok dan modifikasi untuk mempersempit atau memperlebar batas-batas suku bangsanya (Horowitz;1975;114). Identitas suku bangsa akan selalu muncul dalam bentuknya yang disusun oleh pendukungnya sendiri. Barth lebih lanjut menjelaskan dalam konteks batas-batas suku bangsa bahwa bisa saja masyarakat akan mengidentifikasikan dirinya kepada identitas yang lebih dominan jika ada dukungan dari kondisi sosial yang memungkinkan dan adanya pilihan yang berkesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapainya namun lebih kepada bagaimana identitas suku bangsa diartikulasikan oleh para anggota kelompoknya. Tidak terlepas pula dari konteks sosial yang meliputinya di mana menurutnya konteks sosial ini dibangun atas dasar suasana perkembangan politik yang terjadi di daerah tersebut Seperti halnya identitas orang Tionghoa di Indonesia tidak lepas dari situasi politik Indonesia. Seperti dapat digambarkan selama masa pemerintahan kolonial Belanda yang membagi masyarakat Indonesia menjadi tiga kelompok di mana menempatkan orang Tionghoa sebagai penduduk asing yang terpisah dari golongan pribumi. Masa kemerdekaan setelah 1945, di masa perode parlementer ( ) dengan azas demokrasi orang Tionghoa menjadi bagian yang terintegrasi dalam bangsa. Namun dalam masa demokrasi terpimpin ( ) mulai diupakan upaya integrasi yang mengarah pada asimilasi terlebih pada masa pemerintahan Orde Baru ( ) jelas-jelas diterapkan prinsip asimilasi orang Tionghoa untuk berintegrasi dan berasimilasi dengan masyarakat Indonesia asli. Pada masa kolonial, identitas etnis Tionghoa dapat diidentifikasi dalam dua konsep : totok dan peranakan. Faktor pembeda kedua konsep tersebut adalah riwayat kelahiran dan penyesuaiannya dengan kebudayaan lokal. Totok didefinisikan dalam relasinya dengan sejarah

4 kelahiran mereka di negara asal dan orientasi budaya dan politik terhadap negara leluhur mereka, sementara peranakan mengacu pada kelahiran di luar negara Tiongkok dan penyesuaian diri dengan konteks lokal, misalnya bahasa, agama, nasionalisme, dan sebagainya. Onghokham (2008:135) mendefinisikan totok dan peranakan dari sisi kelahirannya. Menurut Onghokham, istilah peranakan mengacu pada orangorang Tionghoa yang lahir di luar negara China dari seorang totok Totok adalah pendatang baru dari negara China dan kelahiran Cina. Onghokham menyebut istilah totok dengan istilah singkeh atau singkek. Sementara itu, totok dan peranakan menurut Suryadinata tidaklah merujuk pada asal-usul kelahiran, melainkan merujuk pada tingkat penetrasinya terhadap kebudayaan lokal. Totok tidaklah didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir di China dan kemudian tinggal di perantauan (overseas China), namun dilihat dari sejauh mana ia masih berbahasa China dan berorientasi ke negara China. Selama masa Orde Baru, orang Tionghoa dipaksa untuk berasimilasi dengan masyarakat Indonesia asli. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk menangani orang Tionghoa. Peraturan-peraturan pemerintah yang membatasi perkembangan budaya Tionghoa di Indonesia, secara langsung/tidak langsung menyebabkan generasi muda Tionghoa tidak memahami budaya tradisinya sendiri dan kehilangan identitas etniknya. Mereka tidak bisa berbahasa Tionghoa, tidak mengenal tradisi Tionghoa dan tidak menunjukkan kode identitas Tionghoa pada budaya materinya. Peraturan-peraturan pemerintah tersebut antara lain adalah Kepres No.127/U/KEP/12/1996 dan Surat Edaran Presidium Kabinet RI No. SE-06/PresKab/6/1967 yang mengharuskan etnis Tionghoa melakukan ganti nama (nama Tionghoa yang terdiri dari 3 suku kata menjadi nama Indonesia), Masa Orde Baru diakhiri dengan Peristiwa Mei 1998 dengan ditandai oleh serangkaian kerusuhan yang menimpa orang Tionghoa dan juga kaum perempuan Tionghoa. Beragam pandangan terhadap identitas kecinaan terlihat setelah peristiwa tragis Mei Berbagai reaksi yang muncul di kalangan etnis Tionghoa terhadap peristiwa tersebut menggambarkan sikap kelompok-kelompok etnis Tionghoa dan sikap ini cenderung berkaitan dengan identitas ketionghoaan mereka Perumusan Masalah Bagaimana orang Tionghoa memaknai kembali identitasnya sebagai orang Tionghoa setelah peristiwa Mei 1998? Apakah peristiwa Mei 1998 memunculkan pertanyaan mendasar di kalangan orang Tionghoa bahwa mereka berbeda dengan kelompok lainnya sehingga mereka

5 mendefinisikan ulang atau memaknai kembali identitas mereka. Hal-hal semacam itulah yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini. 1.3 Tinjauan Pustaka Dalam membahas identitas kusususnya identitas orang Tionghoa di Indonesia kita dapat mengacu pada pembagian identitas menurut Wang Gungwu. Menurut Gungwu (1988:9), ada tujuh identitas etnis Tionghoa yang dapat diidentifikasi, yaitu: 1. Identitas sejarah Berkaitan dengan sejarah masa lalu orang-orang Tionghoa dan terbentuk umumnya sebelum perang dunia kedua. 2. Identitas nasionalis China Berkaitan dengan orientasi sebagian kelompok terhadap nasionalisme di China yang bangkit pada awal tahun 1900-an. Identitas ini menurut Gungwu sudah sangat tipis untuk tidak mengatakannya sudah tidak ada. 3. Identitas komunal Identitas ini bersifat jejaring kuat dan menurut Gungwu dapat dijumpai di Malaysia. Identitas ini dapat berubah menjadi identitas etnis. 4. Identitas nasional (lokal) Identitas ini berkaitan dengan identitas diri sebagai warganegara di mana mereka berada. Identitas ini umumnya dipegang oleh orang-orang yang berada di wilaya Asia Tenggara. 5. Identitas budaya Identitas ini diserap dari tradisi identitas sejarah dan merupakan identitas yang paling lentur. 6. Identitas etnis Identitas etnis pada dasarnya mengoreksi identitas budaya dalam hal orisinalitas ras dan lebih spesifik menyangkut gagasan dari tujuan politik dalam rangka mencapai legitimasi hak-hak minoritas. Konsep ini bertujuan untuk memperoleh simpati dari dunia luar. 7. Identitas kelas Identitas ini sangat tergantung pada persilangan batas-batas etnis yang tumbuh sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan dalam waktu yang lama. Pada titik ini, menurut Gungwu, identitas menjadi sangat tergantung dengan keadaan, termasuk elemen di luar Tionghoa itu sendiri. Dari pembagian identitas seperti yang telah disebutkan di atas, maka penulis berupaya melihat identitas orang Tionghoa di Jakarta dan kaitannya dengan peristiwa Mei Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

6 1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang makna identitas sebagai orang Tionghoa di Indonesia dalam kaitannya dengan Peristiwa Mei Penelitian ini menggunakan cara berpikir konstruktivisme. Konstruktivisme melihat identitas sebagai proses kreasi; diciptakan dan dinegosiasikan sesuai dengan kepentingan. 2. Masyarakat luas mendapatkan informasi terperinci mengenai kehidupan orang Tionghoa sebagai kelompok yang heterogen. Penelitian ini juga akan memperkaya bahan kepustakaan bagi studi Sastra Cina dan bahan ajar bidang kebudayaan Cina bagi institusi pendidikan terkait. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara kepada informaninforman yaitu Ibu S, Bapak S, Ibu L, Saudara M, dan Bapak L. Selain wawancara terhadap informan, juga dilakukan studi kepustakaan ( literatur) berupa buku-buku dan juga biografi. 2. Hasil dan Pembahasan Informan pertama, Ibu S yang lahir tahun 1943 menjadi orang Tionghoa di Indonesia berawal dari ayahnya yang pada tahun 1958 menolak menjadi warga negara RRT dan memilih menjadi warga negara Indonesia. Ibu S adalah seorang Muslim sejak kecil dan pada 2006 menjadi seorang Hajjah. Satu lagi ingatan yang tidak terhapus ibu S yaitu peristiwa Mei Bisnisnya mengalami kerusakan besar dan kerugian berlarut-larut. Peristiwa Mei 1989 membuatnya berpikir kembali tentang dirinya sebagai etnis Tionghoa yang rasa-rasanya tidak klop dengan pandangan streotip tentang orang Tonghoa. Ia juga berkata bangga sebagai orang Tionghoa karena ia mengkaitkan peristiwa Mei 98 sebagai masa reformasi. Setelah reformasi dapat dengan bebas mengungkapkan berbagai macam hal seperti akulturasi budaya Cina dan Indonesia. Baginya peristiwa Mei 98 adalah tanda dimulainya reformasi yang menandakan kebebasan bagi orang Tionghoa. Informan kedua, Ibu L, pedagang menunjukkan peristiwa Mei 98 tidak ada kaitannnya dengan identitas. Ia melihatnya sebagai peristiwa kriminal biasa karena ada penjarahan di manamana. Peristiwa 98 baginya sebagai suatu peristiwa kriminal yang tidak berpengaruh pada jati dirinya. Bagi Ibu L hidup adalah perjuangan dan ia harus berjuang dan bekerja demi keluarganya. Meskipun ia telah selesai menyekolahkan anak-anaknya, namun ia tetap semangat bekerja dan mengatakan ini semuanya akan diteruskan oleh anaknya. Berbicara dengan Ibu L

7 meskipun ia bernama Tionghoa, ia sama sekali tidak dapat berbahasa Mandarin, tidak menjalankan tradisi budaya Cina. Hidupnya sejak kecil sudah susah dan merupakan sosok yang menampilkan kelompok Tionghoa yang jauh dari streotip seperti kaya ataupun eksklusif. Baginya menjadi orang Tionghoa sama saja dengan yang lainnya walaupun ia sering mendapat perlakuan diskrimanasi tetapi karena ia memiliki prinsip yang kuat dalam berjuang semuanya dapat diatasinya. Dalam wawancaranya menunjukkan ibu L sering mendapat perlakuan diskriminasi. Informan ketiga, Bapak S menunjukkan Identitas Tionghoa jelas karena pengakuan diri sendiri juga orang lain. Bapak ini mengaku sebagai orang Tionghoa. Rasa kebanggaan berbangsa dan nasionalis ditunjukkan dengan menyatakan tokoh yang dikaguminya adalah Bung Karno. Ia mengatakan menjadi Tionghoa bukan berarti tidak nasionalis. Ketika ditanyakan tentang peristiwa Mei 98 dan hubungannya dengan identitas orang Cina, ia mengatakan kalau banyak orang Cina yang menjadi korban dan banyak yang pergi keluar meninggalkan Indonesia. Bapak S mengatakan banyak orang Tionghoa yang nasionalis, ia bercerita ketika zaman penjajahan Belanda banyak orang Tionghoa Kalimantan yang berjuang melawan Belanda. Baginya peristiwa Mei 98 adalah peristiwa politis karena peristiwa itu terjadi tidak ada tentara, militer, polisi yang seharusnya ada mengamankan. Pak S mengatakan kalau bersentuhan langsung dengan peristiwa Mei 98 pastinya ada trauma sementara bagi orang Cina yang tidak bersentuhan lebih rasional. Ia juga mengatakan orang Cina tidak seragam, saat ini susah untuk mengelompokkan orang Cina, kalau dulu katanya masih bisa mengelompokkan. Pak S sendiri mengatakan masing-masing orang Cina punya perhitungan masing-masing tergantung kepentingannya misalnya profesi apa atau kelompok nasionalis. Pak S mengatakan orang Cina banyak yang nasionalis contohnya orang Cina di Kalimantan yang berjuang melawan Belanda, contoh Lim Hun Hian tokoh Cina di Kalimantan yang berjuang melawan Belanda. Pak S juga bercerita dalam Sumpah Pemuda ada lima orang Tionghoa, salah satunya anak dari Oey Tiong Hiam. Tempat merumuskan naskah proklamasi oleh PPKI adalah rumah orang Tionghoa di rengas Dengklok. Lebih lanjut Pak S mengatakan manusia pada dasarnya mempunyai jati diri legal dan etnis. Jati diri legal berpandangan ke depan dan jati diri etnis orientasinya pada masa lampau. Jadi orang Tionghoa itu hanya merupakan identitas masa lampaunya saja semua adalah orang Indonesia. Orang tidak mau dikatakan orang Cina jangankan orang Tionghoa yang di Indonesia, orang Hongkong dan Taiwan saja juga tidak mau disebut sebagai orang Cina.

8 Berbicara dengan bapak S menunjukkan rasa nasionalisme dan bangga akan Indonesia juga ditunjukkan oleh orang Tionghoa. Informan keempat, saudari M. Peristiwa Mei 98 diperoleh dari cerita orang tuanya yang mengatakan peristiwa tersebut adalah kerusuhan etnis di mana orang Tionghoa menjadi korban selain itu ia juga memperoleh cerita dari buku-buku dan novel. Pada waktu peristiwa itu ia masih bersekolah di SMP. Pengetahuannya tentang peristiwa Mei selain ada ingatan masa kecilnya yang mengingat peristiwa tersebut tidak berarti karena ia mengingat pada saat peristiwa tersebut dia masih masuk sekolah, barulah setelah dewasa ia mendapat cerita dari orang tuanya. Ia sendiri juga mengatakan ingin tahu tentang peristiwa tersebut dan ia membaca buku atau novel tentang peristiwa tersebut. Informan kelima, Bapak L. Identitas Tionghoa karena ia mengaku sebagai orang Tionghoa. Ia menyukai musik, lagu-lagu Mandarin dan film Mandarin. Ia berprofesi sebagai pedagang. Ia dilahirkan pada tahun 1968, di mana setelah tahun 1966 tidak ada lagi sekolah berbahasa Mandarin. Ia meskipun tidak berbahasa Mandarin namun istilah kekerabatan dalam bahasa Hokkian dapat dipahaminya dengan jelas, demikian juga dengan upacara atau ritual dan tradisi budaya Cina. Identitas etnis Tionghoa baginya sangat penting karena ia memiliki lambang keluarga berupa lempengan logam yang berasal dari kakek yang harus diteruskan. 3. Kesimpulan Dari hasil penelitian di lapangan ternyata tidak sepenuhnya ada kaitan antara peristiwa Mei 98 dengan identitas Tionghoa sehingga pertanyaan atau permasalahan awal yang telah ditetapkan dalam penelitian menjadi kurang relevan. Peristiwa Mei 98 harus dilihat sebagai tanda dimulainya masa reformasi sehingga dari kasus ibu S terlihat ibu S lebih nyaman dan dengan leluasa menunjukkan kebanggaan sebagai orang Tionghoa. Reformasi membuat orang Tionghoa lebih leluasa dan nyaman menunjukkan identitas Tionghoa. Kelas sosial berpengaruh dalam pemaknaan identitas. Dari hasil wawancara dapat terlihat seseorang apakah dia pedagang, pedagang kecil dan besar, atau orang yang aktif dalam berbagai organisasi berbeda menanggapi peristiwa Mei 98. Tingkat Pendidikan, tingkat pendidikan tinggi dan yang tidak terlalu memiliki pendidikan juga memaknai peristiwa 98 secara berbeda. Usia, bagi yang pada peristiwa Mei 98 masih kanak-kanak atau remaja memiliki pandangan ganda, di mana ia sendiri melihatnya sebagai suatu kejadian kriminal namun dari cerita orang tuanya lebih

9 menekankan pada peristiwa yang ditujukan pada orang Tionghoa. Media : film-film Mandarin yang dialihsuarakan, lagu Mandarin berperan dalam pembentukan identitas etnis Tionghoa. Film-film seperti legend of condor heroes sangat digemari meskipun telah dialihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi film favorit bagi sebagian besar anak muda Tionghoa seperti bapak L. Identitas adaalah sesuatu yang sangat penting. Orang bertindak selalu menggunakan identitas baik identitas pribadi maupun identitas etnis. Orang dianggap sebagai orang Tionghoa karena dia sendiri mengaku sebagai orang Tionghoa dan orang lain pun mengakui dan menganggapnya sebagaimana hal tersebut. Sebelum peristiwa Mei 98, semua informan mengaku kalau mereka adalah orang Tionghoa meskipun beberapa di antara mereka tidak dapat berbahasa Mandarin, setidaknya mereka mengaku Tionghoa karena nama, identitas etnis yang digunakan, atau orang lain yang selalu menganggapnya sebagai orang Tionghoa. Peristiwa Mei 98 bagi orang Tionghoa kurang dapat dijelaskan bila dilihat dari kaitannya dengan identitas, namun peristiwa Mei 98 dimaknai oleh semua informan sebagai tanda dimulainya masa reformasi yang memberi kebebasan bagi orang Tionghoa untuk menyebut dirinya sebagai orang Tionghoa, menjalankan budaya dan tradisinya. Dari hasil wawancara, ternyata tidak sepenuhnya ada kaitan antara peristiwa Mei 98 dengan identitas Tionghoa sehingga pertanyaan atau permasalahan awal yang telah ditetapkan dalam penelitian menjadi kurang relevan. Peristiwa Mei 98 harus dilihat sebagai tanda dimulainya masa reformasi sehingga dari kasus ibu S terlihat ibu S lebih nyaman dan dengan leluasa menunjukkan kebanggaan sebagai orang Tionghoa. Reformasi membuat orang Tionghoa lebih leluasa dan nyaman menunjukkan identitas Tionghoa. Kelas sosial berpengaruh dalam pemaknaan identitas. Dari hasil wawancara dapat terlihat seseorang apakah dia pedagang, pedagang kecil dan besar, atau orang yang aktif dalam berbagai organisasi berbeda menanggapi peristiwa Mei 98. Tingkat Pendidikan, tingkat pendidikan tinggi dan yang tidak terlalu memiliki pendidikan juga memaknai peristiwa 98 secara berbeda. Usia, bagi yang pada peristiwa Mei 98 masih kanak-kanak atau remaja memiliki pandangan ganda, di mana ia sendiri melihatnya sebagai suatu kejadian kriminal namun dari cerita orang tuanya lebih menekankan pada peristiwa yang ditujukan pada orang Tionghoa. Media : film-film Mandarin yang dialihsuarakan, lagu Mandarin berperan dalam pembentukan identitas etnis Tionghoa. Film-film seperti legend of condor heroes sangat digemari meskipun telah dialihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi film favorit bagi sebagian besar anak muda Tionghoa seperti

10 bapak L Faktor pembeda yang penting untuk mengidentifikasi identitas etnis Tionghoa dapat terlihat dari Bahasa, perbedaan pengalaman, sejarah, atau pendidikan. Daftar Pustaka Antropologi Indonesia, Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology, Th.XXVII No. 71 Mei-Agustus 2003 Anggraeni, Dewi Mereka Bilang Aky China, Jalan Mendaki Menjadi Bagian Bangsa, 2010, Bentang Pustaka Barth, Fredrik terjm. Kelompok Etnik dan Batasannya, UI Press, 1988 Dawis Aimee, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, 2010, PT Gramedia Pustaka Utama Murray L.Wax and Rosalie H. Wax Fieldwork and the Research Process M. Hammersley dan P. Atkinson Research Design Problems, Cases and Samples, Ethnography: Principles in Practice Onghokham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina (Sejarah Etnis Cina di Indonesia). Jakarta: Komunitas Bambu, Suparlan, Parsudi Hubungan antar Sukubangsa Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2004 Suryadinata, Leo Dilema Minoritas Tionghoa, Jakarta : Graffiti Press, 1984 Wibowo (ed) Harga yang harus dibayar, Sketsa Pergulatan Etnis Cina di Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2000 Wibowo dan Thung Julan (ed) Setelah Air Mata Kering Masyarakat Tionghoa Pasca Peristiwa Mei 1998, Jakarta, PT Kompas Media Nusantara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat BAB V Kesimpulan A. Masalah Cina di Indonesia Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat melihat Masalah Cina, khususnya identitas Tionghoa, melalui kacamata kultur subjektif

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis BAB 5 RINGKASAN Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis atau suku bangsa tinggal di dalamnya. Salah satu etnis yang paling menonjol perannya dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Kemunculan karya sastra Indonesia yang mengulas tentang kolonialisme dalam khazanah sastra Indonesia diprediksi sudah ada pada masa sastra Melayu Rendah yang identik dengan bacaan-bacaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Di atas keanekaragaman suku bangsa inilah, konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Di atas keanekaragaman suku bangsa inilah, konstruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masyarakat plural, terdiri dari berbagai suku bangsa yang beraneka ragam. Di atas keanekaragaman suku bangsa inilah, konstruksi kebangsaan Indonesia melahirkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul 153 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Cina Benteng di Tangerang Pada Masa Orde Baru (1966-1998) kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebudayaan peranakan Tionghoa merupakan kebudayaan yang paling kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan bahasanya yang merupakan sintesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN 2017 Mata Pelajaran Penyusun Soal :SEJARAH INDONESIA : DRS. LADU NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL 1. 3.2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua makhluk hidup di muka bumi ini saling berinteraksi serta berkomunikasi satu sama lain tak terkecuali manusia. Untuk keperluan ini, manusia dapat menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan suku yang berstatus penduduk asli dan pendatang mendiami pulau-pulau di Indonesia yang jumlahnya

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010

BAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010 BAB 4 KESIMPULAN Berbagai bentukan memori seperti memisahkan, mengatasi, dan memasarkan memori telah membangun konstruksi memori kolektif kota Jakarta. Kota Jakarta sejak masa pemerintahan kolonial tidak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kedatangan kaum Tionghoa dari dataran Tiongkok ke Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kedatangan kaum Tionghoa dari dataran Tiongkok ke Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedatangan kaum Tionghoa dari dataran Tiongkok ke Indonesia sudah diperkirakan terjadi sekitar abad 14 atau 15 masehi. Entah karena alasan politis, ekonomi atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang luas yang memiliki banyak pulau dan penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan penduduk masing-masing

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Identitas Nasional Istilah Identitas nasional secara terminologis Adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah. berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah. berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia. 1 Kelompok masyarakat ini juga merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Generasi 90an merupakan karya yang membuat Marchella masuk dan mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik Marchella sebagai penulis, yakni meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. "Dasar Cina lu." "Eh Cina lu! Cina lu!" "Woi Cina ngapain disini?"

BAB IV SIMPULAN. Dasar Cina lu. Eh Cina lu! Cina lu! Woi Cina ngapain disini? BAB IV SIMPULAN Melihat tindakan yang diambil pemerintah dengan menghilangkan panggilan Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa ataupun Tiongkok ke depannya memang merupakan suatu keputusan yang bagus.

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kemajemukan yang tampak dari masyarakat Indonesia. Suryadinata (1997:9)

BAB 1. Pendahuluan. kemajemukan yang tampak dari masyarakat Indonesia. Suryadinata (1997:9) BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia merupakan salah satu dari kemajemukan yang tampak dari masyarakat Indonesia. Suryadinata (1997:9) membagi etnis Cina di Indonesia

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI NAMA : RYAN AKBAR RAMADHAN NIM : 11.12.6308 KELOMPOK : J PRODI DAN JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum

Lebih terperinci

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Aktivitas 5.9 Carilah permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah di daerah kalian yang dapat membahayakan prinsip negara kesatuan. Diskusikan dalam kelompok mengapa masalah tersebut ada? Apa akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-19, sebagian besar negara-negara di Asia merupakan daerah kekuasan negara-negara Eropa. Pada abad tersebut khususnya di negara-negara Asia yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Orang-orang Indonesia yang berdarah Tionghoa (berikutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Orang-orang Indonesia yang berdarah Tionghoa (berikutnya disebut 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Orang-orang Indonesia yang berdarah Tionghoa (berikutnya disebut sebagai orang Tionghoa Indonesia) dianggap masih belum membaur seutuhnya dengan orang Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan manusia. Menurut Kusnadi (2005), perkawinan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. di Kota Padang yaitu : Pertama, faktor perkawinan, seorang keturunan Tionghoa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. di Kota Padang yaitu : Pertama, faktor perkawinan, seorang keturunan Tionghoa BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Dari uraian bab-bab yang telah penulis jelaskan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penyebab perpindahan Muslim Tionghoa di Kota Padang yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA 62 ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA A. Petunjuk Umum : Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap reputasi Anda di sekolah ini. Silahkan mengisi dengan sejujur-jujurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Kita memiliki banyak sekali jenis tarian, makanan khas, upacara adat, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah sosial politik.

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah sosial politik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnis Tionghoa di Indonesia memiliki sifat politis dan dinamis dalam arti mereka menaruh perhatian pada keadaan dan perkembangan politik disekitarnya. Meski

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan panggilan Cina sering kali menjadi suatu keambiguan bagi masyarakat Indonesia, sehingga banyak dari mereka yang salah mengartikan kata tersebut sebagai

Lebih terperinci

IDENTITAS NASIONAL Pengertian Identitas Jenis Identitas Atribut Identitas

IDENTITAS NASIONAL Pengertian Identitas Jenis Identitas Atribut Identitas IDENTITAS NASIONAL 1. Hakikat Identitas Nasional Pengertian Identitas o Identitas (Identity) o Ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang menandai suatu benda atau orang. o Ciri: ciri fisik dan ciri non-fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan HALAMAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh di kalangan penduduk di Indonesia umumnya (hlm. 213). Tradisi sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme 123 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme Generasi Muda dalam Era Otonomi Khusus Papua ini adalah metode kualitatif. Digunakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari masyarakat yang beraneka ragam, dengan keinginan bersama menyatukan diri dalam satu bangsa Indonesia yang Bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Kemajemukan ini. yang tercakup di dalamnya, serta ditunjang dengan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Kemajemukan ini. yang tercakup di dalamnya, serta ditunjang dengan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah masyarakat multi etnis yang mencakup lebih dari 360 kelompok etnis, serta dengan banyaknya variasi bahasa yang mereka pakai. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, persepektif sejarah selalu menampilkan ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu menampilkan tiga unsur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DISKRIMINASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DISKRIMINASI TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DISKRIMINASI NAMA: ELLA OKTARIA NIM: 11.02.7930 KELOMPOK: JURUSAN: INFORMATIKA DOSEN: A D3-MANAJEMEN M. KHALIS PURWANTO, MM JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA 1 SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA A. Sejarah Perkembangan Bahasa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang mempunyai identitas budaya yang sangat beragam. Namun pada saat ini identitas tersebut mulai pudar karena adanya pengaruh globalisasi

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Deskripsi toleransi..., Dias Rifanza Salim, FIB UI, 2008

BAB 4 KESIMPULAN. Deskripsi toleransi..., Dias Rifanza Salim, FIB UI, 2008 71 BAB 4 KESIMPULAN Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat menghindari interaksi dengan manusia atau kelompok lain dalam kehidupan ini sebab semua orang berbagi dunia ini dengan sesamanya. Meskipun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 142 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pembelajaran Sejarah Berbasis Multikultural dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Nasionalisme Siswa Etnik Tionghoa yang dilakukan

Lebih terperinci

DIALOG SEORANG EKSIL DAN PEREMPUAN TIONGHOA

DIALOG SEORANG EKSIL DAN PEREMPUAN TIONGHOA DIALOG SEORANG EKSIL DAN PEREMPUAN TIONGHOA 29th April 2016 cekinggita http://cekinggita.com/dialog-seorang-eksil-dan-perempuan-tionghoa/ Pada suatu siang yang tidak terlalu nyaman di Amsterdam, berangin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Bangsa akan maju jika para pemuda memiliki karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan bagian penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA (Studi Hermeneutika pada Lagu-lagu Perjuangan Ciptaan C. Simanjuntak) Oleh: RIKA WULANDARI A220090128

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Pada bab ini peneliti akan menguraikan dan memaparkan data dari

BAB III PENYAJIAN DATA. Pada bab ini peneliti akan menguraikan dan memaparkan data dari BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini peneliti akan menguraikan dan memaparkan data dari dokumentasi Film Tanah Surga Katanya mengenai representasi nasionalisme berdasarkan indikator-indikator yang telah

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci