BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemeliharaan Pendahuluan Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk menjaga kondisi, mempercepat pergantian kerusakan peralatan dengan resources/peralatan yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia kegunaan mesin, dan menekan failure/kegagalan sekecil mungkin. Mengingat perawatan salah satu faktor yang menentukan kehandalan dan umur dari suatu alat, oleh sebab itu perawatan sangat perlu dan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Manajemen pemeliharaan dapat digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktivitas perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen ke dalam sebuah program perawatan. Pada umumnya, semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam sebuah sistem, kebutuhan akan manajemen dan pengendalian di perawatan menjadi semakin penting.biaya pemeliharaan (Maintenance costs) mengambil bagian besar dari total biaya produksi, biaya pemeliharaan (maintenance) berkisar antara 15 sampai 60 persen 7

2 dari biaya produksi barang. Survey mengenai effektivitas manajemen pemeliharaan baru-baru ini menunjukkan bahwa 1/3 atau 33 persen dari biaya pemeliharaan terbuang-buang sia-sia sebagai hasil dari kegiatan pemeliharaan yang tidak tepat atau tidak perlu. Ketidak efektifan dalam proses pemeliharaan yang paling penting dari semua itu adalah bahwa semua kehilangan atau ketidak efektifan berpengaruh terhadap kualitas produk untuk berkompetisi secara global. Pada zaman modern saat ini manajemen pemeliharaan mengalami perkembangan yang sangat pesat yang disebabkan oleh pekembangan teknologi di bidang asset fisik seperti mesin, gedung, dan peralatan produksi yang lain yang harus tetap di pelihara. Manajemen pemeliharaan yang efektif dan efisien akan mampu menjamin kehandalan dan ketersediaan mesin/peralatan dengan baik, yang berarti menjaga produktifitas mesin/peralatan tesebut. Manajemen pemeliharaan modern bukan hanya memperbaiki kerusakan peralatan dengan cepat, tetapi menjaga fungsi peralatan tersebut agar berada pada performa yang tinggi dan handal agar dapat menghasilkan produk yang berkulitas dengan biaya serendah mungkin.selain itu pekerjaan maintenance yang benar harus dilakukan pada waktu yang tepat,teknisi dan suku cadang yang tepat untuk menghindari kerusakan fatal yang dapat menyebabkan kerugian produksi, kualitas dan naiknya biaya produksi. Oleh sebab itu manajemen pemeliharaan yang efektif harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat mengontrol dan memonitor situasi maintenance dan memberhentikan peralatan sesuai rencana, sehingga kerusakan peralatan dapat di prediksi. 8

3 2.1.2 Jenis-jenis Pemeliharaan Pemeliharaan tidak terencana (Unscheduled Maintenance) Metode Unscheduled Maintenance sangat sederhana dan mudah dipahami yaitu jika sebuah Mesin rusak (breakdown), lakukan perbaikan. Pabrik yang menjalankan metode ini tidak perlu mengeluarkan uang untuk keperluan pemeliharaan mesin, selama mesin tersebut tidak rusak atau gagal beroperasi. Metode yang lebih di kenal dengan istilah Break Down Maintenance, pada dasarnya tergolong pemeliharaan reaktif, yang menunggu mesin rusak atau gagal beroperasi. Kenyataannya metode ini adalah metode yang paling mahal, karena beberapa sebab, pertama, mesin yang dibiarkan beroperasi sampai break down biasanya mengalami kegagalan yang fatal, sehingga membutuhkan biaya perbaikan yang sangat besar bahkan tidak jarang harus diganti total. kedua, mesin yang gagal beroperasi akan berakibat kepada hilangnya produksi atau pabrik gagal berproduksi, berarti kerugian besar jika dikaitkan dengan potensi ekonomi dari perusahaan, bisa berlanjut kepada kegagalan memenuhi janji kepada pelanggan, yang berakibat buruk pada jangka panjang. Hanya sedikit perusahaan yang memakai metode Break Down secara murni, umumnya pabrik-pabrik menerapakan prinsip dasar dari preventive maintenance seperti ; pelumasan, machine adjustments/penyesuaian, dll). Biaya tinggi harus dialokasikan untuk spare parts, biaya inventory, biaya lembur untuk karyawan, high machine downtime (waktu yang dibutuhkan suatu mesin tidak beroperasi untuk perbaikan), dan ketersedian waktu operasi kecil ( production availability), sebab tidak ada usaha untuk membuat langkah-langkah antisipasi terhadap kebutuhan pemeliharaan. 9

4 Perusahaan yang menerapkan Breakdown maintenance harus siap beraksi dengan kejadian apapun yang terjadi pada mesin. Manajemen reaktif harus memaksa departemen pemeliharaan untuk menyimpan sparepart dalam jumlah besar yang meliputi spareparts penting bagi mesin-mesin yang bernilai kritis di pabrik. Pilihan lain adalah menjalin hubungan dengan vendor peralatan yang harus mengirimkan spare parts secepatnya begitu dibutuhkan. Dan yang terakhir inipun membutuhkan biaya lebih mahal karena biaya ekstra pada pengiriman dan waktu yang mengharuskan mesin tidak dapat beroperasi beberapa saat, selama mesin dalam perbaikan. Untuk meminimalisasi dampak pada produksi yang dihasilkan oleh kegagalan mesin yang tak terduga, semua pekerja harus juga mampu bereaksi cepat terhadap kegagalan mesin. Hasil akhir dari manajemen Breakdown adalah tingginya biaya pemeliharaan dan rendahnya ketersediaan mesin (availability of process machinery). Analisa menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan dari penerapan Breakdown maintenance tiga kali lebih besar dibandingkan model preventive dengan pembuatan jadwal (skedjul). Schedulling akan mengurangi waktu untuk perbaikan dan berdampak pada berkurangnya biaya untuk pekerja (labour cost), juga mengurangi dampak negative dari pengeluaran ekstra pada pengiriman serta mengurangi kehilangan produksi Pemeliharaan Terencana (Scheduled Maintenance) Pemeliharaan terencana terdiri dari pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance) dan Predictive Maintenance 10

5 Preventive Maintenance Adalah aktivitas perawatan yang dilakukan sebelum terjadinya kegagalan atau kerusakan pada sebuah sistem atau komponen, dimana sebelumnya sudah dilakukan perencanaan dengan pengawasan yang sistematik, deteksi, dan koreksi, agar sistem atau komponen tersebut dapat mempertahankan kapabilitas fungsionalnya. Pemeliharaan dengan melaksanakan pemeriksaan secara periodik sesuai jadwal dan buku petunjuk. semua program Preventive Maintenance dikendalikan oleh waktu. Dengan kata lain semua pekerjaan pemeliharaan didasarkan pada jam operasional. Gambar 2.1 memgilustrasikan suatu contoh dari umur mesin secara statistik..the mean-time-to-failure (MTTF) atau bathtub curve, mengindikasikan bahwa mesin yang baru akan mempunyai kemungkinan kegagalan yang besar diawal pengoperasiannya dikarenakan masalahmasalah instalasi. Setelah beberapa waktu tingkat kegagalan akan berkurang dan cenderung stabil di posisi rendah untuk suatu waktu tertentu. Setelah melalui usia normal dari mesin tersebut, tingkat kegagalan akan kembali naik secara cepat bersamaan dengan waktu. Pada manajemen Preventive Maintenance, mesin diperbaiki atau dibangun kembali didasarkan pada pengolahan statisistik dari MTTF. 11

6 Gambar 2.1 Bathtub curve Semua program Preventive Maintenance didasarkan pada asumsi bahwa semua mesin akan terdegradasi pada suatu periode tertentu tergantung pada kelas klasifikasi mesin tersebut Hasil analisa menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan perbaikan pada Breakdown maintenance tiga kali lipat dari biaya yang harus dikeluarkan jika perbaikan dijadwalkan sebelumnya (Preventive Maintenance). Predictive Maintenance Seperti juga metode yang lain, Predictive Mintenance memiliki banyak definisi. Untuk beberapa pekerja predictive Maintenance berarti mengamati dan memonitor getaran yang terjadi pada Rotating Machinery seperti motor,pompa, turbin, poros, dan lain-lain, sebagai usaha usaha untuk mendeteksi masalah-masalah serta mencegah terjadinya kegagalan fatal. Bagi yang lain bisa berarti suatu kegiatan memonitor gambar-gambar infra merah dari electrical switchgear, motor, dan peralatan kelistrikan yang lain untuk mendeteksi munculnya masalah. Secara umum Predictive maintenance adalah program monitoring terhadap kondisi aktual dari mesin, efisiensi operasinya, dan indikator-indikator lain dari kondisi operasi mesin dan system proses. 12

7 Semua proses tersebut akan menghasilkan data yang dbutuhkan untuk menjamin interval maksimum pada saat perbaikan, dan mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kegiatan perbaikan tidak terjadwal akibat kegagalan mesin. Lebih lanjut lagi Predictive Maintenance adalah suatu kegiatan yang akan memperbaiki produktivitas, kualitas produk, dan Overall Effectiveness dari manufaktur dan pabrik. Predictive Maintenance bukan Pemonitor getaran atau thermal imaging atau lubricating oil analysis atau NTD (Non Destructive Testing) metode yang lain yang diperkenalkan oleh produsen alatalat teknik sebagai alat Predictive Maintenance. Predictive Maintenance adalah sebuah falsafah atau sikap, yang secara sederhana diartikan sebagai penggunaan kondisi operasi aktual dari pabrik untuk mengoptimalisasi pengoperasian pabrik secara total. Program Predictive Maintenance yang menyeluruh mengggunakan peralatan-peralatan mahal seperti Vibration monitoring, thermography, tribology, dan lain-lain untuk memperoleh kondisi operasi aktual dari system pabrik yang paling kritis, dan berdasarkan data-data aktual tersebut menyusun suatu penjadwalan (schedule) terhadap seluruh aktifitas pemeliharaan yang didasarkan pada kebutuhan. Termasuk dalam tujuan program ini adalah mengoptimalkan ketersediaan (availability) dari mesin-mesin proses dan secara drastis mengurangi biaya pemeliharaan. Program ini juga bertujuan untuk memeperbaiki kualitas produk, produktivitas dan keuntungan pabrik manufaktur. Predictive Maintenance adalah program Preventive Maintenance yang dikendalikan oleh kondisi. Pembuatan penjadwalan (schedule) pada 13

8 Preventive Maintenance didasarkan pada rata-rata data statistic dari mesin (yaitu Mean-time-to failure). Sedangkan Predictive Maintenance menggunakan monitoring langsung terhadap kondisi mesin, efesiensi sistem, dan indikator lainnya untuk menentukan Mean Time To Failure aktual atau Effeciency Losses untuk setiap mesin dan system. Keputusan akhir dari Preventive atau Program Run To Failure untuk melakukan perbaikan atau pembangunan kembali didasarkan pada intuisi dan pengalaman pribadi dari manajer pemeliharaan. Suatu program Predictive Maintenance dapat meminimalisasi breakdown yang tidak terjadwal dari seluruh peralatan mekaninal di pabrik dan menjamin perbaikan peralatan pada kondisi mekanikal yang dapat diterima. Program ini juga dapat mengindentifikasi masalah-masalah mesin sebelum menjadi lebih serius. Jika masalah diindentifikasi lebih awal, maka perbaikan besar dapat selalu dicegah. Predictive Maintenance menggunakan analisa getaran didasarkan pada dua fakta mendasar yaitu : pertama, semua mode kegagalan memiliki ciri frekuensi getaran tertentu yang dapat diisolasi dan diindentifikasi. Kedua, Amplitudo getaran dari masing-masing komponen akan tetap konstan kecuali dinamika pengoperasian dari mesin berubah. Fakta-fakta ini, dampaknya pada permesinan, dan metode yang mengindentifikasi dan mengkuantifikasi model sebab akibat kegagalannya. Predictive Maintenance menggunakan efisiensi proses, heat loss, atau teknik-teknik NDT dapat digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi pengoperasian dari peralatan mekanis atau sistem. Teknik-teknik ini 14

9 digunakan bersama-sama dengan analisa getaran digunakan oleh menejer pemeliharaan dan menejer operasi untuk mencapai realibilitas dan ketersediaan (availability) pabrik mereka Klafikasi Perawatan Jenis-jenis perawatan dapat di klasifikasikan sebagai berikut : Perawatan korektif Adalah kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu preventive maintenance. Pada umumnya, perawatan korektif bukanlah aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah komponen atau sistem ke kondisi semula. Akibat yang ditimbulkan oleh perawatan korektif, mungkin saja terjadi ongkos perbaikan melonjak drastis secara tiba-tiba. Cara yang dilakukan untuk menghindarkan ongkos perawatan yang melonjak secara tiba-tiba adalah dengan cara menyediakan cadangan dan dengan cara melakukan perawatan preventif Perawatan preventif Pada dasarnya bermaksud untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba, dengan cara memperbaiki atau mengganti komponen yang menurun kualitasnya sebelum komponen itu rusak. Pada perawatan preventif diperlukan adanya suatu pemeriksaan berkala, sedemikian rupa hingga komponen yang berada dibawah suatu standar dapat dapat diketahui secepat mungkin. 15

10 Perawatan Predictive Adalah sebuah tindakan pemeriksaan yang dilakukan secara teratur sebagai ukuran untuk mendeteksi suatu keadaan yang lebih memburuk. Tindakan perawatan predictive meliputi pemeriksaan kegagalan atau kerusakan yang akan terjadi dengan mengantisipasi sebab dan akibat dari kegagalan atau kerusakan tersebut. Tindakan ini merupakan sebuah langkah awal untuk membuat sebuah pemeriksaan berkala yang di lakukan dalam perawatan preventif. Dalam hal ini diperlukan pedoman-pedoman dan metode yang berlaku untuk manganalisa kegagalan. Disini dapat dilihat suatu cara dalam merawat dan memperbaiki perlengkapan pada fasilitas / mesin produksi yang telah rusak, adapun terjadinya kerusakan pada umumnya disebabkan oleh : 1. Pengaruh keadaan cuaca 2. Proses pemakaian secara terus menerus 3. Human error (kesalahan manusia) 4. Pengaruh debu dan kotoran lingkungan sekitar 5. Pengaruh kerusakan kecil yang dapat mengakibatkan kerusakan yang besar Banyak hal yang dapat menghambat suatu kelancaran pekerjaan yang disebabkan kurangnya perhatian dalam perawatan /mesin produksi. adapun tujuan perawatan adalah : a. Mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan kecil maupun kerusakan besar. b. Memperpanjang umur pakai dari suatu fasilitas. 16

11 c. Mendapatkan waktu operasi maksimum dengan biaya rendah. d. Menciptakan kondisi kerja yang aman dengan menyusun dan menjaga standart perawatan yang tepat. e. Meningkatkan keterampilan melalui pelatihan. 2.2 Pengelasan Las (welding) adalah suatu cara untuk menyambung logam dengan cara mencairkannya melalui pemanasan dengan atau tanpa tekanan.pengelasan yang paling sederhana telah di kenal sejak beberapa ribu tahun yang lalu.ahli sejarah memperkirakan orang mesir kuno mulai menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM (untuk membuat pipa tembaga dengan memukul lembaran yang tepinya saling menutup) jenis pengelasan ini di sebut pengelasan tempa (forge welding) merupakan usaha manusia pertama dalam penyambungan logam.pengelasan tempa berkembang pada zaman romawi kuno, dewasa ini pengelasan tempa secara praktis telah di tinggalkan,pengelasan yang kita lihat sekarang ini sangat kompleks dan sangat berkembang Sejarah pengelasan Asal mula pengelasan tahanan listrik (Resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877 ketika prof. Elihu Tompson memulai pembalikan polaritas pada gulungan transformator,mesin las tumpul tahanan listrik (resistance butt weding) pertama kali diperagakan di amerika tahun 1877.Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur nyala 17

12 karbon (carbon arc welding) dengan menggunakan dua elektroda karbon,dan NG.Slavinoff tahun 1888 di Rusia orang pertama yang menggunakan proses las busur nyala logam dengan memakai elektroda telanjang (tanpa lapisan). Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian las pertama di gunakan untuk perbaikan,dan perkembangan sangat pesat terjadi selama perang dunia I ( ).teknik pengelasan di gunakan untuk memperbaiki kapal yang rusak,setelah tahun 1919 pemakaian las sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan menggunakan elektroda paduan. Tidak bisa dipungkiri betapa pentingnya dunia pengelasan, mengingat manfaat dan kegunaannya di bidang teknologi.hingga saat ini terdapat sekitar 35 jenis pengelasan yang diciptakan oleh manusia.dari keseluruhan jenis tersebut hanya dua yang paling populer di Indonesia,yakni pengelasan dengan menggunakan Busur nyala Listrik (shilded metal arc welding/smaw) dan Las karbit (oxy acetylene weding / OAW).Di beberapa kegiatan industri yang menggunakan teknologi canggih di Indonesia biasa digunakan pengelasan jenis T.I.G (tungsten inert gas welding),m.i.g (metal gas welding atau CO2 welding) Teori Dasar Pengelasan adalah proses penyambungan logam yang menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya dengan suhu yang tepat dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan 18

13 pengisi.energi pembangkit panas dapat di bedakan menurut sumbernya: listrik,kimiwi,optis,mekanis dan bahan semi konduktor.panas digunakan untuk mencairkan logam dasar dan bahan pengisi agar terjadi peleburan,selain itu panas digunakan untuk menaikan dektilitas sehingga aliran plastis dapat terjadi walaupun bahan tidak mencair.selain itu panas juga digunakan untuk menghilangkan kotoran pada bahan. Proses pengelasan yang paling umum adalah untuk pengelasan baja struktural menggunakan panas yang berasal dari energi listrik, yang paling banyak digunakan adalah busur nyala listrik. Busur nyala adalah pancaran arus listrik yang besar antara elektroda dan bahan dasar yang di alirkan melalui kolom gas ion hasil pemanasan yang biasa di sebut plasma.pada pengelasan busur nyala peleburan terjadi akibat aliran bahan yang melintasi busur dengan tanpa diberi tekanan. Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,yakni: 1. Benda padat tersebut dapat cair oleh panas. 2. Antara benda yang akan disambung tersebut terdapat kesamaan sifat lasnya sehingga tidak melemahkan sambungan tersebut. 3. Cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungannya Jenis-jenis Pengelasan Macam-macam las berdasarkan panas Busur Nyala Listrik Dan Gas Kekal (Inert): 19

14 Plasma Metal Inert Gas Welding NV Philips menggabungkan gabungan antara P..A.W (Plasma Arc Welding) dan M.I.G (Metal Inert Gas) Las listrik dengan Plasma adalah pengelasan yang menggunakan gas pelindung seperti Argon, Nitrogen dan hydrogen. Gambar 2.2 Plasma Metal Inert Gas Welding Ref. W Kenyon. Ir.Dines ginting,dasar dasar pengelasan TIG (Tunsten Inert Gas). Pengelasan menggunakan busur nyala yang dihasilkan oleh elektroda terbuat dari tungsten,untuk mencegah oksidasi di pakai gas argon sebagai pelindung,jenis las ini baik digunakan untuk menyambung metal yang tipis. 20

15 Gambar 2.3 TIG (Tunsten Inert Gas). Ref. W Kenyon. Ir.Dines ginting, Dasar dasar pengelasan M.I.G (Metal Inert gas welding) Pengelasan dengan gas dan nyala yang di hasilkan berasal dari busur nyala listrik yang di pakai sebagai pencair metal yang di las dan metal penambah,gas yang di pakai sebagai pelindung oksidasi adalah gas inert / kekal Co2. Bahan penambah dan gas pelindung berasal dari satu moncong pistol las MIG.jenis las inilah yang digunakan pada PT.Indonesia Tunggal Citra. 21

16 MIG dipilih karena dapat menghasilkan pengelasan yang sangat kuat dan bagus baik pada metal yang tebal maupun metal yang tipis. Gambar 2.4 M.I.G (Metal Inert gas welding) Ref. W Kenyon. Ir.Dines ginting, Dasar dasar pengelasan Bagian-bagian Mesin Las Unit kontrol Berupa alat pengukur dan penunjuk yang biasanya dipasang pada welding head untuk memudahkan pembacaan dan penyetelan,adapun meter-meternya berupa: 1. Saklar Digunakan untuk mengoperasikan mesin las 2 Volt meter Digunakan untuk mengetahui arus yang digunakan 3. Saklar kecepatan kawat Digunakan untuk mengatur kecepatan kawat las 22

17 4. Saklar pilihan 4-step/2-step Digunakan untuk menentukan pilihan 4-step/2-step 5. Potensiometer 6. Lampu petunjuk pengoperasian 7. Lampu petunjuk temperatur 8. Kontaktor Unit penghasil panas Unit yang terdiri dari pembangkit dan pengontrol panas,pembangkit panas kaitannya dengan kemampuan welding transformer,sedangkan pengontrol panas menyangkut parameter-parameter seperti current,control transformer,welding choke,main rectifier Unit penggerak elektroda dan perlengkapannya Komponen yang terdiri dari motor penggerak kawat,unit penggerak dan central conection yang digunakan untuk menggerakan kawat elektoda Unit pelengkap Welding torch Alat yang digunakan sebagai gun /tempat keluarnya elektroda.torch terdiri dari torch handle,molded phelonic elektrik,shielding gas nozzle,contack tip dan nozzle output face. Pemilihan Gun atau torch untuk mengelas GMAW harus memperhatikan 23

18 1) Jenis Proses Pengelasan : semiautomatic, hard automation or robotic automation. 2) Besarnya arus yang digunakan untuk mengelas dan kapasitas dari torch. 3) Gas pelindung yang digunakan. 4) Duty cycle dari sebuah torch 5) Pertimbangan untuk udara pendingin atau air pendingin Gambar 2.5 Welding torch Ref. http :// en.wikipedia.org/wiki/mig Unit distribusi gas pelindung Regulator Berfungsi untuk mengatur tekanan gas pelindung yang akan digunakan dalam pengelasan,gas mulia yang biasa digunakan adalah Co2 24

19 Gambar 2.6 Regulator Ref. W Kenyon. Ir.Dines ginting, Dasar dasar pengelasan Valve gas Mengatur besar kecilnya gas pelindung yang akan digunakan dalam pengelasan secara otomatis berdasarkan arus yang masuk. Gas mulia seperti, Argon dan helium atau campuran keduanya.campuran ini dapat 50%-50% atau 75%-25%. Dengan menggunakan gaspelindung ini, dapat dilakukan pengelasan pada jenis logam seperti,aluminium dan aluminium paduan, stainless steel, nikel dan tembaga.gas pelindung campuran 25% CO2 dan 75% Argon, dapat digunakan untuk melindungi pengelasan baja paduan dan baja kekuatan tinggi serta stainless steel. 2.3 Komponen mesin las rehm 1.Saklar utama 3.Saklar Pengatur tegangan listrik 4.Saklar pengatur kecepatan kawat 25

20 5.Saklar Pengatur 2-step /4-step 6.Potensiometer 7.Lampu peringatan pengoperasian 8.Lampu temperature 9.Pusat koneksi 10.Soket (-) 11.Tempat kawat las 12.Unit penggerak 13.Unit motor penggerak kawat 14.Coke las 15.Kontrol panel 16.Kontrol transformer 17.Sirkuit breker 18.Katup gas 19.Rumah gas 20.Sikring 21.Kabel utama 22.Saklar thermostat 23.Suppresor 24.Rektifier 25.kipas angin 26.Transformer 27.EMC pelindung panel 26

21 Gambar 2.7 Mesin Las Rehm synergic Ref.Dept.Engieering Komponen mesin las rehm PT.Indonesia Tunggal Citra 27

22 Gambar 2.8 Mesin Las Rehm synergic Ref.Dept.Engieering Komponen mesin las rehm PT.Indonesia Tunggal Citra 28

23 Gambar 2.9 Mesin Las Rehm synergic Ref.Dept.Engieering Komponen mesin las rehm PT.Indonesia Tunggal Citra 29

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN Oleh : MUH. NURHIDAYAT 5201412071 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG A. Las TIG ( Tungsten Inert Gas) 1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas. PENGELASAN TIM PERBENGKELAN FTP UB Las busur listrik Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas. Prinsip : 1) menyambung logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil

Lebih terperinci

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW) Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW) Pengesetan mesin las dan elektroda Tujuan : Setelah mempelajari topik ini, siswa dapat : Memahami cara mengeset mesin dan peralatan lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhir Akhmad Faizal 2011310005 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut

Lebih terperinci

proses welding ( pengelasan )

proses welding ( pengelasan ) proses welding ( pengelasan ) Berdasarkan defenisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono & Thoshie (2000:1), mendefinisikan bahwa las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang

Lebih terperinci

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan dibuatnya laporan ini, sebagai hasil praktikum yang sudah dilakukan dan berberapa pengalaman maupun temuan semasa praktikum, kita dapat mengevaluasinya secara

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG TUGAS AKHIR Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG Disusun : MUHAMMAD SULTON NIM : D.200.01.0120 NIRM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya teknologi maka industri pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Karena pesatnya kemajuan teknologi, maka banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN Pengelasan adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur adalah untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Las TIG (TUNGSTEN INERT GAS) Las gas tungsten (las TIG) adalah proses pengelasan dimana busur nyala listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten (elektroda takterumpan) dengan benda

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

BAB 1 PROSES PENGELASAN

BAB 1 PROSES PENGELASAN BAB 1 PROSES PENGELASAN Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu pengelasan lebur dan pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan yang akan disambung, beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dll. Disamping untuk konstruksi las juga dapat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 DEFINISI SUATU PROSES Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah proses penyambungan material ferrous atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam dan besi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Las listrik SMAW dan GTAW Menurut Boentarto (1995) mengelas listrik adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan pelelehan dengan busur nyala listrik. Cara membangkitkan

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aluminium Alloy (AA) 6061 merupakan paduan Aluminium yang umumnya di aplikasikan untuk automotif maupun alat-alat konstruksi. Paduan Aluminium 6061 mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya, poros menerima beban yang terkombinasi berupa beban puntir dan beban lentur yang berulangulang (fatik). Kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah proses penyambungan material ferrous atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengelasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada saat ini, banyak sekali alat-alat yang terbuat dari bahan plat baik plat fero maupun nonfero seperti talang air, cover pintu, tong sampah, kompor minyak, tutup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kuningan merupakan salah satu logam yang sangat bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah tangga. Cara atau pemilihan pengelasan yang salah akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Temperatur Temperatur adalah suatu penunjukan nilai panas atau nilai dingin yang dapat diperoleh/diketahui dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan termometer. Termometer

Lebih terperinci

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial : PENGELASAN I. Teknologi Pengelasan Pengelasan : Proses penyambungan dua buah (atau Lebih) logam sejenis maupun tidak sejenis dng mencairkan (memanaskan) logam tsb di atas atau di bawah titik leburnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 27 Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083 Satrio Hadi 1, Rusiyanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah menyambung dua benda kerja atau lebih, tanpa menggunakan atau dengan menggunakan bahan tambah dengan cara memanasi benda kerja tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi proses produksi yang saat ini sedang populer adalah teknologi penggabungan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam konsumsi sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik 2.1.1 Pengertian Plastik Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena suhu

Lebih terperinci

PLASMA ARC WELDING. OLEH : Rizki Yustisiabella Cinthya Amourani Hidayat Ramadhan Kenan Sihombing

PLASMA ARC WELDING. OLEH : Rizki Yustisiabella Cinthya Amourani Hidayat Ramadhan Kenan Sihombing PLASMA ARC WELDING OLEH : Rizki Yustisiabella 2110 100 132 Cinthya Amourani2110 100 142 Hidayat Ramadhan2110 100 147 Kenan Sihombing2110 100 154 Nazidatul Inayah2110 100 701 PLASMA ARC WELDING PLASMA ARC

Lebih terperinci

STM 234 (2 SKS TEORI) SEMESTER GASAL

STM 234 (2 SKS TEORI) SEMESTER GASAL DIKTAT TEORI FABRIKASI 2 STM 234 (2 SKS TEORI) SEMESTER GASAL RISWAN DWI DJAMIKO, MPD JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2008 DESKRIPSI MATAKULIAH Mata

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk. IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN PENELITIAN Baja karbon rendah lembaran berlapis seng berstandar AISI 1010 dengan sertifikat pabrik (mill certificate) di Lampiran 1. 17 Gambar 3.1. Baja lembaran SPCC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37 Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 23 Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37 Sigit Nur Yakin 1 ), Hesti Istiqlaliyah 2 ) 1 )Teknik Mesin S1, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua logam atau lebih yang menggunakan energi panas. Teknologi pengelasan tidak hanya digunakan untuk memproduksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,

Lebih terperinci

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL Cahya Sutowo, Arief Sanjaya Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAK Pengelasan adalah proses

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Pengelasan Kode Soal : 1227 Alokasi Waktu :

Lebih terperinci

BAB VI PROSES PENGELASAN

BAB VI PROSES PENGELASAN BAB VI PROSES PENGELASAN A. Pendahuluan. Pengelasan adalah penyambungan dua buah logam sejenis maupun tidak sejenis dengan mencairkan (memanaskan) logam tersebut di atas atau di bawah titik leburnya disertai

Lebih terperinci

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang * ANALISA PENGARUH KUAT ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKUATAN TARIK PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN LAS SMAW MENGGUNAKAN JENIS ELEKTRODA E7016 Anjis Ahmad Soleh 1*, Helmy Purwanto 1, Imam Syafa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW 30 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 KESIMPULAN 5.1.1 Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW mesin las GMAW ini adalah mesin las yang menggunakan shielding gas. Shielding gas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik 1. Mesin Las 2. Kabel Las 3. Pemegang Elektroda 4. Elektroda (Electrode) 5. Bahan Tambah (Fluks) Mesin Las Mesin las busur nyala listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah salah satu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri mengharuskan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan kelancaran kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

Gambar 1.7 Pengelasan busur plasma

Gambar 1.7 Pengelasan busur plasma Gambar 1.7 Pengelasan busur plasma Suhu plasma sekitar 28.000 O C atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan setiap logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan aset dan manajemen yang baik diperlukan agar sebuah usaha dapat berjalan lancar dan dapat berkembang menjadi usaha yang besar. Tak terkecuali di bidang

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal 35-43 MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN Oleh Muhammad Zaky Zaim Muhtadi 1 Abstrak Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada

Lebih terperinci

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN. PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN. Fenoria Putri Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414,

Lebih terperinci

BAB 8. Materi las acetylene

BAB 8. Materi las acetylene BAB 8 Materi las acetylene Pendahuluan Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER Wisma Soedarmadji*), Febi Rahmadianto**) ABSTRAK Tungsten Innert Gas adalah proses

Lebih terperinci

MENGELAS TINGKAT LANJUT

MENGELAS TINGKAT LANJUT KODE MODUL M5.20A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK LAS MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS GAS TUNGSTEN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Baja Baja adalah paduan antara unsur besi (Fe) dan Carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lain, seperti Mangan (Mn), Aluminium (Al), Silikon (Si) dll. Seperti diketahui bahwa,

Lebih terperinci

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI 4.1 Pengerian dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Las Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterbatasan sumber energi bahan bakar minyak (BBM) dewasa ini telah memacu perkembangan teknologi otomotif yang mengarah pada peningkatan efisiensi penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah menyambung dua benda kerja atau lebih, tanpa menggunakan atau dengan menggunakan bahan tambah dengan cara memanasi benda kerja tersebut

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF TUGAS AKHIR Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF Disusun : DIDIT KURNIAWAN NIM : D.200.03.0169 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

SUBMARGED ARC WELDING (SAW) SUBMARGED ARC WELDING Pengertian (SAW) Submerged Arc Welding (SAW) merupakan salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan memanaskan serta mencairkan benda kerja dan elektroda oleh busur listrik yang

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : TEKNIK PENGELASAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

MATA PELAJARAN : TEKNIK PENGELASAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK MATA PELAJARAN : TEKNIK PENGELASAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK Kompetensi guru 1. Pedagogik 1.Menguasai karak-teristik peserta didik dari aspek fisik, mo-ral, spiritual, sosial,kultural, emosional,dan intelektual

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL Pathya Rupajati 1), Hengky Fernando 2), Dwita Suastiyanti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci