1 BAB II 2 LANDASAN TEORI. untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 BAB II 2 LANDASAN TEORI. untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat"

Transkripsi

1 1 BAB II 2 LANDASAN TEORI A. Regresi Non-linear Analisis regresi merupakan metode dalam statistika yang digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Hosmer and Lemeshow, 2000). Berdasarkan pola hubungannya, analisis regresi terbagi atas analisis regresi linear dan analisis regresi non-linear. Menurut (Hasan, 1999) suatu model disebut model regresi nonlinear apabila variabel-variabelnya ada yang berpangkat. Contoh model regresi nonlinear dalam antara lain model parabola, kuadratik, hiperbola, dan lain-lain. Menurut Montgomery dan Peck (1992) model regresi nonlinear dalam parameter adalah suatu model apabila dideferensialkan hasilnya masih merupakan fungsi dalam parameter tersebut. Contoh model regresi nonlinear dalam parameter adalah model regresi logistik. Model regresi nonlinear dalam parameter menurut (Montgomery dan Peck, 1992) dapat dituliskan sebagai: y i = f(x i, θ) + ε i, i = 1, 2,..., n. (2.1) dengan, y i x i θ = variabel terikat ke-i = variabel bebas ke-i = parameter yang tidak diketahui ε i = error, dimana ε~n(0, σ 2 ) 6

2 Di bawah ini adalah contoh model regresi nonlinear dalam parameter: y i = e θx i + ε i. Karena df dθ = x ie θx i merupakan fungsi dalam θ maka model di atas adalah model nonlinear dalam parameter. B. Pengukuran Data Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam melakukan pengelompokkan perlu didasarkan pada pengukuran yang akurat. Menurut Siegel (1994) ada 4 skala pengukuran: 1. Skala nominal adalah pengukuran yang hanya untuk mengklasifikasikan suatu objek. 2. Skala ordinal adalah pengukuran yang menunjukkan tingkatan. Seperti sesuatu yang lebih disukai, lebih tinggi, lebih sulit, dan lain-lain. 3. Skala interval adalah pengukuran yang mempunyai segala sifat skala ordinal. Disamping itu jarak antara dua angka pada skala interval diketahui ukurannya. 4. Skala rasio adalah pengukuran yang mempunyai semua ciri pada skala interval. Disamping itu memiliki suatu titik nol sejati sebagai titik asalnya. C. Regresi Logistik Multinomial Regresi logistik multinomial (nominal dan ordinal) merupakan salah satu pendekatan pemodelan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan hubungan beberapa variabel bebas dengan suatu variabel respon multinomial (polytomous) (Adisanto, 2010) 7

3 Data berskala nominal merupakan data dengan angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Sedangkan data ordinal merupakan data yang menunjukkan suatu tingkatan pada variabel terikatnya. Apabila terdapat k yang berarti banyaknya kategori pada variabel bebas maka model logistik yang terbentuk sebanyak k 1. Menurut Agresti (1990), model umum regresi logistik multinomial untuk p banyaknya variabel terikat yang dinyatakan dalam vektor x i serta probabilitas kategori bebas ke-k sebagai berikut: π k (x i ) = P(y = k x i ) = exp (g k (x i )) k 1 j=0 exp (g j (x i )) (2.2) Jika ada urutan pada kategori respon (respon ordinal) maka model yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Misalkan z adalah variabel kontinu yang dapat dipotong-potong dengan titik-titik C 1,..., C j 1 untuk mendefinisikan j kategori ordinal yang masing-masing dengan peluang j i=1 π 1,..., π j dimana π i = 1. Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk regresi logistik ordinal ini, antara lain model logit kumulatif, proportional odds, adjacent categories logit, dan continuation ratio logit. Cumulative odds untuk kategori ke-j adalah P(z C j) P(z > C j ) = π π j π j π J Sehingga model kumulatif logit adalah log ( π π j π j π J ) = x j T β j (2.3) 8

4 Jika penduga linier x j T β j pada persamaan (2.3) memiliki intercept β 0j untuk kategori ke-j tetapi variabel kovariat tidak tergantung pada j, maka digunakan model proportional odds, yaitu log ( π π j π j π J ) = β 0j + β 1 x β p 1 x p 1 (2.4) Alternatif lainnya dari model kumulatif odd adalah rasio dari peluang sukses untuk kategori yang bersebelahan, yaitu π 1 π 2, π 2 π 3,..., π J 1 π J Sehingga model adjacent logit menjadi Model rasio peluang lainnya adalah Atau log( π j π j+1 ) = x j T β j (2.5) π 1, π 1 + p i2,..., π π J 1 π 2 π 3 π J π 1 π π J, sehingga model logit rasio menjadi π j p i2 π π J,..., π J 1 π J log = x T π j π j βj (2.6) J D. Pengujian Parameter Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) pengujian terhadap parameter model dilakukan sebagai upaya memeriksa peranan variabel bebas terhadap model. Uji yang dilakukan ada dua yaitu: 9

5 1. Pengujian Parameter dengan Uji Simultan atau Uji G Statistik uji G yaitu uji yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas dalam model secara bersama-sama. Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan adalah: H 0 β 1 = β 2 = = β j = 0 H 1 : β j 0 Digunakan uji statistik G, yaitu: G = D(untuk model tanpa variabel yang diamati) D(untuk model dengan variabel yang diamati) = 2 ln[ l o l k ] G = 2 ln(l o ) ( 2 ln(l k )) dengan l o adalah likelihood tanpa variabel bebas dan l k adalah likelihood dengan variabel bebas. Jika hipotesis nol benar, statistik uji G akan berdistribusi Chi-Square dengan derajat bebas k, dengan k adalah banyaknya prediktor dalam model. 2 Dengan demikian kriteria penolakan H 0 adalah G > X k,α Untuk mengetahui β j mana yang berpengaruh signifikan, dapat dilakukan uji parameter β j secara parsial dengan Uji Wald. 2. Pengujian Parameter dengan Uji Wald (Uji Parsial) Pengujian variabel dilakukan satu per satu menggunakan statistik Uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: 10

6 H 0 β j = 0 H 1 β j 0, j = 1, 2, 3,... p Statistik uji: W = [ β 2 j SE(β ] ; j = 1,2,, p (2.7) j ) Dengan β j adalah penduga dari β j dan SE(β j ) adalah standart error dari β j (penduga galat baku dari β j ). W diasumsikan mengikuti distribusi Chi- Square dengan derajat bebas 1. Menurut Utomo (2009) H 0 akan ditolak jika 2 nilai W > X (1;α) atau (p value) < α. Jika H 0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa β j signifikan. Dengan kata lain, variabel bebas X secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. E. Uji Kebaikan Model Uji kebaikan model (goodness of fit) penting dilakukan untuk mengetahui apakah model yang diperoleh sesuai atau tidak. Statistik uji yang digunakan adalah Pearson dengan hipotesis: H 0 : model regresi logistik sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan prediksi model) H 1 : model regresi logistik tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan prediksi model) Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji Pearson dengan rumus: g (o k n k π k) 2 C = k=1 (2.8) n k π k(1 π k) 11

7 dengan, o k : jumlah kejadian yang diamati di kelompok-k n k : jumlah observasi kelompok di kelompok-k π k : rata-rata kejadian kelompok-k Statistik uji C berdistribusi Chi-Square dengan derajat bebas g-2. H 0 diterima apabila nilai p value > α atau nilai C χ 2 (Hosmer dan Lemeshow, 2000). F. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R-Square) adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar variasi dalam data kadar gula darah penderita diabetes mellitus dapat dijelaskan oleh model regresi yang dibangun. Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya. Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Mc Fadden, Cox and Snell, dan Nagelkerke R-Square. (Rizki, 2016) Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel bebas mempengaruhi nilai variabel terikat. Menurut Rizki (2016), suatu model dikatakan baik bila koefisien Nagelkerke lebih dari 70% yang artinya bahwa variabel bebas yang dibuat model mempengaruhi 70% terhadap variabel terikat. 12

8 2 R MF = 1 [ likelihood model B likelihood model A ] Dengan R 2 MF merupakan koefisien determinasi McFadden. Berikut adalah rumus untuk mencari koefisien determinasi Cox and Snell. R 2 CS = 1 exp[ 2 [likelihood(model B) likelihood (model A)]] n Dengan R 2 CS merupakan koefisien determinasi Cox and Snell. 2 R MAX = 1 exp[ 2 likelihood (model A)] n R 2 N = [ R 2 CS R2 ] MAX Dengan R N 2 merupakan koefisien determinasi Nagelkerke. G. Odd Ratio Menurut (Hosmer dan Lemeshow, 1989) rasio kecenderungan adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Odd Ratio berfungsi untuk menginterpretasikan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika OR=1 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika OR>1 menunjukkan bahwa nilai peluang sukses lebih tinggi dari nilai yang dijadikan pembanding. Sedangkan jika nilai OR<1, maka peluang sukses lebih kecil dari nilai yang dijadikan pembanding. Sebagai contoh model regresi logistik multinomial dengan variabel bebas (Y) yang terdiri dari tiga kategori 1, 2 dan 3 dan dua variabel 13

9 terikat (X) yaitu X 1 dan X 2. Jika variabel terikat X 1 berskala kategori yang terdiri dari dua kategori, yaitu 0 dan 1, sedangkan variabel terikat X 2 kontinu, maka rumus Odd Ratio variabel X 1 pada fungsi logit 1 adalah Ψ = P(Y = 1 x = 1, X 2 )/P(Y=k x=1,x 2) P(Y = 1 x = 0, X 2 )/P(Y=k x=0,x 2 ) = exp [β 1] (2.9) Untuk ψ = 0 berarti bahwa x = 1 memiliki kecenderungan yang sama dengan x = 0 untuk menghasilkan Y = 1. Jika 1 < ψ < berarti x = 1 memiliki kecenderungan lebih besar ψ kali dibandingkan x = 0 untuk menghasilkan Y = 1 dan sebaliknya untuk 0 < ψ < 1 H. Diabetes Mellitus 1. Istilah Diabetes Mellitus Istilah diabetes mellitus diperoleh dari bahasa Latin yang berasal dari kata Yunani, yaitu diabetes yang berarti pancuran dan mellitus yang berarti madu. Jika diterjemahkan, diabetes mellitus adalah pancuran madu. Istilah pancuran madu berkaitan dengan kondisi pasien yang mengeluarkan sejumlah besar urine dengan kadar gula yang tinggi. Di Indonesia dikenal dengan nama kencing gula/kencing manis karena urine (kencing) pasien sering dikerumuni semut karena tingginya kadar gula dalam urine. Diabetes Mellitus (DM) atau yang biasa disebut kencing manis merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh kadar gula darah yang melebihi nilai normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak dapat bekerja dengan baik (Tandra, 2009). Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang paling sering ditemukan pada abad 21 dan telah menjadi penyebab 14

10 kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Itu berarti ada satu orang per sepuluh detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes (Tandra, 2009). Menurut Muchid (2005) diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang respontifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes mellitus sebagai penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak (lipid) dan protein, mengarah ke hiperglikemia (tingkat glukosa darah tinggi). Dari segi ilmiah, diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolik glukosa (molekul gula paling sederhana yang merupakan hasil pemecahan karbohirdrat) akibat defisiensi atau penurunan efektivitas insulin, yaitu hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa dan disekresikan oleh sel β pada pankreas. Kurangnya sekresi insulin menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan melebihi batas normal jumlah glukosa yang seharusnya ada dalam darah. Kelebihan glukosa tersebut akan dibuang melalui urine yang merupakan gejala awal penyakit diabetes mellitus. 15

11 2. Proses Terjadi Diabetes Mellitus Secara garis besar, tubuh mempunyai sistem yang dapat mengatur dan menyeimbangkan zat-zat yang mengalir di dalamnya. Demikian pula dengan glukosa, jumlah glukosa dalam tubuh biasanya sangat terkontrol. Manusia mendapatkan glukosa dari makanan yang manis, karbohidrat dan janis makanan lain (Sormin, 2008) Glukosa dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme agar dapat dimanfaatkan oleh sel-sel yang membutuhkan. Dalam proses pencernaan makanan, karbohidrat akan dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, yaitu glukosa agar mudah diserap tubuh. Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh sel yang akan digunakan sebagai energi. Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat. Oleh karena itu, untuk menormalkan konsentrasi glukosa darah, glukosa diubah dalam dua bentuk, yaitu glikogen disimpan dalam hati dan otot serta lemak disimpan dalam jaringan adiposa (Hembing, 2008). Menurut Hembing (2008), jika sedang lapar atau tidak ada asupan karbohidrat, konsentrasi glukosa darah akan turun. Dengan bantuan glukagon yaitu hormon yang disekresi sel α pankreas, glikogen hati akan dipecah lagi menjadi glukosa dan dilepaskan kembali ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa darah tetap normal. Metabolisme glukosa dapat berjalan secara normal melalui mekanisme timbal-balik insulin-glukagon untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal. 16

12 Produksi dan sekresi insulin dipacu oleh jumlah glukosa dalam darah. Jika jumlah glukosa telah mencapai kadar tertentu, insulin akan disekresikan dan membuka sel-sel dalam hati, otot dan lemak sehingga memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel-sel tersebut. Peningkatan produksi glukosa oleh hepar terjadi pada masa-masa awal diabetes, meskipun sepertinya setelah gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin pada otot rangka (Powers, 2010). Dengan demikian, glukosa tidak menumpuk dalam darah dan kadar glukosa darah tetap normal. Insulin mengatur kesanggupan glukosa untuk masuk ke dalam sel-sel yang membutuhkannya dan membantu proses oksidasi glukosa menjadi energi yang digunakan untuk beraktivitas. Pada kasus defisiensi insulin, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel sehingga konsentrsi glukosa di luar sel termasuk di dalam darah meningkat. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan diabetes dengan hiperglikemia puasa sehingga kegagalan sel mungkin terjadi (Powers, 2010). Namun, timbunan glukosa di luar sel dan di dalam darah tidak dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang diperlukan sel-sel. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akan dibuang melalui ginjal ke dalam urine sehingga terjadi glikosuria, yaitu glukosa terdapat dalam urine yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Peranan insulin adalah membantu mengubah glukosa menjadi energi bagi sel adalah dengan cara mentransfer glukosa darah ke dalam sel-sel yang membutuhkan. Glukosa dalam darah tidak dapat digunakan sebagai energi. Untuk dapat mengubah glukosa menjadi energi, glukosa harus ditransfer 17

13 terlebih dahulu ke dalam sel dan melalui proses oksidasi dalam sel yaitu respirasi sel. Selain itu, insulin mengubah glukosa menjadi energi cadangan (glikogen dan lemak). Jika glukosa darah belum dibutuhkan oleh sel-sel, kadar glukosa darah yang masih tinggi akan diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dan lemak akan disimpan dalam jaringan adiposa untuk menormalkan kadar glukosa darah. Jika insulin tidak disekresikan oleh sel-sel β pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen (cadangan energi yang disimpan hati) (Sormin, 2008). Dalam proses pencernaan karbohidrat pada kondisi normal, karbohidrat dicerna menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah meningkat. Insulin berperan dalam menjaga kadar glukosa darah tetap normal dengan cara: a. Mentransfer glukosa darah ke dalam sel-sel yang membutuhkan. Glukosa darah tidak dapat digunakan secara langsung menjadi energi, tetapi harus ditransfer terlebih dahulu ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa dapat diubah menjadi energi melalui proses oksidasi (respirasi). b. Jika tidak segera diubah menjadi energi, glukosa darah akan diubah menjadi glikogen dan lemak untuk disimpan sebagai energi cadangan. Asupan karbohidrat dalam tubuh dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Defisiensi insulin menyebabkan hal-hal berikut ini: 18

14 a. Gangguan saat glukosa darah ditransfer ke dalam sel sehingga saat kadar glukosa tinggi, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi. b. Gangguan saat glukosa menjadi glikogen dan lemak. Glukosa yang tidak dapat diubah menjadi energi dan glikogen beserta lemak, menyebabkan kadar glukosa darah tetap tinggi. Kondisi ini menyebabkan glukosa akan dibuang melalui ginjal ke dalam urine sehingga urine mengandung glukosa (glikosuria). Hal ini menyebabkan gangguan kadar glukosa dalam darah dalam tubuh, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Jika konsentrasi glukosa darah meningkat (melewati ambang batas ginjal), glukosa akan dikeluarkan melalui urine. Sebenarnya, ginjal dapat mencegah setiap glukosa agar tidak masuk ke dalam urine karena ginjal telah menyaring, tetapi jika kadar glukosa terlalu tinggi maka ginjal tidak mampu menyaring semua glukosa. Keadaan ini disebut dengan melewati ambang batas ginjal. Jika glukosa masuk ke dalam urine akan mengakibatkan kencing manis (diabetes mellitus) (Sormin, 2008). 19

15 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus a. Konsumsi Zat Gizi Menurut penelitian Sujaya (2009) konsumsi karbohidrat yang tinggi dapat meningkatkan kadar gula darah dan meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus sebanyak 10,28 kali. Selain itu orang dengan lemak tinggi dapat berisiko 5,25 kali lebih besar terkena diabetes mellitus, dibandingkan dengan orang yang konsumsi lemaknya rendah. Hasil penelitian Yuniatun (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi karbohidrat, protein dan lemak dengan tingginya kadar gula darah. b. Usia Menurut America Diabetes Association (ADA) tahun 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipoglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Meningkatnya usia mengakibatkan meningkatnya toleransi terhadap kadar gula darah (Misnadiarly, 2006). Jadi, untuk golongan usia lanjut diperlukan batas kadar gula darah yang lebih tinggi daripada batas yang dipakai untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus pada orang dewasa yang bukan merupakan golongan usia lanjut. Menurut Misnadiarly (2006), peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut disebabkan oleh beberapa hal: 20

16 1) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang 2) Perubahan karena usia lanjut sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular. 3) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan dan mengakibatkan obesitas. 4) Keberadaan penyakit lain seperti sering menderita stress, operasi dan sebagainya. 5) Sering menggunakan bermacam-macam obat. 6) Adanya faktor keturunan. c. Jenis Kelamin Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan bahwa prevalensi DM menurut pemeriksaan kadar gula darah pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi DM pada perempuan adalah 6,4% sedangkan pada laki-laki 4,9%. Grant, dkk. (2009) memaparkan bahwa variasi proporsi diabetes mellitus, khususnya pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti usia harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria. Selain itu, wanita juga lebih rentan terkena faktor-faktor resiko diabetes mellitus dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor tersebut diantaranya indeks massa tubuh serta tekanan darah yang lebih tinggi pada wanita (Juutilainen, 2004) 21

17 d. Indeks Massa Tubuh (IMT) Obesitas atau sering disebut juga dengan kegemukan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus, semakin berat tubuh maka akan membutuhkan semakin banyak pula hormon insulin yang dibutuhkan untuk metabolisme. Jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh harus disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui rumus Broca yaitu sebagai berikut: IMT = BB(Kg)/[TB(m)] 2 Keterangan BB : Berat Badan (Kg) TB : Tinggi Badan (m) IMT Normal Wanita = 18,5 23,5 IMT Normal Pria = 22,5 25 BB Kurang = kurang dari 18,5 BB Lebih Dengan Resiko = 23,0 24,9 Obesitas I = 25,0 29,9 Obesitas II = lebih dari 30,0 e. Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmhg. Angka 120 menyatakan tekanan atas pembuluh 22

18 arteri akibat denyutan jantung atau disebut juga tekanan systole. Tekanan systole ini digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole. Angka 80 menyatakan tekanan saat jantung tidak sedang berkontraksi atau beristirahat di antara pemompaan atau disebut juga tekanan diastole. f. Ukuran Serum Darah (Blood Serum Measurment) Kadar darah dalam tubuh dapat ditentukan dari Total Kolesterol (TC). Low-Density Lipoprotein (LDL), High-density Lipoprotein (HDL), Thyrocalcitonin Hormone (TCH), Loss Trigliserida (LTG). Berikut merupakan kadar total kolesterol pada darah: Tabel 1. Kadar dari Total Kolesterol pada Darah Total Kolesterol Kurang dari 200 mg/dl (5,17 mmol/l) mg/dl (5,17-6,18 mmol/l) Lebih dari 240 mg/dl (6,21 mmol/l) Standar yang baik Batas normal tertinggi Tinggi Kadar darah lainnya adalah Low-Density Lipoprotein sering juga disebut dengan istilah kolesterol jahat, yaitu kolesterol yang mengangkut paling banyak kolesterol dan lemak di dalam darah. Kadar Low-Density Lipoprotein yang tinggi dan pekat akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada dinding-dinding pembuluh darah pada saat transportasi 23

19 dilakukan. Kolesterol yang melekat perlahan-lahan membentuk tumpukan endapan seperti plak pada dinding-dinding pembuluh darah. Akibatnya saluran darah terganggu dan ini bisa meningkatkan resiko penyakit pada tubuh. Berikut merupakan kadar Low-Density Lipoprotein pada darah. Tabel 2. Kadar dari Low-Density Lipoprotein pada Darah Low-Density Lipoprotein Kurang dari 100 mg/dl (2,6 Optimal mmol/l) mg/dl (2,6-3,34 mmol/l) Mendekati Optimal mg/dl (3,34-4,13 mmol/l) mg/dl (4,14-4,90 mmol/l) Batas Normal tertinggi Tinggi Selanjutnya, High-density lipoprotein sering disebut kolesterol baik. Kolesterol High-density lipoprotein ini mengangkut kolesterol lebih sedikit dan mengandung banyak protein. High-density lipoprotein berfungsi membuang kelebihan kolesterol yang dibawa oleh low-density lipoprotein dengan membawanya kembali ke hati dan kemudian diurai kembali. Membawa kelebihan kolesterol ini, artinya membantu mencegah terjadinya pengendapan dan mengurangi terjadinya plak di pembuluh darah yang dapat mengganggu peredaran darah dan membahayakan tubuh. Berikut merupakan kadar Highdensity lipoprotein pada darah. 24

20 Tabel 3. Kadar dari High-density lipoprotein pada Darah High-density lipoprotein Kurang dari 40 mg/dl (1,04 Rendah mmol/l) Lebih dari 60 mg/dl (1,56 mmol/l) Tinggi Lalu ada pula Thyrocalcitonin Hormone (TCH), yaitu hormon tiroid untuk mensekresikan kalsitonin, yang berfungsi menyeimbangkan kadar kalsium darah normal. Kadar normal hormon tiroid adalah 0,4 4,5 mlu/l (mili-internasional unit per liter). Kemudian Loss Trigliserida (LTG), trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah yang bermanfaat sebagai energi. Bila tubuh menerima makanan melebihi yang diperlukan tubuh maka akan disimpan sebagai trigliserida dalam sel-sel lemak untuk penggunaan selanjutnya. Kadar trigliserida yang tinggi disebabkan oleh obesitas dan gaya hidup kurang berolahraga. Kadar trigliserida melebihi batas normal teringgi merupakan salah satu faktor resiko sindroma metabolik yang meningkatkan resiko diabetes mellitus, hal ini disebabkan karena jika kadar trigliserida meningkat dalam sel lemak akan merangsang pelepasan sel-sel inflamasi tertentu yang disebut cytokine ke aliran darah. Ini nantinya akan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengendalikan tingkat gula darah yang meningkatkan resiko diabetes. Berikut merupakan kadar trigliserida dalam darah. 25

21 Tabel 4. Kadar Trigliserida dalam Darah Trigliserida Kurang dari 150mg/dl (1,69 mmol/l) mg/dl (1,69-2,25 mmol/l) mg/dl (2,26-2,65 mmol/l) Lebih besar dari 500 mg/dl (5,64 mmol/l) Normal Batas Normal Tertinggi Tinggi Sangat Tinggi Selanjutnya kadar glukosa darah, hormon insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa di dalam darah, pada orang normal kadar glukosa darah sekitar mg/dl waktu puasa dan kurang dari 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan daam kondisi normal akan terganggu dan kadar glukosa darah cenderung naik. Akibat dari kadar glukosa naik maka glukosa berlebih dan dikeluarkan melalui urine sehingga terjadi glukosuria atau adanya glukosa dalam urine. Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Hal ini disebabkan kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah memadai 26

22 dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat ddan menyebabkan diabetes mellitus. Tabel 5. Kriteria Penegakan Diagnosis (Muchid, 2005) Glukosa Plasma Puasa (mg/dl) Glukosa Plasma 2 jam setelah makan (mg/dl) Normal < 100 < 140 Pra-diabetes Diabetes Gejala Diabetes Mellitus Gejala diabetes mellitus dapat dirasakan secara fisik. Gejala diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. a. Gejala akut penyakit diabetes mellitus Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu pasien ke pasien lainnya tidak selalu sama, bahkan ada pasien diabetes yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat tertentu. Berikut merupakan gejala akut yang biasanya terjadi pada pasien diabetes mellitus: (Misnadiarly, 2006). 1) Pada awalnya gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: a) Banyak makan (Polifagia) Kadar glukosa yang tidak masuk ke dalam sel menyebabkan timbulnya rangsangan ke otak untuk mengirim pesan lapar. Akibatnya pasien semakin seirng makan. Kadar glukosa pun semakin tinggi, tetapi tidak 27

23 seluruhnya dapat dimanfaatkan tubuh karena tidak bisa masuk ke sel tubuh. b) Banyak minum (Polidipsia) Semakin banyak urine yang dikeluarkan, tubuh semakin kekurangan air. Akibatnya, timbul rasa haus dan ingin minum terus. c) Banyak buang air kecil (Poliuria) Kadar glukosa darah yang berlebihan akan dikeluarkan melalui urine. Akibat tingginya kadar glukosa darah, pasien merasa ingin buang air terus dan dalam jumlah urine yang banyak. 2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka akan timbul gejala: a) Banyak minum yang berakibat sering buang air kecil b) Mudah lelah serta berat badan menurun dalam waktu relatif singkat dan sering merasa lemah, lesu serta tidak bergairah. Hal ini disebabkan glukosa yang merupakan sumber energi dan tenaga tubuh, tidak dapat masuk ke dalam sel. Oleh karena itu, sumber energi akan diambil dari cadangan lemak dan dari hati. Jika dipakai terus, cadangan energi dari lemak dan hati akan berkurang. Akibatnya, badan semakin kurus dan berat badan menurun. Menurunnya berat badan sekitar 5 10 kg dalam waktu 2 4 minggu. c) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual bahkan pasien akan jatuh koma yang disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes mellitus akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, yaitu melebihi 600 mg/dl. 28

24 b. Gejala kronik penyakit diabetes mellitus Pasien diabetes mellitus seringkali tidak menunjuukkan gejala akut tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap penyakit diabetes. Gejala kronik yang sering dialami pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut: 1) Kesemutan 2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum 3) Rasa tebal di kulit 4) Kram 5) Lelah 6) Mudah mengantuk 7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata 8) Iritasi genital (kemaluan) yang disebabkan jumlah glukosa yang besar dalam urine sehingga genital terinfeksi jamur. 9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas. 10) Kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi. 11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg. 29

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam penelitian

1 BAB I 2 PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam penelitian 1 BAB I 2 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Statistika merupakan salah satu disiplin ilmu yang penerapannya hampir di semua aspek kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa peranan statistika sangat diperlukan

Lebih terperinci

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012 DIABETES UNTUK AWAM Desember 2012 Apa itu Tubuh Manusia? Tubuh manusia seperti mesin yang komplex Glukosa adalah bahan bakar dari tubuh manusia Bagaimana tubuh kita menggunakan glukosa? Glukosa digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Sosial Suami Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan oranglain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan / motivasi atau semangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes adalah gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi, serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus adalah penyakit yang terjadi apabila tubuh tidak dapat menggunakan energi dari glukosa yang ada, disebabkan karena tidak cukup memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus adalah suatu penyakit, di mana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang telah merambah ke seluruh lapisan dunia. Prevalensi penyakit ini meningkat setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus, DM diabaínein (bhs yunani): διαβαίνειν,, tembus atau pancuran air Mellitus (bahasa Latin): rasa manis dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes di Indonesia menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dunia sekarang ini banyak ditemukan penyakit yang disebabkan karena pola hidup dibandingkan dengan penyakit infeksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan mengalami peningkatan di masa datang (Suyono, 2014). Diabetes melitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun

Lebih terperinci

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK 1. Data Biner Data biner merupakan data yang hanya memiliki dua kemungkinan hasil. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) dengan peluang masing-masing

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menahun karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. Definisi Diabetes Mellitus (DM) Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian zat gula didalam tubuh (darah) pada tubuh normal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. Definisi Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang dapat terjadi akibat dari faktor keturunan. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Diabetes Mellitus

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Diabetes Mellitus TINJAUAN PUSTAKA Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan

BAB I PENDAHULUAN. lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Proses ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, bertambah pula prevalensi penyakit-penyakit degeneratif. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). DM dikenali sekitar 1500 tahun sebelum Masehi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh pada lansia maka akan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Militus Salah satu penyakit yang timbul akibat gangguan metabolisme glukosa darah adalah diabetes melitus (DM) yang merupakan suatu kondisi ketika kadar glukosa (gula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sensitivas otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci