jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt"

Transkripsi

1 - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 24 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Tahun 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 45); 13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembar Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 60), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

3 - 3 - Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 88); 14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6S Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64); 15. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 31 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 31 Seri E); 16. Peraturan Daerah Kota Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tahun 2006 Nomor 70); 17. Peraturan Daerah Kota Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 83); 18. Peraturan Daerah Kota Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tahun (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 89); 19. Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 93); 20. Peraturan Daerah Kota Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tahun (Lembaran Daerah Kota Tahun 2013 Nomor 140); 21. Peraturan Walikota Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Tata Cara dan Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Berita Daerah Kota Tahun 2010 Nomor 268); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4 Walikota adalah Walikota. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota. 6. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala SKPD adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota. 7. Badan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota. 8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota. 9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Kota untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Pemerintah Kota. 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tahun yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah rencana pembangunan Daerah yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 11. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah atau RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk 1 (satu) tahun. 12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Kota untuk periode 1 (satu) tahun. 13. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja-SKPD adalah rencana pembangunan tahunan SKPD yang merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 14. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD dan rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. 15. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

5 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD. 17. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud dibentuknya Peraturan Walikota ini adalah untuk memberikan pedoman bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang terarah dan berkualitas. (2) Tujuan dibentuknya Peraturan Walikota ini adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam rangka mewujudkan perencanaan pembangunan daerah Kota untuk periode 1 (satu) tahun. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 (3) Ruang lingkup Peraturan Walikota ini adalah mengatur dan menetapkan hal yang berkenaan dengan RKPD Tahun 2014, meliputi: a. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun lalu; b. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah beserta Kerangka Pendanaan; c. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2014; dan d. Rencana Program dan Prioritas Daerah. (4) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. BAB IV FUNGSI DAN KAIDAH PELAKSANAAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 Pasal 4 (1) RKPD Tahun 2014 adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yaitu tahun 2014 yang

6 - 6 - dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember (2) RKPD Tahun 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah yang memuat isu strategis pembangunan berdasarkan hasil evaluasi tahun sebelumnya, kerangka ekonomi Daerah, prioritas program dan kegiatan. (3) RKPD bertujuan untuk menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan di Daerah baik antar wilayah, antar sektor pembangunan, maupun antar tingkat pemerintahan, serta mewujudkan efisiensi dan efektifitas alokasi sumberdaya. (4) RKPD Tahun 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berfungsi sebagai : a. Pedoman Penyusunan Renja-SKPD; dan b. Pedoman dalam rangka penyusunan KUA, PPAS dan RAPBD Tahun 2014; Pasal 5 (1) Dalam rangka penyusunan Renja-SKPD Tahun 2014, SKPD menggunakan RKPD Tahun 2014 untuk : a. Penyusunan Rancangan Akhir Renja-SKPD; dan b. Sebagai bahan penyusunan RKA-SKPD. (2) Kepala Badan melakukan penelaahan terhadap rancangan akhir Renja-SKPD mengenai kesesuaiannya dengan Renstra-SKPD serta tugas pokok dan fungsi SKPD. Pasal 6 Kaidah-kaidah pelaksanaan RKPD Kota Tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Dalam rangka pengendalian pelaksanaan pembangunan, Kepala SKPD melakukan pemantauan dan mengevaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan; b. Kepala Badan menghimpun dan menganalisis serta mengevaluasi hasil pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing SKPD; dan c. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan RKPD tahun yang akan datang. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

7 - 7 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota. Ditetapkan di pada tanggal 26 Juni 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA, Ttd. Diundangkan di pada tanggal 26 Juni 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA TASIKMALAYA, H. BUDI BUDIMAN Ttd. H. I. S. HIDAYAT BERITA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 NOMOR

8 - 1 - LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tahun 2014 adalah dokumen perencanaan pelaksanaan program/kegiatan tahunan Kota yang merupakan rencana kerja tahunan untuk tahun kedua dalam paruh pertama fokus pembangunan RPJMD Tahun yang dinamai fokus pembangunan tahun , yaitu peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur daerah pembangunan infrastruktur daerah ini meliputi infrastruktur pemerintahan, kesehatan, pendidikan dan perekonomian serta kemasyarakatan yang didukung oleh infrastruktur ke- PU-an yang berkualitas dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Fokus pembangunan periode ini merupakan upaya penyediaan infrastruktur sebagai modal dasar untuk pelaksanaan pada fokus pembangunan tahun RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, serta prakiraan pagu dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif. Berdasarkan acuan tersebut, maka rencana kerja dan pendanaan RKPD akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota serta berbagai pemangku kepentingan lainnya sebagai wujud dari pola perencanaan partisipatif. RKPD akan memuat kebijakan publik dan arah kebijakan pembangunan daerah selama setahun, yang diharapkan dapat menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen pemerintah daerah yang harus dilaksanakan secara konsisten. Selain daripada itu RKPD juga merupakan acuan bagi OPD dalam menyempurnakan Renja OPD untuk tahun yang sama. Kebijakan pembangunan Kota tahun 2014ditujukan pada pembangunan untuk mengatasi 7 (tujuh) isu strategis yaitu

9 - 2 - :Infrastruktur Daerah, Kualitas Sumber Daya Manusia (Pendidikan dan Kesehatan),Pendapatan dan Daya Beli Masyarakat,Penanggulangan Kemiskinan,Tata Ruang, Pemukiman dan Lingkungan,Tata Kelola PemerintahanTata Nilai dan Kebudayaan Daerah. Pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2014 melalui pendekatan pemerataan pembangunan dengan melakukan evaluasi pembangunan tahun 2012 serta tahun berjalan(2013) untuk mencapai target pembangunan yang ditetapkan. Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2014dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dengan memperhatikan seluruh aspirasi stakeholder pembangunan yang dapat digambarkan dalam gambar berikut: Gambar 1.1 Bagan Alur Proses Penyusunan RKPD Kota Tahun Prinsip Penyusunan RKPD Berdasarkan Peraturan Daerah Kota No. 12 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah bahwa perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Transparan; 2. Responsif; 3. Efisien; 4. Efektif;

10 Akuntabel; 6. Partisipatif; 7. Terukur; 8. Berkeadilan; dan 9. Berkelanjutan Landasan Hukum Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi penyusunan RKPD Kota Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaram Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

12 - 5 - Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 22. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; 23. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/MPPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);. 25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 24 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 87)

13 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 60) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 88); 27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64); 28. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 79 Seri E); 29. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor.. Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014(Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor.. Seri..); 30. Peraturan Daerah Kota Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tahun 2006 Nomor 70); 31. Peraturan Daerah Kota Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 83); 32. Peraturan Daerah Kota Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 88); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Nomor 6 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tahun 2010 Nomor 119); 33. Peraturan Daerah Kota Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tahun (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 89); 34. Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tahun 2008 Nomor 93);

14 Peraturan Daerah Kota Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tahun (Lembaran Daerah Kota Tahun 2013 Nomor 140); 36. Peraturan Walikota Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Tata Cara dan Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Berita Daerah Kota Tahun 2010 Nomor 268); 1.4. Hubungan Antar Dokumen RKPD Tahun 2014 merupakan dokumen perencanaan teknis operasional untuk kurun waktu satu tahun yang disusun berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah. Selain mengacu kepada RPJPD Kota dan RPJMD Kota, RKPD Tahun 2014 Kota juga mengacu kepada dokumen perencanaan tingkat Provinsi yaitu RPJMD Provinsi Jawa Barat , RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 serta Dokumen perencanaan Nasional yaitu RPJMN dan RKP Tahun RPJM Nasional RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , pada tanggal 15 Januari Ada 3 (tiga) dokumen sebagai lampiran dari Perpres No.5/2010, yaitu: (i) Buku I dengan judul: Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan, (ii) Buku II dengan judul: Memperkuat Sinergi Antar bidang Pembangunan, dan (iii) Buku III dengan judul: Memperkuat Sinergi Antara Pusat dan Daerah dan Antar Daerah. RPJM Nasional tersebut menjadi acuan penyusunan RKPD Kota Tahun 2014, khususnya dalam menjabarkan programprogram sektoral dan program kewilayahan / regional. Program yang bersifat sektoral, antara lain dapat dilihat pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Inpres ini memuat program-program yang dinaungi ke dalam Program Pro-Rakyat, Program Keadilan untuk Semua (justice for all); dan Program Pencapaian Tujuan Milenium (Millenium Development Goals - MDGs) RKP 2014

15 - 8 - Isu strategis dalam RKP 2014 dimaksudkan untuk lebih memfokuskan upaya pemerintah untuk hal-hal yang signifikan, berdampak luas dan yang berfungsi sebagai pengungkit sehingga penanganannya dapat tuntas. Isu strategis disusun dengan berdasarkan kepada dua hal, yaitu: (i) Arahan Presiden; dan (ii) Hasil Review paruh waktu RPJMN Berikut ini adalah isu strategis yang telah dikelompokkan berdasarkan Prioritas Nasional. Isu Strategis untuk mendukung Prioritas Nasional : 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, adalah: Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, Peningkatan kualitas pelayanan publik dan Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Birokrasi. Isu Strategis untuk mendukung Prioritas Nasional 2. Pendidikan, adalah: Peningkatan akses pendidikan dasar dari keluarga miskin, Pelaksanaan kurikulum baru pendidikan 2013/2014 secara bertahap dan Pelaksanaan pendidikan menengah universal. Isu Strategis untuk mendukung Prioritas Nasional 3. Kesehatan, adalah: Penurunan dan pencegahan penyakit (HIV AIDS dan Malaria) dan Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB yang merata. 4. Ketahanan Pangan, adalah: Kesejahteraan petani/nelayan dan Peningkatan produksi perikanan. 5. Infrastruktur, adalah: Penyediaan infrastruktur dasar untuk menunjang peningkatan kesejahteraan, Penyediaan infrastruktur yang mengurangi kesenjangan antar wilayah, serta Penyediaan infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi. 6. Iklim Investasi dan Iklim Usaha, adalah: Penurunan Biaya Logistik Nasional dan Pengembangan fasilitas pendukung KEK yang telah ditetapkan dan penetapan KEK baru. 7. Energi, adalah: Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi serta Peningkatan Rasio Elektrifikasi dan Peningkatan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi. 8. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, adalah: Pengendalian perubahan iklim dan Peningkatan kualitas lingkungan. 9. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Paska Konflik, adalah : Pembangunan Daerah Tertinggal serta Penguatan Diplomasi dan Pembangunan Infrastruktur, hankam, serta fasilitas Custom, Immigration, Quarantine, Security (CIQS) kawasan perbatasan. Isu Strategis untuk mendukung Prioritas Nasional

16 - 9 - Bidang Polhukam : Pembinaan masyarakat Bidang Perekonomian Bidang Kesejahteraan Rakyat : Akselerasi industrialisasi dengan sasaran pertumbuhan industri nonmigas serta Peningkatan Pemahaman dan Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) : Peningkatan kerukunan beragama dan Peningkatan budaya dan prestasi olahraga di ingkat regional dan internasional RPJMD Propinsi Jawa Barat RPJMD Propinsi Jawa Barat diitetapkan dengan Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Perda Provinsi Jawa Barat No. 25 Tahun Dalam dokumen perencanaan tersebut disebutkan bahwa pembangunan di Jawa Barat diarahkan untuk mencapai Visi : "Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera". Dengan 5 Misi : Misi Pertama, Mewujudkan Sumberdaya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2014 yaitu manusia Jawa Barat yang agamis, berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, memiliki spirit juara dan siap berkompetisi. Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2014 yaitu ekonomi Jawa Barat yang kompetitif dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya. Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2014 yaitu infrastruktur Jawa Barat yang siap mendukung pertumbuhan ekonomi tinggi. Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2014 yaitu lingkungan Jawa Barat yang menjamin keberlanjutan pembangunan. Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat

17 yaitu pemerintahan Jawa Barat yang dapat diandalkan untuk mengawal pembangunan RKPD Propinsi Jawa Barat 2014 Tema pembangunan tahunan daerah Jawa Barat Tahun 2014 yaitu Pembangunan Jawa Barat yang lebih fokus, efektif dan efisien melalui sinkronisasi dan sinergi berderajat tinggi berbasis multipihak dan mitra strategis global untuk mewujudkan masyarakat Jawa Barat yang lebih maju dan sejahtera Adapun isu strategis pembangunan daerah Jawa Barat Tahun 2014 yaitu : 1. Aksesibilitas dan kualitas pendidikan, kepemudaan serta kualitas kesehatan 2. Dukungan Penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi Tahun 2014 dan Pekan Olahraga Nasional Tahun 2016 serta sarana prasarana olahraga Kabupaten/Kota; 3. Pertumbuhan penduduk dan persebarannya 4. Pengangguran, ketenagakerjaan dan pengurangan kemiskinan 5. Kualitas perekonomian, daya beli masyarakat dan Ketahanan Pangan 6. Kualitas demokrasi dan Pemilu Nasional Tahun Efektifitas tata kelola pemerintahan daerah 8. Penanganan ketertiban, ketenteraman masyarakat 9. Perlindungan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) 10. Pengelolaan aset Daerah 11. Penegakan dan Harmonisasi produk hukum 12. Cakupan pelayanan infrastruktur dan permukiman serta pelibatan komunitas 13. Ketahanan energi dan kualitas air baku 14. Lahan kritis dan kualitas lingkungan hidup 15. Bencana alam dan perubahan iklim 16. Kualitas pemerintahan desa dan infrastruktur perdesaan 17. Pelestarian budaya, sarana seni dan budaya serta destinasi budaya. Penyusunan RKPD Kota Tahun 2014ditujukan sebagai upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis antara perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota serta dengan daerah yang berbatasan. Oleh karenanya, substansi RKPD Tahun 2014 harus selaras dengan

18 dokumen perencanaan tingkat pusat dan dokumen perencanaan tingkat provinsi serta memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan di kabupaten/kota di Jawa Barat sehingga terjadi sinergitas perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD : Tujuan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tahun 2014 adalah : 1. Terwujudnya pencapaian Visi dan Misi Kota ; 2. Terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergitas pembangunan baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan; 3. Terwujudnya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan; 4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha; serta 5. Tercapainya pemanfaatan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan 1.6. Sistematika Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tahun 2014, yang mengimplementasikan perencanaan pembangunan jangka menengah dan penganggaran tahunan, disusun dalam sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjelaskan tentang latar belakang penyusunan RKPD Tahun Landasan Hukum Menjelaskan dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD tahun Hubungan Antar Dokumen Menjelaskan tentang hubungan RKPD tahun 2014 dengan dokumen-dokumen perencanaan baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota Sistematika Dokumen RKPD Menjelaskan kerangka pemikiran tentang substansi RKPD yang ingin dituju berdasarkan tema perencanaan tahunan yang dicanangkan.

19 Maksud dan Tujuan Menjelaskan tentang maksud dan tujuan penyusunan RKPD Tahun BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CARA PENCAPAIAN KERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Menjelaskan tentang kondisi terkini berdasarkan capaian target pembangunan tahun Evaluasi Pelaksanaan Program dan RKPD sampai tahun berjalan dan realisasi RPJMD Menjelaskan realisasi, hasil capaian program dan kegiatan yang direncanakan dalam RKPD 2011 serta pencapaian indikator RPJMD Kota 2.3. Permasalahan Pembangunan Identifikasi permasalahan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN Tujuan dan Sasaran Pembangunan Menjelaskan tentang tujuan dan sasaran pembangunan Prioritas Pembangunan Daerah Menjelaskan tentang prioritas pembangunan daerah berdasarkan evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun 2012 serta kondisi daerah. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Menjelaskan rincian rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, target, satuan, pagu indikatif, lokasi, OPD Penanggungjawab dan keterkaitannya dengan prioritas dan sasaran pembangunan yang ditetapkan, yang dirangkum dari usulan rencana program dan kegiatan prioritas daerah OPD ke dalam tabel rekapitulasi rencana program dan kegiatan prioritas Daerah tahun 2014 BAB VI PENUTUP

20 Menguraikan tentang hal-hal pokok yang termuat dalam keseluruhan dokumen RKPD, sebagai pedoman bagi semua pihak dalam memfungsikan RKPD sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pada bagian ini juga memuat antara lain: 1. Keterpaduan dan sinkronisasi penyusunan program dan kegiatan di dalam dan di antara OPD dengan memperhatikan peran/tanggung jawab/tugas OPD; 2. Peranan masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, program, dan kegiatan RKPD; 3. Penegasan RKPD sebagai acuan penyusunan Kebijakan Publik dan APBD;Penegasan tentang kewajiban pemerintah daerah untuk mengevaluasi pelaksanaan program RKPD

21 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota secara geografis berada di bagian tenggara wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak dari ibukota provinsi, Bandung, ±105 km dan dari ibukota negara, Jakarta, ±255 km. Wilayah ini berada pada posisi BT dan LS, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisayong dan Kecamatan Sukaratu Kabupaten serta Kecamatan Cihaurbeuti dan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis (dengan batas Sungai Citanduy); - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Manonjaya dan Kecamatan Gunung Tanjung Kabupaten ; - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten (dengan batas Sungai Ciwulan); dan - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukaratu, Kecamatan Leuwisari, Kecamatan Singaparna, Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten. Kota terdiri atas 69 Kelurahan yang berada pada 10 Kecamatan (Peraturan Daerah Kota Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Bungursari dan Kecamatan Purbaratu). Luas wilayah keseluruhan 183,85 km2, dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak jiwa, maka kepadatan kotor penduduknya (gross density) mencapai sekitar jiwa/km2. Kota memiliki curah hujan pada tahun 2009 s/d 2011 rata-rata memiliki nilai 275 mm/tahun ini menunjukkan bahwa Kota merupakan daerah yang memiliki curah hujan sedang dengan suhu udara rata-rata antara C. Bentang alam wilayah Kota berada pada daerah dengan ketinggian berkisar antara di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai dataran dengan kemiringan relatif landai. Daerah tertinggi berada di Kelurahan Bungursari Kecamatan Bungursari (kaki Gunung Galunggung) yaitu 503 mdpl sedangkan yang terendah berada di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu yaitu sekitar 201 mdpl. Ditinjau dari segi fisiografi wilayah tempat tertinggi Kota terdapat di bagian barat dan selatan kemudian menurun ke tengah di sekitar pusat kota menuju utara sebagian kecil dari timur ke tengah dan utara Kota. Pada bagian selatan wilayah Kota di sekitar Kecamatan Kawalu dan Cibeureum kondisinya cenderung berbukit-bukit dengan ciri hutan dan kebun campuran. Kondisi geomorfologi tersebut menunjukan terbagi duanya wilayah Kota dalam arah barat laut ke arah selatan Kota. Kondisi fisik bentang alam ini sangat terkait dengan kondosi hidroliginya dimana Kota terbagi ke dalam dua Daerah Aliran Sungai (DAS) di sebelah utara hingga timur laut merupakan DAS

22 Citanduy dengan aliran air menuju arah Kecamatan Cikoneng Ciamis dengan limpasan air rata-rata harian 5,5 m3/detik, sedangkan di sebelah barat hingga barat daya merupakan DAS Ciwulan dengan airnya menuju arah Sukaraja Kabupaten dengan limpasan air rata-rata harian 13,7 m3/detik. Selain kedua daerah aliran sungai tersebut potensi air permukaan Kota memiliki 7 buah waduk/situ yaitu Situgede di Kecamatan Mangkubumi, Situ Cicangri dan Rusdi di Kecamatan Tamansari, Situ Cibeureum, Situ Cipajaran, Situ Malingping dan Situ Bojong di Kecamatan Cibeureum dengan perkiraan daya tampung airnya sebanyak m3. Penggunaan lahan di wilayah Kota menurut hasil interpretasi foto udara tahun 2008 secara garis besar terdiri dari 1.884,82 Ha atau sekitar 10,90% luas lahan terbangun dan sekitar ,34 Ha atau sekitar 89,10% luas lahan tidak terbangun. Tabel 2.1 Penggunaan Lahan di Kota Tahun 2011 Lahan Terbangun Lahan Non Terbangun Perumahan / 1.539,00 Ha 8,90 % Pertanian 6.300,92 Ha 36,45 % permukiman Jasa dan perdagangan 122,23 Ha 0,71 % Kebun 6.157,19 Ha 35,62 % campuran LANUD 111,55 Ha 0,65 % Ladang 1.776,07 Ha 10,28 % Perkantoran, Pusat 112,04 Ha 0,65 % Hutan 409,06 Ha 2,37 % Pemerintah, Fasilitas Sosial dan Transportasi,Militer, Industri, Fasilitas Olahraga, Sarana Olahraga, Terminal dan Stasiun Lahan kosong 338,11 Ha 1,96 % Lahan galian pasir, TPU, taman, situ, lahan tidak produktif, belukar dan lahan lainnya 418,13 Ha 2,42 % 1.884,82 Ha 10,90% ,34 Ha 89,10% Berdasarkan informasi di atas, maka secara umum dapat dikemukakan bahwa Kota masih memiliki lahan cukup luas untuk pengembangan fisik kota ke depan. Meskipun demikian, sesuai amanat UUPR No. 26 Tahun 2007 terdapat lahan yang harus disiapkan untuk lahan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari total luas lahan Kota, terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat.

23 Aspek Demografi Pada Tahun 2011 jumlah penduduk Kota berjumlah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga, dengan kepadatan rata-rata jiwa/km2 persebarannyaa tidak merata, di Kecamatan Cihideung dan Tawang tingkat kepadatan penduduk masing-masing mencapai jiwa dan jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Tamansari yang hanya didiami oleh jiwa setiap Km². Piramida penduduk Kota yang disusun berdasarkan kelompok umur penduduk 5 tahunan, maka Kota termasuk wilayah penduduk muda. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik piramida penduduk Kota Tahun 2011, dimana bentuk grafiknyaa cenderung mengerucut di bagian atas. Gambar batang yang paling atas memanjang dikarenakan kelompok umur tahun; tahun; dan 70 tahun lebih, disatukan datanya pada kelompok umur 60 tahun keatas. Penduduk Kota yang terbesar yaitu pada kelompok umur tahun, sehingga program- sasarannya pada kelompok program Pemerintah Kota harus lebih diutamakan umur tahun. Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kota Tahun Th < Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th 5-9 Th 0-4 Th ( Ribuan ) Laki-laki Perempuan Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pada Tahun 2011, LPE Kota sebesar 5,81%, yang disumbang oleh pertumbuhan positif hampir seluruh aktivitas ekonomi. Pesatnya pembangunan fisik kota mudah dilihat dari menjamurnya perumahan baru dan usaha sektor swasta/publik, seperti mall, rumah sakit, hotel dan restoran, dan pusat hiburan. Dinamisnya pertumbuhan ekonomi kota di usaha-usaha unggulan memacu bertumbuhnya usahaa pendukungnya, seperti pembiayaan/keuangan; listrik, gas dan air; transportasi dan komunikasi; jasa; bahkan sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) pun ikut bergerak tumbuh.

24 Sektor bangunan serta perdagangan hotel dan restoran selalu menjadi sektor yang tumbuh paling pesat, sebagian besar imigran yang datang ke Kota bekerja pada sektor ini, dengan pertumbuhan sektor bangunan selalu di atas 10 persen diikuti oleh sektor perdagangan dengan pertumbuhan di atas 8 persen, akan tetapi ketidakstabilan harga dan tingginya tingkat kompetisi membuat pertumbuhan sektor ini sedikit mengalami perlambatan hingga turun menjadi 7,74 pada Tahun Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Sektoral Kota Tahun (%) No. Lapangan Usaha Pertanian 3,99 0,16 0,64 1,10 1,29 2. Pertambangan dan Penggalian 1,65 1,75 1,60 1,14 2,19 3. Industri Pengolahan 6,77 5,01 5,20 4,89 4,84 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8,68 5,99 6,96 5,03 5,10 5. Bangunan 10,36 11,54 10,46 10,22 11,56 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,08 8,61 8,25 8,31 7,74 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,90 2,20 2,41 2,46 3,10 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,82 5,62 5,52 5,39 5,10 9. Jasa-jasa 1,40 1,94 2,20 2,15 2,18 LPE 5,98 5,70 5,72 5,73 5,81 Sumber : BPS Kota Sektor-sektor yang pertumbuhannya berada pada kisaran 2% yang mengandalkan hasil sumber daya alam yaitu sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian menunjukan ciri dari wilayah perkotaan disamping nilai dari hasil pertanian serta pertambangan Galian C itu sendiri mempunyai nilai ekonomis kecil, untuk pengembangannya pun ke depan tidak bisa diandalkan, disamping terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun, pengembangan sektor Galian C pun akan lebih banyak berdampak negatif untuk kelangsungan lingkungan hidup serta dampak negatif lainnya. Sektor yang terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Perkembangan kota sangat identik dengan tingginya permintaan produk kedua sektor tersebut sehingga perlu diupayakan dukungan pemerintah untuk memicu pertumbuhan. Sedangkan sektor-sektor yang pertumbuhannya sedikit melambat adalah sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Berkurangnya potensi dan ketidakstabilan suku bunga dalam periode ini disinyalir menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan kedua sektor tersebut. Sektor-sektor

25 lainnya mempunyai pertumbuhan yang cenderung berfluktuasi ialah sektor listrik, gas dan air yang berfluktuasi dalam kisaran 5 sampai 9 persen. Sektor dengan ciri pertumbuhan yang seperti ini biasanya dikarenakan sektor tersebut sangat rentan terhadap regulasi pusat. 2. Kesejahteraan Sosial Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Kota yang tercermin pada angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. Indeks Pendidikan (IP) sebagai salah satu komponen utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indeks Pendidikan pada Tahun 2011 mencapai angka 86,62 meningkat dari Tahun 2010 yang mencapai angka 85,99. Angka Melek Huruf (AMH), yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis (latin dan huruf lainnya), juga mengalami peningkatan, meskipun sangat kecil, yaitu dari 99,55% pada Tahun 2010 menjadi 99,59% pada Tahun 2011 (Tabel 2.3). Sementara untuk nilai Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang menggambarkan lamanya penduduk usia 15 Tahun ke atas yang bersekolah (dalam Tahun), mencapai 9,10 tahun pada Tahun Jika dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kota adalah sudah tamat SLTP. Oleh karena itu Pembangunan Pendidikan di Kota sudah pada tahap perintisan Wajib Belajar 12 Tahun. Indeks Kesehatan mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Pada Tahun 2011, indeks kesehatan Kota mencapai angka 75,05 poin atau meningkat 0,28 poin dari Tahun 2010 yang mencapai 74,77 poin. Angka tersebut merupakan gambaran kinerja pembangunan kesehatan yang dilihat dari meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Kota dari 69,86 tahun pada Tahun 2010 menjadi 70,03 tahun pada Tahun Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat melalui peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga komponen yaitu (1) Indeks harapan hidup, yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; (2) Indeks pendidikan, yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua pertiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga); dan (3) Indeks standar hidup layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP).

26 NILAI Tabel 2.3 IPM Kota dan Komponennya Tahun dan Target Tahun 2012 Komponen * Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,78 69,13 69,49 69,86 70,03 70,26 Angka Melek Huruf (Persen) 99,20 99,42 99,45 99,55 99,59 99,61 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 8,40 8,40 8,59 8,83 9,10 9,32 Purchasing Power Parity (ribu Rupiah) INDEKS 621,65 626,35 629,71 630,24 631,75 634,95 1. Indeks Kesehatan 72,97 73,55 74,15 74,77 75,05 75,33 2. Indeks Pendidikan 84,80 84,95 85,39 85,99 86,62 87,32 a. Indeks AMH 99,20 99,42 99,45 99,55 99,59 99,61 b. Indeks RLS 56,00 56,00 57,27 58,87 60,67 3. Indeks Daya Beli 60,47 61,55 62,33 62,45 62,80 63,54 IPM 72,74 73,35 73,96 74,40 74,82 75,33 Sumber : BPS, diolah dari Susenas * Angka taget dalam RPJMD Kota Tahun Indeks Kesehatan mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Pada Tahun 2011, indeks kesehatan Kota mencapai angka 75,05 poin atau meningkat 0,28 poin dari Tahun 2010 yang mencapai 74,77 poin, dan ditargetkan naik 0,28 poin pada Tahun 2012 menjadi 75,33. Angka tersebut merupakan gambaran kinerja pembangunan kesehatan yang dilihat dari meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Kota dari 69,86 tahun pada Tahun 2010 menjadi 70,03 tahun pada Tahun 2011 dan target pada Tahun 2012 menjadi 70,26. Indeks Pendidikan (IP) sebagai salah satu komponen utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indeks Pendidikan pada Tahun 2011 mencapai angka 86,62 meningkat dari Tahun 2010 yang mencapai angka 85,99, sedangkan target Tahun 2012 direncanakan mencapai 87,32. Angka Melek Huruf (AMH), yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis (latin dan huruf lainnya), juga mengalami peningkatan, meskipun sangat kecil, yaitu dari 99,55 pada Tahun 2010 menjadi 99,59 pada Tahun 2011, sementara target Tahun 2012 diharapkan mencapai 99,61. Sementara untuk nilai Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang menggambarkan lamanya penduduk usia 15 Tahun ke atas yang bersekolah (dalam Tahun), mencapai 9,10 tahun pada Tahun 2011 dan ditarget menjadi 9,32 tahun pada Tahun Jika dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kota adalah sudah tamat SLTP. Oleh karena itu Pembangunan Pendidikan di Kota sudah pada tahap perintisan Wajib Belajar 12 Tahun. Indeks Daya Beli Masyarakat, sebagai salah satu komponen utama IPM, mengalami peningkatan sebesar 0,35 poin, yaitu dari 62,45 pada Tahun 2010 menjadi 62,80 pada Tahun 2011, dan pada Tahun 2012 diharapkan naik 0,74 poin menjadi 63,54. Angka

27 ini dipengaruhi oleh nilai Paritas Daya Beli masyarakat Jawa Barat yang pada Tahun 2011 mencapai Rp. 631,75 dan pada Tahun 2012 mencapai kisaran Rp. 634,95. Indeks daya Beli sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pendapatan dan inflasi (tingginya harga barang dan jasa) Aspek Pelayanan Umum 1. Pendidikan Sarana dan prasarana bidang pendidikan di Kota juga terus ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya, mulai sarana untuk pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan sampai ke tingkat perguruan tinggi/sekolah tinggi. Kota merupakan pusat pendidikan ketiga terbesar di Provinsi Jawa Barat setelah Kota Bandung dan Kota Bogor. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya institusi pendidikan yang berada di kota ini seperti Politeknik Kesehatan, Cabang UPI Bandung yang berada di, BSI, beberapa Sekolah Tinggi Swasta, dan Universitas Siliwangi yang merupakan universitas terbesar di wilayah Priangan Timur yang sedang dirintis untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu di setiap kecamatan juga terdapat pondok pesantren, yang mencirikan pola hidup masyarakat Kota yang agamis. Pondok pesantren di Kota berjumlah lebih dari 200 unit (yang sebagian besar berada di Kecamatan Kawalu, Tamansari dan Cibeureum) atau sekitar 25 persen dari jumlah total lembaga pendidikan di Kota ). Dalam rangka meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk Kota, Pemerintah Kota serius menjalankan program wajib belajar (wajar) hingga 12 tahun dan pemberian jaminan pelayanan pendidikan anak berprestasi agar tidak putus sekolah dengan bantuan biaya dari rencana anggaran sekolah dan dana Bantuan Khusus Murid Miskin diutamakan bagi siswa yang berkeinginan masuk sekolah ke tingkat SMU/sederajat karena dalam penerimaan siswa baru di tingkat ini masih ada ketentuan biaya administrasi sekolah. Keberhasilan pembangunan pendidikan dapat dilihat dari tinggi rendahnya derajat pendidikan masyarakat. Tingginya derajat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikator pendidikan seperti tingginya angka melek huruf dan tingginya angka rata-rata lama sekolah. Untuk mendapatkan angka yang tinggi pada kedua indikator tersebut tentu dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai seperti jumlah sekolah dan ruang kelas/rombongan belajar (rombel) yang telah mencukupi untuk semua penduduk usia sekolah, juga banyaknya guru yang mengajar telah mencukupi untuk semua murid. Selain jumlah guru yang mencukupi, kualitas gurupun sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan. Persentase penduduk Kota pada Tahun 2011 usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD sederajat sebesar 60,47%; tamat SMP sederajat sebesar 16,14%; tamat SMA sederajat sebesar 17,94%; dan sebanyak 5,44% yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut :

28 No. Tabel 2.4 Rata-rata Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Tahun 2011 Jenis Ijazah Penduduk Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P 1. < SD 12,55 15,95 14,25 2. SD/sedarajat 44,09 48,35 46,22 3. SLTP /sederajat 17,23 15,05 16,14 4. SMU/ sederajat 20,86 15,02 17,94 5. Akademi/PT 5,26 5,62 5,44 Kota Sumber : BPS Kota Tahun 2011 Tabel 2.5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Tahun No. Indikator APS usia 7-12 tahun (SD) 99,61 99,69 99,71 2. APS usia tahun (SLTP) 93,19 93,42 93,51 3. APS usia tahun (SMU/K) 87,51 89,03 89,09 Sumber : Suseda Kota 2008, Survei IPM Kota 2009 dan 2011 Jika diamati secara rinci, semakin tinggi jenjang/tingkat pendidikan maka rasio muridguru dan murid-kelas juga semakin menurun. Salah satu penyebab utamanya adalah tingkat partisipasi sekolah penduduk yang juga semakin menurun seiring dengan kenaikan jenjang/tingkat pendidikan. Dengan memadainya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, maka kesempatan untuk memperoleh pendidikan, terutama pendidikan dasar, semakin terbuka karena pemerintah telah banyak menyediakan sarana dan prasarana. Oleh karena itu tingkat partisipasi penduduk untuk bersekolah juga harus ditingkatkan. Angka partisipasi sekolah Kota dalam kurun waktu menunjukkan perkembangan yang relatif stabil di semua tingkatan pendidikan, mulai dari SD/MI sampai dengan tingkat SMU/sederajat. Hal ini mengindikasikan terjaganya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar. Angka pertisipasi sekolah (APS) merupakan perbandingan antara jumlah anak usia 7 12; dan tahun yang sedang bersekolah dibagi seluruh jumlah anak usia SD (7 12); usia SMP (13 15) dan usia SMU (16-18). Realisasi APS yang dicapai pada Tahun 2011 untuk usia SD/MI sebesar 99,71 persen, artinya dari seluruh penduduk usia 7-12 tahun yang masih bersekolah sebesar 99,71 persen, sisanya 0,29 persen ada yang tidak/belum sekolah dan yang sudah tidak bersekolah lagi (putus sekolah). Sementara itu, angka partisipasi sekolah penduduk usia SMP/MTs sebesar 93,51 persen dan angka partisipasi penduduk usia SMA/MA/SMK sebesar 89,09 persen (Tabel 2.5). Semakin tinggi tingkatan sekolahnya semakin turun tingkat partisipasi sekolahnya. Berbagai alasan yang melatarbelakangi antara lain kekurangan biaya, keterbatasan akses ke sekolah, keharusan untuk mencari nafkah, menikah dan lainlain.

29 Sementara itu apabila berbicara tentang kualitas pendidikan, indikator tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran untuk mengklasifikasikan kualitas seseorang. Asumsi yang berlaku secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya. Dalam sudut pandang penduduk sebagai subyek pembangunan, seseorang yang mempunyai kualitas tinggi diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk dapat menggambarkan mutu/kualitas sumber daya manusia dalam tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil Survei IPM Kota Tahun 2011, proporsi terbesar tingkat pendidikan penduduk usia 5 tahun keatas di Kota adalah tamat SD/sederajat sebanyak 46,22 persen, diikuti tamat SMU/sederajat (17,94 persen), tamat SMP/sederajat (16,14 persen), tidak tamat SD (14,25 persen). Sisanya sebanyak 5,44 persen saja yang mampu menamatkan sekolah hingga perguruan tinggi, berarti dari sebanyak penduduk usia 5 tahun ke atas, hanya 54 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendidikan paling tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Sementara itu, tingginya persentase penduduk yang belum/tidak tamat SD dan tamat SD yang mencapai lebih dari 60 persen pada Tahun 2011, menunjukkan bahwa program wajib belajar hingga 12 tahun bagi semua penduduk Kota masih menemui hambatan yang berat sehingga perlu mendapat perhatian dengan lebih serius, walaupun secara rata-rata lama sekolah telah mencapai angka 9 tahun. Dalam konteks kesetaraan jender di bidang pendidikan, tingkat pendidikan dasar (SD dan SLTP sederajat) proporsi perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Proporsi perempuan yang mampu mengenyam pendidikan dasar sebesar 63,40 persen sementara untuk laki-laki sebesar 61,32 persen. Tingkat pendidikan penduduk lakilaki di Kota ternyata masih relatif lebih unggul dibandingkan dengan penduduk perempuan. Proporsi penduduk laki-laki yang mampu mengenyam pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan tinggi (SLTP keatas) pada Tahun 2011 sebesar 43,35 persen, sedangkan penduduk perempuan hanya 35,69 persen. Situasi di atas mengindikasikan masih adanya bias gender dalam pencapaian tingkat pendidikan tinggi yang identik dengan tingginya biaya yang harus dikeluarkan rumah tangga. Ilustrasinya, dalam situasi keuangan yang sulit, preferensi rata-rata orang tua di Kota dalam menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan tinggi lebih mengutamakan laki-laki dibanding perempuan. Selain itu masih melekatnya faktor budaya atau pola pikir masa lalu, terutama di wilayah pedesaan, yang menganggap bahwa kaum perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan terlalu tinggi karena ujung-ujungnya akan ke dapur juga, sehingga setelah mereka menamatkan SD/SMP tidak perlu lagi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Fenomena tersebut kemungkinan disebabkan oleh masih relatif rendahnya pemahaman para orang tua tentang pentingnya investasi di bidang pendidikan. Untuk itu, sosialisasi tentang pentingnya pendidikan baik bagi laki-laki maupun perempuan perlu terus disuarakan.

30 No. Pendidikan yang Ditamatkan Tabel 2.6 Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Kota Tahun 2011 (%) Penduduk Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P 1. < SD 12,55 15,95 14,25 2. SD/sedarajat 44,09 48,35 46,22 3. SLTP /sederajat 17,23 15,05 16,14 4. SMU/ sederajat 20,86 15,02 17,94 5. Akademi/PT 5,26 5,62 5,44 (%) n Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Semakin besar proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi (SMU/sederajat ke atas), maka menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dasar yang telah dicapai juga semakin tinggi, implikasinya angka melek huruf juga akan semakin mendekati angka 100. Angka melek huruf merupakan persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Angka Melek Huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. Angka melek huruf juga menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Gambar 2.2 AMH dan RLS Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Kota Tahun ,5 9 8,5 8 8,4 99,20 RLS (tahun) AMH (%) 8,83 8,4 8,59 99,42 99,45 99,55 9,1 99,59 100,00 99,80 99,60 99,40 99,20 7, ,00 Sumber : BPS, Susenas , dan Survey IPM Kota Tahun 2011 Gambar 2.2. mengilustrasikan perkembangan angka melek huruf Kota periode yang terus bergerak naik mendekati angka 100, dari 99,20 persen pada tahun 2007, merangkak naik menuju 99,42 persen di tahun 2008, 99,45 persen di tahun 2009, 99,55 persen di Tahun 2010 dan 99,59 persen di Tahun Relatif stabilnya angka melek huruf penduduk tidak berarti bahwa proses pembangunan di

31 bidang pendidikan yang telah dilakukan tidak mengalami kemajuan. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan hasilnya pun tidak dapat dilihat atau dirasakan secara instan. Belum tercapainya angka melek huruf sebesar 100 dikarenakan masih adanya penduduk usia tua (56 tahun ke atas) yang belum bisa membaca dan menulis karena memang belum pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Meskipun telah dilakukan berbagai program untuk memberantas buta aksara, diperlukan kesabaran dan keuletan tinggi untuk membujuk mereka agar kembali memiliki minat mengakses informasi dunia luar dengan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Sejalan dengan pergerakan angka melek huruf, capaian rata-rata lama sekolah di Kota juga terus mengalami peningkatan meskipun cenderung melambat. Pada Tahun 2007 capaian rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas di Kota sebesar 8,4 tahun meningkat perlahan setiap tahun hingga menembus 9 tahun pada Tahun Masih besarnya proporsi penduduk yang hanya berpendidikan SD kebawah mempunyai kontribusi sebagai penyebab lambatnya kemajuan rata-rata lama sekolah di Kota. Oleh karena itu diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua penduduk yang berpendidikan rendah untuk meneruskan sekolahnya baik dalam pendidikan formal maupun non formal yang setara dengan pendidikan formal, seperti Kejar Paket A, B dan C. 2. Kesehatan Kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas manusianya. Untuk itu pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan manusia. Tujuan akhir dari pembangunan kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Derajat kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan faktor genetik (keturunan). Oleh karena itu Undang-undang No. 23 Tahun 1992 mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dibutuhkan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Indikator yang dapat mengukur pencapaian pembangunan kesehatan, diantaranya adalah usia harapan hidup (AHH) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu, beberapa variabel mempengaruhi tinggi rendahnya indikator-indikator kesehatan tersebut antara lain: angka kesakitan (persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan), lamanya hari sakit serta rasio ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan kondisi dan sistem pelayanan kesehatan masyarakat, karena mampu merepresentasikan output dari upaya pelayanan kesehatan secara komprehensif. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa jika seseorang memiliki derajat kesehatan yang semakin baik maka yang bersangkutan akan berpeluang memiliki usia lebih panjang atau mempunyai angka harapan hidup

32 yang tinggi. Disamping itu, besarnya AKB juga sangat dipengaruhi oleh kondisi masa persalinan, pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan bergizi, serta pemberian imunisasi. Tinggi rendahnya AKB juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan keluarga terutama ibu dan perilaku hidup sehat dalam rumah tangga. 3. Fasilitas Kesehatan Program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, dan mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Secara kuantitas dan kualitas penyediaan berbagai sarana kesehatan, tenaga kesehatan, penyediaan obat juga terus ditingkatkan. Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat. Data dari Dinas Kesehatan Kota Tahun 2010 menunjukkan bahwa secara agregat, ketersediaan sarana kesehatan di Kota cukup memadai dengan 16 rumah sakit negeri maupun swasta, 20 puskesmas ditambah 20 puskesmas pembantu dan 20 puskesmas keliling. tenaga kesehatan di Kota sampai dengan tahun 2010 sebanyak 474 orang yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat, serta 94 tenaga kesehatan lainnya (tenaga farmasi, ahli gizi dan tenaga keteknisan medis lainnya). Dari jumlah tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka dapat dihitung rasio tenaga kesehatan per penduduk sebagaimana tertera dalam Tabel 2.7. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa jumlah tenaga kesehatan di Kota Tahun 2010 masih sangat kurang. tenaga kesehatan yang ada dibanding jumlah penduduk masih jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam Indikator Indonesia Sehat 2010, dimana batas minimal ketersediaan nakes per penduduk antara lain 40 orang dokter, 100 orang bidan, 117,5 orang perawat dan 40 orang tenaga kesehatan masyarakat. Ke depan upaya yang harus dilakukan adalah peningkatan tenaga kesehatan baik dari sisi jumlah maupun penyebarannya. Demikian pula halnya dengan rasio puskesmas terhadap penduduk. Dibandingkan dengan jumlah penduduk, sebuah puskesmas/pustu di Kota melayani sebanyak penduduk. Angka ini masih lebih rendah dari rekomendasi PBB yang menyatakan setiap fasilitas puskesmas dan pustu kesehatan yang tersedia maksimal melayani sebanyak penduduk. Dengan demikian beban jangkauan puskesmas/pustu di Kota dalam memberikan layanan kesehatan masih belum memadai karena masih jauh dari target layanan kesehatan ideal. Disamping kedua fasilitas kesehatan tersebut, meskipun di Kota terdapat juga fasilitas kesehatan lainnya yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta seperti rumah sakit, klinik kesehatan, dokter praktek, praktek mantri kesehatan, praktek bidan, dan lainnya, namun karena umumnya tarif fasilitas kesehatan selain

33 puskesmas/pustu relatif lebih mahal, tidak semua lapisan masyarakat mampu menjangkau dan memanfaatkannya sesuai dengan prosedur berobat yang resmi. Oleh karena puskesmas dan pustu tetap dijadikan sebagai tumpuan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan yang murah dan masih merupakan pilihan utama bagi penduduk untuk mengatasi masalah kesehatan. Dengan demikian, diharapkan pada masa mendatang beban sebuah puskesmas/pustu dalam melayani penduduk dapat lebih ringan lagi. No. Tabel 2.7 Puskesmas, Tenaga Kesehatan dan Rasionya Terhadap Penduduk di Kota Tahun 2011 Kecamatan Puskesmas dan Pustu * Nakes * Penduduk ** Rasio Puskesmas Penduduk *** Nakes / Penduduk *** 1. Kec. Kawalu : Kec. Tamansari : Kec. Cibeureum : Kec. Purbaratu : Kec. Tawang : Kec. Cihideung : Kec. Mangkubumi : Kec. Indihiang : Kec. Bungursari : Kec. Cipedes : Kota : Sumber : * Kota Dalam Angka 2010 ** Survey IPM Kota Tahun 2011 *** Diolah dari data Dinas Kesehatan Kota 4. Angka Kematian Bayi Perkembangan kondisi bidang kesehatan di Kota dapat diukur dari perkembangan derajat kesehatan, salah satunya adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Kota menunjukkan tren menurun seiring dengan terus membaiknya derajat kesehatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk. Pada Gambar 2.3. diperlihatkan bahwa selama lima tahun terakhir AKB Kota mengalami penurunan yang sangat lambat, bergerak dari sebanyak 40,45 bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi 34,64 bayi per kelahiran hidup pada Tahun Hal ini berarti bahwa sepanjang rentang waktu lima tahun angka kematian bayi di Kota hanya mengalami penurunan sebesar 0,58 persen, atau rata-rata hanya 0,116 persen per tahun. Angka tersebut, masih sangat jauh untuk mencapai salah satu target MDGs (Millenium Development Goals) dimana target yang ingin dicapai adalah penurunan angka kematian bayi pada Tahun 2015 hingga duapertiga dari kondisi Tahun 1990.

34 Data AKB Tahun 1990 untuk Kota tidak tersedia, namun bila dilihat rentang waktu target 25 tahun ( ) dengan penurunan rata-rata 0,116 persen per tahun atau sebesar 2,9 persen selama 25 tahun maka pencapaian ini masih sangat kecil, sehingga perlu langkah-langkah dalam bidang kesehatan yang dapat memacu penurunan angka kematian bayi (AKB). Gambar 2.3 AKB dan AHH Kota Tahun ,00 60,00 50,00 40, AKB 40,45 38,32 35,34 35,06 34,64 AHH 68,40 68,78 69,13 69,49 70,03 30,00 Sumber : Suseda Kota Tahun , Survey IPM Kota Tahun 2007, 2009 dan 2011 Teori demografi menjelaskan bahwa angka kematian (bayi lahir mati, kematian bayi, kematian balita dan kematian ibu) berbanding terbalik dengan angka harapan hidup. Sejalan dengan teori tersebut, gambar tren penurunan AKB Kota juga berbanding terbalik dengan tren peningkatan AHH. Makin tinggi kualitas kesehatan yang salah satunya ditandai dengan makin rendahnya angka kematian bayi, akan berakibat kepada meningkatnya harapan untuk hidup. Menurut pendapat Singarimbun (1988) ada beberapa faktor yang memiliki kekuatan dalam menurunkan angka kematian, khususnya kematian bayi dan anak, yaitu: adanya kemajuan ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup; adanya kemajuan teknologi kesehatan; adanya kesadaran perbaikan sanitasi; dan adanya peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi. Oleh karena itu upaya dalam menurunkan AKB secara signifikan sangat membutuhkan perhatian lebih dan kerja keras, terutama dalam melakukan intervensi problem-problem kesehatan masyarakat khususnya ibu, bayi dan anak dengan fokus lebih spesifik. 5. Lamanya Pemberian ASI Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan. Aspek gizi, ASI mengandung protein tinggi dan mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak, antara lain Taurin, DHA dan AA. Aspek imunologik, ASI mengandung zat kekebalan dan anti infeksi. Aspek Psikologik tercipta karena adanya interaksi ibu dan bayi. Aspek Kecerdasan, kandungan nilai gizi dan interaksi ibu-bayi membantu perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan

35 bayi. Aspek Neurologis bayi tercipta pada waktu menelan dan mengisap ASI. Aspek Ekonomis karena dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi ataupun susu formula. Aspek Penundaan Kehamilan terjadi karena menyusui dapat dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL). Tabel 2.8 Lamanya Balita Disusui di Kota Tahun (%) No. Lamanya Menyusui < 6 Bulan 12,06 12,45 9, Bulan 10,15 13,84 17, Bulan 16,32 16,03 14, Bulan 23,90 21,89 20, Bulan Keatas 37,58 35,79 37,24 Sumber : Suseda Kota 2008, Survei IPM Kota 2009 dan 2011 Kesadaran masyarakat untuk memberikan ASI yang semakin meningkat akan berdampak kepada peningkatan angka harapan hidup diwaktu mendatang, meskipun pengaruhnya tidak langsung terasa sesaat setelah disusui. Namun pemberian ASI yang seharusnya didapat seorang anak dengan berbagai keunggulannya, mungkin saja tidak dapat dilakukan kerena berbagai alasan, seperti meninggalnya ibu pasca persalinan, ASI yang tidak keluar, atau keluar tapi volumenya tidak mencukupi kebutuhan bayi dan balita. Hasil Survei IPM Kota Tahun 2011 mencatat jumlah balita di Kota ada sebanyak anak, dimana sekitar 89 persen diantaranya ( anak) pernah diberi ASI. Dari total balita yang pernah diberi ASI tersebut, hanya sekitar 37,24 persen yang disusui oleh ibunya selama 2 tahun atau lebih, sedangkan yang disusui selama satu sampai kurang dari dua tahun sebesar 35,33 persen, dan sisanya sebanyak 27,43 persen disusui kurang dari satu tahun (Tabel 2.8). Bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya, persentase balita yang disusui lebih dari enam bulan mengalami peningkatan yang cukup berarti. Kondisi ini mencerminkan semakin banyaknya kaum ibu yang menyadari arti pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang buah hatinya. Bila kondisi ini dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan maka penurunan angka kematian bayi serta merta akan terwujud sesuai dengan citacita MDGs. 6. Keluhan Kesehatan Sisi lain yang menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan suatu wilayah, salah satunya adalah angka kesakitan penduduk dan lamanya sakit. Angka kesakitan penduduk merupakan proporsi penduduk yang mengalami gangguan kesehatan sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari, baik bekerja, sekolah

36 maupun yang lainnya. Sedangkan lamanya sakit menyatakan lamanya hari penduduk mengalami keluhan sampai menyebabkan terganggunya aktivitas. Rata-rata lamanya sakit menunjukkan tingkat keparahan penduduk akibat dari akumulasi sakit yang dirasakan penduduk. Tabel 2.9 Penduduk yang Mengalami Keluahan Kesehatan di Kota Tahun 2011 (%) No. Kecamatan Keluhan Kesehatan Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P 1. Kec. Kawalu 11,74 12,33 12,03 2. Kec. Tamansari 48,35 60,00 54,09 3. Kec. Cibeureum 57,53 58,82 58,17 4. Kec. Purbaratu 48,15 46,41 47,29 5. Kec. Tawang 19,60 20,54 20,07 6. Kec. Cihideung 22,89 22,58 22,74 7. Kec. Mangkubumi 28,48 16,00 22,33 8. Kec. Indihiang 8,51 16,27 12,35 9. Kec. Bungursari 34,03 27,41 30,73 10 Kec. Cipedes 34,75 37,25 35,99 Kota 30,32 30,36 30,34 Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Bila dilihat persebarannya, kecamatan yang penduduknya cukup banyak mengalami keluhan kesehatan adalah Kecamatan Cibeureum yang mencapai sebesar 58,17 persen, dan kemudian disusul oleh penduduk Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Purbaratu yang mencapai sebesar 54,09 persen dan 47,29 persen. Sementara itu, kecamatan yang penduduknya jarang mengalami keluhan kesehatan adalah Kecamatan Kawalu dan Kecamatan Indihiang, masing-masing hanya sekitar 12 persen. No. Tabel 2.10 Penduduk yang Mengalami Sakit Selama Sebulan di Kota Tahun 2011 (%) Lama Hari Sakit Jenis Kelamin Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P 1. <= 3 hari 58,30 66,67 62, hari 29,39 22,97 26, hari 9,71 7,35 8,63 4. >= 15 hari 2,60 3,01 2,79 Penduduk yang Terganggu karena Sakit % Terhadap Total yang Menderita Keluhan Sakit Sumber : Survey IPM Kota Tahun ,099 96, ,984

37 Namun apabila ditelaah lebih lanjut, terlihat bahwa sebagian besar jenis keluhan sakit yang dialami tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari. Kalaupun mengganggu, penyembuhan dari keluhan tersebut dapat diatasi lebih cepat. Hanya setengah (49,88 persen) dari penduduk yang mengalami keluhan kesehatan Tahun 2011 yang menyatakan terganggu aktivitas sehari-harinya. Dari jumlah yang merasa terganggu, sebanyak 62,13 persen diantaranya terganggu tidak lebih dari 3 hari. Hanya sekitar 11 persen yang terganggu lebih dari satu minggu dan sisanya (26,45 persen) terganggu antara 4-7 hari (Tabel 2.10). Masih cukup tingginya angka kesakitan penduduk perlu membutuhkan perhatian serius melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan yang cepat dalam menangani penyakit tersebut dan penanggulangannya. Keluhan kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat adalah penyakit akibat perubahan musim seperti pilek, batuk dan panas. Penyebab utama jenis penyakit tersebut adalah daya tahan tubuh yang kurang menunjang, disamping faktor kesehatan lingkungan serta perubahan cuaca yang terjadi secara mendadak. Selama Tahun 2011, tercatat sebanyak 30,47 persen penduduk menderita keluhan pilek, 22,19 persen penduduk menderita batuk, 17,87 persen penduduk menderita panas, dan sakit kepala berulang yang dialami sekitar 6,53 persen penduduk. Adapun sisanya sekitar 17 persen mengalami keluhan penyakit lainnya yang bersifat degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, dan lain-lain. Gambar 2.4 Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Penyakit di Kota Tahun 2011 (%) Laki-laki Perempuan 15,08 11,31 8,76 9,07 9,11 10,88 15,39 3,69 8,77 2,84 Panas Batuk Pilek Pusing berulang Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Jika melihat keluhan kesehatan yang dialami penduduk menurut jenis kelamin, meskipun selisihnya tidak terlalu signifikan tampak bahwa penduduk laki-laki ternyata lebih rentan terserang pilek dan panas tersebut dibandingkan penduduk perempuan. Sementara penduduk perempuan cenderung lebih mudah mengalami keluhan batuk, sakit kepala berulang. Penduduk perempuan juga berpeluang mengalami keluhan penyakit lainnya. Namun fakta memperlihatkan bahwa penduduk perempuan cenderung memiliki ketahanan tubuh yang relatif lebih baik dibandingkan penduduk laki-laki dalam hal menghadapi penyakit-penyakit generatif.

38 Gambar 2.5 Penduduk Pernah Berobat Sendiri dan Berobat Jalan Karena Mengalami Keluhan Sakit di Kota Tahun 2011 (%) 67,96 67,26 67,61 56,49 Berobat sendiri Berobat jalan 52,49 54,51 Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Adapun berdasarkan cara penanganan keluhan yang dilakukan penduduk yang mengeluh sakit, diketahui 67,61 persen mengobati sendiri baik dengan obat tradisonal, obat modern maupun dengan cara tradisonal. Kemungkinan penduduk tidak mengalami gangguan kesehatan lebih lanjut sehingga cukup mendapatkan pengobatan sendiri baik dengan obat-obatan tradisional maupun obat modern dan tidak sampai mendapatkan penanganan/tindakan tenaga medis. Sementara itu, tingginya persentase penduduk yang berobat jalan (54,51 persen) menunjukkan semakin tingginya akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan. Kecenderungan penduduk laki-laki dalam mengakses fasilitas kesehatan terlihat lebih tinggi dibandingkan perempuan. 7. Perilaku Hidup Sehat Keadaan kesehatan lingkungan di masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena faktor tersebut menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, polusi udara, dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit. Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak menular. Perkembangan epidemologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Perilaku masyarakat umumnya belum mengarah pada perilaku hidup sehat terutama kaitannya dengan kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan. Perilaku masyarakat yang kurang positif dikarenakan belum termotivasinya kesadaran mereka akan pentingnya nilai-nilai hidup sehat. Masih cukup banyak ditemukan penduduk tidak peduli terhadap lingkungan seperti buang air besar di sungai/selokan dan di kebun atau sawah serta buang sampah sembarangan. Kepedulian terhadap kesehatan pribadi juga masih dirasakan kurang terutama dalam penggunaan sumber air minum dan rendahnya kesadaran mencuci tangan menggunakan sabun.

39 Penggunaan Air Bersih Penyediaan air bersih sebagai alat pembersih tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena air sangat penting bagi manusia. Manusia akan cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan karena tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Karena kegunaann air bagi manusia yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum, maka air harus mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Rendahnya kualitas air yang diminum menyebabkan bakteri penyakit mudah masuk ke dalam tubuh. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan fisik yaitu bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya, prasyarat bakteriologis yaitu bebas dari segala bakteri, dan prasyarat kimia yaitu mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Gambar 2.6 Sumber Air Minum Rumah Tangga di Kota Tahun 2011 (%) 37,44% 29,25% 0,88% 5,87% 26,56% Ledeng/Air Kemasan Pompa Sumur Terlidung Mata Air Terlindung Tidak Bersih Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi air minum bersih di Kota telah mencapai lebih dari 90 persen pada Tahun Proporsi pemakaian air minum menurut sumbernya diilustrasikan dalam Gambar 2.6. Dalam penggunaan air bersih di Kota, tampak bahwa penggunaan sumber air minum dari sumur terlindung masih mendominasi, diikuti oleh air pompa dan air ledeng/air kemasan. Di tingkat kecamatan, pemegang urutan tertinggi penggunaan sumber air bersih adalah Kecamatan Mangkubumi (97,16 persen), Kecamatan Cibeureum (96,83 persen), Kecamatan Cihideung (96,36 persen), dan Kecamatan Indihiang (96,30 persen). Adapun urutan terendah dalam penggunaan sumber air minum bersih adalah Kecamatan Tamansari yang hanya mencapai sebesar 80,82 persen dan Kecamatan Purbaratu sebesar 89,04 persen. Lebih lengkapnya dijelaskan dalam Tabel 2.11.

40 No. Kecamatan Tabel 2.11 Rumah Tangga Dalam Penggunaan Air Bersih di Kota Tahun 2011 (%) Bersih Sumber Air Minum Tidak Bersih n % n % n % 1. Kec. Kawalu , , ,00 2. Kec. Tamansari , , ,00 3. Kec. Cibeureum , , ,00 4. Kec. Purbaratu , , ,00 5. Kec. Tawang , , ,00 6. Kec. Cihideung , , ,00 7. Kec. Mangkubumi , , ,00 8. Kec. Indihiang , , ,00 9. Kec. Bungursari , , ,00 10 Kec. Cipedes , , ,00 Kota , , ,00 Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Masih tingginya rumah tangga yang menggunakan sumber air minum tidak bersih pada kecamatan-kecamatan tertentu akan menghambat efektivitas program kesehatan yang telah dijalankan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebagai salah satu sarana vital yang sangat menunjang kualitas kesehatan masyarakat, sosialisasi penggunaan sumber minum air bersih harus terus menerus digalakkan. Sementara pemenuhan ketersediaan sumber air minum bersih yang memadai menjadi tugas/kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya. Upaya revitalisasi air bersih secara bertahap sudah selayaknya terus digiatkan terutama pada kecamatan-kecamatan di urutan terendah dalam penggunaan air minum bersih. 9. Pencemaran Sumber Air Minum Sasaran MDGs di sektor air minum dan sanitasi adalah mengurangi hingga separuhnya jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar pada tahun Hal ini merupakan tantangan luar biasa bagi kita bersama yang tidak mungkin bisa ditanggung oleh pemerintah saja tetapi juga diperlukan partisipasi masyarakat dan swasta. Akan lebih efektif bila masyarakat bisa melakukan perubahan untuk diri sendiri dan lingkungannya. Permasalahan sanitasi di Kota dewasa ini masih menjadi suatu permasalahan yang sangat kompleks dan urgent. Masih banyak daerah-daerah yang mengalami permasalahan sanitasi. Padahal sanitasi juga dapat menjadi tolok ukur dan faktor pendukung sebuah kesejahteraan bagi masyarakat. Sanitasi sendiri dapat diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya sebuah kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Masalah sanitasi sangat erat kaitannya

41 dengan kesehatan karena bagian dari sanitasi sendiri juga merupakan hal yang sangat vital bagi kesehatan, yaitu permasalahan air bersih, sampah, dan air buangan/kotoran. Ketika kita berbicara tentang air buangan maka akan erat kaitannya dengan permasalahan yang pertama, yaitu air bersih. Ketika suatu daerah tidak memiliki suatu unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), maka yang terjadi kemudian adalah air buangan tidak akan mengalami sebuah proses treatment yang kemudian hanya akan dibuang begitu saja dari sumbernya sehingga dapat dipastikan arah aliran air buangan tersebut adalah menuju ke badan air dimana keberadaan air bersih akan terganggu oleh air buangan tersebut. Permasalahan tersebut hanyalah gambaran kecil dari apa yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Perlu campur tangan pemerintah dan kesadaran dari masyarakat sendiri akan pentingnya masalah sanitasi ini. Perlu penataan kembali kawasan tempat tinggal yang ada di daerah aliran sungai. Keberadaan sebuah MCK juga sangat vital terutama di daerah pinggir sungai sehingga mencegah masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, dan membuang kotoran di sungai/danau yang berakibat terancamnya keberadaan air bersih dari sungai/danau. Ketika sanitasi dapat terkelola dengan baik, maka kawasan tersebut akan terjaga kebersihannya. Kebersihan yang terjaga tidak akan menjadi sebuah tempat yang nyaman bagi vektor penyakit untuk berkembang sehingga masyarakat akan jauh dari segala serangan penyakit. Ketika masyarakat menjadi sehat maka yang terjadi adalah produktivitas dalam bekerja akan meningkat sehingga taraf hidup masyarakat akan meningkat pula. Mengingat masih minimnya rumah tangga yang mengakses fasilitas air minum ledeng/air kemasan di beberapa kecamatan di Kota, maka peranan sumber air minum bersih lainnya (pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung) akan menjadi sangat penting dan diandalkan. Oleh karena itu keberadaannya harus dijaga/dihindari dari pencemaran lingkungan agar kebutuhan air minum bersih seharihari bagi sebagian besar warga Kota dapat terpenuhi. Sumber air minum bersih dan dinyatakan sehat (bebas dari pencemaran lingkungan) adalah jika sumber air minum yang digunakan berasal dari dalam tanah dan jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja terdekat harus lebih dari 10 meter. Sebagaimana diketahui jika jarak sumber air minum dari dalam tanah ke tempat penampungan kotoran/tinja terdekat kurang dari atau sama dengan 10 meter, maka tingkat higienitas air minum tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.

42 Tabel 2.12 Rumah Tangga Pemakai Air Bersih Menurut Jarak Ke Tempat Penampungan Kotoran / Tinja di Kota Tahun 2011 No. Kecamatan Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Tinja < 10 m > 10 m Tidak Tahu n % n % n % 1. Kec. Kawalu , , ,68 2. Kec. Tamansari , , Kec. Cibeureum , , Kec. Purbaratu , , ,09 5. Kec. Tawang , , ,69 6. Kec. Cihideung , , Kec. Mangkubumi , , ,45 8. Kec. Indihiang , , ,00 9. Kec. Bungursari , , ,28 10 Kec. Cipedes , , ,46 Kota , , ,13 Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Hasil Survei IPM Kota tahun 2011 mencatat persentase rumah tangga pemakai sumber air minum bersih (yang berasal dari pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung) dan berjarak kurang dari sama dengan 10 meter ke tempat penampungan kotoran/tinja sebanyak 31,21 persen. Adapun rumah tangga yang sumber air minum bersihnya tersebut berjarak lebih dari 10 meter dari tempat penampungan kotoran/tinja sebanyak 58,65 persen, dan sisanya tidak mengetahui secara pasti berapa jarak sumber air minum bersihnya ke tempat penampungan kotoran/tinja (Tabel 2.12.). Dilihat menurut karakteristik wilayah, persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas sumber air minum bersih dan berjarak kurang dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran/tinja paling tinggi terdapat di Kecamatan Bungursari yang mencapai lebih dari 60 persen, kemudian disusul oleh Kecamatan Tamansari (54,84 persen), Kecamatan Indihiang (42,65 persen). Gambaran perilaku masyarakat dalam mengelola sanitasi lainnya dapat dilihat melalui indikator jamban sehat yang ditunjukkan oleh tempat pembuangan akhir tinja dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar. Rumah tangga dikatakan menggunakan jamban sehat jika tempat pembuangan akhir tinjanya adalah septic tank atau lubang pembuangan karena tertutup dan tidak bersinggungan dengan udara luar sehingga resiko mencemari lingkungan menjadi kecil.

43 Gambar 2.7 Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Kotoran / Tinja di Kota Tahun 2011 (%) 28,12% 46,84% 0,39% 23,30% 1,34% Tangki Septik Kolam/Sawah Sungai/Danau Lobang Tanah Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Pada Tahun 2011, rumah tangga di Kota yang menggunakan fasilitas jamban sebanyak 94,64 persen dari total rumah tangga (Tabel 2.13). Namun demikian, tingginya persentase rumah tangga yang telah menggunakan fasilitas jamban belum disertai dengan sarana pembuangan akhir tinja yang sehat. Pada Gambar 2.7 terlihat masih rendahnya persentase rumah tangga dengan sarana pembuangan tinja dengan kategori sehat yaitu hanya 48,14 persen, meliputi 46,84 persen rumah tangga menggunakan tangki (septik tank) dan 1,34 persen ke dalam lubang di tanah. Sedangkan 51,86 persen rumah tangga lainnya masih menggunakan tempat pembuangan tinja yang berhubungan langsung dengan udara dan air (kolam, sawah, sungai, danau dan lainnya). No. Tabel 2.13 Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota Tahun 2011 (%) Kecamatan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sendiri Bersama Umum Tidak Ada 1. Kec. Kawalu 69,09 14,39 16,53 0,00 100,00 2. Kec. Tamansari 43,84 9,59 8,22 38,36 100,00 3. Kec. Cibeureum 69,84 12,70 5,56 11,90 100,00 4. Kec. Purbaratu 58,90 19,18 16,44 5,48 100,00 5. Kec. Tawang 87,70 8,20 4,10 0,00 100,00 6. Kec. Cihideung 79,09 17,27 3,64 0,00 100,00 7. Kec. Mangkubumi 75,18 14,18 10,64 0,00 100,00 8. Kec. Indihiang 60,49 14,81 24,69 0,00 100,00 9. Kec. Bungursari 68,24 25,88 4,71 1,18 100,00 10 Kec. Cipedes 69,06 14,39 16,55 0,00 100,00 Kota 56,25 9,82 28,57 5,36 100,00 Sumber : Survey IPM Kota Tahun 2011 Berdasarkan akses penggunaannya, dari total rumah tangga di Kota yang menggunakan fasilitas jamban pada Tahun 2011, ternyata hanya 56,25 persen rumah

44 tangga diantaranya yang telah menggunakan fasilitas jamban milik sendiri. Sementara 28,57 persen rumah tangga menggunakan jamban umum, sedangkan sisanya sebanyak 9,82 persen rumah tangga menggunakan jamban bersama dan 5,36 persen adalah rumah tangga yang belum menggunakan fasilitas buang air besar. Kecamatan yang kesadaran masyarakatnya (rumah tangga) masih rendah dalam penggunaan fasilitas pembuangan air besar antara lain Kecamatan Tamansari, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Purbaratu dan Kecamatan Bungursari. Di keempat kecamatan ini masih ada rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas buang air besar. Sementara itu, penggunaan fasilitas buang air besar secara bersama dan umum paling banyak terdapat pada Kecamatan Indihiang (39,50 persen), diikuti Kecamatan Purbaratu (35,62 persen), dan Kecamatan Kawalu (30,92 persen), dan Kecamatan Cipedes (30,94 persen). Penggunaan fasilitas bersama dan umum sebenarnya tidak berdampak negatif terhadap derajat kesehatan masyarakat apabila dikelola dengan baik, terutama dijaga kebersihannya. Masih tingginya penggunaan jamban fasilitas umum dan bersama di beberapa kecamatan di Kota perlu mendapatkan pengawasan dari pemerintah. Pembangunan sarana MCK umum yang dijaga kebersihannya perlu dilaksanakan di kecamatan-kecamatan yang masih mempunyai rumah tangga yang tidak dapat mengakses tempat pembuangan air besar seperti Kecamatan Tamansari, Cibeureum, Purbaratu dan Bungursari Evaluasi Pelaksanaan Program dan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD Pembangunan Tahun 2012 Analisis Pembangunan dapat diukur melalui Pencapaian Visi Misi Kota berdasarkan RPJMD Tahun , capaian indikator kinerja pembangunan berdasarkan RPJMD dapat dilihat pada Tabel 2.14 dibawah ini: Tabel 2.14 Target dan Capaian Indikator Pembangunan Tahun 2012 Misi 1 : Mewujudkan Kesederajatan Hukum Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket 1. Membangun sistem pemerintahan yang terbuka, jujur, adil dan demokratis 1. Terbangunnya sistem pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat Pelaporan pelaksanaan kegiatan pembangunan Dokumen Tersusunnya standarisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan SPM yang ditetapkan Standar 6 6

45 Tujuan Sasaran indeks kepuasan masyarakat Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket 3. Terbangunnya sistem pengelolaan keuangan yang terbuka dan jujur yang diorientasikan untuk memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat Opini bagi laporan keuangan pemerintah daerah Opini WTP Masih dalam proses audit BPK 4. Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik 1. Adanya standar pelayanan publik 2. SKPD yang menerapkan indeks kepuasan konsumen Unit Layanan Unit Layanan Menegakan supremasi hukum 5. Terbangunnya sistem hukum yang komprehensif, integrated dan sistemik melalui program legislasi daerah Produk hukum daerah yang sesuai dengan peraturan perundangundangan di atasnya % Tegaknya hukum secara tidak diskriminatif Intensitas penegakan produk hukum daerah Kali Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik Peran serta perempuan dalam pembangunan % Mewujudkan kondisi daerah yang aman, tertib dan damai 8. Terciptanya kondisi masyarakat yang toleran, seimbang, rukun dan islami Intensitas fasilitasi pembinaan kerukunan hidup Kali Misi 2 : Mewujudkan Kesederajatan Ekonomi Tujuan 1. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Sasaran 1. Terwujudnya pemberian jaminan hukum yang layak dan proporsional terhadap para pengusaha sektor informal Indikator Sasaran 1. Fasilitasi pembinaan dan pengembang an usaha masyarakat 2. PDRB atas dasar harga berlaku 3. Indeks daya beli 4. Daya beli masyarakat Satuan Target Realisasi Rupiah Indeks 64,41 62,80 Rupiah Terwujudnya 1. Usaha Sentra - - Ket

46 Tujuan Sasaran optimalisasi sentra industri kecil dan menengah sebagai aset wisata home industri Indikator Sasaran perdagangan dan sentra industri potensial 2. Fasilitasi kesadaran akan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha Target Realisasi Satuan Ket 3. Fasilitasi kualitas dan koordinasi lembaga koperasi dan perbankan Koperasi Peningkatan investasi % Terwujudnya pengelolaan yang optimal dan profesional dalam pengembangan usaha kecil dan menengah sebagai aset potensi ekonomi rakyat Fasilitasi peningkatan kapasitas lembaga ekonomi kecil dan menengah Terwujudnya optimalisasi kredit lunak untuk usaha kecil dan menengah guna menunjang keberlangsunga n dan kemajuan ekonomi rakyat Fasilitasi permodalan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya 39lokal (communitybased resources management/ CBRM) 1. Pengembang an pertanian terpadu dan ketahanan pangan daerah 2. Berkembang nya usaha agribisnis pedesaan gapoktan melalui bantuan modal 1 3 Gapoktan Meningkatny a agribisnis tanaman perkebunan Kelompok Pengolahan produk asal pertanian, perikanan dan kehutanan Unit Sentra perbibitan sapi potong dan sentra produksi bibit domba Sentra Pengembang an kawasan budidaya perikanan Kawasan 8 4

47 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket 7. Terehabilitas inya hutan dan lahan Pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular dan kesmavet Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana wilayah 6. Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat 1. Panjang jalan keseluruhan 2. Panjang jalan kondisi baik 3. jembatan keseluruhan 4. jembatan kondisi baik Km 650,94 650,94 Km ,352 Unit Unit Panjang irigasi keseluruhan Km 31,9 88,19 6. Irigasi kondisi baik Km 15,95 77, Panjang drainase /saluran air baru Km Panjang drainase /saluran air berfungsi baik Km 2 236,10 247,90 9. Panjang trotoar berfungsi baik m , Luas areal kawasan terencana Ha - 0,819 Luas lantai bangunan terencana m Luas areal kawasan terbangun Ha pelanggaran Kasus luas areal yang difasilitasi kegiatan Ha , KK yang diperbaiki lingkungana nnya KK Peningkatan jalan lingkungan Km 35 15, Rumah yang difasilitasi perencanaan perbaikian Unit MCK dibangun Unit Volume pelayanan angk sampah m 3 /hr ,18

48 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket 18 Penanggulan gan kebakaran (%) Instalasi air bersih terbangun Unit Terminal angkutan penumpang Unit Terminal Angkutan Penumpang dalam Kondisi Baik Unit Total prasarana dan fasilitas LLAJ : PJU Unit Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Rambu Unit Marka Jalan m keseluruhan prasarana dan fasilitas LLAJ dalam kondisi baik: PJU Unit Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Rambu Unit Marka Jalan m keseluruhan peralatan pengujian kendaraan bermotor Peralatan pengujian kendaraan bermotor dalam kondisi baik Jenis % Misi 3 : Mewujudkan Kesederajatan Sosial Budaya Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket 1. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral 1. Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Usia 4-6 Tahun % 70,00 70,72

49 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket SD / MI dan Sederajat (7-12 Tahun) % 99,80 112,77 SMP / MTs dan Sederajat (13-15 Th) % 100,00 101,89 SMA / MA / SMK dan Sederajat (16 18 Tahun) % 90,00 93,37 2. Terwujudnya pendidikan pesantren sebagai basis sentral kultur 2. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI dan sederajat (7-12 Th) % 99,50 99,34 SMP/MTs dan sederajat (13-15 Th) % 95,00 93,51 SMA/MA/S MK dan sederajat (16-18) % 73,00 74,89 3. Angka Putus Sekolah SD /MI % 0 0,35 SMP / MTs % 0,60 0,46 SMA / MA / SMK % 0,60 0,31 4. Angka Melanjutkan SD /MI % 99,00 99,89 SMP / MTs % 99,00 99,85 5. Angka Mengulang SD /MI % 4,50 0,54 SMP / MTs % 0,60 0,05 SMA / MA / SMK % 0,70 0,13 6. Lulusan SD /MI % 100, SMP / MTs % 100, SMA / MA / SMK % 100, Rata-rata UASBN/UN SD /MI rata-rata 7,50 7,79 SMP / MTs rata-rata 6,90 7,99 SMA / MA / SMK rata-rata 7,40 7,98 8. Tenaga pendidik berkualifikas i S.1 TK / RA % 16,00 28,57 SD /MI % 60,00 60,61 SMP / MTs % 90,00 96,11 SMA / MA / % 100,00 97,02

50 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran SMK Satuan Target Realisasi Ket 9. Tenaga pendidik persertifikasi (Profesional ) TK / RA % 12,50 21,78 SD /MI % 50,00 47,54 SMP / MTs % 60,00 72,62 SMA / MA / SMK % 65,00 83,49 10 Rasio siswa dan guru: TK / RA Rasio 5:1 6:1 SD /MI Rasio 20:1 17:1 SMP / MTs Rasio 14:1 11:1 SMA / MA / SMK Rasio 11:1 9:1 11 Rasio siswa dan Rombel : TK / RA Rasio 18:1 15:1 SD /MI Rasio 32:1 27:1 SMP / MTs Rasio 36:1 29:1 SMA / MA / SMK Rasio 36:1 31:1 12 Rasio Rombel dan ruang kelas : TK / RA Rasio 1:1 1,10:1 SD /MI Rasio 1:1 1,22:1 SMP / MTs Rasio 1:1 1,23:1 SMA / MA / SMK Rasio 1:1 1,02:1 13 Ruang kelas yang rusak : TK / RA % 21,00 24,82 SD /MI % 27,00 15,08 SMP / MTs % 27,50 18,55 SMA / MA / SMK % 18,50 13,17 14 Rasio murid terhadap buku pokok : SD /MI Rasio 1:8 1:4 SMP / MTs Rasio 1:12 1:7 SMA / MA / SMK Rasio 1:11 1:7 15 Rasio perpustakaa n dan sekolah : SD /MI Rasio 1:1 0,48:1 SMP / MTs Rasio 1:1 0,35:1 SMA / MA / SMK Rasio 1:1 0,48:1 16 Rasio laboratorium dan sekolah : SMP / MTs Rasio 1:1 0,20:1 SMA / MA / SMK Rasio 2:1 0,35:1 17 Sekolah berkualifikas

51 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran i SSN : Satuan Target Realisasi Ket SD /MI Sekolah 1 0 SMP / MTs Sekolah 5 2 SMA / MA / SMK Sekolah Sekolah berkualifikas i SBI : SMP / MTs Sekolah - - SMA / MA / SMK Sekolah Rata rata lama sekolah Tahun 12,10 11,79 20 Angka Melek Huruf % 99,68 99,32 21 Adanya peningkatan kualitas tenaga kependidika n Orang Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai 1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 2. Cakupan komplikasi kebidanan yg ditangani % 87,00 87 % 74, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 4. Cakupan pelayanan nifas 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yg ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi 7. Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunizatio n (UCI) 8. Cakupan pelayanan anak balita 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin % 84,00 84 % 84,00 84 % 100, % 95,00 94,78 % 90,00 90 % 95,00 95 % 100,00 46

52 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Ket 10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan % 100, Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat % 100, Cakupan peserta KB aktif % 73, Cakupan penemuan penderita pneumonia balita % Cakupan penemuan pasien baru TB BTA positif % Cakupan penderita DBD yang ditangani % 100, Cakupan penemuan penderita diare % Cakupan Desa / Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 Jam % 100,00 100,00 18 Cakupan desa siaga aktif % 46,25 46,25 4. Terciptanya sistim sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera 1. Keluarga sejahtera Keluarga Pra KS (alasan ekonomi) KK Keluarga KS I (alasan ekonomi) KK Terjaminnya masyarakat atas tempat tinggal yang sehat dan layak 1. Rumah Tidak Layak Huni Unit Tercapainya minimalisasi angka pengangguran 1. pencari kerja berdasarkan AK1 Orang Penganggura n terbuka % 10 2,20 7. Terwujudnya pemberian kredit lunak terhadap potensi tenaga kerja terdidik untuk melakukan usaha mandiri 1. Fasilitasi pemberian kredit 7 7

53 Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program APBD Tahun 2011 sampai dengan triwulan I tahun berjalan (Tahun 2013) yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD, dirangkum ke dalam tabel Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah Sampai Dengan Tahun Berjalan sebagai berikut :

54 TABEL 2.15 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PERENCANAAN DAERAH SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN KOTA TASIKMALAYA Kodering 1 Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) PROGRAM DAN KEGIATAN PADA SETIAP SKPD ,06 99, ,28 98, ,72 0, Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Terbangunnya sistem pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat ,66 99, ,24 99, ,79 0, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Terbangunnya sistem pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat ,42 99, ,40 97, ,17 0, Program Peningkatan Disiplin Aparatur Terbangunnya sistem pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat ,65 99, ,19 90, ,00 0, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Terbangunnya sistem pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat ,17 96, ,14 96, ,00 0, Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian dan Keuangan Terbangunnya sistem pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat ,14 100, ,24 98, ,00 0,00

55 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pelayanan Administrasi Terbangunnya sistem ,24 100, ,32 100, ,00 0,00 Persekolahan pemerintahan yang disandarkan pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat Program Fasilitasi Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas dan Jaringannya Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,81 100, ,32 100, ,00 0, Program Pengembangan Fasilitasi dan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,82 100, ,60 99, ,00 0, Program Fasilitasi Penyelenggaraan Laboratorium dan Perbekalan Kesehatan Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,95 100, ,99 100, ,00 0, Program Perencanaan Kerja Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,28 100, ,86 96, ,00 0, Program Fasilitasi Penyelenggaraan Terbangunnya sistem Unit Pelayanan Teknis Dinas pemerintahan yang disandarkan (UPTD) pada pencapaian kinerja, terbuka, jujur, adil, demokratis dan berpihak kepada rakyat ,42 100, ,04 100, ,00 0,00 1 URUSAN WAJIB ,70 79, ,22 82, ,76 0, PENDIDIKAN ,91 92, ,31 96, ,00 0, Program Pendidikan Anak Usia Dini Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,89 100, ,93 100, ,00 0, Program Pendidikan Menengah Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,91 79, ,08 99, ,00 0,00

56 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pendidikan Non Formal Terjaminnya hak-hak masyarakat ,00 100, ,00 100, ,00 0,00 atas pendidikan yang layak Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,58 100, ,06 75, ,00 0, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,45 100, ,49 100, ,00 0, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,90 96, ,75 100, ,00 0, Program Peningkatan Mutu dan Prestasi Belajar Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,23 88, ,00 100, ,00 0, Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Dua Belas Tahun Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,22 72, ,67 93, ,00 0, Program Peningkatan Fasilitas Pendukung Kerja Bidang Pendidikan Terjaminnya hak-hak masyarakat atas pendidikan yang layak ,71 100, ,34 100, ,00 0, KESEHATAN ,56 81, ,28 96, ,44 0, Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,50 100, ,55 100, ,00 0, Program Upaya Kesehatan Masyarakat Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,56 100, ,91 100, ,00 0, Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,81 100, ,30 100, ,00 0, Program Pengembangan Lingkungan Sehat Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,99 100, ,93 72, ,00 0,00

57 Kodering 1 Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,05 100, ,10 100, ,00 0, Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai 0 0 0,00 0, ,67 100, ,00 0, Program Pengadaan, Peningkatan Terjaminnya derajat kesehatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit / masyarakat yang memadai Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paruparu / Rumah Sakit Mata ,59 98, ,10 86, ,11 0, Program Pemeliharaan Sarana dan Terjaminnya derajat kesehatan Prasarana Rumah Sakit / Rumah Sakit masyarakat yang memadai Jiwa / Rumah Sakit Paru-paru / Rumah Sakit Mata ,29 96, ,07 97, ,38 0, Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,46 82, ,86 100, ,57 0, Program Peningkatan Kesejahteraan SDM Rumah Sakit Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,93 100, ,94 100, ,04 0, Program Peran Serta Peningkatan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,83 100, ,25 100, ,70 0, Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Kesehatan Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,87 85, ,36 92, ,00 0, Program Standarisasi Administrasi Kesehatan Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat 0 0 0,00 0, ,00 100, ,00 0, PEKERJAAN UMUM ,47 73, ,43 64, ,00 0,00

58 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pembangunan Jalan dan Terjaminnya sarana penunjang ,00 100, ,54 100, ,00 0,00 Jembatan infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat Program Pembangunan Saluran Drainase / Gorong-gorong Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,72 100, ,56 100, , Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,15 100, ,66 100, ,00 0, Program Pembangunan Sistem Informasi / Data Base Jalan dan Jembatan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat 0 0 0,00 0, ,88 100, ,00 0, Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,42 100, ,18 100, ,00 0, Program Pengembangan Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,16 100, ,46 100, ,00 0,00

59 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pengendalian Banjir Terjaminnya sarana penunjang ,14 100, ,01 60, ,00 0,00 infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,85 100, ,00 0, ,00 0, Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,00 100, ,93 100, ,00 0, Program Peningkatan Jalan dan Jembatan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,91 100, ,00 0, ,00 0, Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Saluran Drainase / Gorong-gorong Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,61 100, ,84 100, ,00 0, Program Pembangunan / Rehabilitasi / Pemeliharaan Trotoar Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,96 100, ,37 100, ,00 0, PERUMAHAN ,81 100, ,61 100, ,03 0,00

60 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Kesiagaan dan Terjaminnya sarana penunjang ,60 100, ,63 100, ,00 0,00 Pencegahan Bahaya Kebakaran infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat Program Pengelolaan Areal Pemakaman Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,42 100, ,16 100, ,45 0, Program Peningkatan Fasilitas Pendukung Kerja Pertamanan dan Pemakaman Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,27 100, ,64 100, ,00 0, Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Terjaminnya masyarakat atas tempat tinggal yang sehat dan layak ,79 100, ,79 100, ,00 0, PENATAAN RUANG ,62 46, ,06 50, ,00 0, Program Perencanaan Tata Ruang dan Tata Bangunan (Tata Kota) Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,49 85, ,59 100, ,00 0, Program Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,26 100, ,65 100, ,00 0, PERENCANAAN PEMBANGUNAN ,29 98, ,94 100, ,23 0,00

61 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pengembangan Data / Terwujudnya reformasi birokrasi ,80 92, ,79 100, ,82 0,00 Informasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,51 100, ,86 100, ,00 0, Program Perencanaan Pembangunan Daerah Terbangunnya sistem perencanaan pembangunan daerah yang partisifatif ,60 100, ,33 100, ,20 0, Program Perencanaan Sosial Budaya Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,05 100, ,30 100, ,41 0, PERHUBUNGAN ,69 85, ,81 100, ,28 0, Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, ,58 100, ,73 100, ,71 0, Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,61 100, ,80 100, ,63 0,00

62 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan dan Terjaminnya sarana penunjang ,90 100, ,22 100, ,00 0,00 Pengamanan Lalu Lintas infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,36 100, ,83 100, ,51 0, Program Peningkatan Pelayanan Lalu lintas Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,96 100, ,25 100, ,74 0, Program Peningkatan Optimalisasi Perhubungan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,19 100, ,29 100, ,72 0, LINGKUNGAN HIDUP ,89 62, ,44 83, ,00 0, Program Pengembangan Pengelolaan Persampahan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,74 100, ,22 100, ,00 0, Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,12 100, ,64 100, ,00 0,00

63 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Perlindungan dan Konservasi Terjaminnya sarana penunjang 0 0 0,00 0, ,61 100, ,00 0,00 Sumber Daya Alam infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,45 73, ,60 100, ,00 0, Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,30 100, ,67 100, ,00 0, KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL ,83 100, ,66 100, ,00 0, Program Penataan Administrasi Kependudukan Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,83 100, ,66 100, ,00 0, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN ,35 100, ,38 92, ,00 0, Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik ,50 100, ,07 84, ,00 0,00

64 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Peran Serta dan Terjaminnya hak-hak masyarakat ,30 100, ,31 100, ,00 0,00 Kesetaraan Gender Dalam secara umum tanpa membedakan Pembangunan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik 1 12 KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA Program Keluarga Berencana Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,30 60, ,02 40, ,00 0, ,34 100, ,59 100, ,00 0, Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,30 100, ,06 100, ,00 0, Program Kesehatan Reproduksi Terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai ,73 100, ,00 0, ,00 0, SOSIAL ,58 66, ,53 83, ,00 0, Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera ,21 100, ,71 100, ,00 0, Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera ,74 100, ,01 100, ,00 0, Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial lainnya) Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera 0 0 0,00 0, ,70 100, ,00 0, Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera ,13 100, ,72 100, ,00 0,00

65 Kodering 1 Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera ,78 100, ,59 100, ,00 0, TENAGA KERJA ,83 66, ,84 100, ,00 0, Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Tercapainya minimalisasi angka pengangguran ,02 100, ,12 100, ,00 0, Program Peningkatan Kesempatan Kerja Tercapainya minimalisasi angka pengangguran 0 0 0,00 0, ,80 100, ,00 0, Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Tercapainya minimalisasi angka pengangguran ,82 100, ,33 100, ,00 0, KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH ,01 95, ,21 49, ,00 0, Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Terwujudnya pengelolaan yang optimal dan profesional dalam pengembangan usaha kecil dan menengah sebagai aset potensi ekonomi rakyat ,02 100, ,56 100, ,00 0, Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Terwujudnya pengelolaan yang optimal dan profesional dalam pengembangan usaha kecil dan menengah sebagai aset potensi ekonomi rakyat ,55 100, ,55 47, ,00 0, PENANAMAN MODAL DAERAH ,24 100, ,62 67, ,00 0, Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Terwujudnya optimalisasi sentra industri kecil dan menengah sebagai aset wisata home industri ,24 100, ,62 67, ,00 0, KEBUDAYAAN ,53 30, ,29 100, ,00 0, Program Pengembangan Nilai Budaya Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera 0 0 0,00 0, ,17 100, ,00 0,00

66 Kodering 1 Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pengelolaan Keragaman Budaya Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera ,53 92, ,24 100, ,00 0, PEMUDA DAN OLAHRAGA ,48 100, ,97 66, ,97 0, Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik ,20 100, ,35 100, ,70 0, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik ,22 100, ,77 100, ,00 0, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,71 100, ,00 0, ,00 0, KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI ,67 71, ,25 71, ,95 0, Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Terciptanya kondisi masyarakat yang toleran, seimbang, rukun dan islami ,46 100, ,70 100, ,00 0, Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Terciptanya kondisi masyarakat yang toleran, seimbang, rukun dan islami ,54 100, ,11 100, ,00 0, Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik ,83 99, ,33 100, ,90 0,00

67 Kodering 1 Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) Terciptanya kondisi masyarakat yang toleran, seimbang, rukun dan islami ,51 100, ,78 100, ,00 0, Program Pendidikan Politik Masyarakat Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik ,77 100, ,56 100, ,66 0, OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN ,82 92, ,01 92, ,69 0, Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,00 100, ,02 90, ,86 0, Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,99 100, ,92 100, ,00 0, ,99 100, ,92 100, ,00 0, Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Terbangunnya sistem pengelolaan keuangan yang terbuka dan jujur yang diorientasikan untuk memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat ,43 95, ,44 99, ,00 0, Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,06 100, ,03 96, ,20 0,00

68 Kodering 1 Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik 0 0 0,00 0, ,08 100, ,00 0, Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,25 100, ,69 100, ,00 0, Program Penataan Peraturan Perundang-undangan Terbangunnya sistem hukum yang komprehensif, integrated dan sistemik melalui program legislasi daerah ,36 100, ,06 71, ,00 0, Program Pengembangan Akuntabilitas Penyelenggaran Pemerintahan Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,53 99, ,00 100, ,00 0, Program Peningkatan Fasilitas Pendukung Kerja Pemerintahan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,22 100, ,10 99, ,00 0, Program Fasilitasi Pengadaan Tanah Pemerintah Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,97 78, ,54 100, ,00 0,00

69 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Kapasitas Terwujudnya reformasi birokrasi ,25 100, ,39 100, ,00 0,00 Kelembagaan dan Ketatalaksanaan yang mengarah pada peningkatan Pemerintah Daerah kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik Program Peningkatan Pelayanan Perijinan Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,56 100, ,97 100, ,00 0, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Terciptanya sistem sosial yang tertib, rukun, adil dan sejahtera ,75 98, ,33 100, ,00 0, Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Meningkatnya penerimaan pendapatan daerah ,14 78, ,42 100, ,78 0, Program Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi Penerimaan Pendapatan Daerah Meningkatnya penerimaan pendapatan daerah ,13 100, ,97 100, ,00 0, Program Sosialisasi dan Pembinaan Wajib Pajak Meningkatnya penerimaan pendapatan daerah ,76 100, ,00 0, ,00 0, Program Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Tegaknya hukum secara tidak diskriminatif ,79 100, ,53 100, ,00 0, Program Fasilitasi Penyelenggaraan Keagamaan Terciptanya kondisi masyarakat yang toleran, seimbang, rukun dan islami ,79 100, ,48 100, ,00 0, Program Peningkatan Toleransi dan Kerukunan Dalam Kehidupan Beragama Terciptanya kondisi masyarakat yang toleran, seimbang, rukun dan islami ,00 100, ,70 100, ,00 0, KEPEGAWAIAN ,86 38, ,81 83, ,00 0,00

70 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Kapasitas Tersusunnya standardisasi 0 0 0,00 0, ,66 100, ,00 0,00 Sumber Daya Aparatur pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,86 77, ,54 66, ,00 0, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA ,03 100, ,05 100, ,00 0, Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa Terjaminnya hak-hak masyarakat secara umum tanpa membedakan gender untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan politik ,03 100, ,05 100, ,00 0, KEARSIPAN ,97 66, ,26 66, ,00 0, Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,96 100, ,28 100, ,00 0, Program Pemeliharaan Rutin / Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan Tersusunnya standardisasi pengukuran pencapaian kinerja pemerintah dan indeks kepuasan masyarakat ,00 100, ,30 100, ,00 0, Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA ,83 100, ,72 100, ,27 0,00

71 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pengembangan Komunikasi, Terwujudnya reformasi birokrasi ,41 100, ,01 100, ,65 0,00 Informasi dan Media Massa yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik Program Kerjasama Informasi dan Media Massa Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik ,44 100, ,55 100, ,00 0,00 2 URUSAN PILIHAN ,30 83, ,02 82, ,00 0, PERTANIAN ,11 59, ,63 47, ,00 0, Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,17 100, ,33 100, ,00 0, Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,21 97, ,04 29, ,00 0,00

72 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pencegahan dan Terwujudnya pengembangan 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0,00 Penanggulangan Penyakit Ternak kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community- based resources management / CBRM) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,98 100, ,48 88, ,00 0, Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,77 98, ,30 100, ,00 0, Program Perencanaan Pembangunan Bidang Pertanian Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, Program Peningkatan Ketahanan Pangan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,39 100, ,39 100, ,00 0,00

73 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Peningkatan Pengolahan dan Terwujudnya pengembangan 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0,00 Pemasaran Hasil Pertanian / kawasan pertanian terpadu Perkebunan berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community- based resources management / CBRM) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, Program Peningkatan Produksi Pertanian Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) 0 0 0,00 0, ,00 0, ,00 0, Program Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,00 100, ,00 0, ,00 0, Program Peningkatan SDM Pertanian Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,06 100, ,16 98, ,00 0,00

74 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pemanfaatan Potensi Terwujudnya pengembangan ,71 100, ,91 100, ,00 0,00 Sumberdaya Pertanian kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community- based resources management / CBRM) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak / Tanaman Pangan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,44 100, ,54 100, ,00 0, KEHUTANAN ,67 50, ,73 100, ,00 0, Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,67 100, ,69 100, ,00 0, Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Kehutanan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) 0 0 0,00 0, ,89 100, ,00 0, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ,13 100, ,03 64, ,00 0, Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,00 100, ,30 100, ,00 0,00

75 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pembinaan dan Terjaminnya sarana penunjang ,91 100, ,47 29, ,00 0,00 Pengembangan Bidang infrastruktur yang baik dan layak Ketenagalistrikan untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat 2 04 PARIWISATA ,11 66, ,87 100, #DIV/0! 0, Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,64 100, ,79 100, #DIV/0! 0, Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat ,81 100, ,90 100, #DIV/0! 0, Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata Terwujudnya reformasi birokrasi yang mengarah pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik 0 0 0,00 0, ,90 100, #DIV/0! 0, KELAUTAN DAN PERIKANAN ,37 100, ,65 100, ,00 0, Program Pengembangan Budidaya Perikanan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,40 100, ,89 100, ,00 0,00

76 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pengembangan Sistem Terwujudnya pengembangan ,16 100, ,00 100, ,00 0,00 Penyuluhan Perikanan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community- based resources management / CBRM) Program Peningkatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,44 100, ,05 100, ,00 0, Program Peningkatan Produksi Perikanan Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community - based resources management / CBRM) ,01 100, ,66 100, ,00 0, PERDAGANGAN ,29 92, ,16 50, ,00 0, Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Terwujudnya optimalisasi sentra industri kecil dan menengah sebagai aset wisata home industri ,31 84, ,16 100, ,00 0, Program Peningkatan Fasilitas Pelayanan Pasar Terwujudnya optimalisasi sentra industri kecil dan menengah sebagai aset wisata home industri ,04 100, ,00 0, ,00 0, PERINDUSTRIAN ,91 100, ,65 100, ,00 0, Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Terwujudnya pengelolaan yang optimal dan profesional dalam pengembangan usaha kecil dan menengah sebagai aset potensi ekonomi rakyat ,96 100, ,41 100, ,00 0,00

77 Kodering Pemerintahan Daerah Dan Program / Sasaran Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Sampai Dengan TRIWULAN I) Realisasi Realisasi Realisasi Anggaran Anggaran Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Keuangan % Fisik (%) Program Pengembangan Sentra-sentra Terwujudnya optimalisasi sentra ,54 100, ,40 100, ,00 0,00 Industri Potensial industri kecil dan menengah sebagai aset wisata home industri 2 08 TRANSMIGRASI ,55 100, ,00 100, ,00 0, Program Transmigrasi Regional Tercapainya minimalisasi angka pengangguran serta terjaminnya masyarakat atas tempat tinggal yang sehat dan layak ,55 100, ,00 100, ,00 0,00 JUMLAH ,39 87, ,59 87, ,54 0,00

78 Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Permasalahan pembangunan diuraikan menurut bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah atau beberapa urusan yang dianggap memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap munculnya permasalahan pada bidang urusan lainnya. Hal ini bertujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait dengan urusan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah guna menentukan isu-isu strategis pembangunan. 1. Permasalahan Pada Misi Pertama a. Bidang Perencanaan Pembangunan, permasalahan pada bidang perencanaan pembangunan adalah [1] Masih kurangnya validitas dan akurasi data untuk perencanaan pembangunan; [2] Belum adanya institusi/bidang yang secara khusus menginventarisir, mengolah dan menganalisa data; [3] Belum optimalnya penyediaan data yang berbasis teknologi informasi (IT); [4] Inkonsistensi dokumen perencanaan dan penganggaran dalam aspek pelaksanaaan, bukan dalam hal keselarasan antar dokumen perencanaan pembangunan secara hirarki; [5] Belum sinerginya antara pendekatan teknokratik, partisipatif, top-down, bottom-up dengan pendekatan politis dalam perencanaan pembangunan; b. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil, permasalahan dalam bidang ini adalah [1] Belum optimalnya pengelolaan administrasi kependudukan, dibuktikan dengan data Tahun 2012, yaitu rasio penduduk berkartu tanda penduduk/berkartu keluarga per satuan penduduk sebesar 95%, rasio bayi berakte kelahiran baru mencapai 58,44%, kepemilikan akte kelahiran per penduduk baru mencapai 611 orang; [2] Belum optimalnya pemanfaatan database kependudukan skala kota; [3] Belum terkendalinya arus urbanisasi dan migrasi penduduk; c. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, masalah yang dominan dalam bidang kesatuan bangsa dan stabilitas politik dalam negeri adalah [1] Masih adanya konflik horizontal menyangkut kelompok ahmadiyah; [2] Belum efektifnya fungsi partai politik sebagai wadah pendidikan politik, pengelola konflik, kaderisasi, agregasi kepentingan masyarakat, dan komunikasi politik; [3] Masih kurangnya upaya penertiban dan pembinaan organisasi masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM); d. Bidang Pemerintahan, Administrasi Keuangan, dan Kepegawaian, permasalahan pada bidang ini adalah [1] Masih kurangnya sarana dan prasarana penunjang tugas dan fungsi pemerintah daerah. Berdasarkan data Tahun 2012, beberapa OPD belum menempati tanah dan atau bangunan yang definitif dan representatif; [2]

79 Keberadaan tata letak sarana dan prasarana pemerintahan belum memberikan akses kemudahan bagi masyarakat, termasuk bagi yang berkebutuhan khusus; [3] Kontribusi pendapatan asli daerah terhadap APBD masih relatif kecil yaitu hanya 11,47%, hal ini dibuktikan dengan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap dana Pusat dan Provinsi atau dana perimbangan lainnya; [4] Belum optimalnya inovasi penggalian sumber pendapatan daerah baru; [5] Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian pengelolaan pendapatan asli daerah; [6] Belum optimalnya sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah; [7] Penyelesaian masalah aset antara Kota dan Kabupaten belum tuntas, berakibat kepada tidak optimalnya pelayanan publik; [8] Belum tercapainya opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); [9] Penataan dan penegakan atas peraturan daerah belum efektif, seperti penggunaan ruang milik jalan yang tidak sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; [10] Mekanisme dan prosedur pelayanan perijinan belum sederhana dan tepat waktu; [11] Pendelegasian sebagian kewenangan pelayanan perijinan pada kecamatan belum dilaksanakan; [12] Belum terwujudnya kelembagaan yang efektif dan efisien serta ramping struktur dan kaya fungsi; [13] Standar pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengembangan e-government masih rendah. Tahun 2012, baru 14 unit kerja yang telah mendapatkan fasilitasi penyusunan Standar Operating Procedur (SOP) atau 1,26% dari 177 target unit kerja; [14] Nilai akuntabilitas dan manajemen kinerja Pemerintah Kota masih rendah, ditunjukkan hasil penilaian Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Tahun 2009 sebesar 37,5 atau agak kurang, dan berdasar evaluasi Inspektorat terhadap LAKIP OPD menunjukan nilai rata-rata 50 atau kurang; [15] Standar pelayanan belum berkembang. Sampai Tahun 2012 dari 15 Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus ditetapkan baru 11 SPM yang tuntas. Dari 146 unit kerja yang harus memiliki standar pelayanan, baru 2 yang sudah memiliki. Sedangkan untuk pengembangan International Standard Operation (ISO) baru 6 unit kerja; [16] Pembinaan kepegawaian berupa hukuman dan ganjaran (reward and punishment) belum sepenuhnya dilaksanakan; [17] Kompetensi pegawai Pemerintah Kota belum sepenuhnya mampu memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan; [18] Kualitas sumber daya aparatur masih rendah, diindikasikan dengan pendidikan Strata 1 ke atas berjumlah orang (41,03%) dan yang berpendidikan kurang dari Strata 1 berjumlah orang (58,97%); [19] Belum tersusun dokumen analisis jabatan, evaluasi jabatan dan standar kompetensi jabatan sebagai dasar pengembangan PNS yang rasional, profesional, dan akuntabel; e. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, permasalahan pada bidang pemberdayaan masyarakat mencakup [1] Belum optimalnya sumber daya manusia pengelola pemberdayaan masyarakat sehingga mengakibatkan program pemberdayaan masyarakat masih ada yang tidak tepat sasaran dan lemahnya akuntabilitas dan

80 mekanisme pelaporan; [2] Partisipasi masyarakat belum merata dan terbatas pada kelompok tertentu; f. Kearsipan dan Perpustakaan, permasalahan pada bidang ini adalah [1] Belum optimalnya pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan arsip sehingga mengakibatkan lemahnya manajemen kearsipan; [2] Kurangnya sumber daya pengelola dan sarana pendukung kearsipan; [3] Masih Terbatasnya kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana perpustakaan serta tenaga fungsional arsiparis dan pustakawan. 2. Permasalahan Pada Misi Kedua a. Bidang Pekerjaan Umum, permasalahan pada bidang ini adalah [1] Masih tingginya proporsi infrastruktur jalan dan jembatan dalam kondisi rusak. Pada Tahun 2010, jalan kota dalam kondisi rusak berat sepanjang m dan rusak sedang sepanjang m; [2] Kondisi jembatan antar wilayah kurang representatif. Terdapat 3 jembatan antar wilayah diantaranya jembatan Leuwibudah, jembatan Tonjong dan jembatan Gobang; [3] Rendahnya rasio ketersediaan prasarana air kotor/ drainase, pada Tahun 2012 rasio panjang saluran drainase terhadap panjang jalan sekitar 50%; [4] Tidak optimalnya pemanfaatan saluran irigasi untuk pertanian dan perikanan sebagai akibat alih fungsi lahan; b. Bidang Perumahan, permasalahan pada bidang perumahan di Kota adalah [1] Ketersediaan perumahan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk, Kota mengalami kekurangan rumah sebanyak unit; [2] Masih banyaknya rumah tidak layak huni (RTLH) di Kota, pada Tahun 2010 terdapat sebanyak unit RTLH; [3] Pemerintah Kota belum mampu menyediakan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba) sebagai upaya penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), termasuk menyediakan lahan untuk pembangunan rumah susun; c. Bidang Penataan Ruang, permasalahannya adalah [1] Belum tersedianya produk hukum mengenai rencana tata ruang yang lebih operasional, baik berupa rencana detail tata ruang (RDTR), rencana rinci kawasan strategis, serta perangkat pengendalian pemanfaatan ruang berupa peraturan zonasi, rencana tata bangunan dan lingkungan, dan standar-standar teknis lainnya; [2] Belum adanya strategi yang tepat menyangkut konversi lahan pertanian produktif sebagai akibat perkembangan kota yang pesat; [3] Belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang, termasuk mekanisme perizinan dan pengawasan pelaksanaannya; d. Bidang Perhubungan, menyangkut permasalahan yang antara lain [1] Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana lalu lintas angkutan jalan seperti marka jalan, rambu lalu lintas, cakupan pelayanan angkutan umum, dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL); [2] Belum optimalnya manajemen rekayasa lalu lintas; e. Bidang Lingkungan Hidup, permasalahan pada bidang lingkungan hidup adalah [1] Masih rendahnya kesadaran masyarakat Kota untuk melakukan pemilahan sampah, ditunjukkan dengan hasil survai EHRA (Environtment Health

81 Risk Area) Tahun 2012, baru 34,3% masyarakat yang melakukan pemilahan sampah; [2] Terbatasnya masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah mandiri dengan metode 3R (reduce, reuse, recycle); [3] Rendahnya cakupan pelayanan sampah, pada Tahun 2012 hanya mencapai 35%, hal ini diindikasikan dengan kurangnya tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang pada Tahun 2012 hanya mencapai 35%, Adanya keterbatasan armada pengangkut sampah, data Tahun 2012 hanya ada 29 unit armada pengangkut sampah, belum tersedianya alat penghancur sampah bahan beracun berbahaya (B3) dan limbah medis, serta belum tersedianya tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); [4] TPA di Ciangir masih menggunakan sistem semi-control landfill, padahal Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan TPA harus menggunakan sanitary landfill; [5] Masih rendahnya cakupan pelayanan air bersih perpipaan, hanya sekitar 28,56% [6] Masih sangat terbatasnya ketersediaan sumber air baku, dan tingginya tingkat pencemaran terhadap air baku; [7] Belum adanya sistem pengolahan air bersih skala kota; [8] Adanya keterbatasan armada sedot tinja; [9] Tidak optimalnya IPLT Singkup; [10] Rendahnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah; f. Bidang Ketenagakerjaan, permasalahannya berada pada lingkup [1] Masih tingginya angka pengangguran terbuka. Tahun 2008 angka pengangguran terbuka berada pada angka 10,87%; Tahun 2009 sebesar 8,41%; 2010 turun menjadi 8,16%; namun naik kembali menjadi 9,14% pada Tahun 2011; [2] Kesempatan kerja dan lapangan usaha tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja; [3] Motivasi dan daya saing calon tenaga kerja masih rendah, digambarkan dengan data pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tahun 2010 sebagian besar (5.064 orang dari orang) adalah lulusan SLTA; [4] Masih lemahnya perlindungan terhadap tenaga kerja; g. Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, permasalahan pada bidang ini adalah [1] Masih lemahnya tata kelola koperasi dan akses terhadap permodalan dan pasar; [2] Masih rendahnya tingkat kesadaran berkoperasi masyarakat dan masih rendahnya tingkat aktifitas koperasi, dari 486 koperasi pada Tahun 2011 hanya 66,16% yang masih aktif; [3] Kapasitas sumber daya manusia pelaku usaha masih kurang serta minim dan sulit mengakses permodalan dari perbankan; [4] Kurangnya pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan UMKM dan kurangnya promosi/event pameran untuk mempromosikan produk UMKM; [5] Kurangnya peralatan dan mesin yang memadai, kurangnya bahan baku lokal yang diperlukan dalam proses produksi UMKM menyebabkan ketergantungan pada daerah lain, serta lemahnya daya saing produk UMKM dibanding produk daerah/negara lain; h. Bidang Penanaman Modal, permasalahan pada bidang penanaman modal adalah [1] Belum optimalnya prosedur pelayanan perijinan; [2] Lemahnya kepastian hukum; dan [3] Kurangnya informasi serta promosi potensi ekonomi melalui pemanfaatan teknologi informasi;

82 i. Bidang Ketahanan Pangan, permasalahannya adalah [1] Ketersediaan pangan utama belum dapat dipenuhi secara mandiri. Produksi beras di Kota hanya ,20 ton, sehingga rasio realisasi produksi terhadap kebutuhan beras di Kota sebesar 77,56%; [2] Diversifikasi konsumsi masyarakat terhadap pangan non beras belum membudaya, sehingga ketergantungan masyarakat terhadap pangan utama sangat tinggi; j. Bidang Statistik, permasalahan pada bidang statistik adalah [1] Belum adanya kelembagaan pengolahan data yang terintegrasi; [2] Masih kurangnya sumber daya manusia pengelola data statistik; k. Bidang Komunikasi dan Informatika, permasalahannya adalah [1] Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; [2] Belum memadainya sarana dan prasarana teknologi informasi serta terbatasnya SDM di bidang teknologi informasi; l. Bidang Pertanian, permasalahan pada bidang pertanian yaitu [1] Masih rendahnya kesejahteraan petani, hal ini diindikasikan dengan rendahnya kepemilikan lahan oleh mayoritas petani penggarap dan buruh tani; dan [2] Masih lemahnya proteksi pemerintah terhadap pengendalian harga produk pertanian; [3] Masih kurangnya pemahaman dan perilaku petani untuk melakukan penganekaragaman komoditas pertanian; [4] Belum adanya perubahan orientasi dari bertani secara konvensional menuju pola bertani yang berorientasi profit; [5] Makin berkurangnya lahan pertanian produktif akibat alih fungsi lahan dan belum optimalnya pemanfaatan lahan tidur; [6] Rendahnya kualitas petani dan masih kurangnya tenaga penyuluh pertanian, jumlahnya hanya sekitar 31 orang ditambah tenaga harian lepas bantuan dari pusat/ provinsi sebanyak 38 orang; m. Bidang Kehutanan, permasalahan di bidang kehutanan adalah masih luasnya lahan kritis di hutan rakyat. Pada Tahun 2011, dari kawasan hutan rakyat seluas 4.755,58 ha, terdapat lahan kritis seluas 1.315,71 ha; n. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, permasalahan pada bidang ini yaitu [1] Masih banyaknya para penambang liar; [2] Terjadi kerusakan lingkungan yang menyebabkan terganggunya ketersediaan air bagi masyarakat sebagai akibat tidak dilaksanakannya reklamasi pasca tambang; [3] Belum optimalnya sosialisasi pengendalian pemakaian air tanah dan air permukaan yang berlebihan; [4] Masih banyaknya rumah tangga yang belum mendapatkan pelayanan sambungan listrik di Kota, Tahun 2012 mencapai rumah tangga pra keluarga sejahtera yang belum dapat menikmati pelayanan sambungan listrik; [5] Belum adanya pengembangan pemanfaatan sumber daya alam sebagai energi alternatif; o. Bidang Pariwisata, permasalahan pada bidang pariwisata adalah [1] Belum optimalnya pengembangan budaya lokal untuk menarik wisatawan, promosi kegiatan kepariwisataan dan potensi objek wisata, jalinan mitra usaha kepariwisataan baik dengan pengusaha lokal maupun investor luar, dan belum optimalnya pengembangan destinasi pariwisata; [2] Belum adanya paket wisata yang melibatkan keberadaan UMKM di sentra produksi; dan [3] Masih kurangnya

83 kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana obyek wisata; p. Bidang Industri dan Perdagangan, permasalahan pada bidang industri dan perdagangan yaitu [1] Sarana prasarana pasar tradisional yang belum representatif, dan pengelolaannya yang belum profesional; [2] Belum optimalnya pengembangan industri kreatif dan pusat promosi produk industri; [3] Masih rendahnya dukungan infrastruktur ke sentra produksi termasuk sarana pergudangan terpadu; [4] Belum adanya jejaring usaha yang kuat antar pelaku industri dan belum meratanya sebaran pusat fasilitas perdagangan; 3. Permasalahan Pada Misi Ketiga a. Bidang Pendidikan, permasalahan utama dalam bidang pendidikan adalah [1] Biaya melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA masih relatif belum terjangkau oleh semua kalangan sehingga masih ada sekitar 10,91% penduduk usia tahun di Kota yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA/MA/SMK; [2] Masih timpangnya sebaran sekolah untuk tingkat SMA/MA/SMK, seperti sekolah di Kecamatan Tawang, Cihideung, Cipedes, Kawalu dan Mangkubumi jumlahnya lebih banyak dibanding kecamatan lain; [3] Rasio kelas murid untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs masih sangat besar yaitu 1:40, artinya satu kelas/rombongan belajar terdiri atas 40 orang murid, sedangkan pada tingkat SMA/SMK/MA terhitung sebesar 1:37; idealnya berdasarkan standar pendidikan adalah 1:28; [4] Masih terbatasnya ketersediaan sarana prasarana pendukung pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan bengkel kerja; [5] Kualifikasi tenaga pendidik belum seluruhnya memenuhi standar. Masih terdapat guru yang ijazah terakhirnya setingkat SMA sebanyak orang (12,94%) dari orang pada Tahun 2010; [6] Masih kurangnya kuantitas tenaga kependidikan terutama di tingkat SD, seperti tenaga administrasi dan penjaga sekolah; b. Bidang Kesehatan, pemasalahan utama pada bidang kesehatan mencakup [1] Masih tingginya AKB di Kota yaitu sebesar 34,64% kematian bayi per kelahiran hidup pada Tahun Angka tersebut masih jauh dari target MDGs (Millenium Development Goals) Nasional yaitu 23 kematian bayi per kelahiran pada Tahun 2015; [2] Masih tingginya AKI di Kota. Pada Tahun 2009 sebanyak 19 orang dari kelahiran (158,3 orang per kelahiran), Tahun 2010 menjadi 23 dari kelahiran (161,3 orang per kelahiran) serta Tahun 2011 meningkat lagi menjadi 28 orang dari kelahiran (202,2 orang per kelahiran); [3] Jangkauan Puskesmas/Pustu di Kota dalam memberikan layanan kesehatan masih belum memadai karena masih jauh dari target layanan kesehatan ideal. Standar pelayanan kesehatan 1 Puskesmas untuk penduduk sementara di Kota 1 Puskesmas melayani penduduk; [4] Masih terbatasnya sarana di rumah sakit umum daerah maupun di puskesmas, misalnya alat bedah, alat cuci darah, laboratorium dan sebagainya; [5] Masih terbatasnya tenaga kesehatan.

84 tenaga kesehatan yang ada dibanding jumlah penduduk masih jauh di bawah standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan; [6] Masih tingginya penderita TB. Pada Tahun 2011, angka keberhasilan pengobatan pasien TB dari 488 kasus yang ditangani adalah 410 kasus atau 84,02% sedangkan target nasional 91%, berarti masih ada kesenjangan sebesar 6,98%; [7] Makin tingginya angka perkembangan kasus HIV/ AIDS di Kota. Sampai dengan September 2011, penemuan kasus secara kumulatif tercatat 208 orang positif HIV teregister dengan orang yang meninggal sebanyak 48 orang; c. Bidang Pemberdayaan Perempuan, pada bidang ini yang menjadi permasalahan utama di Kota adalah [1] Masih rendahnya tingkat partisipasi perempuan. Pada Tahun 2011, indeks pembangunan gender (IPG) Kota sebesar 66,76 dan Indeks pemberdayaan gender (IDG) sebesar 53,18. Disamping itu, kelembagaan dan jejaring pengarusutamaan gender di Kota masih lemah; [2] Makin meningkatnya kasus KDRT di Kota. Hal ini ditunjukkan dari kasus yang terjadi pada Tahun 2011 sebanyak 12 kasus meningkat menjadi 38 kasus pada Tahun 2012; [3] Masih terjadi perdagangan perempuan dan anak (tafficking). Pada Tahun 2011 terdapat 1 kasus dan Tahun 2012 sebanyak 3 kasus; d. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, permasalahan utamanya adalah [1] Laju pertumbuhan penduduk di Kota masih diatas rata-rata Provinsi Jawa Barat; [2] Belum optimalnya tingkat kesertaan ber-kb pasangan usia subur. Pada Tahun 2011 tercatat peserta KB aktif atau 74,75% dari pasangan usia subur, sedangkan peserta KB aktif Tahun 2010 tercatat atau 75,05%; [3] Belum terpenuhinya anjuran pemerintah untuk melakukan perkawinan usia di atas 20 tahun. Pada Tahun 2010 dan 2011, rata-rata usia perkawinan pertama dari perempuan di Kota sebesar 19,66 dan 19,13 tahun; dan [4] Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi. e. Bidang Sosial, pada bidang sosial yang menjadi masalah utama di Kota adalah [1] Masih tingginya angka kemiskinan. penduduk miskin di Kota Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 secara berturutturut adalah 154,54 ribu jiwa (26,08%), 140,11 ribu jiwa (23,55%), 131,5 ribu jiwa (20,71%) dan 129,8 ribu jiwa (19,98%); [2] Meningkatnya jumlah gelandangan, pengemis anak terlantar, anak jalanan, penyandang cacat, tunasusila dan penyandang AIDS/ HIV. PMKS di Kota Tahun 2009 sebanyak orang, Tahun 2010 sebanyak orang, dan Tahun 2011 sebanyak orang; [3] Belum optimalnya penanganan masyarakat lanjut usia, serta masih terbatasnya aksesibilitas layanan bagi PMKS; [4] Masih terbatasnya sarana dan prasarana, serta sumber daya aparatur terlatih untuk penanggulangan bencana, dan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana; f. Bidang Kebudayaan, permasalahan pada bidang kebudayaan di Kota adalah [1] Masih terbatasnya sarana prasarana pengembangan seni dan budaya. Hal ini ditunjukan hanya terdapat 1 gedung kesenian untuk menampung kreatifitas

85 seni dari seniman yang ada di Kota ; [2] Pendataan, perlindungan dan pelestarian cagar budaya belum mendapat perhatian serius. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga terdapat 13 benda cagar budaya yang memerlukan perhatian serius dari Pemerintah Kota ; [3] Belum adanya regulasi soal pengelolaan cagar budaya dan masih kurangnya upaya pelestarian seni budaya daerah; g. Bidang Pemuda dan Olahraga, permasalahan pada bidang pemuda dan olahraga adalah [1] Belum optimalnya peran pemuda dalam pembangunan, dalam aktivitas organisasi kemasyarakatan pemuda, serta dalam pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan kepemudaan; [2] Belum memadainya sarana pengembangan aktivitas pemuda; [3] Masih kurangnya sarana dan prasarana olah raga masyarakat, pencarian dan pembinaan bibit atlet, serta fasilitasi dan penghargaan terhadap atlet yang berprestasi;

86 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kota, maka arah pembangunan perekonomian Kota dapat diprioritaskan kepada sektorsektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota yaitu sektor tersier yang terdiri dari perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Mengingat kontribusinya yang terbesar terhadap pembentukan PDRB Kota maka nampaknya sektor tersier ini pada Tahun 2013 dan Tahun 2014 akan tetap mampu menggerakkan aktivitas perekonomian di Kota sehingga diproyeksikan berturut-turut sebesar 65,30 persen dan 65,17 persen. Namun demikian sesuai amanat dalam RPJMD Kota Tahun , yaitu tentang daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan industri kecil dan menengah serta berdirinya kawasan perdagangan serta sektor jasa yang didukung oleh investasi yang terus meningkat sejalan dengan penguatan pembangunan sektor pertanian dalam rangka menciptakan ketahanan pangan, pembangunan sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah secara terpadu dengan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terpangkau. Juga dikembangkan program/kegiatan industri pengolahan hasil-hasil produk pertanian sehingga ada keterkaitan antara hulu dan hilir yang dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Upaya untuk mempertahankan peran sektor pertanian dalam kontribusinya terhadap PDRB Kota adalah dengan mempertahankan Kecamatan Tamansari, Cibeureum, Bungursari dan Purbaratu tetap dijadikan basis pertanian di Kota, karena kontribusi sektor pertanian di kecamatan-kecamatan tersebut relatif besar, pada Tahun 2011 di Kecamatan Cibeureum sebesar 16,51 persen, di Kecamatan Tamansari sebesar 15,43 persen, di Kecamatan Bungursari 10,10 persen dan Kecamatan Indihiang 10,19 persen. Kecamatan lain tidak menjadi tumpuan sebagai basis sektor pertanian dikarenakan alih fungsi lahan pertanian yang tinggi terutama menjadi kawasan perumahan dan fungsi lain. Potensi peningkatan produksi padi lebih sulit dicapai karena konversi lahan sawah menjadi permukiman terus terjadi, periode luas lahan sawah di Kota susut 1,36 persen. Sekalipun luas tanam terus ditingkatkan dengan bertambahnya periode tanam lebih dari 2 kali setahun, hanya mampu meningkatkan produksi padi 9,63 persen per tahun atau hanya mampu menutupi separuh defisit pasokan beras daerah. Selain itu peningkatan peran sektor pertanian dapat dilakukan pula melalui peningkatan pada aspek pengolahan dan pemasaran hasil produk-produk pertanian, yang tidak tergantung pada ketersediaan lahan yang luas. Kota telah membangun Rumah Potong Hewan (RPH) di Kecamatan Indihiang berikut Pasar Hewan yang akan melayani perdagangan hewan di Kota serta kabupaten sekitarnya. Juga Kota

87 telah memiliki pula Depo Pasar Ikan dan Balai Benih Ikan di Kecamatan Indihiang yang dapat meningkatkan ketersediaan benih unggul dan pemasaran produk perikanan yang melayani tidak hanya perdagangan dan jasa di dalam kota namun juga bagi kabupaten di sekitarnya, sehingga diharapkan peran dari sektor pengolahan dan pemasaran hasil produk pertanian dapat lebih ditingkatkan. Selain itu kebijakan pembangunan ekonomi Kota juga diarahkan kepada sektor yang memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang serta tahan terhadap guncangan ekonomi yaitu sektor KUMKM dan pariwisata, sedang sektor lainnya menjadi pendukung. Yang tidak kalah penting adalah peran jasa perorangan yang cukup berperan dalam aktivitas perekonomian di Kota yang memberikan kontribusi selama beberapa tahun ini lebih dari sepuluh persen. Sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2010 peranannya terus menurun. Sehingga untuk lebih meningkatkan peran sektor jasa perorangan ini, program-program pemberdayaan dan pelatihan kewirausahaan untuk melatih tenaga kerja terampil dan kreatif lebih ditingkatkan. Selain pelatihan kewirausahaan, pemerintah masih perlu membantu berbagai permasalahan yang dihadapi para pengusaha kecil, terutama dalam hal pemasaran, bantuan sarana usaha dan permodalan, serta fasilitasi kelembagaan. Saatnya industri kreatif berbasis kearifan lokal mengikuti tren global dengan melakukan kombinasi produksi berbasis teknologi yang lebih maju sehingga mampu berkompetisi dalam kancah pasar global yang terbentang luas. Populasi pelaku usaha industri menyebar di berbagai wilayah Kota. Seperti usaha bordir, kerajinan anyaman mendong, kerajinan anyaman bambu, alas kaki, meubel, batik, payung geulis dan makanan olahan hingga mencapai unit usaha dengan nilai investasi sebesar Rp ,- di Tahun Arah kebijakan ekonomi tersebut di atas sesuai dengan arah kebijakan ekonomi makro yang tertuang dalam RPJP Kota Tahun yaitu meningkatnya daya beli, menurunnya angka pengangguran, menurunnya jumlah penduduk miskin, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dan penguatan industri kecil dan menengah serta berdirinya kawasan perdagangan serta sektor jasa, investasi meningkat, penguatan pembangunan sektor pertanian, menciptakan ketahanan pangan, pembangunan sumber daya alam, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dalam rangka untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan berdimensi pemerataan dengan sasaran : 1. Terjaminnya sarana penunjang infrastruktur yang baik dan layak untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat; 2. Terwujudnya pengelolaan yang optimal dan profesional dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah sebagai aset potensi ekonomi rakyat; 3. Terwujudnya optimalisasi kredit lunak untuk usaha mikro, kecil dan menengah guna menunjang keberlangsungan dan kemajuan ekonomi rakyat; 4. Terwujudnya pemberian jaminan hukum yang layak dan proporsional terhadap para pengusaha sektor informal; 5. Terwujudnya optimalisasi sentra industri kecil dan menengah sebagai aset wisata home industry;

88 Terwujudnya pengembangan kawasan pertanian terpadu berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal (community-based resources management / CBRM). Tahun 2014 merupakan tahun kedua dari periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun , Tahun 2014 berada dalam paruh pertama fokus pembangunan yang dinamai Fokus Pembangunan Tahun , yaitu PENINGKATAN KAPASITAS DAN KUALITAS INFRASTRUKTUR DAERAH Fokus pembangunan periode ini merupakan upaya penyedian infrastruktur sebagai modal dasar untuk pelaksanaan pada Fokus Pembangunan Tahun Pembangunan infrastruktur daerah ini meliputi infrastruktur pemerintahan, kesehatan, pendidikan dan perekonomian serta kemasyarakatan yang didukung oleh infrastruktur ke- PU-an yang berkualitas dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Perencanaan pembangunan Tahun 2014 masalah pembangunan masih dihadapkan pada 7 (tujuh) isu strategis yaitu : 1) Infrastruktur daerah 2) Kualitas sumber daya manusia (pendidikan dan kesehatan) 3) Pendapatan dan daya beli masyarakat 4) Penanggulangan kemiskinan 5) Tata ruang, pemukiman dan lingkungan 6) Tata kelola pemerintahan 7) Tata nilai dan kebudayaan daerah Untuk menjawab isu strategis tersebut telah dirumuskan prioritas pembangunan yang disinergikan dengan prioritas pembangunan Nasional dan prioritas pembangunan Provinsi. Sebagai penjabaran 3 Misi dalam RPJMD Tahun yaitu : Misi 1 : Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang amanah dan menciptakan peningkatan ketaatan dan kesalehan sosial masyarakat Misi 2 : Meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur pertumbuhan ekonomi berbasis pemberdayaan masyarakat yang berwawasan lingkungan Misi 3 : Meningkatkan dan menyediakan infrastruktur dan mutu layanan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial dan pengembangan budaya lokal Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan Perkiraan Tahun 2013 Kondisi ekonomi makro daerah Tahun 2011 dan Tahun 2012 dapat dilihat di Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota, berikut ini :

89 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota No. Indikator Makro Ekonomi Realisasi Proyeksi Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) PDRB atas dasar harga , , , ,84 berlaku (Juta Rp.) 2. PDRB atas dasar harga konstan th (Juta Rp.) , , , ,51 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,72 5,73 6,17 6,32 /LPE (%) 3. Tingkat Inflasi (%) 4,17 5,56 4,17 5,42 4. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral (%) 1. Pertanian 6,97 6,66 6,39 6,12 2. Pertambangan dan 0,01 0,01 0,01 0,01 Penggalian 3. Industri Pengolahan 14,37 14,39 14,51 14,66 4. Listrik, Gas dan Air 1,88 1,88 1,85 1,81 Bersih 5. Bangunan 11,42 11,65 11,95 12,24 6. Perdagangan, Hotel dan 31,83 32,45 32,97 33,48 Restoran 7. Pengangkutan dan 13,18 12,82 12,56 12,28 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 8,72 8,68 8,57 8,52 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 11,62 11,47 11,19 10,89 5. Produktivitas Sektoral, (Rasio Nilai Tambah Bruto/ NTB tiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja di sektor bersangkutan) 1. Pertanian 32,15 32,46 33,27 33,95 2. Pertambangan dan 67,50 71,91 75,29 78,92 Penggalian 3. Industri Pengolahan 16,46 17,12 18,24 19,24 4. Listrik, Gas dan Air 67,03 70,49 73,26 76,21 Bersih 5. Bangunan 68,41 68,42 70,94 72,84 6. Perdagangan, Hotel dan 33,77 34,29 31,01 33,78 Restoran 7. Pengangkutan dan 69,61 74,71 80,13 85,47 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 72,51 79,22 86,76 94,09 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 24,67 26,53 28,22 29,96 6. Struktur PDRB Pendekatan Pengeluaran (Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, Investasi, dan Perdagangan Luar Negeri) , , , ,84 7. ICOR (Incremental Capital Output Ratio) * * * * 8. Penduduk Miskin * (Rumah tangga) 9. Tingkat Pengangguran (%) 8,41 * 8,16 *

90 No. Indikator Makro Ekonomi Realisasi Proyeksi Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) 10. Disparitas Pendapatan Regional 1. Pendapatan perkapita / PDRB perkapita adh berlaku (Rp.) Kemampuan Investasi , , ,10 * (juta rupiah) 3. Indeks Gini (Gini Ratio * * * * Index) 4. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 73,96 74,40 74,82 75, Berbagai macam besaran rasio dan perbandinganperbandingan 1. Pajak Daerah terhadap * * * * PDRB 2. Biaya Pendidikan, * * * * Kesehatan, Penelitian dan sebagainya terhadap PDRB 3. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Daerah terhadap PDRB (%) 8,64 * * * Perbandingan PAD 0,89 * * * - terhadap PDRB (%) Perbandingan Dana 6,82 * * * - Perimbangan terhadap PDRB (%) 4. Struktur Pembiayaan Pembangunan Daerah * * * * Keterangan : * Data tidak tersedia Kota sebagai salah satu daerah yang mengandalkan kinerja komoditas perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan tetap bisa bertahan dari pengaruh situasi eksternal perekonomian global. Kota tetap kuat terhadap imbas krisis ekonomi, hal ini tercermin pada besaran PDRB yang dihasilkan dari berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sektor-sektor usaha di Kota. PDRB Kota yang dihasilkan pada Tahun 2011 mencapai Rp ,00 miliar, lebih tinggi dibandingkan Tahun 2010 (Rp ,04 miliar). Bila dibandingkan dengan kinerja perekonomian pada tahun sebelumnya, kinerja perekonomian Kota pada Tahun 2011 meningkat sebesar 0,08 persen, meningkatnya pertumbuhan tersebut didukung oleh sektor yang mempunyai kontribusi dominan terhadap pembentukan nilai PDRB Kota, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Industri Pengolahan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bangunan dan sektor Jasa-jasa. Pemerintah Kota dalam upaya menekan laju inflasi salah satunya yaitu dengan dibentuknya Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota dan ditunjang dengan adanya program raskin dari pemerintah pusat, sehingga sangat

91 memberikan dampak yang positif terhadap laju inflasi Kota, terbukti pada Tahun 2011 laju inflasi Kota berhasil ditekan pada 4,17 persen daripada Tahun 2010 yang mencapai 5,56 persen. Sementara inflasi Indonesia pada tahun 2011 sebesar 3,79 persen daripada Tahun 2010 yang mencapai 6,96 persen, begitu pula untuk inflasi Jawa Barat pada Tahun 2011 yang berhasil ditekan pada 3,10 persen daripada Tahun 2010 yang mencapai 6,62 persen. Dalam periode empat tahun terakhir, kinerja laju pertumbuhan ekonomi Kota cukup terkendali dan selalu mengalami peningkatan, berbeda dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Barat yang justru tampak begitu fluktuatif, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.1 berikut : Gambar 3.1. LPE Indonesia, Provinsi Jawa Barat, Kota dan Kabupaten / Kota Sekitar Tahun (%) 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 6,02 5,50 5,11 4,93 4,71 4,11 3,84 6,48 6,28 5,98 5,01 4,93 4,76 4,33 6,21 6,06 5,72 5,57 5,70 5,13 4,95 4,50 4,92 4,82 4,69 4,19 4,15 4,02 6,56,48 6,10 6,09 5,73 5,81 5,48 5,28 5,34 5,35 5,07 5,11 4,27 4,32 3, Indonesia Jawa Barat Kota Kota Banjar Kab. Tasik Kab. Ciamis Kab. Garut Sumber : BPS RI, BPS Provinsi Jawa Barat dan BPS Kota Apabila diamati, laju pertumbuhan ekonomi seperti terlihat pada gambar 3.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota dan beberapa kabupaten/kota lain di sekitar Kota mengalami peningkatan, seperti halnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir Laju pertumbuhan ekonomi Kota selalu lebih tinggi daripada laju perekonomian di beberapa kabupaten/kota di sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa kegiatan perekonomian di wilayah Kota selalu lebih pesat atau lebih dinamis dibandingkan kabupaten/kota di sekitarnya. Pertumbuhan ekonomi Kota pada Tahun 2011 paling banyak dipengaruhi oleh sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 11,56 persen, 7,74 persen, kemudian sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang keduanya mampu tumbuh sama sebesar 5,10 persen. Selama periode empat tahun terakhir berbagai tekanan ekonomi yang dihadapi Pemerintah Indonesia dan Provinsi Jawa Barat tampaknya tidak menimbulkan dampak yang berarti terhadap kinerja perekonomian di wilayah Kota.

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun Latar Belakang

Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Cirebon

Pemerintah Kota Cirebon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :24 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018 WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

TENTANG. berdasarkan

TENTANG. berdasarkan BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 23 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan dari perencanaan pembangunan tahunan diwajibkan daerah untuk menyusun dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015 Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam perencanaan pembangunan Daerah

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN SALINAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH NOMOR 36 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun BAB I PENDAHULUANN. 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun tahun 2004 tentang Sistem Perencanaann Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci