BAB I PENDAHULUAN. segera setelah menyelesaikan pendidikan yang ditempuh. Menurut Anoraga (2009:11, dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. segera setelah menyelesaikan pendidikan yang ditempuh. Menurut Anoraga (2009:11, dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan suatu kewajiban yang harus dijalani oleh hampir seluruh individu segera setelah menyelesaikan pendidikan yang ditempuh. Menurut Anoraga (2009:11, dalam Chofitnah R. Laela, 2015) bekerja merupakan hal yang dibutuhkan wanita dan pria. Sekalipun masyarakat di Indonesia memiliki prinsip bahwa pria berperan sebagai pencari nafkah dan wanita berperan sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi seiring berkembangnya zaman banyak wanita mulai memutuskan untuk bekerja di luar rumah dan mendapatkan penghasilannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pekerja di Indonesia seperti yang tercatat di Badan Pusat Statistika (BPS) bahwa pada Februari 2015 jumlah angkatan kerja Indonesia tercatat 128,3 juta orang atau bertambah 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2015 tercatat sebesar 5,81 persen atau menurun dibandingkan Agustus 2014 yang mencapai 5,94 persen (setkab.go.id). Masuknya wanita dalam dunia pekerjaan membuat mereka menambah peran yang harus dijalankan. Wanita tidak hanya memiliki peran sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga memiliki peran sebagai seorang wanita karir. Masuknya wanita ke dalam ranah pekerjaan menuntut para pekerja wanita tersebut untuk membagi waktu agar dapat memenuhi tuntutan dari kedua peran tersebut. Pria yang sudah menikah tidak hanya berperan untuk mencari nafkah, melainkan menjadi seorang kepala rumah tangga yang ikut berperan dalam mengurus anak dan menentukan keputusan dalam keluarga. Posisi tersebut membuat peran seorang pria atau ayah menjadi sangat strategis dalam menentukan arah kehidupan keluarga sehingga peran pria dalam keluarga juga sangat penting (Haitami Salim, 2013). Kedua peran yang dijalankan baik oleh pria maupun wanita yang sudah menikah tersebut membutuhkan waktu, 1

2 2 tenaga, dan perhatian sehingga dapat menimbulkan konflik peran (Omah Ihromi, 1990). Peran ganda dengan tuntutan tidak terhingga cenderung menyebabkan ketegangan dan konflik peran bagi individu karena sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi tuntutan tersebut terbatas (Goode, 1960). Konflik peran ini dapat dialami oleh pekerja di berbagai bidang profesi, salah satunya adalah polisi. Johnson (2005, dalam Dian Sari, 2014) mengatakan bahwa polisi merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki kepuasan kerja, kesejahteraan psikologis, dan kesehatan fisik yang rendah. Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Polri adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Artinya bahwa mereka harus mengutamakan peran tersebut sehingga membuat mereka harus mengutamakan tugas mereka sebagai polisi. Salah satu bidang kepolisian yang memiliki resiko bekerja yang tinggi adalah polisi bidang reserse kriminal yang selanjutnya disebut dengan polisi reskrim. Hal ini dikarenakan tugas mereka yang banyak bersentuhan dengan dunia kriminal dan kejahatan yang terjadi di masyarakat. Mereka harus melindungi masyarakat dari tindakan kriminalitas dan menindak kasus kejahatan yang terjadi secara sigap dan tepat. Reskrim merupakan unsur pelaksana tugas pokok bidang reserse kriminal yang berada di bawah Polri. Polisi di bagian Reskrim bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, pengawasan dan pengendalian penyidikan, penyelenggaraan identifikasi, laboratorium forensik dalam rangka penegakan hukum, serta pengelolaan informasi kriminal nasional (Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian

3 3 Negara Republik Indonesia). Reskrim terdiri dari beberapa unit, antara lain Kriminal Umum (Krimum), Harta Benda (Harda), Pencurian Motor (Ranmor), Kriminal Khusus (Krimsus), Reserse Mobile (Resmob), dan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). Salah satu kota yang cukup disibukkan dengan kriminalitas di kotanya adalah Kota Jakarta dimana hasil survei menunjukkan bahwa dari segi jumlah kejahatan untuk level provinsi, selama tahun 2014 Polda Metro Jaya mencatat jumlah kejahatan terbanyak yaitu kasus, hal ini menunjukkan bahwa Kota Jakarta memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi dibandingkan kota lain (bps.go.id). Hal ini membuat salah satu Polres yang ada di Jakarta yaitu Polres X harus bekerja lebih, khususnya untuk unit-unit di reskrimnya. Polres X merupakan salah satu polres yang menangani permasalahan di wilayah-wilayah pusat di kota Jakarta. Menurut salah satu Kanit (Kepala Unit) di reskrim polres X, wilayah X ini merupakan wilayah yang tertinggi pertama tingkat kriminalitasnya. Hal ini dikarenakan kesenjangan ekonomi yang tinggi yang terlihat jelas. Contohnya, wilayah X menjadi pusat perkantoran dan hunian dimana banyak berdiri kantor-kantor, apartemen-apartemen, dan pusat perbelanjaan, tetapi di sisi lain terlihat masih banyaknya daerah-daerah yang kumuh dan orang-orang yang bergelandangan. Hal ini menurut Kanit di Unit tersebut dapat memicu munculnya kriminalitas di masyarakat. Menurut beberapa staf di Polres X Jakarta, polisi bagian reskrim memiliki tugas yang lebih berat daripada bagian yang lainnya karena mereka langsung berhadapan dengan masyarakat, terjun langsung dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan, melakukan penangkapan tersangka, serta memiliki waktu yang lebih lama dalam bekerja. Tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh polisi reskrim antara lain menerima laporan pengaduan dari masyarakat, membuat laporan polisi, membuat permohonan VER (Visum Et Repertum), melakukan pemeriksaan saksi korban, mengantar atau menemani korban

4 4 melakukan visum, mengikuti perkembangan perkara, membuat laporan kegiatan secara berkala, dan melayani masyarakat selama 24 jam. Reskrim Polres X Jakarta memiliki jam kerja yang berbeda dengan staf-staf lain di Polres tersebut dimana mereka memiliki waktu piket yang mengharuskan berjaga selama 24 jam. Menurut beberapa polisi reskrim mengatakan bahwa waktu pulang kantor mereka berbeda dengan staf lain dimana waktu paling cepat ialah jam enam malam atau jam tujuh malam, sedangkan untuk staf lain, mereka pulang paling lama jam empat atau jam lima sore. Adapula masyarakat yang datang melapor tidak mengenal waktu. Mereka bisa datang kapan saja termasuk di malam hari, maka dari itu jadwal piket diperlukan. Begitu pula dalam hal penyidikan dimana polisi terjun langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) serta terjun langsung dalam melakukan penangkapan tersangka. Mereka harus langsung menjalankan perintah ketika ada atasan yang meminta mereka melakukan penyidikan dan atau penangkapan. Hal ini tentu berdampak pada peran-peran yang mereka jalankan di luar pekerjaan, khususnya di keluarga. Keluarga mereka harus menerima konsekuensi bahwa anggota keluarga mereka yang menjadi bagian dari polisi harus lebih mengutamakan tugas mereka pada negara. Waktu yang mereka habiskan untuk berkumpul dengan keluarga menjadi berkurang. Waktu mereka menjadi lebih banyak tersita untuk bekerja sehingga untuk menjalankan peran di keluarga menjadi lebih sedikit, misalnya mengasuh anak, mengurus keperluan rumah tangga, memberi nafkah, dan memberi perhatian dan kasih sayang kepada suami ataupun istri serta anak-anak mereka sehingga hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam peran yang dijalankan. Peran-peran yang dijalankan oleh polisi reskrim baik di pekerjaan maupun di keluarga merupakan tuntutan (demands) yang dihayati oleh polisi reskrim. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat memunculkan conflict. Seperti yang diungkapkan oleh Greenhaus dan Beutel (1996)

5 5 bahwa partisipasi individu pada peran yang berbeda baik di pekerjaan dan di keluarga dapat memunculkan tekanan yang berlawanan terutama ketika salah satu tekanan peran meningkat dapat menimbulkan ketidakseimbangan pada peran yang lain sehingga mengarah kepada konflik. Ketidakseimbangan yang dialami polisi dalam menjalankan peran di pekerjaan maupun di keluarga dapat mengacu kepada work family conflict. Work family conflict adalah konflik antar peran yang muncul saat tekanan atau ketidakseimbangan tuntutan di dalam suatu peran mengganggu pemenuhan peran di area atau bagian lain (Greenhaus&Beutell, 1985). Peran-peran yang dijalankan oleh seseorang tidak hanya menghasilkan konflik, tetapi juga dapat memberikan manfaat dalam bentuk hak, keamanan status, energi psikologis, dan perkembangan pribadi yang dapat memerluas sumber daya individu serta memfasilitasi kinerja dari peran yang di jalankan (Marks, 1977). Manfaat manfaat tersebut merupakan sumber daya (resources) yang didapatkan oleh polisi reskrim. Artinya bahwa dari peran-peran yang dijalankan oleh polisi reskrim, tidak hanya dihayati sebagai tuntutan, tetapi mereka juga mendapatkan manfaat dari peran-peran tersebut yang dapat membantu mereka untuk menjalankan peran di domain yang lain. Misalnya, dari pekerjaan yang mereka jalankan dapat memberikan pengetahuan bagaimana cara melindungi orang lain dan mendapatkan pengalaman serta informasi mengenai kriminalitas yang terjadi di masyarakat. Hal-hal tersebut dapat mereka manfaatkan di keluarga mereka, seperti mereka mengetahui bagaimana cara melindungi keluarga serta memiliki informasi yang lebih luas mengenai kriminalitas di masyarakat sehingga mereka mengantisipasi hal-hal tersebut terjadi di keluarga mereka. Kumpulan dari sumber daya yang didapatkan oleh polisi reskrim dapat menjadi pengalaman enhancement yang dihayati oleh polisi reskrim. Enhancement merupakan resources yang didapat dari suatu peran, baik secara langsung meningkatkan performa dalam peran lainnya, maupun secara tidak langsung dengan memberikan efek positif pada performa

6 6 individu (Crouter 1984, Kirchmeyer, 1992: Rudeman, Ohlott, Panzer, & King, 2002). Adanya peningkatan skill di salah satu peran yang dapat meningkatkan kualitas hidup, baik dalam kinerja maupun afek dalam peran lainnya disebut sebagai work family enrichment. Dalam penelitian yang dilakukan Rantanen (2008) menyebutkan enrichment sebagai enhancement. Adanya interaksi positif antara peran individu di dalam keluarga dan di pekerjaan disebut sebagai work-life balance (Jones et al, 2006). Work-life balance mengacu pada pemenuhan harapan peran (terkait) yang dinegosiasikan dan diterima antara individu dengan pasangannya dalam perannya masing-masing di domain pekerjaan dan domain keluarga (Grzywacz dan Carlson, 2007:458). Work-life balance merupakan hal yang penting untuk kesehatan psikologis, self-esteem yang tinggi, kepuasan, dan rasa harmoni dalam kehidupan yang dapat dianggap sebagai indikator keseimbangan yang baik antara peran pekerjaan dan keluarga (Clark, 2000). Rantanen (2008) menggambarkan empat tipe dari work-life balance berdasarkan pada kombinasi antara pengalaman enhancement dan conflict, yaitu pertama tipe beneficial worklife balance mengacu pada proposisi banyaknya pengalaman enhancement yang dialami secara simultan oleh individu di pekerjaan-keluarga dan sebaliknya, serta tidak dialaminya conflict di pekerjaan-keluarga dan sebaliknya, sehingga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan kesejahteraan individu. Kedua, tipe harmful work-life balance, mengacu pada proposisi banyaknya conflict yang dialami secara simultan oleh individu di pekerjaan-keluarga dan sebaliknya, serta tidak dialaminya pengalaman enhancement di pekerjaan-keluarga dan sebaliknya sehingga dapat mengancam fungsi psikologis dan kesejahteraan individu. Ketiga, active work-life balance mengacu pada proposisi banyaknya pengalaman enhancement maupun conflict yang dialami secara simultan oleh individu di pekerjaan-keluarga dan sebaliknya, yang disebabkan luasnya partisipasi individu dalam peran yang diambil. Keempat,

7 7 passive work-life balance mengacu pada proposisi conflict maupun pengalaman enhancement yang tidak dialami secara simultan oleh individu di pekerjaan-keluarga dan sebaliknya karena terbatasnya partisipasi individu dalam peran yang diambil. Rantanen (2008) melakukan penelitian terkait dengan empat tipe dari work-life balance kepada 213 karyawan berusia 42 tahun yang memiliki pasangan dan atau anak di Finland menunjukkan bahwa terdapat 48% responden tergolong ke dalam tipe beneficial, 9% tergolong tipe harmful, 26% passive, dan 17% tergolong tipe active. Rantanen juga melakukan penelitian kepada tiga sampel dari pekerja level atas di Universitas Finnish yang memiliki pasangan dan atau anak, antara lain profesional Universitas Finnish (termasuk pegawai dengan minimal gelar master atau jabatan supervisi) sebanyak orang, manager Finnish sebanyak orang, dan manager Estonia sebanyak 396 orang. Sampel profesional Universitas Finnish menunjukkan hasil prevalensi tipe beneficial sebanyak 56%, tipe harmful sebanyak 7%, tipe active sebanyak 27%, dan tipe passive sebanyak 10%. Sampel manager Finnish menunjukkan hasil prevalensi tipe beneficial sebanyak 57%, tipe harmful sebanyak 5%, tipe active sebanyak 34%, dan tipe passive sebanyak 4%. Sedangkan untuk sampel manager Estonia menunjukkan hasil prevalensi tipe beneficial sebanyak 74%, tipe harmful sebanyak 1,5%, tipe active sebanyak 23%, dan tipe passive sebanyak 1,5%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang memiliki peran ganda baik di pekerjaan maupun di keluarga tidak selalu mengalami konflik dalam menjalankan perannya yang terlihat dari hasil prevalensi yang diperoleh paling tinggi ialah dari tipe beneficial balance yang berarti bahwa individu mampu menjalankan perannya secara optimal dan memeroleh energi dari peran yang ia jalankan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada sepuluh orang polisi bagian reskrim di polres X Jakarta, sebanyak 20% (2 orang) mengatakan bahwa tugas yang dijalankan cukup

8 8 berat dimana mereka harus selalu terjun langsung dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan, memantau dan mengatur bawahannya serta melakukan rapat atau pertemuan dengan atasannya sehingga hal ini membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi tuntutan yang berat apalagi sampai memengaruhi keluarga mereka. Mereka sangat mencintai pekerjaannya dan merasa harus melakukan pekerjaan tersebut secara maksimal karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang polisi yang harus abdi negara. Keluarga mereka juga sangat mendukung pekerjaan yang mereka jalani. Keluarga tidak banyak menuntut mereka, tetapi justru memberikan dukungan terhadap pekerjaan yang polisi reskrim jalankan. Sebanyak 50% (5 orang) mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka jalankan sebagai polisi reskrim tidak seperti polisi lain yang pulang kantor seperti pada umumnya pekerja kantor. Mereka masih harus tinggal lebih larut lagi karena harus menyelesaikan laporan penyidikan. Terkadang ada saja masyarakat yang datang melaporkan kasus dan berkonsultasi kepada mereka mengenai kasus yang dialami. Adapula piket di kantor selama satu hari satu malam yang harus mereka laksanakan. Di sisi lain, mereka harus tetap menjalankan peran mereka di keluarga, terutama bagi polisi wanita yang harus mengurus anak-anaknya yang masih berusia balita. Sekalipun berat, mereka tetap berusaha menjalankan perannya di pekerjaan maupun di keluarga, misalnya dengan membagi waktu dimana akhir pekan mereka habiskan untuk berkumpul bersama keluarga, di hari biasa mereka menyempatkan untuk sarapan bersama keluarga di pagi hari atau mengantarkan anak ke sekolah sebelum mereka berangkat ke kantor. Mereka juga merasa bahwa pekerjaan yang mereka jalankan tersebut dapat memberikan pengalaman dan pelajaran yang dapat diterapkan ke dalam keluarga mereka, misalnya banyaknya kasus kekerasan pada anak yang mereka tangani membuat

9 9 mereka menjadi lebih aware kepada anak dan lebih memantau kegiatan anaknya melalui orang yang mengasuh anak-anak mereka seperti pembantu ataupun orang tua mereka. Sebanyak 30% (3 orang) mengatakan bahwa mereka merasa banyaknya tuntutan dalam pekerjaan dan kurang mendapatkan dukungan dari atasan. Reward yang mereka dapatkan tidak seimbang dengan apa yang dikerjakan dimana mereka harus menghabiskan waktu di kantor lebih lama dari polisi di bagian lain. Mereka juga dituntut untuk mengerjakan laporan penyidikan secepat mungkin, tetapi ketika mengerjakan laporan tersebut, atasan atau unit lain seringkali kurang menghargai hasil kerja mereka. Para polisi tersebut juga merasa kurang dimengerti oleh masyarakat yang melaporkan suatu kasus karena seringkali menuntut untuk menyelesaikan berkas perkara secepat mungkin, sedangkan para polisi tersebut juga harus menyelesaikan berkas perkara yang lain yang tidak kalah pentingnya dan banyaknya. Hal-hal tersebut berdampak kepada keluarga mereka dimana mereka seringkali berdebat dengan pasangan karena jarang di rumah dan sering pulang larut malam. Ditambah lagi penghasilan yang mereka dapatkan masih belum bisa menutupi kebutuhan ekonomi keluarga. Akan tetapi, mereka selalu berusaha untuk mengerjakan pekerjaannya sebaik mungkin karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab dan resiko sebagai seorang polisi. Berdasarkan paparan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai tipe work-life balance yang paling dominan pada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah Identifikasi Masalah Ingin mengetahui tipe work-life balance manakah yang paling dominan pada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah.

10 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai tipe work-life balance pada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tipe work-life balance yang paling dominan pada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis 1. Memberikan masukan pada bidang Ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai tipe work-life balance pada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah. 2. Memberikan masukan kepada peneliti lain yang membutuhkan bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran dan perbedaan tipe worklife balance Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah untuk memahami konflik dan pengalaman enhancement dari peran-peran yang dijalankan baik di pekerjaan maupun di keluarga.

11 11 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sebagai bahan acuan untuk tindakan lebih lanjut, seperti konseling, kepada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah dalam memertahankan dan/atau meningkatkan kesejahteraan hidup dan performa kerja Kerangka Pemikiran Polisi reskrim memiliki kewajiban untuk menjaga ketertiban masyarakat dalam menangani tindak kriminalitas. Dalam memenuhi kewajiban tersebut, mereka harus menjalankan piket selama 24 jam serta melakukan identifikasi sehingga dapat menangkap dan menahan pelaku kejahatan agar tidak melakukan kejahatan selama proses penyelidikan. Beban kerja polisi reskrim yang semakin padat dapat berdampak kepada tercurahnya waktu, tenaga, dan pikiran yang didedikasikan ke pekerjaan. Disisi lain, mereka tetap memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan di keluarga sebagai suami, istri, ayah, ataupun ibu. Partisipasi peran dalam pekerjaan dapat mengganggu atau meningkatkan kinerja terhadap peran dalam keluarga begitupula sebaliknya, partisipasi peran dalam keluarga dapat mengganggu atau meningkatkan kinerja terhadap peran dalam pekerjaan (Frone et al., 1992; Greenhaus dan Beutell, 1985; Grzywacz dan Marks, 2000; Kirchmeyer, 1992). Menurut Marks dan MacDermid (1996) terdapat dua cara untuk terlibat dalam peran ganda, baik sebagai keseimbangan peran positif atau negatif. Keseimbangan peran positif, mengacu pada kecenderungan untuk terlibat dalam setiap peran dengan usaha, pengabdian, dan perhatian yang sama tinggi, sedangkan keseimbangan peran negatif mengacu pada kecenderungan untuk terlibat dalam peran dengan sikap, usaha dan perhatian yang rendah. Hal ini menjelaskan bahwa keseimbangan peran yang positif akan mengarah pada kemudahan peran, sedangkan keseimbangan peran yang negatif akan mengarah pada kekacauan peran.

12 12 Dalam hal ini polisi reskrim yang menjalankan peran baik di keluarga dan di pekerjaan mudah dalam membagi waktu ataupun perhatian dalam menjalankan kedua peran tersebut. Misalnya menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dengan cara menyempatkan waktu untuk menyiapkan sarapan bagi anak-anak dan suami sebelum berangkat ke kantor. Pada saat di kantor, mereka melayani masyarakat secara profesional dan menjalankan tugas-tugas yang sudah menjadi kewajibannya. Hal-hal tersebut akan lebih mengarah ke keseimbangan peran yang positif, sedangkan polisi reskrim yang mengarah ke keseimbangan peran yang negatif akan menunjukkan sikap yang kurang peduli terhadap peran yang lain, misalnya mereka lebih fokus ke kegiatan kantor sehingga tugas di rumah menjadi terbengkalai seperti mengurus anak ataupun melayani pasangan. Dapat pula usaha yang mereka keluarkan dalam menjalankan kedua perannya tidak maksimal misalnya membuat laporan penyidikan secara tidak maksimal dan seadanya, tidak melayani masyarakat dengan baik, acuh terhadap anak dan pasangan, atau menyerahkan tugas rumah tangga kepada pasangan. Pekerjaan tidak selalu mengenai tuntutan (demands), tapi dapat pula berkaitan dengan adanya peningkatan skill yang didapatkan dari aktivitas bekerja yang dapat menunjang kesejahteraan psikologis individu (resources) (Rantanen, 2008). Banyaknya resources memfasilitasi munculnya pengalaman enhancement. Pengalaman enhancement merupakan manfaat yang didapatkan melalui peran di pekerjaan yang dapat digunakan untuk menjalankan peran di keluarga, begitupula sebaliknya, seperti kepuasan, kemudahan, dan pengembangan skill (Greenhaus & Powell, 2006). Polisi reskrim merasa puas terhadap kinerja mereka dalam peran-peran yang mereka jalankan, mereka juga merasa mudah dalam menjalankan peran-peran tersebut, serta dari peran-peran yang mereka jalankan membuat mereka merasa dapat mengembangkan skill yang mereka miliki.

13 13 Demands dapat memicu terjadinya conflict. Conflict mengacu pada peran yang di jalankan di satu domain, misalnya pekerjaan dapat menimbulkan kesulitan dalam menjalankan peran di domain yang lain salah satunya keluarga. Konflik yang dialami oleh polisi reskrim dapat membuat mereka terhambat dalam menjalankan aktivitas mereka, contohnya kesibukan yang mereka miliki di pekerjaan membuat mereka kesulitan atau tidak dapat menjalankan peran mereka di keluarga, atau dapat pula sebaliknya. Pengalaman enhancement maupun conflict yang dialami oleh polisi reskrim dapat berupa waktu dan kepuasan. Waktu mengacu kepada waktu yang diberikan oleh polisi reskrim terhadap kedua peran yang dijalankan dan upaya psikologis yang dikerahkan untuk terlibat dalam kedua perannya, sedangkan kepuasan mengacu pada perasaan puas yang dirasakan dan diekspresikan secara seimbang terhadap peran yang polisi reskrim jalankan baik di pekerjaan maupun di keluarga. Dalam hal ini polisi reskrim menghabiskan waktu kerja di kantor lebih dari jam 6 sore, sedangkan untuk jam masuk kantor tetap sama seperti polisi di bagian lain yaitu jam 8 pagi sehingga membuat mereka kehilangan momen untuk berkumpul dengan anak-anak karena pada saat mereka pulang kerja, anak-anak sudah tidur. Akan tetapi, mereka mencoba mengatasinya dengan cara menyempatkan waktu untuk sarapan bersama dan berangkat ke tempat kerja atau ke sekolah bersama-sama, serta menghabiskan waktu akhir pekan dengan berkumpul bersama keluarga. Sekalipun begitu, kenyamanan dalam lingkungan bekerja dirasakan berbeda-beda oleh para polisi reskrim tersebut. Ada yang merasa lingkungan kerjanya cukup mendukung sehingga rekan kerja yang mereka miliki sudah seperti keluarga, tetapi adapula yang merasa bahwa lingkungan kerja kurang mendukung sehingga ia merasa kurang puas dengan lingkungan kerjanya. Dari peran-peran yang dijalankan oleh seseorang, tidak hanya menghasilkan konflik tetapi dapat juga memberikan manfaat dalam bentuk hak, keamanan status, energi psikologis, dan

14 14 perkembangan pribadi yang dapat memfasilitasi kinerja yang di jalankan (Marks, 1977). Polisi menghayati bahwa mereka tidak hanya mengalami konflik dari tuntutan-tuntutan peran yang mereka jalankan, melainkan dapat pula mendapatkan manfaat dari peran-peran tersebut sehingga membuat mereka terdorong untuk menyeimbangkan peran-peran yang mereka jalankan. Hal ini mengacu kepada munculnya work-life balance, yaitu pemenuhan ekspektasi peran (terkait), yang dinegosiasikan dan diterima antara individu dengan pasangannya dalam perannya masing-masing di domain pekerjaan dan domain keluarga (Grzywacz dan Carlson, 2007:458). Kemunculan work-life balance berkaitan dengan kombinasi dari tinggi atau rendahnya derajat enhancement dan conflict. Dari kombinasi enhancement dan conflict tersebut, menghasilkan empat tipe work-life balance yang dihayati oleh polisi reskrim, yaitu pertama beneficial work-life balance dimana polisi reskrim mendapatkan pengalaman enhancement yang tinggi dari peran di pekerjaan maupun di keluarga yang mereka jalankan dengan rendahnya konflik yang ada di dalamnya, misalnya keluarga memberikan dukungan atas pekerjaan yang mereka jalani. Mereka mendapatkan manfaat dari pekerjaannya, seperti menjadi lebih waspada karena pekerjaan yang mereka jalankan berkaitan dengan kriminalitas di kehidupan sekitar. Mereka mendapatkan pengalaman yang lebih dari pekerjaannya yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan di keluarga. Tipe yang kedua adalah harmful work-life balance dimana polisi reskrim mendapatkan pengalaman enhancement yang sedikit dari peran yang ia jalankan di pekerjaan dan di keluarga, sedangkan konflik yang dialami dalam peran tersebut tinggi. Mereka mengalami konflik antara peran sebagai polisi dengan peran yang mereka jalankan di keluarga. Selain tuntutan dalam pekerjaan, mereka juga memiliki tuntutan yang besar dari keluarga sehingga tekanan yang mereka dapatkan lebih besar, daripada manfaat yang bisa mereka capai dari

15 15 kedua peran yang dijalankan. Misalnya polisi reskrim tidak mendapatkan dukungan dari atasan atau rekan kerjanya, sedangkan pekerjaan yang ia kerjakan begitu banyak sehingga membuat jam pulang mereka menjadi lebih lama, begitupula dengan hasil atau reward yang didapatkan tidak seimbang dengan pekerjaan yang sudah mereka lakukan. Hal ini akan berdampak ke keluarga mereka dimana mereka menjadi lebih sering berdebat dengan pasangan terutama mengenai pengasuhan anak dan atau ekonomi. Polisi reskrim juga kurang dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya dimana mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjalankan pekerjaan sehingga waktu yang diluangkan untuk keluarga menjadi lebih sedikit. Tipe ketiga adalah active work-life balance dimana polisi reskrim mendapatkan pengalaman enhancement dan conflict yang tinggi karena melibatkan dirinya pada beberapa peran yang dijalani baik di pekerjaan maupun di keluarga. Dalam hal ini polisi reskrim memiliki tuntutan yang besar dalam pekerjaannya seperti bekerja hingga larut malam serta perlu melakukan koordinasi dengan atasan, bawahan, serta rekan kerja baik di divisi yang sama maupun di divisi yang berbeda. Begitupula di dalam keluarga dimana mereka harus menjalankan peran sebagai pasangan maupun orang tua atau dapat pula terlibat dalam peran di luar keluarga misalnya menjadi ketua RT, dosen, dan sebagainya. Akan tetapi, mereka tetap mendapatkan manfaat dari peran-peran yang mereka jalankan seperti mendapatkan wawasan yang lebih luas ataupun relasi yang lebih luas juga. Tipe yang terakhir adalah passive work-life balance dimana polisi reskrim mendapatkan pengalaman enhancement dan conflict yang rendah karena merasa tidak memiliki peran besar di dalam pekerjaannya dan hanya melibatkan diri dengan sedikit peran saja misalnya jabatan yang mereka duduki saat ini. Begitupula di keluarga, mereka hanya memiliki satu tanggung jawab dalam keluarga yaitu mencari nafkah sehingga mereka tidak melibatkan diri dalam

16 16 tugas-tugas rumah tangga lainnya, seperti mengurus anak sehingga polisi reskrim tidak mengalami konflik dan tidak juga mendapatkan pengalaman enhancement dari kedua peran yang ia jalankan. Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa polisi reskrim memiliki usaha yang berbedabeda dalam mencapai keseimbangan dalam peran-peran yang dijalankan. Berikut bagan kerangka pemikiran : Peran Ganda : Polisi Reskrim di Polres X Jakarta yang Sudah Menikah Conflict Enhancement Work Life Balance Beneficial Work-Life Balance Harmful Work-Life Balance Active Work- Life Balance Passive Work- Life Balance Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

17 Asumsi penelitian Asumsi penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Polisi reskrim yang sudah menikah memiliki beberapa peran yang harus dijalani baik dalam pekerjaan maupun di dalam keluarga. 2. Tuntutan-tuntan dari peran yang dijalani oleh polisi reskrim baik dalam pekerjaan maupun di keluarga dapat dihayati sebagai conflict. 3. Manfaat-manfaat dari peran yang di jalani oleh polisi reskrim baik dalam pekerjaan maupun keluarga dapat dihayati sebagai pengalaman enhancement. 4. Kombinasi dari adanya conflict dan pengalaman enhancement yang dirasakan polisi reskrim di pekerjaan dan pelaksanan peran di keluarga akan menghasilkan empat macam tipe work-life balance yaitu beneficial work-life balance, harmful work-life balance, active work-life balance, dan passive work-life balance.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja dan berkeluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, baik pria maupun wanita berusaha untuk mendapatkan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, baik pria maupun wanita berusaha untuk mendapatkan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, baik pria maupun wanita berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan bekerja sebaik mungkin demi memenuhi kebutuhan hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, jumlah pengangguran meningkat sehingga berimbas pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan pekerjaan dan keluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Memilih keduanya atau menjalani salah satu saja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari masa ke masa, perbedaan waktu dan tempat mengelompokan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker, 1998). Di Eropa, fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sudah banyak wanita yang bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing dan di berbagai macam perusahaan. Permintaan untuk karyawan wanita dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Dengan beralihnya peran gender ini, maka seorang wanita tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Dengan beralihnya peran gender ini, maka seorang wanita tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern, wanita tidak hanya melaksanakan akivitas dalam lingkungan kerja. Dengan beralihnya peran gender ini, maka seorang wanita tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menggunakan sebagian besar waktunya. Meskipun berbeda, pekerjaan dan keluarga saling interdependent satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan keluarga dibagi oleh gender, dimana pria bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan keluarga dibagi oleh gender, dimana pria bertanggung jawab atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa abad yang lalu di sebagian besar masyarakat, tanggung jawab pekerjaan dan keluarga dibagi oleh gender, dimana pria bertanggung jawab atas urusan-urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang kebutuhan hidup individu semakin meningkat. Bekerja menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan individu. Aktifitas bekerja banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Angkatan kerja dituntut untuk kompeten dan memiliki keterampilan yang mumpuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja, yang mana aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai tipe work-life balance pada polisi reskrim di Polres X Jakarta yang sudah menikah. Responden pada penelitian ini adalah polisi bagian

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA 5.1 Pendahuluan Fenomena konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita yang memilih bekerja telah menjadi fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara berkembang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini kondisi ekonomi diberbagai negara terasa sangat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup yang terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan demikian, lebih banyak wanita/istri yang bekerja di luar rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, laju peningkatan tenaga kerja di Indonesia sangat pesat. Peningkatan tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan juga

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah faktor utama dalam kehidupan karena dengan tubuh yang sehat setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya. Dalam perkawinan diperlukan kematangan emosi, pikiran, sikap toleran, sikap saling pengertian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suami istri yang bersama-sama mencari nafkah (bekerja) untuk masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era globalisasi ini. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang layak diperdebatkan lagi, sekat pemisah antara pria dan wanita dalam bekerja semakin menipis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi abad ke dua puluh satu, ditandai dengan globalisasi ekonomi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia serta menuntut adanya efisiensi dan daya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari perusahaan adalah menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami peningkatan maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang serba kompetitif menuntut dunia usaha memberi lebih banyak ruang bagi sumber daya manusia untuk berkarya. Situasi dan kondisi demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (UNIT PPA)

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi dengan sangat pesat. Berbagai permasalahan dalam bisnis dan ekonomi secara langsung akan berdampak

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti ini, wanita bukan lagi mereka yang dikurung di rumah dan hanya diperbolehkan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan rumah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kekerasan maupun pembunuhan bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat, sudah banyak tindak kriminalitas yang terjadi di jaman sekarang ini. Pelakunya pun tak hanya

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYUSUNAN BERKAS PERKARA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman telah membawa perubahan terhadap peran wanita dari peran tradisional yang hanya melahirkan anak dan mengurus rumah tangga, menjadi peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization, rumah sakit

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Kota Bandung telah menjadi salah satu dari sekian banyak kota di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Kota Bandung telah menjadi salah satu dari sekian banyak kota di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Kota Bandung telah menjadi salah satu dari sekian banyak kota di Indonesia yang menjadi tujuan wisata. Sejak tahun 2005, kegiatan usaha di bidang perdagangan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sampel 165 pekerja perempuan di perusahaan berteknologi tinggi Science-Based

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sampel 165 pekerja perempuan di perusahaan berteknologi tinggi Science-Based 24 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Dukungan sosial sebagai variabel dalam mengatasi stress kerja yang disebabkan oleh konflik pekerjaan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki peran dalam dunia kerja. Wanita mulai mengecap pendidikan yang tinggi dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu memiliki peran dalam menjalani kehidupan di berbagai area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai PT. X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole BAB II LANDASAN TEORI A. Work-Family Conflict 1. Definisi Work-Family Conflict Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu sama lain

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern ini, terjadi pergeseran dari rumah tangga tradisional ke rumah tangga modern. Dalam rumah tangga tradisional terdapat pembagian tugas yang jelas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran

BAB II LANDASAN TEORI. (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran 14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Work-Family Conflict (WFC) Work-family conflict (WFC) memiliki beberapa definisi. Menurut Triaryati (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat dihindarkan dan sulit untuk diselesaikan. Umat manusia diberikan akal dan pikiran agar dapat memecahkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 56 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian, dan saran bagi penelitian di masa mendatang. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan ritel sedang berkembang dengan maraknya belakangan ini. Retailer atau yang disebut dengan pengecer adalah pedagang yang kegiatan pokoknya melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian keluarga, mengisi waktu luang daripada menganggur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian keluarga, mengisi waktu luang daripada menganggur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak wanita yang bekerja baik di perusahaan ataupun usaha lokal. Motivasinya pun beragam ada yang bekerja demi membantu perekonomian keluarga,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang menggunakan sumber daya manusia. Peran sumber daya manusia sangat dibutuhkan di dalam proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilakukan selama kurang lebih dua dasa warsa, selain telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pengetahuan kepada anak didik (Maksum, 2016). pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pengetahuan kepada anak didik (Maksum, 2016). pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Guru Guru merupakan salah satu profesi yang berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas pada bidang pendidikan. Guru adalah pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai tipe work-life balance pada bidan yang sudah menikah di Rumah Sakit Tk II 03.05.01 Dustira di Kota Cimahi. Responden pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi penting untuk dasar sosialisasi dari banyak hal yang harus dibekalkan pada anakanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan atau organisasi, sehingga masalah sumber daya manusia menjadi hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 62 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian untuk menjawab masalah penelitian dan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian. Disamping itu, akan dibahas pula

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2015 PIDANA. Diversi. Anak. Belum Berumur 12 Tahun. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5732). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu mengalami serangkaian perubahan yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut dinamakan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama sekali belum pernah dimasuki kaum hawa. pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sama sekali belum pernah dimasuki kaum hawa. pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang kita laksanakan selama dua dasawarsa, selain telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sector kehidupan, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini permasalahan mengenai kerja dan interaksi keluarga menarik untuk diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini permasalahan mengenai kerja dan interaksi keluarga menarik untuk diteliti. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan mengenai kerja dan interaksi keluarga menarik untuk diteliti. Antara pekerjaan dan keluarga adalah dua ruang lingkup manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam kehidupan individu. Pemenuhan tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran penyidik di Polresta Bandar Lampung dalam penerapan diversi terhadap anak

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci