ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TIDUR PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIVE CARE RSU HAJI SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TIDUR PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIVE CARE RSU HAJI SURABAYA"

Transkripsi

1 Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 8 No. 1/ Maret 215 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TIDUR PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIVE CARE RSU HAJI SURABAYA Dwi Ernawati ¹ ¹ STIKES Hang Tuah Surabaya Jl. Gadung No. 1 Surabaya. ernadwi_8@yahoo.co.id Abstract: Sleeping is essential for human health especially for critical patients who hospitalized for sophisticated treatment of their disease. They need more energy for recovery phase. However, the environment in the intensive care unit such as the light, the alarm of ventilation as well as the pshychological factors could be affect the quality of patients sleep. The aims of the study is to determine the factors which are affecting the quality of sleep among patients in Intensive care Unit in hajj hospital Surabaya. The study was used analitical observational with cross sectional approach. The population are all patient who treated in Intensive Care Unit, with total 36 sampels. The respondent were selected based on inclusion and exclusion criteria. The instrumen for sleep quality with PSQI ( Pittsburg Sleep Quality Index. Binary Logistic regression test was applied to analized the data. The result showed that environmental and pshycological factors do not affected the quality of sleep, meanwhile physical factor significanthy affecting the quality of patients sleep ( p value =,27, β value = 7,, p value < α =,5) In conclusion, patients requires a comprehensive nursing care includes body, mind, social spirit, as well as the nature for their health. Keywords: Factor Analysis, Sleep, Intensive Care Unit. Abstrak: Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Pada orang yang sakit membutuhkan istirahat tidur yang lebih dari pada saat kondisi sehat, karena tubuh bekerja keras menyediakan energi untuk pemulihan. Istirahat dibutuhkan seseorang untuk mampu menjalankan fungsi dengan optimal. Pasien yang di rawat di Intensive Care Unit adalah pasien kritis dengan berbagai gangguan yang membuat pasien harus dipasang banyak peralatan medis. Kondisi yang demikian membuat rentang gerak pasien di tempat tidur terbatas, sehingga pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya kurang optimal.tujuan penelitian untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kualitas tidur pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit RSU Haji Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional, Populasi penelitian ini adalah pasien di Intensive Care Unit dengan jumlah sampel 36 orang dengan metode purposive sampling yang dilaksanakan mulai tanggal 1-25 Januari 214. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner variabel faktor-faktor yang mempengaruhi dan wawancara kepada pasien tentang jumlah jam tidurnya dalam 24 jam dengan menggunakan PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index). Data di analisis dengan uji regresi Logistic Binary. Hasil penelitian menunjukkan variabel faktor lingkungan dan psikologis tidak berpengaruh terhadap kulitas tidur, sedangkan faktor kondisi fisik secara signifikan berpengaruh dengan nilai p =,27(Exp (B) = 7. dimana p < dengan α =.5. Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi tenaga keperawatan dalam memberian asuhan keperawatan yang komprehensif dengan mempertimbangkan aspek biopsikososiospiritual terutama kebutuhan tidur pasien kritis yang di rawat di Intensive Care Unit. Kata Kunci:Analisis Faktor, Tidur, Intensive Care Unit 71

2 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pasien Di Ruangan Perawatan Intensive Care (Dwi Ernawati) Latar Belakang Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Pada orang yang sakit membutuhkan istirahat dan tidur yang lebih daripada saat kondisi sehat dan memerlukan istirahat dan tidur lebih banyak karena tubuh sedang bekerja keras menyediakan energi untuk pemulihan. Istirahat memulihkan energi seseorang, yang memungkinkan orang tersebut menjalankan fungsi dengan optimal (Potter A, 21). Peneliti mengamati pasien yang dirawat di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya dengan kondisi klinis yang memang memerlukan observasi ketat diwajibkan memakai perlengkapan monitoring dan mau tidak mau memerlukan adaptasi dengan lingkungan dan suasana yang baru. Menurut pengamatan peneliti pasien yang diindikasikan masuk ruang Intensive Care Unit RSU Haji Surabaya pada bulan September 213 dengan beberapa kasus seperti gangguan hemodinamik, hipotensi, hipertensi, chest pain, elektrolit imbalance dan lain-lain, yang hanya menggunakan monitoring tensi, prekordial, oximetri, iv line, sampai dengan pasien yang menggunakan ventilator, chest drain, akses arteri line, mesin cuci darah dan lain-lain. Kondisi yang demikian membuat rentang gerak pasien di tempat tidur terbatas, sehingga pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya kurang optimal. Penelitian yang dilakukan Neil S Freedman dkk Patient Perception of Sleep Quality and Etiology of Sleep Disruption in the Intensive Care Unit (1991) mengemukakan penyebab gangguan tidur terutama di ruang ICU berhubungan dengan lingkungan khususnya kebisingan. Sampel yang di ambil dari 23 pasien (121 laki-laki dan 82 perempuan). Ada 4 faktor utama gangguan tidur pasien di ICU. Faktor 1: gangguan tidur sekunder karena kesibukan staf dan diagnostik test, faktor 2: kualitas tidur, faktor 3: mengantuk tiap hari, faktor 4: Gangguan tidur karena lingkungan (pencahayaan dan kebisingan) proporsi dari masing faktor 1 sampai 4 adalah: 18.2, 16.2, 11.7, 8.2. Pengamatan peneliti di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya pada bulan September 213, dari 46 pasien yang masuk, 37 pasien dengan kesadaran komposmentis, 7 pasien diantaranya (18,9) mengalami gangguan istirahat tidur. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakcukupan jam istirahat tidur pasien di ruang Intensive Care, diantaranya: status kesehatan pasien sendiri, lingkungan di ruang perawatan, stress psikologis/ emosional, Latihan dan kelelahan, makanan dan diit, obat-obatan, gaya hidup. Peneliti mengamati kebanyakan pasien yang berada dalam ruang perawatan Intensive Care RSU Haji Surabaya mengeluhkan tak bisa tidur karena terpasangnya alat monitoring, bunyi infusion dan syrenge pump, bunyi alat suction, alarm ventilator, kesibukan perawat, lampu, dan masih banyak lagi. Kebutuhan istirahat tidur yang kurang optimal dapat mengacaukan hemodinamik (tekanan darah, nadi meningkat), tampak lelah, kurang konsentrasi, dan kontrol emosi yang buruk. Perawat diruang Intensive Care diharapkan dapat mengidentifikasi kualitas tidur pasien, menyediakan dan memfasilitasi istirahat tidur pasien diselasela jam perawatan. Perawat juga 72

3 Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 8 No. 1/ Maret 215 diharapkan mampu menciptakan suasana yang tenang dan nyaman, memfasilitasi kebiasaan pengantar istirahat tidur pasien. Dengan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti Analisis faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien di ruang perawatan Intensive Care RSU Haji Surabaya. Tujuan Umum penelitian untuk menganalisa faktor yang mempengaruhi istirahat tidur pasien yang dirawat di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya. Bahan Dan Metode Penelitian Tabel Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan desain observasi analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis penelitian ini menekankan pengukuran atau observasi data variabel independen simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien yang masuk ruang perawatan Intensive Care RSU Haji Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi Tabel berjumlah 36 responden dalam rentang bulan 1-25 Januari 214. Penelitian ini menggunakan teknik Non Probability Sampling (Purposive sampling). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dan wawancara. Varibel yang diteliti adalah faktor lingkungan ruangan Intensive Care RSU Haji Surabaya, faktor kondisi fisik, faktor psikologis, kualitas tidur pasien yang dirawat di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat menggunakan deskriptif frekuensi dan analisa multivariat dengan uji Regresi Logistic Binary. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik kuantitas tidur pasien yang dirawat di Intensive Care Unit Periode 1-25 Januari 214 Karakteristik Frekuensi Presentase Buruk Baik ,6 44,4 Total 36 1 Berdasarkan tabel 1 diperoleh data dari 36 responden, 2 orang (55,6) kualitas tidurnya buruk, 16 orang responden (44,4) kualitas tidurnya baik Tabel 2 Data Tabulasi Silang antara faktor lingkungan dengan kualitas tidur di ruang Intensive Care tanggal 1-25 januari 214 Kualitas Lingkungan Mengganggu Tidak mengganggu Total Buruk Baik Total Ʃ Ʃ Ʃ Hasil Uji Chi square p =,58 taraf signifikasi p <,5 Tabel 3 data tabulasi silang antara faktor kondisi fisik dengan kualitas tidur di ruang Intensive Care tanggal 1-25 januari 214. Kualitas Kondisi fisik Mengganggu Tidak mengganggu Total Buruk Baik Total Ʃ Ʃ Ʃ 1 83,3 2 16, , , , , Hasil Uji Chi square p =,18 taraf signifikasi p <,5 73

4 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pasien Di Ruangan Perawatan Intensive Care (Dwi Ernawati) Tabel 4 Data Tabulasi Silang antara faktor psikologis dengan kualitas tidur di ruang Intensive Care tanggal 1-25 januari 214 Kualitas Kualitas Mengganggu Tidak mengganggu Total Buruk Baik Total Ʃ Ʃ Ʃ , ,1 7 38, , Hasil Uji Chi square p =,52 taraf signifikasi p <, Tabel 5 Hasil uji Regresi Logistic Binary pasien yang di Intensive Care Unit Periode 1-25 Januari 214 Step 1(a) Step 2(a) Step 3(a) B Sig. Exp(B) X X X Constant X X Constant X Constant Keterangan: X1: Faktor lingkungan X2: Faktor kondisi fisik X3: Faktor psikologis Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil dari uji Regresi Logistic Binary yang dilakukan dengan metode Backward yang berarti terdapat beberapa step atau langkah untuk sampai pada hasil akhir yaitu variabel yang tersisa pada langkah terakhir dan yang memiliki nilai Exp (B) paling besar untuk menilai kekuatan atau Odd Rasio (OR) masing - masing variabel yang diujikan. Tabel di atas menunjukkan bahwa varibel yang terakhir tersisa di step 3a adalah variabel X2 (Faktor kondisi fisik) didapatkan nilai p=,27 < dari α (,5) artinya Ho ditolak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kondisi fisik dan kualitas tidur pasien di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya. Kekuatan hubungannya dapat dilihat dari nilai OR (Exp. {B }) yang paling besar yakni 7., artinya pasien yang tidak terganggu oleh kondisi fisik akan memiliki kualitas tidur yang baik 7 kali lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang terganggu oleh kondisi fisiknya. Pembahasan Pengaruh lingkungan terhadap kualitas istirahat tidur pasien di Ruang Perawatan Intensive Care RSU Haji Surabaya. Hasil penelitian tabel 2 menunjukkan bahwa dari 36 responden yang menyatakan lingkungan ICU mengganggu ada 4 responden dan 4 responden tersebut (1) ku alitas tidurnya buruk, sedangkan responden menyatakan lingkungan ICU tidak mengganggu memiliki kualitas tidur yang baik dan buruk masing-masing 16 responden (5). Pada penelitian ini faktor lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas istirahat tidur dapat terlihat pada usia responden 5 7 tahun dari 36 responden 12 diantaranya (85,7) menyatakan lingkungan di ICU tidak mengganggu istirahat tidurnya. Semua orang memerlukan lingkungan tidur yang tidak berisik, suhu ruangan yang nyaman, ventilasi yang sesuai dan pencahayaan yang tepat. Walaupun sebagian besar orang memilih lingkungan gelap, sumber cahaya yang redup dapat memberikan kenyamanan untuk anak-anak atau untuk orang yang berada di lingkungan yang tidak dikenal. Bayi dan anak-anak perlu kamar yang tenang dan biasanya terpisah dari kamar 74

5 Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 8 No. 1/ Maret 215 orang tua, cahaya atau selimut hangat dan lokasi jauh dari jendela (Potter, 21). Lingkungan sangat mendukung untuk mempercepat/memperlambat tidur. Suara bising lingkungan dapat memperlambat/ memperpendek jam tidur, namun jika waktunya telah berlebihan seseorang dapat menjadi terbiasa dengan suara bising sehingga tingkat suara tidak lagi berpengaruh. Ketidaknyamanan suhu lingkungan, terlalu dingin, kurang dingin serta ventilasi ruangan yang buruk dapat mempengaruhi tidur. Kadar pencahayaan ruangan juga dapat mempengaruhi tidur seseorang. Data penelitian menunjukkan dari 4 responden yang mengemukakan kondisi lingkungan di ruang ICU buruk semuanya kualitas tidurnya buruk sehingga perawat diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses istirahat tidur pasien dengan meninjau pentingnya tidur yang berkontribusi dalam menjaga kondisi fisiologis dan psikologis seperti tahap NREM membantu perbaikan jaringan tubuh (McCance dan Huether, 26), namun disesuaikan dengan kondisi pasien itu sendiri dan pasien yang lain. Berdasarkan data dari 36 responden, lebih banyak pasien bisa mentolerir kondisi lingkungan di ICU RSU Haji Surabaya dengan asumsi pasien memaklumi kondisi di ruang ICU atau pada kenyataanya lingkungan ruang ICU sesuai yang diharapkan dari segi setting lingkungan dan peran perawat selama dalam proses tindakan keperawatan. Pengamatan diruang ICU RSU Haji Surabaya dengan kapasitas 12 pasien dengan kondisi kritikal dan fluktuatif yang membutuhkan tindakan keperawatan dalam bentuk level suara misalnya komunikasi antar tenaga kesehatan baik secara langsung atau melalui telpon, suara langkah tenaga kesehatan, suara alarm baik alarm monitoring yang akan selalu berbunyi bila terjadi ketidakpatenan hemodinamik atau alarm alat ( ventilator, infuse, syringe pump) yang dikenakan pasien sendiri atau milik pasien disebelahnya. Tindakan keperawatan semacam itu tidak bisa dihindari pada shift pagi dan sore hari karena jam efektif perawatan adalah pagi jam 6.-malam jam 22., tapi pada shift malam tenaga keperawatan berusaha meminimalkan level suara guna menjaga istirahat tidur pasien. Pasien yang merasa kedinginan di ruang ICU dapat difasilitasi pemberian selimut hangat. Tingkat pencahayaan di ruang ICU ada 2 sistem lampu yaitu lampu utama (sinar putih) yang menerangi ruangan masing-masing dan keseluruhan ruang ICU dan lampu tidur (sinar kuning) yang ada di setiap bed pasien. Dalam kondisi tertentu pada pasien yang sedang dalam observasi ketat dan masa kritikal perawat selalu menyalakan lampu utama untuk memudahkan observasi, namun bila kondisi pasien stabil ditawarkan lampu tidur saat tidur malam. Namun, penelitian ini membuktikan bahwa faktor lingkungan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas tidur yang artinya baik buruknya faktor lingkungan tidak berkontribusi terhadap kualitas tidur pasien. Pengaruh kondisi fisik terhadap kualitas istirahat tidur pasien di Ruang Perawatan Intensive Care RSU Haji Surabaya. Hasil penelitian tabel 3 menunjukkan responden yang menyatakan kondisi fisik merasa mengganggu 12 75

6 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pasien Di Ruangan Perawatan Intensive Care (Dwi Ernawati) responden, 1 responden (83,3) memiliki kualitas tidur buruk, 2 responden (16,7) kualitas tidurnya baik. Sedangkan responden yang menyatakan kondisi fisik merasa tidak mengganggu sebanyak 24 responden, 1 responden (41,7) memiliki kualitas tidur buruk, 14 responden (58,3) kualitas tidurnya baik. Sakit atau nyeri pada anggota tubuh seseorang menyebabkan masalah tidur, nyeri yang disebabkan karena keadaan fisiologis atau sebab adanya suatu ketidaknyamanan posisi tubuh. Kondisi pernapasan misalnya sesak, mengorok atau pada pasien yang mengalami sleep apnea mengganggu tidurnya. nocturia/buang air kecil pada malam hari dapat mengganggu tidur dan siklus tidur (Hidayat; 212). Penggunaan alat-alat medis seperti elektrode dan monitoring, infuse dan obat serta obat-obatan pump yang terkadang pasien dalam kondisi berat bisa menggunakan banyak alat. Variabel ini dinilai dari segi adakah rasa nyeri, ketidaknyamanan bernapas, buang air kecil / besar mengganggu selama tidur dan penggunaan alat-alat medis. Upaya untuk membuat nyaman sangat penting untuk membuat klien untuk tidur dan tetap tertidur, terutama jika efek penyakit seseorang mempengaruhi tidur (Kozier, 21). Intervensi berikut dapat meningkatkan kenyamanan tidur klien : gaun tidur yang longgar, membantu personal higiene, pastikan sprei bersih dan tidak berkerut, motivasi untuk berkemih sebelum tidur, atur posisi pasien dan beri masase atau pijat punggung sebelum tidur. Ambang nyeri/ketidaknyamanan yang dirasakan responden terjadi pada sebagian kecil terutama pasien post op (PCI, tracheostomi, TKR) dan tingkat ambang nyeri yang rendah. Ketidaknyamanan bernapas terjadi pada pasien oedem paru dan status asmatikus. Kebutuhan berkemih bukan menjadi masalah karena sebagian besar pasien di ICU menggunakan kateter urin yang bertujuan observasi ketat intake dan outputnya. Rasa nyeri karena posisi di tempat tidur perawat ICU memfasilitasi mobilisasi dan gosok punggung dengan lotion, untuk area tertekan dengan minyak kelapa tiap 3 jam dan proaktif mengatur posisi pasien bila tampak tidak nyaman. Pada data penelitian didapatkan sebaran frekuensi yang hampir sama pada semua rentang usia tidak menunjukkan pengaruh yang berarti terhadap kondisi fisiknya dalam perawatan di ruang ICU. Kondisi fisik sangat berpengaruh signifikan terhadap kualitas tidur di tunjukkan dari 36 responden 14 responden (87,5) memiliki kualitas tidur yang baik dan kondisi fisiknya merasa tidak terganggu mungkin dengan suasana lingkungan ruang ICU yang mendukung dan tindakan keperawatan yang melibatkan semua aspek pasien membuat kondisi fisik atau penyakit merasa tidak di hiraukan oleh pasien. Intervensi keperawatan untuk menunjang kuantitas dan kualitas tidur pasien melibatkan banyak upaya non farmakologi untuk bisa meredam atau menghilangkan rasa tidak nyaman pada tubuh pasien. Upaya non farmakologi seperti ritual sebelum tidur, relaksasi, mengatur dan usahakan tempat tidur pasien dalam kondisi bersih dan pastikan tidak ada ganjalan. Intervensi farmakologi boleh diberikan dengan kolaborasi klinikal yang disesuaikan kondisi pasien. 76

7 Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 8 No. 1/ Maret 215 Pengaruh faktor psikologis terhadap kualitas istirahat tidur pasien di Ruang Intensive Care RS Premier Surabaya Hasil penelitian tabel 4 menunjukkan dari 36 responden, 18 responden menyatakan faktor psikologis mengganggu dan yang kualitas tidurnya buruk 9 responden (5), yang kualitas tidurnya baik 9 responden (5). Sedangkan 18 responden lainnya menyatakan faktor psikologis tidak mengganggu dan yang kualitas tidurnya buruk 11 responden (61,1), yang kualitas tidurnya baik 7 responden (38,9). Khawatir atas masalah pribadi atau situasi sering mengganggu tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tidur, stres yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik (Hidayat; 212). Penilaian faktor psikologis pada penelitian meliputi aspek keberadaan responden di ruang ICU, apakah pasien merasakan perpisahan dengan anggota keluarga/teman-teman dan apakah responden merasakan kekhawatiran terhadap penyakit yang diderita saat ini. Seseorang yang dalam masa perawatan dan diharuskan dirawat di ruang ICU efek psikologis secara langsung / tidak berubah dan dapat menjadi masalah yang dominan yang mempengaruhi kualitas tidur selama dalam perawatan. Pada data penelitian didapatkan pada responden perempuan (1 responden 71,4) lebih banyak merasa kondisi psikologisnya saat sakit atau dirawat di ruang ICU mengganggu. Pada hasil tabulasi silang antara kualitas tidur dan kondisi psikologis tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dikarenakan beberapa faktor seperti: klien yang dirawat di rumah sakit yang membutuhkan diagnostik yang luas sering mengalami kesulitan tidur/istirahat karena ketidakpastian kondisi kesehatan mereka. Pemberian informasi tentang prosedur dan rutinitas dan membina hubungan terapeutik, saling percaya dapat membangun emosional yang baik sehingga level kekhawatiran dapat diminimalkan. Kualitas tidur pasien di Ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai domain antara lain penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur, disfungsi tidur pada malam hari, kualitas tidur dan penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur (Buysee, et al; 1989). Hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden, 2 orang (55,6) kualitas tidurnya buruk, 16 orang responden (44,4) kualitas tidurnya baik. Pada data penelitian ditemukan dari 36 responden, 2 orang diantaranya memiliki kualitas tidur yang buruk mungkin di akibatkan pasien yang dalam perawatan di ruang ICU harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar, kondisi fisik, dan mengatur keseimbangan tingkat psikologis. Intervensi keperawatan yang holistik yang memfasilitasi kebutuhan istirahat tidur pasien dari segala aspek memang memungkinkan pasien yang berada di 77

8 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pasien Di Ruangan Perawatan Intensive Care (Dwi Ernawati) ruang ICU lebih nyaman sehingga kualitas tidurnya terpenuhi. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kualitas istirahat tidur pasien di Ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya Berdasarkan hasil penelitian tabel 5 didapatkan hasil analisis multivariat faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas tidur adalah faktor kondisi fisik (Exp(B) 7.) dengan nilai p=,27 < α (,5), ini berarti kondisi fisik pasien berpengaruh signifikan terhadap kualitas tidur pasien. Dimana kondisi penyakit yang begitu di rasakan oleh pasien akan membuat kualitas tidurnya buruk, begitu pula sebaliknya. Jika kondisi fisik penyakit tidak begitu dirasakan maka kualitas tidur baik. Pengamatan di ruang ICU RSU Haji Surabaya, tenaga keperawatan selalu berupaya menjaga lingkungan ICU dari kebisingan, dari ketidak nyamanan suhu ruangan terutama jam tidur pasien malam hari, namun tidak bisa dipungkiri kondisi penyakit yang dirasakan pasien tetap menjadi faktor utama yang mengganggu istirahat tidurnya. Pasien yang sedang dalam perawatan di ICU membutuhkan beberapa tindakan keperawatan dan medis yang banyak seperti: pemasangan monitoring hemodinamik, pengukuran suhu secara intermiten, tindakan personal higiene, pengambilan sample darah, pemasangan infus dan obat-obatan atau pemasangan alat-alat untuk kelangsungan hidup (Trakeostomi, Chest Drain, Mesin bantu Nafas) dan tindakan diagnostik lainnya. Semua itu membuat ketidaknyamanan pasien, perawat diharapkan mampu meminimalkan atau mengurangi ketidaknyamanan kondisi fisik pasien dengan cara membina hubungan teraputik, dan pemberian asuhan keperawatan yang holistik meliputi aspek Biopsikososiospiritual, dan yang terpenting memberikan tindakan keperawatan nonfarmakologi. Kesimpulan Dan Saran Kualitas tidur pasien yang sedang dalam perawatan di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya dalam kategori buruk. Faktor kondisi fisik dianalisis menjadi faktor yang sangat berpengaruh atau paling dominan terhadap kualitas istirahat pasien yang dirawat di ruang Intensive Care RSU Haji Surabaya. Pelayanan Kesehatan dan tenaga perawat hendaknya menciptakan lingkungan yang kondusif kepada pasien dengan memberikan layanan keperawatan yang komprehensif dengan pendekatan biopsikospiritual melalui lingkungan fisik dan psikologis yang nyaman dan memfasilitasi kebutuhan spiritual pasien kritis sehingga kebutuhan tidurnya terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Buysse, D.J., Reynolds III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., &Kupfer, D.J (1989).The Pittsburgh Sleep Quality Index: A new instrument for psychiatric practice and research. Jurnal of Psychiatric Research, 28(2), Hudak, Carolyn M., Gallo, Barbara M.(1997). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi 6 Jakarta : EGC. 78

9 Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 8 No. 1/ Maret 215 Hidayat, A.Aziz Alimul., Uliyah, Musriful.(212), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Surabaya : Health Books Publishing. Kozier, Barbara et al ; Alih Bahasa : Eko, Pamilih K et al.(21). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik. ed:7 vol:1. Jakarta : EGC. Prodi S-1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, (213). Pedoman Penyusunan Skripsi. Surabaya : SHT Press. Potter, Patricia A., Perry, Anne G. (21). Fundamental Keperawatan. Buku 3.Edisi 7.Jakarta :Salemba Medika. Reprinted with permission from copyright holder for educational purposes per the University of Pittsburgh, Sleep Medicine Institute, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). website at 79

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN Amalia Safitrie 1), M.Hasib Ardani 2) 1). Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 174 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 Suriani Ginting Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Caring adalah

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN TOTAL CARE DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Erdianti Wowor Linnie Pondaag Yolanda Bataha Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling dasar pada manusia, antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan, nutrisi, eliminasi, aktivitas,

Lebih terperinci

Singkatan Nama Pasien No. Pasien Tanggal Jam

Singkatan Nama Pasien No. Pasien Tanggal Jam 60 Singkatan Nama Pasien No. Pasien Tanggal Jam KUESIONER UNIVERSITAS PITTSBURGH TENTANG KUALITAS TIDUR (Indonesian version of the Pittsburgh Sleep Quality Index - PSQI) PETUNJUK: Pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) (Quality of Nursing Documentation and Nurse s Objective Workload Based on Time and Motion Study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, rasa aman, dan cinta sangat penting untuk keberlangsungan hidup dan terwujudnya kesehatan optimal

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah: 1 Naskah Publikasi Pendahuluan Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai.tidur memberikan peran yang esensial bagi kebutuhan fisiologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DEWI YULIANA 201310201016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG Fega Cristera Tumbuan Mulyadi Vandri D. Kallo Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang Niken.sukesi@yahoo.co.id Abstrak Latarbelakang:

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dalam tubuh mencakup 50% - 60% dari total berat badan (Ignatavicius & Workman, 2006). Jumlah tersebut sangat bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan

Lebih terperinci

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku

Lebih terperinci

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Anindiansari Pratiwi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT Atraumatic care is the important

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Ayuningtyas Trisnawati,Wahyu Purnamasari,Emi Nurlaela,Rita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash di IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Endiyono 1*, Faisal Dwi Prasetyo 2 1,2 Program

Lebih terperinci

SKRIPSI SULASTRI J

SKRIPSI SULASTRI J PERBEDAAN TINGKAT NYERI ANTARA KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN POST OP FRAKTUR FEMUR DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RUMAH SAKIT KARIMA UTAMA KARTASURA SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012 PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012 Citra Triwahyuni 1, Siti Khadijah Nasution 2, Fauzi 3 1. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit jauh dari menyenangkan bagi anak. Hal ini merupakan suatu stresor karena anak tidak mengerti mengapa dia dirawat. Perpisahan dengan

Lebih terperinci

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013 1 Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Hubungan Motivasi Kerja terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI Nugrahaeni Firdausi Abstrak Permasalahan yang sering dijumpai saat ini banyak pasien mengalami kecemasan saat baru pertama kali mengalami rawat inap. Cemas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MEKANISME KOPING TERHADAP STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WARGA DI DESA NGELOM SROYO JATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA MEKANISME KOPING TERHADAP STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WARGA DI DESA NGELOM SROYO JATEN KARANGANYAR KOSALA JIK. Vol. 4 No. 1 Maret 2016 HUBUNGAN ANTARA MEKANISME KOPING TERHADAP STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WARGA DI DESA NGELOM SROYO JATEN KARANGANYAR Dinar Ariasti 1, Thia Nur Pawitri 2 Abstract

Lebih terperinci

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN IBU HAMIL MEMILIH PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI POLIKLINIK KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Isa Khasani dan Nisa Amriyah Abstrak Sectio caesarea merupakan salah satu pembedahan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 217 Hasrul, Rini Muin Kutipan: Hasrul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil dari ekuibrium internal

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK Kasmuning*, Faizzatul Ummah**..............................ABSTRAK........................................................

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG Lampiran 1 A. Pengertian Skala Braden merupakan salah satu jenis skala atau metode yang digunakan dalam menilai resiko

Lebih terperinci

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TERPASANG KATETER URETRA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN DI BANGSAL RAWAT INAP DEWASA KELAS III RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT Background: Urinary catheterization

Lebih terperinci

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA SHIFT KERJA PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RSU. HERMANA LEMBEAN Beatrice C. Winerungan *, Benedictus S. Lampus,*, Paul A.T Kawatu, * *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 1, Februari 2009

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 1, Februari 2009 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TIDUR PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Siti Nurlela 1, Saryono 2, Isma Yuniar 3 1,3Jurusan Keperawatan STKes

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN Iis Suwanti Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto Email : iis_suwanti@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG * *) Dosen DIII Keperawatan STIKES Widya Husada Semarang Niken.sukesi@yahoo.co.id Abstrak Latarbelakang:

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH 47 HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH Kris Linggardini Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawataan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016 Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Tjan Timur Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru (The Correlation Therapeutic Communication with Patient Satisfaction Level in Tjan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah satunya adalah kegiatan tidur. Tidur merupakan suatu keadaan bawah sadar saat seseorang dapat dibangunkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AMAZIA AURORA KUSUMA G0013023 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat mengalami penurunan fungsi, yang disebut dengan gagal ginjal. Prevalensi gagal ginjal di dunia cukup tinggi,

Lebih terperinci

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU Zulkarnain STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu unit yang telah dirancang untuk memberikan perawatan pada pasien dengan

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT Ismi Maulida R dkk, Komunikasi Terapeutik Perawat... KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT Ismi Maulida Rezki, Dhian Ririn Lestari, Anggi Setyowati

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara tindakan dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

Lebih terperinci

RESPONS HOSPITALISASI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA ANAK USIA TODDLER. (Respons Hospitalization with Occurance of Insomnia of Toddler)

RESPONS HOSPITALISASI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA ANAK USIA TODDLER. (Respons Hospitalization with Occurance of Insomnia of Toddler) RESPONS HOSPITALISASI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA ANAK USIA TODDLER (Respons Hospitalization with Occurance of Insomnia of Toddler) Rita Rahmawati*, Henny Bhinekawati** * Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Di ajukan sebagai salah satu syarat Untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak* HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Abstrak Mutu pelayanan kesehatan merupakan salah

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Winahyu. *) Dera Alfiyanti **), Achmad Solekhan ***)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi ABSTRAK Persepsi adalah suatu proses menerima dan menginterpretasikan data. Persepsi tentang penggunaan alat ortodontik cekat dapat dilihat dari aspek estetik dan aspek fungsional. Bagi remaja, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2)

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Bobot (sks) Semester Tgl Penyusunan Revisi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Bobot (sks) Semester Tgl Penyusunan Revisi AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kel. Kwala Bekala, Kec. Medan Johor - Medan RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Bobot (sks) Semester Tgl Penyusunan Revisi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyakit periodontal, Gingivitis, Kualitas Hidup, OHIP-14

Kata kunci: Penyakit periodontal, Gingivitis, Kualitas Hidup, OHIP-14 ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan secara umum serta berpengaruh terhadap kesejahteraan. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT Dewi Andriani* *Akademi Keperawatan Adi Husada, Jl. Kapasari No. 95 Surabaya. Email : andridewi64@gmail.com. ABSTRAK Pendahuluan:

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci